STUDI KASUS
Masih banyak TKW Indonesia yang hak-haknya belum sepenuhnya terlindungi oleh
negara. Masih marak pula terjadi kasus yang tak terselesaikan sebab insignifikansi pemerintah
(pemerintah mengganggap masalah ini tidak penting) tentang hal ini. Lucunya, kasus TKW
seringkali hanya disambut dengan komentar ringan berupa ‘pemerintah belum dapat melindungi
hak-hak umum para TKW, serta belum dapat mengawasi seluruhnya kasus tentang pemerkosaan
yang marak terjadi’.
Ini menyangkut soal hak; yang berarti pula akan menjadi masalah yang memberatkan
atau bahkan menyulitkan Indonesia di kemudia hari jika tak segera diselesaikan dengan aksi
nyata. Apalagi TKW merupakan major labour yang bertugas menopang satu dari beberapa pilar
utama negara, lewat peran pentingnya terhadap pasokan devisa. Sebab mereka kecil, tak berarti
mereka menyumbang peran yang kecil pula untuk negara.
Bisa jadi, dengan adanya aksi peningkatan perlindungan kepada TKW secara nyata dan
signifikan dari pemerintah akan memunculkan stabilitas ekonomi lebih mumpuni, sehingga
perannya untuk kesejahteraan negeri secara langsung juga akan terasa besar. Pertanyaannya,
apakah pemerintah bersedia? Sebuah renungan untuk bangsa ini tentunya.
Memiliki akses di atas mempunyai tafsiran yaitu setiap orang mempunyai peluang /
kesempatan dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber daya dan memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya
tersebut. Memiliki partisipasi berarti mempunyai kesempatan untuk berkreasi / ikut andil dalam
pembangunan nasional. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.