Anda di halaman 1dari 69

PPT Dosen

RESEARCH

1. Tujuan penelitian

• Tidak terjebak spekulasi atau sbg pertimbangan untuk bertindak

• Memperluas/menambah dan memodifikasi teori

• Perbaikan kemampuan untuk memprediksi dan memahami perilaku, perasaan dan


fikiran seseorang yang dihadapi oleh psikolog klinis.

2. Dalam psikologi klinis meliputi

• Metode penelitian

• Desain penelitian

• Prinsip umum science

Metode Penelitian

1. Highest Constraint Research

• Metode dan desain dengan kondisi, variabel dan partisipan sangat dipilih
berdasarkan ciri-ciri/ karakteristik yang diinginkan oleh peneliti untuk membatasi
apa yang sedang dipelajari dari kemungkinan faktor yang tidak ingin dipelajari

• Ex: quantitative experimental dan quasi- experimental design

2. Lowest Constraint Research

• Metode dan desain dimana mengobservasi kondisi, variabel dan partisipan dalam
keadaan yang natural

• Ex: observational, correlational, archival

• Dlm psi klinis : The case study

METODE PENELITIAN

1. Observasi
• Pendekatan apapun baik itu pendekatan eksperimental, case study dan naturalistik
pasti melibatkan observasi
Terbagi menjadi
 unsystematic observation
o Observasi yang dilakukan secara kebetulan
o Untuk memastikan hipotesis yang dibangun dapat di tes secara sistematis
 naturalistic observation

o Lebih tersistematis dan teliti dibandingkan unsystematic obs

o Direncanakan dengan matang dan tidak terbatas

o Terbatas pada jumlah individu yang sedikit dan tergantung situasi

o Situasi tidak dapat digeneralisasi

o Ex: mengobservasi perilaku anak di tempat bermain untuk memahami asosiasi


agresi dan pertemanan

 controlled observation

o Untuk menutupi kekurangan metode observasi sebelumnya

o Mengontrol situasi

o Tidak dalam kondisi sebenarnya

o Ex: mengobservasi pola komunikasi antar pasangan. Ditempatkan di dalam


ruangan, observer mengobservasi lewat one way mirror dengan tema yang
sudah ditentukan.

 Case Study

o Melibatkan intensive study klien atau pasien yang sedang dalam treatment

o Deskripsi satu orang  melihat keunikan

o Untuk melihat fenomena klinis

o Sangat bermanfaat untuk:

 Mendeskripsikan fenomena yang jarang atau tidak biasanya, baru, metode


interview yang khusus, memberikan assessment atau treating pasien
 Tidak menegaskan pengetahuan pada umumnya atau penerimaan informasi

 Menghasilkan hipotesi yang dapat di tes

2. Metode Epideminologi
• Yang dipelajari dari metode ini
 Incidence  kasus terbaru yang muncul
 Prevalence  persentase terjadinya
 Distribution
• Penelitian berdasarkan survey atau interview yang sudah memiliki prosedur
• Ex: epidemiologi studi tentang mental disorder di US

3. Metode Korelasional

• Teknik 

1. Korelasi 2 variabel

2. Data hipotesis

3. The pearson product- moment correlation coefficient

• tidak dapat menjawab causal-effect

• Menguji hipotesis causal- effect valid atau tidak

• Penggunaan dikarenakan tidak dapat memanipulasi variabel seperti umur,


jenis kelamin, status pernikahan atau kelahiran

• Third- variable problem

• Faktor analisis  mempertimbangkan faktor lainnya

4. Pendekatan Cross-Sectional VS Longitudinal

CROSS-SECTIONAL

• Mengevaluasi atau membandingkan individu, dalam kelompok umur yang


berbeda di waktu yang bersamaan

• Pendekatan korelasi karena tidak dapat memanipulasi umur atau partisipan


secara bersamaan dalam kelompok yang berbeda
LONGITUDINAL

• Subjek yang sama dalam waktu yang panjang

• Data yang dikumpulkan orang yang sama namun dengan waktu yang panjang

• Dapat mengurangi permasalahan variabel ketiga

• Permasalahan : waktu yang terlalu panjang dan biaya yang besar

5. Metode Eksprerimental

 Untuk mengetahui hubungan cause-effect

 Partisipan  experimental group & control group

 Kedua group harus memiliki variabel yang sama seperti level apa yang ingin
diubah gender, umur, tingkat sosioekoni, dan level2 lainnya

 Experimental hypothesis  independent variable & dependent variable

 Between dan Within- Group Design

 Validity internal  perubahan yang terjadi dalam eksperimen hanyalah dari


stimulus dalam eksperimen itu sendiri, bukan dari faktor di luar eksperimen.

 External validity  hasil dapat digeneralisasi

6. Single- Case Design

 Hampir sama dengan metode eksperimen dan case study

 Single case atau 1 partisipan

 ABAB Design

 Multiple Baseline Design

7. Mixed Design

Penggabungan dua atau lebih metode penelitian seperti teknik eksprerimen


digabung dengan teknik korelasi

Psikologi Klinis
• Bidang psikologi klinis mengintegrasi science, teori dan praktek untuk memahami,
memprediksi dan mengurangi maladjusment, disabilitas dan ketidaknyamanan dan
memperbaiki adaptasi, penyesuaian, dan perkembangan individu.

• Psikologi klinis berfokus pada intelektual, emosional, biologis, psikologis, sosial


dan aspek perilaku dari fungsi manusia sepanjang hidupnya, dalam berbagai
budaya dan semua tingkatan sosial ekonomi

Profesi kesehatan mental yang mirip

 Psikiater  Dokter  Psikolog kesehatan dan


rehabilitasi
 Psikolog Konseling
 Perawat psikiatris
 Psikolog sekolah
 dll
Syarat- syarat

• Mengikuti profesional training

• Lisensi

• Maintain ilmu pengetahuan terbaru

Psikolog Klinis

• Terapi/ Intervensi • Clinical supervision

• Diagnosis/ Assessment  • Research


observasi, testing, interview
• Konsultasi
• Mengajar
• Administrasi
• Setting  private practice, universitas, medical center, dll

• Klien  segala umur dan latar belakang

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KLINIS

• The scientist- Practioner Model (1949)

• The Doctor of Psychology (Psy.D) Degree (1970an)


• Clinical Scientist Model

Regulasi Profesi

• Sertifikasi

• Lisensi

• American Board of Professional Psychology (ABPP)  di indonesia di sebut


HIMPSI

• Registrasi Nasional  No. SIP

Inovasi Teknologi

• TeleHealth

• Ambulatory Assessment

• Computer- Assisted Therapy

Pengaruh Budaya

• Tuntutan psikolog untuk peka terhadap isu budaya dan bias gender

• 3 karakter kompetensi budaya

 Scientific- mindedness  memformulasi dan tes hipotesa perbedaan budaya


klien (tdk menggeneralisasi)

 Dynamic Sizing  tau kapan menggenarilisasi dan personalisasi. Untuk


menghindari steriotipe, namun tetap apresiasi pengaruh budaya

 Culture- spesific expertise  mengetahui budaya dan perspektif, dengan


kelompok budaya mana yang mempengaruhi

STANDAR ETIS

• Kode etik

• Kompetensi sesuai dengan bidang


• Privacy dan confidentiality

• Human relation

The assessement interview (Kelompok 1)


Penilaian dalam psikologi klinis

Penilaian dalam psikologi klinis telah mengalami penurunan selama tahun 1960-an
& 1970-an. Namun pada tahun 1980-an sesuatu yang lain mulai terjadi. Siswa
mulai menunjukkan minat dalam spesialisasi. Yaitu menemukan psikologi forensik,
psikologi anak dan neuropsikologi. Secara umum, psikologi klinis semakin banyak
menggunakan pendekatan berbasis bukti untuk penilaian klinis. Yaitu bukti
menggunakan teori dan pengetahuan tentang bantuan psikologis dalam pemilihan
metode dan ukuran penilaian serta membimbing proses penilaian aktual itu sendiri.

The referral (rujukan)

Dalam beberap kasus, pertanyaan mungkin mustahil untuk dijawab.


Pertanyaan mungkin diulang untuk memasukkan probabilitas sehubungan dengan
situasi tertentu. Jika orangtua ingin anaknya diuji untuk tujuan tunggal menentukan
IQ anak, dokter mungkin memutuskan bahwa memberikan informasi seperti itu lebih
berbahaya daripada baik. Jadi sebelum menerima rujukan dalam contoh semacam ini,
psikologi klinis akan disarnkan untuk mendiskusikan masalah dengan orangtua.

Apa yang mempengaruhi psikolog menangani pertanyaan rujukan?

Jenis informasi yang dicari sering dipengaruhi oleh komitmen teori klinis.
Seorang psikolog psikodinamik mungkin lebih cenderung bertanya tentang
pengalaman masa kanak-kanak dibandingkan dengan seorang psikolog perilaku.
Dalam kasus lain, informasi yang diperoleh mungkin serupa, tetapi dokter akan
membuat kesimpulan yang berbeda dari itu. Untuk beberapa data riwayat, kasus
dokter penting karena mereka membantu klien mengembangkan hierarki kegelisahan
untuk orang lain dalam menkonfirmasikan hipotesis tentang kebutuhan dan harapan
klien.
Interview

• INTERAKSI

Interaksi wawancara adalah interaksi antara setidaknya dua orang. Masing-masing


berkontribusi pada proses dan mempengaruhi tanggapan dari yang lain. Percakapan
biasa adalah interaksional. Tetapi, pasti wawancara berjalan diluar itu. Wawancara
seperti percakapan melibatkan dua verbal tatap muka. Tetapi wawancara klinis
berakar pada tujuan atau serangkaian tujuan dalam pikiran pewawancara mendekati
interaksi dengan sengaja.

• TES VS INTERVIEW

Wawancara lebih terarah dan terorganisir daripada percakapan. Tetapi kadang-kadang


tidak di formalkan atau di standarisasi daripada tes psikologi. Ciri tes psikologi
adalah pengumpilan data dibawah kondisi standar dengan cara prosedur eksplisit.
Namun, sebagian besar wawancara membutuhkan ketentuan untuk beberapa
fleksibilitas. Jadi karakteristik dari metode ini adalah peluang yang lebih luas yang
disediakan untuk pendekatan individual yang akan efektif dalam memperoleh data
dari orang atau pasien tertentu.

• SENI WAWANCARA

Wawancara sering dianggap sebagai seni. Kecuali dalam wawancara formal yang
paling terstruktur. Ada tingkat kebebasan untuk melatih keterampilan dan kepandaian
seseorang yang umumnya tidak ada dalam prosedur penilaian lainnya. Keputusan
untuk kapan harus menyelidiki, kapan harus diam, atau kapan harus tidak langsung
dan halus keterampilan pewawancara. Dengan pengalaman, seseorang belajar untuk
menanggapi isyarat yang diwawancarai dengan cara yang semakin lebih sensitif yang
akhirnya berfungsidalam melayani tujuan wawancara.

Interviewing essential and techniques

• The physical arrangements

Privasi: Klien harus yakin bahwa komentar tidak bersifat publik

Dekorasi kantor bisa mengalihkan perhatian.

• Note-taking and recording


1. Tetaplah memperhatikan klien

2. Catat poin penting secara singkat

3. Hindari menyela/memotong pembicaraan klien walaupun punya ide yang


bagus

4. Jika memiliki izin, sebaiknya di rekam/merekam

Rapport

• Definisi dan fungsi:

Raport adalah kata yang sering digunakan untuk menandai hubungan antara pasien
dan psikolog. Dimana agar terciptanya hubungan yang positif, nyaman dan keduanya
harus saling mengerti.

• Charachteristics:

a. Memahami dan menghormati klien,

b. Hindari pra-penilaian.

Communication

• Beginning a session

• Language

• The use of question

→ Terbuka, fasilitatif, mengklarifikasi, menghadapi, langsung

• Silence

→ Diam di sini mengandung banyak arti. Hindari hal-hal yang negative atau
paksaan.

• Listening

• Gratification of self

→ Harus tetap fokus pada klien, harus merespon klien walaupun ditanya
dengan pertanyaan yang tidak terlalu penting
• The impact of the clinician

• The clinician’s value and background

• The patient’s frame of reference

→ Clinician harus memahami perspektif klien

• The clinician’s frame of reference:

→ Dapatkan dan tinjau informasi latar belakang

→ Identifikasi dengan jelas tujuan wawancara

→ Selesaikan dengan beberapa penutupan untuk klien

Varieties of interviews

Intake interview

• Dirancang untuk mengendalikan klien dengan kondisi klinis; menilai apakah


proses tersebut memnuhi kebutuhan klien atau tidak.

• Fokus pada: keinginan-keinginan klien, motivasi untuk mengikuti treatment,


harapan terhadap klinik dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses
klinis berlangsung. Semuanya dilakukan dengan sikap melayani klien.

• Klien diberi penjelasan tentang prosedur klinis, biaya, jadwal dan berbagai hal
yang berfungsi untuk memberi kejelasan kepada klien untuk melakukan
kontak selanjutnya.

• Biasanya dilakukan oleh pekerja social

Case history interview

Tujuan:

• Mendapatkan informasi tentang perjalanan hidup baik pribaadi atau sosial,


masa kanak-kanak, orangtua, kehidupan keluarga, riwayat pendidikan, riwayat
pekerjaan, hubungan dengan lawan jenis, kehidupan social, pernikahan, dll
• Dengan mengetahui riwayat hidup klien dapat dilihat tentang struktur dan
fungsi kepribadiannya. Juga pemahaman tentang situasi kehidupan, stress dan
kenyataan hidupnya.

Menggunakan mental-status examination

Meliputi:

a. Proses pikir dan intelektual

b. Gangguan persepsi

c. Atensi dan orientasi

d. Ekspresi emosi

e. Insight dan konsep diri

f. Perilaku dan penampilan

The crisis interview

• Semakin banyak, psikolog telah berfungsi dalam pengaturan baru, termasuk


klinik dan hotline telepon yang mengkhususkan pada saran atau kenyamanan
penyalahguna narkoba, kepada orang tua yang takut menyalahgunakan anak-anak
mereka, atau orang-orang yang hanya sepi. banyak "peraturan" biasa untuk
mewawancarai atau kategorisasi wawancara yang biasa kabur dalam kasus ini.
Namun, prinsip dasarnya tetap ada.

• Jelas, tujuan dari wawancara krisis adalah untuk memenuhi masalah saat terjadi
dan memberikan sumber daya yang mapan. Tujuan mereka adalah untuk
menangkis potensi bencana dan untuk mendorong pemanggil untuk menjalin
hubungan dengan klinik atau membuat rujukan sehingga solusi jangka panjang
dapat diselesaikan, wawancara semacam itu memerlukan pelatihan, kepekaan,
dan penilaian. mengajukan pertanyaan yang salah dalam wawancara riwayat
kasus mungkin hanya menghasilkan sepotong informasi yang keliru. Namun,
pemanggil yang ditanyai pertanyaan salah di telepon bisa menutup telepon.
Karena layanan sinis mulai melampaui batas-batas klinik konvensional, ada
kemungkinan mereka akan terdilusi karena harus beroperasi dalam situasi yang
menawarkan kesempatan untuk kontrol yang lebih rendah. namun masalah
tersebut tampaknya sebanding dengan kesempatan untuk melakukan intervensi
selama krisis nyata.

The diagnostic interview

Secara historis, mereka menggunakan wawancara klinis — wawancara tidak


terstruktur bentuk bebas yang isinya sangat bervariasi dari klinisi ke klinisi. Metode
wawancara ini sering menghasilkan penilaian yang tidak dapat diandalkan karena dua
dokter yang mengevaluasi pasien yang sama dapat formulasi diagnostik yang
berbeda. Para peneliti telah mengembangkan wawancara diagnostik terstrutur yang
dapat digunakan oleh para psikolog klinis dalam penelitian atau pekerjaan klinis
mereka. Wawancara diagnostik terstruktur terdiri dari seperangkat pertanyaan standar
dan tindak lanjut yang ditanyakan dalam urutan tertentu. Penggunaan wawancara
diagnostik terstruktur memastikan bahwa semua pasien atau subjek ditanya
pertanyaan yang sama. Beberapa wawancara diagnostik terstruktur tersedia bagi para
psikolog klinis untuk membantu mengevaluasi baik orang dewasa maupun remaja.
Penelitian sebelumnya terhadap pasien yang telah menjalani wawancara terstruktur
menunjukkan bahwa pasien rata-rata sangat puas dengan wawancara, hampir semua
pasien menilai hubungan mereka dengan pewawancara sebagai positif, dan hanya
sebagian kecil merasa “ditanya” setelah prosedur. jika digunakan secara rutin,
wawancara ini dapat membantu kita sampai pada diagnosis yang valid dan dapat
diandalkan yang dapat menginformasikan perawatan dan intervensi.

Reliability

• Interer atau interjudge reliability

Index dari tingkat kesepakatan antara dua atau lebih rater atau judge terhadap level
sifat atau ciri yang hadir atau tidak dalam suatu karakteristik atau diagnosa.

(Statistical index: Pearson’s r Interclass correlation Kappa)

• Test-retest reliability

Index dari konsistensi pada skor interview sepanjang waktu

(Statistical index: Pearson’s r Interclass correlation)


Validity

 Content Validity, tingkat dari item-item dalam interview mengukur dengan baik
aspek yang bervariasi dalam variabel dan konstruksi.

 Predictive Validity, tingkat dari skor interview yang dapat memprediksi


(berkolrelasi dengan) perilaku atau skor tes yang diobservasi atau didapat dalam
poin yang sama di waktu lain.

 Concurrent Validity, jangkauan skor interview yang berkorelasi saling berelasi,


perangkat skor tes atau interview atau perilaku.

 Construct Validity, jangkauan skor interview yang berkorelasi dengan


pengukuran atau perilaku dalam cara logis dan teoritis konsisten.

Assessment Intelligence (kelompok 2)


Sejarah psikologi klinis berkaitan erat dengan penilaian kecerdasan, tanpa
keberhasilan dalam hal ini mungkin tidak ada bidang psikologi klinis. Beberapa tahun
berlalu, ahli klinis menjadi semakin tertarik pada aspek lain dari profesi, seperti
terapis. Tes kecerdasan mengalami peningkatan dan tetap menjadi dominan dalam
penilaian psikolog klinis.

Intelligence Testing : Yesterday and Today

• Beberapa perkembangan sejarah penting di separuh abad ke - 19 sangat


mempengaruhi langkah-langkah intelligensi.

• Pertama, wajib belajar di Amerika Serikat dan negara lain menghasilkan siswa
yang sangat beragam. Banyak siswa berasal dari keluarga “tidak berpendidikan”
atau keluarga yang tidak berbahasa Inggris. Akibatnya, kegagalan tingkat di
sekolah meningkat secara dramatis. Untuk melestarikan sumber daya, ada tekanan
untuk mengidentifikasi mereka yang paling cenderung berhasil di sekolah.

• Kedua, para ilmuwan psikologis percaya, dan akhirnya menunjukkan bahwa


kemampuan mental itu bisa diukur. Meskipun upaya awal difokuskan terutama
pada langkah-langkah ketajaman sensorik dan waktu reaksi.

• Alfred Binet dan rekan kerja samanya, Theodore Simon, menjadi pemimpin dalam
gerakan pengujian kecerdasan ketika mereka menyusun Tes Binet-Simon, untuk
mengidentifikasi perbedaan individu dalam fungsi mental. Tujuan awal Binet
adalah untuk mengembangkan metode objektif untuk mengidentifikasi mereka
yang benar-benar kurang dalam kemampuan akademik (dibandingkan dengan
mereka dengan masalah perilaku). Dengan minat dalam mengukur kinerja
intelektual dan dengan pertumbuhan wajib belajar yang berkelanjutan di Eropa dan
Amerika Utara, tes kecerdasan menjadi tertanam kuat.

The Concept of Intelligence

Tinjauan Singkat Reliabilitas dan Validitas

1. Reliabilitas, mengacu pada konsistensi dengan individu yang mana menanggapi


rangsangan tes. Ada beberapa cara mengevaluasi reliabilitas.

• Test-retest reliability

• Equivalent forms reliability

• Split-half reliability

• Intereter or interjudge realibility

2. Validitas, mengacu pada sejauh mana teknik penilaian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Seperti reabilitas, ada beberapa bentuk validitas, yaitu :

• Content validity

• Predictive validity

• Concurrent validity

• Construct validity

Definitions of Intelligence

• Intelligensi adalah kapasitas agregat atau global dari individu untuk bertindak
dengan sengaja, untuk berpikir rasional, dan untuk menangani secara efektif
dengannya lingkungan Hidup. (Wechsler, 1939, hlm. 3)

• Sebagai sebuah konsep, kecerdasan mengacu pada keseluruhan kelas perilaku


kognitif yang mencerminkan suatu kemampuan individu untuk memecahkan
masalah wawasan, untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, untuk berpikir
secara abstrak, dan mendapat keuntungan dari pengalamannya. (Robinson &
Robinson, 1965, hal 15)
• Intelligensi adalah kemampuan mental yang sangat umum, antara lain, melibatkan
kemampuan untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir secara
abstrak, memahami ide-ide kompleks, belajar dengan cepat dan belajar dari
pengalaman

• Intelligensi didefinisikan dalam hal kemampuan untukmencapai kesuksesan dalam


hidup dalam hal pribadi seseorang standar, dalam konteks sosio-budaya seseorang.
(Sternberg, 2003, hal. 141)

Theories of Intelligence

1. Factor Analytic Approaches

2. Cattell’s Theory

3. Guilford’s Theories

The Intelligence Quotient (IQ)

IQ merupakan ukuran kemampuan intelektuas, analisis, logika, dan rasio seseorang.


IQ adalah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan
sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir,
penggunaan bahasa dan lainnya.

• Rasio IQ

• Deviasi IQ

• Korelasi IQ

• Keberhasilan sekolah

• Status pekerjaan dan sukses

THE CLINICAL ASSESSMENT OF INTELLIGENCE

1. The stanford of Binet

1986, SB-5 didasarkan pada model kecerdasan hierarkis. Secara khusus, Edisi Lima
Stanford-Binet (SB-5) menilai lima faktor kognitif umum, dan masing-masing faktor
oleh kegiatan subtest verbal dan non-verbal:
• Fluid reasoning

• Quantitative reasoning

• Visual-spatial processing

• Working memory

• Knowledge

2.The Wechsler Scales

The WAIS-IV

yang dikenal sebagai Skala Kecerdasan Wechsler Dewasa (WAIS), pertama kali
muncul pada tahun 1955. Edisi revisi (WAIS-R) diterbitkan pada tahun 1981. The
Wechsler Adult Intelligence Scale Edisi Ketiga (WAIS-III), adalah diperkenalkan
pada tahun 1997, dan versi terbaru, WAIS-IV, diterbitkan pada tahun 2008

• Berikut ini deskripsi singkat dari subtes 15WAISIV:

• Vocabulary (Verbal Comprehension)

• Similarities (Verbal Comprehension)

• Arithmetic (Working Memory)

• Digit Span (Working Memory)

• Information (Verbal Comprehension)

• Comprehension (Verbal Comprehension, supplemental subtest)

• Letter-Number Sequencing (Working Memory, supplemental subtest)

• Picture Completion (Perceptual Reasoning, supplemental subtest

• Coding (Processing Speed)

• Block Design (Perceptual Reasoning)

• Matrix Reasoning (Perceptual Reasoning)

• Symbol Search (Processing Speed)


• Visual Puzzles (Perceptual Reasoning)

• Figure Weights (Perceptual Reasoning, supplemental subtest)

• Cancellation (Processing Speed, supplemental subtest)

WISC-IV

Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak-Anak (WISC) pertama kali dikembangkan


pada tahun 1949, direvisi pada tahun 1974 (WISC-R), dan sekali lagi pada tahun
1991 (WISC-III; Wechsler, 1991). Versi terbaru, Skala Kecerdasan Wechsler untuk
Anak-Anak anak-anak usia 6 hingga 16 tahun.

WISC-IV memiliki struktur hirarkis di mana masing-masing subtes mendefinisikan


empat indeks utama yang terdiri dari :

1. The Verbal Comprehension Index (VCI)

2. The Perceptual Reasoning Index (PRI)

3. The Working Memory Index (WMI)

4. The Processing Speed Index (PSI)

The WPPSI-III

Sebuah tes kecerdasan (intellegence) yang dirancang untuk anak usia 2 tahun 6 bulan
sampai 7 tahun 3 bulan, yang diciptakan oleh David Wechsler. Tes ini juga
menyediakan subtes dan gabungan skor dalam mewakili fungsi kecerdasan dalam
bahasa dan daerah asal kognitif yang ditunjukkan. Sebaik penyediaan sebuah
gabungan skor dan mewakili kemampuan umum kecerdasan seorang anak.

The Clinical use of Intelligence Tests

• Estimasi Tingkat Intelektual Umum

Penggunaan tes kecerdasan yang paling jelas adalah sebagai sarana untuk mencapai
perkiraan tingkat intelektual umum pasien. Seringkali, tujuannya adalah penentuan
seberapa banyak kecerdasan umum (g) yang dimiliki seseorang. Seringkali,
pertanyaan tersebut dinyatakan sedikit berbeda.

• Prediksi Kesuksesan Akademik

Ada data yang menunjukkan hubungan antara skor tes kecerdasan dan keberhasilan
sekolah. Sejauh kecerdasan itu secara logis mencerminkan kemampuan untuk bekerja
dengan baik di sekolah, kita dibenarkan dalam mengharapkan tes kecerdasan untuk
memprediksi keberhasilan sekolah. Tidak semua orang akan menyamakan kecerdasan
dengan kecakapan skolastik, tetapi kenyataannya tetap bahwa fungsi utama tes
kecerdasan adalah memprediksi kinerja sekolah. Namun, kita harus ingat bahwa
kecerdasan dan kesuksesan akademis tidak identik secara konseptual

• The Appraisal of Style

Yang terpenting bukan hanya apakah klien berhasil atau gagal pada item tes tertentu
tetapi juga bagaimana keberhasilan atau kegagalan itu terjadi. Salah satu nilai utama
tes kecerdasan individu adalah bahwa mereka mengizinkan kita untuk mengamati
klien atau pasien di tempat kerja. Observasi semacam itu dapat sangat membantu kita
dalam menafsirkan suatu IQ.

Personality Assesment (kelompok 3)


Personality Assesment

Selama bertahun-tahun pengujian psikologis telah mengalami situasi yang


buruk. Banyak akademisi berpendapat bahwa pengujian secara umum dan pengujian
proyektif pada khususnya tidak valid kecuali untuk MMPI-2, mereka mengatakan test
objektif sudah ketinggalan zaman. Mereka tidak mencerminkan dunianya nyata dari
praktik klinis. Hasil dari survey dokter memperkuat kesimpulan bahwa test proyektif,
skala wechsler, dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 terus menjadi
sangat populer dan banyak dokter yang bergantung pada test psikologis.

Tujuan Objektif

Banyak test objektif menggunakan format respons benar/salah atau iya/tidak;


yang lain menyediakan skala dimensi (misalnya, 0 sangat tidak setuju; 1 tidak setuju;
2 netral; 3 setuju; 4 sangat setuju)
Keuntungan Test Objektif Kepribadian

1. Ekonomis

2. Penilaian dan administrasi relatif sederhana dan objektif

Kekurangan Test Objektif Kepribadian

1. Skor yang sama pada ukuran mungkin memiliki beberapa interpretasi


alternatif

2. Melibatkan makna transparan dari beberapa pertanyaaan inventaris

3. Kemampuan membaca yang terbatas menyebabkan mereka salah menafsirkan


pertanyaan untuk menjawab pertanyaan secara acak

Metode Konstruksi untuk Test Objektif

1. Validasi konten

2. Kriteria kunci empiris

3. Analisis faktor

4. Bangun pendekatan validitas

MMPI dan MMPI-2

Ketika Hathaway & McKinley mengembangkan MMPI tujuan dasarnya


adalah untuk mengindentifikasi diagnosis psikiatri dari individu. Item dikumpulkan
dari tes kepribadian yang dipublikasikan sebelumnya dari sejarah kasus dan dari
pengalaman klinis. Kumpulan item ini diberikan kepada individu non-klinis dan
pasien psikiatri.

Untuk restandarisasi semua 550 item dipertahankan, tetapi 82 item ditulis


ulang. Makna asli dipertahankan tetapi bahasanya dibuat lebih kontemporer. Setelah
penyesuaian versi final dari MMPI-2 sekarang termasuk 567 dari kumpulan lebih
besar dari 704 item. Namun hanya 370 item pertama dalam buku uji yang dikelola
hanya validitas tradisional dan skala klinis yang menarik.
Skala Validitas

Masalah potensial dengan persediaan laporan diri termasuk MMPI-2 adalah


kerentanan mereka terhadap distorsi melalui berbagai tes yang mengambil sikap atau
rangkain respons. Untuk membantu mendeteksi berpura-pura sakit set respons lain
atau sikap pengambilan tes, dan tidak peduli atau salah paham, MMPI-2 terus
menggabungkan 4 skala validitas rasional yang dimasukkan dalam MMPI asli.

1. Tanda tanya (tidak dapat mengatakan) skala. Ini adalah jumlah item yang
tidak terjawab

2. F (frekuensi) skala. Ke 60 item ini secara selektif menjawab dalam arah yang
dicetak oleh kelompok standarisasi. Skor F yang tinggi dapat menunjukkan
set respons yang menyimpang, perilaku yang menyimpang, atau hipotesis lain
tentang karateristik atau perilaku tes tambahan

3. Skala L (lie). Ini termasuk 15 item yang endorsementnya menempatkan


responden dalam cahaya yang sangat positif

4. Skala K (pertahanan diri). 30 item ini menunjukkan sikap defensif dalam


mengakui masalah-masalah tertentu

5. Fb (Back-page infrequency) scale. 40 item ini terjadi didekat akhir MMPI-2


jarang didukung

6. VRIN (variable response inconsistency) scale. Ini terjadi dari 67 pasang


dengan baik

Short Forms

Berbagai bentuk pendek MMPI telah muncul. Skala ini biasanya


mempersingkat MMPI menjadi kurang dari 550 item. Sedangkan, untuk MMPI-2
banyak yang berlanjut mempertanyankan penggunaaan bentuk-bentuk singkat. Secara
umum, bentuk-bentuk pendek test psikologis apapun yang mungkin jarang
dikembangkan dan jika iya, harus tunduk pada standar reliabilitas validitas yang
cukup ketat sebagai ukuran yang berdiri sendiri.

Interpratasi Melalui Pola: Analisis Profil

Skala asli dikembangkan untuk memprediksi kategorisasi psikiatri,


penggunaan awal MMPI bergantung pada interpretasi sederhana berdasar pada skor
skala tinggi. Artinya jika skala Sc skornya meningkat secara signifikan menunjukkan
diagnosis skizofrenia. Namun, pengalaman klinis dengan cepat mengajarkan bahwa
pembagian interpretasi seperti itu adalah penyederhanaan berlebihan.

Interpretasi Melalui Konten

Perubahan besar dan perbaikan dalam penggunaan kilinis MMPI dan MMPI-2
telah bergeser jauh dari diagnosis psikiatri diferensial berdasarkan evaluasi skor
tunggal untuk analisis profil yang lebih canggih dari skor skala yang dipertimbangkan
sebagai ukuran dari ciri-ciri kepribadian. Untuk MMPI-2 berbagai skala konten telah
dikembangkan.

Skala Tambahan

Selain skala validitas standar, skala klinis dan skala konten, kumpulan objek
MMPI-2 telah digunakan untuk mengembangkan berbagai skala lainnya. Bertahun-
tahun yang lalu Dahlstrom, Welsh mencatat 450 timbangan tambahan MMPI. Untuk
MMPI-2 timbangan tambahan telah dikembangkan sejauh ini. Beberapa contoh
adalah kecemasan, represi, kekuatan ego, dominasi dan tanggung jawab sosial.

Reliabilitas dan Validitas

Banyak dari publikasi MMPI telah mengevaluasi reliabilitas dan validitas skor
MMPI-2. mengenai keandalan, skor skala klinis MMPI-2 telah dievaluasi dalam hal
konsistensi internal serta keandalan tes-tes ulang yang reliabilitas. Skor skala klinis
MMPI-2 menunjukkan reliabilitas test-test yang baik dari waktu ke waktu. Profil
MMPI-2 atau pola peningkat skor juga muncul untuk menunjukkan validitas dalam
mengidentifikasi suasana karateristik, kognisi, perilaku yang menghasilkan jenis
kode. Validitas tambahan didukung jika skor skala memberikan informasi tentang
perilaku seseorang.

Seleksi Personalia dan Bias

Kurangnya kepercayaan dalam institusi sosial kita dan kekhawatiran minoritas


telah tercermin dalam kritik dalam test. Misalnya, MMPI-2 telah sering dipuji karena
pendekatan kunci kriteria empirisnya, yang bekerja dengan baik bagi mereka yang
memahaminya. Test yang berisi item yang menanyakan tentang keyakinan agama,
orientasi politik atau orientasi seksual telah dikuasai pelanggaran privasi, dan
pengadilan telah memutuskan bahwa pelamar untuk pekerjaan hanya dapat disaring
untuk cacat mental sekali tawaran kerjaan awal yang telah dibuat. Perbedaan yang
signifikan antara skor rata-rata untuk kelompok orang dan dirinys sendiri,
menunjukkan bias tes.

Kekhawatiran tentang MMPI-2

Alasan yang mendorong revisi MMPI pada pokoknya patut dipuji. Meskipun
beberapa dokter gugup tentang revisi MMPI-2, beberapa kekhawatiran ini telah
berkurang karena psikologi klinis menjadi lebih akrab dengan revisi. Disini adalah
contoh keluhan dan reservasi yang telah disuarakan tentang MMPI-2.

1. Sampel normatif. Hanya 5% dari responden normatif MMPI-2 memiliki


kurang dari pendidikan perguruan tinggi dan 45% dari responden normal
dalam sampel adalah perguruan tinggi.

2. Kriteria untuk memasukkan responden normal membingungkan

3. Beberapa responden yang diberikan kedua versi tes menunjukkan masalah


psikologis pada satu versi tapi tidak pada yang lain.

4. Skor umumnya lebih rendah pada MMPI-2 dibandingkan dengan MMPI

5. Validitas skala konten baru tidak jelas

6. Tidak jelas bagaimana skor MMPI-2 dapat diandalkan dalam jangka waktu
yang lama

7. Konsistensi internal dari beberapa skala MMPI-2 cukup rendah

8. Masih ada banyak item yang tumpang tindah yang membuat hasil studi sulit
ditafsirkan

The Revised NEO-PI-R Description

Deskripsi inventaris NEO Personality yang di revisi (NEO-PI-R) adalah


ukuran self report fitur kepribadian yang terdiri dari model kepribadian berpengaruh
yang dikenal sebagai model lima faktor atau FFM. FFM telah berkembang selama
empat dekade terakhir dan memiliki akar dalam tradisi leksikal dan tradisi analitik
faktor dalam penelitian kepribadian. NEO-PI-R, lima faktor atau domain adalah
Neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness dan
conscientiousness. Individu menilai masing-masing 240 pernyataan pada skala lima
poin (sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju). Costa & McCrae
yakin bahwa ada lebih banyak kesepakatan diantara berbagai model kepribadian yang
bersaing mengenai dimensi orde tinggi. Meraka mengidentifikasi sifat-sifat itu atau
segi-segi, yang terdiri dari masing-masing dimensi utama.

NEO-PI-R menilai kelima domain dari FFM dan mencakup skala aspek untuk
masing-masing. NEO-PI-R dikembangkan menggunakan strategi konstruksi uji
rasional-empiris yang menekankan validitas konstruk. Setiap ciri kepribadian yang
akan dimasukkan di identifikasi, ditentukan dan kemudian di analisis sehingga item
yang mengukur berbagai aspek sifat dapat dihasilkan. Selain itu, analisis faktor
dilakukan untuk memastikan bahwa item yang dimuat pada faktor masing-masing.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi bias persetujuan potensial (atau tidak tahu) yang
dapat menimbulkan masalah bagi inventaris dimana semua atau sebagian besar

Norms
Norma dewasa didasarkan pada total 500 pria dan 500 wanita diambil dari beberapa
sampel masyarakat. Yang normatif sampel sangat dekat dengan biro sensus A.S
proyeksi tahun 1995 dalam distribusi usia dan kelompok rasial. NEO-PI-R hadir
untuk data normatif mahasiswa .

Keandalan dan Stabilitas


skor NEO-PI-R menunjukkan tingkat konsistensi yang sangat baik dan uji ulang
reliabilitas. Koefisien konsiten internal mulai dari 86 hingga 92 untuk skala domain
dan dari 0,56 – 0,81 untuk segi skala.

Struktur Faktor
Secara umum, analisi faktor memiliki lima struktur faktor yang dihipotesiskan dari
NEO-PI-R.

Validity
NEO-PI-R menyajikan berbagai bukti yang membuktikan kevaliditas skor instrumen.
Skor domain dan aspek dari NEO-PI-R telah terbukti berhubungan dengan cara yang
dapat diprediksi skor karakter kepribadian dari berbagai kepribadian ukuran, laporan
rekan, dan daftar periksa kata sifat.barang dimasukkan ke arah yang sama.
Aplikasi Klinis
Meskipun NEO-PI-R dikembangkan dari model kepribadian “normal”, peneliti mulai
menilai instrumen ini dalam kegunaan sampel klinis.

Formulir Alterantive
Bentuk singkat 60 item dari NEO-PI-R yang dikenal sebagai NEO-Five Factor
Inventory ( NEO-FFI). Versi lain dari NEO-PI-R, dikenal sebagai Form R, digunakan
untuk pengamat peringkat. Skor Form R dapat digunakan untuk memvalidasi atau
menambah skor laporan diri.

Keterbatasan dari NEO-PI-R


Beberapa penulis telah menyarankan batasan NEO-PI-R di penilaian klinis. Pertama,
NEO-PI-R telah dikeritik karena kurangnya relative item validitas. Berbeda dengan
MMPI-2 dan lainnya pengukuran self report, NEO-PI-R tidak mencurahkan sejumlah
item tes untuk menilai respon yang dapat mempengaruhi interpretasi skor yang
diperoleh. Kedua, penggunaan NEO-PI-R bertujuan untuk diagnostik klinis yang
tetap harus di demonstrasikan. Ketiga, terlalu sedikit penilaian yang telah digunakan
NEO-PI-R dalam perawatan perencanaan untuk menjamin penggunaan rutin dari
ukuran ini dalam pengaturan klinis saat ini.

Test Proyektif

Tes proyektif memiliki sejarah yang panjang. William Shakespeare menulis


tentang projektif kualitas awan, dan William Stern menggunakan awan sebagai
rangsangan uji sebelum Rorschach dan noda tinta. Francis Galton menyarankan kata-
asosiasi metode, dan Kraepelin. Binet dan Henri bereksperimen dengan gambar
sebagai perangkat proyektif. Alfred Adler meminta pasien ingatan pertama mereka
yang juga sejenis pendekatan proyektif. Namun, dorongan nyata untuk teknik
proyektif dapat ditelusuri ke Klasik Herman Rorschach, dimana ia menggambarkan
penggunaanya dari inkblots sebagai metode diagnosis deferensial psikopatologi. Pada
tahun 1935 Morgan dan Murray memperkenalkan Apersepsi Tematic Test (TAT) dan
pada 1938 Murray dengan hati-hati menggambarkan proses proyeksi.

Sifat Test Proyektif

Untuk beberapa orang, definisi tes proyektif berada dalam pengertian


Freudian mengenai sifat id, ego, superego. Teknik proyektif secara keseluruhan
cenderung memiliki karakteristik pembeda (Rotter 1954):
1. Tidak menanggapi stimulus ambigu

2. Bahan stimulus tidak terstruktur

3. Metode tidak langsung.

4. Ada kebebasan untuk merespon

5. Interpretasi tanggapan berhubungan dengan lebih banyak variabel

Pengukuran dan Standarisasi

Standarisasi

Standarisasi akan memfasilitasi komunikasi dan juga akan berfungsi sebagai


pemeriksaan terhadap bias dan interpretatif dari beberapa dokter. Ada banyak
interaksi variabel yang menstandarisasi pendekatan interpretatif yang akan
menghancurkan sifat holistik tes proyektif.

Keandalan

Penentuan reliabilitas ternyata tidak sederhana. Misalnya, terlalu banyak


mengharapkan seseorang individu untuk menghasilkan kata demi kata, persis seperti
TAT yang sama pada dua yang berbeda kesempatan. Reliabilitas tes-tes ulang
mungkin dipengaruhi oleh perubahan psikologis pada individu, terutama ketika
berhadapan dengan populasi pasien.

Keabsahan

Karena proyektif telah digunakan untuk sedemikian banyak tujuan, ada sedikit
gunanya dalam mengajukan pertanyaan umum seperti; apakah TAT valid? Apakah
Rorschach tes kepribadian yang baik?

The Rorschach

Meskipun asal usul Rorschach di Eropa, pengembangan dan elaborasi


selanjutnya terjadi di Amerika Serikat. Kekecewaan dengan obyektif inventaris
mungkin memfasilitasi perkembangan ini. Namun, kenaikan umum psikodinamik,
psikoanalitik dan emigrasi banyak pengikutnya dari Eropa ke Amerika Serikat pada
1930-an. Untuk menunjukkan keandalan dan validitas adalah fakta bahwa ada
beberapa test Rorschach umum yang berbeda pendekatan.
Deskripsi

Rorschach terdiri dari 10 kartu yang dicetak noda tinta yang simetris dari
kanan ke kiri. Lima dari 10 kartu berwarna hitam dan putih (dengan nuansa abu-abu)
dan lima lainnya berwarna.

Administrasi

Ada berbagai teknik untuk mengelola Rorschach. Psikolog menyerahkan


kartu pertama pada pasien dan berkata “katakan apa yang kamu lihat” tidak ada
jawaban yang benar atau salah. Psikolog mencatat lamanya waktu pasien untuk
membuat tanggapan pertama pada setiap kartu serta total waktu yang dihabiskan
untuk masing-masing kartu.

Beberapa pasien menghasilkan banyak respon per kartu, dan yang lainnya
menghasilkan respon yang sangat sedikit. Psikolog juga mencatat posisi kartu sebagai
respon masing-masing yang diberikan (sisi kanan keatas, kebawah, atau kesamping).
Setelah fase ini, psikolog akan pindah apa yang disebut penyelidikan. Disini, pasien
mengingatkan semua tanggapan sebelumnya satu persatu dan yang mendorong setiap
tanggapan. Pasien juga diminta untuk menunjukkan setiap kartu yang tepat dari
berbagai tanggapan. Ini adalah ketika pasien mungkin menguraikan atau
mengklarisifikasi tanggapan.

Scoring
meskipun teknik Rorschach bervariasi, sebagian besar menggunakan tiga determinan
pertama. Lokasi mengacu pada area kartu dimana pasien menanggapi seluruh noda,
detail besar,dtail kecil, ruang putih dan sebagainya. Konten mengacu pada sifat objek
yang dilihat (binatang, seseorang, batu karang, kabut, pakaian dan lain-lain). Penentu
merujuk pada aspek-aspek dari kartu yang mendorong respon pasien.

Skor aktual dari Rorschach melibatkan hal-hal seperti komplikasi jumlah determinan,
menghitung persentase mereka berdasarkan jumlah total tanggapan dan menghitung
rasio dari satu set tanggapan ke set yang lain.

Keandalan & Validitas

Klinis yang berorientasi pada penelitian psikolog telah mempertanyakan


keandalan Skor Rorschach selama bertahun-tahun (Wood et al., 2003). Sebagai kami
sebutkan sebelumnya,pada tingkat yang paling dasar, orang harus yakin bahwa
tanggapan Rorschach dapat dinilai secara andal di kalangan penilai. JikaTanggapan
Rorschach tidak dapat dinilai oleh penilai yang berbeda menggunakan sistem
penilaian yang sama, kemudian sulit untuk membayangkan bahwa instrumen akan
memiliki banyak kegunaan dalam situasi prediksi klinis.

Rorschach bukan tes, karena memang demikian tidak menguji apa pun. Tes
dimaksudkan untuk mengukur apakah sesuatu hadir atau tidak dan dalam beberapa
jumlah . Tetapi Rorschach yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai tes
kepribadian, kita tidak mengukur apakah orang memiliki kepribadian atau berapa
banyak kepribadian yang mereka miliki. Beberapa implikasi mengikuti. Weiner
berpendapat bahwa data yang dihasilkan dari metode Rorschach dapat ditafsirkan
dari berbagai teoritis . Data ini menunjukkan bagaimana responden biasanya
menyelesaikan masalah atau membuat keputusan ( proses penataan kognitif ) serta
makna yang ditugaskan untuk persepsi ini ( proses asosiasi ). Data yang dihasilkan
oleh "metode“ Rorschach adalah masih diperlukan sebelum penggunaan rutin dalam
pengaturan klinis dapat diadvokasi.

Test Apersepsi Tematik

The Thematic Apperception Test (TAT) diperkenalkan oleh Morgan dan


Murray pada 1935. Ini dimaksudkan untuk mengungkapkan karakteristik kepribadian
dasar pasien melalui interpretasi produksi imajinatif mereka dalam serangkaian
gambar. Meskipun ujiannya dirancang untuk mengungkap konflik, sikap, tujuan, dan
material yang ditekankan. Material itu adalah gabungan dari pengaruh situasional,
stereotip budaya.

Kebanyakan dokter menggunakan TAT sebagai metode menyimpulkan


kebutuhan psikologis (untuk pencapaian, afiliasi , ketergantungan, kekuasaan, jenis
kelamin, dll.) dan mengungkapkan bagaimana pasien berinteraksi dengan lingkungan.
Berbeda dengan Rorschach, TAT digunakan untuk menyimpulkan isi kepribadian dan
mode interaksi sosial. Dengan TAT, dokter cenderung membuat penilaian tertentu,
seperti sebagai "Pasien ini bermusuhan terhadap figur otoritas, namun mencari kasih
sayang dan persetujuan mereka. ”TAT kurang baik digunakan untuk menilai tingkat
ketidakmampuan menyesuaikan diri daripada mengungkapkan masalah, sifat
kebutuhan, atau kualitas interpersonal hubungan .

Deskripsi

Ada 31 kartu TAT (satu adalah kartu kosong ) kebanyakan menggambarkan


orang dalam berbagai situasi, tetapi beberapa hanya berisi objek. Beberapa dikatakan
agar berguna untuk anak laki-laki,dan beberapa untuk anak perempuan, dan beberapa
untuk kedua jenis kelamin. Murray menyarankan bahwa 20 dari 31 kartu dipilih
untuk diberikan sebagai ujian, TAT tampaknya tidak terstruktur seperti Rorschach.
Namun, meskipun angka-angka dalam gambar terlihat jelas, tidak selalu siapa
tokohnya, apa yang mereka lakukan atau apa yang mereka pikirkan.

The Roberts Apperception Test termasuk kartu dengan gambar animasi orang
dewasa dan anak-anak. Kartu-kartu ini biasanya tidak menggambarkan gender dalam
suatu mode, dan sering menggambar dengan jelas aktivitas tertentu (misalnya,
konflik) Anak-anak. Apperception Test sangat mirip dengan Roberts Apperception
Test, namun semua kartu menggambarkan hewan yang terlibat dalam aktivitas
antropomorfik. Sejak anak-anak sering menikmaticerita, dan sering diminta untuk
membuat cerita berdasarkan gambar tugas di sekolah , tes ini biasanya dinikmati oleh
pemuda.

Scoring

Banyak teknik pemberian skor diusulkan selama bertahun-tahun ( Exner ,


1983; Lilienfeld , Kayu, & Garb, 2000; Shneidman , 1965). Kelihatannya bahwa
kebanyakan dokter memilih menggunakansistem hanya untuk tujuan penelitian.

Ada banyak sekali variasi dalam instruksi, metode administrasi, jumlah kartu
yang digunakan, dan jenis penilaian sistem (jika ada). Masalah metodologis yang
sama muncul ketika mempelajari keandalan. Misalnya, kepribadian perubahan dapat
menyimpulkan tentang ujian (tes ulang reliabilitas), atau mungkin ada ketidakpastian
tentang bentuk yang setara ketika mencoba untuk menilai keandalan bentuk alternatif.

KORELASI ILUSTRASI

 Little dan Shneidman (1959) menemukan bahwa dokter terkemuka dilakukan


hanya sedikit lebih baik dari kesempatan dalam membuat pernyataan yang valid
tentang pasien atas dasar tanggapan tes mereka. Chapman dan Chapman (1969)
percaya bahwa salah satu alasan untuk kinerja yang buruk ini terletak pada
kecenderungan untuk bergantung pada korelasi ilusi antara respon tes dan
kepribadian. karakteristik Chapman dan Chapman menemukan bahwa dalam
kasus Rorschach, dokter cenderung berfokus pada respon tes yang memiliki nilai
asosiatif tinggi dengan homo seksualitas laki-laki. tapi mereka cepat keliru
menganggap mereka memiliki bukti keberadaan kecenderungan homoseksual.

SECARA VALIDITAS DAN KEGUNAANNYA


validitas tambahan langkah-langkah psikologis populer (Garb, 2003) mengungkapkan
hal-hal berikut:

1. Beberapa studi menawarkan dukungan sementara untuk validitas tambahan


dari skala MMPI-2 terpilih diprediksi gangguan kepribadian dan agresi dan di
diferensiasi antara pasien depresi dan pasien penyalahgunaan zat.

2. Skor NEO-PI-R telah ditunjukkan untuk disediakan dalam penilaian gangguan


kepribadian, respon ibu untuk bayi, dan kekerasan.

3. Studi mendukung validitas tambahan langkah-langkah Rorschach gangguan


pikiran, fitur psikosis, sedangkan ada sedikit dukungan untuk validitas
tambahan dari skor Rorschach lainnya.

4. Validitas tambahan dari TAT atau proyektif gambar belum diteliti secara
memadai.

5. Ada beberapa dukungan untuk inkremental validitas dari Kalimat


Penyelesaian Test.

PENGGUNAAN DAN PENYALAH GUNAAN PENGUJIAN

American Psychological Association (2002) mengharuskan psikolog hanya


menggunakan teknik atau prosedur yang terletak dalam kompetensi mereka. Standar-
standar etika, pertumbuhan sertifikasi negara dan perizinan, papan dan sertifikasi
profesional kompetensiyang ditawarkan oleh American Board of Professional
Psychology semua menggabungkan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
kepentingan publik akan dilindungi. Data normatif dan instruksi untuk administrasi
dan scoring harus termasuk dalam setiap uji manual.

Pertanyaan Privasi
Kebanyakan orang berasumsi bahwa mereka memiliki hak untuk mengungkapkan
sesedikit atau sebanyak yang mereka suka tentang sikap, perasaan, ketakutan, atau
aspirasi. Tentu saja, peserta ujian tidak bisa selalu menilai dengan pasti apakah
respon yang diberikan diinginkan. Tapi apa pun sifat tes, individu memiliki hak untuk
penjelasan lengkap tentang tujuan dan penggunaan yang hasilnya akan dimasukkan.
Pertanyaan Kerahasiaan
Proliferasifasilitas pengolahan komputer dan data bank elektronik membuatnya
sangat mudah bagi satu instansi pemerintah untuk mendapatkan akses catatan pribadi
yang berada di file dari instansi lain atau perusahaan. Jika “kesucian” dari ruang
terapi kurang dari tak tergoyahkan, dapat dipastikan bahwa personel catatan, catatan
sekolah, dantes lainnya repositori bahkan lebih rentan.

Pertanyaan Diskriminasi
Dalam psikologi, serangan telah berpusat pada cara di mana tes diskriminasi terhadap
minoritas. Misalnya, standarisasi asli dari Stanford-Binet mengandung sampel Afrika
Amerika. Sejak itu, banyak tes telah diterbitkan yang upaya untuk memasukkan rasial
berisi sampel telah dipertanyakan. Hal ini sering menuduh bahwa kebanyakan
psikologi tes benar-benar dirancang untuk kelas menengah populasi dan bahwa
kelompok-kelompok lainnya sedang diuji dengan perangkat yang tidak pantas untuk
mereka. Kadang-kadang kurangnya anggota kelompok minoritas dari paparan tes dan
situasi tes mungkin menjadi sumber utama dari masalah.

Uji Bias

Penting untuk diingat bahwa perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pada
tesuntuk kelompok yang berbeda tidak dalam dan dari diri mereka sendiri
menunjukkan bias yang tes atau diskriminasi. Sebaliknya, tes bias atau diskriminasi
adalah masalah validitas. Artinya, jika dapat menunjukkan bahwa validitas tes
(misalnya, dalam memprediksi karakteristik kriteria atau kinerja) bervariasi secara
signifikan di seluruh kelompok. Dengan kata lain, tes bias sejauh bahwa hal itu
memprediksi lebih akurat untuk satu kelompok daripada kelompok lain.

Komputer Berbasis Penilaian

Komputer telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mencetak gol tes dan untuk
menghasilkan profil psikologis. Sekarang mereka juga digunakan untuk mengelola
dan menafsirkan tanggapan wawancara klinis, tes IQ, persediaan laporan diri, dan
bahkan tes proyektif. Namun, penting untuk diingat bahwa sistem komputer dapat
dengan mudah disalahgunakan, baik oleh mereka yang kurang terlatih atau oleh
mereka yang memberkati komputer dengan kecerdasan yang melampaui kualitas dan
utilitas informasi diprogram ke dalam mereka
Sedikit penelitian telah menunjukkan bahwa berbasis Internet dibandingkan tes
psikologi tradisional memiliki kualitas psikometri yang sama

 Penilaian online juga dapat dikenakan faktor pembaur seperti kurangnya


kontrol atas situasi pengujian, gangguan, atau masalah teknis.

Penggunaan tes interpretasi berbasis komputer (CBTIs) juga merupakan isu


kontroversial (misalnya, Snyder,2000). CBTIs diminta sekali tes responden skor
dimasukkan ke dalam paket perangkat lunak. Meskipun CBTIs memiliki keuntungan
menghasilkan temuan interpretatif cepat, meminimalkan subjektivitas dalam memilih
interpretasi skor, dan mengakses database besar dan pengolahan berpotensi pola skor
kompleks, ada sejumlah keterbatasan juga (Snyder, 2000).

Butcher (1990, 1995) telah menguraikan tujuh langkah dalam memberikan MMPI-2
umpan balik kepada klien .yaitu:
1. Memberikan informasi sejarah tentang MMPI-2.
2. Jelaskan secara singkat bagaimana MMPI-2 skala dikembangkan serta luasnya
literatur empiris pada MMPI / MMPI-2.
3. Jelaskan secara singkat timbangan validitas dan apa yang mereka menunjukkan
tentang pendekatan klien untuk pengujian.
4. Jelaskan hipotesis klinis yang telah dihasilkan berdasarkan profil MMPI-2,
meniarap ini dalam hal bagaimana klien disajikan sendirilah dan bagaimana dia atau
dia melihat masalah (jika ada) pada saat ini.
5. Diskusikan peningkatan yang signifikan pada konten timbangan karena apa item
ini mengukur secara intuitif jelas.
6. Undang klien untuk bertanya tentang skor dan mengklarifikasi masalah yang
membingungkan.
7. Diskusikan bagaimana klien merasa hasil tes fit atau tidak cocok dia atau
pengalamannya. (diadaptasi dari Butcher, 1995b, hal. 82)

BEHAVIOURAL ASSESSMENT (kelompok 4)

Behavioral assessment adalah Pendekatan yang berfokus pada interaksi antara situasi
dan perilaku dengan tujuan mempengaruhi perubahan perilaku. Pada dasarnya
kepribadian adalah sistem konstruk yang sangat memengaruhi perilaku. Sistem
konstruknya adalah neurotisisme, introversi, paranoia, atau resiliensi, pandangan ini
berkaitan dengan karakteristik pribadi yang relatif stabil yang memengaruhi perilaku.
Terapis dan ahli perilaku melihat kepribadian lebih ke kecenderungan perilaku dalam
situasi tertentu (Yoman, 2008).

The Behavioural Tradition

 Sample Versus Sign

Pengukuran didasarkan pada sampel perilaku dan situasi yang diinginkan oleh
klinisi.

Sign hanya merupakan respon sementara mengenai adanya insight & evaluasi
dari kemampuan individu.

 Functional Analysis

Merupakan penilaian perilaku dari B. F. Skinner (1953). Analisis yang tepat


terbuat dari stimulus yang menghasilkan perilaku dan konsekuensi yang
menyertainya.

Model konseptualisasi masalah klinis disebut dengan SORC Model (Kanfer &
Philips, 1970) :

S : stimulus yang menghasilkan perilaku bermasalah

O : variabel organismik yang terkait dengan perilaku


bermasalah

R : Respon pada perilaku yang bermasalah

C : Konsekuensi dari perilaku yang bermasalah

Klinisi perilaku menggunakan konseptualisasi di atas untuk memberikan pedoman


dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan perilaku yang bermasalah dan
treatment yang akan diberikan.

Behavioural Assessment as an Ongoing Process

Ini adalah proses berkelanjutan yang terjadi sebelum, selama, dan setelah perawatan.

Penting karena menginformasikan pemilihan awal strategi pengobatan, menyediakan


sarana umpan balik mengenai keberhasilan strategi pengobatan yang digunakan,
memungkinkan evaluasi setelah pengobatan selesai, dan memberitahukan faktor yang
dapat menyebabkan perilaku bermasalah muncul kembali.

Behavioural Interviews

Yoman (2008) menyatakan bahwa langkah pertama yang penting dalam analisis
fungsional adalah menetapkan "hasil akhir" dari perubahan perilaku yang diinginkan.
Dengan behavioral interview, Terapis akan menanyakan kepada klien tentang hasil
yang diharapkan dan terapis juga dapat menentukan treatment yang akan diberikan.

Tujuan dasar dari behavioral interviews adalah untuk mengidentifikasi perilaku yang
bemasalah secara spesifik, faktor situasional yang menyebabkan perilaku yang
bermasalah, dan konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku yang bermasalah.

Observation Methods

1. Naturalistic Observation

Observasi subjek pada situasi atau lingkungan yang sebenarnya. untuk menentukan
frekuensi, kekuatan, dan meresapi perilaku yang bermasalah atau faktor-faktor yang
memeliharanya, klinisi perilaku menganjurkan pengamatan langsung.

Contoh tempat untuk naturalistic observation: Rumah, Sekolah, Rumah sakit, dan
Institusi tempat terapi.

2. Controlled Observation

disebut juga sebagai analogue behavioral observation (Haynes, 2001). Terkadang


jenis perilaku tertentu yang klinisi inginkan sering tidak muncul secara alami. Di
controlled observation, Lingkungan "dirancang" sedemikian rupa sehingga observer
akan mengamati perilaku atau interaksi yang ditargetkan.

Jenis controlled observation :

a. Controlled Performance Techniques

Situasi yang dibuat-buat memungkinkan seseorang untuk mengamati perilaku dalam


kondisi yang memberikan potensi untuk kontrol dan standarisasi.

b. Self-Monitoring
Subjek mengobservasi dan merekam, perilaku, pikiran dan emosi mereka sendiri.
Data tersebut sangat berguna dalam memberi tahu baik klinisi maupun klien seberapa
sering perilaku tersebut terjadi.

Variabel yang mempengaruhi reliabilitas dari observasi :

1. Complexity of Target Behavior

2. Training Observers

Variabel yang mempengaruhi validitas dari observasi :

1. Content validity

Skema pengamatan perilaku harus termasuk perilaku yang dianggap penting untuk
penelitian atau tujuan klinis. biasanya, penyidik atau klinisi yang mengembangkan
sistem juga menentukan apakah sistem menunjukkan validitas isi atau tidak.

2. Concurrent validity

Cara lain untuk mendekati validitas pengamatan adalah dengan menanyakan apakah
rating pengamatan seseorang sesuai dengan apa yang orang lain amati dalam rentang
waktu yang sama.

3. Construct validity

Sistem pengamatan biasanya berasal dari beberapa kerangka teoritis implisit atau
eksplisit.

4. Mechanics of Rating

Sangat penting agar satu unit analisis ditetapkan (Tryon, 1998). Satu unit analisis
adalah lama waktu pengamatan yang akan dibuat, bersama dengan jenis dan jumlah
tanggapan yang harus dipertimbangkan.

5. Observer Error

pengamat harus dipantau dari waktu ke waktu untuk memastikan keakuratan laporan
mereka.

6. Reactivity
pasien atau peserta studi kadang-kadang bereaksi terhadap fakta bahwa mereka
diamati dengan mengubah cara mereka berperilaku. Bagaimanapun, reaktivitas dapat
sangat menghambat validitas pengamatan karena membuat perilaku yang diamati
tidak mewakili apa yang biasanya terjadi.

7. Ecological Validity

pertanyaan dasarnya adalah apakah dokter benar-benar mendapatkan sampel perilaku


yang representatif.

Saran untuk Meningkatkan Reabilitas dan Validitas Pengamatan

5. Tentukan perilaku target yang relevan dan komprehensif.

6. Dalam menentukan perilaku ini, berlaku banyak kemungkinan dari kerangka


teoritis eksplisit yang akan membantu menentukan perilaku yang menarik.

7. Mempekerjakan pengamat terlatih yang keandalannya telah ditetapkan dan


yang dikenal secara objektif, standar format yang obyektif untuk digunakan.

8. Pastikan bahwa format pengamatan secara ketat ditentukan.

9. Sadar dengan sumber-sumber kesalahan potensial dalam pengamatan sebagai


bias dan fluktuasi konsentrasi.

10. Pertimbangkan kemungkinan reaktivitas pada bagian yang diamati dan


pengaruh umum kesadaran yang mereka amati.

11. Berikan pertimbangan yang hati-hati untuk isu tentang seberapa representatif
pengamatan sebenarnya dan seberapa banyak yang dapat digeneralisasikan
dari mereka ke perilaku di keadaan lainnya.

Metode Role Playing

Role-playing atau behavioral rehearsal (Goldfried & Davison, 1994) dapat


digunakan sebagai sarana pelatihan pola respons baru. Klinisi yang berorientasi pada
perilaku tertarik dengan teknik role-playing karena sederhana, efisien untuk melihat
keterampilan berperilaku dan kekurangan klien. Namun, kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa keterampilan perilaku yang dikembangkan di ruang terapi
dipraktekkan secara konsisten di dunia nyata.
Inventories and Checklist

Klinisi perilaku telah menggunakan berbagai teknik untuk mengidentifikasi perilaku,


tanggapan emosional dan persepsi lingkungan. Tes yang digunakan oleh terapis
perilaku lebih berorientasi pada penilaian defisit perilaku spesifik, ketidaksesuaian
perilaku, dan aset perilaku.

Cognitive Behavioural Assessment

kognisi dan perilaku menjadi subjek studi intensif karena mereka berhubungan
dengan perkembangan situasi patologis, penyebab, dan perubahan di dalamnya.
Kognitif klien dan apa yang dipikirkannya menjadi peran penting di perilaku.

Kekuatan dan Kelemahan dari Behavioural Assessment

Kekuatan :

- Penggunaan metode evaluasi yang lebih sistematis dan tepat di bidang


penilaian perilaku.

- Munculnya pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders


(DSM), berupa klasifikasi penggolongan kesehatan jiwa.

Kelemahan :

- Teknik dinilai tidak praktis dalam pengukuran dengan melihat perilaku.

- Metode naturalistic observation, serta metode pengukuran psikofisiologis,


cukup intensif dan mahal.

PSYCHOTHERAPY : THE PSYCHODYNAMIC PERSPECTIVE (Kelompok


5)

• Pendekatan psikodinamik pada terapi berfokus pada motif tidak sadar


(unconscious) dan konflik dalam mencari akar perilaku

• Kata dan frasa seperti ego, tidak sadar, keinginan kematian, Oedipal, dan slip
Freudian telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari kita

Psychoanalisis: Awal

Pada 1885, Freud diberikan hadiah untuk belajar di Paris dengan Jean Charcot yang
terkenal. Charcot terkenal karena pekerjaannya dengan histeria. Hysteria kemudian
dipandang sebagai gangguan "perempuan" yang paling sering ditandai dengan
kelumpuhan, kebutaan, dan ketulian. Gejala-gejala ini menyarankan dasar neurologis,
namun tidak ada penyebab organik yang dapat ditemukan.

Freud sangat terkesan dengan pekerjaan Charcot dan, sekembalinya ke Wina,


menjelaskannya kepada teman-teman dokternya. Banyak yang cukup skeptis tentang
manfaat hipnosis, tetapi Freud tetap mulai menggunakannya dalam praktik
neurologisnya.

Kasus Anna O.

Beberapa tahun sebelumnya, Freud telah terpesona oleh karya Josef Breuer dengan
seorang pasien muda dengan "histeria" yang dibernama Anna O

Dia menyajikan banyak gejala histeris klasik, yang tampaknya dipicu oleh kematian
ayahnya. Breuer telah memperlakukannya dengan menggunakan hipnosis, dan selama
satu trance, dia menceritakan kepadanya tentang munculnya salah satu gejalanya.

Pandangan Freudian: Tinjauan Singkat

Asumsi utama teori Freudian, determinisme psikis, menyatakan bahwa semua yang
kita lakukan memiliki makna dan tujuan dan diarahkan pada tujuan. Pandangan
seperti itu memungkinkan psikoanalis untuk memanfaatkan sejumlah besar data
dalam mencari akar dari perilaku dan masalah pasien. (Perilaku duniawi, perilaku
aneh, mimpi, dan kesalahan kata semuanya memiliki makna)

Untuk memperhitungkan banyak aspek perilaku manusia, Freud juga mengasumsikan


keberadaan motivasi tidak sadar.

Penyebab penting perilaku terganggu adalah ketidak sadaran. Oleh karena itu, tujuan
terapi adalah untuk membuat kesadaran bawah sadar.

1. Naluri/ Insting

Energi yang membuat fungsi mesin manusia disediakan oleh dua set insting:
naluri kehidupan (Eros) dan naluri kematian (Thanatos). Naluri kehidupan adalah
dasar untuk semua aspek perilaku positif dan konstruktif; mereka termasuk
dorongan tubuh seperti seks, kelaparan, dan haus serta komponen kreatif budaya
seperti seni, musik, dan sastra. Tetapi semua kegiatan ini dapat melayani tujuan
yang merusak juga.

Dalam semua peristiwa, untuk memahami penjelasan utama untuk semua perilaku
adalah insting, meskipun naluri yang dia ajukan tidak dapat diamati, tidak dapat
diukur, dan sering kali tampak lebih mampu menjelaskan peristiwa setelah
peristiwa itu terjadi daripada sebelumnya.

2. Struktur Kepribadian

Psikoanalisis memandang kepribadian sebagai terdiri dari tiga struktur dasar: id,
ego, dan superego.
 Id : . Id mewakili bagian yang dalam, tidak dapat diakses dari kepribadian. Id
tidak memiliki perdagangan dengan dunia luar (realitas psikis sejati). Di
dalam id, ada dorongan instinktual, dengan keinginan mereka untuk kepuasan
segera. Idnya tanpa nilai, etika, atau logika. Tujuan utama ego adalah untuk
mencapai kepuasan yang tak terhindarkan dari dorongan yang asalnya berada
dalam proses somatik.
 Ego : Ego adalah eksekutif dari kepribadian. Ini adalah sistem yang teratur
dan rasional yang menggunakan persepsi, pembelajaran, ingatan, dan
sebagainya dalam melayani kebutuhan akan kepuasan. Itu muncul dari
ketidakmampuan id dalam melayani dan melestarikan organisme. Peran ego
adalah untuk memediasi tuntutan id, superego, dan dunia nyata dengan cara
yang akan memberikan kepuasan kepada organisme dan pada saat yang sama
mencegahnya dihancurkan oleh dunia nyata.
 Superego : Superego berkembang dari ego selama masa kanak-kanak, yang
timbul secara khusus dari penyelesaian kompleks Oedipus (daya tarik seksual
anak kepada orang tua dari lawan jenis). Ini merepresentasikan cita-cita dan
nilai-nilai masyarakat saat orangtua sampaikan kepada anak melalui kata-kata
dan perbuatan orang tua. Cita-cita dan nilai-nilai ini juga disampaikan melalui
hadiah dan hukuman. Perilaku yang dihukum biasanya dimasukkan ke dalam
hati nurani individu, sedangkan perilaku yang dihargai umumnya menjadi
bagian dari ego ideal.
3. Tahapan Psikoseksual

Tahap-tahap tersebut dibagi menjadi:

1. Tahap oral
2. Tahap anal
3. Tahap phallic
4. Tahap latensi
5. Tahap genital
Freud percaya bahwa semua orang mewujudkan pembentukan karakter
tertentu, yang mungkin tidak selalu sangat neurotik tetapi tetap mewakili
pengabadian impuls kekanak-kanakan asli, baik sebagai sublimasi dari impuls
atau sebagai formasi reaksi terhadap mereka.

4. Kecemasan

Keadaan yang memunculkan pembentukan ego, dan kemudian superego,


menghasilkan kecemasan pengalaman afektif yang menyakitkan. Respon yang
berlebihan dari hati, paru-paru, dan organ-organ internal lainnya dirasakan dan
dialami sebagai kecemasan.

Ada tiga kelas kecemasan umum:

1. kecemasan realitas, yang didasarkan pada bahaya nyata dari dunia luar.

2. kecemasan neurotik bermula dari rasa takut bahwa impuls satu orang akan
dinyatakan tidak terkendali dan dengan demikian menyebabkan masalah dari
lingkungan

3. kecemasan moral muncul dari rasa takut bahwa seseorang tidak akan mengikuti
standar hati nurani.

5. Pertahanan Ego

• Pertahanan ego atau biasa disebut mekanisme pertahanan ini beroperasi


secara aktif dan tidak sadar. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila
penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku
maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut
terpengaruhi. Berikut jenis-jenis mekanisme pertahanan:
1. Represi mekanisme pertahanan paling dasar, ego melindungi dirinya dengan
merepresi atau menekan dorongan id yang tidak dikehendaki dengan cara
memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar.
2. Fiksasi terjadi ketika rasa frustrasi dan kecemasan dari tahap psikoseksual
selanjutnya begitu besar sehingga individu tetap pada tingkat perkembangan
psikoseksual yang telah ia alami sebelumnya.
3. Regresi kegagalan dalam menghadapi tahapan sekarang dan melibatkan
tahapan sebelumnya
4. Reaction formation dikatakan efektif terjadi ketika impuls tidak sadar
diekspresikan oleh lawan tingkah lakunya.
5. Proyeksi terungkap ketika perasaan tidak sadar seseorang tertuju pada dirinya
sendiri tetapi pada orang lain.

Dari Teori ke Praktik

Dalam karyanya dengan Elisabeth, Freud juga menunjukkan resistensi kengganan


untuk mendiskusikan, mengingat, atau untuk memikirkan peristiwa yang sangat
mengganggu atau mengancam. Dia memandang ini sebagai semacam pertahanan,
tetapi kemudian dia juga menganalisanya sebagai represi atau menghalau paksa dari
pikiran atau impuls ke alam bawah sadar.

Peran Wawasan

Wawasan berarti pemahaman dari faktor-faktor yang tidak disadari dari perasaan,
pikiran, atau perilaku irasional yang menghasilkan penderitaan pribadi seseorang.
Arti dari wawasan ini kemudian dibawa ke dalam kesadaran pasien melalui proses
kerja yang mengacu pada pemeriksaan yang cermat dan berulang tentang bagaimana
konflik dan pertahanan seseorang telah beroperasi di berbagai bidang kehidupan.

Teknik Psikoterapi Psikodinamis

Asosiasi Bebas

• Asosiasi bebas berarti bahwa pasien dapat mengatakan segalanya dan apa pun
yang muncul dalam pikiran terlepas dari betapa tidak relevan, membosankan,
atau memuakkan. Di satu sisi, asosiasi bebas tidak benar-benar "bebas" sama
sekali. Mereka adalah kekuatan yang tidak sadar yang mengekang arah
asosiasi seseorang. Seringkali, tetapi tidak selalu asosiasi ini mengarah pada
kenangan dan masalah masa kanak-kanak. Ingatan-ingatan tentang
pengalaman lama yang terlupakan itu memberi petunjuk kepada para analis
mengenai struktur kepribadian dan perkembangannya.
Analisis Mimpi

• Mimpi dianggap dapat mengungkapkan sifat ketidaksadaran karena mereka


dianggap sangat sarat dengan keinginan tidak sadar, meskipun dalam bentuk
simbolis. Masalah lain adalah pasien sering mendistorsi konten manifes
mimpi saat mereka menceritakannya kembali selama sesi analitik. Bagi
banyak analis, mimpi tidak memberikan petunjuk akhir yang tak terhindarkan
terhadap dinamika pasien, sebaliknya itu adalah petunjuk yang membantu
analis mengemukakan hipotesis yang dapat divalidasi atau disanggah dengan
informasi lebih lanjut.

Psikopatologi Kehidupan Sehari-hari

 Metode lain yang penting untuk mendapatkan akses ke alam bawah sadar
diilustrasikan oleh Freud tentang bagaimana (1901/1960) analisis sensitif dari
"psikopatologi kehidupan sehari-hari." Dalam pandangan Freudian, semuanya
ditentukan; tidak ada kecelakaan. Tergelincirnya lidah dan janji yang
terlupakan itu tidak sederhana.
 Asosiasi ini, ditambah dengan interpretasi terapis, dapat membantu
memberikan pasien dengan wawasan tambahan

Perlawanan

 Selama menjalani psikoterapi, pasien akan berusaha untuk menangkal upaya-


upaya untuk menghilangkan metode-metode neurotik untuk menyelesaikan
masalah. Pertahanan yang khas ini, yang sebelumnya disebut resistensi.
Pasien biasanya enggan menyerah atas perilaku yang telah berhasil, meskipun
perilaku ini dapat menyebabkan kesulitan besar. Kesulitan itu, pada
kenyataannya, mendorong para pasien untuk membantu dirinya.
 Perlawanan digunakan untuk menggambarkan tindakan atau perilaku klien
apa pun yang mencegah insight atau mencegah membawa materi tidak sadar
ke dalam materi sadar.
 Bentuk perlawanan lain adalah kecenderungan untuk menghilangkan
informasi tertentu.

Pengalihan

 Fenomena dalam terapi psikoanalitik adalah transferensi atau pengalihan.


Sampai tingkat tertentu, transferensi berlaku dalam sebagian besar bentuk
individual psikoterapi verbal. Konflik dan masalah yang berasal dari masa
kanak-kanak dipulihkan di ruang terapi. Ini tidak hanya memberikan petunjuk
penting tentang sifat masalah pasien, tetapi juga kesempatan bagi terapis
untuk menafsirkan pengalihan dalam situasi yang mendesak dan penting.

Interpretasi

 Dari perspektif psikoanalis, interpretasi adalah metode dimana makna pikiran


dan perilaku yang tidak disadari terungkap. Namun, dalam arti yang lebih
luas, interpretasi adalah proses di mana pasien dapat didorong untuk melihat
pikiran, perilaku, perasaan, atau harapan dengan cara yang berbeda.

Alternatif Psikoanalitik

 Teori psikoanalitik mengalami banyak hal modifikasi oleh neo-Freudian,


Alfred Adler,Carl Jung, Otto Rank, analis ego, dan lainnya. Kontribusi mani
dari Freud tetap ada, tetapi penekanannya sering berubah. Jung membuat
banyak lebih banyak mimpi dan proses simbolis. Rank tinggikan trauma
kelahiran ke posisi yang unggul. Adler dan neo-Freudian menekankan
pentingnya budaya, pembelajaran, dan hubungan social bukan kekuatan
insting. Variasi semacam itu diharapkan akan memengaruhi metode terapi.

Analisa Ego

 Hartmann (1939), Anna Freud (1946), Kris (1950), Erikson (1956), dan
Rapaport (1953). Kelompok ahli teori ini menerima peran ego dalam
menengahi konflik antara id dan dunia nyata, tetapi percaya bahwa ego juga
melakukan fungsi-fungsi yang sangat penting lainynya. Mereka menekankan
fungsi ego yang “bebas konflik”, termasuk memori, pembelajaran, dan
persepsi.
 Pendekatan ego analitik juga cenderung menekankan pentingnya membangun
kepercayaan pasien melalui “reparenting” di hubungan terapi. Pendekatan ini
kadang-kadang bahkan memandang transferensi sebagai animpediment
terhadap terapi dan bekerja untuk membangun pertahanan adaptif pada pasien
(Blanck & Blanck, 1974).

Perkembangan Lain

 Secara khusus, karya Horney, Sullivan, dan Adler adalah penting dalam
memberikan spin baru untuk psikoanalisis. Seperti bijaksana, psikologi ego
dan teori hubungan objek telah mendorong penekanan pada cara di mana
pasien berhubungan dengan orang lain daripada pada konflik antar kekuatan
naluri, serta otonomi dan ketergantungan, dalam pengembangan diri.
 Diskusi perubahan dalam terapi psikoanalitik menekankan pergeseran fokus
terapeutik ke "di sini dan sekarang" dan ke pertukaran interpersonal yang
terjadi di dalamnya (W. P. Henry, Strupp, Schacht, & Gaston, 1994).

Psikoterapi Psikodinamika Kontemporer

 Selama bertahun-tahun, perubahan yang cukup telah dilakukan dalam


psikoanalisis tradisional bahwa mereka yang tidak lagi mempraktekkan teknik
Freudian yang ketat sering dikatakan berlatih terapi "psikoanalitis
berorientasi" atau psikoterapi psikodinamik (Shelder, 2010).
 Penting untuk dicatat bahwa ada keragaman besar dalam teknik pengobatan
dalam pendekatan ini (Gibbons et al., 2008).

Psikoterapi Interpersonal: Perawatan yang Didukung Secara Empiris

 Psikoterapi interpersonal (IPT) (Klerman, Weissman, Rounsaville, &


Chevron, 1984) adalah pendekatan singkat, berwawasan yang telah diterapkan
terutama untuk gangguan depresi, meskipun telah dimodifikasi untuk
digunakan dalam pengobatan lainnya (misalnya, ketergantungan zat, bulimia).
 IPT telah terbukti efektif dalam mengobati episode depresif akut dan dalam
mencegah atau menunda kekambuhan episode depresi (Weissman &
Markowitz, 1994).

Ringkasan Evaluasi Psikoterapi Psikodinamik

 Meninjau evaluasi empiris yang tersedia dan menawarkan beberapa


pengamatan umum tentang praktik-praktik psikoterapi yang melacak asal-
usul dengan metode psikoanalitik yang diinformasikan oleh American
Psichological association’s society of clinical psychology.

Apakah Psikodinamik Pekerjaan Psikoterapi?

• Bukti apa yang menunjukan bahwa pendekatan psikodinamik itu manjur atau
efektif ? Dukungan untuk kemanjuran dan efektivitas psikoterapi
psikodinamik dengan anak-anak dan remaja tidak menjanjikan. Beberapa
penelitian telah diterbitkan yang menunjukan efek yang signifikan dari
pendekatan psikodinamik terhadap terapi untuk sebagian besar diagnosis pada
remaja (Chorpita et al., 2011).

• Mereka menemukan bahwa pasien dewasa rata-rata yang telah menerima


psikoterapi psikodinamik berfungsi lebih baik daripada 75% dari mereka yang
tidak menerima pengobatan. Dua meta analisis penelitian yang meneliti
afektivitas psikoterapi psikodinamik singkat telah menghasilkan hasil yang
bertentangan, dengan mendukung keefektifan perawatan psikodinamik singkat
(Christ-Christoph, 1992) tetapi yang lain tidak (Svatberg & Stiles, 1991).
Akhirnya, dalam tinjauan selektif studi utama selama 40 tahun, McWilliams
dan Weiberger (2003) berpendapat bahwa psikoterapi psikoanalitik dan
psikodinamik dengan orang dewasa telah terbukti berkhasiat dan efektif.

• Mengenai titik terakhir ini, Gibbons et al. (2008) meninjau bukti mengenai
kemanjuran perawatan psikodinamik untuk berbagai gangguan psikologis
dewasa. Berdasarkan tinjauan mereka, yang dianggap dirancang dengan baik
dan dilaksanakan uji coba terkontrol secara acak. Gibbons menyimpulkan
bahwa setidaknya ada dukungan tentatif untuk kemanjuran pengobatan
psikodinamik untuk gangguan depresi mayor, gangguan panik, gangguan
kepribadian ambang, dan penyalahgunaan zat dan ketergantungan.

Interpretasi dan Wawasan

• Mengenai titik terakhir ini, Gibbons et al. (2008) meninjau bukti mengenai
kemanjuran perawatan psikodinamik untuk berbagai gangguan psikologis
dewasa. Berdasarkan tinjauan mereka, yang dianggap dirancang dengan baik
dan dilaksanakan uji coba terkontrol secara acak. Gibbons menyimpulkan
bahwa setidaknya ada dukungan tentatif untuk kemanjuran pengobatan
psikodinamik untuk gangguan depresi mayor, gangguan panik, gangguan
kepribadian ambang, dan penyalahgunaan zat dan ketergantungan.

• Salah satu metode utama yang digunakan oleh dokter psikodinamik untuk
memfasilitasi pemahaman pasien adalah interpretasi transferensi. Tinjauan
studi empiris yang meneliti interpretasi transferensi dalam psikoterapi
psikodinamik (Henry et al., 1994) menawarkan kesimpulan umum berikut:

1. Frekuensi interpretasi yang dibuat tidak terkait dengan hasil yang lebih
baik. Memang, beberapa penelitian telah menemukan bahwa frekuensi
penafsiran yang lebih tinggi terkait dengan hasil yang lebih buruk.
2. Transferensi interpretasi tidak menghasilkan tingkat pengalaman afektif
yang lebih besar pada pasien dibandingkan dengan jenis interpretasi lain atau
jenis intervensi lainnya. Ketika diikuti oleh tanggapan afektif, bagaimanapun,
interpretasi transferensi tampaknya terkait dengan hasil positif.

3. Interpretasi oleh terapis lebih cenderung menghasilkan respons defensif


pada bagian pasien daripada jenis intervensi lainnya. Interpretasi transferensi
yang sering dapat merusak hubungan terapeutik.

4. Akuntabilitas interpretasi dokter mungkin lebih rendah daripada yang


diyakini sebelumnya.

Faktor Kuratif

 Bukti empiris menunjukkan kualitas dan kekuatan aliansi terapeutik (Henry et


al., 1994). Meskipun kualitas aliansi terapeutik terkait dengan hasil
disejumlah modalitas terapi, menarik untuk dicatat bahwa pentingnya
hubungan dokter-pasien diakui oleh Freud (1912/1966). Bukti penelitian juga
menunjukkan hubungan langsung antara aliansi dan hasil, apakah terapi
psikodinamik jangka pendek atau jangka panjang diperiksa dan terlepas dari
ukurang hasil tertentu yang digunakan (Henry et al., 1994)

Kurangnya Penekanan pad Perilaku

 Praktisi stereotypic psikoanalitik psikoterapi memainkan peran yang relatif


pasif kecuali untuk interpretasi. Kegagalan untuk menangani perilaku,
membuat saran, atau mengadopsi postur yang secara umum lebih bersifat
aktivis tampaknya akan memperpanjang psikoterapi yang tidak perlu.
 Tampaknya jelas bahwa alasan utama untuk peningkatan pesat dari terapi
perilaku adalah kegagalan begitu banyak psikoterapis untuk berhadapan
langsung dengan masalah spesifik pasien.

Ekonomi Psikoterapi

 Dengan sifatnya (rekonstruksi kepribadian), psikoanalisis merupakan


prosedur yang panjang dan mahal. Lamanya sekitar 3 hingga 5 tahun dengan
persiapan panjang dan mahal dari para praktisi memastikan bahwa itu akan
menjadi usaha yang mahal. Bahkan pendekatan terapi psikodinamik
kontemporer pun melibatkan 1-2 sesi per minggu selama satu tahun atau
lebih. Konsekuensinya, itu telah menjadi terapi bagi orang kaya — bagi
mereka yang memiliki uang dan waktu untuk mengejar resolusi neurosis
mereka.

PSIKOTERAPI : PERSPEKTIF FENOMENOLOGI DAN HUMANISTIK


EKSISTENSIAL (kelompok 6)

Psikoterapi tradisional menelusuri asal-usulnya ke sudut pandang psikoanalitik yang


menganggap bahwa patologi dan ketidakmampuan untuk mencapai potensi
seseorang, sebagai kegagalan dalam memahami masa lalu. Kegagalan ini pada peran
kekuatan dalam atau konflik intrapsikis. Melalui terapi, seseorang dapat belajar
memahami semua ini, dan wawasan berikutnya akan membebaskan seseorang —
bebas dari kesengsaraan masalah, gejala, dan kegagalan untuk menjalani kehidupan
yang produktif dan bermakna. Selama bertahun-tahun, pandangan ini mendominasi
psikoterapi. Pada awal 1940-an, alternatif serius untuk psikoterapi psikoanalitik mulai
muncul. Sebuah pendekatan yang dikenal sebagai konseling nondirektif — kemudian
menjadi terapi yang berpusat pada klien — mulai terbentuk di bawah bimbingan Carl
Rogers.

Client-Centered Therapy

 Perspektif Carl Rogers hampir kebalikan dari psikoanalisis; namun kedua


sudut pandang itu memiliki beberapa karakteristik. Kedua teori berkembang
dari pertemuan terapeutik dengan orang-orang yang memiliki masalah.
Akibatnya, kedua perspektif itu tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa cara-
cara yang terkait dengan terapi.

Asal-usul

 Carl Rogers adalah seorang psikolog klinis di Rochester, New York, yang
berjuang dengan masalah klinis anak-anak. Seperti kebanyakan terapis
lainnya, Rogers sangat terpapar pada pemikiran psikoanalitik. Setelah
menyelesaikan gelar Ph.D. di Universitas Columbia, dia mulai bekerja di
klinik bimbingan anak di Rochester. Di sana, ia berhubungan dengan terapi
kemauan Otto Rank dan terapi hubungan Jessie Taft.
 Rogers menemukan pandangan-pandangan ini sangat menyenangkan.
Pandangan-pandangan tersebut cocok dengan keyakinan agama dan dengan
keyakinan demokratisnya mengenai sifat hubungan manusia dalam
masyarakat.
The Phenomenological World

 Teori kepribadian Rogers berkembang terutama dari pertemuan terapeutik


dengan pasien dan dari pengertian filosofis tertentu tentang sifat manusia.
Lebih lanjut, terapi yang berpusat pada klien menjembatani dirinya sendiri
dalam teori fenomenologis (Greenberg, Elliott, & Lietaer, 2003; Rogers,
1951).
 Fenomenologi mengajarkan bahwa perilaku sepenuhnya ditentukan oleh
bidang fenomenal orang tersebut. Bidang fenomenal adalah segala sesuatu
yang dialami oleh orang pada suatu titik waktu tertentu. Oleh karena itu,
untuk memahami perilaku orang, seseorang harus tahu sesuatu tentang bidang
fenomenalnya — yaitu, seperti apa dunia ini bagi mereka. Kesulitannya
adalah bahwa seseorang harus membuat kesimpulan mengenai bidang ini dari
perilaku orang tersebut. Kesimpulan itu pada gilirannya dapat digunakan
untuk memprediksi atau memahami perilaku yang dipertanyakan.
 Konsep yang sangat penting dalam teori fenomenologi adalah diri fenomenal
— bagian dari bidang fenomenal yang dialami orang itu sebagai "Aku". Jelas,
ini bukan pengalaman obyektif. Selain itu, teori fenomenologis menyatakan
bahwa dorongan dasar manusia adalah untuk melestarikan dan meningkatkan
diri fenomenal. Dalam arti, harga diri menjadi sumber perilaku.
 Masalah dalam penyesuaian muncul ketika diri fenomenal terancam. Namun,
apa yang menjadi ancaman bagi satu orang belum tentu merupakan ancaman
bagi orang lain. Pada intinya, seseorang akan mengalami ancaman setiap kali
dia merasakan bahwa diri yang fenomenal berada dalam bahaya.

Proposisi Teoritis

Rogers (1951) merumuskan serangkaian proposisi untuk pandangan kepribadian yang


berpusat pada klien. Dia menyatakan bahwa individu ada di dunia pengalaman di
mana mereka adalah pusatnya. Pengalaman ini hanya dapat diketahui oleh orang
tersebut. Oleh karena itu, orang itu adalah sumber informasi terbaik tentang diri.
Pandangan-pandangan ini telah mendorong anggota-anggota gerakan yang berpusat
pada klien untuk sangat bergantung pada laporan-laporan verbal, dan bukan pada
kesimpulan dari uji data atau pengamatan terkait, sebagai sumber informasi utama.

Oleh karena itu, pengetahuan obyektif tentang rangsangan tidak cukup untuk
memprediksi perilaku. Klinisi harus mengetahui sesuatu tentang kesadaran seseorang
terhadap rangsangan tersebut. Psikologi objektivitas ditolak demi dunia pengalaman
seperti yang dilaporkan oleh orang tersebut.

Fitur Inti

Seperti Rogers (1959) katakan, psikoterapi adalah "melepaskan kapasitas yang sudah
ada dalam individu yang berpotensi kompeten, bukan manipulasi ahli dari
kepribadian yang lebih atau kurang pasif". Ini adalah apa yang disebut potensi
pertumbuhan di mana terapis yang berpusat pada klien sangat bergantung. Semua
orang memiliki potensi; Triknya adalah untuk melepaskannya. Dalam terapi yang
berpusat pada klien, memungkinkan kecenderungan aktualisasi diri seseorang untuk
memperoleh peningkatan atas faktor-faktor yang diinternalisasi sebelumnya yang
membatasi penerimaan seseorang terhadap nilai pribadi. Tiga karakteristik terapis
yang mengendapkan semua ini adalah (a) pemahaman empatik yang akurat; (b)
tanggapan positif tanpa syarat; dan (c) keaslian atau kesesuaian.

Proses Terapeutik

Lebih mudah untuk menggambarkan terapi yang berpusat pada klien dalam hal apa
yang tidak terjadi. Ada serangkaian panjang hal hal yang tidak boleh dilakukan oleh
terapis diantaranya memberikan informasi atau saran, menggunakan jaminan atau
persuasi, mengajukan pertanyaan, menawarkan interpretasi, dan membuat kritik.
Memberikan interpretasi dan memberikan saran atau informasi dihindari karena ini
menyiratkan bahwa terapis tahu apa yang terbaik untuk klien.

kegiatan utama terapis adalah mendapat pengakuan dan mengklarifikasi perasaan


yang terkait dengan pernyataan klien. Misalnya, Greenberg dkk. (1994) melaporkan
bahwa sekitar 75% dari semua respon terapis yang berpusat pada klien adalah
"refleksi" dari apa yang dikatakan klien. Dalam proses terapi sesekali terapis akan
menjelaskan peran masing-masing klien dan terapis. Hal ini disebut sebagai struktur,
dan termasuk kedalam elemen penerimaan.

Sesi terapi yang berpusat pada klien biasanya dijadwalkan seminggu sekali. Sesi yang
lebih sering, sesi tambahan, dan panggilan telepon tidak disarankan karena ini dapat
menyebabkan ketergantungan yang akan menghambat rasa pertumbuhan pada klien.
Urutan umum atau proses terapi telah dijelaskan oleh Rogers sebagai melibatkan
serangkaian tujuh tahap yang dialami klien (Meador & Rogers, 1984).

■ Tahap 1: Komunikasi klien biasanya tentang hal-hal di luar dirinya, bukan


tentang dirinya.
■ Tahap 2: Klien mulai mendeskripsikan perasaan-perasaan namun belum
mengenali atau “memiliki” perasaan tersebut secara personal.

■ Tahap 3: Klien mulai membuka dirinya namun masih menganggapnya


sebagai obyek,biasanya diungkapkan dalam bingkai pengalaman masa lalu.

■ Tahap 4: Klien mulai mengalami perasaan-perasaan saat ini, namun masih


terbatas pada deskripsi tentang perasaan-perasaan itu, disertai dengan
ketidakpercayaan dan ketakutan. Klien belum berani mengungkapkan
perasaan-perasaan tersebut secara langsung.

■ Tahap 5: Klien mengalami dan mengungkapkan perasaan-perasaan secara


bebas dalam konteks saat ini. Perasaaan- perasaan senyatanya mulai
“terangkat” ke kesadaran, dan klien mempunyai dambaan untuk
mengalaminya.

■ Tahap 6: Klien menerima perasaan-perasaannya dalam segenap kekayaan dan


dimensi kekiniannya.

■ Tahap 7: Klien mempercayai pengalaman baru dan bergaul dengan orang lain
secara terbuka dan bebas.

Aplikasi Lain

Pendekatan yang berpusat pada klien dikembangkan terutama dalam konteks


psikoterapi konseling, dan ini tetap aplikasi utamanya. Namun, gerakan tersebut dapat
digunakan dalam aplikasi lain juga. Sebagai contoh, orientasi yang berpusat pada
klien sering digunakan dalam pelatihan hubungan manusia.

Beberapa Pernyataan Penutup

Positif

Pendekatan yang berpusat pada klien telah menghasilkan banyak efek yang
bermanfaat. Hal ini memberikan alternatif yang serius terhadap bentuk terapi
psikoanalitik tradisional. Dengan demikian, terapi ini menawarkan fokus alternatif
pada penentuan nasib sendiri dan keterarahan batin daripada pada dorongan biologis
dan naluri seperti pandangan Freudian. Orang yang berubah dan berkembang
menggantikan korban pengalaman masa lalu. Kebebasan memilih digantikan dengan
perilaku yang ditentukan secara otomatis.
Rogers menunjukkan bahwa tidak perlu menggali masa lalu untuk melakukan
psikoterapi. Penekanan ditempatkan pada hubungan antara klien dan terapis, dan
penerapan "teknik" di nomor duakan. Bahkan perkataan klien menunjukkan sesuatu
yang penting. Peran klien yang pasif dalam konteks permintaan dokter untuk otoritas,
digantikan agar klien yang secara aktif berusaha untuk mengalami pilihan,
kesetaraan, dan kebebasan.

Singkatnya, bukti penelitian menunjukkan bahwa terapi yang berpusat pada klien
cukup berkhasiat, tetapi tidak lebih efektif daripada pengobatan psikologis lainnya.
Adapun komponen atau fitur terapi Person-Centered / Experiential yang tampaknya
paling penting untuk hasil positif, Norcross dan Wampold (2011) menunjukkan
bahwa baru-baru ini metaanalisis menunjukkan efek positif dari aliansi terapeutik
berkualitas tinggi, empati diekspresikan dan dialami dalam hubungan, dan ekspresi,
serta pengalaman yang positif.

Negatif

Terapis yang melakukan terapi yang berpusat pada klien berulang kali berpendapat
bahwa upaya mereka tidak mengubah klien. Sebaliknya, mereka mengatakan, potensi
batin klien untuk pertumbuhan dilepaskan. Apakah pandangan ini didasarkan pada
keyakinan atau kerendahan hati, tampaknya tidak lengkap. Terapi adalah stimulus
(karakter khusus yang sangat dipengaruhi oleh terapis) yang membuat banyak reaksi
menjadi gerakan. Apakah reaksi-reaksi tersebut dianggap positif, negatif, atau netral,
sebagian besar hal tersebut tampaknya disebabkan oleh rangsangan dan metode yang
dilakukan oleh terapis.

Terapis yang melakukan terapi berpusat pada klien mengklaim bahwa untuk
memahami klien, seseorang harus mengalami dunia fenomenologis yang sama. Tapi
bagaimana cara melakukannya? Dengan intuisi? Bagaimana orang benar-benar
melepaskan bias individual dari kerangka kerja pribadi? Kritik akan berpendapat
bahwa menghindari penilaian dan memberikan perhatian pendek masa lalu
sebenarnya dapat merusak kemampuan terapis untuk memahami dan masuk ke dalam
kerangka persepsi klien.

Terapi yang berpusat pada klien tampaknya hanya melibatkan satu teknik,
atau lebih tepatnya satu set sikap: empati, penerimaan, dan hal positif tanpa syarat.
Jadi, setiap klien diperlakukan dengan cara yang persis sama. Terapis tidak perlu
menilai klien untuk memilih terapi yang paling efektif atau teknik khusus agar sesuai
dengan karakteristik unik klien itu. Dengan demikian, kasus yang baik dapat dibuat
dugaan bahwa terapi yang berpusat pada klien benar-benar berpusat pada teknik.
(Greenberg et al., 2003).

Humanisme

 Pendekatan Fenomenologi, Humanisme, dan Eksistensialisme dalam


psikologi klinis memiliki hubungan yang erat .

 Pendekatannya berpusat pada klien menekankan nilai, keunikan, dan martabat


klien.

 Tokoh psikolog yang menjabarkan pendekatan Humanistik - Eksistensial:


Allport, Goldstein, James, Murray, dan Rogers.

Pola pikir dari perspektif humanis:

 Manusia bukanlah produk masa lampau, alam bawah sadar, atau lingkungan.
Sebaliknya, mereka menggunakan pilihan bebas dalam mengejar potensi diri
dan aktualisasi diri mereka.

 Mereka tidak terpecah-pecah dari kognisi, perasaan, dan aspirasi; sebaliknya,


mereka adalah makhluk yang utuh, utuh, dan unik.

 Memahami adalah menghargai kualitas-kualitas tersebut, dan pemahaman ini


hanya dapat dicapai dengan kesadaran akan pengalaman orang tersebut.

Psikoterapi Eksistensial

 Psikologi eksistensial menolak pandangan mekanistik dari Freudian dan


sebaliknya melihat seseorang akan selalu terlibat dalam pencarian makna.

 Para eksistensialis menyatakan bahwa karakteristik manusia yang mendasar


adalah pencarian makna.

 Pencarian itu dilakukan melalui imajinasi, simbolisasi, dan penilaian. Semua


ini terjadi dalam matriks partisipasi dalam masyarakat. Dari sudut pandang
baik lingkungan fisik mereka dan lingkungan biologis mereka, orang
berfungsi dalam konteks sosial.
 Sisi kepribadian yang penting dalam pencarian makna adalah pengambilan
keputusan.

 Menurut Eksistensialis, pengambilan keputusan dapat menimbulkan pilihan


yang tak terelakkan bagi seseorang yaitu :

 Memilih tetap dalam keadaan saat ini (status quo), artinya tidak
berubah dari masa lalu sampai sekarang dan tetap dalam kondisi yang
sama di masa datang. Pilihan ini akan menyebabkan rasa bersalah dan
penyesalan atas peluang yang hilang.

 Memilih berubah di masa depan. Pilihan ke masa depan bisa diiringi


kecemasan karenaketidakmampuan seseorang untuk memprediksi dan
mengendalikan yang tidak diketahui di masa datang.

 Tujuan akhir dari Psikoterapi Eksistensial adalah membantu individu


mencapai titik di mana kesadaran dan pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara bertanggung jawab.

 Terapi Eksistensial tidak menekankan teknik.

 Penekanannya adalah pada pemahaman dan pengalaman klien sebagai esensi


unik. Terapi adalah pertemuan yang seharusnya memungkinkan klien untuk
lebih dekat dengan pengalaman. Dengan mengalami sendiri, klien dapat
belajar untuk melampirkan makna dan nilai untuk hidup.

Logoterapi

 Salah satu bentuk terapi eksistensial yang paling dikenal adalah Logoterapi.

 Teknik ini mendorong klien untuk menemukan makna dalam apa yang
tampak sebagai dunia yang tidak berperasaan, tidak peduli, dan tidak berarti.

 Viktor Frankl mengembangkan teknik Logoterapi (terapi makna) ini.

Terapi Gestalt

 Dalam terapi Gestalt, penekanannya adalah pada pengalaman saat ini dan
pada kesadaran langsung dari emosi dan tindakan.

 Terapi Gestalt mencoba mengembalikan keseimbangan yang tepat.


 Tokoh gerakan Terapi Gestalt adalah Frederick (Fritz) Perls.

 Konsep dasar Terapi Gestalt adalah konseptualisasi seseorang sebagai


keseluruhan yang terorganisir dan bukan sebagai kumpulan emosi, kognisi,
dan perilaku yang terputus-putus.

Untuk terapis Gestalt, kecemasan adalah kesenjangan antara sekarang dan


nanti (keasyikan dengan apa yang mungkin terjadi di masa depan). Menjadi
sibuk dengan masa lalu juga menciptakan sejumlah emosi negatif. Fokus pada
masa lalu atau masa depan mengarah ke imobilisasi individu di masa
sekarang. Selama terapi, pasien diminta untuk mengulangi, "Sekarang saya
sadar ...." Atau terapis akan sering bertanya, "Apa yang Anda ketahui
sekarang?" Peran terapis adalah untuk terus-menerus memanggil perhatian
pasien untuk menghadirkan perasaan, pikiran, dan pengalaman.

Aturan Terapi Gestalt

"Aturan" terapi Gestalt (Levitsky & Perls, 1970) termasuk yang berikut:

1. Komunikasi dalam bentuk sekarang (melihat ke belakang atau ke depan tidak


disarankan).

2. Komunikasi adalah antara yang sederajat.

3. Klien terus-menerus berfokus pada pengalaman langsung (misalnya, terapis akan


bertanya, "Bagaimana rasanya mendeskripsikan permusuhan?" "Katakan apa yang
Anda rasakan saat ini").

4. Tidak ada gosip (berbicara tentang orang lain).

5. Pertanyaan tidak disarankan (karena pertanyaan seringkali merupakan cara diam


untuk menyatakan pendapat daripada mencari informasi).

Emotion Focused Therapy

Emotion-Focused Therapy (EFT; Greenberg, 2010; Greenberg, Elliott, & Pos,


2007). Awalnya disebut proses-experiential therapy (PET), EFT mengintegrasikan
tradisi psikoterapi berpusat pada klien dan Gestalt. Inti EFT adalah proposisi teoretis
bahwa emosi pada dasarnya bersifat adaptif dan bahwa emosi memberi kehidupan
kita mengalami nilai, makna, dan arahannya. Karena emosi membantu kita untuk
mengintegrasikan pengalaman hidup kita, pengaturan diri emosional diperlukan
untuk pertumbuhan pribadi.

Dalam EFT, terapis menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung yang
sebelumnya bisa menjadi lebih sadar akan berbagai aspek dirinya, dapat mengakses
dan mengeksplorasi keadaan emosional, dan dapat belajar untuk mengatur dengan
lebih baik dan akhirnya mengubah keadaan emosional ini (Greenberg, 2010).

Meskipun relatif baru, EFT telah mengumpulkan dukungan empiris. Meta-analisis


menunjukkan bahwa itu adalah pengobatan yang berkhasiat dan bahwa itu lebih baik
dibandingkan dengan bentuk pengobatan lain (Elliott, Greenberg, et al., 2004).
Selanjutnya, ia terdaftar sebagai memiliki dukungan penelitian sederhana paling
sedikit untuk pengobatan depresi (misalnya, lihat Ellison, Greenberg, Goldman, &
Angus, 2009).

Gangguan Fungsi dari EFT

■ hasil dari beberapa gangguan dalam kemampuan untuk mengintegrasikan


pengalaman menjadi koheren, dalam kemampuan untuk mengalami dan
mengidentifikasi keadaan emosi, dan dalam kemampuan untuk mengatur
emosi.

Disfungsi semacam itu pada gilirannya dapat memengaruhi kepuasan


seseorang terhadap kehidupan dan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain.

Ringkasan Evaluasi Terapi Fenomenologis dan Humanistik-Existensial

■ Pengalaman. Dengan menekankan pentingnya pengalaman batin dan


kesadaran, terapi ini telah membantu menegaskan kembali pandangan bahwa
dokter harus bergantung pada sesuatu yang lebih dari sekadar kuantifikasi
atau penghitungan kondisistimulus / lingkungan.

■ Pilihan. Terapi fenomenologis dan humanisticexistential juga mengingatkan


bahwa manusia lebih dari sekedar rentetan insting, dorongan, dan kebiasaan.

■ Saat ini. Dengan menekankan pada saat ini, para ahli fenomenologi telah
membantu bidang tersebut untuk menyingkirkan pandangan bahwa perubahan
positif hanya dapat dicapai dengan pandangan terang ke dalam diri mereka,
yang menyamarkan kesadaran akan sifat alami dari ketidaksadaran.
■ Hubungan. Sifat hubungan terapeutik jelas sangat penting dan mungkin
memang menjadi penyumbang utama keberhasilan atau kegagalan merek
terapi apa pun. Dengan pengakuan ini, hubungan terapeutik tidak lagi
dianggap sebagai latar belakang yang diberikan atau tidak mengganggu. Ini
telah menjadi bagian utama dari latar depan, sebagian berkat fenomenolog dan
terapis humanistik-eksistensial.

■ Pertumbuhan. menunjukkan penekanan penting pada penekanan positif


daripada penekanan yang kadang-kadang menekan dan melemahkan pada
yang negatif. Dengan demikian, tujuannya bukan hanya penyembuhan
psikopatologi tetapi juga pertumbuhan pribadi.

Penekanan pada Perasaan dan Emosi

■ Ketergantungan pada pengalaman dan perasaan subyektif mengikat klinisi ke


sumber data yang tidak dapat diandalkan, bias, atau melayani diri sendiri, dan
tidak memiliki kualitas yang paling manusiawi — akal. Masalah sebenarnya
adalah apakah perasaan atau kesadaran transendental, tidak berarti oleh
analisis sederhana, alasan, dan wawasan, dapat mengarahkan individu ke
dalam penyesuaian yang tahan lama yang akan meningkatkan baik kepuasan
pribadi maupun kontribusi sosial. Tampaknya jelas sekarang bahwa sebagian
besar individu tidak dapat bekerja keluar dari masalah dan teror pribadi
semata-mata oleh penerapan analisis.

■ Mungkin pelajaran di sini adalah bahwa setiap metode atau rute tunggal
mungkin tidak lengkap dan oleh karena itu kurang berhasil. Setiap pendekatan
yang berfokus pada perilaku saja, atau pengalaman sendiri, atau wawasan saja
mengabaikan banyak hal yang merupakan bagian sentral dari manusia.
Sebagai contoh, seorang pasien yang terhambat, overintik, dan tertekan
mungkin menemukan kebahagiaan dan kebahagiaan yang besar saat dia
bekerja sendiri melalui "emosional sekarang," dipandu oleh seorang terapis
yang sensitif. Namun, pengabaian intelek dan nalar jangka panjang
kemungkinan besar akan mengarah pada masalah lain.

Bidang Fenomenal

Masalah lainnya adalah apakah seseorang benar-benar dapat mengetahui sifat


pengalaman subjektif orang lain. Fenomenologi menginstruksikan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh bidang fenomenalnya sebagaimana ia ada kapan saja pada
waktunya. Ini menempatkan terapis dalam posisi harus mengetahui pengalaman
dalam batin pasien untuk memahami atau memprediksi.

Masalahnya bukan dengan usaha empatik untuk mendekati pengalaman


pasien atau untuk "mencoba menempatkan diri dalam sepatu pasien." Selalu berguna
untuk mencari pengalaman sendiri untuk lebih berhubungan dengan perasaan atau
masalah pasien (sementara mengenali bahaya bias yang selalu ada). Masalahnya
terletak pada ketergantungan eksklusif pada pengetahuan tepat dokter tentang
pengalaman batin pasien untuk beroperasi sebagai dokter.

Penilaian

Dalam banyak pendekatan humanistic-existential, ada pengabaian total untuk


penilaian dan diagnosis. Pengabaian ini diperkuat oleh keyakinan bahwa penilaian
mengganggu atau menghancurkan hubungan empatik. Penilaian dilihat sebagai
menimpa kebebasan dan martabat individu. Hal ini diyakini menggagalkan potensi
selfactualizing klien dengan memberlakukan konseptualisasi dari terapis.

Banyak yang akan setuju bahwa diagnosis tidak selalu diperlukan dalam
manifestasinya yang lebih lengkap. Memang, gerakan humanistik-eksistensial telah
memberikan layanan nyata dengan menunjukkan beberapa kelebihan diagnostik
psikologi klinis dan dengan menyarankan bahwa terlalu sering penekanan diagnostik
pada patologi daripada potensi pertumbuhan atau kekuatan pasien. Memang benar
bahwa diagnosis sering menjadi pencarian kelemahan daripada kekuatan dan aset.

Technique-Centered

Mungkin banyak dokter humaniseksistensial mengabaikan penilaian sebagian


karena mereka memperlakukan setiap pasien sama. Banyak dari dokter ini tampaknya
memiliki tanggung jawab bahwa setiap jiwa yang bermasalah dapat diselamatkan
oleh penerimaan, hal positif, dan pernyataan tanggung jawab untuk diri sendiri. Jika
memang demikian, maka diagnosis memang menjadi berlebihan.

Tetapi jika ini kasusnya, maka muatan dari banyak eksistensialis humanistik
bahwa terapi psikoanalisis atau perilaku adalah teknik yang dapat berbalik melawan
mereka juga. Sampai-sampai setiap orang yang memasuki ruang terapi dianggap
memiliki masalah dasar yang sama, dengan “obatnya” selalu sama, pendekatan
semacam itu, dalam arti, mereka sendiri berpusat pada teknik. Bagaimanapun, dokter
tampaknya berhak mengenali kebutuhan untuk mengembangkan data yang akan
memungkinkan mereka untuk memilih dari antara beberapa kemungkinan pengobatan
yang paling cocok untuk pasien yang diberikan.

Kekurangan Penelitian

Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, penelitian empiris yang relatif


kurang dilakukan pada psikoterapi yang berpusat pada klien atau fenomenologis /
eksistensial dibandingkan dengan jenis perawatan utama lainnya. Ini mungkin
bermasalah karena beberapa alasan.

Pertama, pada usia perawatan terkelola dan konsumen yang canggih ini, cara
perawatan yang tidak didukung secara empiris kemungkinan akan dihindari atau
diabaikan. Sebagai contoh, sulit untuk membayangkan bahwa perusahaan perawatan
kesehatan yang dikelola akan bersedia untuk mengganti penyedia yang tidak dapat
memberikan alasan yang didukung secara empiris untuk pilihan perawatan yang
berpusat pada klien.

Kedua, ada kemungkinan bahwa program pelatihan akan menekankan bentuk-


bentuk perlakuan yang kurang untuk lebih fokus pada perawatan yang didukung
secara empiris yang sering dievaluasi dalam literatur empiris dan yang lebih disukai
oleh organisasi perawatan yang dikelola. Akhirnya, kelangkaan relatif penelitian
dapat memberikan kesan bahwa perawatan ini terutama untuk kepentingan historis
dan tidak relevan dengan praktik klinis kontemporer.

Bahasa Obscure

Masalah terakhir bagi banyak orang yang berusaha memahami apa yang
ditawarkan oleh gerakan eksistensialis humanistik ada hubungannya dengan bahasa
yang digunakan. Bagian dari kesulitan ini terletak pada kurangnya kekompakan
dalam gerakan. Ada begitu banyak variasi tematik yang bahasanya mudah menjadi
tidak jelas.

Tetapi di luar ini, sering ada kualitas yang liar dan tidak disiplin terhadap
penulisan yang hampir menjamin bahwa makna variabel akan diterapkan.
Terminologi itu begitu samar sehingga hampir semua interpretasi bisa dilakukan.
Seolah-olah bahasa telah mengambil kehidupan sendiri.
Bahasa berfungsi untuk menggarisbawahi perceraian sadar gerakan dari
aliansi apa pun dengan sains. Tetapi dalam "memanusiakan" bahasanya, gerakan itu
mungkin juga telah membangun penghalang terhadap penerimaan yang lebih luas
atas unsur-unsur yang benar-benar penting dari kontribusinya.

PSYCHOTHERAPHY: BEHAVIORAL AND COGNITIVE-BEHAVIORAL


PERSPECTIVES (PSIKOTERAPI: PERILAKU PERSPEKTIF DAN
PERILAKU-KOGNITIF ) (Kelompok 7)

Definisi

Terapi perilaku lebih tepat ditafsirkan sebagai cerminan orientasi umum untuk kerja
klinis yang menyelaraskan dirinya secara filosofis dengan pendekatan eksperimental,
untuk mempelajari perilaku manusia. Asumsi dasar untuk orientasi khusus ini adalah
bahwa perilaku bermasalah yang terlihat dalam pengaturan klinis dapat dipahami
dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip yang berasal dari berbagai macam
eksperimen psikologis, dan bahwa prinsip-prinsip ini memiliki implikasi untuk
perubahan perilaku dalam pengaturan klinis.

Sejarah Singkat

Watson dan Rayner melakukan penelitian laboratorium Albert dan laboratorium tikus
secara luas. Penelitian ini, pada dasarnya untuk menunjukkan bagaimana "neurosis"
dapat berkembang pada anak. Kemudian Mary Cover Jones mendemonstrasikan
bagaimana ketakutan yang dipelajari semacam itu dapat dihilangkan. Seorang bocah
3 tahun yang bernama Peter, takut pada kelinci, tikus, dan benda-benda lain semacam
itu. Untuk membasmi rasa takut itu, Jones membawa seekor kelinci yang
dikandangkan dan mendekatkannya ketika bocah itu sedang makan. Benda yang
ditakuti itu kemudian dikaitkan dengan makanan, dan setelah beberapa bulan,
ketakutan Peter akan kelinci itu lenyap sepenuhnya.

Hubungan

Di dalam laporan Wolpe tentang desensitisasi sistematis, ada data yang menunjukkan
klien merasakan faktor hubungan menjadi sangat penting untuk terapi perilaku yang
sukses dan hasil CBT, mirip dengan persepsi klien mengenai bentuk-bentuk
psikoterapi lainnya. Ada beberapa alasan perilaku terapi klien mungkin melihat
hubungan terapeutik sebagai hal yang positif dan setidaknya sebagian bertanggung
jawab atas perubahan yang dilakukan.
Broad Spectrum of Treatment

Pakar perilaku menggunakan berbagai teknik khusus, tidak hanya untuk pasien yang
berbeda, tetapi untuk pasien yang sama pada titik yang berbeda dalam keseluruhan
proses pengobatan. Selain itu, penting untuk mengingat bahwa penilaian perilaku
komprehensif dilakukan sebelum perawatan atau teknik perilaku dipilih dan
diimplementasikan. Sebagai contoh, analisis fungsional dari masalah yang muncul
membantu untuk mengidentifikasi (a) stimulus atau kondisi pendahuluan yang
membawa pada perilaku bermasalah; (b) variabel organismic, yang terkait dengan
perilaku bermasalah; (c) deskripsi masalah; dan (d) konsekuensi dari perilaku
bermasalah. Dengan melengkapi analisis terperinci seperti itu, perilaku dan ahli terapi
kognitif dapat meresepkan perawatan yang tepat.

Systematic Desensitization

Systematic Desensitization merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku


yang dapat juga diartikan sebagai teknik untuk mengurangi kecemasan.
Dikembangkan oleh Salter (1949) dan Wolpe (1958), Idenya adalah mengajari klien
untuk rileks. Dan ketika klien dalam keadaan rileks, kemudian diperkenalkan
serangkaian peningkatan kecemasan secara bertahap sehingga menghasilkan
rangsangan. Akhirnya, klien menjadi tidak peka terhadap rangsangan yang ditakuti
karena telah mengalaminya dalam keadaan rileks. Systematic Desensitization telah
terbukti efektif untuk fobia hewan, kecemasan berbicara di depan umum, dan
kecemasan sosial (Chambless et al., 1998; Chambless & Ollendick, 2001; Spiegler &
Guevremont, 2010).

Technique and Procedures

Systematic Desensitization dimulai dengan pengumpulan riwayat masalah klien.


Mengumpulkan riwayat masalah mungkin memerlukan beberapa wawancara, dan
sering kali termasuk administrasi kuisioner. Alasan utama untuk semua ini adalah
untuk menentukan lokus kecemasan klien. Ini juga merupakan bagian dari penilaian
untuk menentukan apakah Systematic Desensitization adalah pengobatan yang tepat.
Selanjutnya, masalahnya dijelaskan kepada klien. Penjelasan ini biasanya diuraikan
untuk memasukkan contoh dari kehidupan klien dan untuk menutupi cara di mana
klien memperoleh dan mempertahankan kecemasan. Penjelasan dan ilustrasi harus
dalam bahasa yang klien dapat mengerti bebas dari jargon ilmiah. Perlu ditambahkan
bahwa seluruh proses wawancara, penilaian, dan penjelasan dilakukan dengan
kehangatan, penerimaan, dan pemahaman. Dua fase berikutnya melibatkan pelatihan
dalam relaksasi dan pembentukan hirarki kecemasan.

Relaksasi

Di awal, klien diajarkan untuk menegangkan dan mengendurkan otot-otot tertentu


dan kemudian membedakan antara sensasi relaksasi dan menegangkan. Umumnya,
sekitar enam sesi dikhususkan untuk pelatihan relaksasi. Biasanya klien mungkin
diminta untuk membayangkan adegan santai dan/ atau latihan pernapasan digunakan
untuk meningkatkan relaksasi.

The Anxiety Hierarchy

Dalam diskusi tentang masalah-masalah tertentu, di mana terjadi klien dan terapis
bersama-sama untuk membangun sebuah hirarki. Tema-tema berulang dalam
kesulitan klien dan kecemasan terisolasi dan kemudian memerintahkan dalam hal
kekuasaan mereka untuk menginduksi kecemasan (dari situasi yang memprovokasi
tingkat yang sangat rendah dari kecemasan melalui situasi yang memicu reaksi
kecemasan yang ekstrim). Sebuah hirarki kecemasan umumnya terdiri dari 20 sampai
25 item dalam interval kurang, menengah, hingga ekstrim.

Dalam prosedur desensitization, klien diminta untuk membayangkan item terlemah


dalam hirarki (item yang menimbulkan kecemasan paling sedikit) saat sedang benar-
benar santai. Terapis menjelaskan adegan tersebut, dan klien membayangkan (sekitar
10 detik). Terapis memindahkan klien ke atas hierarki secara bertahap (antara dua dan
lima item per sesi). Namun, jika setiap saat tingkat kecemasan mulai meningkat, klien
diinstruksikan untuk memberi sinyal, dimana permintaan terapis bahwa klien berhenti
memvisualisasikan penggambaran tersebut. Terapis kemudian membantu klien untuk
rileks sekali lagi. Setelah beberapa menit, prosedur bisa dimulai lagi. Idealnya,
selama periode beberapa sesi, klien akan dapat membayangkan item tertinggi dalam
hirarki tanpa ketidaknyamanan.

Alasan

Banyak penjelasan telah di ajukan untuk mengapa systematic desensitization berhasil


(Spiegler & Guevremont, 2010). Meskipun penjelasan Wolpe untuk keberhasilan
systematic desensitization didasarkan pada prinsip counterconditioning (substitusi
relaksasi untuk kecemasan), yang lain tidak begitu yakin (Davison & Wilson, 1973).
Beberapa berpendapat bahwa proses operasi benar-benar punah. Yaitu, ketika klien
berulang kali memvisualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan tetapi tanpa
mengalami pengalaman buruk, respon kecemasan akhirnya padam (Wilson &
Davison, 1971).

Secara umum, Systematic Desensitization telah terbukti menjadi bentuk cukup


berguna intervensi psikologis untuk berbagai kondisi klinis. Seperti bisa diduga,
penelitian menunjukkan bahwa hal ini sangat efektif bila digunakan untuk mengobati
gangguan kecemasan, fobia khususnya tertentu, kecemasan sosial, kecemasan
berbicara di depan umum, dan gangguan kecemasan umum (Chambless et al, 1998;.
Chambless & Ollendick, 2001; Emmelkamp, 1994, 2004).

Exposure Therapy

Dalam Exposure Therapy, klien mengekspos diri mereka sendiri ke rangsangan atau
situasi yang sebelumnya ditakuti dan dihindari, misalnya klien diminta untuk
membayangkan diri mereka di hadapan stimulus yang ditakuti (misalnya, laba-laba)
atau dalam situasi yang memicu kecemasan (misalnya, berbicara di depan audiens).
Beberapa peneliti menyarankan bahwa fitur-fitur tertentu harus hadir dalam
pemaparan.

Behavioural Rehearsal

Behavior Rehearsal bukanlah konsep baru; telah ada dalam satu bentuk atau lain
selama bertahun-tahun. Misalnya, Moreno (1947) mengembangkan psikodrama,
bentuk bermain peran, untuk membantu memecahkan masalah klien, dan Kelly
(1955) menggunakan terapi fixed-role. Namun, penting untuk dicatat bahwa bentuk-
bentuk permainan peran atau perilaku latihan memiliki tujuan yang berangkat dari
tujuan perilaku. Untuk Moreno, peran bermain disediakan rilis terapi emosi yang juga
diagnostik dalam mengidentifikasi penyebab masalah klien. Untuk Kelly, bermain
peran adalah metode mengubah struktur kognitif klien.

 The Technique
Menurut Goldfried dan Davison (1994), penggunaan latihan perilaku
melibatkan empat tahap. Tahap pertama adalah menyiapkan klien dengan
menjelaskan kebutuhan untuk memperoleh perilaku baru, membuat klien
menerima latihan perilaku sebagai alat yang berguna, dan mengurangi
kecemasan awal atas prospek bermain peran. Tahap kedua melibatkan
pemilihan situasi target. Pada titik ini, banyak terapis akan menyusun
hierarki role-playing atau situasi latihan. Hierarki ini harus berhubungan
langsung dengan situasi di mana klien mengalami kesulitan. Tahap ketiga
adalah latihan perilaku yang sebenarnya. Memindahkan hierarki, klien
memainkan peran yang sesuai, dengan terapis memberikan pelatihan dan
umpan balik mengenai kemampuan klien. Tahap terakhir adalah
pemanfaatan klien dari keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi
kehidupan nyata.
 Assertiveness Training
Salah satu aplikasi dari behavior rehearsal adalah assertiveness training.
Awalnya, assertiveness training dirancang sebagai pengobatan untuk
orang-orang yang memiliki kegelisahan berasal dari rasa malu pada saat
menghadapi situasi (Wolpe, 1958; Wolpe & Lazarus, 1966). Berbagai
program assertiveness training telah dikembangkan secara khusus untuk
individu yang ingin mengatasi sikap pasif yang merusak. Tetapi
assertiveness training juga telah digunakan dalam mengobati masalah
seksual, depresi, dan konflik perkawinan. Penting untuk dicatat bahwa
pernyataan diri kognitif (misalnya, "Saya berpikir bahwa saya bebas
mengatakan tidak") dapat meningkatkan efek assertiveness training.
Bahkan, banyak prosedur yang dapat digunakan untuk meningkatkan
assertiveness.

Contingecy Management

• Berbagai teknik Skinnerian atau operan semuanya disebut sebagai prosedur


manajemen kontingensi. Mereka berbagi tujuan bersama untuk
mengendalikan perilaku atau dengan memanipulasi konsekuensinya.

• Banyak anak yang dibawa oleh orang tua mereka untuk menerima perawatan
psikologis, khususnya untuk Perilaku "bertindak keluar" atau melanggar
aturan,teknik manajemen gency digunakan untuk pasien anak dan remaja

Token Economics

Pendekatan yang paling banyak dimanfaatkan oleh orang tua yang ingin mengajarkan
anak-anaknya untuk terlibat dalam perilaku yang tepat.Namun, teknik-teknik ini juga
dapat digunakan di antara orang dewasa dan pemuda yang di pemukiman perawatan
(misalnya, perorangan dengan keterbelakangan mental atau kronis penyakit mental)
(kazdin, liberman tahun 1977, 1972; spiegler & amp; guevremont, 2010).Program
seperti itu dapat membuat sebuah lebih layak untuk ditinggali lembaga sebuah tempat
bahwa pada akhirnya lebih kondusif bagi terapi keuntungan
Aversion Therapy

Sebenarnya , ini bukan satu terapi tetapi serangkaian prosedur yang berbeda
diterapkan pada perilaku dianggap tidak diinginkan .Aplikasi tersebut adalah
berdasarkan prinsip yang tampaknya sederhana ketika tanggapan ini diikuti oleh ( e.g.
konsekuensi yang tidak menyenangkan , hukuman atau rasa sakit ) , kekuatan akan
menghilangkan rasa .Seperti wolpe ( 1973 ) meletakkannya , keengganan terapi
terdiri , operationally , dari pemberian stimulus aversif untuk menghambat respon
emosional yang tidak diinginkan, dengan demikian mengurangi kebiasaan .Stimulus
yang tidak menyenangkan dengan kedekatan temporal yang dimasukkan ke dalam
perilaku yang tidak diinginkan. Idenya adalah bahwa sebuah asosiasi tetap antara
yang tidak diinginkan perilaku dan tidak menyenangkan stimulus akan dibuat buat ,
dan pengkondisian akan berlangsung

Cognitive-Behavioural Therapy

Klinis kognitif perspektif tentang masalah menekankan peran berpikir dengan etiologi
dan pemeliharaan masalah .Terapi kognitif berusaha untuk memodifikasi atau pola
berpikir perubahan yang diyakini untuk berkontribusi untuk pasien .Teknik-teknik
ini punya masalah besar dari dukungan ( hollon empiris & amp; beck , 1994 , 2004;
smith , kaca , & amp; miller , 1980; tolin , 2010 ) dan dalam kombinasi dengan
pendekatan perilaku dipandang di antara yang paling manjur dari semua intervensi
psikologis .Misalnya , perawatan mendominasi cognitivebehavioral paling baru daftar
contoh secara empiris didukung treatment ( chambless et al . , 1998; chambless &
amp; ollendick , 2001; chorpita et al . , 2011 ) , dan mereka tidak dapat memberi
untuk menjadi sama atau unggul untuk perawatan untuk alternatif psikologis atau
psychopharmacological orang dewasa ( derubeis & amp; crits-christoph , 1998; tolin ,
2010 ) dan bagi anak-anak dan remaja ( chorpita et al . , 2011; kazdin & amp; weisz ,
1998 ).

Modelling

Bandura (1969, 1971) menganjurkan penggunaan pemodelan, atau belajar


observasional, sebagai sarana mengubah pola perilaku, terutama pada anak-anak.
Peniruan, pemodelan, atau pengamatan adalah teknik yang jauh lebih efisien untuk
belajar daripada ketergantungan sederhana pada hukuman untuk respons yang salah
dan penghargaan untuk yang benar. Keterampilan baru atau satu set perilaku baru
dapat dipelajari lebih efisien dengan mengamati orang lain. Melihat orang lain
melakukan perilaku juga dapat membantu menghilangkan atau mengurangi ketakutan
dan kecemasan terkait. Akhirnya, melalui observasi seseorang dapat belajar untuk
menggunakan perilaku yang sudah menjadi bagian dari repertoar perilaku.

Mungkin penggunaan pemodelan yang paling luas adalah untuk menghilangkan


ketakutan yang tidak realistis (Bandura, Adams, & Beyer, 1977; Bandura, Jeffrey, &
Wright, 1974). Fobia (terutama fobia ular) telah menjadi sarana utama untuk
mendemonstrasikan dan menyelidiki teknik pemodelan. Dalam pemodelan partisipan,
misalnya, pasien mengamati terapis atau model yang memegang ular, memungkinkan
ular merangkak di atas tubuh, dan seterusnya. Selanjutnya, dalam partisipasi
terbimbing, pasien dinasehati untuk mencoba serangkaian kegiatan serupa, dinilai
sesuai dengan potensi mereka untuk menghasilkan kecemasan. Ilustratif dari
pendekatan umum ini adalah studi tentang wanita nonorgasmic yang dirawat oleh
program pelatihan masturbasi yang dikelola sendiri selama periode 6 minggu.

Teknik umum, digunakan dalam dua kondisi perawatan yang berbeda,


dijelaskan oleh McMullen dan Rosen (1979) sebagai berikut:

• Prosedur pemodelan kaset video. Serangkaian enam rekaman video 20 menit


disiapkan khusus untuk penelitian ini. Rekaman itu menampilkan model
coping, seorang aktris yang memerankan seorang wanita non-orgasmik yang
belajar selama enam sesi untuk merangsang dirinya untuk orgasme dan
kemudian mentransfer kemampuannya untuk melakukan hubungan seksual
dengan pasangannya. Konten rekaman termasuk eksplorasi diri, stimulasi diri,
dan akhirnya, representasi eksplisit mencapai orgasme melalui hubungan
seksual dengan pasangan.

• Instruksi tertulis. Naskah video yang direkam dikutip dalam bentuk buku-
buku yang ditulis, yang menunjukkan sebelumnya adalah konten yang setara
dengan kaset video. Prosedur yang sama diikuti untuk mata pelajaran ini,
karena mereka diminta untuk datang seminggu sekali untuk membaca buklet
yang sesuai selama enam minggu dari program pelatihan. Buklet juga dibaca
secara pribadi, dan kira-kira jumlah waktu yang sama dihabiskan oleh subjek
ini di klinik.

Restrukrisasi Rasional

Albert Ellis (1962), Goldfried dan Davison (1994) menerima gagasan bahwa banyak
perilaku maladaptif ditentukan oleh cara-cara orang menafsirkan dunia mereka atau
dengan asumsi yang mereka buat tentangnya. Untuk memfasilitasi restrukturisasi
peristiwa rasional ini, terapis kadang-kadang dapat menggunakan argumen atau
diskusi dalam upaya mendapatkan pasien untuk melihat irasionalitas keyakinan
mereka. Selain menyediakan pasien dengan analisis rasional masalah mereka, terapis
mungkin mencoba untuk mengajari mereka untuk “memodifikasi kalimat internal
mereka.”

Stress inooculstion Training (Pelatihan Inokulasi Stres)

Berdasarkan penelitian, yang mengindikasikan bahwa pasien dapat menggunakan


self-talk atau self-instruction untuk mengubah perilaku mereka, dan terapis itu akan
melatih pasien untuk mengubah pembicaraan mereka sendiri. Meichenbaum (1977)
mengembangkan stress inoculation training (SIT). SIT bertujuan untuk mencegah
masalah berkembang dengan "inoculating" individu untuk stres yang sedang
berlangsung dan masa depan (Meichenbaum, 1996). Dirancang untuk membantu
individu mengembangkan keterampilan baru dan memanfaatkan strategi yang sudah
ada. SIT untuk mengatasi stres muncul pada daftar terbaru contoh perawatan yang
didukung secara empiris (Chambless et al., 1998; Chambless &Ollendick, 2001).
Berlangsung dalam tiga fase (Meichenbaum, 1996):

1. Fase konseptualisasi

2. Akuisisi keterampilan dan fase latihan

3. Fase Aplikasi

Beck’s Cognitive Theraphy (Terapi Kognitif Beck)

Aaron Beck telah menjadi pelopor dalam pengembangan perawatan perilaku kognitif
modern yang telah diterapkan pada berbagai masalah klinis (Beck, 1991). Model
intervensi ini memerlukan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk
memodifikasi pola pikir disfungsional yang menjadi ciri masalah atau gangguan yang
bersangkutan. Teknik terapi kognitif berikut cognitive theraphy (CT) mungkin
digunakan dalam pengobatan depresinya (Beck, Rush, Shaw, & Emery, 1979):

1. Menjadwalkan kegiatan untuk mengatasi ketidakaktifan dan


kecenderungannya untuk fokus pada perasaan depresifnya.

2. Meningkatkan tingkat kegiatan yang menyenangkan serta dari mereka di


mana beberapa tingkat penguasaan dialami.
3. Latihan kognitif.

4. Pelatihan ketegasan dan bermain peran.

5. Mengidentifikasi pemikiran otomatis yang terjadi sebelum atau selama


episode dysphoric (misalnya, "Saya tidak dapat melakukan sesuatu dengan
benar").

6. Memeriksa realitas atau keakuratan pikiran-pikiran ini dengan menantang


validitasnya dengan lembut.

7. Mengajarkan pasien untuk mengulang kembali “kesalahan” untuk


konsekuensi negatif terhadap sumber yang tepat.

8. Membantu pasien mencari solusi alternatif untuk masalah-masalahnya,


bukannya mengundurkan diri ke ketidakberdayaan mereka.

Terapi Perilaku Dialektis

• Terapi perilaku dialektik (DBT; Linehan, 1993) adalah perawatan kognitif-


perilaku yang relatif baru untuk gangguan kepribadian borderline (BPD) dan
terkait kondisi yang melibatkan disregulasi emosional dan impulsivitas.
Linehan mengembangkan DBT berdasarkan pada dirinya pengalaman klinis
dengan wanita yang didiagnosis BPD yang terlibat dalam perilaku melukai
diri sendiri. Itu Teori di balik DBT mengandaikan bahwa individu dilahirkan
dengan gaya temperamental yang rentan emosi itu, dalam interaksi dengan
keluarga yang "tidak berlaku"lingkungan, menyebabkan disregulasi emosional
dan perilaku menyakiti diri sendiri. Invalidasi lingkunganadalah keinginan
dan perasaan seseorang didiskon atau diremehkan dan upaya untuk
berkomunikasi diabaikan atau dihukum.

• DBT melibatkan pelatihan keterampilan dalam pemecahan masalah teknik,


pengaturan emosi, dan interpersonal keterampilan. Pelatihan keterampilan
berlangsung dalam validasi lingkungan terapeutik, biasanya melibatkan
keduanya terapis DBT individu serta kelompok DBT pelatihan keterampilan.

Modul Pelatihan Keterampilan

• perhatian (kemampuan untuk menyadari saat itu, tidak terganggu, dan tidak
menghakimi)
• pengaturan emosi (Mengidentifikasi emosi, menghargai efek emosi pada diri
sendiri dan orang lain, belajar untuk melawan keadaan emosi negatif dan
terlibat dalam perilaku yang akan meningkatkan emosi positif);

• toleransi marabahaya (belajar untuk mengatasi stres situasi dan menenangkan


diri)

• antarpribadi keefektifan (belajar untuk menangani konflik interpersonal


secara efektif, untuk mendapatkan keinginan seseorang dengan tepat dan
kebutuhannya dipenuhi, dan dengan tepat mengatakan tidak tuntutan yang
tidak diinginkan dari orang lain).

Evaluasi dari Behaviour Therapy

Pendukung CBT melihat kemajuan mereka sebagai nyata bukti apa yang bisa dicapai
ketika mental, subyektif, dan nonscientific “mumbo jumbo "psikodinamik atau
fenomenologi membuang. Kritik, di sisi lain, melihat CBT sebagai superfisial, sok
ilmiah, dan bahkan tidak manusiawi dalam upaya mekanistiknya untuk berubah
kebiasaan manusia. Memang, kritik ini mencerminkan banyak dari "mitos" tentang
CBT (Goldfried & Davison, 1994). Bagaimanapun, lebih banyak psikolog klinis
menggambarkan orientasi mereka sebagai kognitif atau perilaku daripada orientasi
lainnya (Norcross,Karpiak, & Santoro, 2005). Kami sekarang memeriksa beberapa
kekuatan dan keterbatasan pendekatan perilaku dan perilaku kognitif dan kemudian
tutup dengan ringkasan beberapa tantangan ke depan.

Efficacy

• Ukuran efek terpisah dihitung untuk RET, terapi kognitif non-RET,


desensitisasi sistematis, modifikasi perilaku, dan terapi perilaku kognitif
menunjukkan bahwa, rata-rata, klien yang menerima salah satu bentuk
perilaku ini terapi berfungsi lebih baik daripada setidaknya 75% dari mereka
yang tidak menerima perawatan apa pun. Lebih meta-analisis terbaru telah
mencapai kesimpulan serupa di berbagai gangguan. Lebih lanjut, mayoritas
studi meta-analitik yang telah membandingkan efektivitas perilaku atau
kognitif-perilaku teknik dengan bentuk-bentuk psikoterapi lainnya (misalnya,
psikodinamik atau berpusat pada klien) miliki menemukan keunggulan kecil
namun konsisten untuk metode perilaku dan kognitif-perilaku (Hollon &
Beck, 2004; Svartberg & Stiles, 1991; Tolin, 2010). Jelas, ini adalah teknik
perawatan yang penting untuk seorang dokter untuk menguasai.
Efficiency

• Gerakan CBT juga dibawa dengan serangkaian teknik yang lebih pendek dan
lebih efisien. Jumlah 50-jam psikoterapi menit digantikan oleh rangkaian
konsultasi yang jauh lebih singkat yang terfokus pada keluhan spesifik pasien.
Seri dari prosedur yang sama spesifik diterapkan, dan seluruh proses
dihentikan ketika keluhan pasien tidak ada lagi. Hilang adalah kekal
"Membasmi" patologi yang mendasari, pemilahan menyeluruh dari sejarah
pasien, dan pencarian wawasan yang panjang. Di tempat mereka datang
sebuah penekanan pada masa kini dan pragmatisme itu ditandai dengan
penggunaan teknik khusus untuk masalah khusus. Karena efisiensinya, CBT
mungkin sangat cocok untuk perawatan yang dikelola lingkungan Hidup.

• Bahkan, beberapa teknik CBT dapat diterapkan oleh teknisi yang terlatih
untuk bekerja di bawah pengawasan seorang dokter tingkat doktoral. Jadi,
tidak semua komponen CBT perlu dieksekusi oleh Ph.D. personil. Terapi
perilaku program (misalnya, ekonomi token) harus disiapkan oleh para
profesional terlatih, tetapi pengabaian sehari-hari mereka dapat diletakkan di
tangan para teknisi, para profesional, perawat, dan lain-lain. Ini merupakan a
penghematan yang cukup besar pada personel kesehatan mental dan
memungkinkan populasi pasien yang lebih besar untuk dijangkau daripada
yang bisa ditangani oleh yang mendalam, satu-satu prosedur psikodinamik
eksklusif pendekatan.

Limitation

Menghubungkan Praktik dengan Sains. Selama beberapa tahun. Gerakan CBT


mengendarai lambang gelombang ilmiah kehormatan. Banyak ahli tingkah laku,
terutama ragam radikal, tampaknya ingin lebih disukai status dengan mengklaim
bahwa terapi perilaku bertumpu pada prinsip pembelajaran ilmiah yang kokoh dan
mapan teori. Pendekatan psikodinamik, sebaliknya, Dikatakan ekstrapolasi kasar dari
mentalisme hanya sedikit dihapus dari santet. Tapi penelitian jarang dilakukan untuk
"membongkar" teknik CBT untuk menentukan yang paling efektif komponen
pendekatan ini yang tampaknya paling banyak sangat terkait dengan pengurangan
gejala. Akibatnya, tidak dapat disangkal bahwa aspek lain dari terapi non-perilaku
sebenarnya bertanggung jawab untuk meringankan gejala sebagai teknik yang fokus
pengobatan CBT (Goldfried & Davison,1994).

The Future
• Lebih dari satu dekade yang lalu, Wilson (1997) merenungkan CBT masa lalu
dan menyoroti beberapa tantangan demi masa depan. Refleksi dan
kekhawatirannya masih relevan dengan CBT seperti yang dipraktekkan saat
ini. Wilson mencatat perlunya penyebaran yang lebih luas dan adopsi CBT;
mengingat dukungan empirisnya yang kuat, itu agak mengejutkan bahwa
teknik-teknik ini tidak lebih banyak digunakan. Selain itu, Wilson (1997)
adalah khawatir bahwa CBT tetap terkait erat kemajuan dalam ilmu psikologi

• Untuk memenuhi janji aslinya untuk menghubungkan praktik klinis untuk


kemajuan dalam ilmiah penelitian, terapi perilaku harus responsif terhadap
perkembangan baik dalam psikologi eksperimental dan biologi. Terobosan
dramatis dalam genetika dan neuroscience telah mengalami revolusi ilmu
biologi, dan kemajuan akan kemungkinan terus membuka rahasia otak.
Pemahaman yang lebih baik tentang peran mekanisme otak dalam
pengembangan dan pemeliharaan gangguan klinis, dan dalam modifikasi dari
gangguan ini melalui keduanya metode farmakologis dan perilaku, akan bisa
dibilang meningkatkan teori kami perubahan perilaku. (hlm. 454)

Anda mungkin juga menyukai