Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI KOGNITIF

“MEMORI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 :

Anis Syahadatillaili (1511415006)


Dewi Lissa Ahlun Nissa (1511415013)
Dessy Wulansari (1511415010)
Mayzora Ratnasari Rizki (1511415010)
Farochi Maulida (1511415038)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI
Tahun 2015
KATA PENGANTAR

Siapakah presiden Indonesia yang pertama? Tanggal berapakah hari ini? Seperti
apakah tampang terbaik teman anda, dan seperti apakah suara teman anda terdengar? Apakah
pengalaman yang anda rasakan saat pertama kali menapak bangku kuliah? Bagaimana cara
anda mengikat sepatu anda? Bagaimana anda bisa mengetahui jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan diatas, atau terhadap pertanyaan mengenai item-item semacam itu?
Bagaimana anda bisa mengingat salah satu informasi yang anda gunakan setiap jam saat
kesadaran anda terjaga setiap hari ? ini berkaitan dengan memori.

Memori merupakan fungsi fundamental bagi kehidupan manusia terutama yang


berkaitan dengan kinerja intelektual. Baik secara sadar maupun tidak sadar memori telah
menuntun semua perilaku hidup manusia. Penggunaan memori secara sadar adalah sebagai
sarana pengingat, baik itu mengingat berbagai informasi seperti jadwal kegiatan, waktu, arah,
tujuan, dan berbagai informasi penting lainnya. Disisi lain secara tidak sadar kita juga
menggunakan memori untuk melakukan berbagai rutinitas dan skill. Berbicara tentang memori
berati berbicara tentang sesuatu yang sangat dekat dalam kehidupan keseharian manusia.
Tanpa disadari oleh manusia, mereka telah menjalani suatu proses yang sangat rumit tentang
sesuatu yang berhubungan dengan memori atau yang biasa disebut sebagai ingatan. Segala
sesuatu yang dijalankan oleh manusia sangat mungkin pasti disertai dengan kerjanya memori
pada diri setiap manusia. Memori tersebut dapat berupa memori jangka pendek (short-term
memory), memori jangka panjang (long-term memory), maupun jenis-jenis memori yang lebih
rumit lainnya.lmu psikologi mendefenisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean,
penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia dan organisme
lainnya. Pengkodean berkaitan dengan persepsi awal dan pengenalan.

Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), adalah keberadaan tentang


pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat
menyimpan dan merekam informasi.

Ilmu psikologi mendefenisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean,


penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia dan organisme
lainnya. Pengkodean berkaitan dengan persepsi awal dan pengenalan.

Menurut perspektif psikologi kognitif bahwa memori atau ingatan ialah kekuatan
jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam
perbuatan ingatan yaitu : menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan.
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah
dialami.
KAJIAN

Dalam kajian ini menggunakan dua jurnal yang berkaitan dengan memori dalam
psikologi kognitif yaitu jurnal yang berjudul Memori Implisit dan Memori Eksplisit pada Penderita
diabetes mellitus dan Non Diabetes Mellitus, serta jurnal yang kedua berjudul The Effect of
Reciting Holy Qur’an Toward Short-term Memory Ability Analysed Trought the Changing Brain
Wave.

1. Jurnal Memori Implisit dan Memori Eksplisit pada Penderita diabetes mellitus dan Non
Diabetes Mellitus
Jurnal ini ditulis oleh Ika Puji Widjayanti dan Diana Setiawati dari Fakultas Psikologi,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 55281
Jurnal ini membahas tentang pengaruh penyait diabetes militus terhadap memory
implisit dan eksplisit bagi penderitanya serta perbandingan memory yang nondiabetes
militus.
Penggunaan memori pada saat mengingat informasi maupun kegiatan secara
sadar dikenal dengan memori eksplisit sedang memori yang berkaitan dengan skill
maupun kegiatan yang bersifat rutin dan sadar dikenal dengan memori implisit (santrock
2004). Memori implisit merupakan kondisi dimana berbagai pengalaman masa lalu
berpengaruh terhadap performasi masa sekarang tanpa dikoordinasikan secara sadar
(Solso,2004) atau otomatis (Eysenk dan Keane,2000). Menurut Chua dan Chun (2003),
implisit memori sangat bergantung dengan konteks atau sudut pandang seorang
individu dalam merespon stimulus sedangkan eksplisit memori cenderung lebih
independen dan tidak terpengaruh dengan factor konteks. Eksplisit memori disebut
sebagai proses conscious recollection (Mitchel, 2006). Memori ini yang juga dikenal
sebagai deklaratif memori ini merupakan usaha sadar untuk mengumpulkan informasi
tentang individu, objek, kegiatan (Radovan et al, 2007) dalam proses memory retrieval
(Golomb dan Gabrielli, 1996)
Dalam penelitian menunjukkan adanya penurunan kontrol metabolisme tubuh pada
penderita diabetes mellitus tipe-tipe yang berusia tengah baya. Penurunan tersebut
menyebabkan terganggunya proses belajar,rnemori ,dan problem solving
(Ryan&Gdiabetes mellitus adalahs uatu penyakit dimana kadar glukosa(gul asederhana
) di dalam darah tinggi ,karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup. Insulin berperan penting dalam fungsi otak seperti belajar dan memori.
Resistensi insulin di otak akan menimbulkan disfungsi kognitif pada pasien dengan
diabetes mellitus pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 mengalami gangguan fungsi
memori,kelambanan dalam fungsi psikomotorik dan pada fungsi eksekutif yang berpusat
di frontallobe.
Kodl&Seaquist (2008 ) juga menyebutkan bahwa semakin terkontrolnya penderita
diabetes dan semakin sedikitnya komplikasi yang terjadi menyebabkan semakin
minimnya disfungsi kognitif yang terjadi. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan fakta
adanya penurunan fungsi otak disatu area hippocampus pada dentate gyrus yang
merupakan penyebab utama dari penurunan memori. Malfungsi otak yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus yang berpengaruh terhadap kualitas kerja otak. DaIam kurun
waktu jangka panjang, turunnya kinerja otak sebagai pengatur perilaku dan berbagai
proses mental yang ada pada manusia tak bisa diingkari dapat menjadi pemicu
turunnyak kualitas kehidupan manusia. Memori sebagai salah satu proses mental
manusia tidak lepas dari kemungkinan untuk mengalami gangguan karena kerusakan
otak yang dialami penderita diabetes mellitus.
Terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara meanskor dengan Tes memori
eksplisit penderita diabetes mellitus dengan non-diabetes mellitus(0,0 5>sig=0,014).
Perbedaan tersebut sebesar 3,812 5 lebih tinggi tes memori eksplisit pada kelompok
non-diabetes mellitus dari pada kelompok diabetes mellitus.Pada skor tes memori
implisit penderita diabetes juga cenderung memiIiki skor yang lebih rendah
(terpaut0,59 0point), namun tidak berarti secara statistik(0,54 5=sig >0,05).
2. Jurnal The Effect of Reciting Holy Qur’an Toward Short-term Memory Ability Analysed
Trought the Changing Brain Wave
Jurnal ini ditulis oleh Very Julianto dan Magda Bhinnety Etsem dari Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada yang diterbitkan pada 1, JUNI 2011: 17 – 29,
VOLUME 38, jurnal ini membahas tentang pengaruh membaca Al-Qur’an terhadap
short-term memory.
pemrosesan informasi yang terjadi di dalam short-term memory. Rangkaian proses
memori diawali dengan memeri sensori sebelum terjadinya short-term memory dan long-
term memory. Memori sensori akan merekam informasi atau stimulus yang ditangkap
oleh panca indera. Ketika informasi itu terekam maka ada dua kemungkinan yang
terjadi akibat dari perhatian (attention). Apabila informasi tersebut tidak mendapat
perhatian, maka informasi tersebut akan rusak dan hilang (Decay). Namun apabila
informasi tersebut mendapatkan perhatian, maka informasi tersebut akan diproses lebih
lanjut di dalam short-term memory. Apabila di dalam short-term memory kita melakukan
pengulangan (reherseal), maka informasi tersebut akan di simpan di dalam long-term
memory. Dan dalam long-term memory inilah informasi yang telah disimpan dapat
dipakai kembali.
Stres, perhatian, dan emosi mempunyai pengaruh terhadap short-term memory.
Dampak langsung dari stres ter-hadap memori adalah terpecahnya per-hatian terhadap
informasi yang baru. Menurut Ashby, Isen & Tuken (1999) menyatakan bahwa stres
akan memper-lambat waktu pemanggilan memori sehingga berpengaruh pada proses
mengingat. Membaca Al Quran sendiri dapat menurunkan tingkat stres sese-orang
karena Al Quran memberikan ketenangan (Hawari 1997). Stres juga dapat
mempengaruhi kinerja memori. Hal ini dikarenakan karena produksi hormon kortisol
dalam hippocampus menjadi lebih stabil. Fungsi hippo-campus terganggu pada kondisi
stres di mana terjadi peningkatan kadar kortisol yang berimbas pada reseptor gluko-
kortikoid dengan konsentrasi tinggi. Gangguan pada hippocampus dapat menurunkan
kemampuan memori (McEwen, 1998). Perhatian (attention) sangat berperan dalam
proses memori. Hal ini karena dalam memahami masalah pikiran dapat saling
berkompetisi dan menghasilkan perhatian yang terpecah (divided attention). Dalam
kehidupan nyata, kemampuan memori seseorang terganggu karena perhatian yang
terpe-cah. Kebalikan dengan divided attention, perhatian yang terfokus atau selective
attention,tentunya akan meningkatkan kinerja memori. Apabila seseorang te-lah terfokus
pada satu informasi maka informasi tersebut akan sedikit menda-pat gangguan dari
informasi yang lain. Perhatian sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal (Matlin, 1998).
Salah satu hal yang mempengaruhi perhatian adalah faktor emosi seseorang. Membaca
Al Quran sendiri dapat mempenga-ruhi fokus perhatian. Seseorang yang membaca Al
Quran memerlukan proses yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan membaca
buku bacaan biasa. Dalam membaca Al Quran, seseorang harus berkonsentrasi dan
fokus pada apa yang dibaca. Mulai dari melihat huruf, tanda baca dan panjang pendek-
nya, harus diperhatikan dengan seksa-ma. Hal ini dapat membuat seseorang bisa lebih
fokus pada perhatian dan berkonsentrasi. Selain itu,emosi juga memiliki pengaruh
terhadap kemampuan kognitif seseorang. Matlin dalam Hastjarjo 2008 menyatakan hal
yang sama yakni ada dua macam pengaruh emosi terhadap memori yakni mood-
congruent dan mood-state dependent. Mood-congruentmengan- dung artian jika
informasi yang masuk dan suasana hati pada seseorang memi-liki kesamaan, maka
kinerja memori akan menjadi lebih baik. Mood-state dependent mengandung artian
bahwa apabila saat penyimpanan (storage) informasi dan pengingatan kembali (recall)
memiliki kesamaan suasana hati,
Maka kinerja memori akan lebih baik bila berbeda suasana hatinya. Sistem
neuronpada manusia yang berkaitan erat dengan fungsi kognisi dipengaruhi oleh
berbagai hal, salah satunya adalah emosi. Hawari (1997) menyebutkan bahwa ayat-ayat
Al Quran banyak yang mengandung tuntunan bagaimana manusia dalam kehidupan di
dunia ini terbebas dari rasa cemas, tegang, dan depresi. Penelitian yang dilakukan oleh
Chalfant dan Heller dalam Hawari (1997) menunjukkan 40% orang yang mengalami
kegelisahan jiwa di bawa ke ahli agama untuk mendapatkan pengo-batan. Selain itu di
dalam Al Quran juga ditemui ayat tentang ketenangan jiwa (Jalaludin, 2001). Penelitian
dari seorang dokter di Florida yang berna-ma Qadhi (Badri, 1995) menemukan bahwa
apabila membaca ayat Al Quran maka akan merasakan ketenangan.
PEMBAHASAN

Terdapat perbedaan memori eksplisit pada orang yang menderita diabetes mellitus
dan orang tanpa diabetes mellitus. Penurunan performansi memori tersebut
kemungkinan juga merupakan akibat dari "kelelahan otak" yang disebabkan gangguan
pada kinerja insulin. Insulin merupakan salah satu hormon yang memegang peran
penting dalam proses metabolisme, yaitu sebagai penghantar glukosa ke dalam sel
,sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar tubuh.
Memori implisit merupakan ingatan individu berupa kecakapan/keahlian merupakan
fungsi dari cerrebellum.Walaupun begitu,proses priming yang menjadi aspek dalam
memori implisit tetap berkaitan dengan pada bagian cerebral cortex seperti pada
temporal lobes dan hippocampus(Santrock,2004).Jadi apabila hippocampus dan frontal
lobe mengalami gangguan maka hanya fungsi priming pada implisit memori yang tidak
berfungsi optimaI. Disisi lain,memori implisi tak akan bermasalah apabila malfungsi otak
terjadi dibagian cerrebelum. Memory eksplisit dan emplisit merupakan jenis tes
pengukuran memori,yang akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Pengukuran Ingatan
1. Tes ingatan langsung ( eksplisit)
Tes ingatan ini langsung mengacu pada peristiwa- peristiwa sasaran dalam sejarah
pribadi subjek,yang menaruh pada konteks ruang dan waktu. Misal : tanggal,hari, jam/ tempat
dan lingkungan peristiwa.
2. Tes ingatan tidak langsung ( implisit )
merupakan tugas –tugas yang mengharuskan subjek melakukan aktifitas-aktifitas kognitif
atau motorik. Misal: tes pengetahuan prosedural (mengukur perubahan perfonmasi yang di
akibatkan oleh latihan – latihan ,misal ;menelusuri jejak satu lampu yang bergerak pada satu trek
bundar dan menggambar melalui kaca. Tes yang menyangkut perkembangan ketrampilan
kognisi, misal; membaca teks yang hurufnya di tulis terbalik.

B. Bentuk Ingatan Eskplisit Dan Implisit


Graf dan schacter ( 1985 ) serta schacter (1987) menjelaskan bahwa ingatan eksplisit
akan terungkap jika performansi dalam satu tugas membutuhkan ingatan atau rekoleksi sadar
pengalaman- pengalaman masa lalu. Sedangkan ingatan implisit akan terungkap jika pengalaman
– pengalaman terdahulu memperlancar performansi dalam satu tugas yang tidak membutuhkan
ingatan atau rekolasi sadar dan di sengaja terhada pengalaman- pengalaman tadi.istilah ingatan
eksplisit dan implisit merupakan konsep-konsep deskriptif yang terutama dengan pengalaman
psiklogis seseorang pada saat mengambil informasi dari ingatan.
Menurut Schacter ingatan implisit dengan ingatan a sadar ( unconscious memory ) yang
di kemukakan oleh Freud, Janet ,Breuer maupun prince atau ingatan tanpa kesadaran ( unawarre
memory, memory without anwarenees ) misalnya, dalam kasus janet pasien yang menderita
amnesia histeris sebagai akibat truma emosi.

C. Tes Ingatan Langsung/Ekspisit


Tes ingatan langsung sebagai tugas –tugas yang di perintahnya mengacu kepada
peristiwa-peristiwa sasaran dalam sejah pribadi subjek, yaitu yang menunjuk pada konteks ruang
dan waktu.peristiwa-peristiwa khas yang menjadi sasaran tersebut dapat berupa penyajian daftar
kata-kata, penyajian daftar gambar-gambar, kalimat-kalimat maupun bisa juga berupa peristiwa
yang terjadi dalam sejarah kehidupan subjek.

Tes ingatan langsung dapat berbentuk (a) tes rekognisi (recognition) dan (b) tes recall,
baik yang free-recall maupun cued-recall.
a. Tes rekognisi
Dalam tes rekognisi, subjek diminta untuk membedakan antara stimulus-stimlus yang ada
pada saat terjadinya peristiwa sasaran dengan stimulus-stimulus yang tak ada pada saat peristiwa
sasaran berlangsung.Dengan kata lain, subjek diminta mengenali kembali apakah stimulus yang
ada pada tahap belajar.
b. Tes recall
Dalam tes recall, subjek diminta untuk memproduksi stimulus-stimulusyang terdapat
dalam peristiwa sasaran.Atau dengan kata lain,pada tahap pengetesan ingatan maka subjek
diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar. Tes
recall dapat dilakukakan tanpa bantuan tanda – tanda maupun dengan bantuan tanda- tanda
(cued-recall ).
D. Tes Ingatan Tidak Langsung( Implisit )
Tes ingatan tidak langsung dirumuskan sebagai tugas-tugas yang mengharuskan subjek
melakukan kegiatan-kegiatan kognitif atau motorik, sementara perintah-perintah tes tersebut
hanya mengacu pada tugas yang sedang dihadapi dan tidak mengacu pada peristiwa sebelumnya.
Dalam tes ingtan tidak langsung tugas-tugas yang harus di selesaikan tidak mengarah subjek
untuk mengacu pada peristiwa yang sebelumnya dialami oleh subjek.dengan kata lain, pada
tahap pengetesan ingatan subjek tidak di instruksikan untuk menggunakan tahapan belajar
sebagai acuan.

Richardson-Klavehn dan Bjork (1988). Menggolongkan tes ingatan tidak langsung ke


dalam empat bentuk,yakni (a) tes-tes pengetahuan factual,leksikal danperseptual, (b) tes
pengetahuan prosedural termasuk didalamnya tes pemecahanmasalah dan performansi
ketrampilan, (c) pengukuran respon evaluatif, dan (d) pengukuran perubahan perilaku seperti
respons neurofisiologis dan kondisioning.

a. Tes-tes pengetahuan konseptual, factual, leksikal dan perseptual


Dalam katagori ini tugas-tugas yang di berikan biasanya berfungsi untuk memerinci
struktur-struktur dan proses-proses yang dipakai dalam mengambil kembali pengetahuan yang
bersifat permanen. Tes-tes yang mengukur pengetahuan faktual dan konseptual misalnya
menugaskan kepada subjek untuk mengingat kembali pengetahuan umum,menyebutkan anggota-
anggota satu katagori semantik,menyebutkan kata lain yang berasosiasi dengan satu kata
tertentu,dan menggolongkan stimulus-stimulus.salah satu contoh adalah mengenai proses belajar
asosiasi kata, misalnya TABLE, dan subjek diminta mengatakn satu kata pertama yang melintas
dalam fikiran subjek pada saat itu yang berasosiasi dengan kata TABLE.
Dalam tes pengetahuan leksikal maka tugasnya dapat mencakup menentukan bahwa satu
barisan huruf merupakan satu kata, menyebut dan melafalkan kata, menghasilkan satu kata dari
satu definisi,melengkapi kata dari satu stem,serta mengeja kata-kata yang berhuruf lain tapi
berbunyi sama. Secara umum dalam tugas-tugas pengetahuan konseptual, faktual, leksikal dan
perseptual variabel yang di ukur ialahketepatan/ akurasi atau latensi(waktu reaksi) dari respon
yang benar.Pengalaman melihat satu stimulus di masa lalu biasanya akan meningkatkan
ketepatan dan atau mengurangi latensi jawaban yang benar. Gejala tersebut oleh Cofer disebut
sebagai priming langsung ( direct/repetition priming).
b. Tes- tes pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural akan meliputi tes-tes belajar ketrampilan dan pemecahan
masalah. Tes-tes ini akan mengukur perubahan performansi yang di akibatkan oleh latihan-
latihan.tes ini dapat mencakup tugas-tugas perseptual-motor seperti menelusuri jejak satu lampu
yang bergerak pada satu trek bundar (pursuit rotor) dan menggambar lewat kaca (mirror-
drawing). Tugas-tugas yang menyangkut perkembangan ketrampilan kognitif seperti
proofreading dan membacateks yang hurufnya ditulis terbalik.Tugas-tugas pemecahan masalah
meliputi memecahkan jigsaw puzzle, dan Tower of Hanoi puzzle.

c. Respon evaluatif
Penelitian seseorang terhadap satu objek dapat di pengaruhi oleh penampilan objek
tersebut sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksposisi terhadap satu stimulus akan
meningkatkan preferensi afektif terhadap stimulus tersebut (mere exposure effect).pertimbangan
dan keputusan kognitif juga di pengaruhi oleh eksposisi stimulus.

d. Pengukuran perubahan perilaku


Pengaruh penyajian stimulus di masa yang lalu juga dapat di tunjukkan dengan adanya
perubahan respons fisiologis seperti GRS (Galvanic Skin Respons) dan Event-Related Potentials
(ERP). Pengukuran condisioning kejapan mata kelinci juga di katagorikan sebagai tes ingtan tak
langsung sebab kondisioning menunjukkan akuisisi/perolehan satu respons perilaku terhadap
satu atimulus yang pada awalnya bersifat netral.
Jurnal yang yang pertama berisi tentang penurunan memory akibat penyakit diabetus
militus sedangkan jurnal yang kedua berisi tentang peningkatan memory akibat menghafal Al-
Qur’an.Untuk lebih jelasnya sebagai berikut.
Membaca al-qur’an dapat memberikan ketenangan yang tentunya dapat berpengaruh
terhadap kerja memori. Area yang terlibat pada proses visualisasi pembacaan Al Quran ini antara
lain pada primary visual area(area 17) dan area asosiasi visual (area 18 dan area 19) di occipital
lobe. Dalam membaca Al Quran, seseorang harus berkonsentrasi dan fokus pada apa yang
dibaca. Mulai dari melihat huruf, tanda baca dan panjang pendeknya, harus diperhatikan dengan
seksama. Hal ini dapat membuat seseorang bisa lebih fokus pada perhatian dan berkonsentrasi.
Dari aspek bahasa pendengaan,mengaluarkan suara saat membaca Al-quran maka area yang aktif
adalah area Brocha dan area Wernicke. Saifuddin(1983) menyatakan di dalam Al-Quran terdapat
keindahan bahasa, ketelitian,dan keseimbangannya, dengan keda-laman makna, kekayaan dan
kebena-rannya, kemudahanpemahaman, dankehebatan kesan yang ditimbulkannya. Fungsi
kognitif yang lebih kompleks. Proses ini terjadi di daerah cortex pre-frontal(CPF). Saat membaca
Al Quran yang disertai pemahaman arti maka akan menimbulkan interpretasi dan pemikiran dari
ayat yang dibaca. Adapun penjelasan tentang memori adalah sebagai berikut:

Jenis-Jenis Memori
Menurut Atkinson dan Shiffin, memori dapat dinedakan menjadi tiga macam, yaitu memori
sensoris, memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term
memory).
1. Memori Sensorik
Memori sensorik adalah proses penyimpanan informasi sementara yang dibawa oleh
pancaindera kita. Setiap panca indra memiliki satu memori sensorik, jadi dalam diri manusia
memiliki lebih dari satu macam memori sensorik, antara lain memori sensorik audio, memori
sensorik visual, dan lain sebagainya.memori sensorik juga dikatakan sebagai proses
penyimpanan memori melalui jalur syaraf-syaraf sensoris yang berlangsung dalam jangka waktu
yang sangat pendek.

2. Short Term Memory (memori jangka pendek)


Memori jangka pendek atau sering disebut juga dengan short term memori adalah suatu proses
penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang disimpan dipertahankan selama
informasi tersebut masih dibutuhkan.
3. Long Term Memory (memory jangka panjang)
Long term memory ialah suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen.

Faktor Faktor yang Berpengaruh dalam Ingatan


Faktor-faktor yang mempengaruhi ingatan diantaranya yaitu :
1. Ingatan jangka pendek (STM)
Ingatan yang disimpan di dalam STM berlangsung kurang dari 30 detik. Jika disajikan
secara serial maka jumlah aitem yang dapat disimpan dalam STM adalah antara 2 sampai 5
aitem. Secara umum STM memiliki kapasitas mengingat objek berkisar 7 aitem, atau antara 5
sampai dengan 9 aitem. Informasi yang disimpan dalam STM biasanya berupa kode auditori
(bunyi), tetapi dapat pula menggunakan kode semantik dan visual.
2. Efek posisi serial (the serial position effect)
Sejumlah informasi (aitem atau objek) yang disajikan secara berurutan akan
mempengaruhi ingatan seseorang. Aitem-aitem atau objek-objek yang berada pada posisi atau
urutan bagian awal (depan) dan juga akhir (belakang) akan cenderung diingat lebih baik daripada
aitem-aitem atau objek-objek yang berada pada urutan di tengah. Karena informasi atau aitem-
atem yang terletak di bagian awal akan lebih dulu memasuki ingatan jangka pendek, sehingga
memungkinkan dilakukan pengulangan di dalam pikiran secara memadai untuk kemudian
dipindahkan ke dalam ingatan jangka panjang. Bagi informasi yang terletak diurutan tengah,
ketika memasuki ingatan jangka pendek bersamaan waktunya dengan proses pengulangan
informasi di bagian depan, sehingga hanya sedikit kapasitas bagi pengulangan kembali informasi
yang terletak di tengah. Dengan demikian informasi yang terletak di tengah urutan belum sampai
dipindahkan ke ingatan jangka panjang. Sementara itu, informasi yang terletak di bagian akhir
cenderung diingat lebih baik, sebab informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada
waktu di-recall.
3. Ingatan jangka panjang (STM)
Ingatan jangka panjang ini meliputi proses penyimpanan informasi yang bersifat lebih
permanen (berlangsung lebih lama dari beberapa menit sampai waktu yang tidak terbatas). Selain
itu, informasi akan disimpan dalam bentuk maknanya atau semantik.
4. Keahlian (expertise)
Keahlian dalam suatu bidang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap ingatan
seseorang. Orang akan dapat mengingat bahan dan informasi baru dengan baik apabila ia
memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup baik di bidang tersebut. Hal ini terjadi karena
latar belakang pengetahuan keahlian seseorang dapat menjadi isyarat mental (mental cues).
Isyarat mental ini merupakan bagian dari susunan pengetahuan yang sudah dipelajari secara teliti
dan diorganisasikan dengan baik. Isyarat mental dapat menimbulkan gambaran yang jelas
mengenai suatu objek di dalam mental atau pikiran seseorang. Selain itu, isyarat mental juga
memiliki sifat yang lebih menonjol, sehingga tidak mudah dikacaukan oleh informasi yang lain.
5. Pemberian kode khusus (encoding specificity)
Prinsip pemberian kode khusus ialah seseorang akan mudah mengingat kembali suatu
peristiwa yang terjadi hanya jika sesuai dengan bekas yang ditemukan di dalam ingatannya.
Dengan kata lain, orang akan mengingat kembali informasi dengan lebih baik jika situasinya
sama dengan situasi pada waktu ia melakukan proses pemberian kode sebelumnya. Suatu
informasi yang disimpan dalam bentuk makna atau semantik akan diingat kembali lebih efektif
apabila tugas yang diminta juga berbentuk makna, dan bukan intonasinya.
6. Emosi atau afek
Aktivitas mengingat juga dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Pertama, dalam
mengingat kata-kata maka orang cenderung mengingat lebih baik pada kata-kata yang
menyenangkan daripada kata-kata yang menyedihkan. Fenomena ini disebut Pollyanna
principles, yaitu satuan informasi yang secara emosi menyenangkan biasanya diproses lebih
efisien dan tepat daripada informasi yang mengandung kesedihan. Kedua, kesamaan suasana hati
(mood congruence), yaitu ingatan menjadi lebih baik jika bahan yang dipelajari sama dengan
suasana hati yang berlangsung pada saat ini. Ketiga, ketergantungan dengan suasana hati (state
dependence). Ketergantungan ini terjadi apabila seseorang mengingat informasi lebih baik dalam
suasana hati sekarang yang sesuai dengan suasana hati pada saat bahan itu pertama kali dipelajari
atau diterima.
7. Very-long-term memory (VLTM)
Very long term memory adalah ingatan yang berlangsung lebih dari tiga bulan lamanya.
Jenis ingatan ini sebenarnya merupakan perluasan dari jenis ingatan jangka pendek dan ingatan
jangka panjang. Khusus ingatan jangka panjang dapat berlangsung dari satu menit sampai
dengan seumur hidup. Pemikiran ini terlalu luas, sehingga sebagian ahli psikologi mencoba
memahami informasi yang disimpan di dalam ingatan untuk jangka waktu yang sangat panjang.
Sebab, perbedaan interval waktu (satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, dan puluhan
tahun) akan mempengaruhi ketepatan mengingat kembali.
8. Stres
Elizabeth Loftus berpendapat bahwa perasaan cemas dapat mempersempit fokus
perhatian seseorang sehingga berbagai petunjuk penting yang menuntun memori menjadi hilang.
Ketika perasaan cemas sudah membuat kita kehilangan petunjuk-petunjuk yang berguna, kita
akan semakin sulit untuk menyimpan memori ataupun mengingat kembali apa yang telah
tersimpan dalam memori.
9. Kondisi fisik yang lelah
Kondisi fisik yang lelah juga sangat mempengaruhi daya serap informasi yang masuk,
dengan demikian secara langsung mempengaruhi kemampuan mengingat. Para ahli mengetahui
bahwa pikiran dan tubuh saling mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik yang lelah bisa
disebabkan oleh waktu istirahat yang kurang atau jam belajar yang terlalu panjang.

Strategi untuk Meningkatkan Kinerja Ingatan


Secara garis bersar daya mengingat/ kapasitas ingatan setiap orang dapat ditingkatkan,
paling sedikit penggunaanya dapat dioptimalkan melalui latihan – latihan dan strategi – strategi
tertentu. Mnemonics adalah penggunaan strategi atau teknik –teknik yang dapat di pelajari guna
membantu kinerja ingatan. Berbagai strategi dan teknik untuk membantu meningkatkan kinerja
ingatan seseorang telah diajukan oleh ahli psikologi. Beberapa strategi dan teknik yang dianggap
penting akan dikemukakan di dalam suatu uraian singkat.
1. imajeri visual
Pertama, menggunakan imajeri mental (gambaran mengenai suatu di dalam pikiran). Cara
ini dianggap paling efektif bila dibandingkan dengan cara – cara yang lain. Misalnya, mengingat
kata kerbau, maka orang dapat membayangkan di dalam pikirannya mengenai gambar kerbau di
buku atau seekor kerbau berada di sawah; mengingat suatu peristiwa, orang dapat melakukannya
dengan membayangkan kembali peristiwa itu di dalam pikirannya.
2. organisasi
Kedua, mengorganisasikan informasi sehingga membentuk suatu tatanan dan pola
tertentu, misalnya berupa serial atau hirarkis. Organisasi serial dapat di pergunakan ketika ketika
seseorang harus mengingat banyak kejadian. Ia dapat menyusun secara urutan kejadian. Kejadian
itu sesuai dengan waktu kejadian, dari yang sudah lama sampai kejadian yang paling baru atau
sebaliknya. Dapat pula dengan herarkis, yaitu membagi materi yang diingat kedalam beberapa
pokok bahasan, kemudian bagian demi bagian dan sub – sub bagian yang lebih kecil, seperti
pohon bercabang.
3. mediasi
Ketiga, adalah menggunakan mediasi / perantara. Cara ini dilakukan dengan
menambahkan kata – kata atau gambar didalam materi yang akan diingat. Misalnya, kata
”cerdas”, agar dapat lebih diingat dengan cara penambahan kata ini dengan ”solusi cerdas”. Juga,
mediasi dapat dilakukan dengan membuat singkatan. Misalnya Kelompok Kerja disingkat
”pokja”.
Sekarang ada kecenderungan orang – orang membuat singkatan sebagai mediasi ingatan
dengan cara memenggal dua / tiga huruf di bagian belakang yang ada serangkaian kata – kata
atau infomasi yang dapat di ingat. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam cara orang membuat
mediasi yang dapat membantu ingatannya, maka di waktu mendatang perlu di lakukan penelitian
– penelitian untuk menguji mana jenis mediasi yang paling efektif.
4. simbol
Keempat, adalah mengganti simbol terhadap objek yang ingin diingat, misalnya mengganti
simbol huruf dengan simbol angka / sebalinya. Misalnya, agar seseorang lebih mudah mengingat
tanggal kelahirannya yang ditulis dengan kata – kata: ”saya lahir pada hari senin, tanggal dua
belas, bulan juli, tahun seribu sembilan ratus dua puluh dua”, dapat di ganti dengan huruf abjad
”2/12/1922, atau sesuai dengan urutan huruf abjad ”babgaibb”.
5. pendekatan multi – model.
Kelima, pendekatan multi model. Pendekatan ini lebih ditujukan kepada orang – orang
yang mengalami kekurangan daya ingat (memory deficit), pendekatan ini menekankan bahwa
untuk meningkatkan daya ingat seseorang harus memperhatikan kondisi fisiknya, sikap terhadap
ingatan, konteks sosial, menggunakan manipulasi mental – mental pengulangan, perhatian
terfokus pada rincian isyarat, menggunakan kode sematik, dan melibatkan aspek – aspek
emosional terhadap bahan yang ingin diingat.
KESIMPULAN
Segala sesuatu yang dijalani manusia sangat mungkin pasti disertai dengan kerja
memori baik berupa memori jangka pendek maupun memori jangka panjang. Memori
merupakan pengalaman-pengalaman masa lampau yang selalu tersimpan dan diingat.
Kita memiliki 2 macam memori, memori eksplisit yang berupa informasi atau kegiatan
secara sadar dan memori implisit yang berkaitan dengan skill atau kegiatan yang
bersifat rutin.
Apapbila hippocampus dan frontal lobe mengalami gangguan maka hanya fungsi
priming pada implisit memori yang tidak berfungsi secara optimal, namun memori
implisit tidak akan bermasalah apabila malfungsi otak terjadi dibagian cerreblum. Faktor
yang dapat mempengaruhi ingatan adalah ingatan jangka pendek, efek posisi serial,
ingatan jangka panjang, keahlian, pemberian kata khusus, emosi atau afek, very long-
term memory, stress dan kondisi fisik lemah. Strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja ingatan yaitu dengan imajeri visual, organisasi, mediasi, symbol,
pendekatan multi-model.
DAFTAR PUSTAKA

Solso,Robert L.,dkk.2007.Psikologi Kognitif.Jakarta:Erlangga


Sternberg,Robert J.2008.Psikologi Kognitif.Yogjakarta:Pustaka Pelajar
Jurnal Memori Implisit dan Memori Eksplisit pada Penderita diabetes mellitus dan Non
Diabetes Mellitus karya Ika Puji Widjayanti dan Diana Setiawati

Anda mungkin juga menyukai