PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam
wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam
perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan sosial. Bahkan, beberapa waktu terakhir
ini, berbagai tulisan, baik di media massa maupun buku-buku, seminar, diskusi dan sebagainya
banyak membahas tentang protes dan gugatan yang terkait dengan ketidakadilan dan
diskriminasi terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan dan diskriminasi itu terjadi hampir di
semua bidang, mulai dari tingkat internasional, negara, keagamaan, sosial, budaya, ekonomi,
bahkan sampai tingkatan rumah tangga.
Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab,
hak dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perbedaan
tersebut akhirnya membuat masyarakat cenderung diskriminatif dan pilih-pilih perlakuan akan
akses, partisipasi, serta kontrol dalam hasil pembangunan laki-laki dan perempuan.
Dari penyiapan pakaian pun kita sudah dibedakan sejak kita masih bayi. Juga dalam hal
mainan, anak laki-laki misalnya: dia akan diberi mainan mobil-mobilan, kapal-kapalan, pistol-
pistolan, bola dan lain sebagainya. Dan anak perempuan diberi mainan boneka, alat memasak,
dan sebagainya. Ketika menginjak usia remaja perlakuan diskriminatif lebih ditekankan pada
penampilan fisik, aksesoris, dan aktivitas. Dalam pilihan warna dan motif baju juga ada semacam
diskriminasi. Warna pink dan motif bunga-bunga misalnya hanya “halal” dipakai oleh remaja
putri. Aspek behavioral lebih banyak menjadi sorotan diskriminasi. Seorang laki-laki lazimnya
harus mahir dalam olah raga, keterampilan teknik, elektronika, dan sebagainya. Sebaliknya
perempuan harus bisa memasak, menjahit, dan mengetik misalnya. Bahkan dalam olahraga pun
tampak hal-hal yang mengalami diskriminasi tersendiri.
Pengertian GENDER
GENDER merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari
nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe.
Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk
secara sosial maupun budaya.
Analisis Gender
Analisis Gender adalah sebuah proses analisa yang digunakan untuk mengetahui peran
perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan apa yang mereka lakukan, dan sumberdaya apa
yang mereka miliki.Analisa Gender merupakan proses untuk mengetahui “siapa melakukan apa,
siapa memiliki pengetahuan apa, siapa menguasai apa, siapa terlibat dalam kegiatan apa, siapa
terlibat dalam organisasi apa, siapa yang mengambil tentang apa”
Analisis gender dianggap sebagai analisis kritisi baru yang memfokuskan perhatiannya pada
relasi sosial antara laki-laki dan perempuan, terutama pada ketidakadilan struktur dan sistem
yang disebabkan oleh gender. Oleh karena itu alat analisis gender dapat dipahami sebagai konsep
yang digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial laki-laki
dan perempuan.
Kegunaan analisis gender adalah memberi dasar dalam melakukan transformasi sosial
untuk mewujudkan tata kehidupan baru yang lebih baik, melalui relasi sosial baru yang lebih
adil.
Fungsi utama
Terdapat berbagai kerangka analisis gender, antara lain kerangka Harvard, Kerangka
Moser, Kerangka “Relasi Sosial” dll.
Kerangka HARVARD
Kerangka analisis gender Harvard lebih menaruh perhatian pada pembagian kerja gender
(division of labour), peran dalam pengambilan keputusan, dan tingkat kontrol atas sumberdaya
yang kelihatan.
Siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan berapa banyak alokasi waktu yang
diperlukan? Hal ini dikenal sebagai “Profil Aktifitas”.
Siapa yang memiliki akses dan kontrol (seperti pembuatan kebijakan) atas sumber daya
tertentu? Hal ini kerap dikenal dengan “Profil Akses dan Kontrol” Siapa yang memeliki
akses dan kontrol atas “benefit” seperti produksi pangan, uang dsb?
Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja berbasis gender, serta
akses dan kontrol yang ada pada “profil aktifitas” dan “profil akses dan kontrol”.
Kerangka MOSER
Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga aras: kerja reproduksi, kerja produktif
dan kerja komunitas. Ini berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi
kerja
Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi
perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan transformasi
status dan posisi perempuan (spt subordinasi).
Pendekatan analisis kebijakan – dari fokus pada kesejahteraan (welfare), Kesamaan
(equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan
Kerangka “relasi sosial” ini awalnya dikemukakan oleh Naila Kabeer yang sebelumnya
adalah pengajar pada Institute of Development Studies, Sussex, UK
Menganalisis ketimpangan gender yang ada di dalam distribusi sumber daya, tanggung
jawab dan kekuasaan.
Menganalisis relasi sosial (di berbagai tingkatan), relasi mereka dengan sumber daya,
aktifitas dan bagaimana posisi mereka melailui lensa kelembagaan.
Data Gender dan Anak diharapkan dapat menjadi media bagi seluruhan OPD dan Instansi
Vertikal untuk bersinergi terkait data-data terpilah yang berkaitan dengan isu gender. Data ini
selanjutnya menjadi bahan dasar bagi OPD dan Instansi Vertikal dalam merencanakan kegiatan
atau program yg responsif gender.
Data terpilah adalah data berdasarkan jenis kelamin (sex-disaggregated data) berupa data
kuantitatif atau data kualitatif yang dikumpulkan dan dipresentasikan berdasarkan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan. Data terpilah menggambarkan
peran, kondisi umum dari laki dan perempuan dalam setiap aspek kehidupan di masyarakat yang
meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, hankam, dan lain-lain.