Anda di halaman 1dari 33

PSIKOEDUKA

EMOSI MANUSIA
Arti, ragam jenis, sebab dan akibatnya
Achmanto Mendatu 2010

SINOPSIS: Tidak ada manusia tanpa emosi. Bukan manusia namanya jika seseorang tidak memiliki emosi. Tanpanya, ia jatuh hanya menjadi sebuah benda. Emosi juga merupakan motivasi terbesar manusia dalam bertindak. Ebook ini menyelami seluk beluknya. Secara lugas akan dikupas arti, fungsi, ragam jenis, sebab-sebab, dinamika dan pengaruh emosi terhadap kehidupan. Ingin tahu emosi Anda? Inilah ebook yang Anda butuhkan.

@ 2007, Achmanto Mendatu Judul Penulis Penerbit Tahun : : : : Emosi Manusia: Arti, ragam jenis, sebab dan akibatnya Achmanto Mendatu Psikoeduka (dipublikasikan bebas di Internet) 2007, 2010

Perhatian: Tulisan dalam ebook ini tidak dimaksudkan sebagai bahan referensi tulisan ilmiah. Anda bebas menggunakan ebook ini untuk kepentingan apapun sepanjang bukan untuk kepentingan komersial, akan tetapi Anda tetap wajib mencantumkan sumber referensi ebook ini dan penulisnya.

Daftar Isi
Bab 1. Mengartikan emosi
Apakah arti emosi? Apakah beda emosi dan perasaan? Apa sajakah ekspresi emosi? Apakah emosi yang dialami bisa disembunyikan? Kata-kata emosi Apakah bayi memiliki emosi? Apakah binatang memiliki emosi?

Bab 2. Ragam jenis emosi


Seberapa banyak emosi yang dimiliki manusia? Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negatif Pembagian emosi berdasarkan skenario kognitif Pembagian emosi orang Indonesia berdasarkan kedekatan makna kata Apakah sungkan emosi khas orang Jawa?

Bab 3. Sebab-sebab emosi


Bagaimana hubungan emosi dan pikiran? Bagaimana hubungan emosi dan otak? Bagaimana hubungan emosi dengan ketidaksadaran dan motivasi? Apakah emosi bagian dari kepribadian? Apakah fungsi-fungsi emosi? Bab 4. Emosi dan dinamikanya Apakah kecerdasan emosi? Apakah gangguan emosional? Apakah emosi bisa dikontrol? Seputar emosi marah Seputar emosi bahagia Seputar emosi sedih Seputar emosi takut Seputar emosi malu

Bab 5. Emosi dan kehidupan sosial


Emosi sebagai barometer hubungan sosial Emosi dan moralitas Emosi dan seksualitas Emosi dan gender Emosi dan spiritualitas Emosi di tempat kerja Emosi di bidang seni

Bab 1 Mengartikan Emosi


Apakah arti emosi? Apakah beda emosi dan perasaan? Apa sajakah ekspresi emosi? Apakah emosi yang dialami bisa disembunyikan? Kata-kata emosi Apakah bayi memiliki emosi? Apakah binatang memiliki emosi?

Apakah arti emosi? Ayolah, jangan emosi dong!, kata Rina pada Roni saat Roni dikibuli. Pada percakapan itu, kentara sekali bahwa yang dimaksud emosi adalah marah. Jangan emosi sama artinya dengan Jangan marah. Begitulah yang umumnya dimengerti. Emosi adalah marah. Sebaliknya, marah adalah emosi. Kerap sekali, dalam kehidupan sehari-hari, secara bergantian, kata marah dan emosi digunakan untuk hal yang sama. Dina lagi emosi tuh! (artinya Dina sedang marah). Tentu saja emosi bukan hanya marah. Ada banyak macam-macam emosi yang lain, seperti sedih, takut, jijik, sedih dan terkejut. Setiap budaya melakukan kategorisasi berbeda berdasarkan kosakata emosi yang dimiliki dalam bahasanya. Orang Amerika Serikat yang memakai bahasa inggris, membedakan sekurangnya 213 jenis kata emosi, sedangkan dalam bahasa Indonesia terdapat 229 kata emosi. Jadi, tidak sedikit seperti yang disangka umumnya orang. Dari mana kata emosi berasal? Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni emotion. Dalam kamus, kata emotion digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya Anda merasakan perasaan yang kuat dan menyenangkan saat bersama seseorang, mungkin Anda menganggap diri Anda sedang dalam keadaan emosi. Jenisnya, emosi cinta. Bagaimana arti emosi secara ilmiah? Psikologi adalah cabang ilmu yang paling intensif dan ekstensif dalam melakukan penelitian mengenai emosi. Namun, diantara para penelitinya yang paling brilian sekalipun, tidak terdapat kesamaan pendapat mengenai arti emosi. Terdapat sekurang-kurangnya 92 definisi emosi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa emosi merupakan fenomena yang sangat kompleks. Namun demikian, semuanya tetap ada benang merahnya. Nah, ada lima benang merah diantara definisi emosi, yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika Anda memberikan makna secara pribadi terhadap beberapa kejadian anteseden. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya teman Anda menipu Anda. Jika Anda menilainya hal biasa, maka mungkin Anda tidak mengalami

emosi. Tapi jika Anda menilainya melanggar nilai-nilai perkawanan dan merugikan Anda, maka mulailah Anda kecewa terhadapnya. Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda. Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya. Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya, semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi wajah sedih pada orang Skandinavia, sangat mirip dengan ekspresi wajah sedih pada orang Papua. Demikian juga ekspresi wajah bahagia orang Arab, mirip dengan ekspresi bahagia orang Jawa. Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi. Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka, mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut, maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan, membuat pagar pembatas, atau menjauhinya. Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tibatiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing, maka spontan saja Anda mengalami emosi. Anda tidak akan bisa meniatkan untuk mengalami emosi tertentu. Anda tidak bisa berniat untuk takut saat pergi ke hutan. Nah sampai di sini bisakah Anda menyimpulkan apa yang dimaksud dengan emosi? Apa beda emosi dan perasaan? Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Ketika seseorang bertanya pada orang lain apa yang dirasakannya ketika dikhianati pacarnya, jarang orang bertanya , bagaimana emosimu?, kebanyakan akan bertanya, bagaimana perasaanmu? Dalam bahasa sehari-hari, kata emosi memang sangat jarang digunakan. Kata perasaan, jauh lebih umum digunakan. Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul. Oleh sebab itu disebut pengalaman subjektif. Misalnya Anda merasa damai, maka Anda sendiri yang bisa mengalaminya. Rasa damai yang dirasakan oleh orang lain bisa saja berbeda kadarnya. Kebanyakan orang berpikir bahwa emosi adalah salah satu jenis perasaan. Sesuatu dianggap sebagai emosi tatkala seseorang merasakan perasaan tertentu, terutama marah. Selain marah, perasaan lain yang kerap dianggap sebagai emosi misalnya adalah cinta, sedih, bahagia, dan cemburu. Orang akan mengatakan Andi sedang emosi ketika ia sedang marah (ia emosi karena ia dikhianati sang pacar), namun juga ketika ia sedang sangat bahagia (ia begitu emosi bertemu ibunya), sedih (ia begitu emosi pada saat pemakaman ayahnya), cemburu (ia emosi tahu pacarnya makan malam dengan orang lain), atau cinta (emosinya begitu mendalam pada kekasihnya).

Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami perasaan marah, karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya. Nah, lalu apa bedanya antara perasaan dan emosi? Sebenarnya keduanya relatif sama. Bahkan, menurut seorang peneliti emosi dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan rasa lapar karena kurang makan, rasa haus kurang minum, rasa panas karena terik matahari, rasa manis gula, rasa pahit kopi, dan rasa sakit tulang? Tentu saja itu semua tidak termasuk kategori perasaan yang dikaitkan dengan emosi. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Ada rasa lapar, tapi tidak ada emosi lapar. Ada rasa panas tapi tidak ada emosi panas. Ada rasa manis gula tapi tidak ada emosi manis. Emosi adalah perasaan yang terkait dengan suasana hati. Apa sajakah ekspresi emosi? Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakantindakan emosional. Ekspresi wajah. Mengapa Anda bisa tahu seseorang sedang bahagia atau sedih? Sebab emosi bahagia dan sedih itu diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajah seseorang, Anda sering tepat menebak emosi yang dialami orang itu. Anda tahu wajah seseorang yang sedang marah, sedih, bahagia, takut atau terkejut. Pasti berbeda wajah ditunjukkan pada saat marah dan pada saat sedih. Ekspresi vokal. Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbatabata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja. Perubahan fisiologis. Saat Anda merasakan emosi terdapat perubahan fisiologis yang mengiringi baik yang bisa Anda rasakan maupun tidak. Pada saat takut, Anda mungkin merasakan detak jantung meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar, bulu kuduk merinding, otot wajah menegang, berkeringat, kencing di celana, dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu tidak jarang juga diketahui orang lain. Gerak dan isyarat tubuh. Begitulah, emosi diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang yang gugup menjadi tidak hati-hati, banyak

melakukan gerakan tidak perlu, sering melakukan kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta menatap yang dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih lebar dan lainnya. Tindakan-tindakan emosional. Pada saat mengalami emosi, kadang seseorang hanya diam saja. Tapi, diam pun adalah tindakan yang mencerminkan keadaan emosional. Beberapa tindakan emosional lain misalnya saat takut meringkuk di bawah meja, saat sedih menangis, saat marah membanting gelas, saat kecewa menyalahkan orang lain, saat tersinggung memaki, dan lainnya. Apakah emosi yang dialami bisa disembunyikan? Emosi bisa disembunyikan. Coba Anda ingat-ingat dalam situasi apa saja emosi yang sebenarnya Anda rasakan sering Anda sembunyikan? Kita terbiasa untuk menyembunyikan emosi tertentu kita bila emosi itu kurang bisa diterima. Misalnya marah kepada atasan akan disembunyikan serapi-rapinya. Kalau tetap ditunjukkan, tentu saja bahaya menanti karier Anda. Banyak situasi dimana seseorang diharapkan menunjukkan emosi tertentu. Misalnya beberapa situasi mengharapkan emosi sedih ditunjukkan oleh orang-orang yang hadir. Tidak lucu jika Anda malah menunjukkan muka bahagia saat pemakaman ayah Anda. Nah, sekalipun Anda merasa bahagia, Anda pasti akan menutupi emosi bahagia Anda dengan berpura-pura sedih. Begitu juga ketika tetangga Anda terkena musibah, maka sudah seharusnya Anda menunjukkan kesedihan meskipun Anda tidak benar-benar merasakan sedih. Beberapa situasi yang lain mengharapkan emosi bahagia yang ditunjukkan. Saat Anda diberi hadiah, tentu Anda tetap harus berpura-pura bahagia menerimanya meskipun saat itu hati Anda bahagia. Begitupun saat ulang tahun kekasih Anda, jika Anda menunjukkan emosi marah, tentu tidak akan menyenangkan baginya. Jadi, meskipun Anda marah, Anda akan tetap berpura-pura bahagia. Kata-kata emosi Percayakah Anda bahwa terdapat 229 kata-kata emosi dalam bahasa Indonesia dan ada 209 kata-kata emosi dalam bahasa Minangkabau? Luar biasa banyak bukan? Apakah itu berarti sebanyak itu juga emosi yang dimiliki orang Indonesia? Menurut sebagian ahli, kata-kata emosi dalam satu bahasa menunjukkan kategorisasi emosi yang dilakukan para pengguna bahasa tersebut. Artinya memang terdapat sejumlah itu emosi yang berhasil dibedakan oleh orang Indonesia. Umumnya orang tidak benar-benar bisa menyebutkan seluruh kata emosi yang ada. Lagipula batas antara kata-kata emosi tidak terlalu jelas. Tapi kata-kata yang memiliki makna cenderung sama akan menjadi kelompok tersendiri. Misalnya kata emosi marah, kata yang maknanya berdekatan antara lain murka dan panas hati. Kata-kata yang berdekatan makna dengan bahagia, misalnya senang, gembira, riang hati, dan damai. Lalu kata-kata yang berdekatan makna dengan takut, misalnya ngeri, gentar, dan kecut. Tidak ada satupun kata emosi dalam satu bahasa yang ekuivalen seluruhnya dengan kata emosi pada bahasa lain. Dua kata emosi yang diterjemahkan saling koresponden ternyata belum tentu mewakili kategori emosi yang benar-benar sama. Misalnya tidak ada kesamaan yang sungguh-sungguh tepat antara kata-kata yang bernuansa terkejut dalam bahasa melayu (terkejut, hairan, terperanjat) dan bahasa inggris (surprised, amazed, shocked, startled). Artinya bahasa Malaysia tidak memiliki satu katapun yang ekuivalen dengan surprise, yang dianggap sebagai emosi dasar

manusia. Lalu misalnya kata love yang lebih dekat ke senang dalam bahasa inggris selalu diterjemahkan sebagai cinta dalam bahasa Minangkabau, padahal cinta dalam bahasa Minangkabau lebih dekat ke sedih. Apakah bayi memiliki emosi? Bayi memiliki emosi. Jika Anda sering berinteraksi dengan bayi, bahkan bayi Anda sendiri mungkin, Anda tahu bahwa mereka akan tersenyum ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan baginya. Selama mereka bermain, biasanya menunjukkan emosi gembira seperti yang ditunjukkan lewat ekspresi wajah gembira atau tersenyum. Mereka juga tertawa senang. Seorang bayi biasanya akan menangis jika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Jika Anda menyakitinya, ia menangis. Begitupun jika mendadak ia dibawa ke dalam situasi yang tidak familiar. Kalau Anda mengejutkannya, maka ia pun akan menunjukkan keterkejutan. Ekspresi mukanya akan berubah-ubah tergantung emosi yang dialami. Pendek kata, bayi menunjukkan emosi. Pada saat masih kecil, pada waktu mulai belajar bicara sampai umur beberapa tahun, kosakata emosi yang dimiliki seorang anak hanya beberapa saja, seperti misalnya marah, takut dan senang. Beranjak dewasa, kosakata itu akan semakin lengkap. Perlahan-lahan seorang anak mampu membedakan satu jenis emosi yang berbeda-beda. Apakah binatang memiliki emosi? Anda memiliki anjing? Pernahkah Anda memperhatikan wajahnya yang tampak begitu sedih ketika Anda menyakitinya? Tidak jarang, mereka seolah-olah mengeluarkan air mata. Matanya memandang Anda dengan tatapan yang begitu berbeda. Tatapan sedih. Anjing bisa merasakan kesedihan. Begitu pun kalau anda menakuti seekor anjing. Sang anjing pun menunjukkan rasa takut. Dipanggil tidak mau mendekat. Saat di belai, ia berusaha menghindar. Mukanya pun menampakkan adanya ketakutan. Pada saat anjing marah, Anda juga tahu. Ia menyalak dan bersiap menyerang. Singkat kata, untuk beberapa jenis emosi yang dialami anjing, Anda bisa mengetahuinya. Anjing mampu membedakan sekitar 100 kata yang diucapkan manusia dan bertindak dengan cara berbeda terhadap kata-kata itu. Misalnya jika sejak kecil anjing Anda diajak jalan-jalan dengan perintah Ayo jalan-jalan. Pada saat Anda mengucapkannya, anjing akan meresponnya dengan gembira karena diajak jalanjalan. Ia mungkin melompat-lompat atau menunjukkan ekspresi gembira lainnya. Selain sekedar merespon, anjing juga mengomunikasikan emosi yang dialaminya. Anda tahu saat anjing Anda gembira karena sang anjing menunjukkannya pada Anda. Binatang-binatang yang lain juga memiliki emosi. Berbagai jenis primata, seperti orangutan, gorila, dan simpanse sangat jelas menunjukkan emosi. Begitu juga kucing, tikus, kelinci dan lainnya. Namun demikian tidak semua jenis binatang terbukti memiliki emosi. Hanya sebagian binatang saja yang memiliki emosi.

Bab 2 Ragam Jenis Emosi


Seberapa banyak emosi yang dimiliki manusia? Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negatif Pembagian emosi berdasarkan skenario kognitif Pembagian emosi orang Indonesia berdasarkan kedekatan makna kata Apakah sungkan emosi khas orang Jawa?

Seberapa banyak emosi yang dimiliki manusia? Bahasa yang berbeda memiliki jumlah kosakata emosi yang berbeda. Misalnya jumlah kata-kata emosi dalam bahasa inggris berbeda dengan jumlah kata-kata emosi dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Minangkabau. Namun demikian bukan berarti bahwa kosakata emosi yang lebih banyak maka memiliki jumlah emosi yang lebih banyak. Boleh jadi, emosi yang dialami sama, namun dalam bahasa tertentu hanya digunakan satu kata untuk menyebutnya, sedangkan dalam bahasa lain diterangkan lebih terperinci sehingga dipecah ke dalam beberapa kata. Sulit untuk mengetahui jumlah emosi berdasarkan kata-kata emosi karena jumlahnya bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain. Namun sebagian ahli menyebutkan bahwa emosi sebenarnya hanya terdiri dari sedikit emosi dasar saja. Selebihnya adalah perpaduan antara emosi-emosi dasar itu. Misalnya Paul Ekman, salah seorang peneliti emosi paling terkemuka, menunjukkan bahwa manusia memiliki 6 emosi dasar, yakni fear (takut), anger (marah), sadness (sedih), happines (bahagia), disgust (jijik) dan surprise (terkejut). Emosi dasar itu dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari budaya manapun juga. Selain membedakan emosi berdasarkan emosi dasar atau primer dan emosi turunan atau sekunder. Emosi juga bisa dibedakan satu sama lain dengan kategori tertentu. Istilahnya adalah peta emosi. Salah satu pengategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang terhadap emosi yang dialami. Misalnya dibedakan berdasarkan kejadian-kejadian yang menyebabkan emosi, berdasarkan nilai positif dan negatif, berdasarkan kedekatan makna antara kata-kata emosi, dan lainnya. Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negatif. Emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif. Di antara keduanya terdapat nilai netral. Emosi netral adalah kategori emosi yang tidak jelas posisinya. Kadang bisa sebagai emosi positif kadang bisa sebagai emosi negatif, seperti misalnya terkejut dan heran. Emosi positif berperan dalam memicu munculnya kesejahteraan emosional (emotional well-being) dan memfasilitasi dalam pengaturan emosi negatif. Jika emosi Anda positif, maka Anda akan lebih mudah dalam mengatur emosi negatif yang tiba-tiba datang. Misalnya saat Anda sedang merasa bahagia, tiba-tiba ada yang memaki Anda, maka Anda lebih sulit untuk tersinggung. Emosi-emosi yang bernilai positif di antaranya adalah sayang, suka, cinta, bahagia, gembira, senang, dan lainnya. Emosi negatif menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. Biasanya, orang menekankan pada emosi yang negatif. Anda cenderung untuk lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif. Misalnya sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, muak, prasangka, takut, curiga dan

sejenisnya. Bukankah emosi-emosi itu mengganggu Anda? Mereka yang mudah tersinggung, gampang marah-marah, dan berprasangka tidak akan disukai masyarakat. Mereka yang mengalaminya pun tidak akan merasakan sejahtera dalam hidupnya. Emosi positif dan negatif sangat mempengaruhi perasaan sejahtera seseorang. Orang yang memiliki banyak emosi positif dan kurang memiliki emosi negatif biasanya merupakan orang-orang yang berbahagia atau sejahtera dalam hidupnya. Sedangkan mereka yang lebih banyak memiliki emosi negatif hidupnya kurang sejahtera. Selain oleh emosi, perasaan sejahtera juga ditentukan oleh kepuasan hidup. Jika seseorang merasa bahwa hidupnya secara keseluruhan memuaskan, maka ia akan mengalami sejahtera (kehidupan yang berbahagia). Singkatnya, seseorang yang memiliki derajat tinggi akan perasaan sejahtera adalah ia yang puas terhadap hidupnya, banyak mengalami emosi yang positif dan kurang mengalami emosi yang negatif. Pembagian emosi berdasarkan skenario kognitif Manusia mengategorisasikan segala sesuatu di dunia ini. Begitulah pikiran atau kognisi manusia bekerja. Kategorisasi. Emosi tidak luput dari kategorisasi. Itu artinya, terdapat struktur kognitif dalam emosi, yakni cara bagaimana emosi dibedakan satu sama lain. Sekurangnya terdapat 3 cara dalam membedakan emosi, yakni perbedaan yang terlihat dengan adanya kata-kata emosi yang banyak jumlahnya itu, membedakan berdasarkan kejadian anteseden (yang menimbulkan emosi) dan manifestasi emosi (tanda-tanda munculnya emosi), dan berdasarkan konstruksi peneliti sendiri. Anna Wierzbicka, seorang peneliti emosi dari Australian National University, membedakan emosi ke dalam 6 kelompok utama yang didasarkan pada tema-tema umum, yakni 1) Sesuatu yang baik terjadi, 2) Sesuatu yang buruk terjadi, 3) Sesuatu yang buruk bisa/akan terjadi, 4) Saya tidak ingin hal seperti ini untuk terjadi, 5) berpikir tentang orang lain, 6) Berpikir tentang diri sendiri. Masingmasing dari tema itu terkait dengan beberapa aspek skenario kognitif yang dimiliki. 1. Sesuatu yang baik terjadi Jika Anda mengalami sesuatu yang baik terjadi dalam hidup Anda, misalnya Anda mendapatkan undian, diterima bekerja, mendapatkan kekasih, menggapai impian, maka kira-kira emosi apa yang akan Anda alami? Anda tentu akan merasa bahagia, senang, gembira, suka, riang, damai, nyaman, nikmat, lega, dan semacamnya. 2. Sesuatu yang buruk terjadi Bayangkan jika Anda berada dalam situasi yang buruk? Misalnya Anda dipecat, dimarahi atasan, dikhianati dan sebagainya yang buruk-buruk. Apa yang kira-kira Anda rasakan? Boleh jadi Anda mengalami kesedihan, tertekan, menderita, sakit hati, frustrasi, kecewa, merasa ditolak, atau lainnya yang semacam. 3. Sesuatu yang buruk bisa/akan terjadi Jika seseorang merasa bahwa sesuatu yang buruk bisa saja terjadi. Misalnya bisa kehilangan orang disayang, kehilangan penghasilan, dirampok, diperkosa, dan sebagainya yang buruk-buruk, maka Anda mungkin mengalami cemas, panik, takut, khawatir, gugup, pucat, was-was, waspada, atau lainnya.

4. Saya tidak ingin hal seperti ini terjadi Saat Anda tidak menginginkan sesuatu yang Anda alami terjadi, apa yang Anda rasakan? Anda ingin yang terjadi tidak seperti yang Anda alami. Nah, karena itu maka mungkin Anda merasa marah, panas hati, murka, terkejut, atau yang lainnya. 5. Berpikir tentang orang lain Pada saat Anda memikirkan orang lain, apa saja yang mungkin Anda rasakan? Boleh jadi Anda merasa iri atau cemburu. Mungkin saja Anda merasa kasihan. Bisa juga Anda merasa kagum, salut, terpesona, segan, hormat, curiga, benci, sinis, atau bahkan jijik. 6. Berpikir tentang diri sendiri Anda juga akan mengalami emosi tertentu ketika berpikir tentang diri Anda sendiri. Coba Anda ingat-ingat apa saja emosi yang biasanya muncul karena berpikir tentang diri sendiri itu. Bisa jadi Anda merasa malu, bingung, merasa bersalah, menyesal, bangga atau yang lainnya. Pembagian emosi orang Indonesia berdasarkan kedekatan makna kata Pada sekitar tahun 90-an , Karl G. Heider melakukan penelitian mengenai katakata emosi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Minangkabau. Ia meneliti kata-kata Minangkabau yang diungkapkan orang Minang, kata bahasa Indonesia yang diungkapkan orang Minang, dan kata bahasa Indonesia yang diungkapkan orang Jawa. Untuk maksud itu ia tinggal di Bukit Tinggi dan Yogyakarta. Penemuannya menunjukkan bahwa kata-kata emosi dalam bahasa Indonesia berjumlah 229 kata. Adapun kata-kata emosi dalam bahasa Minangkabau berjumlah 209 kata. Kata-kata emosi itu mengkluster atau mengelompok ke dalam 44 jenis. Kelompok yang maknanya berdekatan mengelompok ke dalam satu kluster. Berikut tabel klusterkluster kata-kata emosi dalam bahasa Indonesia.
Nama kluster dan kata emosi dalam kluster
1.

2.

3. 4. 5. 6.

cinta, asyik, belas kasihan 7. Tersinggung : tersinggung, tersentuh, terkena, haru, gugah, bangkit, bangun, tersenggol, dll 8. Rindu : rindu, kangen, ingat 9. Benar : benar, serius, sungguh, yakin, pasti, dll 10. Sulit : sulit, susah 11. Sedih : sedih, risau, haru, duka, nestapa, pilu,

Nama kluster dan kata emosi dalam kluster Terkejut : terkejut, terperanjat, tercengang, 23. Bengis : bengis terpesona, kagum, tertegun, terpana, 24. Gemas : gemas, gregetan terkesima, heran, takjub, kaget, memikat, 25. Gemetar : gemetar tersirap, dll. 26. Kejam : kejam, Gembira : gembira, sukaria, girang, puas, lega, 27. Kilaf : kilaf, silap, lupa, alpa, keliru, sesat riang, senang, bahagia, sejahtera, bangga, dll. 28. Kesal : kesal, sebal, jengkel, dongkol, Ingin : ingin, mau, hendak, nafsu, ambisi, 29. Dendam : dendam, kesumat, benci gairah, hasrat, semangat, berahi, sudi, dll 30. Pedih : pedih, perih, sakit hati Ikhlas : ikhlas, jujur, rela, tulus, lurus, suci 31. Bosan : bosan, jemu, muak, jenuh Letih : letih, lelah, lesu, capek, suram, lemah 32. Kotor : kotor, kumal, jorok, keruh, jijik Kasih : kasih, mesra, sayang, asmara, iba, 33. Sadar : sadar, insaf, tobat, jera, ingat,
kenang, sesal, kecewa, ampun, mengerti, paham, tahu, 34. Putus asa : putus asa, frustrasi, picik, sempit hati, kecil hati, putus harapan, nekat 35. Ejek : ejek, cemooh, cibir, hina, cela, 36. Sindir : sindir,

dll

12. Murung : murung, muram, suram, sayu, dll 13. Siksa : aniaya, derita, dera, azab, menyakiti, dll 14. Takut : takut, seram, ngeri, gentar, kecut 15. Dengki : dengki, iri hati, cemburu, curiga, 16. Ragu : ragu, sangsi, bimbang 17. Kacau : kacau, kalut, kusut, dll 18. Kacau-campur aduk : galau, campur aduk,
dll

37. Cacat : cacat, noda, aib, malu, 38. Enggan : enggan, segan, malas, berat hati,
terpaksa,

39. Sopan : sopan, santun, rendah hati, supel, 40. 41. 42. 43.
44.

19. Gundah : risau, gusar 20. Resah : resah, gelisah, dll 21. Rayu : rayu, goda, bujuk, usik, manja, rajuk, dll 22. Naik darah : marah, berang, murka, kalap, dll

ramah, hormat, salut Sombong : sombong, congkak, takabur, tinggi hati, pongah, angkuh, lupa diri Sabar : sabar, tabah, tawakal, kuat Aman : aman, tenteram, damai, Diam : diam, tenang, kalem Sunyi : sunyi, sepi, hening, lengang

Apakah sungkan emosi khas orang Jawa? Dalam kosakata bahasa Jawa terdapat kata sungkan. Hampir tidak ada satu pun padanan kata sungkan dalam bahasa lainnya. Tidak juga dalam bahasa Indonesia. Kata dalam bahasa Indonesia yang mendekati sungkan adalah malu, enggan, segan, dan hormat. Tapi tidak ada yang maknanya benar-benar persis sama. Oleh karena itu kemudian kata sungkan diserap menjadi kata dalam bahasa Indonesia. Terkait tidak adanya padanan yang sesuai dalam bahasa lain, maka sering disebut bahwa sungkan adalah emosi yang khas dimiliki oleh orang Jawa. Orang bukan Jawa dianggap tidak memiliki emosi itu. Sekurang-kurangnya tidak membedakan adanya emosi sungkan. Apakah arti sungkan? Emosi sungkan adalah nama untuk suatu keadaan dimana seseorang merasa enggan, segan juga malu, sekaligus ada rasa hormat. Sungkan mencegah seseorang melakukan sesuatu yang tidak layak dilakukan. Misalnya Anda memiliki piutang pada teman Anda, Dono. Namun Anda enggan menagihnya karena Dono teman Anda. Anda malu menagihnya karena sebagai teman Anda merasa tidak layak menagih. Anda segan kepadanya karena teman Anda. Pun artinya Anda menghormati Dono. Nah, perasaan-perasaan yang bercampur aduk itulah yang disebut sebagai sungkan. Artinya, sungkan mencegah Anda untuk menagih hutang karena tidak layak dilakukan.

Bab 3 Sebab-sebab Emosi


Bagaimana hubungan emosi dan pikiran? Bagaimana hubungan emosi dan otak? Bagaimana hubungan emosi dengan ketidaksadaran dan motivasi? Apakah emosi bagian dari kepribadian? Apakah fungsi-fungsi emosi?

Bagaimana hubungan emosi dan pikiran? Pikiran atau kognitif manusia mencakup kerja-kerja seperti kategorisasi, mengingat, menganalisa, menafsirkan, evaluasi dan lainnya. Inti tujuan dari kerja kognitif adalah memahami segala sesuatu tentang lingkungan dan diri sendiri. Oleh karenanya emosi dan pikiran (kognisi) memiliki kaitan erat dan tidak terpisahkan. Emosi muncul setelah melalui penafsiran terhadap suatu kejadian. Meskipun demikian, proses kognitif yang melahirkan emosi tidak selalu dapat disadari. Misalnya marah. Sebelum marah, maka ada penilaian yang Anda lakukan sebelumnya. Bisa jadi Anda menilai telah dibohongi, orang lain tidak bertindak seperti yang Anda inginkan, situasi yang terjadi tidak seperti yang diinginkan atau yang lainnya yang mengganggu Anda. Setelah penilaian itu, barulah Anda marah. Pada saat marah pun, Anda tetap melakukan kerja kognitif. Misalnya jika yang tidak memuaskan Anda adalah atasan Anda, maka kemarahan Anda mungkin tidak Anda tunjukkan. Sedangkan bila yang tidak memuaskan lebih lemah daripada Anda, maka mungkin Anda berani memakinya. Selama marah, Anda mungkin juga berpikir untuk membalas dendam, menilai sebab-sebab seseorang tidak memuaskan, atau yang lainnya. Artinya, pikiran selalu bekerja sebelum maupun pada saat emosi. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya saat Anda menghadapi sekor beruang besar di hutan, jika Anda menafsirkan bahwa beruang itu mengancam Anda, maka Anda mungkin ketakutan. Namun jika Anda menafsirkan bahwa beruang itu hanyalah binatang biasa tidak berbahaya, maka Anda tidak akan ketakutan. Demikian juga saat Anda ditinggal mati oleh teman. Jika Anda menilainya sebagai sebuah kehilangan besar, maka Anda sangat sedih. Sebaliknya jika Anda menilai hanya kematian yang sewajarnya terjadi. Anda mungkin tidak akan bersedih. Bisa jadi malah lega karena teman Anda telah menderita sakit parah yang menahun. Oleh karena emosi dihasilkan melalui interpretasi seseorang terhadap situasi tertentu. Maka jelas ada kejadian anteseden yang mendahului terjadinya emosi. Nah, sebab itu bisa diidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan emosi tertentu. Berikut adalah beberapa situasi yang menjadi sebab bagi munculnya emosi marah, sedih, bahagia, jijik, terkejut dan takut. 1. Emosi marah Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi marah di antaranya: - Ditekan untuk melakukan sesuatu - Terhina (baik secara psikologis maupun secara verbal) - Keterbatasan, terhambat dan frustrasi (secara fisik maupun psikologis, terancam oleh seseorang, serangan berbahaya, dan batasan sosial)

Mengalami atau mengamati suatu perlakuan yang tidak biasa. Keterkungkungan yang terus terjadi dan tercegahnya pemenuhan kebutuhan

2. Emosi sedih Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi sedih di antaranya adalah : - Kehilangan sesuatu yang disayangi (orang, binatang atau benda) - Terpisah dari yang disayangi baik sementara maupun permanen - Mengalami masalah kesehatan (tertabrak, berpenyakit kronis, dan lainnya). - Melihat seseorang menangis sedih atau mengalami kesedihan 3. Emosi bahagia Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi bahagia di antaranya adalah : - Aktivitas yang tujuannya diinginkan atau tercapainya tujuan yang diinginkan - Mendapat keuntungan secara umum, misalnya mendapat untung usaha, memperoleh hadiah, memperoleh uang, mendapatkan promosi jabatan, dan lainnya - Persetujuan sosial dari teman, rekan dan orang yang dinilai penting dan dihargai - Mengingat hal-hal yang familiar; seperti mengulangi aktivitas yang menyenangkan, bertemu seseorang atau sesuatu yang dikenal. - Sukses dalam aktivitas baru - Sukses bertemu teman baru atau kekasih baru - Melihat atau mendengar sesuatu yang baru dan menyenangkan. 4. Emosi jijik Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi jijik di antaranya adalah : - Adanya sensasi yang timbul karena rasa yang tidak enak, bau busuk, sesuatu yang berminyak dan berlendir, melihat sesuatu atau seseorang yang kotor dan sangat buruk - Perilaku yang sangat bertentangan dengan standar norma, moral dan kebiasaan 5. Emosi terkejut Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi terkejut di antaranya adalah : - Kejadian yang tidak diharapkan - Sensasi yang luar biasa (dari sisi rasa maupun penglihatan) 6. Emosi takut Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi takut diantaranya adalah : - Hidup dalam bahaya, baik bahaya karena kejadian, karena seseorang, atau karena ide. - Terancam secara verbal maupun fisik; dihukum, dihina dan dimarahi oleh lawan yang lebih kuat - Kehilangan dukungan - Keterasingan Bagaimana hubungan emosi dan otak? Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap emosi adalah bagian yang disebut sistem limbik. Adapun struktur otak yang berperan adalah hippocampus,

cingulate gyrus, rhinal cortex, amygdala, dan orbitofrontal cortex. Disanalah emosi diatur. Mulai dari menerima informasi tentang situasi, memunculkan adanya perasaan tertentu, sampai membangkitkan reaksi fisiologis. Jaak Pankseep, seorang peneliti emosi terkemuka, mengemukakan adanya aliran perintah emosi di dalam otak. Aliran perintah emosi itu memiliki 2 macam cara yang simultan., yakni komunikasi pada beberapa struktur otak dan melakukan fungsi merespon situasi yang menimbulkan tantangan (terdiri dari 7 hal, yakni yang bisa membangkitkan harapan, kemarahan, ketakutan, dorongan seksual, perlindungan, kepanikan atau keterpisahan, dan permainan atau dominasi). Keduanya menyampaikan informasi dari organ pengindra (penglihat, pendengar, pencium, perasa, peraba), association cortex, dan dari memori ke sistem limbik dan bagian lain dari sistem syaraf. Sebagai hasilnya, individu akan berperilaku secara integral dan adaptif. Jika marah maka akan menunjukkan ekspresi marah. Tidak akan terjadi saat marah malah menunjukkan ekspresi bahagia. Bagaimana hubungan emosi dengan ketidaksadaran dan motivasi? Para ahli yang menekuni bidang psikoanalisa percaya bahwa emosi merupakan representasi dari ketidaksadaran. Emosi atau afek dalam istilah psikoanalisa merupakan mekanisme mengontrol semua aspek perilaku manusia. Emosi dipercaya sangat dekat berhubungan dengan dorongan atau motif. Untuk mencapai rasa aman dan survival, seseorang dilahirkan dengan kapasitas untuk merasa cemas. Untuk pembiakan, seseorang dilahirkan dengan kapasitas untuk merasakan hasrat seksual dan kasih sayang. Untuk menghindari situasi tanpa harapan, seseorang dilahirkan dengan kapasitas untuk merasa tertekan dan menarik diri. Pendek kata, emosi adalah cara bagaimana kebutuhan seorang manusia di penuhi. Kebutuhan untuk dilindungi, aman, berkuasa, mengontrol, tertarik, dan otonomi diri dipenuhi melalui emosi-emosi yang muncul. Misalnya kebutuhan berkuasa memunculkan rasa sombong dan bangga jika sudah berkuasa. Jika belum berkuasa, muncullah rasa was-was atau terancam pihak yang berkuasa, yang oleh karenanya mendorong untuk jadi berkuasa. Sistem motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada saat sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif pada saat itu. Misalnya Anda merasa lapar, nah ketika Anda menemukan makanan, muncullah emosi tertentu yang menunjukkan aksesibilitas terhadap makanan itu. Jika makanan itu berbau dan berbelatung, mungkin muncul rasa jijik sehingga Anda tidak mau memakannya. Jika makanan itu dimakan, muncullah emosi lega. Begitu juga saat Anda bertemu dengan teman lain jenis. Jika Anda merasa tertarik maka Anda akan mendekatinya untuk mengajaknya kencan. Jika Anda tidak merasa tertarik maka Anda mungkin tidak akan mengajaknya kencan. Anda mungkin tidak menyadari dorongan, motif atau motivasi Anda dalam suatu saat. Namun demikian adalah nyata bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi emosi Anda. Mengapa emosi cinta muncul pada lawan jenis yang menarik? Tidak lain karena Anda memiliki dorongan seksual terhadap lawan jenis. Boleh jadi Anda kurang menyadari hal itu. Adapun yang Anda sadari hanyalah Anda rindu ingin bertemu. Emosi itu sendiri merupakan motivator utama manusia dalam menjalani hidup. Manusia selalu berupaya memaksimalkan emosi-emosi yang menyenangkan dan meminimalkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia dalam rangka itu. Meskipun tentu saja tidak selalu berhasil.

Namun pasti, itulah yang dilakukan semua orang. Orang bekerja adalah dalam rangka mendapatkan emosi yang lebih menyenangkan. Orang berharap lebih bahagia jika berhasil melakukannya. Apakah emosi bagian dari kepribadian? Apakah sifat Anda? Jika Anda menyebutkan pemarah atau kalem, maka Anda telah menunjukkan keadaan emosi sebagai sifat kepribadian. Begitulah, jika suatu emosi cenderung diulang-ulang dalam intensitas tinggi, maka emosi itu dianggap sebagai sifat kepribadian. Orang yang sering marah-marah akan disebut memiliki sifat pemarah. Orang yang sering mengalami takut akan disebut penakut. Orang yang sering menunjukkan kebanggaan diri akan disebut sombong. Orang yang sering bersedih akan disebut pemurung. Orang yang mudah cemas disebut pencemas. Sifat kepribadian yang berbentuk ekstrem atau sangat berlebihan akan disebut sebagai gangguan kepribadian. Misalnya orang yang sangat penakut mungkin akan didiagnosa sebagai tipe kepribadian tergantung (dependent personality). Lalu orang yang sangat pemarah dan sangat mudah tersinggung akan disebut kepribadian antisosial. Menurut para ahli psikoanalisa, kepribadian narsistik yakni kepribadian yang memuja diri, disebabkan oleh karena konflik antara keinginan untuk merasa aman dan keinginan untuk melakukan sesuatu yang berisiko. Di satu sisi mendambakan emosi aman, di sisi lain ingin melakukan sesuatu yang berpotensi menimbulkan ketidakamanan. Orang-orang narsis cenderung memiliki perasaan yang pasti terhadap segala sesuatu dan merasa sempurna sebagai reaksi bertahan atau kejadian yang tidak memuaskan. Apakah fungsi-fungsi emosi? Emosi memiliki fungsi-fungsi vital bagi manusia. Emosi yang dialami manusia menjadikan manusia mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi yang diterimanya. Misalnya ada yang mengganggu maka muncullah marah. Lalu karena marah, seseorang mungkin akan bertindak mengusir si pengganggu. Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan. 1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis. Bayangkan tiba-tiba Anda bertemu dengan ular. Anda mungkin merasa terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka Anda selamat dari gigitan ular. Tiba-tiba saja Anda melompat. Bayangkan juga saat Anda bertemu harimau di hutan, karena Anda takut maka Anda melarikan diri. Tanpa berpikir apapun Anda lari begitu saja. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena Anda memiliki respon otomatis. Anda otomatis merespon ular dengan melompat, dan merespon harimau dengan berlari. Bayangkan juga Anda dimarahi oleh atasan Anda karena kerja Anda tidak beres. Anda merasa takut. Jika tidak selesai maka Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu, maka Anda berusaha menyelesaikan pekerjaan. 2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus. Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda akan bersedih hati. Nah, adanya sedih membuat Anda menyesuaikan diri dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan. Lalu misalnya Anda sedang berlayar di lautan

dengan kapal laut. Saat itu ada badai besar menerjang. Kapal Anda digoncang kesana kemari. Boleh jadi karena emosi cemas, Anda jadi lebih waspada. Anda lalu memakai pelampung, berpegangan erat, atau melakukan tindakan keamanan lainnya. 3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan tertentu. Misalnya pada saat mengalami emosi cinta. Karena emosi itu, Anda berbuat macammacam hal untuk menarik perhatian yang Anda cintai. Anda rela menembus hujan lebat karena ingin menunjukkan bahwa Anda selalu menepati janji. Mungkin Anda juga rela menemaninya mendaki gunung, padahal Anda takut ketinggian. 4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain Anda marah. Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda tidak ingin disepelekan. Mungkin Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul orang yang membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan akan membalas dendam padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda. 5. Meningkatkan ikatan sosial Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada emosi? Hubungan itu hambar saja. Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat. Anda semakin dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya emosi yang positif yang terus menerus lebih kuat dalam hubungan itu. 6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian Dono bertemu dengan seorang dara bernama Evi. Wajahnya cantik. Mereka berkenalan. Setelah berkenalan, emosi yang dialami Dono maupun Evi pada saat kencan akan menjadi tolak ukur apakah kencan itu akan diingat kuat, atau dilupakan. Jika Dono maupun Evi merasakan emosi suka yang kuat, boleh jadi mereka akan beranjak ke kencan berikutnya. Jika mereka tidak merasakan apa-apa, maka boleh jadi akan saling melupakan. 7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi yang kuat. Misalnya pertama kali dicium pacar karena saat itu Anda seperti melayang-layang di awan rasanya. Lalu misalnya saat Anda ditinggal mati orangtua Anda. Anda mengingatnya kuat karena saat itu Anda merasakan kesedihan yang sangat. Begitu juga saat Anda mengingat saat-saat dimana Anda merasa sangat ketakutan. Misalnya diancam preman, diserang anjing, atau yang lain.

Bab 4 Emosi dan dinamikanya


Apakah kecerdasan emosi? Apakah gangguan emosi? Apakah emosi bisa dikontrol? Seputar emosi marah Seputar emosi bahagia Seputar emosi sedih Seputar emosi takut Seputar emosi malu

Apakah kecerdasan emosi? Kecerdasan emosi. Istilah itu sedemikian masif satu dekade belakangan ini. Puluhan buku diterbitkan untuk mengupasnya. Dipercaya bahwa kecerdasan emosi sangat menentukan kesuksesan seseorang. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kecerdasan emosi lebih penting ketimbang kecerdasan intelektual. Jika kecerdasan intelektual relatif tergantung pada faktor genetika, maka kecerdasan emosi bisa dikembangkan secara terus menerus tanpa henti. Lalu, apakah sebenarnya kecerdasan emosi itu? Peter Salovey dan John D. Meyer adalah orang yang pertama-tama mengenalkan istilah kecerdasan emosi. Mereka menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju pada pengembangan emosi dan intelektualitas. Menurut mereka, terdapat empat tahapan keterampilan emosi untuk mencapai kecerdasan emosi. Masing-masing dari empat tahapan kecerdasan emosi itu memiliki empat hal. Berikut penjelasannya masing-masing. Tahap 1. Persepsi, penilaian, ekspresi emosi Tahap pertama ini terdiri dari empat hal : - Mampu mengenal emosi secara fisik, rasa, dan pikir. Artinya seseorang mampu mengenali emosi yang terwujud dalam ekspresi fisik, dalam perasaan yang dirasakan, dan yang ada dalam pikiran. - Mampu mengenal emosi pada orang lain, desain, karya seni dan lainnya melalui bahasa, bunyi, penampilan dan perilaku. Artinya, selain mampu mengenali emosi orang lain, juga mampu mengenali emosi yang tergambar dalam sebuah cerita atau musik, mengenali emosi yang diekspresikan tokoh dalam lukisan dan lainnya. - Mampu mengekspresikan emosi secara tepat dan menunjukkan kebutuhan yang terkait dengan perasaannya. - Mampu membedakan ekspresi perasaan yang tepat dan yang tidak tepat, antara jujur dan yang tidak jujur. Seseorang tahu bahwa ekspresi emosinya jujur atau tidak. Juga tahu orang lain jujur atau tidak. Begitu juga tahu apakah emosinya dalam suatu situasi tepat atau tidak. Misalnya tahu bahwa dalam upacara pernikahan tidaklah tepat jika bersedih.

Tahap 2. Fasilitasi emosi untuk berpikir Tahap kedua ini terdiri dari empat hal , yaitu : - Emosi memberikan prioritas pada pikiran dengan mengarahkan perhatian pada informasi yang penting. Misalnya menghindar bahaya lebih penting karena itu takut datang. - Emosi cukup jelas dan tersedia sehingga emosi tersebut dapat digunakan sebagai bantuan untuk menilai dan sebagai ingatan yang berhubungan dengan rasa. - Perubahan emosi mengubah perspektif individu dari optimis menjadi pesimis, mendorong untuk mempertimbangkan berbagai pandangan. - Emosi mendorong adanya pembedaan pendekatan khusus dalam pemecahan masalah. Misalnya saat bahagia akan mendorong lebih kreatif. Tahap 3. Pengertian dan penguraian emosi; penggunaan pengetahuan emosi. Tahap ketiga ini terdiri dari empat hal, yaitu: - Mampu memberikan label emosi dan mengenal hubungan antara berbagai kata dan emosi itu sendiri. Misalnya hubungan antara - Mampu untuk mengartikan bahwa emosi berkaitan dengan hubungan. Misalnya marah terkait dengan gangguan, sedih terkait dengan kehilangan, takut terkait dengan ancaman, dan lainnya. - Mampu mengerti rasa yang kompleks. Misalnya mampu memahami terdapatnya campuran rasa, ada cinta, cemburu, benci sekaligus, lalu antara terkejut dan takut, dan lainnya. - Mampu mengenali perpindahan di antara emosi. Misalnya dari rasa bangga menjadi malu, dari rasa bahagia menjadi sedih, dari rasa tersinggung menjadi rasa kagum. Tahap 4. Pengarahan reflektif emosi untuk mempromosikan pengembangan emosi dan intelektual Tahap terakhir ini juga terdiri dari empat hal, yaitu : - Mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan maupun tidak menyenangkan - Mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dengan mendasarkan pada pertimbangan adanya informasi atau kegunaan - Mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. - Mampu mengelola emosi dalam diri sendiri dan orang lain dengan mengurangi emosi negatif dan memperbesar emosi positif, tanpa menambahkan atau melebihlebihkan informasi yang menyertainya. Apakah gangguan emosi? Seseorang akan disebut mengalami gangguan emosi jika keadaan emosi yang dialami menimbulkan gangguan pada dirinya. Baik karena emosi yang dialami terlalu kuat (misalnya sangat sedih), tidak ada emosi yang hadir (misalnya tidak merasa bahagia) atau emosinya menimbulkan konflik (misalnya terlalu sering marah). Biasanya, orang yang merasa emosinya terganggu karena salah satu dari empat alasan, 1. Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.

2. Seseorang mengalami emosi tertentu terlalu jarang atau terlalu lemah. Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan. 3. Seseorang merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain. Misalnya pacar membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut, dan lainnya. 4. Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi. Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya. Pada umumnya gangguan emosional berkisar pada persoalan emosi takut dan kecemasan. Takut sebagai reaksi terhadap situasi yang berbahaya dan cemas sebagai antisipasi dari rasa takut. Berbagai jenis fobia merupakan emosi takut yang berlebih. Misalnya takut akan tempat tinggi (acrophobia), takut pada tempat terbuka (agoraphobia), takut cahaya dan kilat (astraphobia), takut air (hydrophobia), takut makan (sitophobia), takut diracuni (toxophobia), takut pada orang asing (xenophobia), takut kegelapan (nyctophobia), takut kotor (mysophobia), dan takut-takut lainnya. Gangguan kecemasan mencakup antara lain gangguan panik (panic disorder), fobia sosial (social phobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan kecemasan umum. Orang fobia mengalami suatu keadaan dimana dirinya butuh memasuki situasi yang menakutkan, yang kemudian memunculkan kecemasan sebagai antisipasi. Jika dipaksa memasuki situasi yang menimbulkan fobia, ia biasanya akan mengalami kecemasan yang sangat kuat. Oleh karenanya, biasanya mereka menghindar dari tempat-tempat itu. Salah satu fobia, yakni fobia sosial memiliki dimensi khusus. Seseorang yang mengalaminya memiliki ketakutan luar biasa pada penilaian dan evaluasi dari orang lain. Ketakutan akan dihina atau disindir sangat berlebihan sehingga membatasi diri bergaul dengan orang lain. Biasanya fobia sosial dialami oleh remaja. Mungkin Anda pernah mendapati seseorang yang tidak bisa berbicara di depan orang pada remajanya, tapi setelah dewasa menjadi pembicara yang mahir. Barangkali dulu pada saat remaja orang itu mengalami fobia sosial yang menghilang seiring kedewasaan. Terdapat beragam gangguan emosional lainnya. Orang yang sangat ekstrem intensitas marahnya biasanya disebut kepribadian antisosial. Lalu orang yang sangat berlebihan merasakan tuntutan bahagia adalah penderita gangguan hipomanik. Dalam tabel berikut ditunjukkan hubungan antara emosi dengan gangguan yang dialami jika emosinya terlalu ekstrem. Adapun jika emosinya sering diulang secara intensif namun belum ekstrim, maka masih hanya disebut sebagai sifat kepribadian.
Jenis emosi Takut Marah Bahagia Sedih Penerimaan Jijik Pengharapan Terkejut Sifat Kepribadian Penakut Pemarah Mudah bergaul Pemurung Tepercaya Kejam Mengontrol Peragu Diagnostik Tergantung, menghindar Antisosial Hipomanik Distimik Histrionic Paranoid Obsesif-kompulsif Borderline

Apakah emosi bisa dikontrol? Emosi bisa dikontrol. Mengontrol emosi mencakup semua strategi sadar maupun tak sadar yang digunakan untuk meningkatkan, mempertahankan, atau menurunkan satu atau lebih komponen dari respon emosional. Adapun komponen itu adalah perasaan, perilaku, dan respon fisiologis yang terjadi. Jadi, kemampuan pengaturan emosi mencakup kemampuan mengontrol, mengelola, dan memodifikasi pengalaman emosional dan ekspresi emosinya. Emosi bisa secara sengaja dimunculkan. Jika Anda menginginkan emosi damai muncul. Anda bisa melakukannya dengan beragam cara. Bisa dengan melalui meditasi atau relaksasi. Terdapat beragam cara dalam memanipulasi emosi. Emosi berbeda memerlukan upaya pengaturan yang berbeda. Namun demikian terdapat lima hal pokok dalam proses pengaturan emosi, yaitu : 1. Menyeleksi situasi. Anda bisa mendekat atau menghindar orang, tempat atau objek tertentu. Misalnya jika Anda marah terhadap kekasih Anda, Anda bisa menghindar darinya. Lalu jika Anda takut tempat gelap, Anda juga bisa menghindarinya. Sedangkan bila Anda merasa senang bertemu kekasih Anda, maka Anda mendekat padanya. 2. Modifikasi situasi. Anda bisa memodifikasi situasi-situasi yang menimbulkan emosi tertentu. Misalnya memodifikasi suasana menjadi lebih menyenangkan. 3. Penyebaran perhatian. Anda menyebarkan perhatian Anda pada beberapa hal agar tidak berfokus pada satu hal saja yang menimbulkan emosi. Misalnya jika Anda takut kegelapan, maka perhatian Anda disebarkan ke film komedi yang ditonton pada saat gelap atau diajak bicara. Jika begitu, maka Anda akan melupakan rasa takut Anda. 4. Perubahan kognitif. Anda memodifikasi evaluasi yang dibuat terhadap suatu situasi. Misalnya Anda menilai Atik menghina Anda, maka Anda marah. Nah, bila Anda merubah penilaian Anda bahwa Atik hanya bercanda, maka marah Anda akan hilang. Selain itu membuat perbandingan sosial yang lebih rendah. Misalnya Anda berpikir bahwa si dia lebih buruk daripada Anda sehingga Anda tidak lagi iri hati. 5. Modifikasi respon. Anda memodifikasi respon emosi Anda. Pada umumnya yang dipikirkan orang mengenai pengaturan emosi adalah pengaturan respon ini. Pernahkah Anda berpura-pura sedih? Pada saat ada upacara pemakaman, meskipun Anda bahagia, Anda biasa untuk menunjukkan ekspresi sedih. Secara sosial Anda memang diharapkan untuk bersedih. Seputar emosi marah Emosi marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua orang dari semua budaya memiliki emosi marah. Biasanya, marah dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agresi, kekejaman dan kekerasan. Marah dianggap memicunya. Oleh karenanya pembahasan marah biasanya selalu dikaitkan dengan agresi dan kekerasan. Emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Orang tidak jarang hilang akal saat marah. Ada banyak hal yang bisa memicu munculnya marah. Mulai dari merasa tertekan, terhina, terhambat, dibatasi, dicegah, frustrasi, diperlakukan berbeda, sampai adanya penyimpangan norma. Anda mungkin marah jika dihina, dimaki dan disepelekan. Misalnya Anda dimaki tidak becus, pecundang, goblok, dan lainnya. Anda

mungkin marah jika keinginan Anda tidak tercapai. Misalnya Anda ingin kenaikan gaji tapi tidak dikabulkan. Anda mungkin marah jika Anda dicegah melakukan sesuatu yang Anda inginkan. Misalnya, Anda dilarang bepergian. Anda mungkin marah jika orang lain tidak melakukan yang Anda inginkan. Misalnya pasangan Anda tidak membersihkan rumah, selingkuh, dan mabuk. Anda mungkin marah jika sesuatu tidak terjadi seperti yang Anda inginkan. Misalnya Anda berharap kereta segera datang, tapi malah datang terlambat. Anda mungkin marah mengetahui bahwa teman Anda melakukan aborsi, padahal tindakan itu tidak merugikan Anda. Anda marah karena tindakan aborsi dianggap keliru dan menyimpang dari norma. Marah meskipun bernilai negatif tetapi tetap ada. Mengapa? Karena sebenarnya marah juga berguna. Marah memiliki beberapa hal yang menguntungkan bagi manusia. Pertama, marah meningkatkan energi atau intensitas dalam mencapai tujuan. Keterbangkitan marah membuat seseorang akan lebih bertenaga dan lebih fokus, plus lebih semangat mengejar tujuan. Misalnya Anda marah karena dihina goblok, maka kemarahan Anda membuat Anda lebih bersemangat dan lebih keras belajar. Lalu misalnya nilai moral Anda terancam dengan berdirinya rumah judi dan rumah bordil besar-besaran, maka lalu Anda akan jauh lebih bertenaga dalam menentangnya. Tidak hanya ngedumel, tapi Anda juga mau melakukan demonstrasi, bahkan merusak bangunannya. Kedua, ekspresi marah berguna dalam menyampaikan sesuatu. Kita bisa menyampaikan apa yang sedang dirasakan. Selain itu kita bisa menunjukkan niat kita untuk menyerang atau berbuat destruktif. Ekspresi marah kita itu akan digunakan orang lain sebagai bahan pertimbangan untuk bertindak. Artinya marah yang kita alami akan mempengaruhi orang lain. Ketiga, ekspresi marah bisa digunakan untuk mengintimidasi orang lain, menghadirkan kesan kuat, dan menunjukkan ancaman. Keberhasilan melakukan hal tersebut bisa membuat seseorang memperoleh sumber daya tertentu dan menghindari ancaman dan bahaya. Misalnya, menagih hutang yang lama tidak bayar sambil menunjukkan ekspresi marah, bisa membuat orang yang ditagih merasa takut sehingga mau membayar hutang. Keempat, marah mengurangi kecemasan dilukai atau disakiti. Pada saat seseorang marah, perasaan tidak aman menghilang. Marah juga menghambat dan menghilangkan perasaan tidak memiliki harapan sampai ke kesadaran. Artinya, rasa tidak memiliki harapan tetap akan tersimpan sebagai ketidaksadaran dengan munculnya marah. Terakhir, mengingat tanda-tanda marah dalam diri orang lain menjadikan seseorang bisa menggunakan strategi pemecahan masalah yang efektif dalam menyelesaikan konflik. Misalnya tahu bahwa konflik terjadi karena seseorang marah telah disepelekan, akan mempermudah dalam upaya penyelesaiannya. Ada orang yang sangat mudah marah. Hampir di semua situasi ia marahmarah. Tidak peduli di rumah, di jalan, di tempat kerja atau di manapun. Sedikit hal tidak sesuai dengan keinginannya ia akan marah. Orang demikian itu biasa disebut pemarah. Jika marah-marahnya dalam kondisi ekstrim, maka akan disebut mengalami gangguan kepribadian, biasanya dengan istilah kepribadian antisosial. Penderitanya tidak boleh tersinggung sedikitpun. Semuanya harus berjalan sesuai keinginannya. Akibatnya mereka kurang mampu bergaul dengan orang lain. Tidak ada yang mau dekat-dekat pada mereka karena hanya akan dimarahi. Marah buruk bagi kesehatan. Berhati-hatilah, marah bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke. Hasil penelitian Harvard Medical School menunjukkan

hal tersebut. Orang yang paling mudah marah berpeluang tiga kali lipat untuk memiliki penyakit jantung. Marah-marah pada usia muda merupakan prediktor yang baik terhadap terjadinya serangan jantung hari tua. Semakin tinggi marahnya maka semakin tinggi resikonya. Seputar emosi bahagia Sama halnya seperti emosi marah, emosi bahagia merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar manusia. Beberapa jenis emosi yang maknanya berdekatan adalah senang, aman, nyaman, cinta, damai, dan sayang. Emosi bahagia juga dianggap bersifat universal. Semua orang dari semua bangsa merasakan emosi bahagia. Apakah yang paling ingin dicapai oleh manusia? Merasakan emosi bahagia. Lain tidak. Berbagai perilaku diarahkan untuk mencapai itu. Kerja sekeras tenaga mencari harta ditujukan agar bahagia hati. Belajar bersusah-susah, agar bahagia hati. Menikah, berpacaran, agar bahagia hati. Orang sangat enggan melepaskan hal-hal yang membahagiakan. Kalaupun dilepaskan, biasanya karena berharap akan mendapatkan rasa bahagia melakukannya. Tanpa emosi bahagia, itulah neraka dunia. Ekspresi bahagia mudah dikenali. Anda dengan gampang tahu apakah seseorang sedang bahagia atau tidak. Orang yang berbahagia menunjukkan wajah sumringah dan cerah. Tersenyum lebih sering dan lebih lebar. Tertawa lebih kerap. Juga menjadi lebih baik hati dan lebih pemaaf. Jadi, jika Anda ingin meminta maaf, lakukan saat si dia sedang bahagia. Anda akan dimaafkan olehnya. Apa yang membuat Anda merasa bahagia? Secara umum, orang merasa bahagia karena tercapainya keinginan dan kesuksesan, memperoleh keberuntungan, mendapatkan penerimaan, serta mempersepsi adanya sesuatu yang menyenangkan. Misalnya orang berbahagia ketika berhasil lulus kuliah. Orang bahagia ketika memperoleh undian. Orang berbahagia saat teman-teman datang membantu dan saat merasa dicintai. Orang berbahagia saat mendengar kebahagiaan. Begitu banyak hal di dunia ini yang bisa menimbulkan emosi bahagia. Bahagia merupakan sesuatu yang sangat subjektif. Merupakan kesalahan jika menilai bahwa orang yang memiliki semua yang diinginkan orang lebih berbahagia. Mereka yang kaya raya, berkuasa, menawan, dan populer, belum tentu lebih bahagia daripada yang miskin, lemah, jelek dan tidak ada yang mengenal. Namun demikian, harus diakui bahwa kesejahteraan material juga berpengaruh terhadap emosi bahagia yang muncul. Umumnya, semakin makmur seseorang maka emosi bahagia yang dirasakan juga meningkat. Setiap orang berbeda dalam kapasitasnya merasakan bahagia tergantung kepribadian. Adapun bahagia itu sendiri merupakan sifat kepribadian, yakni kestabilan dalam merasakan hal-hal baik tentang dirinya sendiri dan lingkungan. Artinya ada orang yang nyaris selalu merasakan bahagia sedangkan ada yang sering tidak bahagia. Anda mungkin pernah mendengar ada orang yang pemurung sebaliknya ada orang yang selalu bergembira. Orang banyak mengalami emosi bahagia atau senang, adalah orang berpeluang panjang umur. Resiko mengalami sakit lebih rendah dibandingkan mereka yang kurang mengalami bahagia. Kekebalan terhadap penyakit juga lebih tinggi. Hal tersebut karena pada saat seseorang mengalami emosi bahagia, kondisi fisiologisnya berada dalam keadaan puncak. Semakin banyak emosi bahagia, akan semakin baik bagi hidupnya.

Seputar emosi sedih Emosi sedih juga merupakan emosi dasar manusia, diluar marah, bahagia, takut, jijik, dan terkejut. Emosi ini sangat umum kita jumpai. Pun diri kita sendiri suatu kali mestinya pernah merasakan sedih. Coba Anda ingat-ingat kapan Anda pernah merasakan sedih. Anda pasti akan mengingat sekurang-kurangnya satu kali kesedihan yang pernah Anda alami. Ekspresi sedih bisa dengan gampang dilihat. Seseorang yang bersedih akan terlihat dari ekspresi wajahnya yang sendu. Matanya mungkin berkaca-kaca karena menangis. Geraknya jadi lamban. Kata-katanya menjadi berat. Menjawab pertanyaan lebih singkat dan cenderung menjadi pasif. Apa saja yang menimbulkan sedih? Kita bersedih saat berpisah dari sesuatu yang kita sayangi. Entah itu berupa orang (keluarga kita, pasangan kita atau orang yang kita cintai dan kita kagumi diam-diam), barang (benda-benda kesayangan dari mulai barang koleksi sampai mobil dan rumah), atau binatang (anjing, kucing, burung, atau apapun piaraan kita). Kita juga merasa bersedih saat mengetahui ada yang menderita. Misalnya orang tertimpa bencana atau mengalami kesusahan hidup. Lalu kita bersedih karena merasa ditolak atau tidak disetujui. Misalnya lamaran cinta kita ditolak. Kemudian kita juga bersedih jika merasa tidak memiliki harapan. Misalnya tahu bahwa penyakit yang diderita sudah tidak dapat diobati. Biasanya emosi sedih sangat dekat dengan depresi. Pembahasan sedih tidak akan lengkap tanpa membahas depresi. Namun, depresi bukanlah sedih, melainkan percampuran antara rasa sedih, pesimis, tanpa harapan, dan mungkin juga marah. Jadi, depresi adalah emosi yang kompleks. Sementara itu, sedih bisa dibilang merupakan emosi tunggal. Sedih bersifat fungsional. Tidak melulu merugikan seperti yang dikira umumnya orang. Seseorang yang bersedih akan lebih tergerak untuk memberikan bantuan. Misalnya Anda merasa sedih mengetahui seorang anak yang ditinggal mati semua keluarganya karena tersapu tsunami. Tentunya Anda lebih mungkin untuk memberikan bantuan pada anak itu ketimbang bila Anda tidak bersedih. Pun pada saat Anda mengalami kesedihan, dan kesedihan Anda itu diketahui orang, maka orang akan berupaya memberikan bantuan. Misalnya saat Anda sedih ditinggal mati orangtua Anda, maka orang-orang akan membantu Anda saat itu. Pendek kata, sedih juga berguna. Seputar emosi takut Pernahkah Anda merasa takut? Misalnya bertemu orang yang menyeramkan, bertemu binatang buas, bertemu ular, atau takut jatuh? Sudah sewajarnya Anda pernah merasa takut. Setinggi apapun keberanian orang, ia mesti pernah mengalami rasa takut. Orang-orang yang berani tidak lahir begitu saja. Mereka menjadi berani karena telah belajar mengatasi rasa takut. Pada saat ketakutan, seseorang bisa gemetar dan gugup. Susunan kata-katanya menjadi kacau balau. Sering salah-salah ucap. Kadang bulu kuduk merinding. Tidak berani melihat objek yang membuat takut. Terduduk gemetar dan diam. Tidak berani saling menatap mata. Kadang juga kabur menjauh dari hal yang menakutkan. Ekspresi takut sangat kentara. Sekurang-kurangnya orang akan menunjukkan kegelisahan. Begitu kuatnya dorongan fisiologis dari rasa takut sehingga orang banyak memberikan perhatian terhadap emosi ini. Apakah penyebab emosi takut? Kita takut terhadap sesuatu yang berpotensi membahayakan diri kita. Ancaman bahaya itu bisa berupa rasa sakit, terhina dan

terluka, atau bahkan kematian. Misalnya kita takut terhadap ular karena ular kita nilai membahayakan bagi kita. Kita takut naik pesawat terbang, karena berpikir pesawat terbang tidak aman. Kita takut dalam gelap, karena dalam kegelapan banyak bahaya yang tidak bisa kita antisipasi. Kita takut pada seseorang karena bisa menyakiti kita. Kita takut untuk membaca sebuah buku kontroversial karena khawatir itu akan menggoyahkan kepercayaan lama kita. Pendek kata, segala sesuatu yang kita anggap berbahaya bisa menimbulkan rasa takut. Takut juga bisa ditimbulkan karena kita berada dalam situasi yang tidak familiar. Bayangkan tiba-tiba Anda berada di tengah hutan rimba tanpa seorangpun di dekat Anda. Jika Anda belum pernah memasuki hutan, maka mungkin Anda akan takut. Begitupun saat Anda masuk ke sebuah daerah yang belum Anda kenal, maka bisa jadi Anda merasa takut. Singkatnya, merasa terasing bisa menimbulkan rasa takut. Ancaman kehilangan dukungan juga bisa menimbulkan rasa takut. Bayangkan jika Anda mencuri uang orangtua Anda. Anda mungkin merasa takut ketahuan. Sebab, jika ketahuan maka Anda akan kehilangan dukungan dari mereka. Anda akan dikecam seluruh anggota keluarga. Begitu juga Anda takut menolak ajakan teman-teman Anda untuk naik gunung karena Anda khawatir akan kehilangan teman-teman Anda. Seorang istri takut melawan kekerasan suaminya karena waswas akan diceraikan. Dari berbagai penyebab takut di atas, dapatlah kita menggolong-golongkan takut. Setidaknya ada empat kategori takut yang berbeda, yakni : 1. Takut pada kejadian interpersonal. Misalnya takut dikritik, ditolak, berkonflik, dan diserang orang lain. 2. Takut karena permasalahan eksistensial. Misalnya takut pada kematian, luka badan, darah, pembedahan, dan penyakit. 3. Takut pada binatang. Misalnya takut pada binatang buas, pada berbagai jenis serangga, dan pada beragam jenis reptil, seperti ular. 4. Takut yang berhubungan dengan tempat. Misalnya takut pada keramaian, takut pada ketinggian, takut pada tempat tertutup, takut melakukan perjalanan sendirian, dan lainnya. Biasanya emosi takut selalu dikaitkan dengan emosi cemas. Takut dianggap sebagai inti dari kecemasan. Rasa cemas merupakan antisipasi dalam menghadapi rasa takut. Biasanya takut dan kecemasan berlebih akan membentuk seseorang memiliki fobia, atau ketakutan terhadap hal-hal khusus tertentu. Pada tulisan di atas telah disebutkan beberapa jenis fobia. Sebagai tambahan, ada fobia terhadap kematian (thanatophobia), fobia terhadap binatang (zoophobia), fobia dikubur hiduphidup (taphophobia), fobia terhadap rasa sakit (algophobia), dan lainnya. Takut memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Emosi takut membuat seseorang mampu menghindari bahaya karena memberikan peringatan darurat. Adanya takut membuat seseorang mampu berlari menjauh dari bahaya. Fobia sebagai antisipasi takut juga sangat penting. Fobia terhadap tempat dan hal-hal berbahaya membuat orang tidak menceburkan diri pada bahaya yang mungkin mengancam jiwanya. Ada dua mekanisme yang membuat takut bisa menghindarkan seseorang dari bahaya. Pertama, takut berfungsi mengatur tubuh untuk kabur dan memfokuskan perhatian pada hal tersebut. Saat seseorang takut, fokusnya hanyalah untuk kabur semata. Kedua, takut bisa membuat kesadaran terputus, gerak refleks dicegah dan

bahkan menyebabkan pingsan. Dalam kondisi pasif ini, seseorang bisa juga terhindar dari bahaya. Misalnya pada saat akan diperkosa lalu jatuh pingsan, maka boleh jadi perkosaan akan batal dilakukan. Seputar emosi malu Malu adalah salah satu emosi sebagai hasil penilaian terhadap diri sendiri. Selain malu, emosi yang muncul dari penilaian terhadap diri sendiri antara lain adalah bangga, sombong, bingung dan rasa bersalah. Anda harus menilai dulu apa yang telah Anda lakukan, baru Anda bisa merasa malu. Misalnya Anda ketahuan kencing di celana pada saat menonton film horor. Maka lalu Anda menilai apakah kencing di celana itu pantas atau tidak. Jika Anda merasa tidak pantas, maka Anda mungkin merasa malu. Rasa malu dan juga rasa bersalah merupakan emosi yang menjadi alat kontrol sosial. Adanya malu dan rasa bersalah mengekang kita untuk melakukan tindakantindakan yang menimbulkannya. Nah tindakan-tindakan yang menimbulkan rasa malu dan bersalah adalah tindakan yang tidak sesuai dengan standar. Jadi, malu dan rasa bersalah memberikan informasi pada kita apakah kita telah bertingkah laku standar atau tidak. Dalam kehidupan sosial, ada banyak hal yang tidak bisa diterima masyarakat. Terdapat aturan-aturan standar tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik, ada juga standar tentang mana yang bagus dan mana yang jelek. Standar itu terentang dari perilaku, cara berpikir, rupa fisik, tujuan hidup, sampai gaya hidup. Misalnya telanjang di muka umum, selingkuh, menghianati teman, kumpul kebo, bohong, berprasangka, bicara jorok di depan umum, menghina orang, dan kentut di muka umum adalah hal yang tidak baik. Kalau melakukannya maka bisa menimbulkan malu. Pendek kata, malu diakibatkan karena diri dianggap tidak memenuhi standar. Mereka yang tidak memenuhi standar masyarakat sering dianggap tidak tahu malu atau memalukan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Karl G Heider, pada orang Minangkabau dan orang Jawa menunjukkan bahwa rasa malu ditimbulkan oleh beberapa situasi yakni, melakukan kesalahan, tidak mampu membayar hutang, memiliki stigma buruk, secara fisik maupun dalam berpakaian dianggap jelek, masalah pribadi diungkapkan kepada banyak orang, dimarahi atau ketakutan, dan mengalami kegagalan. Kontrol sosial di masyarakat hingga saat ini masih dilakukan oleh emosi malu. Perasaan malu telah menjamin norma dan moral masyarakat ditegakkan. Namun demikian, seiring perubahan pola pikir, akan terjadi juga pergeseran. Misalnya, dulu bergandengan tangan mesra di muka umum menimbulkan rasa malu karena tidak lazim. Namun saat ini hal itu tidak menimbulkan malu bagi banyak orang. Oleh karena itu perilaku bergandengan tangan mesra mudah dijumpai dimana-mana. Lalu misalnya, dulu korupsi menimbulkan malu, sehingga orang enggan melakukannya. Saat ini, banyak orang yang melakukannya tidak merasa malu sama sekali. Oleh karena itu kontrol sosial berupa emosi malu sudah tidak berlaku lagi untuk kasus korupsi. Apa yang membuat malu pada satu budaya belum tentu membuat malu pada budaya lain, tergantung standar masing-masing budaya. Lalu sebenarnya apa pengaruh budaya terhadap emosi? Pengaruh budaya dalam emosi sangat terlihat hanya dalam hal memaknai kejadian. Satu peristiwa boleh jadi akan menimbulkan marah pada satu budaya namun tidak pada budaya lain. Misalnya memegang kepala

pada orang Jawa adalah hal lazim, namun memegang kepala pada orang Bugis dianggap sebagai penghinaan. Oleh sebab itu orang Jawa tidak marah, namun orang Bugis marah. Lalu misalnya, berciuman bibir dengan kekasih di depan umum adalah hal lazim di Amerika. Namun jika itu dilakukan di Indonesia maka akan menimbulkan malu.

Bab 5 Emosi dan Kehidupan Sosial


Emosi sebagai barometer hubungan sosial Emosi dan moralitas Emosi dan seksualitas Emosi dan gender Emosi dan spiritualitas Emosi di tempat kerja Emosi di bidang seni

Emosi sebagai barometer hubungan sosial Apa yang Anda rasakan saat berhubungan dengan seseorang, itulah barometer Anda dalam menilai apakah Anda cukup dekat orang itu atau tidak. Anda membedakan orang lain sebagai teman sejati, teman dekat, teman biasa, teman jauh, berdasarkan perasaan yang Anda alami. Anda akan memiliki perasaan paling dekat terhadap teman sejati Anda. Sedangkan teman jauh adalah yang terendah derajat rasa kedekatannya. Bayangkan jika Anda selalu memiliki rasa curiga terhadap seseorang. Anda kurang mempercayainya. Maka tentu saja hubungan Anda dengan orang itu tidak akan menjadi dekat dan intim. Pun jika Anda merasakan ketidakpercayaan. Anda tentu tidak akan bisa membangun hubungan lebih dekat. Sebaliknya jika Anda mempercayai seseorang, maka Anda sangat mungkin akan membangun hubungan lebih dekat dengannya. Emosi yang dirasakan pada awal jumpa juga menjadi barometer apakah hubungan akan berlanjut atau tidak. Misalnya jika pada saat bertemu seseorang Anda merasakan emosi senang, gembira, nyaman, dan damai, maka Anda boleh jadi akan berusaha menemuinya lagi. Sebaliknya jika Anda merasa muak dan jijik, boleh jadi Anda tidak akan menemuinya lagi. Emosi dan moralitas Pada bab 4 telah disinggung mengenai emosi malu sebagai penjaga nilai moral. Adanya rasa malu melanggar nilai-nilai moral pada anggota masyarakat akan menjamin tetap tegaknya nilai-nilai moral itu. Begitu juga perasaan bersalah berperan dalam menjaga agar suatu nilai moral tertentu tidak dilanggar sekaligus melakukan kompensasi jika dilanggar. Misalnya, Anda menempeleng anak kecil yang telah berbuat ribut. Nilai moral menganggap tindakan Anda sebagai pelanggaran. Anda menyadarinya dan lalu muncul rasa bersalah. Setelah munculnya rasa bersalah, boleh jadi Anda akan berbuat meminta maaf dan melakukan tindakan lain yang menyenangkan si anak sebagai kompensasi rasa bersalah. Kita tahu bahwa emosi sering bersifat spontan dan tanpa diniatkan dahulu. Pengalaman mengalami emosi berlangsung begitu saja. Tiba-tiba saja marah, kagum atau sedih. Saat Anda berhadapan dengan jurang, tiba-tiba saja Anda langsung gemetar takut. Namun demikian, sebagian pengungkapan ekspresi emosi merupakan sesuatu yang diatur oleh moral. Misalnya Anda jatuh cinta secara romantik pada saudara kandung. Secara moral hal itu tidak dibenarkan. Oleh karenanya emosi cinta

itu tidak akan diungkapkan. Lalu misalnya Anda marah kepada anak Anda. Adalah tidak bermoral jika Anda memukulnya. Oleh sebab itu Anda tidak melakukannya. Pada saat seseorang melakukan tindakan sadar untuk mengatur emosi yang terjadi secara spontan, maka pengaturan itu boleh jadi dipandu oleh nilai moral. Misalnya Anda berupaya menurunkan tingkat kemarahan, sebab marah-marah sembarang tempat dan sembarang situasi, dan juga pada sembarang orang, bukanlah sesuatu yang dianggap baik. Begitu juga misalnya rasa curiga berlebihan terhadap orang lain dinilai tidak bermoral, yang oleh karenanya maka Anda berusaha menurunkan kecurigaan Anda. Anda akan lebih mengontrol rasa curiga Anda. Emosi yang kita alami juga memberikan informasi pada kita nilai penting moralitas tertentu. Adanya emosi membuat kita sensitif terhadap situasi yang relevan dengan moralitas tertentu atau malah kadang membuat solusi atas dilema moral yang dialami. Pada saat Anda menyaksikan seseorang yang melakukan pelanggaran moral, misalnya ayah memerkosa anak gadis sendiri, maka emosi tidak suka Anda timbul begitu besar. Itu artinya emosi memberikan Anda suatu panduan bahwa peristiwa itu sangat melanggar moral. Pernahkah Anda merasa bangga memberikan bantuan? Misalnya Anda merasa bangga memberikan sumbangan dalam jumlah besar ke sebuah Panti Asuhan. Mengapa bangga itu Anda alami? Boleh jadi adalah karena Anda telah melakukan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh moral. Menyumbang pada yang menderita susah sangat dihargai dalam moralitas di masyarakat. Sebaliknya Anda mungkin merasa getir karena mengambil keuntungan dari penjualan rumah orang yang sedang dililit hutang. Sebab, meskipun tidak salah, mengambil untung saat orang susah kurang dihargai oleh moralitas masyarakat kita. Emosi dan seksualitas Dorongan seksual yang dipicu oleh perasaan nikmat dan ketertarikan bisa mendominasi pikiran dan tindakan. Jika sudah berhasrat, seseorang bisa pendek pikiran. Apapun dilakukan demi memenuhinya. Tidak jarang orang mau melakukan tindakan beresiko, seperti melakukan pemerkosaan, pergi ke tempat pelacuran atau mengundang pelacur. Bahkan sering ada yang sampai melakukan incest, atau melakukan hubungan seksual dengan keluarga sedarah. Beberapa emosi sangat erat berkait dengan aktivitas seks. Emosi takut misalnya. Emosi itu membuat seseorang yang mengalaminya akan sulit melakukan hubungan seks yang nikmat. Adapun rasa takut akan diketahui orang lain pada saat melakukan hubungan seks, membuat banyak hubungan seks dilakukan diam-diam tanpa gaduh. Demikian juga emosi takut berperan dalam hubungan seks itu sendiri. Misalnya takut hamil, sehingga hati-hati melakukannya. Takut gagal ereksi. Takut tidak memuaskan. Takut sakit jika vagina dimasuki penis, dan berbagai takut dengan berbagai sebab lainnya. Banyak orang sengaja melakukan hubungan seks yang sedikit menimbulkan cemas. Adanya emosi cemas semakin menantang dalam melakukannya. Misalnya melakukan hubungan seks di tempat ganti pakaian di Mall, hubungan seks di mobil yang diparkir di pinggir jalan, hubungan seks di lift, hubungan seks di taman, dan lainnya tempat-tempat umum. Campuran rasa cemas akan diketahui orang dengan hasrat seks, membuat hubungan seks semakin nikmat. Begitu pengakuan yang melakukannya. Salah satu emosi yang sering muncul pada saat hubungan seks adalah perasaan bersalah. Terutama jika seks dilakukan tidak dengan pasangan sah alias

selingkuh. Perasaan bersalah juga umum ditemui pada hubungan seks antara pasangan-pasangan yang belum menikah. Hubungan seks semacam itu dianggap banyak orang tidak bermoral sehingga memunculkan rasa bersalah bagi mereka. Emosi cinta romantik atau asmara merupakan salah satu jenis emosi yang mendorong orang melakukan hubungan seksual. Ketertarikan seksual itu sendiri dianggap sebagai salah faktor dari cinta. Kebanyakan orang melakukan seks karena didorong oleh perasaan cinta. Bahkan, tidak jarang orang menilai cinta dari hasrat melakukan hubungan seksual. Jikalau tidak berhasrat melakukan hubungan seksual dengan yang dicintai maka lalu dianggap tidak cinta. Emosi dan gender Sebelum membahas lebih jauh, mula-mula harus dibedakan antara perbedaan seks dan perbedaan gender. Perbedaan seks adalah perbedaan yang ditentukan secara biologis. Misalnya dalam fungsi seksual. Adapun perbedaan gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh faktor budaya dan psikologis. Umumnya orang menganggap bahwa perbedaan pengalaman atau ekspresi emosi antara perempuan dan laki-laki sungguh-sungguh ada. Masyarakat kita memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat kita cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah. Peran gender sangat mempengaruhi keadaan emosional. Perempuan menekankan pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa bertanggung Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang laki-laki. Tempat bisa mempengaruhi pengalaman emosi yang dialami antara laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan, hal-hal yang terkait dengan emosi positif biasanya ada di dalam rumah. Misalnya kehangatan, kebahagiaan, keamanan dan kenyamanan. Sedangkan di luar rumah sering dikaitkan emosi negatif, seperti tidak nyaman, tidak aman dan kejam. Bagi umumnya laki-laki, luar rumah lebih menarik karena memberikan tantangan emosional. Misalnya tantangan mendapatkan rasa bangga. Emosi dan spiritualitas Emosi sudah tentu memainkan peran dalam spiritualitas. Perasaan terhubung dengan sesuatu yang transenden, yang disebut Tuhan, memainkan banyak dimensi emosi. Perasaan terhubung itu juga merupakan sejenis emosi tersendiri. Sepertinya ada campuran antara rasa takut, sayang, bahagia, dan rendah diri. Orang melakukan pemujaan dan ritual ibadah didorong oleh emosi-emosi tertentu. Seperti misalnya emosi takut akan dilaknat dan dimasukkan neraka. Selain itu mungkin juga didorong perasaan berharap, bahwa jika melakukan ibadah tertentu maka akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan; kelak mati akan mendapat surga, hidup menjadi berkelimpahan rejeki dan sebagainya.

Salah satu emosi yang sering muncul pada saat orang melakukan ibadah adalah perasaan damai dan aman. Oleh sebab itu ritual ibadah bisa digunakan untuk memunculkan emosi damai jika sedang dilanda kecemasan. Anda mungkin pernah melakukannya. Saat Anda mengalami cemas, maka Anda beribadah. Setelahnya cemas Anda akan menghilang. Pada saat orang merasa mulai kehilangan harapan dan putus asa, adanya sesuatu yang transenden bisa mencegahnya berlanjut. Orang selalu merasa optimis meski situasi riil sama sekali tidak mendukung optimisme itu sebab adanya emosi percaya yang sangat kuat terhadap Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan akan menolong dan memudahkan entah bagaimana caranya. Emosi di tempat kerja Apa jadinya jika di antara rekan-rekan terjadi perasaan tidak saling suka? Kerja tidak akan maksimal. Jika tidak ada rasa saling percaya, sulit akan melakukan kerjasama yang baik. Sebaliknya jika muncul rasa percaya antara rekan-rekan kerja, maka bisa muncul kerjasama yang membuat pekerjaan akan lebih berhasil. Pada situasi kerja, sangat banyak faktor emosional yang memainkan peranan. Pekerja yang mengalami emosi positif, seperti senang, gembira, damai dan aman, akan lebih baik kinerjanya dibandingkan mereka yang mengalami banyak emosi negatif, seperti curiga, sedih, dan takut. Mereka yang mengalami emosi positif juga lebih puas dalam pekerjaannya. Oleh sebab itu pengunduran diri juga rendah. Emosi cemas akan dimarahi atasan jika pekerjaan tidak sempurna bisa membuat seorang pekerja stres berat. Atasan yang mudah marah-marah pada bawahan akan membuat bawahan bekerja dalam tekanan. Muncul juga ketidaksukaan pada atasan. Pendek kata, emosi sangat berpengaruh di tempat kerja. Emosi juga bisa menjadi pedoman dalam bekerja. Misalnya malu dan bangga. Adanya malu karena gagal melakukan sesuatu yang baik dan berhasil akan menjadi pelecut bagi seorang pekerja untuk bekerja baik. Malu tidak naik-naik jabatan, akan membuat seorang pekerja berusaha bekerja keras agar di promosikan. Adapun jika bangga karena berhasil berprestasi dalam bekerja, maka orang akan berusaha keras dalam bekerja. Jika merasa bangga cepat naik jabatan, maka orang akan berupaya keras agar segera dipromosikan naik jabatan. Mengingat besarnya pengaruh emosi di tempat kerja, maka manajemen tempat kerja yang baik sudah seharusnya memperhatikan faktor-faktor emosional tersebut. Pemimpin yang berhasil adalah yang bisa memanajemen emosi di lingkungan kerja. Emosi di bidang seni Seni adalah ungkapan kehidupan yang oleh karenanya menjadi wajar jika umumnya seni merupakan ekspresi dari emosi. Sekurang-kurangnya ada ungkapan emosi di sana. Terentang dari mulai seni tulisan, musik, drama, dan seni rupa, semuanya menampilkan emosi. Banyak cerita-cerita, musik-musik, film-film dan lukisan-lukisan yang menerangkan bagaimana emosi dialami dan terjadi pada diri manusia. Ada yang mengeksploitasi takut seperti cerita horor. Ada juga yang mengeksploitasi kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, dendam, dan lainnya. Penikmat seni bisa ikut mengalami emosi seperti yang tergambar dalam karya seni. Penonton film horor akan ikut merasa takut. Penonton film tragedi akan ikut menangis. Pendengar musik alam, akan ikut merasakan damai. Tapi apakah emosi itu

riil? Sepanjang Anda merasakan adanya emosi itu dalam diri Anda, maka emosi itu adalah riil. Meskipun tentu saja dengan kesadaran bahwa penyebabnya tidak benarbenar riil. Film horor hanyalah bohong-bohongan. Seni bisa memperkuat dan menurunkan emosi. Misalnya musik. Suara musik berperan penting dalam memperkuat atau menghilangkan emosi tertentu. Musik yang mendayu-dayu akan lebih cocok untuk suasana romantik sehingga memperkuat emosi cinta. Musik yang menyayat akan lebih memperkuat suasana sedih. Musik yang cepat dan menghentak akan lebih memperkuat suasana gembira. Pada akhirnya harus dikatakan bahwa tanpa emosi, sebuah karya seni menjadi tidak bermakna. Sebaliknya penikmat tidak akan dapat menikmati karya seni jika tidak memiliki emosi tertentu terhadap karya seni itu. Ketidaktertarikan pada sebuah karya seni menunjukkan bahwa emosi Anda tidak positif pada karya seni itu. Misalnya Anda tidak suka sebuah film, maka boleh jadi Anda secara emosional kurang dibangkitkan oleh film itu.

Anda mungkin juga menyukai