Anda di halaman 1dari 6

BAB III

Metode Penelitian

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :


1. Variabel Terikat (Y) : Burnout
2. Variabel bebas (X) : Kecerdasan emosional

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Burnout
Burnout adalah kelelahan fisik, dan mental yang berkaitan
erat dengan emosional dimana individu tidak lagi merasa
memiliki dampak positif pada orang lain (hubungan tidak
nyaman antar individu) dan menurunnya produktivitas pada
pekerjaan mereka.
Burnout dalam penelitian ini diukur berdasarkan dimensi –
dimensi burnout menurut Maslach, Jackson dan Leiter (dalam
Peeters, Jonge dan Taris, 2014), terdiri dari tiga dimensi yaitu
kelelahan emosional, depersonalization, dan berkurangnya
pencapaian pribadi.

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang


dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Kecerdasan emosional dalam penelitian ini diukur
berdasarkan faktor-faktor kecerdasan emosional menurut
Goleman (2000), diantaranya yaitu mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain, membina hubungan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau


subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Berdasakan pernyataan tersebut
maka populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menjadi
asisten laboratorium. Responden yang dipilih menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau karakteristik tertentu (Sugiyono, 2013).
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa yang menjadi
asisten laboratorium di universitas X. Kriteria sampel dalam penelitian
ini yaitu mahasiswa yang menjadi asisten laboratorium minimal satu
tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Jenis alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
atau angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013).
Kuesioner terdiri dari identitas subjek dan skala. Identitas subjek
terdiri dari nama atau inisial, usia, dan mahasiswa minimal tingkat
tiga. Sedangkan skala terdiri dari skala burnout dan skala kecerdasan
emosional.
Skala disusun menggunakan metode likert yang terdiri dari
beberapa pilihan jawaban untuk responden. Pilihan kategori jawaban
tersebut antara lain: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),
dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
1. Skala Burnout
Skala burnout digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai burnout pada mahasiswa yang menjadi asisten
laboratorium. Skala burnout yang digunakan dalam penelitian
ini diadaptasi oleh Maslach yang dikenal sebagai Maslach
Burnout Inventory (MBI). MBI diciptakan oleh Maslach dan
Jackson pada tahun 1981 berdasarkan dimensi – dimensi
burnout yang meliputi kelelahan emosional, depersonalization,
dan reduced personal accomplishment (berkurangnya
pecapaian pribadi). Alat ukur ini memiliki masing-masing
reliabilitas yaitu kelelahan emosional 0.90, depersonalization
0,79, dan reduced personal accomplishment (berkurangnya
pecapaian pribadi 0,71. Dan terdiri dari 22 aitem pernyataan.

2. Skala Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan emosional digunakan untuk


mengumpulkan data mengenai kecerdasan emosional pada
mahasiswa yang menjadi asisten laboratorium. Skala
kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini
diadaptasi melalui Goleman (2000), diantaranya yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Alat
ukur ini memiliki reliabilitas 0,87 dan terdiri dari 60 aitem
pernyataan.
E. Validitas, Daya Diskriminasi Aitem, dan Reliabilitas

1. Validitas
Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dalam
mengevaluasi kualitas tes sebagai instrumen ukur. Konsep
validitas mengacu pada kelayakan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan (Azwar, 2012). Untuk menguji validitas dalam
penelitian ini menggunakan jenis pengujian validitas isi.
Validitas isi adalah kemampuan yang diestimasi lewat
pengujian terhadap kelayakan instrumen atau isi tes penelitian
dalam mengungkap atau mewakili semua isi yang hendak
diukur melalui analisis rasional oleh seseorang yang
berkompeten (expert judgement). Atau dengan kata lain,
validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan
elemen sebuah konsep yang telah digambarkan. (Sekaran,
2006). Validitas isi dengan expert judgement adalah menelaah
kisi-kisi terutama kesesuaian pada tujuan penelitian dan butir-
butir pertanyaan. (Sugiyono, 2013).
2. Daya Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem atau beda aitem dikenal dengan
sebutan koefisien korelasi aitem total. Sebutan itu adalah benar
karena hakikatnya fungsi suatu tes adalah memberikan
gambaran mengenai perbedaan individual sehingga aitem yang
fungsinya sesuai dengan fungsi tes tersebut berarti memiliki
kemampuan atau daya untuk membedakan individu pada aspek
yang diukur oleh tes yang bersangkutan. Semakin tinggi
koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor tes
berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan
fungsi ukur tes secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi
daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol
berarti fungsi aitem tersebut tidak sesuai dengan fungsi ukur tes
dan aitem tersebut tidak memiliki daya diskriminasi. Koefisien
dapat bergerak antara 0 sampai dengan 1,0, namun koefisien
yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat
memberikan kontribusi yang baik. Apabila kurang dari 0,30
biasanya dianggap sebagai tidak memuaskan (Azwar, 2012).
3. Reliabilitas
Pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki
tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang
reliable. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012), sedangkan
menurut Nasution (2006) menjelaskan bahwa suatu alat ukur
dikatakan reliable bila alat tersebut dalam mengukur suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan
hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara konsisten
memberi hasil ukuran yang sama. Reliabilitas dinyatakan
dengan koefisien reliabilitas yang setidaknya 0,70 atau lebih,
apabila koefisien reliabiliasnya 1,0 berarti adanya konsistensi
yang sempurna pada hasil ukur yang bersangkutan (Azwar,
2012).

F. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara
statistik dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment dari
Pearson, yaitu mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil
pengamatan dari populasi yang mempunyai dua variabel yaitu
kecerdasan emosional dan burnout. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS version 21.0 for Window

Anda mungkin juga menyukai