Anda di halaman 1dari 128

I.

A.

PENELITIAN KUALITATIF

Definisi Penenitian Kualitatif


Metode penelitian

kualitatif

merupakan

pendekatan

penelitian yang bersifat naturalistik karena penelitiannya


dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) sering
juga dinamakan dengan metode etnographi. Penamaan
metode etnographi tidak lepas secara kronologis pemakaian
metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi dan budaya. Proses alamiah dibiarkan terjadi
tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak
akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penelitian
jenis ini dilakukan pada latar/obyek yang alamiah. Obyek
alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.
Penelitian
postpositivism

ini

cenderung

sehingga

sering

menerapkan
disebut

juga

filsafat
sebagai

paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang


realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal). Pendekatan penelitian ini dinamakan
metode kualitatif, karena data yang terkumpul berupa data
kualitatif yang terdiri atas narasi hasil wawancara, deskripisi

hasil observasi, gambar/foto atau lainnya yang bukan data


kuantitatif (angka). Data yang terkumpul kemudian dianalisis
secara kualitatif berupa narasi bukan dengan menggunakan
data statistik.
Peneliti tidak perlu mentransformasi data menjadi angka
untuk menghindari hilangnya informasi yang telah diperoleh.
Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk
membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil
penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti guru di sekolah
dalam pembinaan murid, peneliti tidak mengukur frekuensi
pembinaan yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa
pembinaan dilakukan serta bagaimana cara pembinaan
dilaksanakan.
Mendefinisikan penelitian kualitatif memang tidak mudah,
mengingat banyaknya perbedaan pandangan yang ada. Dasar
penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu
pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh
setiap individu (Sukmadinata, 2005).
Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis
dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap
orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka
(Danim, 2002).

Menurut Sugiono metode penelitian kualitatif dinamakan


sebagai metode baru, hal ini disebabkan popularitasnya
belum lama, sering juga dinamakan metode postpositivistik
karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini
juga disebut metode artistic, karena proses penelitian lebih
bersifat seni (kurang terpola), dan dinamakan juga sebagai
metode interpretive karena data hasil penelitian lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan
di lapangan. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
B.

Ciri Umum Penelitian Kualitatif


Berbeda pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan

kuantitatif dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk


mendapatkan hipotesis, kemudian melakukan verifikasi data
empiris, dan menguji hipotesis berdasarkan data empiris,
serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian
hipotesis. Untuk itu, peranan statistika sangat diperlukan
dalam proses analisis data. Penelitian kualitatif sifatnya

induktif, penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori,


tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan
yang

tenjadi

secara

alami,

mencatat,

menganalisis,

menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulankesimpulan

dari

proses

tersebut.

Kesimpulan

atau

generalisasi kepada cakupan yang lebih luas tidak dilakukan,


sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu,
tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain
baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk
konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan
dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.
Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun
saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran kepala
sekolah dalam membina guru, peneliti harus berusaha
menemukan prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta.
Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep yang terkait
dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep
berdasarkan fakta dari lapangan.
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna
yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu
peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran pimpinan
pesantren

(Mudir)

dalam

pembinaan

santri,

peneliti

memusatkan perhatian pada pendapat mudir tentang santri


yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari mudir dan
pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina
santri. Apa yang dialami dalam membina santri, mengapa
santri gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai
bahan pembanding peneliti mencari informasi dari santri agar
dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu
pembinaan yang dilakukan mudir. Ketepatan informasi dari
partisipan (mudir dan santri) diungkap oleh peneliti agar dapat
menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan
sebelumnya,

tapi

dimulai

dari

lapangan

berdasarkan

lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik


maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif
analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih
mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi
yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi
dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu.
Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti
cukup lama berada di lapangan.

C.

Kondisi Ideal dalam Pendekatan Kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang


berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif.
Berikut

ini dikemukakan

kapan sebaiknya

pendekatan

kualitatif digunakan, antara lain:


1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remangremang atau mungkin malah masih gelap. Kondisi
semacam

ini

cocok

diteliti

dengan

pendekatan

kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung


masuk pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga
masalah ditemukan dengan jelas.
2. Bila peneliti ingin memahami makna di balik data yang
tampak. Gejala sosial sering tidak dapat dipahami
berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang.
Misalnya persepsi ustadz (guru) tentang kinerja
pimpinan pesantren (mudir) akan berbeda dengan
persepsi mudir. Data untuk mencari makna kinerja
pimpinan pesantren (mudir) tersebut hanya cocok
diteliti dengan metode kualitatif misalnya melalui
wawancara mendalam, observasi, dan juga mencermati
dokumen yang ada.
3. Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial. Interaksi
sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti

melakukan penelitian kualitatif dengan cara berperan


serta (observasi partisipatoris), wawancara mendalam
dalam interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman
terhadap kepemimpinan non formal yang dilakukan
oleh tokoh agama (toga) dalam hal ini peran ulama
hanya dapat dilakukan melalui kajian mendalam bukan
hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat
ditemukan pola hubungan yang jelas sehingga dapat
ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar
gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis
atau menjadi teori.
4. Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data
sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Melalui
berbagai teknik pengumpulan data kualitatif, kepastian
data akan lebih terjamin. Melalui pendekatan kualitatif
data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian
berakhir setelah data itu jenuh sehingga kepastian data
dapat

diperoleh.

Misalnya

untuk

mencari

gaya

kepemimpinan kepala desa seperti apa yang sebaiknya


diterapkan dalam membina masyarakat, sebelum
ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum
dinyatakan selesai.

5. Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan.


Sejarah atau perkembangan kehidupan seseorang atau
kelompok orang dapat dilacak melalui pendekatan
kualitatif. Misalnya sejarah perkembangan sekolah
sehingga sekolah tersebut menjadi sekolah favorit
dalam padangan masyarakat dan orang tua siswa.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa
penelitian kualitatif bertujuan untuk:
1)

Mendeskripsikan

suatu

proses

kegiatan

institusi/lembaga berdasarkan apa yang terjadi di


lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk
menemukenali
institusi/lembaga
2)

kekurangan

dan

kelemahan

sehingga

dapat

ditentukan

upaya penyempurnaannya.
Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala
dan

peristiwa

yang

terjadi

di

lapangan

sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan


waktu serta situasi lingkungan institusi/lembaga
3)

secara alami.
Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep
dan prinsip institusi/lembaga berdasarkan data
dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif)

untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui


pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif berkaitan dengan segala proses dari hilir
sampai hulu, dan segala yang terlibat dalam suatu peristiwa
atau aktivitas baik institusi atau perorangan. Bidang kajian
penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan
dengan proses pengajaran, bimbingan, pengelolaan/manajemen
kelas, kepemimpinan dan pengawasan pendidikan, penilaian
pendidikan,

hubungan

sekolah

dan

masyarakat,

upaya

pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.


Penelitian pendidikan akhir-akhir ini sudah mulai
memusatkan perhatian kepada konsep-konsep yang timbul dari
data. Dengan demikian perhatian bukan kepada angka-angka
yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun pada
konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa
empiris dapat menghasilkan suatu konsep. Konsep-konsep
yang timbul dari data empiris dicari hubungannya untuk
membentuk teori.
Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan lima ciri
pokok sebagai karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
Pada penelitian kualitatif peneliti mengambil data dari apa

yang dilihat dan didengar tanpa melakukan rekayasa.


Suasana apa adanya tidak melakukan rekayasa terhadap
situasi yang ada, kemampuan peneliti dalam mengorek
informasi dan mengamati obyek penelitian itulah kunci
keberhasilan penelitian dengan pendekatan ini. Fokus
penelitian pada pendekatan kualitatif bisa berupa orang,
kelompok,

pola

hubungan(interaksi),

program

dan

semuayang diamati dalam konteks alamiah (apa adanya).


Karena studi dalam konteks alamiah itulah Guba
sebagaimana dikutip Patton (1990) menyebutnya sebagai
studi yang orientasinya pada penemuan (discovery
oriented). Penelitian kualitatif sengaja memperlakukan
obyek penelitian sebagaimana adanya tanpa memberikan
perlakuan, dan membiarkan sealami mungkin. Peneliti
hanya menunggu dan mengamati apa yang akan muncul
atau ditemukan dari fenomena yang terjadi pada obyek
penelitian. Pendekatan semacam ini sangat berbeda
dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen
peneliti sengaja memanipulasi obyek penelitian, agar
terbebas dari faktor-faktor lain yang tidak menjadi obyek
penelitian. Karena itu dalam konteks penelitian yang
berkenaan dengan manusia tidak bisa menerapkan metode
penelitian eksperimen sungguhan, hal ini disebabkan

karena manusia tidak dapat dibebaskan dari pengaruhpengaruh lingkungan di sekitarnya. Kehidupan sosial
yang kondisinya komplek, variatif, dan dinamis kuranglah
tepat kalau kompleksitasnya disederhanakan ke dalam
hubungan linier antar variabel boleh jadi kemanfaatannya
kurang maksimal, dan kemungkinan justru informasi yang
didapat mengalami distorsi.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara,
dokumentasi, analisis, catatan lapangan, disusun peneliti
di lokasi penelitian, bukan dalam bentuk angka-angka.
Peneliti melakukan analisis data dengan memperbanyak
informasi, mencari hubungannya, membandingkan, dan
menemukan hasil atas dasar data sebenarnya (bukan
dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa
pemaparan yang berkenaan dengan situasi yang diteliti
dan disajikan dalam bentuk uraian narasi. Pemaparan data
tersebut umumnya adalah menjawab dari pertanyaan
dalam rumusan masalah yang ditetapkan.
3. Tekanan pada proses bukan hasil.
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
kualitatif

berkaitan

dengan

pertanyaan

untuk

mengungkapkan proses dan bukan hasil dari suatu


kegiatan.

Pertanyaan

menuntut

gambaran

keadaan

sebenarnya tentang kegiatan, tahap-tahap, prosedur,


alasan-alasan dan interaksi yang terjadi dimana dan pada
saat dimana proses itu berlangsung.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif diawali mulai dari lapangan yaitu
fakta empiris. Peneliti terjun langsung ke lapangan,
mempelajari suatu proses penemuan yang terjadi secara
alami dengan mencatat, menganalisis dan melaporkan
serta menarik kesimpulan dari proses berlangsungnya
penelitian tersebut. Hasil temuan penelitian dari lapangan
dalam bentuk konsep, prinsip, teori dikembangkan bukan
dari

teori

yang

telah

ada.

Penelitian

kualitatif

menggunakan proses induktif artinya dari data yang


terpisah-pisah namun saling berkaitan erat.
5. Mengutamakan makna
Makna yang diungkapkan berkisar pada persepsi orang
mengenai suatu peristiwa yang akan diteliti tersebut.
Contoh: penelitian yang dilakukan tentang peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti memfokuskan
perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang
dibinanya, mencari informasi dan pandangan kepala
sekolah tentang keberhasilan dan kegagalannya membina
guru, apa saja yang dialami dalam membina guru,
mengapa gurunya gagal dibina, dan kenapa hal itu terjadi.

Selain mencari informasi kepada kepala sekolah, peneliti


mencari informasi dari guru sebagai bahan perbandingan
supaya dapat diperoleh pandangan mengenai mutu
pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan
informasi dari partisipan diungkap oleh peneliti agar
dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara tepat
dan sahih.
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
penelitian

kualitatif

adalah

penelitian

yang

tidak

menggunakan model-model matematik, dan statistik. Proses


penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan
berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dalam kegiatannya
peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data
dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.
Uraian berikut akan membahas tentang seluk beluk
penelitian kualitatif, dari mulai masalah penelitian, desain
penelitian, teori, instrument, pengumpulan data, sampai
penulisan laporan penelitiannya.

II.
1.

PROSES PENELITIAN KUALITATIF

Perencanaan Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan ini diawali dengan

ketidaktahuan seorang peneliti terhadap suatu obyek. Berbeda


dengan penelitian kuantitatif dimana seorang peneliti harus
mengawali dengan pemahaman mendasar tentang obyek yang

akan diteliti, peneliti yang menggunakan metode kualitatif


diawali dengan keingintahuan peneliti dengan suatu fenomena
yang dijumpai. Karena itu peneliti mengawali penelitian
kualitatif dengan ketidaktahuan dan rasa penasaran.
Salah satu langkah penting dalam merencanakan
penelitian kualitatif, seorang peneliti harus mengetahui lokasi
yang menjadi obyek penelitian. Setelah mengetahui lokasi
penelitian, peneliti selain menyiapkan proposal penelitian,
harus juga mengurus surat ijin penelitian, baik dari institusi
tempat peneliti berasal, penguasa wilayah seperti dinas
terkait, dan juga dari tempat yang menjadi obyek penelitian.
Untuk penelitian yang terkait dengan lembaga resmi seperti
penelitian untuk penyusunan sekripsi, tesis, desertasi, dan
penelitian yang terkait dengan pendanaan dari lembaga resmi
(LPDP, dan Institusi pemerintah) surat perijinan sangat
mutlak adanya.
Setelah perijinan lengkap langkah selajutnya peneliti
harus mendatangi obyek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang obyek yang akan diteliti. Ketika akan
mendatangi obyek penelitian, yang perlu direncanakan oleh
peneliti adalah daftar obyek yang akan ditemui atau akan
diobservasi. Ketika sampai di tempat penelitian, apa yang
sudah direncanakan tidak harus dilaksanakan secara kaku,

tetapi melakukan apa yang bisa dilaksanakan terlebih dahulu,


tanpa berpedoman pada rencana awal. Penelitian kualitatif
dalam pengumpulan data sangat fleksibel, sesuai dengan
kondisi yang terjadi di lapangan.
2.

Masalah Penelitian

Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari


hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan
situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban ( Guba,
1978 : 44; Linclon dan Guba, 1985 : 218 ; dan Guba Linclon,
1981 : 88). Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada
suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut
Lincoln & Guba ( 1985 : 226 ) bergantung pada paradigma
apakah yang dianut oleh seorang peneliti. Maka ada 3 macam
masalah :

Masalah untuk peneliti

Evaluands untuk evaluator

Pilihan kebijaksanaan
Apapun jenis penelitian yang akan dilaksanakan baik

kuantitatitif maupun kulaitatif harus diawali dengan adanya

masalah. Penelitian tanpa masalah maka peneliti tidak dapat


melakukan penelitian. Meskipun demikian dalam penelitian
kualitatif masalah yang diajukan oleh peneliti masih belum
jelas, kadang remang-remang, bahkan gelap, kadang-kadang
kompleks, dan bisa juga dinamis. Karenanya masalah dalam
penelitian kualitatif sifatnya sementara, tentatif dan, dapat
berkembang bahkan dapat berganti setelah peneliti turun ke
lapangan.
Masalah pada penelitian kualitatif yang diajukan oleh
peneliti kemungkinan memiliki tiga kriteria, yaitu :
1) Masalah yang diajukan oleh peneliti tetap, sehingga
sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan
demikian judul proposal dan judul laporan penelitian
sama.
2) Masalah yang diajukan peneliti setelah turun ke lapangan
untuk mengambil data penelitian berkembang yaitu
memperluas atau memperdalam masalah yang telah
diajukan. Bila kondisi ini terjadi peneliti tidak terlalu
banyak melakukan perubahan masalah dan judul
penelitian, cukup disempurnakan saja.
3) Masalah yang diajukan peneliti setelah terjun ke lokasi
penelitian

berubah

total,

sehingga

peneliti

harus

mengganti masalah. Bila kondisi ini terjadi peneliti harus

mengubah
3.

proposal dengan masalah penelitian yang

baru dan tentunya judulnya juga diganti.


Fokus Penelitian
Para

ahli

yang

menerapkan

penelitian

kualitatif

memandang bahwa gejala itu bersifat holistik (menyeluruh,


tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak
akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel
penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang
meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sehingga batasan
masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Spradley
dalam Sanapiah Faisal (1988) mengemukakan empat alternatif
untuk menetapkan fokus:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan
oleh informan. Informan ini dalam lembaga pendidikan,
bisa kepala sekolah, guru, orang tua murid, pakar
pendidikan dan sebagainya.
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu
(organizing domain). Domain dalam pendidikan ini bisa
kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana,
tenaga

pendidik

dan

kependidikan,

manajemen,

pembiayaan,

sistem

evaluasi,

pandangan

hidup

kompetensi dan sebagainya.


3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
mengembangkan iptek. Temuan berarti sebelumnya
belum pernah ada. Temuan ini dalam pendidikan
misalnya menemukan metode mengajar matematika
yang mudah difahami dan menyenangkan.
4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang
terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini
bersifat pengembangan yaitu ingin melengkapi dan
memperluas teori yang telah ada.
4.

Rumusan Masalah
Dalam

penelitian

kualitatif

perumusan

masalah

dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah informasi


atau pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada
upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor faktor
yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses
tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai
proposisi terikat dan antithesis yang membentuk masalah
berdasarkan usaha sintesis tertentu.
Rumusan masalah pada penelitian kualitatif umumnya
masih tentatif, karenanya peneliti harus menyiapkan dua
bentuk

yaitu

rumusan

masalah

utama

dan

beberapa

subrumusan masalah spesifik. Rumusan masalah utama


adalah pertanyaan umum tentang konsep atau fenomena yang
akan diteliti.
5.

Tujuan Penelitian
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta,

keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat


penelitian berjalan dan mendeskripsikan apa yang dilihat dan
didengar secara apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif
menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan
situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi
pada masyarakat, pertentangan 2 keadaan atau lebih,
hubungan antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh
terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Masalah yang diteliti
dan diselidiki dalam penelitian deskriptif kualitatif mengacu
pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga
menjadi sebuah studi korelasional satu unsur bersama unsur
lainnya.

Biasanya

kegiatan

penelitian

ini

meliputi

pengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasi data,


dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada
penganalisisan data tersebut.
6.

Desain penelitian

Peneliti kalitatif tidak perlu menyusun desain penelitian secara


kaku, desainnya tergantung situasi di lapangan. penelitian
kualitatif sama seperti kajian kuantitatif yang membutuhkan
rencana untuk memilih situs dan partisipan dan untuk
menghimpun data. Rencana penelitian kualitatif tidak seperti
penelitian kuantitatif , mengacu pada desain darurat
(emergent design) atau desain percobaan (tentative design).
Dalam

desain

tersebut,

setiap

penambahan

keputusan

penelitian tergantung pada informasi sebelumnya. Desain


darurat, dalam kenyataannya tampak beredar atau berputar
(circular), karena proses sampling yang bertujuan (purposeful
sampling), penghimpunan data, dan analisis data parsial
dilakukan simultan dan interaktif, bukan langkah-langkah
berurutan

yang

berlainan.

Peneliti

kualitatif

sama

berkepentingan terhadap validitas desain seperti penelitian


kuantitatif, tetapi metode yang digunakan untuk membangun
validitas intern dan validitas eksternnya (jauh) berbeda.
Desain

penelitian

kualitatif

pada

umumnya

tidak

mengemukakan hipotesis yang harus dites, tetapi lebih sering


berupa pertanyaan penelitian yang lebih mengarahkan pada
ketercapaian pengumpulan data secara langsung.
7.

Penggunaan Teori

Dalam penelitian kualitatif tidak begitu tergantung dengan


teori, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang sangat
tergantung dalam penggunaan teori. Teori dalam penelitian
kualitatif

terutama dalam penulisan proposal tidak begitu

penting, kalau toh ada hanya sebagai pengantar saja. Namun


demikian telaah literatur dalam penelitian ini sangat
menentukan kualitas ilmiah dari penelitian yang dilakukan.
Menurut John W. Creswell, peneliti yang menggunakan
pendekatan kualitatif memanfaatkan teori untuk tujuan-tujuan
yang berbeda. Pertama teori seringkali digunakan sebagai
penjelas atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa
jadi sempurna dengan adanya variabel-variabel, konstrukkonstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian.
Kedua, peneliti kualitatif sering kali menggunakan perspektif
teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas,
dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompok-kelompok
marginal).
Ketiga, peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, teori
sering dijadikan sebagai point akhir penelitian, dengan
demikian

peneliti

dalam

menerapkan

penelitiannya

menggunakan pendekatan induktif, mulai dari data, kemudian


ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model

tertentu. Logika pendekatan induktif yang dimaksud dapat


dilihat pada bagan berikut:
Peneliti mengemukakan generalisasi-generalisasi atau teori-teori
dari literature-literatur dan pengalaman-pengalaman pribadinya
Peneliti mencari pola-pola umum, generalisasi-generalisasi, atau teoriteori dari tema-tema atau kategori-kategori yang dibuat
Peneliti menganalisa data berdasarkan tema-tema dan kategori-kategori
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada partisipan dan
merekam catatan-catatan lapangan
Peneliti mengumpulkan informasi (misalnya dari wawancara atau
observasi)

Gambar. Logika Induktif dalam penelitian kualitatif.


Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan
teori yang terlalu eksplisit. Menurut Schwandt sebagai mana
dikutip oleh John W. Creswell kasus ini terjadi karena dua
hal: (1) karena tidak ada satu pun penelitian kualitatif yang
dilakukan dengan observasi yang benar-benar murni dan (2)
metode tertentu telah memberikan starting point bagi
keseluruhan observasi. Bahkan banyak yang memandang
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki
orientasi teori yang eksplisit, seperti dalam penelitian
fenomenologi, dimana peneliti berusaha untuk membangun
esensi pengalaman dari para partisipan. Dalam konteks ini
peneliti hanya membuat suatu deskripsi yang kaya dan rinci
tentang fenomena tertentu.

Sesuai dengan rancangan penelitian kualitatif, teori bisa


muncul di awal dan dapat dimodifikasi atau disesuaikan
sedemikian rupa berdasarkan pandangan dari para partisipan.
Tetapi untuk sebagian rancangan kualitatif yang berorientasi
teori,

seperti

etnografi

mengkualifikasi

kritis,

penggunaan

menurut
teori

Lather

sebagai

(1986)
berikut:

Melakukan penelitian grounded theory secara empiris


membutuhkan relasi timbal balik antara data dan teori. Data
harus diolah secara dialektik agar dapat menghasilkan
proposisi-proposisi baru yang memungkinkan munculnya
kerangka teoritis, dengan tetap menjaga kerangka tersebut
secara ketat agar tidak bercampur-baur dengan data penelitian.
8.

Instrument penelitian

Instrument pada penelitian ini adalah peneliti sendiri (human


instrument). Untuk menjadi instrument yang baik, peneliti
harus mempunyai kriteria memiliki bekal teori dan wawasan
yang

luas,

sehingga

mampu

bertanya,

menganalisis,

memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti


menjadi lebih jelas dan bermakna.
9.

Data penelitian
Menurut Lofland sebagaimana dikutip Moleong,

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-

kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti


dokumen dan lain-lain. Adapun jenis datanya dibagi dalam :
1) Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan subyek penelitian (orang yang diteliti)
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio,
pengambilan foto, atau film.
Sebagai sumber data utama, kata-kata dan tindakan yang
berasal dari wawancara atau observasi partisipatoris harus
dibuat catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan hasil
usaha

gabungan

yang

berasal

dari

kegiatan

melihat,

mendengar, dan bertanya.


Dari ketiga kegiatan (melihat, mendengar, dan bertanya) untuk
mendapatkan data di atas, tentu ada yang lebih dominan,
apakah melihat, mendengar atau bertanya. Tentu akan terjadi
variasi kegiatan yang dominan dari waktu ke waktu yang lain
dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Terkadang melihat
dan mendengar merupakan alat utama mendapatkan data
ketika kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk
melakukan wawancara mendalam. Bisa juga bertanya menjadi
alat utama yang dominan untuk mendapatkan data, apabila
peneliti mempunyai kesempatan untuk melakukan wawancara
mendalam.

Untuk menghindari mendapatkan data yang mubadzir, maka


peneliti harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Perumusan masalah yang baik akan membatasi
penggalian data yang dilakukan oleh peneliti, sehingga
peneliti hanya akan mengejar pertanyaan yang benarbenar mengacu pada tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
b. Desain penelitian yang baik akan membantu peneliti
untuk menyadari data mana yang harus dikejar.
Peneliti harus melakukan pengambilan data apakah
melalui observasi atau wawancara dengan sadar,
bahwa informasi yang dikejar itu merupakan suatu
yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.
2) Sumber Tertulis
Dalam penelitian kualitatif, selain perkataan dan
tindakan dianggap sebagai sumber data kedua. Adapun
yang termasuk dalam sumber data ini adalah:
a. Buku
Yang termasuk dalam kategori ini adalah buku,
disertasi, tesis, dan skripsi umumnya tersimpan
di perpustakan. Buku-buku yang tersimpan
dalam perpustakaan sangat beragam, dari mulai
kitab suci dan tafsirnya, kitab hadits, buku teks,

buku biografi, buku terbitan pemeritah, dan


buku-buku lain yang menunjang. Peneliti bisa
menggunakan sumber-sumber data ini sesuai
dengan tujuan dan desain penelitian yang telah
ditentukan.
b. Majalah dan Jurnal ilmiah
Yang termasuk dalam kategori ini adalah
majalah, jurnal penelitian, baik yang terbit
lokal, regional, nasional, maupun international.
Sumber data yang termasuk kategori ini sangat
berguna bagi peneliti untuk mendalami tentang
apa dan bagaimana subyek penelitian, terutama
yang

menggambarkan

profil

dan

karya-

karyanya yang telah dihasilkan.


c. Arsip
Sumber tertulis berikutnya adalah arsip, baik
yang ada di arsip nasional maupun arsip
lembaga lainnya. Dari sumber arsip inilah
peneliti dapat memperoleh informasi lingkaran
keluarga subyek penelitian. Arsip tersebut bisa
berupa riwayat hidup suatu tokoh yang terkenal
dari daerah tempat penelitian, sehingga dapat

digunakan untuk mempelajari perilaku orang


dalam buku tersebut.
d. Dokumen resmi
Umumnya

instansi

pemerintah

memiliki

dokumen resmi. Untuk lembaga pendidikan


dokumen resminya berupa laporan rapat, daftar
kemajuan staf pengajar dan pegawai tata usaha,
laporan diri (laporan guru bk tentang siswa),
dan laporan kemajuan siswa. Data-data dari
dokumen resmi dapat memperkaya data hasil
penelitian.
e. Dokumen pribadi
Yang termasuk dalam kategori ini adalah
dokumen yang dibuat oleh subyek penelitian
seperti surat, buku harian (diari), anggaran
peneriman dan pengeluaran diri atau rumah
tangga, pepatah, arsip makalah yang belum
diterbitkan, dan sebagainya.
3) Foto
Foto merupakan data yang banyak dipakai dalam
penelitian kualitatif, dan digunakan untuk berbagai
keperluan. Foto juga menghasilkan data deskriptif yang
berharga, dan dapat digunakan sebagai sarana untuk

menalaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering


dianalisi secara induktif.
Foto dikategorikan menjadi dua, yaitu foto yang
dihasilkan oleh peneliti sendiri dan foto (album) yang
dihasilkan
merupakan

oleh
data

orang lain.
yang

Foto atau

penting,

sehingga

gambar
perlu

dimasukkan terlebih dahulu ke dalam catatan lapangan.


Selanjutnya data yang sudah dalam bentuk catatan
lapangan dianalisis secara induktif.
4) Data Statistik
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data
tambahan untuk memperkuat analisis. Data statistik
hendaknya digunakan sebagai data tambahan yang
penggunanya harus dibatasi, agar tidak menyimpang

dari azas penelitian kualitatif. Penggunaanya juga


sudah direduksi menjadi naratif/deskripsi.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
dan lebih luas terhadap situasi sosial yang diteliti, teknik
pengumpulan

data

pada

penelitian

kualitatif

bersifat

triangulasi1.
1

Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai


gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi
metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori.
1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan
obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau
informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya.
2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu
orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya
khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek
penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah
memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar
tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing
cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan

Agar data yang diperoleh benar-benar mendalam


pengumpulannya menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data secara gabungan/simultan.

Cara ini digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, yaitu suatu data yang


mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang dimaksud adalah suatu nilai di balik data yang
tampak.

Karenanya

dalam

penelitian

kualitatif

tidak

menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada


makna.

Generalisasi

pada

pendekatan

ini

dinamakan

transferability.
Sumber data pada penelitian ini berasal dari subyek
penelitian (sampel) yang dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan).
Penelitian

kualitatif

menggunakan

lingkungan

alamiah

sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam


memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti.
4. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi
atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan
atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian


kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi
berlangsung

di

tempat

kejadian.

Peneliti

mengamati,

mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya


dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang
diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang
diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di
mana tingkah laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin
mengetahui

peran

pimpinan

pesantren

(mudir) dalam

pembinaan santri. Peneliti harus mendatangi suatu pesantren


kemudian menggali informasi yang terkait dengan peran
mudir dalam pembinaan santri baik itu dari mudir, santri,
maupun dokumen pesantren.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data
yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,
hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun
peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk
angka-angka.
Berikut

ini

Tips

dari

Cresswel

agar

peneliti

mendapatkan data yang lebih akurat.


Observasi
1.

Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai

2
3
4
5

1
2
3
4
5

1
2
3
4
5

partisipan.
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai
observer
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak
berperan sebagai partisipan ketimbang observer
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak
sebagai observer ketimbang partisipan
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai
outsider (orang luar) terlebih dahulu, kemudian mulai
masuk ke dalam setting penelitian sebagai insider
(orang dalam)
Wawancara
Melaksanakan wawancara tidak terstruktur dan
terbuka, sambil mencatat hal-hal penting.
Melaksanakan wawancara tidak terstruktur dan
terbuka, sambil merekamnya dengan audio-tape, lalu
mentranskripnya.
Melaksanakan wawancara semu struktur, sambil
merekamnya dengan audio-tape, lalu mentranskripnya.
Melaksanakan wawancara FG, sambil merekamnya
dengan audio-tape, lalu mentranskripnya.
Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda
sekaligus: melalui email, facebook, dengan berhadaphadapan langsung, wawancara FG, wawancara FG
online, dan wawancara telepon.
Dokumentasi
Mendokumentasikan buku harian selama penelitian
Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama
penelitian
Mengumpulkan surat pribadi dari partisipan
Menganilis dokumen public (seperti memo resmi,
catatan-catan resmi, atau arsip-arsip lainnya)
Menganalisis autobiografi atau biografi

6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8

10.

Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka


dengan video-tape.
Audit-audit
Rekaman medis
Materi Audio-Visual
Menganalisis jejak-jejak fisik (seperti jejak-jejak kaki)
Merekam atau memfilmkan situasi social atau seorang
individu atau kelompok tertentu
Menganalisis foto dan rekaman video
Mengumpulkan suara/bunyi (seperti music, teriakan
anak, klakson mobil)
Mengumpulkan email
Mengumpulkan teks message dari hp
Menganilisis harta kepemilikan atau obyek-obyek
ritual
Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa atau stimulistimulin indra lainnya.
Analisis penelitian
Analisis merupakan proses pemecahan data menjadi

komponen-komponen yang lebih kecil berdasarkan elemen dan


struktur tertentu. Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong,
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya

menjadi

satuan

yang

datapat

dikelolah,

mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain2[3].
Menurut Seiddel dalam Burhan Bungin mengatakan
bahwa analisis data kualitatif prosesnya sebagai berikut3[4]:
1. proses mencatat yang menghasilakan catatan lapangan, dengan
hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2.

Mengumpulkan,

memilah-milah,

mengklasifikasikan,

menyintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.


3.

Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu


mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan.

4. Membuat temuan-temuan umum.


Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari
makna

dibalik

data

yang

melalui

pengakuan

subyek

pelakukanya4[5]. Peneliti dihadapkan kepada berbagai objek


penelitian

yang

semuanya

mengahasilkan

data

yang

membutuhkan analisis. Data yang didapat dari obyek


penelitian memiliki kaitan yang masih belum jelas. Oleh
karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan
tersebut secara jelas sehingga menjadi pemahaman umum.
2
3
4

Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif, yaitu


penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori tetapi
dimulai dari fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan,
mempelajari,

menganalisis,

menafsirkan

dan

menarik

kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Peneliti


dihadapkan kepada data yang diperoleh dari lapangan. Dari
data

tersebut,

peneliti

harus

menganalisis

sehingga

menemukan makna yang kemudian makna itulah menjadi hasil


penelitian.
Dari beberapa definisi dan tujuan penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya untuk
mengungkap makna dari data penelitian dengan cara
mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu.
C. Metode Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif tidak sama dengan analisis
kuantitatif yang metode dan prosedurnya sudah pasti dan jelas.
Ketajaman analisis data kualitatif tergantung kepada kebiasaan
peneliti dalam melakukan penelitian kuantitatif. Peneliti yang
sudah terbiasa menggunakan pendekatan

ini, biasanya

mengulas hasil penelitiannya secara mendalam dan kongkret.


Meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori
secara pasti sebagaimana kuantitaif, akan tetapi keabsahan dan

kevalidan temuannya juga diakui sejauh peneliti masih


menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Patton dalam
Kristi Poerwandari, yang harus selalu diingat peneliti adalah
bagaimanapun analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor
dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya
sejujur dan selengkap mungkin5[6].
Analisis kualitatif juga berbeda dengan kuantitatif yang
cara analisis dilakukan setelah data terkumpul semua, tetapi
analisis kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dari awal
hingga akhir. Hal ini dilakukan karena, peneliti kualitatif
mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal
penelitian. Bahkan hasil analisis awal akan menentukan proses
penelitian selanjutnya.
Menurut Lexy J. Moleong, proses analisis data kualitatif
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen
resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah
selanjutnya

adalah

reduksi

data,

penyusunan

satuan,

kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.


Proses analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh
Moleong diatas sangat rumit dan terjadi tumpang tindih dalam
5

tahapan-tahapannya. Tahapan reduksi data sampai kepada


tahapan kategorisasi data menurut hemat penulis merupakan
satu kesatuan proses yang bisa dihimpun dalam reduksi data.
Karena dalam proses ini, sudah terangkum penyusunan satuan
dan kategorisasi data. Oleh karena itu, penulis lebih setuju
kalau proses analisis data dilakukan melalui tahapan; reduksi
data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau
Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan
proses analisis tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan membuang yang tidak perlu6[7]. Reduksi data
bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
dalam data penelitian7[8]. Dengan kata lain proses reduksi data
ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat
melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti
dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.

6
7

Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk


menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data
di lapangan. Data yang diperoleh dalam penggalian data sudah
barang tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering
dijumpai data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian
tetapi data tersebut bercampur baur dengan data yang ada
kaitannya dengan penelitian. Maka dengan kondisi data
seperti, maka peneliti perlu menyederhanakan data dan
membuang data yang tidak ada kaitannya dengan tema
penelitian. Sehingga tujuan penelitian tidak hanya untuk
menyederhanakan data tetapi juga untuk memastikan data yang
diolah itu merupakan data yang tercakup dalam scope
penelitian8[9].
2. Penyajian data
Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad
Idrus bahwa: Penyajian data adalah sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan9[10]. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan
sekumpulan

informasi

yang

tersusun

yang

memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan


dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses
8
9

penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga


memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran
keseluruhan.

Pada

tahap

ini

peneliti

berupaya

mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok


permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap
subpokok permasalahan.
3. Kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses
analisa

data.

Pada

bagian

ini

peneliti

mengutarakan

kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini


dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan
dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.
Penarikan

kesimpulan

bisa

dilakukan

dengan

jalan

membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian


dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar
dalam penelitian tersebut.
Tahapan-tahapan diatas terutama tahapan reduksi dan
penyajian data, tidak melulu terjadi secara beriringan. Akan
tetapi

kadang

setelah

dilakukan

penyajian

data

juga

membutuhkan reduksi data lagi sebelum ditarik sebuah

kesimpulan. Tahapan-tahapan diatas bagi penulis tidak


termasuk pada metode analisis data tetapi masuk kepada
strategi analisis data. Karena, metode sudah paten sedangkan
strategi bisa dilakukan dengan keluwesan peniliti dalam
menggunkan strategi tersebut. Dengan demikian, kebiasaan
peneliti menggunakan metode analisis kualitatif menentukan
kualitas analisis dan hasil penelitian kualitatif.
D. Macam-Macam Analisis Data Kualitatif
Secara umum metode analisis data meliputi reduksi, display
data dan kesimpulan atau verifikasi data. Akan tetapi karena
data kaulitatif sangat banyak sekali, maka model analisis data
juga beragam sesuai dengan objek penelitian. Secara umum,
model analisis data terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
pertama, kelompok metode analisis teks dan bahasa; kedua,
kelompok

metode

analisis

tema-tema

budaya;

ketiga,

kelompok analisis kinerja, perilaku seseorang dan perilaku


institusi10[11].
Adapun bagian-bagian dari tiga kelompok model analisis data
kualitatif diatas adalah sebagai berikut11[12]:
1. Kelompok metode analisis teks dan bahasa
a) Content analysis (analisis ini)
b) Framing analysis (analisis Bingkai)
10
11

c)
d)
e)
f)
g)

Analisis semiotik
Analisis kontruksi sosial media massa
Hermeneutic
Analisis wacana dan penafsiran teks
Analisis wacana kritis

2. Kelompok analisis tema-tema budaya


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Analisis struktural
Domain analysis
Taxonomi analysis
Componential analysis
Discovering cultural theme analysis
Constant comparative analysis
Grounded analysis
Ethnology

3.

Kelompok analisis kinerja dan pengalaman individual serta


perilaku institusi

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Focus group discussion (FGD)


Studi kasus
Teknik biografi
Lifes history
Analisis SWOT
Penggunaan bahan dokumenter
Penggunaan bahan visual
III.

PROSES PENELITIAN

1. Tahap Pra-lapangan
Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki
lapangan. Masing-masing adalah: (1) Penyusunan rancangan
awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan

lapangan

dan

penyempurnaan

rancangan

penelitian,(4)

Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan, dan (5)


Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Sepanjang

pelaksanaan

penelitian,

ternyata

penyempurnaan tidak hanya menyangkut pusat perhatian


penelitian, melainkan juga pada metode penelitiannya. Bogdan
dan Taylor (1975:126) menegaskan agar para peneliti sosial
mendidik (educate) dirinya sendiri. "To be educated is to learn
to create a new. We must constantly create new methods and
new approaches".
Konsep sampel dalam penelitian ini berkaitan dengan
bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang
dapat memberikan informasi mantap dan terpercaya mengenai
unsur-unsur pusat perhatian penelitian. Pemilihan informan
mengikuti pola bola salju (snow ball sampling). Bila
pengenalan dan interaksi sosial dengan responden berhasil,
maka ditanyakan kepada orang tersebut siapa-siapa lagi yang
dikenal atau disebut secara tidak langsung olehnya.
Dalam menentukan jumlah dan waktu berinteraksi
dengan sumber data, peneliti menggunakan konsep sampling
yang dianjurkan oleh Lincoln dan Guba (1985), yaitu
maximum variation sampling to document unique variations.

Peneliti akan menghentikan pengumpulan data apabila dari


sumber data sudah tidak ditemukan lagi ragam baru. Dengan
konsep ini, jumlah sumber data bukan merupakan kepedulian
utama, melainkan ketuntasan perolehan informasi dengan
keragaman yang ada.
Pemeriksaan keabsahan (trustworthiness) data dalam
penelitian ini dilakukan dengan empat kriteria sebagaimana
dianjurkan oleh Lincoln dan Guba (1985: 289-331). Masingmasing adalah: (1) derajat kepercayaan (credibility), (2) derajat
keteralihan

(transferability),

(3)

derajat

kebergantungan

(dependability), dan (4) derajat kepastian (confirmability).


Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang
diperoleh, dilakukan dengan teknik: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4)
pemeriksaan sejawat, (5) kecukupan referensial, (6) kajian
kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota.
3. Tahap Pasca Lapangan
Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan
metode kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata orang hasil
wawancara baik tertulis maupun lisan, dan tingkah laku

teramati hasil dari observasi, termasuk gambar (Bogdan and


Taylor, 1975).
Walau peneliti tidak sependapat dengan teknik-teknik
analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1987),
model

analisis

interaktif

yang

digambarkannya

sangat

membantu untuk memahami proses penelitian ini. Model


analisis interaktif mengandung empat komponen yang saling
berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan
data, (3) pemaparan data, dan (4) penarikan dan pengujian
simpulan.
Mengacu model interaktif, analisis data tidak saja
dilakukan setelah pengumpulan data, tetapi juga selama
pengumpulan data. Selama tahap penarikan simpulan, peneliti
selalu

merujuk

kepada

"suara

dari

lapangan"

untuk

mendapatkan konfirmabilitas.
Analisis selama pengumpulan data (analysis during
data collection) dimaksudkan untuk menentukan pusat
perhatian (focusing), mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
analitik dan hipotesis awal, serta memberikan dasar bagi
analisis pasca pengumpulan data (analysis after data
collection). Dengan demikian analisis data dilakukan secara
berulang-ulang (cyclical).

Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara, dicatat


hasilnya ke dalam lembar catatan lapangan (field notes).
Lembar catatan lapangan ini berisi: (1) teknik yang digunakan,
(2) waktu pengumpulan data dan pencatatannya, (3) tempat
kegiatan atau wawancara, (4) paparan hasil dan catatan, dan
(5) kesan dan komentar.12
Pendirian ontologis penelitian adalah bahwa tujuan
penyelidikan

adalah

mengembangkan

suatu

bangunan

pengetahuan idiografik dalam bentuk "hipotesis kerja" yang


menggambarkan kasus individual (Lincoln and Guba, 1985:
38). Implikasinya, konstruksi realitas, yang dalam hal ini
adalah gejala menglaju dan pengaruh sosialnya, tidak dapat
dipisahkan dari konteks (kedisinian, Bandulan) dan waktu
(kekinian, 1996).
Untuk

itu

peneliti

memandang

penting

untuk

menyelidiki secara cermat akar-akar gejala menglaju sebagai


konteks kajian. Berdasarkan asal faktor pemicu gejala
menglaju peneliti menemukenali tiga kategori faktor, yaitu: (1)
dari dalam diri, (2) dari dalam desa, dan (3) dari luar desa.
Empat teknik analisis data kualitatif sebagaimana
dianjurkan oleh Spradley (1979) diterapkan dalam penelitian
12

lihat lampiran.

ini. Masing-masing adalah: (1) analisis ranah (domain


analysis), (2) analisis taksonomik (taxonomic analysis), (3)
analisis komponensial (componential analysis). dan (4) analisis
tema budaya (discovering cultural themes).
1.

Catatan Lapangan

.
Perbedaan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif
terhadap catatan lapangan terletak pada sumber data yang akan
digunakan. Metode penelitian kuantitatif bersifat kuantitatif
dari hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan
menggunakan instrumen. Sedangkan pada metode penelitian
kualitatif, bersifat deskripitif kualitatif dari dokumen pribadi,
catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden. Maka dalam
bahasan ini akan lebih berfokus pada penelitian kuanlitatif.
a. Jenis-jenis Catatan Lapangan
1) Jotted Notes
Merupakan catatan yang dibuat di tempat penelitian. Catatan
ini ringkas dan hanya berisi kata-kata yang dapat
mengingatkan memori di tempat kejadian.
2) Catatan pengamatan langsung (Direct Observation Notes)
Merupakan catatan yang dibuat langsung setelah peneliti
meninggalkan tempat kejadian. Catatan ini disusun secara
kronologis berdasarkan tempat, waktu, dan urutan kejadian.
3) Catatan interpretasi peneliti (Researcher Inference Notes)

Berisi interpretasi dari peneliti mengenai suatu kejadian


tertentu.
4) Catatan analitis
Menuliskan taktik, rencana, keputusan prosedural, serta kritik
pribadi mengenai keputusan yang diabilnya sendiri.
5) Catatan pribadi
Berisi catatan pribadi peneliti mengenai segala hal yang
peneliti rasakan dalam mengadakan penelitian.
6) Peta dan diagram
Berperan menggambarkan situasi di tempat kejadian dan
memudahkan pembaca untuk memahaminya.
7) Rekaman video dan suara
Sangat membantu peneliti untuk mengingat kembali suatu
kejadian dan percakapan ketika tahap pengumpulan data.
8) Catatan wawancara
Berisi catatan yang menerangkan kapan, siapa, bagaimana, dan
isi dari pokok-pokok wawancara yang dibahas.
Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Menurut Mandolang (2007) catatan
lapangan adalah tulang punggung riset karena catatan lapangan
merupakan catatan yang dibuat peneliti dalam sebuah
penelitian dari lapangan. Catatan tersebut dapat bersifat

deskriptif (sesuai yang teramati) atau reflektif (mengandung


penafsiran peneliti).
b. Karakteristik catatan lapangan:
1) Akurat
2) Rinci, namun bukan berarti memasukkan semua data yang
tidak berkaitan
3) Luas, agar pembaca memahami situasi dijelaskan
4) Data dapat menyediakan ikhtisar budaya atau pengaturan.
5) Para pengamat harus melakukan lebih dari sekedar
melakukan perekaman situasi sederhana
c. Bentuk Catatan lapangan
Menurut Moelong (2001:154) bentuk catatan lapangan pada
dasarnya adalah wajah catatan lapangan yang terdiri dari
halaman depan dan halaman-halaman berikutnya disertai
petunjuk paragraf dan baris tepi.
1) Halaman Pertama
Menurut Lexy J. Moleong (2001:154) pada halaman pertama
setiap catatan lapangan diberi judul informasi yang dijaring,
waktu yang terdiri dari tanggal dan jam dilakukannya
pengamatan dan waktu menyusun catatan lapangan, tempat
dilaksanakannya pengamatan itu, dan diberi nomor urut
sebagai bagian dari seluruh perangkat catatan lapangan.
2) Alinea dan batas tepi

Alinea atau paragraf dalam catatan lapangan memegang


peranan khusus dalam kaitannya dengan analisis data. Oleh
karena itu, setiap kali menuliskan satu pokok persoalan,
peneliti harus membuat alinea baru. Kemudian, batas tepi
kanan catatan lapangan harus diperlebar dari biasanya karena
akan digunakan untuk memberikan kode pada waktu analisis.
Kode tersebut berupa nomor dan judul-judul tertentu. Atas
dasar pemberian kode dengan judul-judul tersebut dapat
diperkirakan berapa lembar batas tepi yang perlu disisakan.
Menurut Idrus (2007:93) mengenai bentuk catatan lapangan
pada dasarnya belum ada kesepakatan antar para ahli tentang
bagaimana bentuk catatan lapangan yang baik. Namun
demikian sebagai persiapan tentang isi catatan lapangan itu
harus memuat:
a) Judul atau tema yang ditulis
Penulisan tema ini penting agar memudah peneliti dalam
membuat kategori-kategori. Tentu saja tema ini dapat diambil
sesuai topik yang dibicarakan. Hanya saja perlu diingat tema
tersebut tidak boleh lepas dari kerangka besar desain penelitian
yang sedang dirancang.
b) Menjelaskan tentang kapan aktivitas itu terjadi (jam,
tanggal, hari).
Peneliti hendaknya menuliskan secara rinci kapan suatu dialog
itu terjadi lengkap denga tanggal, hari, jam saat di mulai dan
saat wawancara itu selesai dilakukan. Proses ini berguna saat
peneliti hendak melakukan uji keabsahan data. Dari catatan
tersebut peneliti dapat memperkirakan kapan lagi jika suatu
data hendak dilakukan keabsahannya.

c) Menyebutkan siapa yang terlibat dalam aktivitas itu (baik si


pengamat maupun yang diamati).
Pada bagian ini sebutkanlah siapa yang diamati dan siapa yang
berposisi sebagai pengamat. Menjelaskan aktivitas apa yang
sedang terjadi. Paparkan aktivitas apa yang sedang dilakukan
oleh subyek. Penggambaran aktivitas ini penting agar peneliti
dapat memahami perilaku sesuai konteks yang dialami oleh
informan. Di mana aktivitas itu terjadi. Jelaskan di mana
aktivitas itu berlangsung.

d. Model Catatan Lapangan


Dalam penjelasannya, Moleong mengungkapkan bahwa model
suatu catatan lapangan membaginya ke dalam tiga macam,
yakni catatan pengamatan, catatan teori, dan catatan
metodologi (2001:154-156).
1) Catatan Pengamatan (CP)
Catatan pengamatan adalah pernyataan tentang semua yang
dialami yaitu yang dilihat dan didengar dengan menceritakan
siapa yang menyatakan atau melakukan apa dalam situasi
tertentu (Moleong, 2001:155). Catatan pengamatan dilakukan
selama tindakan berlangsung (Widyawati, 2008). Pernyataan
tersebut tidak boleh berisi penafsiran, hanya merupakan
catatan sebagaimana adanya dan pernyataan yang datanya
sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.
Setiap catatan pengamatan mewakili peristiwa yang penting
sebagai bagian yang akan dimasukkan ke dalam proposisi yang
akan disusun atau sebagai kawasan suatu konteks atau situasi.

Moleong
(2001:155)
menambahkan
bahwa
catatan
pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa, bilamana,
di mana, dan bagaiamana suatau kegiatan manusia. Hal itu
menceritakan siapa mengatakan atau melakukan apa
dalam kondisi tertentu.
Setiap catatan pengamatan merupakan suatu kesatuan yang
menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu yang sangat
berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada
pada catatan pengamatan lainnya. Jika catatan pengamatan itu
merupakan kutipan, sebaiknya dikutip secara tepat.

2) Catatan Teori (CT)


Catatan teori yakni digunakan untuk menampung peneliti yang
ingin mempersoalkan melebihi fakta. Catatan teori mewakili
usaha yang terkontrol dan dilakukan secara sadar untuk
memperoleh pengertian dari satu atau beberapa catatan
pengamatan. Peneliti sebagai pencatatan senantiasa berpikir
tentang apa yang dialaminya dan membuat pernyataan khusus
tentang arti sesuatu yang dirasakannya sebagai sesuatu yang
menghasilkan suatu pemikiran konseptual. Dengan demkian ia
mulai menafsirkan, menyimpulkan, berhipotesis, bahkan
berteori. Ia mulai mengembangkan konsep baru,
menghubungkannya
dengan
konsep
lama,
atau
menghubungkan antara sesuatu yang diamatinya dari segi lain
yang akan menghasilkan suatu perubahan sosial.
3) Catatan Metodologi (CM)
Menurut Moleong (2001:156) catatan metodologi ialah
pernyataan yang berisi tindakan operasional yang berpengaruh

terhadap suatu kegiatan pengamatan yang direncanakan atau


yang sudah diselesaikan. Jadi, catatan metodologi berupa
instruksi-instruksi terhadap pengamat sendiri, peringatan,
kritik terhadap taktiknya. Hal itu berisi soal waktu, penata
urutan kegiatan, penetapan dan kestabilan langkah, pengaturan
situasi dan tempat, cara pengamat berkelit dalam taktik, dan
lain sebagainya. Catatan metodologi mempermasalahkan
tindakan diri peneliti dan proses metodologinya.
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini
adalah catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti atau mitra
peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Berbagai
aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas,
hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan
siswa, mungkin juga hubungan dengan orang tua siswa, iklim
sekolah, kepala sekolah, demikian pula dengan kegiatan lain
dari penelitian ini seperti aspek orientasi, perencanaan,
pelaksanaan, diskusi dan refleksi. Semua hal itu dapat dibaca
kembali dan dipahami kembali dari catatan lapangan.
Kekayaan data dalam catatan lapangan, memuat secara
deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah,
kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansanuansa lain yang merupakan kekuatan tersendiri dari penelitian
tindakan kelas (yang bernuansa kualitatif) secara mendasar dan
mulai dari akar rumput.
Catatan lapangan yang dbuat oleh peneliti pada penelitian
etnografis yang sejenis dengan yang dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas, menunjukkan adanya keragaman
dalam format, struktur dan fokusnya. Tergantung pada masalah
dan desain penelitian, serta keterampulan dan gaya peneliti.
Walaupun demikian, ada beberapa katergori yang membedakan
dalam membuat catatan lapangan:

1. Menggunakan deskriptor inferensial rendah dengan


catatan yang konkrit dan tepat, termasuk catatan
verbatim atau kata demi kata dari setiap pembicaraan,
perilaku dan kegiatan
2. Menggunakan deskriptor inferensial tinggi . Yaitu
catatan yang dibuat berdasarkan kombinasi skema
analisis yang sudah disepakati termasuk komentarkomentar yang diucapkan.
Catatan lapangan dari katergori pertama merupakan dasar dari
data pengamatan atau observasi karena itu dicatatan seakurat
mungkin (Goetz dan LeCompte, 1984:160)
Catatan lapangan biasanya dibuat oleh peneliti dengan
menggunakan tulisan tangan si peneliti atau mitra, yang hanya
dimengerti oleh pemilik catatan. Orang lain tida dapat
membacanya karena dipenuhi dengan singatan-singkatan kata
yang ditulis dengan tergesa-gesa atau dengan kode. Maka
sebaiknya bersegeralah mencatat kembali catatan lapangan
tersebut dengan diketik agar bisa dibaca dan dimengerti semua
orang.
Salah satu contoh analisis catatan lapangan adalah dengan
mengindentifikasi data esensial dari catatan lapangan, seperti:
1. Siapa, kejadian atau situasi apa yang terlibat dan
terjadi?
2. Apa tema atau isu utama dalam catatan itu?
3. Pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang
diajukan?
4. Hipotesis, dugaan, atau perkiraan/ spekulasi apa yang
diajukan peneliti tentang tokoh atau situasi yang
dideskripsikan dalam catatan lapangan.

5. Masalah atau fokus apa yang perlu dikejar peneliti


dalam pertemuan/ kegiatan/ kontak berikutnya? (Miles
dan Huberman, 1984:50)

2.

Penulisan laporan penelitian


(Sistematika Penulisan Laporan Penelitian)

1. BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan berisi tentang gambaran umum untuk
memberikan wawasan tentang arah penelitian yang dilakukan.
Dengan membaca pendahuluan ini, pembaca dapat mengetahui
konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.
A. Konteks Penelitian
Konteks penelitian diawali dengan ungkapan kegalauan
peneliti terhadap fenomena sosial atau peristiwa yang diteliti,
ungkapan pernyataan permasalahan, pernyataan pentingnya
penelitian dan dapat juga ungkapan hasil-hasil penelitian yang
relevan. Selain itu peneliti juga harus mengemukakan katakata kunci penelitian yang berupa konsep-konsep yang hendak
diteliti sejalan dengan trori-teori yang relevan, dan didukung
oleh bukti-bukti empiris (hasil penelitian terdahulu yang
relevan)
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada hakikatnya merupakan istilah lain dari

rumusan masalah. Fokus penelitian pada subbab ini berupa


pertanyaan yang memerlukan jawaban melalui suatu aktivitas
penelitian. Fokus penelitian menggunakan kata tanya misalnya
bagaimana, mengapa, upaya apa, dan lain sebagainya,
sehingga pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pola-pola
narasi atau deskripsi. Fokus penelitian diajukan setelah
dilakukan observasi dan studi pendahuluan di lapangan.
Apabila fokus penelitian dalam penelitian terlalu luas maka
peneliti diperbolehkan menggunakan batasan masalah.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai
dalam penelitian, sesuai dengan fokus penelitian yang telah
dirumuskan sehingga dapat memberikan deskripsi dengan
jelas, detai dan mendalam mengenai proses dan hasil penelitian
yang ingin dicapai.
D. Manfaat Penelitian
Bagian ini perlu diungkapkan manfaat penelitian secara teoritis
dan atau praktis, dengan cara menjabarkan kepada piha yang
memungkingkan
memanfaatkan
hasil
penelitian.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini memaparkan teori-teori dan hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian. Pada bagian
ini peneliti juga perlu mencantumkan kerangka berpikir
terjadinya fenomena yang akan diteliti. Kajian pustaka
digunakan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan kenyataan di lapangan. Selain itu kajian pustaka juga
bermanfaan untuk memberikan gambaran umum atau bahan

penjelas tentang konteks penelitian dan sebagai bahan


pembahasan hasil penelitian.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini pada dasarnya mengungkapkan sejumlah cara yang
memuat uraian tentang metose dan langkah-langkah penelitian
secara operasional yang menyangkut rancangan metode dan
langkah-langkah penelitian secara operasional yang
menyangkut rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, tahapan penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan
keabsahan data.
A. Rancangan Penelitian
Bagian ini menjelaskan pendekatan penelitian kualitatif dari
alasan-alasan singkat mengapa pendekatan tersebut digunakan.
Selain itu, dikemukakan orientasi teoritis, yaitu landasan
berpikir untuk memahami makna suatu gejala. misalnya
fenomologis, interasi simbolik, kebudayaan, etnometodologis,
atau kritik seni. Peneliti perlu menemukakan rancangan
penelitian yang digunakan baik etnografis, studi kasus,
grounded theory< interaktif, ekologis, atau partisipatoris.
B. Kehadiran Peneliti
Bagian ini perlu disebutka bahwa peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti ini
harus dijelaskan secara eksplisit dalam laporan penelitian.
Perlu dijelaskan apakah peran penelitia sebagai partisipan
penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh.
C. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbanganpertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan
fokus penelitian yang dipilih. Pemilihan lokasi ini, diharapkan
menemukan hal-hal yang bermakna dan baru atau sesuai
dengan fenomena sosial atau peristiwa dalam penelitian. Jadi
mengmukakan lokasi penelitian adalah menyebutkan tempat
penelitian misalnya desa, komunitas atau lembaga tertentu dan
menjelaskan alasan dipilihnya lokasi tersebut.
D. Tahapan Penelitian
Bagian ini menguraikan proses aktivitas pelaksanaan
penelitian, mulai dari studi pendahuluan, pengembagan
rancangan, pelaksanaan penelitian, hingga penulisan laporan.
E. Data dan Sumber Data
Bagian ini menjelaskan tentang data apa saja yang
dikumpulkan, jenis data, siapa yang dijadikan sumber data
penelitian, dan karakteistik sumber data penelitian yang
dimaksud.
F. Teknik Pengumpulan Data
Uraian mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian kuallitatif antara lain meliputi: tes,
wawancara, angket, observasi, catatan lapangan, dokumentasi,
dan teknik lainnya. Teknik yang akan digunakan tergantung
kebutuhan dan kesesuaian jenis data penelitian. Setiap
penggunaan teknik pengumpulan data harus disertai dengan
istrumen, disampaikan pula alasan penggunaan teknik dan
tahapan pengumpulan data.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menjelaskan tentang teknik atau cara yang
digunakan untuk melakukan analisis data yang telah
terkumpul, serta penjelasan mengenai alasan/dasar penggunaan
teknik analisis. Penggunaan teknik analisis data harus
diselaraskan dengan pendekatan penelitian yang digunakan,
jenis data serta karakteristik data yang telah dikumpulkan.
H. Pemeriksaan Keabsahan Temuan
Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha penelitia untuk
memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan
dan interpretasi yang absah (dapat dipertanggungjawabkan),
maka perlu diteliti kredibilitas temuan data di lapangan.
Pengecekan keabsahan temuan dapat dilakukan antara lain
dengan:
1. Ketekunan pengamat (menggunakan teknik-teknik
perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi
partisipasi).
2. Triangulasi (di antaranya triangulasi sumber, metode,
dan teori)
3. Pembahasan teman sejawat
Jenis atau bentuk pengecekan keabsahan temuan yang
dilakukan

oleh

keragaman/hitergenitas

peneliti,
data,

disesuaikan
serta

hasil

dengan

analisis

data

sementara. dengan demikian, tidak perlu semua jenis


pengecekan keabsahan temuan disebutkan dalam bagian ini.

4.

BAB

IV

TEMUAN

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Bagian ini mendeskripsikan tentang lokasi penelitian
terutama yang berkenaan atau terkait dengan topik penelitian.
Deskripsi ini bermaksud menginformasikan tentang lokasi
penelitian secara umum, dan data atau peristiwa penting yang
erat hubungannya dengan topik peneliti.
B. Temuan Penelitian
Temuan penelitian merupakan deskripsi data yang langsung
berkaitan dengan upaya menjawab fokus penelitian. Peneliti
mengungkapkan

data

serinci

mungkin

terkaid

fokus

penelitian. Peneliti mendeskripsikan ungkapan-ungkapan


informasi secara rinci menurut bahasa dan pandangan
informan dengan mengutip kalimat langsung yang diucapkan
oleh informan/
C. Pembahasan
Bab ini memuat gagasan peneliti, keterkaitan atara pola-pola,
kategori-kategori

dan

dimensi-dimensi,

posisi

temuan

terhadap teori yang ada dan temuan penelitian sebelumnya,

serta penafsiran dan penjelasan dari temuan yang diungkap


dari lapangan. Kesimpulan dari hasil temuan penelitian
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk tabel atau diagram.
5. BAB V PENUTUP
Penutup memuat simpulan dan saran-saran atau rekomendasi
untuk tindak lanjut penelitian.
A. Simpulan

Simpiulan merupakan jawaban dari fokus penelitian dalam


bentuk temuan penelitian berupa konsep atau teori dan atau
hubungan antar konsep serta kemungkinan pengembangannya
di masa mendatang.
B. Saran
Saran dibuat berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan
peneliti, ditujukan kepada para pihak yang memungkinkan
memanfaatkan hasil penelitian. Saran merupakan suatu
implikasi dari hasil penelitian dan diselaraskan dengan
manfaat penelitian

Adapun yang termasuk dalam kategori penelitian


kualitatif antara lain:
a.
Penelitian Historis
Penelitian jenis ini adalah penelitian yang bertujuan untuk
membuat rekonstruksi masa lampau, secara sistematis dan
objektif

dengan

memverifikasi

cara

dan

mengumpulkan,

mensintesiskan

mengevaluasi,

bukti-bukti

untuk

menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh


kesimpulan yang akurat.
Contoh:
1)
Studi tentang Sejarah Pesantren di Pulau Jawa
2)
Studi tentang Surau di Minangkabau.
b. Penelitian Perkembangan (development research)
Penelitian jenis ini bertujuan untuk mengamati atau
menyelidiki pola urutan pertumbuhan atau perubahan yang
terjadi pada suatu lembaga atau institusi pendidikan.
Umumnya

yang

menjadi

obyek

penelitian

berkaitan

manajemen pendidikan secara luas, bisa berupa kurikulum,


system pembelajaran, atau pola-pola lain yang berlangsung
dari waktu ke waktu.
Contoh:
- Studi Penerapan Kurikulum Pondok Pesantren di Jawa
Barat.

c.

Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan ( case

study and field research)


Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok dan
masyarakat. Penelitian ini cirinya bersifat mendalam tentang
sesuatu unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan
gambaran yang lengkap dan terorganisir.
Contoh:
- Studi kasus yang dilakukan oleh Piaget tentang
-

Perkembangan kognitif pada Anak-anak.


Studi kasus tentang Pola Pendidikan Kader Ulama

di Beberapa Pesantren .
Studi Lapangan tentang

Pendidikan

pada

Masyarakat terpencil.
d.
Penelitian Kausal Komperatif
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
Contoh:
-Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas dan efisiensi perusahaan.
e.
Penelitian Penjajagan (Eksploratif)
Penelitian ini merupakan penelitian yang masih terbuka dan
masih mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat. Penelitian ini
biasanya belum memiliki hipotesis dan kerangka pemikiran.
Untuk mengalirkan daya pikir peneliti, biasanya digunakan

pendekatan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan


penelitian, bukan kerangka pemikiran.
2. Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain
secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan
penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang
telah direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan
ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan.
Meski demikian, kerja peneliti mestilah merancang langkahlangkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat tiga tahap
utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono,2007):
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi.
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang
informasi yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi.
Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada
masalah tertentu.
3. Tahap seleksi.

Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah


ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis
secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema
yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi
suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam
tujuh langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah,
pembatasan masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan
penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori,
dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001).

Proses penelitian Kualitatif

Simpulan,
Pembahasan &
Rekomendasi

Fenomena

Kajian Teori

Konsep
Teoritik

Kajian Hasil
Penelitian
yg Relevan

analisa & penyajian


data penelitian
Proses Pengumpulan
& Analisis Data

TEORI BARU

Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah


penelitian kualitatif ditunjukkan pada gambar 3.2 dan uraian
berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah
merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran
yang ada. Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya
sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak sama
dengan kenyataan, sehingga timbul pertanyaan yang
menantang untuk ditemukan jawabannya. Atas dasar prinsip
masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat
muncul pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan
bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi
masalah yang terkait dengan pendekatan atau jenis penelitian
tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus
digunakan peneliti bergantung pada masalah yang ada. Di
dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan
identifikasi

masalah

dengan

mengungkapkan

semua

permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan


ditelitinya.

Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian


kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah
yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu
direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar
keluasan

lingkup

kajian.

Kajian

yang

terlalu

luas

memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih


banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan
khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam.
Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam
menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian, pembatasan
masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku/ketat.
Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan antara lain:
1. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
2. Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?
3. Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4. Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
5. Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah
tersebut?
6. Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat
kemampuan peneliti, akses memperoleh informasi, serta
ketersediaan dana dan waktu?

Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus


berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah
berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian,
yang berarti pula membatasi bidang temuan. Menetapkan
fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan
pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan
data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data
yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi
data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai
catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi
penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan dipastikan pada
saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus
masalah yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di
lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian sehingga diubah,
diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki
peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah
fokus penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang
perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian,
memilih dan menetapkan setting (latar) penelitian, mengurus
perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber data),
menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data, serta
menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan

data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang


perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah
menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan
sumber data. Hal ini terkait dengan teknik pengumpulan data
yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara atau
pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada
penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan
pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau
kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis
data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data
dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal
yang sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan
sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang
sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam
hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang,
berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan
data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk
membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis.
Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka

menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan


berfungsi

sebagai

fungsi

tujuan.

Teori

sebagai

alat

dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat


melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena
yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa
temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.
Langkah ketujuh: pelaporan hasil penelitian. Laporan hasil
penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti
setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian
dinyatakan selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan
hasil penelitian secara tertulis memiliki nilai guna setidaknya
dalam empat hal, yaitu:
1. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi
oleh para peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
2. Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
3. Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4. Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan bergantung pada kepentingan peneliti
(Sukardi, 2003).
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri

untuk kepentingan bidang pendidikan. Pentingnya penelitian


kualitatif dalam bidang pendidikan antara lain:
1. Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah
interaksi manusia dengan lingkungan yang membentuknya
melalui proses belajar dalam konteks lingkungan yang
berubah-ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni
pendidik

dan

tenaga

kependidikan,

siswa,

kurikulum,

lingkungan, waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan.


Setiap komponen saling berinteraksi dalam satu proses
pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi
pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses agar
memperoleh hasil optimal.
4. Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan
berlangsung sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan lingkungan masyarakat, secara alami.
5. Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan
pengembangan manusia mencakup aspek intelektual, moral,
sosial dalam satu kesatuan utuh, serasi, selaras dan seimbang.
Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui proses belajar
agar diperoleh perubahan-perubahan perilaku menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Proses dan hasil pendidikan tidak saja diukur secara


numerik/angka dan bilangan dalam bentuk indeks-indeks
prestasi atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan
statistik. Lebih dari itu perlu pengkajian mendalam berkenaan
dengan kualitas proses, efisiensi dan efektivitas, serta daya
guna terhadap perubahan perilaku individu khususnya anak
didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam bidang
pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan
makna yang terkandung dalam proses pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana
perubahan terjadi dalam proses tersebut, bagaimana interaksi
guru-siswa dan siswasiswa dalam pembelajaran, bagaimana
sumber belajar dioptimalkan penggunaannya, bagaimana guru
menangani kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya
memerlukan data kualitatif dalam menjelaskannya.
Pengukuran

secara

kuantitatif

tersebut

seringkali

menghilangkan makna yang sebenarnya, lebih dari data yang


diperoleh secara kuantitatif berdimensi tunggal, padahal dalam
kenyataannya suatu proses yang terjadi berkaitan erat dengan
berbagai dimensi yang muncul dalam kondisi alamiahnya.
Peran peneliti
Pada penelitian kualitatif peran peneliti sangat sentral dan
dominan, ini disebabkan karena peneliti merupakan instrumen

utama

dalam

penelitian.

Kemampuan

peneliti

dalam

mengungkap dan mendeskripsikan apa yang ia dengar, ia lihat,


dan ia rasakan sangat mempengaruhi kualitas hasil penelitian.
Karena itu peneliti harus dibekali kemampuan menggali
informasi melalui wawancara dengan subyek penelitian,
mempunyai kemampuan menulis dan mendeskripsikan apa
yang dilihat dan dirasakan dengan baik, sehingga pembaca bisa
merasakan apa yang terjadi, seakan-akan pembaca hadir dan
menyaksikan sendiri seperti apa yang peneliti lihat. Selain itu
peneliti juga harus mempunyai waktu yang cukup untuk hidup
atau tinggal bersama dengan subyek penelitian.
Isi penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang membutuhkan
waktu yang cukup panjang, yang berisi penggalan kisah atau
riwayat perjalanan hidup baik individu, kelompok, atau
organisasi secara utuh pada kurun tertentu. (akan dibahas lebih
lengkap pada tipe-tipe penelitian kualitatif)
Sifat dan konteks penelitian
Dalam penelitian kualitatif, proses pengolahan data yang
dilakukan sangat berbeda dari penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif identik dengan angka, sedangkan dalam penelitian
kualitatif peneliti lebih dituntut untuk mampu menerjemahkan
data ke dalam bentuk deskripsi, narasi, cerita, dokumen tertulis

dan tidak tertulis (gambar dan foto), maupun bentuk-bentuk


non angka lainnya. Peneliti ditantang untuk mampu menggali
serta menginterpretasikan data-data yang sedemikian banyak
tersebut agar tidak hanya menjadi tumpukan berkas yang berisi
foto atau informasi yang tidak bermakna atau sia-sia.
Dalam penelitian kualitatif teknik yang digunakan untuk
mengukur

validitas,

reliabilitas,

maupun

siginifikansi

informasi tidak memiliki prosedur yang jelas seperti halnya


pada penelitian kuantitatif. Tidak ada aturan absolut, seperti
yang dikatakan oleh Patton (1990), In short, there are no
absolute rules except to do the very best with your full intellect
to fairly represent the data and communicate what the data
reveal given the purpose of the study.
Patton juga mengungkapkan, meski tidak ada pedoman yang
jelas, tetap saja peneliti wajib memonitor dan melaporkan
proses dan prosedur analisisnya sejujur serta selengkap
mungkin. Hal terpenting dalam penelitian kualitatif adalah
bagaimana mengembangkan keluwesan berpikir dan kepekaan
teoritis dalam diri peneliti.
Kepekaan Teoritis untuk Meminimalkan Bias
Kepekaan teoritis sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam
menganalisis data untuk mengupayakan pengembangan teori.
Uraian mengenai kepekaan teoritis berulang kali dikatakan

oleh Strauss dan Corbin sebagaimana dikutip Poerwandari


(2013), dan dianggap sangat penting dalam pengembangan
teori dari dasar. Kepekaan teoritis adalah kualitas personal
yang dimiliki peneliti, yang mengindikasikan kesadaran
tentang detail, lipatan-lipatan dan kompleksitas makna dari
data. Menurut Poerwandari kepekaan teoritis antara peneliti
yang satu dengan peneliti yang lain berbeda-beda, tergantung
pada bacan yang ditekuni, pengalaman bersibuk diri dalam
area yang relevan denagn topic penelitian, maupun kepekaan
terhadap fenomena yang dipelajari. Hal yang juga sangat
penting adalah kesediaan peneliti untuk selalu bersikap
terbuka. Intinya kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan
untuk memperoleh insight, memberi makna pada data,
memahami dan memilah mana data yang esensial dan mana
yang tidak. Kepekaan teoritis mengacu pada pemahaman
konseptual tentang data. Dengan sensitivitas ini maka
memungkinkan peneliti untuk mengembangkan teori yang
berdasarkan

pada

data,

padat

secara

konseptual,

dan

terintegrasi secara baik.


Berikut ini adalah manfaat dari adanya kepekaan teoritis
menurur Strauss & Corbin, sebagaimana diungkapkan oleh
Poerwandar:

Memungkinkan

peneliti

keluar dari keterbatasan

pemikiran entah karena keterbatasan kepustakaan


teknis atau karena keterbatasan pengalaman personal
yang dimilikinya.

Membantu peneliti untuk berpikir lebih dalam dan luas


terhadap gejala terntentu.

Merangsang proses induktif.

Menghindarkan kemungkinan data diperlakukan for


granted (terabaikan, tidak diolah lebih lanjut karena
dianggap tidak mengandung informasi khusus atau
penting).

Memungkinkan

terjadinya

klarifikasi

dan

upaya

mengungkap fakta di balik asumsi-asumsi.

Membantu peneliti menangkap apa yang disampaikan


oleh objek peneliti serta kemungkinan makna-makna
yang terkandung dalam pesan (tersurat maupun
tersirat).

Menghindarkan

peneliti

dari

kecenderungan

mengambil keputusan terlalu cepat.

Memaksa terus berkembangnya pertanyaan-pertanyaan


dan

kemungkinan-kemungkinan

jawaban,

yang

membantu dalam pendalaman pemahaman dari data.

Memungkinakan peneliti mengungkapkan dugaandugaan dan kesimpulan-kesimpulan sementara yang


masih tetap harus dibuktikan ketepatannya.

Memungkinkan dilakukannya eskplorasi dan klarifikasi


terhadap

dugaan-dugaan

dan

kesimpulan

yang

dikembangkan.

Mengembangkan Kepekaan Teoritis


Dari manfaat yang telah dijelaskan di atas, maka Strauss dan
Corbin (1990) mengusulkan teknik-teknik untuk meningkatkan
kepekaan teoritis:

Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
Membuka

pemahaman

terhadap

data

dengan

memikirkan berbagai kategori potensial, kualitas yang


dimiliki serta dimensi-dimensinya. Pertanyaan dasar
yang perlu diajukan sederhana: What? Who? When?
Where? How? How much? Why?

Menganalisis kata, frase, kalimat


Analisis kata, frase, dan kalimat ini penting sifatnya
untuk membantu peneliti mengidentifikasi maknamakna yang muncul dari data, baik yang diasumsikan,
ataupun yang sengaja dibentuk. Analisis kata, frase,
dan kalimat memungkinkan peneliti mengeluarkan

asumsi mengenai apa yang terkandung dalam data,


sekaligus

memaksanya

untuk

mengevaluasi

dan

mempertanyakan asusmsinya tersebut (Staruss &


Corbin, 1990).
Analisis Tahap Lanjut Melalui Pembandingan
Menerapkan perbandingan merupakan bagian esensial dari
identifikasi dan kategorisasi konsep. Salah satu teknik yang
bisa digunakan adalah teknik flip-flop (Strauss & Corbin ,
1990). Teknik ini merupakan teknik di mana sebagai peneliti
dalam melihat dan memahami sebuah konsep tertentu juga
membandingkannya dengan konsep yang menjadi oposisi.
Seperti ketika sedang memikirkan konsep dominasi, maka
peneliti juga harus membandingkannya dengan konsep
kepatuhan.
Strauss

dan

Corbin

juga

menyarankan

dilakukannya

pembandingan sistematis terhadap dua atau lebih fenomena


yang tertampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang
dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun
terhadap gejala-gejala yang dianggap berjauhan atau tidak
memiliki kesamaan karakteristik apapun.
Organisasi Data

Mengorganisasikan data sebagai tahap awal dalam mengolah


dan menganalisis data harus dilakukan secara rapi, sistematis
dan selengkap mungkin. Menurut Highlen dan Finley (1996)
organisasi data yang sistematis sangat membantu peneliti
untuk

(a)

memperoleh

kualitas

mendokumentasikan analisis
menyimpan

data

dan

data

yang

yang dilakukan,

analisis

yang

baik,

(b)

serta (c)

berkaitan

dalam

penyelesaian penelitian. Berikut ini hal-hal yang perlu


disimpan dan diorganisasikan:
1. Data mentah (catatan lapangan, kaset hasil rekaman)
2. Data yang sudah diproses sebagiannya (transkripsi
wawancara, catatan refleksi peneliti)
3. Data yang sudah ditandai/dibubuhi kode-kode spesifik
(data terdiri dari beberapa tahapan pengolahan)
4. Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori secara luas
melalui skema
5. Memo dan draft insight untuk analisis data (refleksi
konseptual peneliti mengenai arti konspetual data)
6. Catatan pencarian dan penemuan (search and retrieval
records), yang disusun untuk memudahkan pencarian
berbagai kategori data
7. Display data melalui skema atau jaringan informasi
dalam bentuk padat/esensial

8. Episode analisis (dokumentasi dari langkah-langkah


dan proses penelitian)
9. Dokumentasi

umum

yang

kronologis

mengenai

pengumpulan data dan langkah analisis


10. Daftar indeks dari semua material
11. Teks laporan (draft yang terus menerus ditambah dan
diperbaiki)
Koding dan Analisis
Penelitian sosial secara sederhana sebenarnya terdiri dari 3
tahapan utama. Pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap
pengumpulan data. Terkahir adalah tahap analisis dan
penyusuan laporan (penyelesaian). Pada tahap persiapan,
peneliti sosial perlu merumuskan secara rinci permasalahn atau
realitas sosial yang akan diteliti beserta penjelasan secara
gamblang mengapa penelitian yang dilakukan menjadi sangat
penting. Di tahap berikutnya, peneliti harus menentukan
metodologi melalui mana jawaban atas rumusan masalah yang
dikemukakan di muka akan dicari dan ditemukan. Manakala
metodologi sudah dipilih, maka penelitian lapangan dapat
diselenggarakan.
Tentu saja, setelah turun lapangan, setiap peneliti akan
mendapat data-data mentah dari informan. Tugas mereka

selanjutnya adalah menganalisis dan mentransformasi data


mentah tersebut menjadi temuan lapangan yang bermakna.
Setelah mensistematisasi data, berikutnya peneliti perlu
menganalisis hingga mendapat hasil akhir. Hasil akhir inilah
yang kemudian dilaporkan kepada masyarakat. Analisis
merupakan bagian yang cukup penting.
Menurut Poerwandari (2009), dalam tahap analisis pada
penelitian kualitatif terdapat beberapa langkah yang dilakukan.
Awalnya,

peneliti

perlu

memproduksi

transkrip

dari

wawancara atau FGD yang dilakukannya. Kemudian, dari


transkrip

tersebut

peneliti

melakukan

koding.

Proses

pengkodean bagian-bagian tranksip untuk mendapat padatan


faktual, tema, kategori, untuk kemudian ditelaah lebih lanjut.
Data mentah dari koding lalu kembali ditransformasi dan
disistemasi secara logis hingga mencapai hasil akhir, yakni
model atau teori tertentu.
Di tahap pembuatan transkrip dan koding, Poerwandari (2009)
memberikan sejumlah tips bagi peneliti, antara lain:

Bubuhkan nomor secara berurutan pada baris atau


paragraf

yang

ada

mempermudah pencarian;

dalam

transkrip

untuk

Simpan file transkrip dengan format nama yang mudah


dikenali;

Siapkan kolom yang cukup lebar di bagian kanan dan


kiri transkrip untuk memuat catatan soal padatan
faktual dan analisis awal.

Usai semua transkrip dibuat, maka berikutnya adalah proses


menelaah (analisis). Poerwandari (2009) mengajukan analisis
tematik sebagai dasar analisis kualitatif. Analisis tematik dapat
diartikan sebagai sebuah cara menangkap pola dari kumpulan
informasi awal yang diperoleh. Tujuannya adalah untuk
mendeskripsikan dan menginterpretasikan realitas sosial
tertentu. Menurut Boyatzis yang dikutip Poerwandari (2005),
agar analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan baik, maka
seorang peneliti kualitatif perlu: (1) memiliki kemampuan
mengenali pola dalam informasi yang terkesan acak; (2)
kemampuan melakukan perencanaan dan penyusunan sistem
terhadap data; (3) memiliki pengetahuan lain yang mendukung
proses

analisis

(tacit

knowledge);

(4)

mempersepsi

kompleksitas kognitif mencakup kemampuan mempersepsi


sebab-sebab ganda atau variabel yang berbeda; (5) empati dan
obyektivitas sosial.
Pada analisis awal dengan analisis tematik, peneliti harus bisa
menemukan tema-tema dan kategori dari transkrip wawancara

yang sudah dikoding. Saran Poerwandari, peneliti perlu terus


berulang membaca transkrip berulang-ulang dan tidak terlalu
memerhatikan informasi yang terlalu detil yang sebenarnya
tidak terlalu relevan. Selain dengan analisis tematik, peneliti
kualitatif dapat menerapkan analisis data menurut teori dasar
(Strauss dan Corbin dalam Poerwandari, 2009). Metode
analisis ini membagi langkah koding menjadi 3, yakni koding
terbuka, koding aksial, dan koding selektif.
Koding terbuka secara singkat ialah proses identifikasi
kategori, properti, dan dimensi dari informasi mentah yang
didapat. Di sisi lain koding aksial ialah tahap mengembangkan
koneksi (hubungan) antarkategori, atau antara kategori dengan
subkategori. Setelah terbangun koneksi antara kategori dengan
kategori atau kategori dengan subkategori, pada koding
selektif dilakukan pemilihan kategori yang paling mendasar
dan secara sistematis menghubungkannya dengan kategorikategori yang lain dan memvalidasi hubungan tersebut (Strauss
dan Corbin dalam Poerwandari, 1999).
Pengujian Terhadap Dugaan
Dugaan

adalah

berkembang

kesimpulan

tersebut

harus

sementara.
terus

Dugaan

yang

dipertajam,

diuji

ketepatannya. Untuk meyakini temuannya, peneliti juga perlu


mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari pola-

pola dan tema-tema yang muncul. Gambaran berbeda ini


disebut juga sebagai kasus-kasus negatif.
Agar pengujian terhadap dugaan sementara lebih mudah,
peneliti dapat melakukan:
1. menuliskan pokok-pokok pertanyaan penelitian di
berbagai

tempat

yang

biasa

dilihat

untuk

memungkinkan peneliti selalu fokus pada analisis yang


sesuai tujuan penelitiannya,
2. membandingkan

tema

dan

sub-sub

tema

yang

dikembangkan dengan kembali mempelajari sumber


data yang ada, serta
3. menggunakan skema sederhana untuk mendeskripsikan
kesimpulannya (Highlen dan Finley, 1996).
Pengujian dugaan berkaitan erat dan bertumpu pada upaya
mencari penjelasan berbeda mengenai data yang sama.
Berbagai perspektif harus disetarakan dalam koding sehingga
analisis lebih luas serta memungkinkan pengecekan bias yang
tak disadari peneliti. Minimalisasi bias dapat dilakukan dengan
cara:
1. melakukan koding data dengan perspektif teoritis
berbeda-beda,
2. koding data dilakukan secara terpisah oleh beberapa
peneliti dengan latar belakang berbeda, dan

3. meminta partisipan memberikan umpan balik terhadap


dugaan-dugaan sementara yang dikembangkan peneliti.
Bila peneliti melihat perbedaan-perbedaan pandangan, mereka
perlu kembali ke data, mencari fakta-fakta yang dapat
menjelaskan perbedaan tersebut sekaligus mempertajam fokus
analisis mereka (Highlen dan Finley, 1996). Perhatian pada
data berbeda dan kasus negatif menjadi sangat penting karena
akan menghindari interpretasi tergesa-gesa terhadap data
kualitatif yang kompleks.
Hal-hal Penting Sebagai Strategi Analisis
Analisis terhadap data sangat dipengaruhi kejelasan tentang
apa yang ingin diungkap peneliti melalui pengamatan.
Beberapa

pilihan

yang

dapat

dipertimbangkan

untuk

mempresentasikan data observasi seefektif mungkin sesuai


tujuan penelitian:
1. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang
diamati, dari awal hingga akhir.
2. Mempresentasikan insiden-insiden kritis (key events),
berdasarkan urutan kepentingannya.
3. Mendeskripsikan setiap setting yang berbeda sebelum
mempresentasikan gambaran dan pola umumnya.

4. Memfokuskan analisis dan presentasi pada individu


atau kelompok, bila memang menjadi unit analisis
primer.
5. Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses
yang terjadi (seleksi, pengambilan keputusan, proses
komunikasi, dan lain-lain).
6. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu kunci yang
diperkirakan

sejalan

dengan

upaya

menjawab

pertanyaan penelitian
Patton (1990) menjelaskan, proses analisis dapat melibatkan
konsep yang muncul dari kata-kata responden sendiri
(indigenous concepts) maupun konsep yang dipilih peneliti
untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis (sensitizing
concepts). Kata-kata kunci dapat diambil dari istilah yang
diapakai responden sendiri, yang oleh peneliti dianggap benarbenar tepat dan dapat mewakili fenomena yang dijelaskan.
Sementara itu, konsep yang diambil peneliti umumnya adalah
konsep-konsep yang telah dikenal dan digunakan dalam
literatur atau disiplin ilmu terkait. Misal, penggunaan istilah
viktimisasi yang sebelumnya digunakan untuk melabel
fenomena di mana penduduk yang tidak berdosa menjadi
korban kebrutalan polisi. Conroy (1987) menemukan, istilah
viktimisasi ternyata dapat sangat membantu untuk menjelaskan

bahwa polisi sesungguhnya juga menjadi korban sistem yang


melingkupi mereka.
Peneliti

perlu

pula

mempertimbangkan

apakah

akan

melakukan analisis kasus satu demi satu secara mendalam atau


melewati tahapan itu dan langsung melakukan analisis
antarkasus (cross-cases analysis). Analisis antarkasus akan
lebih cepat dan mudah dilakukan bila pengambilan data
melalui wawancara terstruktur. Dalam situasi demikian,
peneliti

dapat

mengelompokkan

jawaban-jawaban

dari

individu berbeda terhadap pertanyaan yang sama. Sementara


itu, untuk analisis satu demi satu kasus, peneliti perlu terlebih
dulu membuat laporan studi kasus secara tertulis untuk tiap
orang yang diwawancara. Setelah itu, bila diperlukan, peneliti
dapat melakukan analisis antarkasus (Patton, 1990).
Peneliti disarankan untuk melakukan studi kasus terhadap
masing-masing individu terlebih dulu bila fokus penelitiannya
variasi individu-individu. Misal, bila hal yang diteliti adalah
hal-hal yang melatarbelakangi perilaku, peneliti perlu
melakukan studi terhadap masing-masing kasus dulu sebelum
melakukan analisis antarkasus. Namun, bila fokus penelitian
terletak pada program, bukan individu, seperti untuk

mengevaluasi program, tampaknya lebih tepat bila peneliti


langsung mengelompokkan jawaban terhadap pertanyaan yang
sama dan melakukan analisis antarkasus.
Pendekatan studi kasus dan analisis antarkasus sering kali
saling

berdampingan

menentukan

mana

dalam

yang

suatu

akan

penelitian.

dipilih,

Patton

Dalam
(1990)

menyarankan untuk mempertimbangkan terlebih dulu mana


yang dianggap akan memberikan hasil yang lebih baik sesuai
dengan tujuan penelitian. Bila fokusnya kedalaman dan
komprehensivitas isu yang diteliti, analisis lebih baik
dilakukan terhadap satu demi satu kasus terlebih dulu. Setelah
itu, peneliti baru beranjak untu melakukan analisis antarkasus.

Tahapan Interpretasi
Meskipun dalam penelitian kualitatif istilah analisis dan
interpretasi sering digunakan bergantian, Kvale (1996)
mencoba membedakan keduanya. Menurutnya, interpretasi
mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif
sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai
apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui
perspektif tersebut. Proses interpretasi memerlukan distansi
(upaya mengambil jarak) dari data, dicapai melalui langkahlangkah metodis dan teoritis yang jelas, serta melalui

dimasukkannya data ke dalam konteks konseptual yang


khusus.
Kvale (1996) menguraikan konteks-konteks situasi

dan

komunitas validasi dalam mana muncul interpretasi yang


berbeda.
Tabel 1
Konteks interpretasi dan komunitas validasi (Kvale, 1996)
Konteks Interpretasi
Pemahaman
diri

Komunitas Validasi
(self- Subyek yang diwawancara

understanding)
Pemahaman biasa yang kritis Publik umum
(critical

common-sense

understanding)
Pemahaman teoritis

Komunitas peneliti

Konteks interpretasi pemahaman diri terjadi bila peneliti


berusaha

memformulasikan

dalam

bentuk

lebih

padat

(condensed) apa yang oleh subyek penelitian sendiri dipahami


sebagai makna dari penyataan-pernyataannya. Interpretasi
tidak

dilihat

dari

sudut

pandang

peneliti,

melainkan

dikembalikan pada pemahaman diri subyek penelitian, dilihat


dari sudut pandang dan pengertian subyek penelitian tersebut.

Konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis terjadi bila


peneliti beranjak lebih jauh dari pemahaman diri subyek
penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka
pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman
subyek, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan subyek,
baik dengan memfokuskan pada isi pernyataan maupun pada
subyek yang membuat pernyataan.
Konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks
paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis
tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan
yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri
subyek atau pun penalaran umum.
Ketiga tingkatan interpretasi di atas menjelaskan bahwa upaya
melihat validasi interpretasi juga harus dilakukan dalam tiga
komunitas

yang

berbeda.

Interpretasi

mengacu

pada

pemahaman diri subyek penelitian tersebut. Interpretasi


pemahaman

umum

harus

divalidasi

dalam

rangka

pemahaman umum masyarakat atau kelompok, misalnya


melalui konsensus atau pemahaman bersama. Sementara itu,
interpretasi di tingkat pemahaman teoritis harus dilihat
misalnya melalui apakah teori tersebut cocok untuk bidang
yang dipelajari, apakah interpretasi yang dilakukan telah

mengikuti logika teori yang dipakai dan sebagainya (Kvale,


1996).

3. Tipe Penelitian Kualitatif


1. Penelitian (Riset) Naratif
Definisi Penelitian Naratif
Riset Penelitian Narasi oleh Czarniawska sebagaimana
dikutip oleh Creswell (2014) didefinikan sebagai tipe
desain kualitatif

yang spesifik dimana narasinya

dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan


dengan

menceritakan

tentang

peristiwa/aksi,

yang

terhubung secara kronologis. Prosedur dalam penelitian


ini diawali dengan memfokuskan pada pengkajian terhadap
beberapa individu (nara sumber), pengumpulan data
melalui cerita yang dituturkan oleh nara sumber, pelaporan
pengalaman individual, dan penyusunan kronologis atas
makna dari pengalaman tersebut (atau menggunakan
tahapan perjalanan hidup).
Penelitian naratif merupakan penelitian yang
menggunakan metodologi mendongeng. Cerita dari nara
sumber menjadi obyek penelitian dengan memfokuskan

pada bagaimana mereka memahami peristiwa dan tindakan


dalam kehidupannya. Peneliti menangkap cerita nara
sumber (informan) melalui teknik etnografi seperti
observasi dan wawancara.
Metode ini awalnya berasal dari sastra, sejarah,
antropologi, sosiologi, sosiolinguistik, dan pendidikan, kini
berkembang termasuk psikologi, bahkan dalam bidang
interdisipliner.

Pendekatan

ini

kini

terus

menjadi

pendekatan yang populer.


Ciri-ciri Riset Naratif
1.

Para peneliti naratif mengumpulkan cerita dari


individu (dan dokumen, dan percakapan kelompok)
tentang pengalaman individual yang dituturkan. Cerita
ini mungkin muncul dari cerita yang dituturkan kepada
peneliti, cerita yang dibentuk-bersama oleh peneliti dan
partisipan, dan cerita yang disampaikan melalui
penampilan/pertunjukan (drama) untuk menyampaikan
pesan tertentu (Riessman, 2008). Maka dari itu,
mungkin terdapat ciri kolaboratif yang kuat dalam
penelitian naratif ketika ceritanya muncul melalui
interaksi atau dialog antara peneliti dan (para)
partisipan

2.

Cerita naratif menuturkan pengalaman individual, dan


cerita itu mungkin saja memperlihatkan identitas dari
individu dan bagaimana mereka melihat diri mereka.

3.

Cerita naratif dikumpulkan melalui beragam bentuk


data, misalnya melalui wawancara yang mungkin
menjadi bentuk utama pengumpulan data, dan juga
melalui pengataman, dokumen, gambar, dan sumber
data kualitatif yang lain.

4.

Cerita naratif sering kali didengar dan kemudian


disusun oleh para peniliti menjadi suatu kronologi
meskipun cerita tersebut mungkin tidak diceritakan
secara kronologis oleh (para) partisipan. Terdapat
perubahan bentuk waktu dalam penyampaian ketika
individu/para partisipan bercerita tentang pengalaman
mereka dan kehidupan mereka. Mereka mungkin
berbicara tentang masa lalu mereka, masa kini mereka,
atau masa depan mereka (Clandinin & Connelly, 2000).

5.

Cerita naratif dianalisis dalam beragam cara. Suatu


analisis dapat dibuat tentang apa yang dikatakan
(secara

tematis),

sifat

dari

penuturan

ceritanya

(struktural), atau kepada siapakah cerita tersebut


ditunjukkan (dialogis/permainan darama) (Riessman,
2008).

Cerita naratif sering kali mengandung titik balik

6.

(Denzin, 1989) atau ketegangan atau interupsi spesifik


yang diperlihatkan oleh peneliti dalam penuturan cerita
tersebut.
Cerita naratif berlangsung di tempat atau situasi yang

7.

spesifik. Konteks cerita menjadi penting bagi penuturan


cerita tersebut.
Tipe Penelitian Naratif:
Studi naratif dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1.

Mempertimbangkan
-

strategi analisis data yang

digunakan oleh peneliti naratif, antara lain:


Menurut Polkinghorne (1995) ada dua, yaitu:
a) Narasi yang penelitiannya mengektraksi tema
yang terdapat dalam ceritaatau taksonomi dari
b)

jenis cerita.
Model penuturan
naratifnya

cerita

membentuk

yang
cerita

peneliti
tersebut

berdasarkan pada alur atau pendekatan literer


-

dalam analisisnya.
Menurut Chase (2005) mengemukakan strategi
analisis untuk menguraikan batasan pada narasi,
yaitu:

1)

Narasinya disusun secara interaktif antara


peneliti

2)
-

dengan

partisipan

(subyek

penelitian).
Narasinya disusun berdasarkan penafsiran

yang dikembangkan oleh beragam penutur.


Menurut Riessman (2008) pendekatan untuk
menganalisis cerita naratif ada tiga, yaitu:
i. Analisis
tematik
yang
penelitinya
mengidentifikasi tema yang dituturkan oleh
seorang partisipan.
ii. Analisis structural

yang

pemaknaannya

bergeser pada penuturan tersebut dan


ceritanya dapat dibentuk komik, tragedy,
satire, roman, atau bentuk lain.
iii. Analisis dialogis/permainan (drama) yang
focusnya beralih pada bagaimana cerita
tersebut dihasilkan (yaitu secara interaktif
antara

peneliti

dan

partisipan)

dan

ditampilkan dalam permainan/drama (yaitu


2.

yang bertujuan untuk menyampaikan pesan)


Mempertimbangkan tipe dari narasi
a) Studi Biografis adalah bentuk studi naratif dimana
peneliti

menulis

dan

kehidupan orang lain.

mencatat

pengalaman

b) Auto-etnografi bentuk studi naratif

yang ditulis

atau direkam oleh individu yang menjadi subyek


penelitiannya.
c) Sejarah

kehidupan

adalah

narasi

yang

menggambarkan kehidupan seseorang secara utuh.


d) Sejarah tutur atau sejarah lisan adalah pengumpulan
refleksi

pribadi

sebab/efeknya

tengtang

terhadap

satu

peristiwa
atau

dan

beberapa

individu.
Prosedur penelitian
Prosedur untuk melakukan riset narasi menggunakan
pendekatan yang diambil oleh Clandinin dan Connelly (2000)
sebagai Panduan prosedural umum, dapat dilihat bahwa
metode studi narasi ternyata tidak mengikuti pendekatan yang
lockscape, melainkan lebih mempresentasikan pengumpulan
baerbagai topic informal. Riessman menambahkan informasi
yang berguna tentang proses pengumpulan data dan strategi
analisis data.
1. Memastikan bahwa masalah penelitian atau pertanyaan
sudah cocok untuk penelitian narasi. Penelitian Narasi
sangat tepat untuk menangkap cerita rinci dari seorang
individu tunggal atau kehidupan sejumlah kecil individu.

2. Memilih satu atau lebih individu yang memiliki cerita atau


pengalaman

hidup

yang

ingin

diceritakan,

dan

menghabiskan banyak waktu dengan mereka untuk


mengumpulkan cerita mereka melalui beragam jenis
informasi. Cerita tentang individu tersebut dinamakan
teks lapangan. Peneliti dapat mengumpulkan dokumen
yang dikirim oleh mereka, kumpulan cerita tentang mereka
dari para anggota keluarga, mengumpulkan dokumen
seperti memo atau korespondensi resmi tentang mereka,
atau mengumpulkan foto, kotak memori (koleksi benda
yang membangkitkan kenangan), dan artefak pribadikeluarga

sosial lainnya. Setelah

mempelajari

sumber-

sumber tersebut, peneliti mencatat pengalaman hidup dari


individu tersebut.
3. Mempertimbangkan

dalam

pengumpulan

data

perekamanya dengan cara yang beragam.

dan

Seperti

disebutkan oleh Riessman yang dikutip oleh Creswell


(2014)

mengilustrasikanberagam

cara

yang

para

penelitinya dapat mencatat atau merekam wawancara


untuk mengembangkan beragam jenis cerita. Catatan atau
rekaman tersebut dapat memperlihatkan peneliti sebagai
seorang pendengaran atau seseorang penanya, menekankan
interaksi antara peneliti dan sang partisipan, menyajikan

percaapan yang berlangsung sepanjang waktu, atau


mencantumkan pergeseran makna yang mungkin muncul
4.

melalui materi yang diterjemahkan.


Mengumpulkan informasi tentang konteks dari cerita. Para
peneliti naratif menempatkan cerita individu dalam
pengalaman pribadi dari subyek penelitian (pekerjan
mereka, rumah tempat tinggal mereka), budaya mereka (ras
atau etnis), dan konteks historis (waktu dan tempat)

mereka.
5. Menganalisis cerita dari para partisipan. Peneliti dapat
mengambil peran aktif, dan menyusun kembali "restory"
cerita tersebut ke dalam kerangka yang bermakna.
Restorying adalah proses reorganisasi cerita menjadi
beberapa jenis kerangka umum. Kerangka
tersusun

sebagai

berikut:

ini mungkin

mengumpulkan

cerita,

menganalisisnya untuk menemukan elemen kunci dari


cerita (misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan), dan
kemudian menulis ulang cerita untuk menempatkannya
dalam urutan kronologis (Creswell, 2014). Seringkali
ketika individu menceritakan kisahnya, mereka tidak
menyampaikannya dalam urutan kronologis. Selama proses
restorying, peneliti menyediakan hubungan kausal antara
ide-ide. Aspek penting dari kronologi adalah cerita itu

memiliki permulaan, pertengahan,dan akhir. Hampor sama


dengan unsure dasar yang terdapat dalam novel yang
dikategorikan bagus, aspek ini melibatkan keadan sulit,
konflik, atau persaingan; salah satu tokoh utama, atau
tokoh protagonis; dan rangkaian dengan kausalitas yang
tersirat (alur) di mana keadaan sulit tersebut dipecahkan
dengan proses tertentu (carter, 1993). Kronologi berikutnya
bisa terdiri atas ide-ide masa lalu, masa kini, dan masa
depan. Kronologi juga berlandaskan bahwa waktu itu
memiliki arah yang tidak linier.
Analisis data kualitatif dapat berupa deskripsi tentang
cerita dan sekaligus tema yang muncul, unsur lain pada
analisis tersebut : dekonstruksi cerita, pemugaran terhadap
terhadap

cerita

dengan

strategi

analisis,

misalnya

memaparkan dikhotomi, memeriksa keheningan, dan


mengungkap

kekacauan

dan

kontradiksi.

Proses

analisisnya adalah peneliti mencari tema atau kategori;


peneliti menggunakan pendekatan mikro-linguistik dan
penyelidikan untuk mana dari kata, frasa, dan unit
diskursus yang lebih besar sebagaimana yang sering
dilakukan dalam

analisis percakapan, atau peneliti

mengkaji cerita, mempelajari bagaimana mereka dihasilkan

secara interaktif antara peneliti dan partisipan atau


ditampilkan

(drama)

oleh

sang

partisipan

untuk

menyampaikan agenda atau pesan.


6. Berkalobarasi

dengan

para

partisipan

secara

aktif

melibatkan mereka dalam riset tersebut. (Creswell, 2014)


Para peneliti mengumpulkan cerita dengan merundingkan
hubungan, memperlancar atau memperhalus transisi, dan
menyediakan cara-cara yang berguna untuk para partisipan.
Dalam riset naratif hal yang terpenting adalah perhatian
terhadap hubungan antara peneliti dan subyek penelitian,
karena kedua belah pihak akan belajar dan berubah ketika
keduanya berinteraksi. Kedua belah pihak merundingkan
makna dari cerita, dan ini menambahkan pemeriksaan
validasi pada analisis. Dalam cerita mungkin juga terdapat
epiphanies (peristiwa yang memunculkan kesan/kenangan
mendalam), titik balik, atau kekacauan yang alur ceritanya
berubah arah secara dramatis.
Penelitian ini menuturkan cerita dari individu yang
disampaikan dalam kronologi dari pengalamannya, yang
disusun dalam konteks personal, sosial, dan historisnya,
serta mencakup tema penting dalam pengalaman hidupnya.
Jadi penelitian naratif adalah cerita yang dijalani dan
dituturkan.

2.

Penelitian (Riset) Etnografi


Definisi dan latar belakang
Etnografi adalah penelitian yang berfokus pada kelompok

yang memiliki pola budaya yang sama. Kelompok itu bisa saja
merupakan kelompok kecil, tetapi secara umum mempunyai
pola tindakan, kepercayaan, dan bahasa bersama yang
berkembang dari waktu ke waktu (Creswell, 2014:125).
Pendekatan Etnografi adalah prosedur penelitian kualitatif
untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan menginterpretasi
pola yang sama pada suatu kelompok memiliki kesamaan pada
nilai, perilaku, keyakinan, dan penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,
peneliti harus melakukan pengamatan dari dalam kehidupan
kelompok tersebut, sehingga peneliti harus menggunakan
pendekatan penelitian partisipatoris. Peneliti harus terlibat
secara langsung dalam kehidupan kelompok tersebut pada
waktu yang cukup lama.
Riset etnografi dikenal secara luas dalam penelitian
antropologi kebudayaan komparatif mulai abad ke-20.
Awalnya peneliti mengambil ilmu-ilmu pengetahuan alam
sebagai model riset, kemudian peneliti mengadopsi bidang

antropologi sebagai model pendekatan untuk mengamati


aktivitas kelompok kebudayan tertentu.
Tipe-tipe Etnografis
Riset ini terdiri atas beberapa bentuk etnografi, diantaranya
etnografi

pengakuan,

riwayat

hidup,

auto-etnografi,

etnografi feminis, novel etnografis, dan etnografis visual


yang terdapat dalam fotografi, video, dan media elektronik.
Sedangkan yang paling popular adalah etnografi realis dan
etnografi kritis.
1. Etnografi Realis adalah pendekatan trandisional yang
digunakan oleh para ahli antropologi budaya. Van Maanen
sebagimana dikutip Creswell (2014) etnografi realis
merefleksikan suatu pendirian tertentu yang diambil oleh
peneliti terhadap individu yang diteliti. Etnografi realis
merupakan laporan objektif tentang situasi, yang ditulis
dalam sudut pandang orang ketiga dan melaporkan secara
objektif informasi yang dipelajari dari partisipan pada
sebuah tempat. Peneliti melaporkan apa yang dia dengar
apa adanya tanpa berpihak, obyektif dalam satu gaya yang
terukur yang tidak terkontaminasi oleh bias pribadi, tujuan
politik, atau untuk pencitraan. Peneliti juga menggunakan
kategori standar untuk mendeskripsikan kebudayaan
kelompok

tersebut

(misalnya,

kehidupan

keluarga,

jaringan komunikasi, kehidupan kerja, jaringan social,


2.

system status).
Enografi Kritis adalah tipe penelitian etnografis dimana
peneliti menyokong keterlibatan diri terhadap kelompok
yang dimarjinalkan dalam masyarakat. Peneliti kritis
secara politis memikirkan individu yang diteliti, melalui
penelitiannya menyuarakan ketidaksetaraan dan dominasi.
Misalnya peneliti Enografi Kritis mengkaji sekolah yang
menyediakan hak istimewa pada tipe siswa tertentu atau
praktik-praktik bimbingan yang melayani kebutuhan
kelompok yang tidak terwakili. Komponen utama dari
etnografi

kritis

meliputi

orientasi

muatan

nilai,

pemberdayaan masyarakat dengan memberi mereka


otoritas

yang

menyuarakan

lebih,

menentang

keprihatinan

terhadap

status

quo

dan

kekuasaan

dan

kontrol. Peneliti etnografi akan mengkaji isu kekuasaan,


pemberdayaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi,
represi, hegemoni, dan orang atau kelompok yang
dikorbankan.
Ciri utama Etnografi
1. Berfokus

pada

pengembangan

deskripsi

yang

kompleks dan lengkap tentang kebudayaan dari suatu


kelompok, baik membahas secara keseluruhan atau

kelompok.

Etnografi

bukan

studi

tentang

kebudayaan, melainkan studi tentang perilaku sosial


dari kelompok masyarakat yang dapat diidentifikasi.
2. Dalam etnografi, peneliti mencari berbagai pola dari
aktivitas mental kelompok tersebut, seperti ide dan
keyakinan yang diekspresikan melalui bahasa, atau
aktivitas material, misalnya bagaimana mereka
berperilaku dalam kelompok yang diekspresikan
melalui tindakan mereka yang diamati peneliti.
Peneliti mencari pola dari organisasi social (jaringan
social) dan system nilai (worldview dan ide).
3. Kelompok yang diteliti telah eksis dalam waktu yang
cukup lama hinga dapat membangun pola kerja yang
jelas.
4. Teori yang dikuasi peneliti berperan penting dalam
memfokuskan perhatian peneliti ketika melakukan
penelitian etnografi.
5. Untuk menghasilkan data yang valid yang berbasis
teori

peneliti

harus

melakukan

penelitian

partisipatoris pada waktu yang cukup lama, melalui


wawancara, observasi, symbol-simbol, artefak, dan
sumber data yang lain.

6. Analisis dalam pendekatan etnografi harus bersandar


pada pandangan dari para partisipan sebagai emis
insider dan melaporkannya dalam kutipan verbatim,
dan

kemudian

menyintesis

data

tersebut,

menyaringnya melalui perspektif ilmiah etis dari


peneliti untuk mengembangkan suatu penafsiran
kebudayaan yang menyeluruh.
7. Analisis yang dihasilka peneliti harus menghasilkan
pemahaman tentang bagaimana kelompok yang
diamati berjalan, yaitu bagaimana kelompok tersebut
berfungsi, dan bagaimana cara hidup kelompok
tersebut.
Prosedur pelaksanaan penelitian etnografi.
1. Menentukan desain etnografi yang paling tepat untuk
digunakan mengkaji masalah penelitian. Etnografi tepat
digunakan

jika

perlu

mendeskripsikan

bagaimana

kelompok budaya bekerja dan mengeksplorasi isu,


tindakan,

bahasa,

kepercayaan,

seperti

kekuasaan,

resistensi dan dominasi.


2. Mengidentifikasi dan menempatkan kelompok budaya
bersama untuk dikaji. Secara tipikal kelompok ini yang
telah bersama-sama pada periode waktu tertentu,
sehingga bahasa, pola perilaku, dan sikap mereka telah

terbentuk menjadi pola yang dapat dikenali. Bisa jadi ini


merupakan kelompok yang telah dipinggirkan oleh
masyarakat.
3. Menyeleksi isu atau tema kultural, tentang sebuah
kelompok, untuk dikaji. Hal ini melibatkan analisis
kelompok budaya bersama. Tema ini bisa jadi meliputi
topik-topik seperti enkulturasi, sosialisasi, pembelajaran,
kognisi, dominasi, ketidaksetaraan, atau perkembangan
orang dewasa dan anak-anak.
4. Untuk mengkaji konsep kultural menentukan tipe
etnografi yang digunakan. Mungkin bagaimana sebuah
kelompok bekerja perlu dideskripsikan atau etnografi
kritis

perlu

mengekspose

isu

seperti

kekuasaan,

hegemoni, dan menyokong kelompok tertentu. Peneliti


etnografi

kritis,

ketidakadilan
bagiannya,

misalnya

dalam

mengamanatkan

masyarakat

menggunakan

atau

penelitian

sebuah
beberapa

ini

untuk

menyokong dan melakukan perubahan dan membentuk


isu

spesifik

untuk

digali

seperti

ketidaksetaraan,

dominansi, penindasan, atau pemberdayaan.


5. Kumpulkan informasi dimana kelompok bekerja dan
tinggal. Hal ini yang oleh Wolcott dalam Creswell,
disebut sebagai fieldwork (2014:133). Pengumpulan tipetipe informasi tertentu dibutuhkan dalam etnografi yang

melibatkan kehadiran peneliti dan terlibat secara


langsung dalam kehidupan bersama dengan kelompok
yang diteliti, menghormati kehidupan mengumpulkan
ragam material yang luas.
6. Peneliti kemudian menganalisis data tersebut yang
selanjutnya digunakan untuk menyusun suatu deskripsi
tentang kelompok tersebut secara menyeluruh. Dimulai
dengan

menyusun

deskripsi

yang

detail

tentang

kelompok yang diamati, memfokuskan pada peristiwa


tunggal, pada beberapa aktivitas, atau pada kelompok
tersebut dalam waktu yang lama.
7. Membentuk rangkaian kerja tentang aturan dan pola
sebagai produk final sebuah analisis. Produk final ini
adalah potret kultural holistic dari kelompok yang
memasukkan pandangan partisipan (emic) sebagaimana
pandangan peneliti (etic).
3.

Penelitian (Riset) Grounded Theory


Definisi dan latar belakang
Penelitian grounded theory adalah desain penelitian
kualitatif

yang

secara

sistematis

digunakan

untuk

menghasilkan penjelasan umum atau teori tentang proses,


aksi atau interaksi yang dibentuk oleh pandangan sejumlah
besar partisipan. (Cresswell, 2014:115).

Kapan grounded theory digunakan? Grounded theory


digunakan ketika peneliti memerlukan teori yang luas atau
menjelaskan sebuah proses. Grounded theory menghasilkan
sebuah teori ketika teori yang ada tidak dapat menjawab
suatu permasalahan yang akan dipecahkan peneliti atau
partisipan yang akan diteliti. Misalnya, kajian terhadap
populasi pendidikan tertentu (anak-anak dengan gangguan
perhatian), teori yang sudah ada mungkin hanya sedikit yang
dapat diterapkan pada populasi spesifik tersebut.
Ciri-ciri Grounded theory
Beberapa cirri utama Grounded theory sebagaimana
diungkapkan oleh Creswell (2014: 117 118) adalah:
1.
Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang
memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi
sepanjang waktu. Karena itulah studi Grounded
theory meneliti gerakan atau aksi yang berusaha
dijelaskan oleh peneliti. Misalnya: proses yang
mengembangkan program pendidikan umum atau
proses yang mendukung staf pengajar (dosen) untuk
2.

menjadi para peneliti yang baik.


Peneliti berusaha untuk mengembangkan teori
tentang proses atau aksi pada subyek penelitian.
Kalau merujuk pada literature yang ada, banyak
definisi tentang teori, namun secara umum teori

adalah suatu penejelasan tentang sesuatu atau


pemahaman yang dikembangkan oleh peneliti.
Dalam riset Grounded theory kategori teoritis yang
dirangkai untuk memperlihatkan bagaimana mereka
melakukan aktivitas. Creswell mencontohkan tori
tentang dukungan bagi dosen dapat diperlihatkan
bagaimana staf pengajar didukung sepanjang waktu,
oleh sumber daya yang spesifik, oleh aksi yang
spesifik yang dilakukan oleh individu, dengan hasil
individual yang meningkatkan kemempuan riset dari
3.

seorang anggota staf pengajar.


Peran catatan lapangan (memoing) menjadi bagian
dari pengembangan teori ketika peneliti menliskan
ide berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
dianalisis. Dalam memo ini ide tersebut berusaha
untuk merumuskan proses yang sedang dilihat oleh
peneliti dan untuk mengambar aliran dari proses

4.

yang diamati.
Ujung tombak penelitian ini dalam mengumpulkan
data adalah dengan wawancara yang penelitinya
secara

konstan

membandingkan

data

yang

dikumpulkan dari para partisipan dengan ide tentang


teori baru. Prosesnya adalah bolak-balik menemui

para partisipan, mengumpulkan wawancara baru, dan


kemudian kembali pada teori baru tersebut untuk
mengisi
5.

kesenjangan

dan

untuk

menjabarkan

bagaimana prosesnya bekerja.


Analisis data dapat distrukturkan dan mengikuti pola
pengembangan

kategori

terbuka,

memilih

satu

kategori untuk menjadi focus dari teori tersebut, dan


kemudian memperinci kategori tambahan (coding
aksial) untuk membentuk model teoritis. Perpotongan
ari kategori tersebut menjadi teori (disebut coding
selektif). Teori ini dapat disajikan sebagai diagram,
sebagai proposisi (atau hipotesis), atau sebagai
pembahasan. Analisis data dapat saja tidak terstruktur
dan didasarkan pada pengembangan teori dengan
menyusun makna implisit dari kategori.
Tipe-tipe kajian grounded theory
Dua pendekatan popular terhadap grounded theory adalah
prosedur

sistematis

milik

Strauss

dan

Corbin,

dan

pendekatan konstruktivis oleh Charmaz. Pada prosedur


analitik Staruss dan Corbin, penyelidik mencari secara
sistematis mengembangkan sebuah teori yang menjelaskan
proses, aksi, atau interaksi pada sebuah topic (misalnya,
proses mengembangkan sebuah kurikulum, keuntungan hasil

pengobatan tes bersama secara psikologis dengan klien).


Peneliti melaksanakan 20 hingga 30 wawancara berdasarkan
beberapakali kunjungan di lapangan untuk mengumpulkan
data wawancara guna menjenuhkan kategori tertentu (atau
menemukan informasi lanjutan yang ditambahkan pada
mereka sampai tidak ada lagi yang bisa ditemukan).
Bentuk kedua dari pendekatan grounded theory
adalah

ditemukan

dalam

tulisan

konstruktivis

milik

Charmaz. Charmaz menyokong perspektif konstruktivis


sosial yang melibatkan penekanan dunia lokal yang
beragam, realitas majemuk, dan kompleksitas dunia tertentu,
pandangan,

dan

aksi.

Charmaz

dalam

Creswell,

menempatkan penekanan yang lebih terhadap pandangan,


nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu
daripada metode penelitian, meski ia mendeskripsikan
sungguh-sungguh praktik pengumpulan data yang kaya,
pengkodekan data, pencatatan menggunakan sampel secara
teoritis (2007:67).
Prosedur untuk melaksanakan penelitian
grounded theory
1. Peneliti perlu memulai dengan menentukan grounded
2.

theory yang paling tepat untuk kajian masalahnya.


Pertanyaan penelitian yang ditanyakan penyelidik pada
partisipan akan berfokus pada pengertian bagaimana

individu

mengalami

proses

dan

mengidentifikasi

langkah-langkah dalam sebuah proses (apakah proses


3.

itu? Bagaimana proses itu terbuka?).


Memperoleh informasi sampai pada titik jenuh. Hal ini
melibatkan sekitar 20 hingga 30 wawancara atau 50

4.

sampai 60 wawancara.
Dalam pengkodean terbuka, peneliti membentuk
kategori tentang fenomena yang dikaji melalui informasi
yang sesuai bagiannya. Peneliti mendasarkan kategori
pada semua data yang dikumpulkan, seperti wawancara,
observasi dan catatan peneliti. Peneliti mengidentifikasi

5.

kategori dan subkategori.


Dalam fase pengkodean axial, peneliti mengumpulkan
bersama data dalam cara yang baru setelah melakukan
pengkodean terbuka. Fase ini disajikan menggunakan
paradigm pengkodean atau diagram logis (model visual)
dimana peneliti mengidentifikasi fenomena sentral,
mengeksplorasi

sebab-akibat,

membuat

spesifikasi

startegi, mengidentifikasi kondisi yang diintervensi dan


6.

konteks dan menarik konsekuensi.


Dalam pengkodean selektif peneliti boleh menuliskan
lini cerita yang menghubungkan kategori. Dalam lini
cerita, peneliti bisa memeriksa bagaimana factor tertentu
memengaruhi fenomena yang menuntun penggunaan

strategi yang spesifik dan hasil tertentu. Pada tingkatan


dasar, teori ini menyediakan penjelasan abstrak bagi
7.

proses yang diteliti.


Akhirnya peneliti boleh mengembangkan dan memotret
secara visual matriks condisional yang menyingkap
kondisi ekonomi, historis, dan sosial memengaruhi

8.

fenomena sentral.
Hasil proses pengumpulan data dan analisis adalah
sebuah teori, sebuah teori tingkat substantif, ditulis oleh
peneliti yang dekat kepada masalah spesifik atau
populasi orang. Theori muncul dengan bantuan proses
pencatatan, sebuah proises dimana peneliti menuliskan
idenya tentang teori yang berkembang secara gradual
melalui proses pengkodean terbuka, axial dan selektif.

4.

Penelitian (Riset) Fenomenologi

Definisi dan Latar Belakang


Kajian fenomenologi mendeskripsikan makna bagi
beberapa individu terhadap pengalaman hidup mereka sebagai
sebuah konsep atau sebuah fenomena (Cresswell, 2014:105).
Ahli fenomenologi mendeskripsikan apa yang dimiliki secara
umum oleh semua partisipan karena mereka mengalami sebuah
fenomena (contohnya: duka cita dialami secara universal).

Tujuan utama fenomenologi adalah mereduksi pengalaman


individu menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari
universal (pemahaman tentang sifat yang khas dari sesuatu).
Pengalaman hidup manusia itu bisa berupa fenomena,
misalnya insomnia, kemarahan, dukacita, atau pengalaman lain
yang mempunyai kesan mendalam. Peneliti mengumpulkan
informasi dari individu yang mengalami fenomena tersebut,
dan mengembangkan deskripsi gabungan tentang esensi dari
pengalaman tersebut bagi semua individu itu. Deskripsi itu
terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimanan
mereka mengalaminya.
Fenomenologi memiliki komponen filosofis yang kuat,
ide tentang metode ini berasal dari matematikawan, popular
juga dalam ilmu social dan kesehatan, khususnya dalam
sosiologi, psikologi, keperawatan, dan ilmu kesehatan, serta
pendidikan. Husserl dalam Creswell menyebut bahwa semua
proyek yang sedang berlangsung adalah fenomenologi.
Stewart dan Mickunas dalam Cresswell menekankan
empat perspektif fenomenologi secara filosofis (2014):
1.

Kembali pada tugas tradisional filsafat. Pada akhir abad


19, filsafat telah dibatasi untuk mengeksplorasi dunia
oleh sarana empiris, yakni yang disebut sebagai

scientism. Filsafat dikembalikan pada konsep Yunani


2.

sebagai pencarian untuk kebijaksanaan atau kearifan.


Filsafat tanpa persangkaan . Pendekatan fenomenologi
menangguhkan semua pendapat tentang apa yang nyata
(sikap alami/natural attitude)sampai mereka ditemukan
pada basis tentu yang lebih pasti. Oleh Edmund Husserl

3.

penangguhan ini disebut sebagai epoche.


Intensionalitas terhadap kesadaran. Pendapat
menyatakan
terhadap

bahwa

objek.

kesadaran

Realitas

selalu

tentang

ini

diarahkan

sebuah

objek,

selanjutnya, dihubungkan dan tidak dapat dilepaskan


4.

dari kesadaran seseorang.


Penolakan terhadap dikotomi subjek-objek. Realitas
sebuah objek hanya ditangkap dalam makna atas

5.

pengalaman individual.
Peneliti fenomenologi tidak lupa memasukkan sebagian
pembahasan tentang asumsi-asumsi filosofis tentang
fenomenologi di samping metode dalam penelitian ini.
Moustakas sebagaimana dikutip Creswell menghabiskan lebih dari 100 halaman untuk asumsi filosofis
sebelum beralih pada metode.

Ciri-ciri Fenomenologi
1. Menekankan pada fenomena

yang akan dieksplorasi

berdasar sudut pandang konsep atau ide tunggal, misalnya

ide pendidikan tentang pertumbuhan professional,


konsep psikologis tentang dukacita, atau ide kesehatan
tentang hubungan keperawatan .
2. Mengeksplorasi fenomena pada kelompok individu yang
semuanya telah mengalami fenomena tersebut. Karena itu
kelompok heterogen diidentifikasi yang mungkin beragam
dalam ukuranya dari 3 hingga 4 hingga 10 hingga 15
individu.
3. Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan
dalam studi fenomenologi. Pembahasan ini menelusuri
pengalaman hidup dari individu dan bagaimana mereka
memiliki pengalaman subjektif dari fenomena tersebut
maupun pengalaman objektif dari suatu yang sama dengan
orang lain. Karena itu ada penolakan terhadap perspektif
subjektif-objektif, dan karenanya fenomenologi terletak
pada kontinum antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.
4. Sebagian bentuk penelitian ini, peneliti mengurung
dirinya di luar dari studi tersebut dengan membahas
pengalaman pribadinya dengan fenomena itu dan sebagian
untuk menyingkirkan pengalaman itu, sehingga peneliti
focus pada pengalaman partisipan dalam studi tersebut.
5. Prosedur pengumpulan data yang secara khas melibatkan
wawancara gterhadap individu yang telah mengalami

fenomena tersebut. Sumber lain bisa berupa puisi,


penvamatan, dan dokumen.
6. Analisis data yang dapat mengikuti prosedur sistematis
yang bergerak dari satuan analisis yang sempit menuju
satuan yang lebih luas kemudian menuju deskripsi yang
detail dengan merangkum dua unsure , yaitu apa yang
telah dialami oleh individu dan bagaimana mereka
mengalaminya.
7. Penelitian ini diakhiri dengan bagian deskriptif yang
membahas esensi pengalaman individudengan melibatkan
apa yang telah mereka alami dann bagaimana mereka
mengalamainya. Esensi atau intisari adalah aspek puncak
dari studi fenomenologis.
Tipe-tipe Fenomenologi
Dua pendekatan yang dikemukakan dalam diskusi ini
adalah
empiris,

fenomenologi
transendental

hermeneutik
atau

dan

fenomenologi

psikologi.

Fenomenologi

hermeneutik menurut Manen dalam Creswell adalah


penelitian yang berorientasi terhadap pengalaman hidup
(fenomenologi) dan menginterpretasikan teks kehidupan
(hermeneutik) (2014).Dalam hal ini, peneliti memediasi
antara makna yang berbeda terhadap makna pengalaman
hidup.

Sementara fenomenologi transcendental atau psikologi


sedikit difokuskan pada interpretasi peneliti dan lebih pada
deskripsi pengalaman partisipan. Konsep yang muncul dalam
penelitian fenomenologi psikologi ini adalah epoche atau
bracket (pengurungan) milik Edmund Husserl. Konsep
tersebut menyatakan bahwa investigator mengesampingkan
pengalaman mereka, sebanyak mungkin, guna memperoleh
perspektif yang segar terhadap fenomena yang diteliti.
Prosedur

untuk

melaksanakan

penelitian

fenomenologi
1)

Peneliti menentukan masalah penelitian yang tepat


menggunakan pendekatan fenomenologi. Tipe masalah
terbaik yang tepat untuk bentuk ini adalah penelitian
yang penting untuk memahami beberapa pengalaman

2)

umum dan pengalaman bersama individual.


Sebuah fenomena yang menarik untuk dipelajari, seperti
kemarahan, profesionalisme, apa maknanya menjadi
lebih kurus, atau apa maknanya menjadi seorang

3)

pegulat, hal-hal tersebut diidentifikasi.


Peneliti mengenali dan membuat spesifikasi asumsi
yang lebih luas secara filosofis terhadap fenomenologi.

Misalnya, seseorang dapat menulis tentang kombinasi


4)

realitas objektif dn pengalaman individu.


Data dikumpulkan dari individu yang mempunyai
pengalaman terhadap sebuah fenomena. Seringkali
pengumpulan data dalam kajian fenomenologi terdiri
dari wawancara mendalam dan wawancara majemuk

5)

dengan partisipan.
Partisipan diberi pertanyaan dua pertanyaan luas dan
umum. Misalnya, apa yang telah Anda alami dalam
terma fenomena ini?apa konteks atau situasi yang secara
tipikal memengaruhi dan berdampak pada pengalaman
Anda? Pertanyaan open-ended mungkin bisa juga
ditanyakan, tetapi dua pertanyaan tersebut, khususnya,
fokus pada perhatian untuk memperoleh data yang akan
menuntun pada deskripsi secara berjaring dan struktural
terhadap pengalaman. Pertanyaan tersebut menyediakan
sebuah pemahaman yang kaya atas pengalaman umum
partisipan.

6)

Langkah-langkah analisis data fenomenologi secara


umum sama dengan semua ahli fenomenologi psikologi
yang menggunakan metode tersebut. Membangun data
dari pertanyaan pertama dan kedua, analisis data

berlanjut pada data (misalnya, transkripsi wawancara)


dan menonjolkan pernyataan, kialimat, dan kutipan
signifikan yang menyediakan pemahaman bagaimana
partisipan mengalami sebuah fenomena.
7)

Pengalaman dan tema signifikan tersebut kemudian


digunakan untuk menulis deskripsi tentang apa yang
partisipan alami (textural descriptions).

8)

Dari

deskripsi

kemudian

tekstural

menuliskan

dan

deskripsi

struktural,
gabungan

peneliti
yang

menghadirkan esensi dari fenomena yang disebut


sebagai esensial, invariant structure atau esensi.
Deskripsi ini utamanya berfokus pada pengalaman
umum partisipan.
5.

Penelitian (Riset) Studi Kasus

Definisi dan latar belakang


Penelitian studi kasus adalah salah satu desain dalam
penelitian kualitatif yang dapat berupa obyek penelitian dan
juga hasil dari penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan
kajian isu yang dieksplorasi dari kehidupan nyata melalui satu
atau lebih kasus dalam sistem yang terikat (Creswell,
2014:135). Penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif

dimana peneliti mengeksplorasi sebuah sistem yang terikat


(kasus) atau sistem majemuk yang terikat (kasus-kasus) dalam
suatu waktu melalui koleksi data yang detail dan mendalam,
melibatkan sumber informasi majemuk (misalnya, observasi,
wawancara, materi audiovisual, dokumen, dan laporan).
Pendekatan studi kasus cukup dikenal pada ilmu pengetahuan
soasial karena ketenarannya dalam psikologi (Freud), ilmu
kedokteran (analisa kasus terhadap sebuah masalah), hukum
(kasus hukum), dan ilmu politik (kasus pelaporan). Penelitian
studi kasus memiliki sejarah panjang yang berbeda, melintasi
banyak disiplin ilmu.
Ciri utama Penelitian Studi Kasus
Adapun ciri utama penelitian ini sebagai mana diungkapkan
oleh Creswell adalah:
1. Riset studi kasus dimulai dengan mengidentifikasi satu
kasus yang spesifik. Kasus ini dapat berupa entitas yang
konkret, misalnya individu, kelompok kecil, organisasi,
atau kemitraan. Pada level yang kurang konkret, kasus ini
mungkin adalah komunitas, relasi, proses keputusan, atau
proyek yang spesifik. Kuncinya di sini adalah untuk
mendefinisikan

kasus

yang

dapat

dibatasi

atau

dideskripsikan dalam parameter tertentu, misalnya tempat

dan waktu yang spesifik. Biasanya, para peneliti studi


kasus mempelajari kasus kehidupan-nyata yang mutakhir
yang

sedang

berlangsung

sehingga

mereka

dapat

mengumpulkan informasi yang akurat tanpa kehilangan


waktu. Satu kasus tunggal dapat dipilih atau kasus
majemuk dapat diidentifikasi sehingga semuanya dapat
dibandingkan.
2. Tujuan dari pelaksaan studi kasus tersebut juga penting.
Studi kasus kualitatif dapat disusun untuk mengilustrasikan
kasus yang unik, kasus yang memiliki kepentingan yang
tidak biasa dalam dirinya dan perlu dideskripsikan atau
diperinci. Kasus ini disebut kasus intrinsik. Atau, tujuan
dari studi kasus tersebut adalah untuk memahami isu
problem, atau keprihatinan yang spesifik (misalnya,
kehamilan remaja) dan kasus atau beberapa kasus diseleksi
untuk dapat memahami permasalahan tersebut dengan
baik. Kasus ini disebut kasus instrumental.
3. Ciri utama dari studi kasus kualitatif yang baik adalah studi
kasus itu memperlihatkan pemahaman mendalam tentang
kasus tersebut. Dalam rangka menyempurnakan penelitian
ini, peneliti mengumpulkan beragam bentuk data kualitatif,
mulai dari wawancara, pengamatan, dokumen, hingga
bahan audiovisual. Bersandar pada satu sumber data saja

biasanya tidak cukup untuk mengembangkan pemahaman


mendalam ini.
4. Pemilihan pendekatan untuk analisis data dalam studi
kasus akan berbeda-beda. Sebagian studi kasus melibatkan
analisis terhadap unit-unit dalam kasus tersebut (misalnya,
sekolah, distrik sekolah), sementaraitu sebagian yang lain
melaporkan tentang keseluruhan kaus(misalnya, distrik
sekolah). Demikian juga, pada sebagian studi, peneliti
memilih

kasus

majemuk

untuk

dianalisis

dan

diperbandingkan, sementara itu dalam studi kasus yang


lain, dipilih kasus tunggal untuk dianalisis.
5. Agar analisisnya dapat dipahami dengan baik, riset studi
kasus yang baik juga melibatkan deskripsi tentang kasus
tersebut. Deskripsi ini berlaku untuk studi kasus intrinsic
maupun instrumental. Di samping itu, peneliti dapat
mengidentifikasi tema atau isu/masalah atau situasi
spesifik yang hendak diperajari dalam masing-masing
kasus. Agar studi kasus dapat menghasilkan temuan ya
glengkap, maka harus melibatkan deskripsi tentang kasus
tersebut dan tema atau masalah yang telah diungkap oleh
peneliti ketika mempelajari kasus tersebut.
6. Di

samping

diorganisasikan

itu,

tema

menjadi

atau

masalah

kronologi

oleh

itu

dapat
peneliti,

menganalisis keseluruhan kasus untuk mengetaui berbagai


persamaan dan perbedaan di antara kaus tersebut, atau
menyajikannya dalam suatu model teoretis.
7. Studi kasus sering diakhiri dengan kesimpulan yang
dibentuk oleh peneliti tentang makna keseluruhan yang
diperoleh dari kasus atau kasus tersebut. Hal ini disebut
sebagai penegasan atau pembentuka pola atau disebut
sebagai penjelasan. Saya menganggap hal ini sebagai
pelajaran umum yang diperoleh dari studi kasus tersebut.

Tipe-tipe studi kasus


Ada tiga tipe pendekatan penelitian studi kasus, yaitu:
1)

Studi Kasus Instrumental Tunggal


Dalam studi kasus instrumental tunggal, peneliti berfokus
pada isu atau keprihatinan terhadap sesuatu, kemudian
menyeleksi satu kasusu terikat untuk mengilustrasikan
kasus ini.

2)

Studi Kasus Majemuk atau Kolektif


Pada studi kasus majemuk atau kolektif, satu isu atau
keprihatinan diseleksi lagi, tetapi penyelidik menyeleksi

untuk mengkaji beberapa program dari beberapa situs


penelitian atau program majemuk dalam situs tunggal
3)

Studi kasus intrinsik.


Sedangkan studi kasus intrinsik berfokus pada kasus itu
sendiri (misalnya, mengevaluasi program, atau mengkaji
siswa

yang

mempunyai

kesulitan)

karena

kasus

menunujukkan situasi yang unik dan tidak biasa.


Prosedur untuk melaksanakan studi kasus
1.

Peneliti menentukan pendekatan studi kasus tepat untuk


masalah yang diteliti. Studi kasus adalah pendekatan
yang baik ketika penyelidik dapat mengidentifikasi kasus
secara jelas dalam batas tertentu, mencari untuk
menyediakan pemahaman mendalam terhadap kasus atau
perbandingan beberapa kasus.

2.

Peneliti perlu mengidentifikasi kasus atau kasus-kasus


mereka. Kasus ini mungkin melibatkan individu,
beberapa individu, sebuah program, kejadian, atau
sebuah aktivitas.

3.

Pengumpulan data dalam penelitian studi kasus luas,


menarik sumber informasi majemuk, seperti observasi,
wawancara, dokumen, materi audiovisual.

4.

Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik


keseluruhan kasus atau analisis yang ditanamkan pada
aspek spesifik sebuah kasus.

5.

Dalam fase interpetatif final, peneliti melaporkan makna


kasus, baik makna datang dari pembelajaran tentang isu
sebuah kasus atau pembelajaran tentang situasi yang
tidak umum (kasus intrinsik).

Daftar Pustaka
[1]Lexy

J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,


(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 103
[2] Ian Dey, Qualitative Data Analysis, (New York:
RNY, 1995), hlm. 30.
[3] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 248
[4] H. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2011), hlm. 149.
[5] H. Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian KualitatifKuantitaif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 355.

[6] Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam


Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3 FP UI, 2005),
hlm. 143.
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R
& D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm. 338.
[8] Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 247.
[9] Kasiram, Metodologi Penelitian, hlm. 369.
13
[10]Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta :Erlangga, 2009), hlm.151.
[11] Bungin, Penelitian Kualitatif, hlm. 161.
[12] Ibid, 162.

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi,


YA3 Malang, 1990
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/metodepenelitian-kualitatif-dan.html tanggal 24 Juli 2015
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitiandeskriptif-kualitatif.html tanggal 24 Juli 2015
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2014/09/prosespenelitian-kualitatif.html
Muri Yusuf. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP
PRESS
http://www.anneahira.com/penelitian-kualitatif-dankuantitatif.htm
13

Rochiati Wiriaatmadja. 2008. Metode Penelitian Tindakan


Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
https://tepenr06.wordpress.com/2011/10/04/membuat-catatanlapangan/
http://dapurilmiah.blogspot.co.id/2014/06/analisis-datakualitatif.html

Anda mungkin juga menyukai