Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
PROYEKSI
Perkembangan Psikologi Proyektif

● Pada awal kemunculannya, Psikologi proyektif


menentang aliran-aliran yang telah berkembang
sebelumnya yaitu:
1. Aliran strukturalisme yang memandang individu
sebagai kumpulan bagian-bagian
2. Aliran asosiasi yang memandang individu
sebagai kumpulan tanggapan tanggapan.
3. Aliran behaviorisme yang memandang individu
sebagai kumpulan tingkah laku.
4. Aliran reflexologi yang memandang individu
sebagai kumpulan reaksi reaksi bersyarat.
● Psikologi proyektif sendiri dalam
perkembangannya banyak dipengaruhi oleh
konsep-konsep Psikologi Gestalt dan Psikologi
Belajar, serta yang terutama adalah
konsep-konsep Psikoanalisa. Tentu saja dalam
memandang kepribadian individu Psikologi
proyektif lebih banyak mendasarkan pada
konsep Psikoanalisa.
Pada masa perkembangan Psikologi proyektif,
memang muncul dua cara pandang yang berbeda
dalam memahami kepribadian individu ;

1. Cara pandang Behavioristis


2. Banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran non
psikoanalisa (non psikologi dalam), dan yang
paling dominan adalah aliran gestalt.
2. Cara pandang Fungsional
3. Bertentangan dengan Behavioristis; lebih
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Dalam
atau Psikoanalisa.
● Menurut Northrop ada empat perbedaan
antara cara Behavioristis dengan cara
Fungsional dalam memahami kepribadian
individu yaitu;
Behavioristis
1. Hanya memperhatikan gejala-gejala yang
tampak.
2. Dalam melihat dinamika kepribadian
mempertahankan hubungan antara gejala-gejala
yang tampak.
3. Gejala-gejala yang tampak sebagai kumpulan
dari berbagai macam tingkah laku.
4. Dalam mengungkap aspek-aspek psikologis
menggunakan teknik-teknik non proyektif.
Fungsional

1. Lebih memperhatikan hal-hal yang internal


(tidak disadari)
2. Memperhatikan hal-hal internal sebagai pengatur
dinamika kepribadian
3. Memperhatikan bagaimana individu
memproyeksikan bagian-bagian yang tidak
disadari dengan cara mengemukakan
psikodinamikanya
4. Dalam mengungkap aspek-aspek psikologis
menggunakan teknik-teknik proyektif
Psikologi Proyektif memiliki cara pandang
sendiri dalam memahami kepribadian
individu yaitu :

▪ Kepribadian dipandang sebagai proses bukan


sekedar koleksi atau kumpulan dari aspek-aspek
kepribadian.
▪ Aspek-aspek kepribadian hanya merupakan
potensi yang dalam kehidupan individu
selanjutnya akan berkembang dan berproses
sesuai dengan kondisi atu stimulus sekitarnya.
▪ Sejalan dengan pendapat Murray yang
mengatakan bahwa kepribadian merupakan
serentetan peristiwa yang dialami oleh individu.
▪ Freud berpendapat bahwa untuk mengenal
pribadi seseorang secara utuh
pengalaman-pengalaman masa lalu tidak boleh
dilupakan.
● Kepribadian yang banyak diungkap dengan
menggunakan teknik proyektif merupakan
interaksi antara apa yang ada di dalam individu
dengan lingkungannya.
● Faktor internal dan eksternal pada individu selalu
bekerjasama dalam proses perkembangan
individu.
● Kaitannya dengan hal ini penyusunan tes
proyektif biasanya tidak lepas dari social culture
dimana individu hidup. Oleh karena itu tes
proyektif yang disusun harus diadaptasi lebih
dulu baik materi, reliabilitas maupun
validitasnya.
Eksperimen Bellak Mengenai Fenomena
Proyeksi
● Istilah proyeksi sudah dianggap telah
terdefinisikan dengan baik.
● Sampai pada akhirnya muncullah suatu
pengetahuan baru mengenai konsep
proyeksi setelah eksperimen dari Bellak.
● Bellak adalah seorang ahli yang tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
fenomena proyeksi.
Eksperimennya adalah;

● Eksperimen pertama, beberapa subyek


ditunjukkan sejumlah kartu TAT, dalam keadaan
sadar/terkontrol.
● Setelah itu (sebagai eskperimen kedua) subyek
dikenai post hipnosa dibawa dalam kondisi
agresif tanpa subyek menyadarinya dan
kemudian diminta untuk menceritakan
gambar-gambar dari kartu-kartu TAT.
● Hasilnya subyek menunjukkan peningkatan
dalam sikap agresifnya ketika menceritakan
kartu-kartu dibanding eksperimen yang pertama.

● Hasil serupa juga ditunjukkan pada saat subyek


dibuat merasa sedih dan tidak bahagia dalam
post hipnosa; subyek tampak memproyeksikan
kesedihan dan perasaan-perasaan tidak
bahagianya saat bercerita melalui kartu TAT.
● Sampai eksperimen ini tidak ada perubahan
mengenai pengertian proyeksi yaitu proses
pelampiasan keluar sentimen-sentimen atau
dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
ego apabila sampai muncul keluar.

● Jadi pengertiannya masih dalam konteks


mekanisme pertahanan diri.
Lebih jauh, Bellak melakukan eksperimen lanjutan
untuk melihat fenomena proyeksi yaitu ;

● Sejumlah subyek ditunjukkan kartu TAT kembali


namun pada saat post hipnosa subyek dibuat
merasa sangat gembira. Ternyata subyek juga
memproyeksikan rasa gembiranya ketika
bercerita melalui kartu-kartu yang ditunjukkan
kepadanya.
● Dari hasil eksperimen ini konsep proyeksi yang
selama ini selalu dikaitkan dengan mekanisme
pertahanan diri mulai goyah.
● Ternyata individu dalam keadaan tidak sedih,
tertekan, atau konflik pun juga menunjukkan
peningkatan semangat atau intensitas dalam
bercerita.
● Jadi melalui eksperimen lanjutan ini dapat
dikatakan bahwa proyeksi bukan semata-mata
bentuk mekanisme pertahanan diri.
Apabila konsep Freud ditelusuri lebih jauh
(berdasarkan referensi dari Dr. Ernst Kris, dalam
Abt & Bellak, 1959), sebenarnya Freud sudah
mengantisipasi pemikiran yang dikemukakan oleh
Bellak tersebut dalam buku Totem and Taboo.
Freud mengatakan bahwa ;
● Proyeksi bukanlah secara khusus terwujud untuk
mengadakan pertahanan diri karena individu
yang sedang tidak dalam keadaan konflik pun
dapat juga melakukan proyeksi.

● Proyeksi dari inner perceptions terhadap dunia


luar tersebut adalah suatu mekanisme primitif
yang juga mempengaruhi persepsi kita, dan hal
tersebut merupakan bagian yang paling besar
dalam membentuk dunia luar kita.
● Inner perceptions adalah persepsi masa lalu
yang mempunyai pengaruh besar dalam
membentuk dunia luar.

● Dalam kondisi yang diliputi ketidakpastian , inner


perception yang merupakan proses proses
ideasional (lamunan, bayangan) maupun
emosional, seperti halnya sense perceptions,
diproyeksikan ke luar dan digunakan untuk
membentuk dunia luar dimana hal tersebut
semestinya tetap berada di dunianya sendiri.
Lebih lanjut Freud juga menjelaskan bahwa

● Sesuatu yang diproyeksikan keluar dapat


berubah bentuknya menjadi sesuatu yang lain.
● Bentuk ini yang mengetahui hanya individu itu
sendiri dan sebenarnya bersifat latent yang
dapat muncul kembali bila ada rangsangan yang
dikatakan sebagai ko-eksistensi persepsi dan
memori.
● Bila hal ini digeneralisasi disebut sebagai
eksistensi proses ketidaksadaran jiwa yang
muncul dalam kesadaran.
● Dasar pemikiran tersebut sebenarnya
menjelaskan bahwa ingatan masa lalu
(perception memory) akan mempengaruhi
persepsi yang sekarang (persepsi terhadap
stimulus yang diterima).

● Pada semua tes proyektif prinsipnya adalah


mengungkap persepsi masa lalu. Misalnya
interpretasi dari Thematic Appreception Test
(TAT) sesungguhnya didasarkan pada asumsi
tersebut.
● Dapat dikatakan bahwa persepsi masa lalu akan
mempengaruhi persepsi terhadap stimulus yang
sekarang dan tidak semata-mata untuk maksud
pertahanan diri.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai