Anda di halaman 1dari 6

Syadza Nabilah Afrah

20190510004

UAS KAJIAN GENDER DAN POLITIK

1. Jelaskan perbedaan antara sex dan Gender!


Jawab :
Seks merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris sex, yang berarti jenis
kelamin (Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, 1983). Pemahaman ini juga diperjelas dalam
kamus lainnya bahwa “sex is the charactheristic which distinguish the male from the
female”, yakni ciri ciri yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
yang sifatanya biologis. Seks ini dapat juga disebut dengan jenis kelamin, karena
merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara
biologis yang mana itu melekat pada jenis kelamin tertentu. Jika di definisikan secara seks
laki-laki merupakan manusia yang mempunyai penis, jakun dan memproduksi sperma.
Sedangkan, secara seks perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi, seperti
Rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai
alat untuk menyusui. Jadi definisi yang dimaksud dengan seks adalah ciri-ciri anatomi
biologi yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Bersifat kodrat karena itulah
yang dikatakan dengan seks, dan seks itulah yang pertama kali membedakan jenis manusia.
Sedangkan, Gender sendiri ialah kata yang idgunakan oleh negara Amerika sebagai
bentuk perjuangan radikal, konservatif,sekuler maupun agama untuk menyuarakan
eksistensi perempuan yang kemudian melahirkan kesadaran gender. Kata “gender” berasal
dari Bahasa Inggris, Gender, yang berarti “jenis kelamin: dalam Webste’s New World
Dictionary, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan juga
perempuan yang bisa dilihat dari segi nilai tingkah laku. Menurut Bahasa, kata gender
diartikan sebagai “the grouping of words into masculine, feminime and neuter according
as the are regarded as male, female or without sex”. Gender adalah kelompok kata yang
mempunyai sifat maskulin, feminism, atau tanpa keduanya, netral. Gender adalah sebuah
istilah yang dimana itu menunjukkan pembagian peran sosial antara laki-laki dan
perempuan dan ini mengacu kepada pemberian ciri emosional dan psikologis yang
diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-laki dan juga
perempuan. Adapun istilah seks sendiri mengacu kepada perbedaan secara biologis dan
anatomis antara laki-laki dan perempuan. Hillary M dalam bukunya yang berjudul sex and
gender, mengartikan gender sebagai cultural expectation for woman and men, atau
harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Wilson mengatakan bahwa
gender bukan hanya sekedar pembeda antara laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruk
sosial budaya, tetapi lebih ditekankan pada konsep analisis dalam memhami dan
menjelaskan sesuatu, karna itu kata gender sering sekali disandingkan dengan
ketidakadilan, kesetaraan dan lain sebagainya. Disebutkan dalam Kepmendegri No. 132
bahwa gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan
juga perempuan yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat.
2. Jelaskan perbedaan antara Practical dan Strategic Gender Needs! Mengapa perlu practical
dan strategic Gender Needs? Sebutkan contoh masing-masing.
Jawab :

Demi dan agar bisa mewujudkan kebijakan gender, maka di perlukan adanya
practical dan strategic gender needs yang dimana ini sebagai alat untuk memberi paham
yang lebih baik mengenai lingkungan sosial budaya di negara, dimana perempuan
mempunyai dan menghadapi banyak tantangan. Misal seperti contoh, di Negra yang
berkembang. Seperti contoh negara kita sendiri, Indonesia, yang dimana terdapat hambatan
besar dalam pemberdayaan Wanita. Sama halnya seperti negara-negara lain di dunia,
pengambilan keputusan public di Indonesia beraada dalam domain lelaki . juga kekerasan
gender juga merupakan masalah yang cukup bisa di bilang serius di negara Indonesia.
Praktik budaya sering berarti bahwa Wanita harus menikah dini, membuat mereka para
Wanita kehilangan Pendidikan penuh. Hal ini selalu terjadi pada perempuan dan juga anak
perempuan di daerah daerah Indonesia. Di Lampung, Sumatera Selatan, laki-laki bisa
dipermalukan untuk membersihkan rumah atau mencuci piring, karena dianggap
kewajiban perempuan (Wiasti, 2017). Hal ini dikarenakan budaya tradisional Indonesia
mengatakan bahwa peran perempuan ialah merupakan mengurus anak dan juga rumah,
sedangkan laki-laki dianggap hanya sebagai pencari nafkah keluarga yang harus dipenuhi
dalam pengaturan rumah tangga, lalu mengubah dinamika suami istri menjadi kemitraan
yang setara ialah proyek jangka Panjang bagi Indonesia. Hal ini menuntut tantangan nilai-
nilai sosial budaya yang tertanam dalam kehidupan bangsa Indonesia. Meresepnya norma-
norma budaya tersebut juga terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Haynes et al ,
yang menemukan bahwa pandangan dan kemampuan lelaki dianggap lebih unggul
daripada perempuan (Soleha, 2021). Pria ataupub Wanita disurvei dan dianggap bahwa
kemampuan pria lebih besar dibandingkan dengan Wanita. Norma Gender, baik itu laki-
laki maupun juga perempuan, memang sudah dimulai bahkan sebelum seseorang
dilahirkan di dunia.
3. Seandainya Saudara memimpin sebuah institusi (misal : universitas, perusahaan, instansi
pemerintah) bagaimana cara saudara membuat kebijakan yang menerapkan
Pengarusutamaan Gender (PUG) Di institusi yang saudara pimpin?
a. Tulis definisi PUG.
b. Jelaskan Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam PUG.
c. Jelaskan program-program yang saudara buat.

Jawab :

Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan dan sudah banyak juga perubahan terhadap
peran serta perempuan di segala bidang kehidupan dan dari berbagai aspek, namun tetap
saja masih tak bisa dipungkiri kesataraan gender yang diharpkan terjadi belum sepenuhnya
terjadi,

Definisi PUG, Pengurusutamaan Gender/PUG ialah istilah Bahasa Indonesia untuk


pengurusutamaan kesetaraan Gender di Indonesia. PUG dirumuskan sebagai strategi untuk
mengintegrasikan perspektif gender di dalam pembangunan semua sektor di Indonesia
(Wiasti, 2017). Integrasi perspektif gender mulai dari proses perencanaan, pengangguran,
pelaksanaan dan juga pemantauan dan juga evaluasi semua kebijakan program dan juga
kegiatan pembangunan. PUG memiliki tujuan untuk meuwjudkan kesetaraan gender di
dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan juga merata bagi seluruh
rakyat negara Indonesia, baik itu laki laki ataupun perempuan.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas,intervensi pemerintah di dalam


mempercepat tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (KKG) adalah dengan
membentuk suatu kebijakan yang disebut Strategi ”Pengarusutamaan Gender” disingkat
menjadi PUG (Gender Mainstreaming). Istilah pengarusutamaan gender (PUG) berasal
dari bahasa Inggris ” Gender Mainstreaming”. Istilah ini digunakan pada saat Konferensi
Wanita Sedunia ke IV di Beijing dan dicantumkan pada ”Beijing Platform of Action”.
Semua negara peserta termasuk Indonesia dan organisasi yang hadir pada konferensi
tersebut secara eksplisit menerima mandat untuk mengimplementasikan ” Gender
Mainstreaming” tersebut di negaranya masing-masing. Pengarusutamaan gender atau
disingkat PUG adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk
mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek
kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan
program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan
perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Adapun untuk Langkah-langkah nya sendiri, yaitu :

1. Berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan. Termasuk proses pengambilan


keputusan.
2. Memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan.
3. Memperoleh akses yang sama kepada sumberdaya pembangunan.

Untuk mewujudkan itu,maka Adapun program-program yang akan dibuat yaitu, pertama
dengan membuat kebijakan formal yang mampu mengembangkan komitmen segenap
jajaran pemerintah dalam upaya pengarusutamaan gender. Kedua, Pembentukan
mekanisme pelaksanaan pengarusutamaan gender, seperti forum komunikasi, kelompok
kerja, stering commite antar lembaga, dan pembentukan focal point pada masing-masing
sektor. Lalu yang terakhir Pengembangan mekanisme yang mendorong terlaksananya
proses konsultasi dan berjejaring.

4. Seandainya saudara Menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan Di Indonesia, kebijakan-


kebijakan apa yang akan saudara buat ? (berikan alasan mengapa kebijakan-kebijakan tersebut
diperlukan)

Jawab :

Menurut dan berdasarkan literatur yang saya baca, bahwa dalam hal ini, diperlukan
kebijakan, seperti dengan melakukan pemetaan permasalahan perempuan di daerah serta kajian
yang berlanjut untuk memberi solusi yang tepat dan juga kompherensif bagi perempuan.
Diperlukan sosialisasi berbagai perundang-undangan PKDRT,UU perlindungan anak, dan juga
UU PTPPO yang terus-menerus di daerah untuk mendukung implementasi hukum yang berpihak
kepada perempuan, kemudian juga diperlukan membentuk forum tentang dan mengenai jejaring
studi Wanita dengan perempuan di daerah untuk pemberdayaan perempuan. Agar modul
pemberdayaan gender dan pelatihan gender untuk disosialisasikan ke daerah-daerah dengan tujuan
guna membantu perempuan memahami hak-haknya, dan juga untuk mendorong perempuan terjun
dan berpartisipasi di politik praktis guna untuk memperjuangkan hak-haknya, kemudian
selanjutnya, pemberdayaan perempuan sebaiknya lebih mengutamakan di bidang Pendidikan,
pengatasan kemiskinan perempuan dan juga Kesehatan. Dikarenakan globalisasi yang dihadapi
hanya bisa diatasi melalui pemberdayaan perempuan.

Adanya banyak masalah mengenai gender, salah satunya yaitu dari aspek Pendidikan,
Adapun permasalahan dalam bidang Pendidikan yaitu :

- Ketidaksetaraan gender di dalam sektor penelitian juga Pendidikan tinggi.


- Permasalahan kurikulum pendidikanm yang masih bias gender dan juga belum
menguntungkan perempuan dan kelompok rentan
- Adanya ketimpangan gender pada Pendidikan anak usia dini sehingga Pendidikan
menengah atas yang telihat pada angka partisipasi murni (APM), rata-rata lama sekolah
(RLS), dan juga pencapaian Pendidikan.
- Belum terwujudnya pengarustamaan distabilitas dalam Pendidikan responsive gender.
- Yang terakhir yaitu Pendidikan nonformal yang belum mengadopsi perspektif kesetaraan
gender dan juga pemberdayaan perempuan.

Alasan mengapa kebijakan-kebijakan dalam Pendidikan itu penting, dikarenakan rentetan


permasalahan di berbagai bidang pembangunan dan di dalam kelembagaan dan
pelembagaan PUG serta pemberdayaan perempuan dan penangan kekerasan terhadap
perempuan dan juga kelompok rentan tersebut di atas masih ditambah dengan seiring
berkembangnya permasalahan yang baru ataupun yang sedang berkembang, mendesak,
dan juga perlu ditangani. Isu-isu terkini seperti intoleransi, radikalisme dan ekstremisme
dan juga terorisme yang berdimensi gender dan mengancam upaya mewujudkan kesetaraan
gender dan juga pemberdayaan serta upaya pembangunan manusia dan pembangunan
nasional secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai