Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara
pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Hasil belajar siswa
tidak selalu mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui, tujuan pembelajaran meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif)
relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses
penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan
pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and
measurable).
Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen
untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen,
diperoleh data yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang
peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi
yang bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan
mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau tidak naik kelas,
lulus atau tidak dan sebagainya. Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus
dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes,
pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir.
Penilaian (Assesmen) merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling
terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian
yang diterapkan. Diharapkan dengan perbaikan sistem penilaian maka amanat undang-
undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 pasal 58 ayat (1) bahwa” evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan

1
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan” dapat diwujudkan.
(Mansur, dkk, 2009: 1).
Dalam evalusai pendidikan ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan artinya kegiatan evaluasi harus melibatkan ketiga
kegiatan lainnya yaitu penilaian, pengukuran dan tes. Dalam penilaian terdapat prisnsip-
prinsip yang harus dipegang teguh oleh para pemberi nilai dalam hal ini para guru di
sekolah dan para dosen diperguruan tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian harus dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip penilaian yang sebenarnya agar penilain yang dilakukan oleh guru atau dosen
sesuai dengan prinsip penilaian yang sebenarnya.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini kami batasi mulai dari pengertian, prinsip-prinsip, tujuan dari asesmen
dan pendekatan asesmen.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasar latar belakang yang telah dibuat, maka diperoleh rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip asesmen yang baik ?
3. Apa tujuan, fungsi serta manfaat dari asesmen ?
4. Pendekatan apa saja yang dapat dilakukan dalam meakukan penilaian ?

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari asesmen
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asesmen yang baik
3. Mengetahui tujuan, fungsi, serta manfaat apa saja yang diperoleh dari asesmen
4. Mengetahui pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan asesmen

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asesmen


Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penilaian adalah proses,
cara, perbuatan menilai, pemberian menilai (biji, kadar mutu, harga): penelaahan.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar
(guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan
atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat
dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007) menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk dan penilaian bersifat kualitatif.
Berikut pengertian penilaian menurut para ahli, yaitu:
a. Depdiknas (2007)
Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
b. Kumano (2001)
Penilaian sebagai “the process of collecting data which shows the development of
learning”. Dengan demikian penilaian merupakan istilah yang tepat untuk menilai
proses belajar peserta didik. Meskipun proses belajar merupakan hal penting yang
dinilai dalam penilaian, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
c. Suharsimi Arikunto (2007)
Penilaian adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk.
d. Sudjana (2009:3)

3
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada suatu objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
e. Cangelosi (1995:5)
Penilaian adalah suatu keputusan tentang nilai, yang dipengaruhi oleh hasil
pengukuran.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Penilaian
(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan standarisasi
baik dan buruk dan bersoifat kulaitatif.

2.2 Prinsip-Prinsip Asesmen Yang Baik

Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari penilaian.Agar asesmen yang kita
lakukan berjalan dengan baik kita perlu menerapkan prinsip-prinsip asesmen yang baik.

Berikut Prinsip-prinsip penilaian beserta penerapan/contohnya :

1. Valid

Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat
yang sesuai untuk mengukur kompetensi, sehingga penilaian tersebut menghasilkan
informasi yang akurat tentang aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar
kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila
pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan eksperimen harus
menjadi salah satu obyek yang di nilai.

Contoh : Dalam pelajaran penjaskes, guru menilai kompetensi permainan badminton


siswa, penilaian dianggap valid jika menggunakan test praktek langsung, jika
menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.

2. Obyektif

Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar


belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik
tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan secara objektif dan
tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilan.

4
Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan tetangga
dari guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai
hanya 80. Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan. Pemberian
nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa tersebut.

3. Adil

Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil belajar tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, fisik,
dan gender.

Contoh : guru penjaskes laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari murid
perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid berhak
diperlakukan sama saat KBM maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan
sesuai dengan kenyataan hasil belajar siswa tersebut.

4. Terbuka

Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus tau bagaimana
pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar
pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya
tertera, dan dapat diterima.

Contoh : pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang kesepakatan
pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal, Partisipasi kehadiran diberi
bobot 20%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 25%, ujian akhir
semester 35%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.

5. Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang dapat
ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang tua, dan
masyarakat.

5
Contoh : bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna untuk melihat seberapa besar
keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan, sebagai evaluasi untuk perbaikan
kedepan, serta memberikan pengukuran prestasi belajar kepada siswa.

6. Mendidik

Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik maupun
pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara memperbaiki kualitas
belajar mengajar.

Contoh : Budi mendapatkan nilai 60 untuk pelajaran matematika, 50 untuk bahasa


Indonesia, dan 65 untuk Fisika, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal, ia meraih
prestasi yang membanggakan. Budi sadar bahwa ia harus menyeimbangkan prestasi
akademik dan non akademiknya, Kemudian budi terpacu untuk mengevaluasi
kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar dan hidupnya, memperoleh nilai yang
baik, juga memperoleh prestasi yang baik.

7. Menyeluruh

Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi peserta didik dan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, termasuk mengumpulkan berbagai
bukti aktivitas belajar peserta didik. Penilaian meliputi pengetahuan (cognitif),
keterampilan (phsycomotor), dan sikap (affectif).

Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan berbagai
bukti aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari
pengetahuan tentang seni budaya, keterampilan menari, menggambar, bermusik,
kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap peserta didik, semua hal tersebut
digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai.

8. Berkesinambungan

Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik.

Contoh : guru matematika melakukan KBM secara terencana, guru menjelaskan materi
tiap pertemuan, memberikan tugas, mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester,
serta ujian akhir semester, semua dilaksanakan secara terus menerus dan bertahap, dan

6
dari setiap tahap tersebut, guru mengumpulkan informasi yang akan diolah untuk
menghasilkan nilai.

9. Akuntabel

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Contoh : guru bahasa mandarin dapat menjelaskan secara benar kepada pihak terkait,
tentang proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan
kenyataan kemampuan hasil belajar peserta didiknya.

10. Beracuan kriteria

Berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.


Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (KI L,
KI, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian
yang telah ditetapkan.

11. Sistematis

berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti
prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru
mata pelajaran matematika menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun
silabus dan RPP.

12. Terpadu

berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan


pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil
penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang
digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses pembelajaran
kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan pelaksanaan
pembelajarannya.

Selain prinsip-prinsip yang dijelaskan diatas,ada beberapa pendapat mengenai prinsip-


prinsip asesmen yang baik,diantaranya:

7
Menurut Sudjana (2009:8) prinsip-prinsip penilaian adalah sebagai berikut:

1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas
abilitas yang harus dinilai, materi penilai, alat penilai, dan interpretasi hasil penilaian.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar
mengajar
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalm pengertian menggambarkan prestasi
dan kemampuan peserta didik sebagaimana adanya
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.

Sedangkan Kuseri dan Supranato (2012:8) menyatakan bahwa hal yang menjadi
prinsip dalam penilaian adalah:

1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata
3. Penialian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (kognitif, afektif, sensori-motorik).

2.3 Tujuan.Fungsi Dan Manfaat Asesmen

 Tujuan asesmen

a. Tujuan Umum :

1. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;


2. Memperbaiki proses pembelajaran;
3. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

b. Tujuan Khusus :

1. Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;


2. Mendiagnosis kesulitan belajar;
3. Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
4. Penentuan kenaikan kelas

8
 Fungsi asesmen

Fungsi penilaian/asesmen hasil belajar sebagai berikut.

1. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.


2. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

Selain fungsi diatas,sumber lain juga mengemukakan fungsi Asesmen atau penilaian
yaitu:

1. Fungsi formatif
yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta
didik.
2. Fungsi sumatif
yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai
pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-tidaknya peserta didik.
3. Penilaian berfungsi sebagai Diagnostik
Alat yang digunakan dalam penilaian maka hasilnya dapat mengetahui kelemahan
peserta didik. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru melakukan
diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan mengetahui
kelemahan-kelemahan yang ada maka akan mudah mencari cara untuk mengatasinya
4. Penilaian berfungsi sebagai Penempatan
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekolompok siswa yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama belajarnya.
5. Penilaian berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan
6. Penilaian dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan.5

 Manfaat asesmen
Menurut Linn and Grounlund (1985) manfaat assessment adalah sebagai berikut :

9
1. Peningkatan belajar dan pembelajaran
Informasi yang diperoleh bisa membantu menentukan
(a) Kesesuaian dan ketercapaian tujuan pembelajaran
(b) Kebermaknaan materi pembelajaran dan
(c) Keefektifan metode pembelajaran.
2. Pemberian nilai dan pelaporan kepada orang tua
penggunaan prosedur assessment memberikan dasar yang obyektif dan
komprehensif untuk melaporkan setiap kemajuan belajar siswa.
3. Penggunaan untuk tujuan lainnya
Hasil assessment berguna untuk pengembangan kurikulum, membantu siswa
dengan keputusan mengenai pendidikan dan ketrampilan, dan menilai keefektifan
program sekolah.

Selain itu,Thorndike dkk mengungkapkan bahwa manfaat assessment diarahkan


kepada keputusan-keputusan yang menyangkut :
1. Keputusan dalam bidang kelembagaan
Yaitu untuk mengarahkan pengambilan keputusan berkenaan dengan apa yang
harus diajarkan atau apa yang harus dipelajari dan dipraktekkan oleh siswa baik
secara individu, kelompok ataupun klasikal, untuk itu perlu identifikasi
kompentensi-kompetensi dalam isi pelajaran ataupun ketrampilan yang spesifik.
Berdasarkan hasil identifikasi ini guru dapat menetapkan kompetensi-kompetensi
mana yang sudah ada dan belum pada siswa yang selanjutnya dipakai sebagai dasar
untuk menetapkan isi pengajaran yang berikutnya.
2. Keputusan tentang hasil belajar
Hasil penilaian tidak hanya berguna untuk mengetahui penguasaan siswa atas
berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatihkan, melainkan juga untuk
memberikan gambaran tentang pencapaian program-program pendidikan secara
lebih menyeluruh.
3. Keputusan dalam rangka diagnosa dan usaha perbaikan
Kesulitan-kesulitan belajar siswa perlu dicari penyebabnya dan ditanggulangi
melalui usaha-usaha perbaikan, tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui dalam
bidang mana siswa telah atau belum menguasai kompetensi belajar tertentu.
4. Keputusan berkenaan dengan penempatan

10
Informasi yang diperoleh dari pengukuran dan penilaiana dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk menentukan perlakuan yang paling tepat bagi setiap siswa,
baik melalui penempatan sesuai dengan minat dan kemampuan maupun melalui
pengelompokkan setara.
5. Keputusan berkenaan dengan seleksi
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran dan penilaian dapat
dipilih “bibit unggul” dari siswa untuk program tertentu.
6. Keputusan yang berkenaan dengan layanan bimbingan dan penyuluhan
Agar layanan bimbingan dan penyuluhan sesuai dengan siswa yang
bersangkutan maka harus ada informasi yang lengkap dan tepat mengenai siswa
tersebut yaitu melalui pengukuran dan penilaian.
7. Keputusan yang berkenaan dengan kurikulum
Informasi yang diperoleh melalui pengukuran dan penilaian sangat diperlukan
untuk mengevaluasi kurikulum.
8. Keputusan berkenaan dengan penilaian kelembagaan
Penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan salah satunya
oleh hasil belajar siswanya dimana informasinya diperoleh melalui pengukuran dan
penilaian.

Makna yang hampir sama diberikan oleh Widoyoko (2009) terhadap manfaat
assessment bagi pendidikan yaitu terdapat beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan,
baik penilaian yang menggunakan tes maupun non-tes. Di antaranya sebagai berikut :

1. Dasar Mengadakan Seleksi


Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang
orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi.
2. Dasar Penempatan
3. Diagnostik
4. Umpan Balik
5. Menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar
6. Perbaikan Kurikulum dan Program Pendidikan
7. Pengembangan Ilmu

2.4 Pendekatan Yang Dilakukan Dalam Melakukan Asesmen

11
1. Objective- oriented evaluation approach
Model Objective-Oriented Approach (pendekatan penilaian berorientasi
tujuan) adalah pendekatan dalam melakukan evaluasi program yang menitik beratkan
pada penilaian ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, pandangan ini mempersyaratkan
bahwa suatu program pendidikan harus menetapkan atau merumuskan tujuan-tujuan
spesifiknya secara jelas. Terhadap tujuan-tujuan program yang sudah ditetapkan
tersebut barulah evaluasi program difokuskan.

Pendekatan penilaian yang dikemukakan Tyler ini meliputi langkah-langkah


sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan secara jelas

2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan tersebut

3) Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilah perilaku terukur

4) Temukan situasi dimana prestasi atau tujuan dapat diperlihatkan

5) Mengembangkan atau memilih teknik-teknik pengukuran

6) Mengumpulkan data

7) Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam perilaku


terukur.

2. Discrepancy evaluation model

Pendekatan lain yang banyak dipengaruhi pemikiran Tyler dikembangkan Provus


berdasarkan pada tugas-tugas evaluasi di sebuah sekolah umum di Pittsburgh,
Pensylvania. Provus (1973) memandang penilaian sebagai proses pengelolaan informasi
berkelanjutan yang dirancang memberi pelayanan sebagai the watchdog of program
management’dan the handmaiden of administration in the management of program
development trough sound decision making .

Pendekatan yang diperkenalkan Provus ini dinamakan Discrepancy Evaluation


Model. Pendekatan ini memperkenalkan pelaksanaan evaluasi dengan langkah-langkah
yang perlu dilakukan, meliputi:

1) Definisi

12
2) Instalasi
3) Proses
4) Produk
5) Analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis)

3. Penilaian berorientasi tujuan

Pendekatan penilaian yang berorientasi tujuan ini secara teknologis telah merangsang
berkembangnya proses-proses perumusan tujuan secara spesifik serta pengembangan
atau penemuan instrument-instrumen maupun prosedur pengukuran yang beragam.
Dilihat dari kajian dan literature, pendekatan penilaian berorientasi tujuan sudah lebih
banyak dan terarah kepada persoalan bagaimana pendekatan ini diaplikasikan dalam
penilaian di kelas, penilaian sekolah, penilaian program sekolah di satu kabupaten, atau
lainnya. Oleh karena itu, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kelebihan pendekatan
ini adalah mudah dipahami, mudah untuk diimpelementasikan, dan disepakati banyak
pendidik dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan misi mereka.

Pendekatan ini juga telah menyebabkan para pendidik merefleksikan dan


mengklarifikasi perhatian mereka terhadap pemikiran-pemikiran terdahulu berkaitan
dengan ambiguitas tujuan-tujuan pendidikan. Diskusi-diskusi bersama masyarakat
tentang tujuan pendidikan yang dianggap paling tepat, dijadikan ajang untuk
meningkatkan validitas program pendidikan yang dilakukan.

Disamping manfaat dan keungulan sebagaimana dipaparkan di atas, pendekatan ini


juga mendapatkan beberapa kritik yang sekaligus meggambarkan sebagai kelembahan
dari pendekatan tersebut. Beberapa kritik yang mengemuka adalah (Worten and Sander,
1987)

1) komponen penilaian kurang realistis ( lebih memfasilitasi pengukuran dan penilaian


ketercapaian tujuan daripada menghasilkan pertimbangan-pertimbangan tentag
kebenaran dan merit secara eksplisit)

2) mengabaikan nilai (value) dari tujuan itu sendiri;

3) mengabaikan alternative penting yang harus dipertimbangkan dalam perencaaan suatu


program pendidikan

13
4) mengabaikan konteks dimana suatu penilaian dilakukan;

5) mengabaikan tujuan penting lainnya diluar tujuan yang dirumuskan (tujuan yang tidak
diharapkan);

6.) mengabaikan fakta dari nilai suatu program tidak merefleksikan tujuan

Dari kelemahan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kelemahan


pendekatan berorientasi tujuan dapat menghasilkan suatu tunnel vision yang cenderung
membatasi efektifitas dan potensi penilaian.

4. penilaian berbasis kelas

Penilaian kelas sama dengan pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk
memberikan keputusan (nilai) hasil belajar siswa berdasarkan tahapan belajarnya.
Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dilakukan
dengan berbagai cara. Dilakukanmelalui kumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya
(products), penugasan (projects), Unjuk kerja (performances) dan tes tulis (paper & pen).

Tujuan Penilaian Kelas :

1) keeping-track (proses pembelajaran sesuai dengan rencana)


2) cheking-up (mencek kelemahan dalam proses pembelajaran)
3) finding-out(menemukan kelemahan & keslahan dalam pembelajaran)
4) summing-up (menyimpulkan pencapaian kompetensi peserta didik)

Manfaat : informasi, umpan balik, memantau kemajuan, umpan balik bagi guru,
informasi kepada orang tua dan komite sekolah.

Fungsi Penilaian Kelas :

1) Alat menetapkan siswa dalam penguasaan kompetensi


2) Sebagai bimbingan
3) Sebagai alat diagnosis
4) Sebagai alat prediksi
5) Sebagai grading
6) Sebagai alat seleksi

14
Jenis-jenis penilaian kelas :

1) Melalui Portofolio
2) Melalui unjuk kerja (performance)
3) Melalui penugasan (project)
4) Melalui hasil kerja (Product)
5) Melalui tes tertulis ()paper & pen)

5. Penilaian Acuan Norma (PAN)


PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap
hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai
pendekatan “apa adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semat–mata diambil
dari kenyataan–kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/penilaian itu
berlangsung, yaitu hasil belajar mahasiswa yang diukur itu beserta pengolahannya,
penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil–hasil pengukuran kelompok
manusia.
PAN pada dasarnya mempergunakan kurve normal dan hasil–hasil
perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikut
sertakan semua angka hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada
didalam “kurve Normal”yang dipakai untuk membandingkan atau menafsirkan angka
yang diperoleh masing – masing mahasiswa ialah angka rata- rata (mean) dan angka
simpanan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas
atau kebawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh didalam kurve
itu. Dengan kata ain, patokan itu dapat berubah–ubah dari “kurve normal” yang satu
ke “kurve normal” yang lain. Jika hasil ujian mahasiswa dalam satu kelompok pada
umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka
patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok
itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser kebawah (diturunkan). Dengan
demikian, angka yang sama pada dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti
berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang
berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan
melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda
pula.

15
6. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil belajar mahasiswa
terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan
bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang
akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu
mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari-cari di tempat lain
dan pula tidak dicari di dalam sekelompok hasil pengukuran sebagaimana dilakukan
pada PAN.

Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut “Tingkat
Penguasaan Minimum”. Mahasiswa yang dapat mencapai atau bahkan melampai batas
ini dinilai “lulus” dan belum mencapainya nilai “tidak lulus” mereka yang lulus ini
diperkenankan menempuh pelajar yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus diminta
memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai “batas lulus” itu.

Patokan yang dipakai untuk kelompok mahasiswa yang mana sama ini pengertian yang
sama. Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran yang
diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun berbeda-beda dapat
dipertahankan.

Yang menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan
yang benar-benar tuntas.

Penggunaan PAN dan PAP

Pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua matakuliah, dari matakuliah yang paling
teoritis (penuh dengan materi kognitif) sampai ke matakuliah yang praktis (penuh dengan
materi ketrampilan). Angka-angka hasil pengukuran yang menyatakan penguasaan
kompetensi-kompetensi kognitif, ketrampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki atau
dicapai oleh sekelompok mahasiswa sebagai hasil dari suatu pengajaran, dapat di
kurvekan. Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana. Setelah
pengajaran diselenggarakan, kelompok mahasiswa yang menerima pengajaran tersebut
menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dimaksudkan sebagai
ujian. Hasil ujian ini diperiksa dan angka tersebut disusun dalam bentuk kurve. Kurve

16
dan segala hasil perhitungan yang menyertai (terutama angka rata-rata dan simpangan
bakul) dapat segera dipakai dalam PAN.

Pendekatan PAP tidak berorientasi pada “apa adanya” pendektan ini tidak semata-
mata mempergunakan angka rata-rata yang dihasilkan oleh kelompok yang diuji,
melainkan telah terlebih dahulu menetapkan kriteria keberhasilan, yaitu “batas lulus”
penguasaan bahan pelajaran, dan dalam proses pengajaran. Tenaga pengajar tidak begitu
saja membiarkan mahasiswa menjalani sendiri proses belajarnya, melainkan terus
menerus secara langsung ataupun tidak langsung merangsang dan memeriksa kemajuan
belajar mahasiswa serta membantunya melewati tahap-tahap secara berhasil. Ujian
pembinaan dilaksanakan pada tahap tersebut. Usaha ini akan mencegah mahasiswa dari
keadaan terlanjur tidak menguasai dengan baik bahan kompetensi dari tahap yang satu ke
tahap berikutnya seperti dituntut oleh TKP. Hasil ujian pembinaan ini dipakai sebagai
petunjuk (indikator) apakah mahasiswa tertentu memerlukan bantuan dalam menjalankan
proses belajarnya atau tidak.

Ujian akhir dilaksanakan pada akhir proses pengajaran. Ujian ini meliputi semua
bahan yang diajarkan dalam keseluruhan proses pengajaran dengan tujuan menguji
apakah mahasiswa telah menguasai seluruh bahan yang diajarkan itu dengan baik. Ujian
akhir ini didasarkan sepenuhnya pada TKP.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka pembahasan ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
2. Penilaian harus berdasarakan prinsip; Valid/sahih, Objektif, transparan,
keterpaduan, menyeluruh dan berkesinambungan, bermakna,
sistematis,  akuntabel, dan sesuan acuan kriteria
3. Adapun pendekatan dalam penilaian antara lain; Objektive oriented evaluation
approach, Discrepancy evaluation model, Penilaian berorientasi tujuan, Penilaian
berbasis kelas, Penilaian acuan norma, Penilaian acuan patokan
3.2 Saran
Dengan makalah ini semoga kita sebagai calon pendidik dapat menerapkan
apa yang menjadi prinsip dalam penilaian atau asesmen yang lebih baik lagi ke
depannya. Dan semoga makalah ini berguna. Serta demi kesempurnaan makalah ini
kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

18

Anda mungkin juga menyukai