Anda di halaman 1dari 9

KESETARAAN GENDER DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT

Nama : Prima Arkhan Utomo


Kelas : XI-C
No Presensi : 25
Kesetaraan Gender Dalam Lingkungan Masyarakat

Pendahuluan
Dalam era modern ini, kesetaraan gender menjadi isu yang semakin mendesak untuk diungkap
dan dipahami dalam konteks masyarakat. Kesetaraan gender bukan hanya sekadar konsep
idealis, melainkan fondasi utama bagi pembangunan sosial yang berkelanjutan dan adil. Sejak
zaman dahulu, peran gender telah memberi warna pada struktur masyarakat, mengarah pada
ketidaksetaraan hak dan peluang antara pria dan wanita. Oleh karena itu, memahami, mengakui,
dan mengatasi ketidaksetaraan gender adalah langkah esensial menuju lingkungan masyarakat
yang inklusif dan progresif.Pentingnya kesetaraan gender terletak pada pemberdayaan seluruh
anggota masyarakat, tanpa memandang jenis kelamin. Dalam konteks ini, kesetaraan bukan
sekadar memastikan hak-hak wanita diakui, tetapi juga memerangi stereotip gender yang
membatasi kedua jenis kelamin. Perubahan paradigma ini menciptakan ruang bagi
perkembangan penuh potensi individu, tanpa dibatasi oleh norma-norma gender yang telah lama
mengikat.Namun, tantangan dalam mencapai kesetaraan gender tidak dapat diabaikan. Norma-
norma sosial yang terkait dengan gender seringkali sulit diubah, dan persepsi masyarakat
terhadap perubahan ini bisa menjadi penghalang. Oleh karena itu, perlu upaya bersama dari
semua lapisan masyarakat untuk mengedukasi, mengkampanyekan, dan menerapkan kebijakan
yang mendukung kesetaraan gender.Dengan merangkul kesetaraan gender, masyarakat dapat
membentuk lingkungan yang melibatkan seluruh individu, memanfaatkan keberagaman, dan
menciptakan pondasi yang solid untuk pertumbuhan dan kemajuan bersama. Kesetaraan gender
bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan suatu kewajiban kolektif yang dapat
membentuk masa depan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Latar belakang:
Kesetaraan gender merupakan suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan . Dalam hak
secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama. Kesetaraan Gender merupakan salah satu
hak asasi setiap manusia. Gender itulah yang Pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku
yang tumbuh dan berkembang . Dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran
produktif, peran reproduksi Serta peran sosial kemasyarakatan. Akan tetapi pada kenyataannya
sampai saat ini, Perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.
Terlebih Lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur,
Sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya peran di luar itu menjadi Tidak
penting. Istilah kesetaraan gender sering terkait dengan istilah diskriminasi Terhadap perempuan,
sub kordinasi, penindasan, perilaku tidak adil dan semacamnya. Diskriminasi gender,
menyebabkan kerentanan terhadap perempuan dan/atau anak Perempuan serta berpotensi pada
terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam . Berbagai bidang
kehidupan. Oleh karena itu, banyak bermunculan program atau Kegiatan, terutama dilakukan
oleh beberapa LSM, untuk memperbaiki kondisi kondisi. Perempuan, yang biasanya berupa
pelatihan tentang isu-isu gender, pembangkitan .Kesadaran perempuan, dan pemberdayaan
perempuan dalam berbagai segi .Kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Namun, hal ini justru
berbanding terbalik . Dengan realita bahwa perempuan ternyata mempunyai peranan yang sangat
besar .Dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial, bahkan
Peranan perempuan justru sangat dirasakan oleh masyarakat luas.
Faktor Penyebab Permasalahan Gender
Dibaca normal 2 menit Home Pendidikan 3 Faktor Penyebab Terjadinya Permasalahan Gender:
Stereotipe Penulis: Yuda Prinada tirto.id – 16 Nov 2022 11:25 WIB Apa saja faktor penyebab
terjadinya permasalahan gender? Berikut penjelasan selengkapnya. Tirto.id – Gender adalah
perbedaan nilai serta tingkah laku dengan meninjau jenis kelamin seseorang. Lebih tepatnya,
perbedaan ini mencakup sesuatu yang berbeda dalam fungsi sosial laki-laki dan perempuan.
Dalam studi gender, terdapat banyak istilah yang mendeskripsikan masalah di dalamnya. Di
antaranya ada kesetaraan gender, ketidaksetaraan gender, diskriminasi gender, hingga
permasalahan gender lainnya. Intinya, gender ini mengedepankan aspek kesamaan peran antara
laki-laki dan perempuan di dunia. Akan tetapi, terkadang ada beberapa permasalahan yang
muncul. Sebut salah satunya adalah masalah ketidaksetaraan. Mengutip artikel bertajuk
“Pembangunan Manusia Berbasis Gender” terbitan Kemenpppa, permasalahan gender ternyata
telah terjadi berkali-kali sejak dahulu dan masih menjadi fokus pembahasan negara internasional
hingga saat ini. Lantas, apa saja faktor penyebab terjadinya permasalahan gender tersebut? Baca
juga: Kusumoto Ine dan Diskriminasi Gender di Jepang 5 Faktor Penyebab KDRT: Dominasi
Gender hingga Masalah Ekonomi Faktor Penyebab Permasalahan Gender Permasalahan gender
terjadi ketika salah satu pihak mendapatkan posisi menguntungkan dan satunya lagi tidak. Hal ini
seirama dengan sejarah gender yang terjadi di negara Prancis pada abad ke-19. Dilansir dari situs
UMY, masalah gender muncul pertama kali di Prancis pada kisaran abad ke-19. Saat itu,
perempuan yang bekerja diberikan upah lebih kecil dibanding pekerja laki-laki. Lantaran beban
kerja mereka sama, maka upah seharusnya diberikan merata. Selain dalam segi ekonomi,
permasalah gender juga mencakup berbagai macam aspek lain. Di antaranya pernah terjadi di
bidang budaya dan stereotip perempuan di sebuah lingkungan sosial. Lebih spesifiknya, gender
terjadi karena berbagai macam hal. Di antaranya ada stereotip mengenai jenis kelamin, budaya
yang menganjurkan suatu hal dilakukan oleh salah satu pihak, hingga ekonomi. Berikut
penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut.

1. Stereotip
Arti penyebab di atas adalah pandangan suatu jenis kelamin terhadap apa yang
seharusnya mereka lakukan. Bukan hanya itu, penilaian status secara vertikal jenis
kelamin juga terjadi dalam faktor ini. Pandangan ini pada akhirnya menyebabkan
permasalahan ketika salah satu pihak dirugikan atau direndahkan. Sebut saja contohnya
terkait diskriminasi terhadap kaum perempuan. Perempuan yang dipandang lemah di
masyarakat dianggap tidak kompeten dalam menjalankan pekerjaan berat. Padahal, bisa
saja di antara mereka ada individu yang memang sering berlatih sehingga terbiasa.
Dengan begitu, penilaian seharusnya bukan dilakukan secara kasat mata. Namun,
diadakan melalui pengecekan kinerja atau seleksi dengan tidak memperhatikan mereka
berjenis kelamin apa.

2. Kondisi sosial budaya


Dalam sebuah lingkungan, terkadang kita sering mendengar bahwa perempuan
ditugaskan untuk menjaga rumah atau menjadi ibu rumah tangga. Padahal, mereka bisa
melakukan hal lain seperti yang pria lakukan. Budaya ini memang hidup di masyarakat.
Oleh karena itu, perubahan yang terjadi akan menimbulkan ketidakteraturan karena
dirasa tak patut. Namun, ini merupakan pilihan masing-masing individu. Jika seorang
perempuan memutuskan untuk menjadi perempuan karir, maka ia boleh saja tidak
mengurusi pekerjaan di rumah. Namun, mereka yang sudah memiliki suami tentu akan
punya anak dan berkewajiban untuk merawatnya. Budaya ini memang sifatnya
manusiawi, tergantung manusia tersebut ingin menjalankan kehidupan seperti apa. Jika ia
terpaksa melakukan sesuatu karena diperintah orang lain, maka budaya tersebut menjadi
faktor penyebab permasalahannya.
3. Ekonomi
Berbeda dari dua faktor sebelumnya yang lebih terlihat seperti kebiasaan, faktor ekonomi
lebih mengarah ke penghasilan. Permasalahan gender terjadi kala upah yang diberikan ke
salah satu jenis kelamin berbeda dengan jenis kelamin lain. Biasanya, beban pekerjaan
yang menjadi faktor pembeda. Bukan jenis kelamin dari seorang individu. Jika terjadi
ketidakmerataan pendapatan pada posisi pekerjaan yang sama, maka muncul rasa tidak
adil. Oleh karena itu, diskriminasi terhadap salah satu pihak bisa dideskripsikan telah
terjadi. Mereka yang sudah bekerja sesuai diberikan upah lebih rendah hanya karena jenis
kelaminnya berbeda. Seperti yang pernah terjadi di Prancis pada abad ke-19, tuntutan
terhadap perusahaan atau negara bisa saja terjadi.
ISI
Konsep dan definisi
Kesetaraan gender adalah kondisi perempuan dan laki- laki menikmati Status yang setaraan dan
memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara Penuh hak- hak asasi dan potensinya
pembangunan di segala bidang kehidupan. Kesetaraan gender dapat juga diartikan adanya
kesamaan kondisi bagi laki- laki Maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai Manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatana politik,
hukum. Ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan pertahanan keamanan serta kesamaan Dalam
menikmat hasil pembangunan. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender..Ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki- laki memiliki.Akses, kesempatan,
berpartisipasi dan control atas pembangunan serta memperoleh Manfaat yang setara dan adil dari
pembangunan. Memiliki control sehingga memiliki Kewenangan penuh untuk mengambil
keputusan atas penggunaan dan hasil sumber Daya dengan keadilan gender berarti tidak ada lagi
pembekuan peran, beban ganda, Subordinasi, marginalisasi dan kekerasaan terhadap perempuan
maupun laki- laki. RUU KKG, Bab I Pasal I menyebutkan kesetaraan dan keadilan gender
(KKG) Adalah kondisi relasi perempuan dan laki- laki sebagai mitra sejajar agar Herien
Puspitawati, Konsep, Teori dan Analisis Gender, (Bogor: PT IPB Press, 2013), hlm. 5 31 Agung
Setiyawan,Mudzakkar dan Muannats: Sumber Pendidikan Islam Bias Gender,(Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. III, No. 2 Desember 2014), hlm. 254 43 Mendapatkan perlakuan adil untuk
mengakses sumber daya, mengontrol, Berpartisipasi, dan memperoleh manfaat pembangunan.

1. Peran Gender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai Dengan status
lingkungan, budaya dan struktur masyarakat. Peran tersebut. Diajarkan kepada setiap
anggota masyarakat, komunitas dan kelompok sosial tertentu yang dipersiapkan sebagai
peran perempuan dan laki-laki, empat jenis
Peran dalam gender, yaitu :
 Peran Gender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai Dengan status,
lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peran diajarkan kepada setiap anggota
masyarakat, komunitas dan Kelompok sosial tertentu yang dipersepsikan sebagai peran
perempuan dan Laki-laki. Peran laki-laki dan perempuan dibedakan atas peran produktif,
Reproduktif dan sosial.

 Peran Produktif
Peran Produktif merujuk kepada kegiatan yang menghasilkan barang dan Pelayanan
untuk konsumsi dan perdagangan (Kamla Bhasin, 2000). Semua Pekerjaan di pabrik,
kantor, pertanian dan lainnya yang kategori aktivitasnya Dipakai untuk menghitung
produksi nasional bruto suatu negara. Meskipun Perempuan dan laki-laki keduanya
terlibat di dalam ranah publik lewat Aktivitas produktif, namun masyarakat tetap
menganggap pencari nafkah Adalah laki-laki. Contoh di sebuah kantor, bila terjadi
PHK maka seringkali Perempuanlah yang dikorbankan karena dianggap kegiatan
laki-laki yang Menghasilkan uang. Bila merujuk pada definisi kerja sebagai aktivitas
yang Menghasilkan pendapatan baik dalam bentuk uang maupun barang maka
Ativitas perempuan dan laki-laki baik di sektor formal maupun informal, di Luar
rumah atau di dalam rumah sepanjang menghasilkan uang atau barang Termasuk
peran produktif. Contoh 16 16 peran produktif perempuan yang Dijalankan di dalam
rumah misalnya usaha menjahit, catering, salon dan Yang lain. Contoh peran
produktif yang dijalankan di luar rumah, sebagai Guru, buruh, pedagang, pengusaha.

2. Kesetaraan Gender.
Kesetaraan gender termuat dalam Lampiran Inpres No.9 Tahun 2000, Menyatakan
keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap Laki-laki dan
perempuan. Gender ini dimaksudkan untuk mengatasi ketidakadilanGender yang terjadi
yang meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan, Dan beban kerja.
Manifestasi ketidakadilan gender tersebut masing-masing tidak Bisa dipisah-pisahkan,
saling terkait dan berpengaruh secara dialektik. Adanya Studi gender pada dasarnya
bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan Ketidakadilan gender tersebut. Dengan
kata lain studi gender hendak mewujudkan Keadilan sosial, dan keadilan sosial tidak
dapat diwujudkan tanpa adanya keadilan Gender dalam masyarakat. Keadilan gender
biasanya merujuk pada aplikasi Keadilan sosial dalam hal pemberian kesempatan yang
sama antar laki-laki dan Perempuan. Keadilan di sini tidak berarti bahwa laki-laki dan
perempuan adalah Sama dalam segala hal, namun yang dimaksud adalah bahwa
pemberian suatu Kesempatan atau akses tidak tergantung pada perbedaan jenis kelamin.
Keadilan Gender dengan demikian, dapat diartikan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki Kesempatan untuk merealisasikan hak-hak dan potensinya untuk memberikan
Kontribusi pada perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta samasama
dapat menikmati hasil dari perkembangan itu
3.Metode
a) Sosialisasi
Adanya sosialisasi tentang isu gender dan kesetaraan gender bagi kaum
Perempuan dalam berkegiatan di kalangan masyarakat
b) Pelatihan
Adanya pelatihan-pelatihan untuk memberikan peluang kepada kaum Perempuan
dalam berkegiatan di lingkungan masyarakat dan lebih dari itu agar Perempuan
mampu berkontribusi dalam keluarga dan masyarakat sekitar
c) Memberi kesempatan untuk berperan serta dalam setiap kegiatan
SIMPULAN
Dalam menjalani era modern ini, kesetaraan gender telah menjadi satu tema sentral yang
memerlukan perhatian mendalam dalam upaya menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif.
Essay ini menggambarkan bahwa kesetaraan gender bukan hanya sekadar tujuan, tetapi
merupakan prinsip dasar yang harus diterapkan di semua lapisan masyarakat.

Pertama-tama, essay ini menguraikan bahwa kesetaraan gender membuka pintu bagi potensi
penuh manusia tanpa memandang jenis kelamin. Masyarakat yang memberikan peluang yang
sama untuk semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, akan menghasilkan inovasi dan
kontribusi yang lebih beragam. Selain itu, kesetaraan gender menciptakan lingkungan di mana
perbedaan dihargai, bukan dijadikan sebagai hambatan.

Dalam konteks pekerjaan, essay ini menyoroti perlunya mengatasi kesenjangan gaji dan
memberikan dukungan untuk keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi. Implementasi
kebijakan yang mendukung perempuan dalam karir dan memberikan kesempatan yang setara
akan membawa dampak positif pada produktivitas dan perkembangan ekonomi.Selanjutnya,
essay ini menekankan bahwa kesetaraan gender tidak hanya berkaitan dengan perempuan, tetapi
juga tentang mengubah norma sosial yang membatasi peran dan harapan terhadap pria.
Masyarakat yang mengakui keunikan dan kontribusi setiap individu, tanpa terjerat oleh stereotip
gender, akan menjadi lebih inklusif dan menghargai keberagaman

Dalam kesimpulannya, essay ini menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan hanya tanggung
jawab perempuan, tetapi merupakan tugas bersama untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
berkelanjutan. Dengan kesetaraan gender sebagai landasan, kita dapat membentuk masa depan di
mana setiap individu memiliki peluang yang setara untuk berkembang dan berkontribusi secara
maksimal.
SUMBER:
Sumber 1
Sumber 2

Anda mungkin juga menyukai