Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GENDER

O
L
E
H

NAMA

: YUVENALIS A. I. SONBAI

KELAS

: X TGB

SMK N 1KEFAMENANU
TEKNIK GAMBAR BANGUNAN
KEFAMENANU
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapan menyelesaikan
penyusunan Makalah ini.
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk mengatahui tentang kesetaraan gender.
Di dalam penyusunan Makalah ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalamdalamnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik bantuan moril maupun materil
dari berbagai pihak.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan selalu melimpahkan kasih
karuniaNya dan penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari sempurna,
walaupun demikian saran-saran dan petunjuk yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempuranaa. Penulis meharapkan Karya Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan kita
serta bermanfaat bagi semua pihak.

Kefamenanu, April 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pada era modernisasi saat ini, kesetaraan gender masih banyak di perbincangkan dalam
kehidupan kita sehari-hari.Kesetaraan gender sering digemakan oleh para aktivis sosial, kaum
perempuan hingga para politikus Indonesia. Kesadaran kaumperempuan akan kesetaraan gender
semakin meningkat seraya mereka terus menuntut hak yang sama denga laki-laki.
Kesetaraan gender merupakan hak asasi manusia, hak asasi kita untuk hidup secara
terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya
diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya.
Sayangnya sampai saat ini, perempuan sering kali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok
pelengkap.Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di
dapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak
penting.
Konsep gender sebagai sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial dan budaya, misalnya jika dikatakan bahwa seorang laki-laki itu lebih
kuat, gagah, keras, disiplin, lebih pintar, lebih cocok untuk bekerja di luar rumah dan bahwa
seorang perempuan itu lemah lembut, keibuan, halus, cantik, lebih cocok untuk bekerja di dalam
rumah (mengurus anak, memasak dan membersihkan rumah) maka itulah gender dan itu
bukanlah kodrat karena itu dibentuk oleh manusia.
Disinilah letak fenomena pemahaman akan konsep gender seringkali muncul, dimana
orang sering memahami konsep gender yang merupakan rekayasa sosial budaya sebagai
kodrat, sebagai sesuatu hal yang sudah melekat pada diri seseorang, tidak bisa diubah dan
ditawar lagi.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis ingin membahas dan memahami lebih dalam
tentang kesetaraan gender antara kaum wanita dan laki-laki.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Kesetaraan Gender?
2. Bagaimana pandangan orang tentang perbedaan Gender?
3. Apa penyebab dari munculnya Perbedaan Gender?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui kemampuan penulis dalam membuat Makalah yang benar.
2. Untuk mengetahui tingkat kemapuan penulis dalam memahami Makalah yang
dibuat.
3. Untuk memahami tingkat kesetaraan gender yang terjadi di sekitarnya.
4. Untuk memberikan informasi mengenai kesetaraan gender yang ada.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KESETARAAN GENDER
Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat,
serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan Sehingga gender belum tentu sama di tempat yang
berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan
dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak
sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada.
Dengan demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya dan dapat berubah sesuai
perkembangan zaman.
Ide kesetaraan Gender sebenarnya dapat diartikan sebagai sebuah ide utuk penyamaan
kedudukan, hak-hak serta kebebasan kaum perempuan dengan laki-laki dalam kehidupan
bermasyarakan, berbangsa dan bernegara. Seperti dibolehkannya wanita menduduki kursi
legislatif dan sebagainya. Karena adanya persamaan kedudukan, hak-hak serta kebebasan kaum
perempuan dengan laki-laki ini, sehingga muncul anggapan bahwa kaum perempuan bebas
dalam beraktifitas.
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak
adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan lakilaki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan

untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap
cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan
penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga
memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.
2.2 PANDANGAN ORANG TENTANG KESETARAAN GENDER
Dewasa ini sudah banyak kemajuan yang dicapai perempuan Indonesia. Selain itu juga
mendapatkan kesempatan dan akses yang sama untuk berkiprah di berbagai bidang tanpa
diskriminasi. Namun, adanya budaya patriaki menyebabkan pencapaian perempuan
dibandingkan dengan laki-laki masih rendah kata Linda Amalia Sari Gumerla, Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, di dalam Sminar Koalisi Indonesia untuk
Kepndudukan dan Pembangunan di Jakarta.
Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur kesetaraan gender adalah gender-related
development index (GDI), yang hanya mengukur tingkat capaiannya berdasarkan tiga variabel,
yaitu pendidikan, kesehtaan, dan ekonomi.
Salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan
gender, adalah melalui pendekatan pengarusutamaan gender (PUG). PUG merupakan salah satu
strategi yang mengintegrasikan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi seluruh bidang pembangunan.
Penerapan strategi PUG akan menghasilkan kebijakan publik yang lebih efektif dan tepat
sasaran, dalam rangka mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh
masyarakat, baik laki-laki dan perempuan. Dalam konteks pembangunan pemberdayaan
perempuan dan kesetaraan gender, katanya, keluarga menjadi salah satu faktor kunci berhasil
tidaknya pelaksanaan program tersebut.
Kesetaraan gender mustahil terwujud jika kaum laki-laki tidak ikut berperan aktif
mendukungnya. Diharapkan tercipta kesepahaman antara suami dan isteri dalam membangun
keluarga yang harmonis, mampu menghadirkan nilai-nilai kesetaraan pada seluruh anggota
keluarganya, menurut Linda
Sebenarnya di Indonesia, kesetaraan gender sudah sangat baik. Seperti halnya Ibu Megawati,
beliau seorang wanita yang menjadi Presiden. Sebuah kesuksesan dalam peraihan karir yang
paling tinggi di negeri ini. Lihat juga puluhan menteri wanita yang pernah mengisi jajaran

kabinet Indonesia. Sangat mengherankan bahwa kaum feminis Indonesia tidak merasa terwakili
oleh prestasi yang diraih wanita-wanita hebat ini.
Dilain sisi ada banyak sekali wanita karir di Indonesia yang merangkap menjadi ibu
tetapi sukses dalam pekerjaannya. Profil-profil tersebut sudah menggambarkan bahwa wanita
mempunyai andil hebat dalam politik dan perekonomian Indonesia.
Di negara Islam pun kita menjumpai banyak wanita yang memegang kendali politik
tertinggi contohnya Benazir Butto, pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Pakistan. Shirin
Ebadi wanita hebat Iran dengan kepribadian luar biasa yang memenangkan hadiah Nobel pada
tahun 2003. Chandrika Bandaranaike Kumaratunga presiden Srilanka. Dua wanita pintar
Philipina Cory Aquino & Gloria Arroyo. Di belahan dunia lain juga kita kenal Margareth Tacher,
Madeleine Albright, dan Madonna perempuan genius dengan kepribadian yang kontraversial tapi
sangat sukses.
2.3 PENYEBAB PERBEDAAN GENDER
Menurut BadanPusatStatistik (BPS) Survey DemografidanKesehatan 2002-2003Data
yang ada menunjukkan bahwa perempuan secara konsisten berada pada posisi yang lebih
dirugikan daripada laki-laki. Berikut adalah isu-isu utama/ sejumlah contoh kesenjangan gender
di berbagai sektor yang masih perlu diatasi :
1. Pola Pernikahan yang merugikan pihak perempuan
Pernikahan dini adalah suatu hal yang lazim di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2004 memperkirakan 13% dari perempuan Indonesia
menikah di umur 15 19 tahun.
Dalam hukum Islam, laki-laki memang diperbolehkan memperistri lebih dari satu orang.
Akan tetapi, dalam Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 menyatakan bahwa izin untuk
memiliki banyak istri dapat diberikan jika seseorang dapat memberikan bukti bahwa istri
pertamanya tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai istri. Pegawai Negeri
Sipil (PNS) Indonesia pun dilarang mempraktekkan poligami.
Hukum perkawinan di Indonesia menganggap pria sebagai kepala rumah tangga dan pencari
nafkah keluarga. Sedangkan, tugas-tugas rumah tangga termasuk membesarkan anak
umumnya dilakukan oleh perempuan.
2. Kesenjangan Gender di pasar kerja

Adanya segmentasi jenis kelamin angkatan kerja, praktik penerimaan dan promosi
karyawan yang bersifat deskriminatif atas dasar gender membuat perempuan terkonsentrasi
dalam sejumlah kecil sektor perekonomian, umumnya pada pekerjaan-pekerjaan berstatus
lebih rendah daripada laki-laki.
Asumsi masyarakat yang menyatakan bahwa pekerjaan perempuan hanya sekedar tambahan
peran dan tambahan penghasilan keluarga juga menjadi salah satu sebab rendahnya tingkat
partisipasi tenaga kerja perempuan.
3. Kekerasan Fisik
Indonesia telah menetapkan berbagai undang-undang untuk melindungi perempuan dari
kekerasan fisik. Akan tetapi, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kekerasan
terhadap perempuan adalah umum di Indonesia. Menurut survey Demografi dan Kesehatan
2003, hampir 25% perempuan yang pernah menikah menyetujui anggapan bahwa suami
dibenarkan dalam memukul istrinya karena salah satu alasan berikut: istri berbeda pendapat,
istri pergi tanpa memberitahu, istri mengabaikan anak, atau istri menolak untuk melakukan
hubungan intim dengan suami. Perdagangan perempuan dan prostitusi juga merupakan
ancaman serius bagi perempuan Indonesia, terutama mereka yang miskin dan kurang
berpendidikan. Meskipun pelecehan seksual dianggap kejahatan, akan tetapi hal itu umum
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2004
menemukan bahwa 90% perempuan mengaku telah mengalami beberapa bentuk pelecehan
seksual di tempat kerja.
4. Hak Kepemilikan
Hukum Perdata di Indonesia menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak
kepemilikan yang sama. Perempuan di Indonesia memiliki hak hukum untuk akses ke
properti, tanah dan memiliki akses ke pinjaman bank dan kredit, meskipun terkadang masih
terdapat diskriminasi di beberapa bagian contohnya: suami berhak untuk memiliki nomor
pajak pribadi, sedangkan istri harus dimasukkan nomor pajak mereka dalam catatan suami.
Untuk meningkatkan kesadaran perempuan akan isu kesetaraan gender ini, program
kampanye Decision for Life yang ditujukan bagi pekerja perempuan muda tidak ada hentihentinya menyuarakan dan mengedukasi perempuan. Lewat event dan pelatihan Decision for
Life yang bertema Gender Awareness, perempuan diharapkan dapat lebih terpacu untuk

membela hak mereka dalam kesempatan kerja/karir, hak maternal dan keseimbangan antara
keluarga dan karir.
Kesetaraan gender tidak harus dipandang sebagai hak dan kewajiban yang sama persis tanpa
pertimbangan selanjutnya. Malu rasanya apabila perempuan berteriak mengenai isu
kesetaraan gender apabila kita artikan segala sesuatunya harus mutlak sama dengan laki-laki.
Karena pada dasarnya, perempuan tentunya tidak akan siap jika harus menanggung beban
berat yang biasa ditanggung oleh laki-laki. Atau sebaliknya laki-laki pun tidak akan bisa
menyelesaikan semua tugas rutin rumah tangga yang biasa dikerjakan perempuan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah diatas. Penulis dapat menarik kesimppulan bahwa :
1. Gender bukan merupakan kodrat ataupun ketentuan dari Tuhan, Kesetaraan gender yaitu
kesamaan kedudukan antara wanita dan laki-laki. Tidak adanya perbedaan dalam
kedudukan dan kondisi apapun. Untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi.
2. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur kesetaraan gender adalah gender-related
development index (GDI), yang hanya mengukur tingkat capaiannya berdasarkan tiga
variabel, yaitu pendidikan, kesehtaan, dan ekonomi.
3. Kesetaraan Gender mustahil dapat terwujud jika laki-laki tidak ikut mendukungnya
4. Kesenjangan gender terjadi karena Pola pernikahan, Kesenjangan gender, kekerasan fisik
dan hak kepemilikan.
3.2 SARAN
kesetaraan gender tidak harus dipandang sebagai suatu hak dan kewajiban yang sama
persis tanpa pertimbangan selanjutnya. Karena pada dasarnya, kemungkinan wanita juga tidak
akan siap menanggung beban berat yang biasanya di tanggung oleh laki-laki. Atapun juga
sebaliknya, laki-laki juga tidak akan mampu menanggung beban yang biasanya ditanggung oleh
wanita.Tentunya kita juga harus mengetahui bahwa, fungsi atau peran utama seorang wanita
adalah sebagai seorang ibu dan juga manager dalam suatu rumah tangga. Walaupun begitu, tidak
ada salahnya juga bahwa kita melakukan suatu pekerjaan yang kadang juga dilakukan oleh lakilaki. Tetapi kita harus membuktikan kemampuan kita, kita harus bersaing secara fair. Jangan
hanya meminta untuk disamakan dengan laki-laki, minta di sejajarkan seperti mereka. Kita harus
berjuang, harus membuktikan kemampuan yang ada dalam diri kita. Intinya kita harus bersaing
secara normal dan fair dengan laki-laki dalam hal apapun. Meningkatkan kemampuan dan
membuktikannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=IDE%20KESETARAAN%20GENDER,
%20BERTENTANGAN%20DENGAN%20KODRAT%20KAUM
%20WANITA&&nomorurut_artikel=439
http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/01/wanita-dan-kesetaraan-gender.html
http://zaxshack.wordpress.com/2009/02/12/iii-faktor-kesenjangan-dibidang-hukum-dan-politik/
http://www.bisnis.com/articles/kesetaraan-gender-pencapaian-perempuan-masih-rendah

Anda mungkin juga menyukai