Anda di halaman 1dari 11

A.

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara demokrasi yang mana dalam


kehidupannya setiap orang memiliki hak yang sama dalam setiap tindakan
maupun dalam kehidupan. Indonesia telah mengalami suatu transisi salah
satunya masa Reformasi yang ditandai dengan adanya perubahan paradigma
dalam menyelenggarakan Negara yang lebih demokratis dan berdasarkan
prinsip Negara hukum serta dalam upaya menegakkan supremasi hukum.
Selain itu hak asasi manusia dan persamaan kesederajatan di mata hukum
bagi setiap warga Negara Indonesia harus ditegakkan dengan prinsip keadilan
yang mana adil tanpa melihat dari segi apapun. Hal tersebut sudah terwujud
dalam perubahan konteks konstitusional atau dasar hukum dengan
terlaksananya amandemen UUD 1945.Ketegasan ,kepastian dan keadilan
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Negara Indonesia memberikan jaminan
kepada setiap masyarakat yang tinggal di Indonesia memiliki hak yang sama
di mata hukum. Namun pada kenyataan yang terjadi hingga saat ini isu
mengenai kesetaraan gender hanya sebatas rancangan Undang-undang saja
belum disahkan secara resmi di dalam undang-undang. Namun dalam
berbagai aspek gender sudah masuk dalam beberapa peraturan perundang-
undangan namun belum begitu spesifik dan rinci. Meskipun demikian bila
menelusuri dari berbagai bidang khususnya dalam kajian ini adalah
kewarganegaraan Indonesia dan gender sebenarnya dalam Undang-Undang
nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah
memberlakukan kesetaraan gender yang tepat dalam menempatkan hak-hak
antara laki-laki dan perempuan.
Gender ialah suatu hal yang mengenai jenis kelamin manusia yang
merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UNESCO
menjelaskan sendiri mengenai gender yaitu Gender merujuk pada peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam
keluarga,masyarakat,Negara dan budaya. Konsep dasar gender juga
mencakup harapan yang dimiliki tentang karakteristik, kemampuan,dan
kemungkinan perilaku keduanya pria dan wanita (maskulinitas dan
feminitas).Setiap pria dan wanita pasti memiliki peran dan hak sama dalam
mencapai suatu tujuan hidupnya tanpa adanya suatu ketidaksetaraan gender
sebab wanita juga memiliki kemampuan yang sama dengan pria meskipun
selama ini wanita hanya dikesampingkan tetapi seorang wanita memiliki
peran yang besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bentuk lain
mengenai gender yakni menurut Kristeva yaitu gender merupakan suatu
konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan baik secara biologis,perilaku,mentalitas dan sosial
budaya (Tong,2004:42).

Praktik gender dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara


merupakan suatu yang sudah menjadi kesetaraan gender karena pada
dasarnya di Indonesia sendiri di dalam kehidupan masyarakatnya tidak lepas
dari peran seorang laki-laki dan perempuan. Gender sendiri merupakan suatu
pembedaan jenis kelamin,dan perilaku manusia antara laki-laki dan
perempuan. Namun dalam bermasyarakat setiap orang memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam melakukan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Maka dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara perlunya
kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender juga meliputi
penghapusan diskriminasini dan ketidakadilan structural,baik terhadap laki
laki dan perempuan. Keadilaan gender sendiri adalah tidak adanya
pembakuan peran,beban ganda,subordinasai,marginalisasi dan kekerasaan
terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan demikian tidak hanya
menggunakan pengertian dari kesetaraan gender itu sendiri namun harus
diimbangi dengan keadilan. Karena konsep antara kesetaraan bertolak
belakang dengan prinsip keadilan. Dengan terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan
dan laki laki,dengan demikian mereka memiliki akses,kesempatan
berpartisipasi,serta memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan.
Pada hakikatnya juga perempuan memiliki hak sama yang tidak hanya
diperuntunkan bagi para laki- laki yitu hak untuk hidup secara
terhormat,bebas dari raa takut dan bebas menentukan pilihan hidup.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah membahas mengenai masalah yang akan dibahasan
dalam pembahasan yang dikaji melalui pertanyaan-pertanyaan.Berikut
rumusan masalah yang dikaji.
1. Bagaimana pengertian gender dalam kehidupan Masyarakat dan Negara?
2. Bagaimana Ideologi Patriartkhi dan konstruksi gender dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara di Indonesia?
3. Bagaimana upaya Indonesia menciptakan kesetaraan dan keadilan gender
pada praktik praktik gender yang telah ada?
C. Pembahasan
1. Pengertian gender
Gender secara epistimologi berasal dari bahasa inggris yang berarti
jenis kelamin(John M.Echols dan Hassan Shandily,1983:265). Namun
pada dasarnya gender menurut (Saptari:1997:89) gender bahwasanya
tidak identik dengan perbedaan seksual secara biologis,melainkan
berkaitan dengan perbedaan simbolik dan sosial yang berdasarkan
perbedaan jenis kelamin. Perbedaan seksual bersifat alami dengan ciri-ciri
fisik yang jelas serta tidak dapat diubah atau ditukarkan. Seperti yang
diungkapkan oleh (Humm:2002:178) bahwa jenis kelamin bersifat
biologis sedangkan periku gender merupakan konstruksi sosial yang ada .
Mosse(1996:3) juga mengemukakan bahwa gender adalah seperangkat
peran yang seperti halnya kostum,topeng,dan alat-alat tearter yang
menyampaikan pada orang lain bahwa kita adalah feminine atau maskulin
yang mana hal tersebut dapat dilihat secara kasat mata dari kostum yang
kita pakai sesuai dengan peran kita. Maka dari itu perangkat
yangmelihatgendermencakupdaripakaian,sikap,perilaku,kepribadian,peke
rjaan,seksualitas,tanggungjwab keluarga dan lain sebagianya. Jadi gender
bukan hanya dilihat dari sisi jenis kelamin melainkan dari perilaku,peran
dan mentalitas setiap individu yang mana diantara laki-laki dan
perempuan memiliki sifat yang berbeda dalam bertindak dan bertingkah
laku serta dalam menyelesaikan masalah memiliki perbedaan. Perbedaan
Gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat
panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab,seperti kondisi sosial
budaya,kondisi keagamaan dan kondisi kenegaraan.Dari proses yang
begitu panjang menjelaskan bahwasanya gender bersifat kodrat tuhan
yang tidak bisa diubah,namun pada kenyataanya gender ini menjadi
penyebab terjadi masakah dalam praktik gender di masyarakat. Dan
gender memiliki kedudukan yang tinggi dalam mementukkan pengalaman
hidup seseorang yang akan di tempuhnya seperti pendidikan,dunia kerja
dll.

Pembentukan gender yang ditentukan oleh sosio


budaya,mengakibatkan perbedaan gender pada masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya itu berbeda pula. Salah satu contohnya yaitu
perbedaan gender antara masyarakat jawa deng
an masyarakat bali yang memiliki perbedaam gender .Hal tersebut terjadi
karena perbedaan struktur sosial masyarakat tersebut,namun tidak hanya
dari sosial budaya saja tetapi juga ada perbedaan gender dari perbedaan
kelas yang mengakibatkan perbedaan peran gender dalam kehidupan
masyarakat yang ada.

Perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki tidak dapat


dipertukarakan karena memang pada dasarnya jenis kelamin merupakan
anugerah tuhan yang maha esa yang telah ditetapkan setiap orang dan
tidak dapat dipertukarkan. Sedangkan perbedaan gender merupakan
kontruksi masyarakat yang dapat dipertukarakan.Kontruksi yang
dimaksud semisal peran atau pekerjaan perempuan dapat di lakukan oleh
laki-laki seperti memasak,mencuci,menyapu. Sama halnya dengan peran
laki-laki yang dapat dilakukan oleh perempuan seperti pekerjaan yang
membutuhkan kekuatan dan keberanian kuat contoh perempuan yang
menjadi kuli bangunan. Perempuan juga bisa kuat,berani,keras dan tegas
seperti sikap laki-laki. Sebaliknya laki-laki juga bisa menangis,halus,takut
dan ragu-ragu seperti sikap perempuan. Jadi intinya laki-laki dan
perempuan dari sisi gender atau peran tidak adanya pembeda-pembeda
jika secara kontruksi laki-laki dan perempuan bisa ditukarkan. Masalah
stereotip atau pembekuan gender terjadi sebab telah dibentuk oleh
masyarkat yang memiliki sitem patriarkhi pada umumnya dan
disosialisasikan kepada generasi muda secara turun temurun untuk
mengubah adanya stereotip membutuhkan waktu dan pembiasaan dalam
sosialisasi.

2. Ideologi Patriarkhi dan Konstruksi Gender

Patriarkhi adalah suatu sistem kekeluarga yang dianut oleh sebagian


besar masyarakat di dunia ini.Seperti yang diungkapkan Chow bahwasanya
pengertian dari patriarkhi ini sebagai suatu prinsip yang mana didalamnya
laki-laki lebih mendominasi yang membentuk struktur dan sistem ideologi di
kehidupan masyarakatnya. Laki-laki dalam sistem patriarkhi berada pada
posisi yang superiordinat sebagai pihak yang memiliki dominasi,sedangkan
kaum perempuan hanya sebagai pihak subordinat yang didominasi (Ritzer
dan Goodman,2010:408;2007:180).Tradisi patriarkhi sendiri berisi mengenai
seperangkat hubungan sosial antar laki-laki dengan basis materi yang mereka
miliki dan saling ketergantungan serta solidaritas yang ada di antara mereka
terbangun mapan memungkinkan mereka mendominasi perempuan
(Irianto,2006:395) sehingga perempuan menjadi terdomansi karena hubungan
solidaritas antar laki-laki di sistem patriarkhi. Sinarti mengungkapkan bahwa
terjadi saling ketergantungan antar kaum laki-laki untuk mendominasi kaum
perempuan (2007:227). Hubungan tersebut sangat tidak adil dan tidak adanya
keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.

Sistem patriarkhi memiliki sejarah yang panjang sebagai suatu sitem


sosial yang kini mendominasi kehidupan masyarakat . Patriarkhi sendiri
sebagai sebuah sistem kekeluargaan yang mendominasi tatanan mayarakat
saat ini yang muncul setelah adanya sistem matriarkhi. Pada zaman dahulu
sistem matriarkhi mendominasi sebagai mana pada peradapan awal
megkondidikan bahwa laki-laki berpindah- pindah untuk mencari nafkah
dengan berburu sedangkan kaum perempuan menetap sebagai pengatur
rumah dan merawat anak. Seluruh kebutuhan dan peraturan yang ada di buat
oleh kaum perempuan. Namun seiring dengan adanya sistem pertanian dan
berternak laki-laki lebih mendominasi dari pada perempuan sehingga sistem
Matriarkhi berubah menjadi Patriarkhi. Tidaknya itu saja segala kekuasaan
harta dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keluarga laki-laki yang
mendominasi hal tersebut.

Banyak sebagian masyarakat yang ada di dunia ini menganut sistem


patriarkhi. Sistem patriarkhi menutut perempuan untuk patuh dan tunduk
pada kaum laku-laki.Perempuan selama ini dianggap sebagai makhluk yang
lemah sehingga perempuan perlu perlindungan dari kaum laki-laki. Sebagai
imbalan atau balasan perempuan terhadap laki-laki maka perempuan harus
tunduk dan mematuhi segala perintah dari kaum laki-laki. Kaum laki-laki
juga harus berkewajiban memelihara dan melindungi kaum perempuan
dengan cara menafkahi dan memberikan kasih sayang. Hal tersebut
memberikan kesepahaman bahwa saling membutuhkan tersebut sampai
membuat hilangnya kesadaran perempuan akan dominasi yang dibuat oleh
kaum laki-laki. Kesetiaan dan kepatuhan kaum perempuan tersebut yang
menjadi kunci dan jaminan adanya sistem patriarkhi.

Didalam dominasi tidak akan menimbulkan kekerasan apabila kaum


laki-laki memberikan konsekuensi terhadap kaum perempuan dan tidak
sewenang-wenang kepada perempuan. Hegemoni Patriarkhi dalam
masyarakat Jawa semisal telah membuat perempuan mematuhi dan
meneladani perannya sebagai perempuan. Perempuan telah melakukann
peran sebagai seoarng ibu dengan melahirkan keturunan dan berkewajiban
merawat anaknya sehingga peran laki-laki harus berkewajiban
menafkahi.Wardhani(2012:5) mengatakan bahwa dominasi laki-laki terhadap
perempuan tersebut juga menimbulkan kekerasan .Hal itu dibuktikan dengan
adanya sejumlah paradox menurut Wardhani bahwa perempuan harus
menangis ,menangung dan menyembunyikan penderitaan yang dirasakannya
akibat kekerasan yang dilakukan suaminya sebagai kepala keluarga yang
sewenang-wenang. Para perempuan merasa malu bila kekerasan itu
diceritakan kepada orang lain karena hal itu termasuk aib keluarga. Jadi
menurut Luhumina(2000:148) bahwa dominasi laki-laki terhadap perempuan
merupakan ketimpangan historis yang bisa menghambar kemajuan
perempuan. Sehingga perempuan mudah didominasi oleh kaum laki-laki.

Di dalam ideologi patriarkhi berpotensi dalam terciptanya ketidakadilan gender.


Ridwan (2006:25:32) mengemukakan lima bentuk ketidakadilan gender yaitu
marginalisasi, subordinasi, stereotip gender, kekerasan dan beban ganda.

a. Marginalisasi yaitu proses penyisihan yang mengakibatkan pemiskinan secara


ekonomi bagi perempuan. Hal tersebut terjadi karena masih adanya anggapan
bahwa anak perempuan tidak perlu menuntut illmu tinggi karena nantinya
hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi dapur dan rumah.
Pandangan tersebut mengakibatkan keterbelakangan perempuan dalam
bidang pendidikan yang berkaitan erat dengan pekerjaan. Sehingga hal
tersebut membuat perempuan yang berpendidikan rendah mendapat pekerjaan
yang rendah.
b. Subordinasi yaitu anggapan dan tindakan masyarkat yang menempatkan
perempuan pada posisi rendah. Perempuan diperlakukan secara
deskriminatigf berbeda dengan laki-laki. Hal itu dapat ditunjukkan dengan
adanya ketidakadilan akses perempuan dan laki-laki yang berbeda. Dalam
penelitian mengungkapkan bahwasanya perempuan sebagai pihak subordinat
yang berada di belakang laki-laki (Ritzer dan Goodman .
2010:180).Perempuan tidak dapat hidup mandiri dalam perekonomi sebab
istri bergantung pada hasil kerja suami. Perempuan sangat berharga sebagai
seorang ibu namun jikalau ada seorang perempuan yang tidak bisa
menghasilkan anak (mengalami kemandulan ) maka kodrat seorang
perempuan akan turun dimata suaminya dan mereka akan takut ditinggalkan
oleh suaminya. Gilman menyimpulkam bahwa memperjuangan penghargaan
sebagai perempuan hanya dengan sebagai seorang ibu dan ibu bagi anaknya.
c. Stereotip yaitu bentuk ketidakadilan dalam gender,dalam sebagai besar
perempuan hanya menduduki pekerjaan halus dan berkaitan dengan memasak
dan mengasuhan seperti sekretaris, guru,perawat,juru masak dll. Walaupun
sudah bnyak perempuan yang berkerja di berbagai bidan namun jarang yang
menjadi seorang pimpinan. Sterotip gender menurut Handayani dan Sugiarti
(2006:17) yaitu suatu pelabelan negative terhadap perempuan,hal tersebut
dibuktikan dengan adanya penempatan perempuan dalam bidang pekerjaan
dibatasi bahkan adanya perempuan yang ekonomi rendah tidak memiliki
pendidikan sehingga dianggap rendah atau bodoh.
d. Kekerasan yaitu serangakan secara fisik ataupun mental terhadap seseorang.
Bentuk kekerasan secara mental terhadap perempuan yaitu
penghinaan,pelecehan,sampai pemerkosaan. Kekerasan terjadi karena kaum
laki-laki bertindak sewenang-wenang terhadap perempuan yang di pandang
sebagai objek dalam melakukan kekarsan sebab perempuan dianggap lemah.
e. Beban Kerja berkaitan mengenai tanggungjawab yang harus dilakukan oleh
para perempuan yang mana memiliki beban kerja yang ganda. Beban kerja
ganda ini terjadi sebab perempuan disis menjadi seorang ibu yang harus
merawat anaknya dan pekerjaan rumah tangga ditambah harus berkerja demi
mencukupi kebutuhan keluarga.Hal tersebut termasuk dalam stereotip laki-
laki terhadap perempuan sebab laki-laki yang seharus berusaha mencari
tambahan kebutuhan bukan hanya dilimpahkan pada seorang perempuan.

3. Upaya Menciptakan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Ketidakadilan gender secara teoritis memang tidak ada dalam berbagai Undang-
Undang di Indonesia namun secara praktis masih ada di Indonesia bahkan tak jarang
dapat ditemukan praktik – praktik yang menunjukkan ketidakadilan gender.
Ketidakadilan sendiri disini memiliki arti tidak adanya adil sesuai porsi porsi yang
seimbang sesuai kebutuhan masing masing. Dengan kondisi masih banyak beberapa
ketidakadilan gender,pemerintah telah mengakamodirsuatu program
Pengarasutamaan Gender yang dikenal dengan PUG. Program ini ditangani oleh
sebuah badan yaitu Pemberdayaan Perempuan yang ada sampai tingkat Kabupaten
dan Kota di Indonesia. Konsep PUG sendiri pertama kali muncul saat Konferensi
PBB untuk Perempuan IV di Beijing tahun 1995. Berbagai area kritis yang perlu
menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia untuk mewujudkan
kesetaraan gender waktu itu mulai dipetakan. PUG memiliki tujuan untk
meningkatkan kedudukan,peran,dan kualitas perempuan serta upaya mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga,berbangsa dan
bernegara, maka dipandang perlu melakukan strategipengarasutamaan gender ke
dalam seluruh pembangunan nasional. PUG secara legal dituangkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional. Pengarustamaan gender merupakan strategi yang dibangun
untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan,penyusunan,pelaksanaan,pemantauan,dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional yang prespektif gender dalam rangka mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga,bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.

Dalam lingkup yang lebih kecil dari benegara dan berbangsa.adapun beberapa
indikator terwujudnya keadilan gender dalam relasi antar anggota keluarga yang
dikemukakan Ridwan (2006:44-45) yaitu sebagai berikut.

a. Partisipasi aktifseluruh anggota keluarga dalam perumusan,pengambilan,


keputusan, perencanaan kegiatan keluarga.
b. Melaksanakan berbagai kegiatan keluarga secara merata tidak berdasarkan
pembagian jenis kelamin
c. Manfaat yang diperoleh seluruh seluruh anggota keluarga secara merata dari
hasil pelaksanaan kegiatan.
d. Akses dan control seluruh anggota keluarga dalam berbagai sumber daya
manusia maupun sumber daya alam yang menjadi aset keluarga ,seperti hak
waris,hak memperoleh pendidikan dan pengetahuan ,jaminan kesehatan, hak
reproduksi.

Keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil yang harus dibina terlebih dahulu.
Relasi adil gender dalam keluarga akan mendorong terciptanya tatanan sosial yng
adil gender pula. Pengalaman dan kondisi dalam keluarga akan mempenagruhi pola
tingkah laku seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain di masyarakat.

Upaya-upaya untuk mewujudkan keseteraan dan keadilan gender antara laki- laki
dan perempuan demi meminimalisirkan praktik-praktik ketidakadilan gender di
Indonesia sebelumnya telah dialakukan R.A Kartini yang merupakan salah satu
tokoh atau pahlawan emansipasi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Meskipun ide- ide Kartini untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan
Jawapada akhir abad ke -19 belum sempat terealisaikan pada masa itu namun
setidaknya telah mampu mewarnai semangat perempuan Indonesia untuk keluar dari
ketertindasan dan mendapatkan hak,kedudukandan peran yang setara dengan laki-
laki. Karena pada dasar gender bukan jenis kelamin namun sejumlah peran yang
dilekatkan kepada perempuan dan laki- laki.

D. Kesimpulan Dan Saran

Dari pembahasan yang telah dijelaskan panjang lebar pada uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya di dalam undang undang dasar 1945 sudah di
jelaskan dan diatur didalamnya namun pada praktek kesehariannya masih ada di
daerah daerah tertentu yang belum bisa mempraktekkan kesetaraan gender karena
adat istiadat yang masih melekat kuat dan adanya norma yang masih berlaku hal
inilah yang menjadikan kesetaraan gender masih belum berlaku karena kebiasaan
kebiasaan yang sulit dihilangkan. Ada juga karena orang tua atau sesepuh yang
memberi peringatan kepada para perempuan yang melakukan hal menyimpang
menurut mereka seperti membiarkan suaminya untuk melakukan pekerjaan rumah
seperti mencuci baju, mencuci piring, memasak, mengurus anak, dan sebagainya
padahal sebenarnya mengerjakan pekerjaan rumah bersama sama antara suami dan
istri akan mempercepat untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah juga bisa untuk
meringankan beban kerja pada istri jika istri ikut membantu bekerja mencari nafkah,
dari segi kekeluargaan juga bisa menambah kekompakan dalam hubungan suami istri
sehingga dalam keuarga juga semakin manambah keharmonisan dalam rumah tangga
untuk mengurangi pertengkaran antara suami istri yang mengakibatkan perceraian
yang marak terjadi terutama pada kalangan artis atau papan atas yang kerap kali
melakukan menikah kemudian cerai ,entah apa alasan mereka melakukan hal tersebut
yang jelas pernikahan adalah suatu acara sakral yang dilakukan seumur hidup malah
dibuat seperti main main hal ini tentu tidak patut untuk di tiru oleh masyarakat luas
bukanya memberi contoh yang baik malah banyak memberi contoh yang tidak baik
menyebabkan kesetaraan yang kurang pas. Keharmonisan dalam rumah tangga juga
menyebabkan sosialisasi pada anak juga menjadi sempurna jika dibandingkan
dengan orang tua yang sudah bercerai jika hak asuh di dapat oleh ayah maka akan
kurang sempurna sosialisasinya karena kesibukan ayah dalam mecari nafkah padahal
dalam sosialisasi primer terdapat di dalam lingkungan keluarga jika terjadi
kekurangan atau terjadi sosialisasi kurang sempurna pada keluarga maka
kemungkinan besar anak akan melakukan perilaku menyimpang jika anak memilih
pada lingkunagan yang kurang baik karena anak merasa nyaman dengan lingkungan
keluarga kemudian lebih memilih ke pergaulan yang menyimpang seperti minum
minuman keras, merokok, dan lain lain. Namun kembali lagi praktik kesetaraan
gender yang belum terlaksana hanya terjadi di beberapa wilayah seperti di desa desa
di pulau Jawa yaitu beupa budaya patriarki yang mana hanya laki laki yang boleh
bekerja dan mencari nafkah sedangkan perempuan hanya boleh melakukan pekerjaan
rumah seperti mencuci mengurus anak dan lain lain hal ini menjadikan laki laki
memiliki derajat yang lebih tinggi dibandigkan dengan perempuan karena laki laki
memiliki derajat yang lebih tinggi daripada perempuan maka terjadi ketidak setaraan
gender menyebabkan keirian antara perempuan terhadap laki laki yang meiliki
derajat lebih, padahal pada zaman dahulu kesetaraan gender ini telah diperjuangkan
oleh tokoh besar yaitu R.A Kartini akan tetapi kesetaraan ini hanya sampai seperti
dibidang pendidikan dan beberapa bidang lainya akan tetapi dalam rumah tangga
masih belum bisa diterapkan karena masih kentalnya adat atau budaya patriarki ini
yang ditekankan oleh orang tua tetapi di daerah kota sudah mulai terlaksana praktik
kesetaraan gender karena di kota kota sudah mulai tertata dalam praktik pekerjaan
misalnya sudah dibagi mana tugas untuk perempuan mana tugas untuk laki laki
sehingga terjadilah kesetaraan gender ini mengakibatkan tidak adanya rasa iri
perempuan terhadap laki laki, tetapi pada praktiknya para perempuan yang bekerja di
kota biasanya telah melampaui batas seperti pulang hingga malam hari menjadikan
budaya sopan santun mulai memudar dan akhirnya menghilang

Anda mungkin juga menyukai