Anda di halaman 1dari 14

MACAM MACAM KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP)

Dalam melaksanakan fungsi fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas


kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut di pilah- pilah, akan terlihat gaya
kepemimpinan dengan polanya masing- masing. Gaya kepemimpinan merupakan dasar
dalam mengklasifikasi tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola
dasar, yaitu :
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas
Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan,
yaitu
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin
bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukannya dan tugas anak buah semata- mata
hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan
memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya.
Kemapuan bawahan selalu dipandang sebelah mata, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa di perintah.
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter.
Pemimpin berkendudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan
dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing- masing, baik secara
perorangan maupun kelompok- kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya
sebagai penasihat.
c. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam setiap kelompok/ organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan
orang- orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan
berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran,
pendapat, kreatifitas, inisiatif yang berbeda- beda dan dihargai disalurkan secara wajar.
Tipe pemimpin ini selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang di pimpin.
Kepemimpinan tipe ini dalam mengambilan keputusan sangat mementingkan
musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam unit masing- masing.
Ketiga tipe kepemimpinan diatas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling
menunjang secara variasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga menghasilkan
kepemimpinan yang efektif.( Veithzal Rivai:2006)
Tipe kepemimpinan berdasarkan kelompok sarjana lain yang membagi tipe
kepemimpinan sebagai berikut : (Kartini Kartono:2008)
a. Tipe Karismatis
Tipe kepemimpinan ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan pembawa yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
besar jumlahnya dan pengawal- pengawal yang biasa dipercaya. Sampai sekarang pun
orang tidak mengetahui benar sebab- sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma
begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan- kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin memancarkan pengaruh dan daya-
tarik yang amat besar. Tokoh- tokoh besar antara lain: Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John
F Kennedy, Soekarno, dll.
b. Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat- sifat antara lain:
Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/ belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan.
Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)
Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
Dia tidak memberikan kesempatan atau hampir- hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreatifitas mereka sendiri
Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.
Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip dengan tipe yang
paternalistis, hanya perbedaanya: adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi
yang lebih menonjol, disertai kasih- sayang yang berlebih- lebihan.
c. Tipe Militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliter- militeran. Hanya gaya luar saja yang mencontoh gaya
militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Hendaknya dipahami, bahwa tipe kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali
dengan kepemimpinan organisasi militer. Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis :
Sering banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya keras sangat
otoriter kaku dan seringkali kurang bijaksana
Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda- tanda kebesaran yang
berlebih-lebihan.
Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya (disiplin kadaver/ mayat)
Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan- kritikan dari bawahannya.
Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
d. Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasari diri pada kekuasaan dan paksaan yang
mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal
pada a one- man show. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi
dengan bawahannya. Pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya jadi ada
sikap menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokritas itu senantiasa ingin
berkuasa obsolut, tunggal, dan merajai keadaan.
e. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua perkerjaan dan tanggung
jawab harus dilakukan oelah bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol dan
biasanya tidak memiliki keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai direktur atau
pemimpin ketua dewan, komandan, kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan,
suapan atau berkat sistem nepotisme.
Dia tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak
mampu melaksanakan koordinasi kerja, dan tidak berdaya sama sekali menciptakakan
suasana kerja yang kooperatif. Sehingga organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya
menjadi kacau- balau, morat- marit, dan pada hakikatnya mirip satu firma tanpa kepala.
Pemimpin laissez faire itu pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam
pengertian yang sebenarnya. Sebab bawahannya dalam situasi kerjanya sedemikian itu
sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing- masing orang
bekerja semau sendiri.
f. Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World mendefinisikan
kepemimpinan populistis yang dapat membangunkan solidaritas rakyat misalnya
Soekarno dengan ideologi marhaenisme, yang menekankan masalah kesatuan nasional,
nasionalisme, dan sikap yang berhati- hati terhadap kolonialisme dan penindasan-
penghisapan serta penguasaan oleh kekuatan- kekuatan asing.
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai- nilai masyarakat yang
tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang- hutang
luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis mengutamakan penghidupan (kembali)
nasionalisme.
g. Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang mampu menyelengarakan tugas-
tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknorat adan
administratur- administratur yang mampu mengerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem administrasi dan birokasi yang
efisien untuk memerintah yaitu untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya,
dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern,
dan perkembanngan sosial ditengaj masyarakat.
h. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing- masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat- saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan
demokratis juga sering disebut kepemimpinan group developer.
Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap, dengan adanya gejala-
gejala sebagai berikut:
Organisasi dengan segenap bagian- bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin
tersebut tidak ada dikantor
Otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah, dan masing masing orang menyadari tugas
serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang puas hati, dan aman menyandang
tugas kewajibannya
Diutamakan tujuan- tujuan kesejahteraan pada umumnya. Kelancaran kerja sama dari
setiap warga kelompok.
Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat
dinamisme dan kerja sama, demi percapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling
cocok dengan jiwa kelompok dan situasi.
Kepemimpinan demokratis menitikberatkan masalah aktivitas setiap anggota
kelompok juga para pemimpin lainnya, yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan
sikap, pembuatan rencana, pembuatan keputusan penerapan disiplin kerja dan etik kerja.
Menurut G.R Terry yang dikutip oleh maman Ukas. G.R Terry membagi tipe
kepemimpinan menjadi 6 :
1. Tipe Kepemimpinan Pribadi ( Personal Leardership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala tindakan dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk ini dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara
pribadi oleh pemimpin bersangkutan.
2. Tipe Kepimpinan Nonpribadi (Nonpersonal Leadership)
Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan- bawahan atau
media nonpribadi, baik rencana, perintah, juga pengawasan.
3. Tipe Kepemimpinan Otoriter (Autoritotian Leardership)
Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh- sungguh, teliti, dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-
instruksinya harus ditaati.
4. Tipe Kepemimpinan Demokratis ( Democratic leadership)
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai dari kelompoknya dan
bersama- sama dengan kelompoknya dan berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelengaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam pencapaian tujuan.
5. Tipe Kepemimpinan Paternalistis (Paternalistis Leadership)
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya umtuk memberikan arahan seperti halnya
seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe Kepemimpinan menurut Bakat ( Indogenious leadership)
Biasanya timbul dari kelompok orang- orang informal tempat mungkin mereka
berlatih dengan adanya sistem kompetisi sehingga menimbulkan klik- klik dari kelompok
yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan
diantara yang ada didalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya dimana ia ikut
berkecimpung.

TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh


mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan
dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya


mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan


perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan The Greatma Theory.
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan
pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap


keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

o Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan


yang tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan
mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena
pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan


internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil
mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin
tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.

o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi


Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri
yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini
kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para


pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori


ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang


pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.

o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin


yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat
, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan,
bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,


sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan
bawahan.

Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin
yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya
tersebut bisa berbeda beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan
negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi
yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam


mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja
yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan


yang diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan


pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi


bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi
tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja
pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang
dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa
mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang orang sibuk dan mendesak mereka
untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.
Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position
power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik
untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat
pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey
dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat
menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari
bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk
mengubahnya meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan
4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah

Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan aturan dan proses yang detil
kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah
dikerjakan.

Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat
apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.
Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang
tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik
dengan mereka.

Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih melibatkan mereka
dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.

Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita
sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung
dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai situational leadership. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang orang yang dipimpinnya.

Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan.
Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat


pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan


kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).

Peran pertama meliputi :


Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi

Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya

Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk


kepentingan organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan,


atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.

Disseminator Menyampaikan informasi, nilai nilai baru dan fakta kepada


bawahan.

Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang orang di luar
organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.

Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi


sedang dalam keadaan menurun.

Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.

Negotiator Melakukan perundingan dan tawar menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam
peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :

Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.

Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga


setiap orang menuju ke arah yang sama.

Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan


mengubah cara kerja mereka.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi
pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali
dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

Pengertian Kepemimpinan 1. Dilingkungan tempat kerja kepemimpinan didefinisikan


sebagai "pencapaian tujuan melalui arahan manusia pendamping " dan seorang pemimpin
yang sukses bisa memahami motivasi orang dan meminta partisipasi karyawan dengan cara
menggabungkan kebutuhan individu dan kepentingan orang lain dengan tujuan kelompok. 2.
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan dan mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya lebih kohesif
dan koheren. 3. Definisi lain Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse (2007, p3).
4. Militer AS telah mempelajari kepemimpinan secara mendalam. Salah satu definisi mereka
adalah suatu proses dimana seorang tentara mempengaruhi orang lain untuk mencapai misi
(US Army, 1983). Perhatikan bahwa keempat definisi memiliki satu proses yang sama yaitu
seseorang mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan sesuatu yang dicapai Pemimpin
melakukan proses ini dengan menerapkan pengetahuan kepemimpinan dan keterampilan. Ini
disebut Process Leadership (Jago, 1982). Namun, perlu diketahui bahwa kita memiliki sifat-
sifat yang dapat mempengaruhi tindakan kita. Ini disebut Trait Leadership (Jago, 1982).
Kepemimpinan melibatkan: a. membangun visi yang jelas, b. berbagi visi dengan orang lain
sehingga mereka akan bersedia mengikuti, c. memberikan informasi, pengetahuan dan
metode untuk mewujudkan visi tersebut, dan d. mengkoordinasikan serta menyeimbangkan
konflik kepentingan dari semua anggota dan para pemangku kepentingan. Seorang pemimpin
harus mampu mengambil langkah di saat krisis, dan mampu berpikir serta bertindak secara
kreatif dalam situasi sulit. Tidak seperti manajemen, kepemimpinan tidak dapat diajarkan,
meskipun dapat dipelajari dan ditingkatkan melalui pembinaan atau mentoring. Contoh
seseorang dengan keterampilan kepemimpinan yang besar adalah Bill Gates, meskipun
awalnya ia gagal dengan terus semangat dan inovasi telah mendorong Microsoft dan industri
perangkat lunak untuk sukses. 3.1 TUJUAN DARI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan adalah
cara untuk pemfokusan dan memotivasi kelompok untuk membuat mereka dapat mencapai
tujuannya. Hal ini juga melibatkan akuntabel dan bertanggung jawab untuk kelompok secara
keseluruhan. Seorang pemimpin harus: - Menjaga kesinambungan dan momentum - Bersifat
fleksibel dalam mengizinkan perubahan arah tujuan. Idealnya, seorang pemimpin harus ada
beberapa langkah di depan tim mereka, tapi tidak terlalu jauh bagi tim untuk dapat
memahami dan mengikutinya Dibutuhkan keterampilan Pemimpin harus memiliki berbagai
keterampilan, teknik dan strategi. Ini meliputi: - Perencanaan - Keterampilan komunikasi -
Beroganisasi - Kesadaran terhadap lingkungan yang lebih luas 4.1 MANFAAT DARI
KEPEMIMPINAN 1. Memungkinkan bisnis untuk mengembangkan hubungan lebih dalam
dan mendapatkan percayaaan dari klien 2. Menjadikan anggota tim menjadi Inspiratif dan
memotivasi untuk meregangkan pikiran diri sebuah proyek penting 3. Membantu bisnis dan
organisasi untuk meyakinkan investor mendanai proyek berikutnya. 4. Mendorong karyawan,
anggota tim atau anggota keluarga untuk bertahan melalui masa-masa sulit 5. Menciptakan
antusiasme organisasi melalui masa tantangan atau perubahan yang sulit 6. Mendapatkan
kemampuan untuk menegosiasikan kontrak yang kompleks dan menguntungkan semua pihak
7. Memelihara budaya diperusahaan sehingga menciptakan loyalitas dan retensi Secara
keseluruhan, kepemimpinan membantu kelompok dan organisasi membangun kesepakatan di
sekitar tujuan bersama, meningkatkan kerjasama antara anggota tim dan rekan-rekan dan
akhirnya mencapai sukses yang lebih besar. 5.1 RUANG LINGKUP KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dalam Bisnis Ada alasan kenapa sebagian besar bisnis diatur oleh "bos" atau
berbagai lapisan kewenangan dan kepemimpinan - ini adalah model yang menghasilkan
sistem efektif dan efisien untuk menghasilkan produktivitas dan profitabilitas. Kepemimpinan
sangat penting baik dalam membangun kekuatan dan kekuasaan organisasi maupun dalam
membantu untuk mengelola hubungan serta sumber daya. Karyawan membutuhkan
kepemimpinan untuk menunjukkan arah kepada mereka, memotivasi dan menginspirasi
untuk melakukan yang terbaik dan dapat megontrol karyawan atau mencegah tindakan yang
dapat merusak bisnis secara keseluruhan; sementara pelanggan dan klien membutuhkan
kepemimpinan untuk menginspirasi kepercayaan dan keyakinan dalam produk atau bisnis
jasa. Kepemimpinan juga penting dalam memastikan kelancaran organisasi secara
keseluruhan - untuk memastikan bahwa karyawan secara kompensasi berbisnis adil, tepat
waktu dan bahwa para pemegang saham puas dengan investasi mereka. Studi menunjukkan
bahwa 80% dari masalah yang dialami dalam organisasi adalah orang-orang yang memiliki
kepemimpinan baik selalu menguntungkan organisasi secara keseluruhan. Dengan
kepemimpinan yang baik, anggota tim akan merasa dihargai dan merasa bagian integral dari
perkembangan organisasi - ini memberikan manfaat besar untuk bisnis. Kepemimpinan di
rumah Lingkungan di rumah juga miirip seperti bisnis atau organisasi dan penting bahwa
"kepala" rumah tangga (misalnya. Anda dan pasangan Anda) memberikan kepemimpinan
efektif untuk membimbing anggota lain dalam keluarga dan mempertahankan suasana damai
rumah tangga . Jika gagal dalam tugas kepemimpinan bersama, maka masalah akan sering
menyebar - antara anak dan orang tua, antara saudara kandung atau bahkan antara suami-istri
itu sendir. Kepemimpinan di dalam rumah tangga dengan dapat dilakukan memberi contoh
baik dan memahami konsep kepemimpinan untuk membantu menciptakan suasana yang lebih
baik bagi anggota keluarga lainnya untuk berkembang. Kepemimpinan dalam Kehidupan
Sehari-hari Meskipun Anda tidak secara formal mengelola sekelompok orang, masih ada
situasi di mana kepemimpinan dapat memainkan peran penting. Hubungan sehari-hari, seperti
halnya manajer bank, dengan perdagangan orang, dengan staf layanan - dapat ditingkatkan
jika Anda menunjukkan keterampilan kepemimpinan yang memungkinkan Anda untuk
"mengambil alih" dan mendorong hasil positif dari sudut pandang Anda, sementara tetap
mempertahankan yang baik hubungan dengan pihak lain.

A. KESIMPULAN
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang
pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain
yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu
penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena
ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan pengalamam.
Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota
merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan
dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua
tumpuan dan harapan berada di tanganya.
Menjadi seorang pemimpin yang baik perlu mengembangan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan) dan memiliki karakteristik sebagai pemimpin serta mampu
beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai