Anda di halaman 1dari 4

Peran Anak Muda dalam Mainstreaming Gender

Pembicaraan tentang kesetaraan gender bisa dikatakan hanya diketahui oleh

mereka yang berkecimpung di bidang tertentu, dan mungkin hanya mereka yang

memiliki kesempatan dan akses Pendidikan yang cukup tinggi. Meskipun belakangan

sudah mulai banyak pihak yang menyuarakan isu kesetaraan, akan tetapi belum

semua pihak menyadari pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan terlebih

untuk pembangunan negara.

Jauh sebelumnya pada tahun 1979 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menyetuji konfrensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap

perempuan, . konferensi ini dikenal dengan istilah CEDAW dan Indonesia sendiri

sebenarnya telah meratifikasi konferensi ini pada tahun 1984 menjadi UU No.

7/1984. Kemudian 23 tahun yang lalu, dikeluarkan Instruksi Presiden No. 9 Tahun

2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional.

Artinya sudah sejak lama Indonesia memiliki kebijakan yang menjadi landasan untuk

pengarusutamaan gender atau mainstreaming gender, hanya saja dilapangan hal ini

belum bisa terimplementasi secara maksimal hingga sekarang.

Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan karakteristik biologis antara laki-laki dan

perempuan. Sedangkan gender merupakan pembedaan yang mengacu pada sifat,

peran, tanggungjawab, dan perilaku yang dilekatkan pada diri perempuan dan laki-

laki yang merupakan hasil konstruksi budaya dan masyarakat. Sehingga muncullah
dikotomi feminism (perempuan) dan maskulin (laki-laki). Umumnya dimasyarakat

perempuan digambarkan dengan sifatnya yang feminim, seperti pemalu, penakut,

lemah, emosional, hanya bekerja dibidang domestik dan merupakan pencari nafkah

tambahan. Sedangkan laki-laki selalu digambarkan dengan sifatnya yang maskulin,

seperti gagah, kuat, pemberani, rasional, berperan dalam pekerjaan public, dan

merupakan pencari nafkah utama. Feminitas dan maskulinitas ini sebenarnya

merupakan hasil konstruksi sosial, bukanlah hal yang kodrati.

Perbedaan gender merupakan hal yang biasa saja apabila tidak menimbulkan

ketimpangan-ketimpangan gender. Namun, fakta yang ada di masyarakat perbedaan

ini justru membuat berbagai bentuk-bentuk ketimpangan atau ketidaksetaraan.

Bentuk-bentuk ketidakdilan gender ini diantaranya: stereotip, beban kerja yang

berlebih (beban ganda), subordinasi, marjinalisasi, dan tindak kekerasan.

Memang pada hakikatnya antara laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan-perbedaan yang harus disadari secara kodrat. Namun hal ini tidak menjadi

alasan adanya ketimpangan dan ketidaksetaraan gender. Perbedaan ini seharusnya

menjadi relasi yang komplementer, yaitu bersatu untuk menuju tujuan yang sama.

Lalu Bagaimana Peran Anak Muda dalam Mainstreaming Gender?

Untuk mewujudkan pembangunan yang setara melalui pengarusutamaan

gender, perlu kerjasama berbgai pihak, baik itu pemerintah, swasta, masyarakat,

termasuk juga didalamnya anak muda. Anak muda merupakan suatu generasi yang
sangat banyak diperhitungkan baik dalam sektor pemerintahan, swasta, dan

sebagainya. Menjadi anak muda merupakan suatu privilege. Anak muda adalah

generasi penerus bangsa yang ditangan dan di kakinya telah bertahta tanggung jawab

terhadap wajah dan arah bangsa kedepannya. Artinya, bagaiman masa depan bangsa

tergantung bagimana para anak muda sekarang. Oleh karen itu, sangatlah penting

bagi anak muda untuk mengenal dan mengetahui mainstreaming gender atau

pengarusutamaan gender.

Bukan hanya tentang pembuatan kebijakan, mainstreaming gender atau

pengarusutamaan gender pada hakikatnya adalah strategi yang dilaksanakan untuk

mewujudkan kondisi kesetaraan dan keadilan gender. Selain membuat kebijakan,

praktik-praktik sosial dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi penting untuk

mewujudkan kesetaraan gender.

Beberapa peranan penting anak muda dalam mewujudkan kesetaraan gender:

1. Menghapus pandangan klasik tentang peranan perempuan dan streotip

atau mitos gender

Salah satu kendala dalam mencapai kesetaraan gender adalah adanya

pandangan klassik yang muncul dalam lingkungan sosial. Pandangan klasik

ini menganggap bahwa porsi peranan perempuan masih dibawah laki-laki.

Untuk itu anak muda berperan dalam menghapus stigma tersebut. Hal ini

bisa dimulai dari hal kecil, misalnya dalam organisasi kampus atau

komunitas perempuan diberi kesempatan untuk menempati posisi yang


dulunya dianggap maskulin dan hanya untuk laki-laki. Mematahkan

pandangan kalsik ini berarti memberikan peluang kepada perempuan untuk

mengasah kemampuan yang ada didalam dirinya.

2. Keberanian perempuan untuk duduk sejajar dengan laki-laki

Anak muda khususnya perempuan diharapkan untuk dapat berani tampil

menunjukkan kemampuan dan power untuk mematahkan keraguan terhadap

perempuan. Kurangnya peran perempuan dibidang publik biasanya

dikarenkan adanya pandangan buruk terhadap perempuan yaitu streotip

feminism yang melekat pada dirinya seingga membuat perempuan merasa

minder dan takut untuk tampil di depan publik.

3. Mensosialisasikan kesetaraan gender dikelompok sebaya atau teman

sepermainan

Budaya nongrong yang sedang tren dikalangan anak muda bisa dijadikan

kesempatan yang bagus untuk mensosialisasikan kesetaraan gender

dikalangan anak muda. Tidak perlu dengan pembahasan yang berat, cukup

dengan mengenal dan mengetahui apa itu gender, apa saja fakta dan mitos

gender. Hal ini bisa menjadi langkah awal agar anak muda lebih familiar dan

dekat dengan isu-isu gender.

Anda mungkin juga menyukai