FAKULTAS HUKUM UNWIKU PURWOKERTO GENAP 2018/2019 MATERI UTS •
A. PENGERTIAN GENDER, TEORI GENDER, BENTUK-BENTUK
KETIDAKADILAN GENDER B. POTRET PERMASALAHAN PEMBANGUNAN GENDER DAN KESEJAHTERAAN PERLINDUNGAN ANAK C. BEBERAPA AGENDA MENDESAK DALAM GERAKAN TRANSFORMASI PEREMPUAN D. CEDAW E. GENDER MAINSTREAMING F. BIAS GENDER DALAM PEMAHAMAN AGAMA G. TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN H. PEREMPUAN DAN POLITIK I. GENDER DAN MEDIA PERTEMUAN 1 (13 Maret 2019)
A. PENGERTIAN GENDER, TEORI GENDER, BENTUK-
BENTUK KETIDAKADILAN GENDER
B. POTRET PERMASALAHAN PEMBANGUNAN GENDER
DAN KESEJAHTERAAN PERLINDUNGAN ANAK
C. BEBERAPA AGENDA MENDESAK DALAM GERAKAN
TRANSFORMASI PEREMPUAN A.1. Pengertian Gender Kata “gender” berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin.
Menurut Cixous dalam Tong (2004:41), gender diartikan sebagai
“perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”.
Menurut Kristeva dalam Tong (2004:42) dijelaskan bahwa gender
adalah “suatu konsep cultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara laki-laki dan perempuan baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan social budaya”.
Gender merupakan aturan atau norma prilaku yang berhubungan
dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat, karena gender sering kali diidentikkan dengan jenis kelamin atau seks. Menurut Muhtar dalam Froom (2002:56) gender dapat diartikan sebagai “jenis kelamin social atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran social berdasarkan jenis kelamin”.
Menurut Fakih dalam Analisis Gender dan Transformasi
Sosial (2008:8) mendefinisikan gender sebagai “suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural”
Dari beberapa definisi tentang gender dapat ditarik
kesimpulan bahwa gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik secara kultural dan emosional namun memiliki hak yang sama. Kesimpulan : gender adalah sifat yang dilekatkan kepada laki-laki dan perempuan, dan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural. Sifat tersebut dapat saling dipertukarkan, berubah dari waktu ke waktu, berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya, dan berbeda dari satu kelas ke kelas lainnya. Perbedaan Seks dan Gender No Karaeristik Seks Gender
1 Sumber pembeda Tuhan Manusia/masy.
2 Visi dan misi Kesetaraan Kebiasaan
3 Unsur pembeda Biologis (alat reproduksi) Kebudayaan (tingkah laku)
4 Sifat Kodrat, tetap, tdk dpt Harkat, martabat, dapat
kesempurnaan, kenikmatan, ketentuan ttg pantas atau kedamaian, menguntungkan tidak pantas kedua pihak
6 Keberlakuan Sepanjang masa, di mana saja, Dapat berubah, musiman,
berbeda antarkelas A.2. Teori Gender (Feminisme) • Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialisme utopis, Charles Fourier pada tahun 1837 yang berpusat di Eropa dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill dengan judul "Perempuan sebagai Subyek" ( The Subjection of Women ) pada tahun 1869.
• Pada awalnya gerakan ini ditujukan untuk
mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik. • Menurut Bhasin dan Khan dalam Lippa (2005:20) feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.
• Menurut Ilyas dalam Lippa (2005:21) feminisme
adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. • Tahun 1960, merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut ranah politik kenegaraan dengan diikutsertakan perempuan dalam hak suara parlemen. Adapun aliran feminisme yang akan mendukung kaum perempuan dalam kesetaraan gender, yaitu Feminis Liberal.
• Menurut Wolf dalam Friedan (1963:38)
Feminisme liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. • Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia pribadi dan public, karena setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan.
• Teori feminis liberal bertumpu pada
kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki- laki. • Menurut Mill dan Taylor dalam Tong (2004:7) pemikiran feminisme liberal pada abad ke-19 beranggapan bahwa: “Jika masyarakat ingin mancapai kesetaraan seksual dan keadilan gender, maka masyarakat harus memberikan perempuan hak politik dan kesempatan, serta pendidikan yang sama yang dinikmati oleh laki-laki.”
• Menurut Tong dalam Feminist Thought (2004: 16)
Feminism liberal berupaya untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif, yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi perempuan, baik didalam akademi, forum maupun pasar. • Feminis liberal menekankan bahwa masyarakat patriaki mencampuradukkan seks dan gender, dan mengganggap hanya pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminism yang layak untuk perempuan.
• Dari penjelasan diatas maka penggunaan feminis
liberal bersikeras bahwa laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama sebagai seseorang yang setara, sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai dan feminis liberal memberikan kesempatan untuk kaum perempuan untuk terlibat langsung dalam dunia politik. Implikasinya ? Gender menyebabkan anak perempuan dan anak laki-laki dibesarkan, diajari berperilaku, dan diharapkan oleh masyarakat secara berbeda sejak mereka dilahirkan (gender socialization)
Gender menciptakan peran gender (gender role), yakni
peran-peran yang dianggap pantas atau tidak pantas bagi laki-laki dan perempuan.
Gender menciptakan hubungan laki-laki dan perempuan
didasarkan peran gendernya, yang disebut hubungan gender (gender relation). Gender Relation
• Relasi gender terjadi secara simultan yang
ditandai dengan kerjasama, ketertautan, saling mendukung, dan konflik, perpisahan, dan persaingan yang terjadi karena perbedaan dan ketidaksetaraan. Relasi gender berkaitan dengan bagaimana kuasa (power) didistribusikan diantara kedua jenis kelamin tersebut. • Peran dan hubungan gender bisa dipertahankan, diubah, atau bahkan dibongkar sama sekali Konstruksi Gender
Membawa dampak yang berbeda bagi laki-laki dan
perempuan, sehingga melahirkan perbedaan gender (gender differences)
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Karena Perbedaan gender sering melahirkan ketidakadilan gender
Dibandingkan laki-laki, bentuk dan kualitas
ketidakadilan gender yang dialami perempuan jauh lebih banyak: subordinasi, marginalisasi, stereotip, beban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan Apa Indikator Dampak Konstruksi Gender ? Indeks Pembangunan Gender (IPG)/Gender-related Development Index (GDI) rendah. GDI diukur dari usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, akses pada penghasilan.
IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar
pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Kegunaan IPG untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Gender Empowerment Measure (GEM)/Indeks Pemberdayaan Gender rendah. GEM dilihat dari keterwakilan perempuan di parlemen, perempuan sebagai tenaga professional manajer, angkatan kerja perempuan • Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi. A.3. BENTUK KETIDAKADILAN GENDER
”laki-laki dan perempuan memang
berbeda, tapi tidak boleh dibeda- bedakan...”
Ada beberapa manifestasi ketidakadilan
gender, namun semuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Manifestasi ketidakadilan gender ini meliputi: Marginalization (peminggiran ekonomi/pemiskinan): adalah proses peminggiran ekonomi yang menyebabkan kemiskinan bagi salah satu jenis kelamin. Sumbernya interpretasi agama, tradisi,UU, kebijakan pemerintah, bahkan asumsi ilmu pengetahuan • Contoh: hukum waris, UU Perkawinan, Revolusi Hijau Subordination (penomorduaan/anggapan tidak penting): adalah sikap dan tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dibanding laki-laki. • Contoh: perempuan sulit menjadi pemimpin, konsep “kanca wingking,”
Stereotyping (pelabelan negatif): adalah sikap
negatif masyarakat terhadap perempuan sehingga perempuan selalu dalam posisi dirugikan.
• Contoh: perempuan tukang gosip, penggoda,
janda kembang. Double burden (beban ganda): adalah pembagian tugas dan tanggung jawab yang memberatkan perempuan (ketika perempuan berkiprah di sektor publik, beban kerja di sektor domestik masih menjadi tanggung jawabnya), Contoh: rata- rata jam kerja perempuan lebih panjang daripada laki-laki (12-16 jam per hari)
Violence (kekerasan terhadap perempuan): adalah segala
bentuk kekerasan berdasarkan gender yang akibatnya berupa atau dapat berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan, termasuk di dalamnya ancaman- ancaman dari perbuatan semacam itu, seperti paksaan atau perampasan yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi seseorang. Bentuknya bisa kekerasan fisik, seksual, psikologis, maupun ekonomi. • Contoh: perkosaan (termasuk marital rape dan dating rape), kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence), sunat perempuan (genital mutilation), pornografi, pelacuran, pemaksaan sterilisasi KB (enforced sterilization), menyentuh bagian tubuh perempuan tanpa kerelaan yang bersangkutan (molestation), pelecehan seksual (sexual harassment), trafficking, dsb Apa Akibatnya ?
Perempuan sendiri menganggap kondisi
dan posisi perempuan sebagai sesuatu yang normal dan kodrati, karena perempuan disosialisasi dengan posisi, citra, ”kodrat” yang demikian proses penjinakan (cooptation). Salah satu sumbernya adalah budaya patriarkhi (budaya kelakian) • Apa itu Budaya Patriarkhi ?
Budaya patriarkhi adalah budaya yang
memosisikan laki-laki sebagai superior/superordinat, sementara perempuan diposisikan sebagai subordinat. Budaya patriarkhi ini mendominasi ideologi gender. Ini tercermin pada kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara Apa Implikasinya ?
Budaya patriarkhi menjadi pembenar
bagi sistem distribusi kewenangan, sistem pengambilan keputusan, sistem pembagian kerja, sistem kepemilikan, sistem pembagian sumber daya yang bias gender Siapa Pelaku Ketidakadilan Gender ?
POTRET PERMASALAHAN PEMBANGUNAN GENDER DAN KESEJAHTERAAN – PERLINDUNGAN ANAK
Dua Belas Isu Kritis Perempuan Berbasis Gender dalam
Pembangunan (Deklarasi Beijing) 1. Perempuan dan kemiskinan 2. Perempuan dan pendidikan 3. Perempuan dan ekonomi 4. Perempuan dan kesehatan 5. Perempuan dalam pengambilan keputusan (politik) 6. Kekerasan terhadap perempuan 7. Perempuan dan hak asasi manusia (HAM) 8. Perempuan dan lingkungan hidup 9. Perempuan dan media massa 10. Perempuan di dalam konflik bersenjata 11. Mekanisme institusional untuk kemajuan perempuan 12.Anak perempuan Potret Permasalahan Pembangunan Gender dan Kesejahteraan – Perlindungan Anak Bidang pendidikan: APS perempuan lebih rendah, angka buta huruf lebih tinggi, rata-rata lama sekolah lebih rendah dibanding laki-laki Bidang kesehatan: AKI masih tinggi, prevalensi anemia ibu hamil masih tinggi, Bidang politik: keterwakilan perempuan di parlemen masih rendah, keterlibatan perempuan dalam jabatan publik masih rendah Bidang ekonomi: TPAK perempuan lebih rendah, diskriminasi upah terhadap perempuan Bidang hukum: banyak aturan hukum yang bias gender dan diskriminatif terhadap perempuan dan anak, peraturan yang ada belum dapat menjamin dan melindungi perempuan dan anak, banyak aparat penegak hukum yang tidak peka gender, Bidang sosial: kekerasan terhadap perempuan masih tinggi, maraknya perdagangan perempuan, prostitusi dan pornoaksi, Kualitas hidup anak Indonesia: APS anak usia sekolah (terutama sekolah lanjutan) masih rendah, anak usia < 6 tahun yang mengikuti PAUD masih rendah, AKBayi dan AKBalita masih tinggi, prevalensi gizi buruk dan GAKY masih tinggi, banyak pekerja anak, banyak anak yang dilacurkan, banyak anak tidak memiliki akte kelahiran,... BEBERAPA AGENDA MENDESAK DALAM GERAKAN TRANSFORMASI PEREMPUAN
Persoalan penindasan terhadap perempuan
tidak bersumber dari kaum laki-laki, melainkan persoalan sistem dan struktur ketidakadilan masyarakat perlu gerakan transformasi perempuan, yakni suatu proses gerakan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia (laki-laki dan perempuan) yang secara fundamental lebih baik Beberapa agenda guna mengakhiri ketidakadilan gender (Fakih) adalah: • Melawan hegemoni/dominasi yang merendahkan perempuan, dengan cara melakukan dekonstruksi ideologi. Artinya, mempertanyakan kembali segala sesuatu yang menyangkut nasib perempuan. Tujuannya membangkitkan kesadaran kritis gender, yakni kesadaran akan ideologi hegemoni dominan dan kaitannya dengan penindasan gender. Melawan paradigma developmentalism yang berasumsi bahwa keterbelakangan kaum perempuan disebabkan mereka tidak berpartisipasi dalam pembangunan mempertanyakan dominasi elit yang menggunakan pengetahuan dan diskursus pembangunan dari hegemoni kapitalisme dan modernisasi. Pendekatan Perempuan dalam Pembangunan Ada dua pendekatan yang sangat populer, yaitu Women in Development (WID) dan Gender and Development (GAD)
Women in Development (WID)
Konferensi Dunia tentang Perempuan di Meksiko tahun 1975 menghasilkan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination Discrimination Against Women/ CEDAW). Indonesia meratifikasi CEDAW dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1984. Konferensi tersebut menyepakati bahwa negara-negara di dunia harus memberikan perhatian pada kaum perempuan dan mengikutsertakan atau mengintegrasikan mereka dalam setiap program pembangunan Women in Development (WID). Pandangan Dasar WID Bahwa proses pembangunan dan perubahan sosial yang pesat telah menyingkirkan perempuan dari pusat-pusat kegiatan ekonomi perempuan harus diintegrasikan dalam setiap tahap pembangunan Bahwa keterbelakangan kaum perempuan itu problemnya terletak pada perempuan itu sendiri menciptakan proyek-proyek khusus bagi perempuan agar mereka dapat memperoleh penghasilan sendiri. Mementingkan strategi penempatan perempuan dalam posisi-posisi kunci di lembaga-lembaga pemerintahan. Pendekatan ini tidak mempermasalahkan mengapa perempuan selalu berada pada posisi subordinasi laki-laki (Handayani dan Sugiarti, 2002) Kelemahan WID Di banyak negara, perempuan termiskin malah menjadi miskin lagi WID mengabaikan kepentingan laki-laki maupun perempuan Perempuan yang menduduki posisi kunci sering justru ”bias laki-laki” WID mengisolasi perempuan dari pelaku pembangunan lain (laki-laki) WID hanya menekankan pemenuhan kebutuhan praktis perempuan Gender and Development (GAD) Pada pertengahan tahun 1980-an, sesudah Konferensi Perempuan di Nairobi, disadari bahwa ketidakadilan gender tidak dapat diselesaikan dengan pemenuhan kebutuhan praktis semata, tetapi juga kebutuhan strategis Gender and Development/GAD (Gender dan Pembangunan) Pandangan Dasar GAD Dasar pemikiran GAD bahwa semua kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan merupakan cerminan aspirasi, peran, pengalaman, permasalahan, dan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan GAD menolak upaya yang menilai rendah pekerjaan mempertahankan keluarga dan rumahtangga dikenal sebagai pendekatan ”pemberdayaan” Kebijakan pembangunan yang netral gender dampaknya sangat berbeda terhadap laki-laki dan perempuan pendekatan GAD harus selalu didahului dengan analisis yang membandingkan situasi laki-laki dan perempuan, serta memperhatikan dampak hubungan gender yang tidak setara Pendekatan GAD dari bawah ke atas (bottom-up approach) daripada pendekatan dari atas ke bawah (top- down approach) GAD melacak akar subordinasi terhadap perempuan Tujuan pembangunan bagi perempuan adalah kemandirian dan kekuatan internal Menekankan judicial review terhadap undang- undang yang berkaitan dengan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri