1
Keperpihakan kepada/untuk perempuan, yaitu menunjukkan
keperpihakan kepada perempuan.
Tujuan riset adalah untuk perempuan.
Validitas riset dikaitkan dengan pengalaman perempuan sebagai
indikator realitas.
Sedangkan ciri-ciri dasar metodologi penelitian berpersepektif perempuan
(Suryadharma, 2002) adalah sebagai berikut;
Lebih mementingkan hasil riset yang dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan perempuan karena ketidakadilan gender, seperti kekerasan
terhadap perempuan dsb.
Dapat memahami pengalaman perempuan dengan meneliti persepsi
perempuan tentang pengalaman pribadinya.
Kecenderungan untuk lebih sering menggunakan metode kualitatif seperti
diskusi, wawancara, partisipasi observasi.
Tidak dengan metode riset yang kaku, namun dibenarkan untuk menyesuaikan
metode dengan proses yang berkembang.
Analisa menggunakan konsep ketidakadilan, seperti marjinalisasi,
subordinasi, streotype dsb.
Metode pengumpulan data tidak berbeda dengan metode dalam ilmu sosial.
Tidak sepakat dengan “objek ilmiah dan individual subjektif” dalam kualitatif
maupun kuantitatif karena terlalu bersumber pada maskulinitas.
Menurut tampak (Saptari dan Holzner,1997) beberapa contoh metode
penelitian berpersepektif perempuan, yaitu metode yang menggabungkan atau
mengintergrasikan orientasi gender dalam penelitian, yaitu;
Metode biografi, yaitu metode sejarah kehidupan, yaitu metode yang sering
untuk kajian antropologi dan sosiologi namun relevan dengan penelitian
berpersepektif perempuan dalam rangka menghilangkan ketidaknampakkkan
peran-peran perempuan dalam sejarah kehidupan manusia.
2
Studi alokasi waktu, yaitu studi tentang bagaimana perempuan menggunakan
waktu hidupnya dalam keseharian. Sangat dengan metode kuantitatif, studi ini
mencoba memperlihatkan bagaimana beban kerja perempuan seringkali lebih
banyak dari pada laki-laki. Nilai penting studi ini terletak pada upayanya
menunjukkan kepada kebijakan sosial mengenai beban kerja perempuan.
Observasi partisipatif, yaitu metode penelitian dengan bagaimana peneliti
berada di tengah orang lain secara terus menerus dan dengan status nominal
sebagai bagian dari mereka.Keterlibatan peneliti ini dalam berbagai cara
seperti mempelajari dan menjalankan seperangkat ketrampilan, memperoleh
dan melaksanakan peran sosial, meleburkan diri dalam jaringan hubungan
sosial, atau secara psikologis mengindentifikasikan diri dengan tipe-tipe
orang. Semakin lama peneliti dalam suatu komunitas akan semakin
memungkinkan data yang dalam. Metode ini menjadi pentingn bagi penelitian
berpersepektif perempuan karena sangat sedikit data tentang bagaimana
kehidupan perempuan.
Participatory Action Research, yaitu dipahami sebagai peneliti memahami
dan menuliskan proses sosial atau peneliti melakukan penelitian kemudian
melakukan tindakan intervensi yang dibutuhkan. Peneliti dalam model ini
benar-benar mengorbankan keterasingannya dalam komunitas yang diteliti.
Peran peneliti adalah mengenali, mempelajari permasalahan kemudian
mencari penyelesaiannya yang biasanya bekerja sama dengan pihak
pemerintah. Peneliti juga melakukan pemantauan terhadap perwujudan hasil
penelitiannya. Model penelitian ini menjadi penting dalam penelitian
berpersepektif perempuan karena upayanya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kehidupan perempuan.
Kerangka kerja analisis gender merupakan kerangka kerja yang bersifat masih
sederhana yaitu belum mengarah pada analisis tetapi pada taraf mengumpulkan data
yang kemudian dideskripsikan. Sementara analisis gender adalah kerangka kerja yang
3
digunakan untuk mempertimbangkan dampak suatu program pembangunan yang
mungkin terjadi pada laki-laki dan perempuan serta hubungan sosial yang terjadi
antar keduanya. Analisis gender merupakan alat analisis sosial konflik yang
memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural yang disebabkan oleh gender.
Analisis ini memberi perangkat teoretik untuk memahami sistem ketidakadilan
gender. Baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi korban dari ketidakadilan
gender tersebut, meskipun mayoritas yang menjadi korban adalah kaum perempuan.
Ini berakibat bahwa seolah-olah analisa gender hanya menjadi alat perjuangan
perempuan. Sementara justru analisis gender ini menjadi alat bagi gerakan feminisme
untuk menjelaskan ketidakadilan sosial. Analisa ini membantu memahami bahwa
yang menjadi persoalan adalah sistem dan struktur yang tidak adil, di mana laki-laki
dan perempuan menjadi korban dan mengalami dehumanisasi karena sistem
ketidakadilan gender tersebut. Kaum perempuan mengalami dehumanisasi karena
ketidakadilan gender, sementara kaum laki-laki mengalami dehumanisasi karena
melanggengkan penindasan gender.
Kerangka kerja analisis gender menurut Overholt (1985) terdiri dari empat
tahap yaitu;
Profil kegiatan yaitu mengumpulkan data mengenai apa yangn dikerjakan
laki-laki perempuan, siapa mengerjakan apa dalam ruang domestik dan
publik.
Profil akses dan kontrol, yaitu mempertimbangkan akses dan kontrol laki-laki
dan perempuan terhadap sumber daya produktif dan siapa yang memperoleh
keuntungan darinya.
Analisis faktor dan kecenderungan, yaitu analisis faktor dan kecenderungan
yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan gender, hubungan gender
serta akses dan kontrol terhadap sumber daya, dan kemungkinan apa yang
mempengaruhi.
4
Analisis daur program, yaitu menggunakan semua data diatas untuk setiap
tahapan daur program, proyek atau kegiatan/aplikasi dari tiga bagian yang
dianalisis diatas.
Sebagai suatu alat, analisis gender tidak hanya melihat peran, aktivitas, tetapi
juga hubungan, sehingga yang relevan adalah tidak hanya siapa mengerjakan apa,
tetapi juga siapa mendapatkan keuntungan, siapa yang membuat keputusan, siapa
menggunakan sumber daya pembangunan. Untuk mengungkapkan hubungan sosial
laki-laki dan perempuan, terdapat teknisi analisis gender;
Teknik analisis harvard, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat profil
gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek
pembangunan yang mengutarakan komponen profil kegiatan, profil akses dan
profil kontrol (Overholt, 1985). Aplikasi dari analisis ini adalah;
Elemen Laki-laki Perempuan
Profil Anak Dewasa Anak Dewasa
Aktivitas:
-Produksi
-Reproduksi
Profil Akses
Kontrol:
-Sumberdaya
-Manfaat
Profil Faktor
Berpengaruh:
-Politik
-Ekonomi
-Budaya
-Pendidikan
-Hukum, dsb
5
Teknik Analisis Moser, adalah suatu teknis yang membantu perencana atau
peneliti dalam menilai, mengevalusi, merumuskan kebijakan program yang
lebih peka gender, dengan pendekatan terhadap persoalan perempuan (aspek
kesetaraan, keadilan, anti kemiskinan, efisiensi, pemberdayaan), peran
majemuk perempuan, serta identifikasi kebutuhan praktis dan strategis gender.
Aplikasi analisis ini adalah untuk penelitian yang dirancang untuk
mengevaluasi suatu program/proyek. Analisis gender dalam perencanaan
pembangunan, pelaksanaan, dan evaluasi perlu dilihat arah pembangunan
untuk tujuan memberdayakan perempuan.
Proyek Peranan yang Difokuskan Kebutuhan Gender Pendekatan Ket.
No. yang Dipenuhi Kebijakan
Nama Reproduksi Produksi Kemasyarakatan Kebutuhan Kebutuhan
Praktis Strategis
6
Sektor Proyek Kesejahteraan Akses Penyadaran Partsipasi Kontroll
Pertanian
Pendidikan
pelatihan
Industri
Proyek
mililk
perempuan
7
Kategori Vulnerabilities/Kekuatan Capacitties/Kelemahan
Fisik material
Sosial organisasional
Motivasi sikap
Matrik Analisis Gender, yaitu analisis atas suatu proyek pembangunan pada
tingkat masyarakat, untuk menentukan berbagai akibat dari suatu proyek
pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan. Analisis ini cocok untuk
action research. Unit analisis ini pada laki-laki, perempuan, rumah tangga dan
masyarakat.
Tingkat Kategori Analisis
analisis Tenaga waktu Sumberdaya Budaya
Perempuan
Laki-laki
Rumah tangga
Komunitas
8
Participatory Rural Apraisal, memiliki prinsip kehidupan yang melahirkan
cita-cita, tujuan jangka pendek, dan jangka panjang. Proses dilakukan dengan
memungkinkan masyarakat untuk meneliti “keadaannya” sendiri. Seluruhnya
diterapkan dalam kegiatan bersama dalam program pengembangan.
Pengkajian dilakukan dengan metode; Participatory Rural Apraisal untuk
penjajagan kebutuhan yang memperhatikan perbedaan kebutuhan laki-laki dan
perempuan baik praktis maupun strategis, Participatory Rural Apraisal untuk
perencanaan program yang memperhatikan upaya penguatan atau
pemberdayaan perempuan, Participatory Rural Apraisal untuk pelaksanan
program yang menyertakan perempuan sebagai peserta aktif program dan
pemanfaat langsung, Participatory Rural Apraisal untuk monitoring dan
evaluasi program yang memperhatikan keadaan perempuan dan kedudukan
perempuan di masyarakat.