Anda di halaman 1dari 27

Makalah teori feminisme

1. 1. BAB I PENDAHULUANLatar Belakang Sumbangan terpenting


postrukturalisme terhadap kebudayaanadalahpergeseran paradigma dari pusat
ke pinggiran. Studi kultural kemudiandiarahkan pada kompetensi masyarakat
tertentu, masyarakat yang terlupakan,masyarakat yang terpinggirkan,
masyarakat marjinal. Teori sastra feminis, yaituteori yang berhubungan
dengan gerakan perempuan,adalah salah satu aliran yangbanyak memberikan
sumbangan dalam perkembangan studi kultural. Sastrafeminis berakar dari
pemahaman mengenai inferioritas perempuan. Konsep kuncifeminis adalah
kesetaraan antara martabat perempuan dan laki-laki. Teori feminismuncul
seiring dengan bangkitnya kesadaran bahwa sebagai manusia, perempuanjuga
selayaknya memiliki hak-hak yang sama dengan laki laki. Salah satu agenda
kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarapadalah menjadikan
kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam sistem masyarakat.Feminisme
memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak dimiliki oleh kaumperempuan
pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki danotonomi
untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya dalam banyak hal.Kedudukan
perempuan dalam masyarakat lebih rendah dari laki-laki, bahkanmereka
dianggap sebagai “the second sex”, warga kelas dua. Hal ini
menunjukanadanya semacam diskriminasi gender yang membandingkan
antara laki-laki danperempuan. Istilah yang digunakan untuk mewadahi
permasalahan ini adalahFeminisme. Feminisme Menurut Goefe (dalam
Sugihastuti dan Suharto, 2002: 18)adalah teori tentang permasalahan hak
antara laki-laki dan perempuan disegalabidang. Suatu kegiatan terorganisasi
yang memperjuangkan hak-hak sertakepentingan perempuan. hal ini
sesebabkan karena perempuan selalu mengalamiketimpangan gender selama
ini. Feminisme berupaya menggalai identitas wanitayang tertutupi hegemoni
patriarkat. Identitas diperlukan sebagai dasarmemperjuangkan kesamaan hak
dan membongkar akar dari segala ketertindasanperempuan. Tujuan feminis
adalah mengakhiri dominasi laki-laki dengan caramenghancurkan struktur
budaya, segala hukum dan aturan-aturan yang 
2. 2. menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak tampak dan tidak
berharga.Hal ini diterima perempuan sebagai marginilisasi, subordinasi,
stereotip, dankekerasan. John Stuart Mill dan Harriet Taylor menyatakan
bahwa untukmemaksimalkan kegunaan yang total (kebahagiaan / kenikmatan)
adalah denganmembiarkan setiap individu mengejar apa yang mereka
inginkan, selama merekatidak saling membatasi atau menghalangi di dalam
proses pencapaian tersebut.Mill dan Taylor yakin bahwa jika masyarakat ingin
mencapai kesetaraan seksualatau keadilan gender, maka masyarakat harus
memberi perempuan hak politik dankesempatan, serta pendidikan yang sama
dengan yang dinikmati oleh laki-laki(Tong, 1998 : 23). Teori feminisme
menfokuskan diri pada pentingnya kesadaranmengenaipersamaan hak antara
perempuan dan laki-laki dalam semua bidang.Teori ini berkembang sebagai
reaksi dari fakta yang terjadi di masyarakat, yaituadanya konflik kelas, konflik
ras, dan, terutama, karena adanya konflik gender.Feminisme mencoba untuk
mendekonstruksi sistem yang menimbulkan kelompokyang mendominasi dan
didominasi, serta sistem hegemoni di mana kelompoksubordinat terpaksa
harus menerima nilai-nilai yang ditetapkan oleh kelompokyang berkuasa.
Feminisme mencoba untuk menghilangkan pertentangan antarakelompok yang
lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat. Lebih jauhlagi, feminisme
menolakketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki,menolak sejarah
dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki (Ratna,2004 : 186). 
3. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang telah dipaparkan maka
rumusanmasalah yang diangkat dalam makalah ini adalah: 1. Apakah
Pengertian Teori Feminisme ? 2. Apa saja Aliran-Aliran Feminisme ? 3. Apa
yang di Maksud dengan Kritik Feminisme dan Ragamnya?Tujuan Pembuatan
Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah
iniadalah: 1. Menjelaskan Tetang Pengertian Teori Feminisme 2. Menguraikan
Tentang Aliran-Aliran Feminisme 3. Mengetahui Maksud dengan Kritik
Feminisme dan Ragamnya.Manfaat Pembuatan Makalah: 1. Memberikan
Pengetahun Kepada Pembaca Mengenai Teori Femnisme. 2. Memberikan
Pengetahuan Dan Gambaran Tentang Aliran-Aliran Feminisme. 3.
Memberikan Pengetahuan Dan Pandangan Maksud dengan Kritik Feminisme
dan Apa saja Ragamnya 4. Bagi Penulis Digunakan Sebagai Penyelesaian
Tugas Teori Feminisme Dalam Mata Kuliah Sosiologi Sastra. 
4. 4. BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengetian Feminisme Istilah “ feminisme “
sangat penting untuk diketahui sekaligus dipahamiseiring denganaktivitas atas
pencerahan yang dilakukan para penggiat gender dimasyarakat. Seringkali
mereka mendapat pertanyaan terkait dengan apakah “ isme “yang
melatarbelakangi pemikiran pemikirannya, bahkan secara ekstrem
dipojokkandengan apakah cocok berpatokan pada feminisme yang nota bene
berasal dari duniabarat yang sangat berbeda dengan kondisi ketimuran
Indonesia ( baca patriarkhi ) Feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu “
femina “ atau perempuan dangerakan inimulai bergulir pada tahun 1890an
seiring dengan keresahan yangdirasakan oleh perempuan dan laki laki yang
menyadari adanya relasi yang timpangantara laki laki dan perempuan di
masyarakat. Gerakan ini mengacu ke teorikesetaraan laki-laki dan perempuan
dan pergerakan tersebut dimaksudkan untukmemperoleh hak hak perempuan.
Sekarang ini kepustakaan internasionalmendefinisikan feminisme sebagai
pembedaan terhadap hak hak perempuan yangdidasarkan pada kesetaraan
perempuan dan laki laki. Dalam perkembangannya secaraluas kata feminis
mengacu kepada siapa saja yang sadar dan berupaya untukmengakhiri
subordinasi yang dialami perempuan.Feminisme seringkali dikaitkandengan
emansipasi yang didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagaipembebasan atau dalam hal isu isu perempuan, hak yang sama antara
laki laki danperempuan. R.A Kartini yang berjuang untuk kebebasan
perempuan dari normanorma tradisionil yang menindas melalui pendidikan
adalah figur yang sangatterkenal dalam perjuangan emansipasi perempuan.
Data perempuan yang berkaitan dengan pendidikan, pemberdayaan ekonomi
(kemiskinan ) kesempatan di berbagai lembaga pemerintah sampai saat ini
terlihatmasih terbelakang dalam berbagai aspek kehidupan baik sebagai pelaku
maupun yangmerasakan manfaat pembangunan. Dengan demikian maka
pemikiran bahwahubungan atau relasi yang timpang antara perempuan dan
laki laki di dalam dan diluar keluarga penting untuk diperbaiki. Selain itu juga
penting untuk memikirkanyang berkaitan dengan serangkaian upaya
serangkaian perubahan struktural (perubahan relasi sosial ) dari yang timpang
ke relasi sosial yang setara sehinggakeduanya merupakan faktor penting dalam
menentukan berbagai hal dalammasyarakat. 
5. 5. Feminisme tidak seperti pandangan atau pemahaman lainnya.
Feminismetidak berasal dari sebuah teori atau konsep yang didasarkan atas
formula teoritunggal. Itu sebabnya, tidak ada abstraksi pengertian secara
spesifik ataspengaplikasian feminisme bagi seluruh perempuan disepanjang
masa.Pengertianfeminisme itu sendiri menurut Najmah dan Khatimah sa‟ida
dalam bukunya yangberjudul “Revisi Politik Perempuan” (2003:34)
menyebutkan bahwa : Feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan
eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, di tempat
kerja, maupun di masyarakat serta adanya tindakan sadar akan laki- laki
maupun perempuan untuk mengubah keadaan tersebut secara leksikal.
Feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang menuntut persamaan hak
sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki “. Pengertian feminisme
dapat berubah dikarenakan oleh pemahaman ataupandangan para feminis yang
didasarkan atas realita secara historis dan budaya,serta tingkat kesadaran
persepsi dan perilaku. Bahkan diantara perempuan denganjenis-jenis yang
hampir mirip terdapat perbedaan pendapat dan perdebatanmengenai pemikiran
feminis, sebagaian didasarkan atas alasan (misalnya akarkebudayaan)
patriarkhi dan dominasi laki-laki, dan sampai resolusi final atasperjuangan
perempuan akan non-eksploitasi lingkungan, kebebasan kelas, latarbelakang,
ras, dan gender. Ada lima fokus pokok terlibat dalam kebannyakan diskusi
tentangperbedaan seksual: biologi, pengalaman, wacana, ketaksadaran, dan
kondisisosial-ekonomi Biologi, alasan yang memeperlakukan biologi sebagai
dasar dan yangmenegecilkan sosilisasi telah dipergunakan terutamaoleh laki-
laki untukmeletakkan para perempuan dalam”tempat”merka. Ungkapan “ota
mutilier inutere” (perempuan tidak lain adalah sebuah kandungan)
meringkaskan sikapini. Pengalaman, Resiko ini juga dijalankan oleh mereka
yang menarikpengalaman wanita yang khusus sebagai sumber nilai-nilai
perempuan yangpositif dalam kehidupan dan dalam seni. Hanya karena
wanita, menurut alasan itu,telah mengalami pengalaman hidup yang khusus
bagi wanita (ovulasi, menstruasi,dan melahirkan). 
6. 6. Wacana, focus yang ketiga yaitu mendapatkan perhatian sangat besar
daripara feminis. Man-made Language buku Dale Spender, sebagaimana
disarankanoleh judulnya, mengganggap bahwa wanita secara mendasar
ditindas oleh bahasayang dikuasai laki-laki. Ketidaksadaran, teori
psikoanalistik Lacan dan Kristeva menyediakanfocus keemapa proses
ketidaksadaran. Beberapa penulis feminis telah mendobraksama sekali
biologisme dengan mengasosiasikan “perempuan” dengan prosesyang
cenderung meruntuhkan otaritas wacana „laki-laki‟ . seksualitas wanitabersifat
revolusioner, subversive, beragam, dan “terbuka”. Sosiologi. Virginia Woolf
adalah kritikus wanita pertama yangmemasukkan dimensi sosiologi (focus
kelima) dalam analisisnya mengenai tulisanwanita. Sejak itu dan selanjutnya,
kaum feminis Marxis, terutama, telah mencobamenghubungkan perubahan
kondisi social dan ekonomi dan perubahan imbangankekuatan di antara kedua
jenis kelamin Inti tujuan Feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan
derajatperempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-
laki. Tokoh-tokoh Feminisme yang berpengaruh dalam wacana
feminismediantaranya adalah: 1. Simone de Beauvoir Simone de Beauvior
dalam The Second Sex, menetapkan dengan sangat jelas masalah dasar
feminis modern. Bila seorang wanita mencoba membatasi dirinya sendiri, ia
mulai dengan berkata “saya seorang perempuan” . Tidak ada laki-laki yang
berbuat begitu. Kenyataan ini mengungkapkan ketaksimetrisan dasar antara
istilah “maskulin” dan “feminis”. 2. Betty Friedan Betty Ftiedan,
menetengahkan dalam bukunya The Feminine Mytique versi pragmatic dari
bentuk kepastian perempuan. Menurutnya, perempuan merupakan kaum yang
pasif atas bentuk kebudayaan yang tetap sebagaimana anggapan feminitas oleh
kaum patriakhat. 
7. 7. 3. Germaine Greer Gagasan Germaine Geer dad keasamaan dengan Friedan
yang tertuang dalam The Fermale Eunuch. Keduanya menolak untuk
membedakan gambaran, tetapi menyatukannya dalam pendekatan yang tidak
berkelas. Greer memperkirakan bahwa ada bentrokan dalam paham feminis,
ramalan emansipasi perempuan akan selalu menjadi teoritis, mudah dibaca dan
pragmatis. 4. Kate Millet dan Michele Barret‟ Feminisme Politis Suatu
tingkatan penting dalam feminism modern dicapai oleh Kate Millet dalam
buku Sexual Poitics (1970). Ia mempergunakan istilah “patriakhi” (pemerintah
ayah) untuk menguraikan sebab penindasan wanita. Patriarkhi meletakkan
perempuan di bawah laki-laki atau memperlakukan perempuan sebagai laki-
laki yang inferior.2.2 Aliran-Aliran Feminisme Sebagai gerakan modern,
feminisme yang mulai berkembang pesat sekitartahun 1960 di Amerika
berdampak luas. Gerakan ini membuat masyarakat sadarakan kedudukan
perempuan yang inferior. Dampak dari gerakan ini juga dapatdirasakan dalam
bidang sastra. Perempuan mulai menyadari bahwa dalam karyasastra pun
terdapat ketimpangan mengenai pandangan tentang manusia dalamtokoh-
tokohnya.Beberapa aliran yang penting untuk diketahui para penggiat
danpemerhati gender untuk mengoptimalkan kajian dan pemikiran mereka
diantaraadalah :1. Feminisme Liberal Gerakan ini muncul awal abad 18
bersamaan dengan lahirnya zamanpencerahan, tuntutannya adalah kebebasan
dan kesamaan terhadap aksespendidikan, pembaharuan hukum yang bersifat
diskriminatif. Yang menjadi dasarpemikirannya adalah pandangan rasionalis
serta pemisahan ruang privat danpublik, sehingga feminis liberal
memperjuangkan atas kesempatan yang samabagi setiap individu termasuk
perempuan . 
8. 8. 2. Feminisme Marxis Tradisional Gerakan ini mendasarkan pada teori
Marxis, dimana para penganutnyamemperjuangkan perlawanan terhadap
sistem sosial ekonomi yang eksploitatifterhadap perempuan dan penindasan
terhadap perempuan adalah bagian daripenindasan kelas dalam sistem
produksi. Seiring dengan revolusi proletar yangberhasil meruntuhkan sistem
kelas maka penindasan terhadap perempuandiprediksijuga akan hilang.3.
Feminisme Radikal Gerakan ini mengacu pada konsep biological essentialism
( perbedaanesensi biologis ), suatu pendekatan bahwa apa saja yang
berhubungan denganmakhluk laki laki adalah negatif dan menindas. Penganut
aliran ini juga menolakadanya institusi keluarga baik secara teoritis maupun
praktis.4. Feminisme Sosialis Gerakan ini merupakan sintesis dari gerakan
feminis Radikal dan Marxis,gerakan ini beranggapan bahwa perempuan
terekploitasi oleh 2 hal yaitu sistempatriarkhi dan kapitalis.5. Ekofeminis
Gerakan ini lebih menfokuskan pandangannya pada analisis kualitasfeminin
dan mengkritik dengan tajam pada aliran feminisme modern lain
( liberal,radikal, marxist dan sosialis ) dengan mengatakan bahwa
ketidakadilan genderbukan semata mata disebabkan oleh konstruksi sosial
budaya akan tetapi juga olehfaktor intrinsik.6. Gerakan Perempuan Dunia
Ketiga Gerakan perempuan yang berasal dari dunia ketiga ( bangsa yang
pernahdijajah ).Kondisi perempuan pasca penjajahan yang multi kompleks
menjadikangerakan ini mempunyai prioritas atas apa yang dilakukan misalnya
imperialisme,penindasan bangsa, kelas, ras dan etnis. Strateginya adalah
afiliasi untukmembangun kekuatan perlawanan bersama untuk satu persatu
melawan penindas.Beberapa aspek yang mempengaruhi munculnya gerakan
feminisme : 1. Aspek politik merupakan aspek yang ketika rakyat amerika
memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1776, deklarasi kemerdekaan 
9. 9. amerika menyantumkan bahwa “all men are created aquel” (semua laki- laki
diciptakan sama), tanpa menyebut-nyebut perempuan 2. Aspek agama
menggap bahwa gereja mendudukan wanita inferior,karena baik agana
protestan maupun agama katolik menempatkan perempuan pada posisi yang
lebih rendah daripada kedudukan laki-laki. 3. Aspek konsep sosialisme dan
marxis. Aspek ini beranjak dari pikiran Fedderick Engels yang
mengemukakan bahwa „Dalam keluarga, dia (suami) adalah borjuis dan istri
mewakili kaum prolentar.2.3 Kritik Feminisme dan Ragamnya Kritik sastra
feminis, adalah studi sastra yang mengarahkan fokusanalisisnya pada
perempuan. Dasar pemikiran feminis dalam penelitian sastra,adalah upaya
pemahaman kedudukan peran perempuan seperti yang tercermindalam karya
sastra (Suharto,2002 : 15). Kritik sastra feminis merupakan salah satu ilmu
disiplin sebagai responatas berkembang luasnya feminisme diberbagai penjuru
dunia. Secara garis besarCuller menyebutkan kritik sastra feminis sebagai
reading as a woman, membacasebagai perempuan. Yoder juga menyebutkan
bahwa kritik sastra feminis itubukan pengkritik perempuan atau kritik tentang
perempuan, atau kritik tentangpengarang perempuan. Arti sederhana kritik
sastra feminis adalah pengkritikmemandang sastra dengan kesadaran khusus,
kesadaran bahwa ada jenis kelaminyang banyak berhubungan dengan budaya,
sastra dan kehidupan. Dalam buku “Pengertian Kritik Sastra Feminis”
Soeharto mengutippernyataan Yoder, (2002 : 5) “Membaca sebagai
perempuan berarti membacadengan kesadaran untuk membongkar praduga
dan idiologi kekuasaan laki-lakiyang androsentrisme atau patriarkhat.” Berikut
ini merupakan jenis-jenis kritik sastra feminis yang berkembang dimasyarakat
menurut Dra. Ekarini, M.Pd. (2002:161). a. Kritik Ideologis.Kritik sastra
feminis ini melibatkan perempuan, khususnya kaum feminis, sebagaipembaca.
Yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra sertastereotipe
wanita dalam karya sastra Kritik ini juga meneliti kesalah pahaman 
10. 10. tentang perempuan dan sebab-sebab mengapa perempuan sering
tidakdiperhitungkan bahkan nyaris diabaikan. b. Gynocritics atau
ginokritikGynocritics atau ginokritik disebut juga dengan kritik yang mengkaji
penulis-penulis wanita. Jenis kritik sastra feminis ini berbedamdari kritik
ideologis, karenayang dikaji disini adalah masalah perbedaan. Berarti studi
yang ditulis olehpermpuan mengenai perbedaan antara tulisan perempuan
dengan tulisan laki-laki. c. Kritik Sastra Feminis SosialisJenis kritik ini
meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitukelas-kelas
masyarakat. Selain itu kritik feminis ini mencoba mengungkapkanbahwa
kaum wanita merupakan masyarakat yang tertindas. d. Kritik Feminis
PsikoanalitikKritik sastra ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena
para feminispercaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan
dirinya dengan ataumenempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh
wanita tersebut padaumumnya merupakan cermin penciptanya. e. Kritik
Feminis Lesbian.Kritik ini bertujuan untuk mengembangkan definisi yang
cermat tentang maknalesbian, kemudian akan ditentukan apakah definisi ini
dapat diterapkan padadefinisi penulis atau pada teks karyanya. f. Kritik
Feminis Ras atau EtnikSebagaimana halnya dengan pengkritik sastra ideologi
danpengkritik sastralesbian, pengkritik sastra etnik ingin
membuktikankeberadaan sekelompok penulisfeminis etnik beserta karya-
karyanya,baik dalam kajian perempuan maupun dalamkajian kanon sastra
tradisional dan sastra feminis. 
11. 11. BAB III PENUTUP3.1 Simpulan Teori feminisme menfokuskan diri pada
pentingnya kesadaranmengenaipersamaan hak antara perempuan dan laki-laki
dalam semua bidang.Teori ini berkembang sebagai reaksi dari fakta yang
terjadi di masyarakat, yaituadanya konflik kelas, konflik ras, dan, terutama,
karena adanya konflik gender.Feminisme mencoba untuk mendekonstruksi
sistem yang menimbulkan kelompokyang mendominasi dan didominasi, serta
sistem hegemoni di mana kelompoksubordinat terpaksa harus menerima nilai-
nilai yang ditetapkan oleh kelompokyang berkuasa. Feminisme mencoba
untuk menghilangkan pertentangan antarakelompok yang lemah dengan
kelompok yang dianggap lebih kuat. Penggunaan teori ini dalam kritik sastra
adalah untuk mengupas lebihmendalam sebuah karya sastra dari segi
feminisme, yang berarti sebuahkedudukan yang akan diberikan oleh
pengarang kepada kaum wanita dalam karyasastranya. Berbagai ragam kritik
feminisme yang dapat digunakan untukmembedah sebuah karya sastra
diantaranya adalah kritik ideologis, genokritik,sastra feminis sosialis,
psikoanalitik, lesbian dan etnik.3.2 Saran Feminisme harus berani melihat
permasalahan secara konseptual. Jikaperempuan banyak diteliti menggunakan
teori yang tidak relevan bagi generasimendatang, maka feminisme tidak akan
banyak membantu kemajuan perempuan.Jika feminisme berpolitik dan
bergulat dengan praksis tetapi masih mengadopsikonseptual feminisme yang
hegemonik maka feminisme akan mengalami jalanbuntu. Karena itu penulis
menyarankan agar perjuangan feminisme tidak sajadirealisasikan di dalam
politik praksis tetapi juga bergulat dengan konseptualisasiteori feminisme
sehingga dapat memperbaiki serta menambah kekurangan yangterjadi dalam
ranah praksis. 
12. 12. DAFTAR PUSTAKADjajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis:
Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Djajanegara, Soenarjati.
2003. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.Saraswati, Ekarini. 2002. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal.
Malang: UMM Press.Tong, Rosemarie Putnam. Feminist Thought : Pengantar
paling Komprehensif kepadaAliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini
Priyatna Prabasmoro.Yogyakarta : Jalasutra, 1998.Ratna, Nyoman Kutha.
Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta :Pustaka Pelajar,
2004.Welleck, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan, terj. Melani
Budianta. Jakarta : Gramedia, 1990.

KRIMINOLOGI FEMINIS (KF)

SUSAN F. SHARP

Universitas Oklahoma

Kriminologi secara tradisional merupakan salah satu bidang studi yang paling
androcentic (berpusat pada pria) di dalam ilmu pengetahuan sosial. Mayoritas
penelitian dan teori didasarkan pada kajian tentang kriminalitas pria dan respon SPP
terhadap pelaku pelanggaran pria. Wanita, ketika dianggap sama sekali jahat, diwakili
dengan cara-cara yang negative dan stereotipe, dengan fokus pada kegagalan mereka
untuk terikat kepada model perilaku wanita “tradisional” yang cocok, sebagaimana
dijelaskan oleh W.I. Thomas (1923) dalam pandanganya yang paternalistic tentang
wanita. KF berupaya untuk menangani kegagalan untuk mempertimbangkan
perbedaan penting dalam jalur pria dan wanita menuju kejahatan, tipe kejahatan,
viktimisasi dan hukuman dengan meningkatkan pemahaman tentang pelanggaran pria
dan wanita serta respon SPP kepada kejahatan mereka.

Pakar KF berupaya untuk menempatkan gender di tengahj wacana ini, yang


membawa cara-cara wanita memahami dunia ini menuju pengetahuan tentang
kejahatan, kriminalitas, dan respon terhadap kejahatan.

Jangkauan KF

Memang telah kelihatan bahwa pria benar-benar melakukan pelanggaran/kejahatan


yang jauh lebih banyak, khususnya yang dirasa penting bagi kriminologi, daripada
yang dilakukan wanita (baca Daly & Chesney-Lind, 1988). Fokus ini telah menjadi
bagian dari hubungan kriminologi dengan legislative dan system lembaga
pemasyarakat (lapas). Bidang ini berkembang sebagiannya untuk membantu
memperbaiki pemahaman tentang mengapa manusia melakukan kejahatan sehingga
kebijakan-kebijakan bisa diberlakukan untuk mengurangi kejahatan-kejahatan itu.
Wanita tidak hanya melakukan lebih sedikit kejahabatan, tetapi mereka juga
melakukan kejahatan yang kurang menarik bagi orang-orang yang prihatin dengan
keselamatan public. Jadi para wanita sebagian besar tidak diperhatikan hingga tahun
1970-an.

Disamping itu pendekatan bebas nilai orang Weber terhadap kajian kriminologi telah
gagal mengenali bahwa pengalaman peneliti itu sendiri membentuk dan merumuskan
pendekatan mereka sendiri terhadap penelitian mereka. Hal ini menghasilkan sebuah
asumsi yang tidak direflektifkan bahwa data dan teori-teori tentang anak laki-laki dan
pria akan digeneralisasikan kepada anak perempuan dan wanita. Peneliti dan pakar
teori telah mengasumsikan bahwa kajian tentang kejahatan pria merupakan studi
generic tentang kejahatan dan wanita yang terlibat di dalam kejahatan lebih sekedar
penyimpangan dari norma daripada menjadi subyek untuk dikaji. Akhirnya,
pendekatan feminis terhadap kriminologi lahir dari kritik terhadap praktek ini.

Memang hanya dalam 30 tahun terakhir ini KF berkembang menjadi perspektif yang
diakui di dalam kriminologi. Namun, istilah kriminologi feminis adalah sesuatu yanbg
menyesatkan; barangkali akan lebih baik bicara tentang kriminologi-kriminologi
feminis. KF melampaui jangkauan yang luas dari perspektif teoritis dan metodologis
yang menempatkan cara-cara dimana gender membentuk pengalaman di tengah-
tengah pertanyaan keilmuan. KF berfokus pada serangkaian luas isu-isu yang terkait
dengan wanita dan kejahatan, termasuk penjelasan teoritis tentang kejahatan, respon-
respon terhadap pelanggaran wanita, pembuatan program bagi penjara wanita, wanita
sebagai pekerja di bidang lapas, dan kebutuhan khusus penjara wanita atau wanita
yang dipenjara. Pemikiran feminis bukanlah sebuah pendakatan homogeny;
pendekatan ini menggabungkan fokus feminis liberal pada peluang yang sama bagi
wanita, feminis Marxist berfokus pada hubungan kelas dan kapitalisme sebagai
sumber tekanan kepada wanita, campuran dominasi pria dengan struktur ekonomi dan
politik dari feminis sosialis sebagai sumber ketidakadilan, dan feminis radikal
berfokus pada dominasi patriarchal dari wanita. Namun, pendekatan feminis ini
memiliki kesamaan dalam hal fokus mereka terhadap cara-cara dimana struktur jenis
kelamin masyarakat dikaitkan dengan kejahatan.

Lahirnya Kriminologi Feminis

Hingga pertengahan abad ke-20, sebagian besar berfokus pada pelaku pelanggaran
dan respon SPP terhadap kejahatan pria. Ketiadaan perhatian terhadap pelanggaran
wanita berasal dari fakta bahwa sebagian besar kejahatan dilakukan oleh pria. Namun,
pada dua decade terakhir dari abad ke-20, tingkat pemenjaraan wanita meningkat
tajam, yang mengarah kepada merebaknya penelitian terhadap anak perempuan,
wanita, kejahatan, dan SPP. Banyak sarjana menunjuk “perang terhadap narkoba” dan
reformasi penghukuman federal pada tahun 1980-an sebagai penjelasan utama tentang
kenaikan yang besar dalam hal wanita yang dipenjara serta lahirnya keilmuan
kriminologi feminis. Jelas, perang terhadap narkoba dan reformasi federal adalah
kekuatan yang mengendalikan di belakang kenaikan yang luar biasa dalam
pemenjaraan wanita. Namun, akar dari KF ini mendahului perubahan-perubahan ini.
Akar itu ditemukan di dalam feminismen gelombang kedua serta kriminilogi radikal
pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an.

Argument Kesetaraan Gender


Pada tahun 1960-an, para sarjana mulai berpendapat bahwa wanita tidak diperhatikan
dalam penelitian dan pembuatan teori kriminologi. Minat awal ini tidak datang dari
AS tetapi sebaliknya dari Kanada dan Inggris (cf. Bertrand, 1969 dan Heidensohn,
1968). Menurut pakar ini, peran gender telah sebagian besar tidak diperhatikan, tidak
ada lagi yang lain yang melakukan kejahatan selain pria. Jadi teori-teori telah
dikembangkan yang bisa menjelaskan kesenjangan gender di dalam kejahatan tetapi
bahwa hanyalah ketiadaan kemampuan untuk menjelaskan kejahatan wanita sebaik
penjelasan tentang kejahatan pria. Feminisme gelombang kedua pada abad ke-20
mengarah kepada sebuah minat yang diperbaharui dalam pelaku pelanggaran wanita.
Ada 2 byku penting yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, yang dihasilkan dari
fokus feminism liberal gelombang kedua tentang kesetaraan gender, yaitu:

(1) Sisters in Crime, tulisan Adler (1975), dan

(2) Women and Crime

Walaupun keduanya berfokus pada aspek yang berbeda dari isu itu dan mencapai
kesimpulan yang agak sama, keduanya berpendapat bahwa gerakan wanita abad
pertengahan ke-20 merubah baik partisipasi wanita dalam kejahatan dan persepsi
tentang partisipasi wanita di dalam kejahatan. Tentu saja, di tenga-tengah thesis dari
kedua karya ini adalah bahwa wanita akan terlibat di dalam kejahatan akibat
liberalisasi wanita. Juga dengan berfokus pada perlakuan yang setara, respon
peradilan pidana terhadap pelanggaran wanita akan menjadi lebih keras dan kurang
“perhatian.”

Kedua buku ini sangat penting dalam menjembatani perhatian yang lebih banyak
terhadap kejahatan wanita dan respon SPP terhadap kejahatan wanita, tetapi fokusnya
atas peluang kejahatan yang meningkat bagi wanita yang datang dari tekanan atas
kesetaraan telah dikritik oleh pakar KF. Ada 2 tema luas yang muncul di kalangan
kritik tersebut, yaitu:

1. Para pakar mempertanyakan apakah pelaku pelanggaran wanita dari kelas


bawah melakukan sebuah keinginan untuk mencapai kesetaraan dengan pelaku
pelanggaran pria atau apakah kenaikan dalam kejahatan wanita bisa saja
karena “feminisasi kemiskinan’ karena komposisi keluarga di dalam
kemiskinan menjadi semakin didominasi oleh rumah tangga yang dikepalai
wanita. Disamping itu, para pakar ini menjelaskan bahwa pelaku pelanggaran
wanita yang berpendapatan rendah cenderung untuk memiliki pandangan yang
lebih stereotipe dan tradisional tentang peran wanita, yang mempertanyakan
ide bahwa pelaku pelanggaran ini sedang mencoba untuk berkompetisi dengan
pria dalam realism kejahatan (Daly & Chesney-Lind, 1988).
2. Analisa yang cermat atas data gagal untuk mendukung argument bahwa
kesenjangan antara pria dan wanita yang melakukan pelanggaran sedang
menyempit (Steffensmeier & Allan, 1996). Fokus pemikiran KF mulai pindah
kepada cara-cara dimana struktur sosial dan ekonomi membentuk kehidupan
wanita serta partisipasi mereka dalam kejahatan.

Pengaruh Kriminologi Kritis

Factor utama kedua di dalam munculnya KF selama tahun 1970-an adalah


kemunculan “kriminologi baru” atau pendekatan radikal dan konflik terhadap kajian
kejahatan. Dengan akar intelektual yang tertanam di dalam teori konflik dan Marxist,
perspektif ini memandangn kejahatan sebagai hasil tekanan, khususnya gender, ras,
dan tekanan kelas. Baik kriminologi radikal maupun KF lahir selama timbulnya
kesadaran sosial dan politik yang tinggi pada tahun 1960-an dan 1970-an. Di AS dan
banyak Negara Barat, era ini ditandai dengan perubahan sosial yang cepat dan
kerusuhan politik. Idiologi dan struktur kekuatan yang ada ditentang dan gerakan
sosial muncul, termasuk gerakan anti perang, gerakan gak-gak sipil dan gerakan
liberalisasi wanita.

Namun para pakar KF dengan cepat menjadi agak bebas dari ilusi dengan apa yang
dianggap sebagai yang sangat idealistic dan pendekatan kriminologi/kritis yang masih
berpusat pada pria. Pandangan “kriminologi baru” tentang pelaku pelanggaran sebagai
seorang pejuang yang bijaksana yang dilibatkan dalam sebuah perjuangan
menghadapi negara yang sangat berpengaruh (Young, 1979) juga membuat marah
feminis radikal yang bekerja untuk mengakhiri kekerasan dari teman dekat dan
perkosaan. KF mulai berfokus pada cara-cara dimana sebuah masyarakat patriarchal
memungkinkan terjadinya pelecehan terhadap wanita. Feminism radikal, dengan
berfokus pada konsekuensi dari patriarchal, berkontribusi kepada badan keilmuan KF
yang sedang berkembang.

Feminisme Radikal dan Kriminologi Feminisme

Selama awal-awal tahun 1970-an, pakar feminis radikal (FR) dan para aktivis untuk
berjuang mereformasi respon public terhadap kejahatan, seperti perkosaan dan
kekerasan oleh pasangan. Sebelum revisi kebijakan dan UU, korban perkosaan
seringkali disalahkan atas viktimisasi mereka. Dua karya seminal selama pertengahan
tahun 1970-an membawa viktimisasi tentang wanita oleh pria ke dalam bagian depan
KF dan sangat berpengaruh dalam perkembangan pemikiran KF. Karya Susan
Brownmiller (1975), Against Our Will  adalah sebuah analisa yang sangat kritis
tentang peran dominasi pria dalam kejahatan perkosaan. Sama halnya juga dengan
Carol Smart (1976) yang mengkritik teori-teori kriminologi utama (yang berlaku saat
ini), tidak hanya atas kegagalan mereka untuk meneliti kejahatan melalui lensa yang
digenderkan tetapi juga untuk asumsi mereka bahwa viktimisasi adalah pengalaman
yang sama untuk emua korban. Smart berpendapat bahwa teori-teori utama gagal
mengenali bagaimana struktur patriarchal masyarakat berkontribusi terhadap dan
membentuk viktimisasi wanita.

Kontribusi feminism radikal terhadap perkembangan KF sangat penting dengan 2


alasan:

1. Dalam kolaborasi dengan akitivis masyarakat, para pakar feminis radikal


mampu menghasilkan perubahan sosial. Kekerasan terhadap wanita menjadi
sebuah masalah perhatian public. Perlindungan bagi wanita yang dipukuli
mulai muncul di seluruh bagian negeri, dan UU perkosaan diformulasikan
untuk melindungi korban dari pemeriksaan yang berlebihan. Hingga
pertengahan tahun 1970-an, korban perkosaan secara khusus ditempatkan pada
persidangan diri mereka sendiri. Pembuktian perkosaan mengharuskan barang
bukti yang sebenarnya ditolak korban serta bukti yang menguatkan. Juga sikap
seksual korban di masa lalu bisa digunakan sebagai bukti oleh pembela.
Pendekatan feminis terhadap perkosaan memasukkan perspektif dari korban,
dan akhirnya UU perlindungan perkosaan diberlakukan yang melarang
penggunaan perilaku seksual masa lalu korban menjadi barang bukti.
2. Keilmuan feminis tentang perkosaan dan kekerasan pasangan intim
mempengaruhi kriminologi utama (yang berlaku saat ini). Hal ini mengarah
kepada sebuah pemahaman yang direvisi tentang kompleksitas viktimisasi.
Statistic mendukung posisi feminis bahwa viktimisasi wanita berbeda secara
intrinsic dan fundamental dari viktimisasi pria. Sebagai contoh, wanita jauh
lebih cenderung menjadi korban atau mengalami viktimisasi oleh seseorang
yang dekat dengannya. Dari perspektif feminis radikal, hal ini karena institusi
sosial dan norma mempermudah viktimisasi wanita.

Banyak sekali seperti keilmuan feminis tentang kekerasan seksual, penelitian KF telah
membantu membentuk kembali pemahaman kita tentang KDRT dan antara pasangan
hidup. Banyak peneliti awal tentang kekerasan pasangan intim berasal dari karya yang
menggunakan Conflict Tactics Scale yang dikembangkan oleh Strauss dan Gelles
(1986). Pakar feminis telah menjelaskan bahwa walaupun skala ini
menghukur kejadian/insiden dari taktik agressif yang berjangkauan luas, namun skala
ini gagal menempatkan taktik itu di dalam konteks. Penelitian Stanko (1990) tentang
kekerasanb sehari-hari memberikan bukti bahwa viktimisasi wanita seringkali tidak
dilaporkan. Jadi, penelitian yang dilakukan oleh KF, sesuai denga aktivisme,
berdampak tidak hanya terhadap UU tetapi juga praktek polisi. Akhirnya, Survei
Viktimisasi Kejahatan Nasional (NCVS) dirumuskan kembali untuk menangani
pengalaman-pengalaman korban wanita. Pertanyaan-pertanyaan tentang perkosaan
dan penganiayaan seksual ditambahkan dan juga pertanyaan tentang viktimisasi di
dalam RT (Britton, 2000). Pada tahun 1994, UU Federal Violence Against
Women disahkan. Program-program pencegahan dan intervensi dikembangkan,
penuntutan yang agressif dilakukan, dan pendanaan untuk penelitian disediakan.
Terakhir ini, UU Internasional Violence Against Womenmembawa fokus ini kepada
hal-hak wanita terhadap keselamatan ke lingkun internasional.

Teori-Teori Kriminilogi Dari Perspektif Feminis

Teori-teori Utama (Yang sedang berlaku sekarang) dan Kriminologi Feminis

Desakan utama dari KF adalah kritik terhadap perkembangan teori-teori utama (yang
sedang berlaku saat ini) yang berbasis penelitian dengan anak laki-laki dan pria.
Pendekatan “tambahkan wanita dan kendalikan” dari kriminologi utama yang sedang
berlaku saat ini berarti bahwa gender, jika dipertimbangkan, telah seringkali
digunakan hanya sebagai sebuah variable control. Walaupun hal ini telah memberikan
penegasan bahwa pria jelas lebih criminal dibandingkan dengan wanita, jelas tidak
ada informasi tentang kriminalitas wanita bisa dikumpulkan melalui tipe penelitian
ini. Ada 2 asumsi yang tidak dibicarakan di sini yang melekat pada pendekatan ini
dimana KF mengambil isu ini, yaitu:

1. Asumsi tersirat bahwa, karena pria jauh lebih cenderung terlibat dalam
perilaku jahat dibandingkan wanita, maka wanita agak tidakpenting di dalam
bidang ini.
2. Kriminologi utama yang sedang berlaku mengasumsikan bahwa pria dan
wanita adalah sama dan apa yang bisa berfungsi menjelaskan kriminalitas pria
akan berfungsi sama baiknya untuk menjelaskan kriminalitas wanita.

Teori-teori seperti teori strain (Merton 1938) telah dikritik pakar KF atas fokus


terhadap tujuan ekonomi dan kegagalan mereka untuk memperhitungkan bagaimana
hubungan pribadi bisa saja berkontribusi terhadap kriminalitas. Merton menyatakan
bahwa kejahatan sebagian besar adalah hasil dari memiliki mimpi orang Amerika
sebagai tujuan tetapi ketiadaan peluang untuk mencapai tujuan ini dengan cara-cara
atau sikap yang legal. Pakar KF menyatakan bahwa teori Merton jelas tidak sama
persis bisa digunakan kepada wanita. Mereka menjelaskan bahwa, walaupun wanita
jelas secara financial dihalangi dibandingkan pria, namun wanita melakukan
kejahatan yang lebih sedikit (Belknap & Holsinger, 2006). Sama halnya juga dengan
teori pembelajaran dan asosiasi diferensial dengan fokus mereka terhadap sikap[ dan
perilaku teman, telah dikritik atas kegagalan mereka untuk menjelaskan sifat gender
dari hubungan teman. Ketika penyimpangan pria sangat dihubungkan dengan
memiliki teman yang memiliki perilaku dan sikap yang menyimpang, hal ini jelas
jauh lebih tidak benar terhadap wanita. Sesungguhnya wanita yang secara intim dekat
dan terlibat dengan pria penyimpang yang lebih tua bisa saja diperkenalkan dengan
kejahatan dan kenakalan oleh pasangan intimnya ini dibandingkan oleh temannya.

Namun, pakar KF lainnya telah menyatakan bahwa teori-teori utama yang sedang
berlaku saat ini bisa saja masih digunakan jika teori-teori itu direstrukturisasi dan
dioperasionalkan dengan cara yang lebih sensitive terhadap predictor kejahatan baik
pada diri pria maupun wanita. Khususnya teori general strain dari Agnew (1992)
berupaya untuk menjadi sensitive secara gender. Dengan memasukkan sebuah
cakupan yang luas dari sumber-sumber strain (filter) di dalam teori, dia berupaya
untuk membahas keprihatinan yang disuarakan oleh kaum feminis. Dalam teorinya
ini, dia secara eksplisit berfokus pada pada hubungan filter serta pengalaman hidup
negatif, yang keduanya merupakan predictor yang penting dari kenakalan wanita. Dia
juga menjelaskan bahwa pria dan wanita cenderung memiliki reaksi emosional yang
berbeda untuk melakukan pemaksaan, memiliki keahlian dan sumber daya yang
berbeda dalam menghadapi masalah, dan melakukan tipe pelanggaran yang berbeda
(Broidy & Agnew, 1997). Operasionalisasi feminis dari teori general strain bisa
secarah eksplisit meneliti peran sejarah pelecehan dalam meramalkan kejahatan
wanita. Agnew berpendapat bahwa bukanlah pemaksaan itu tetapi sepertinya respon
emosional yang negative itulah yang memaksa yang mengarah kepada kejahatan.
Lagi-lagi, analisa bergender dan mendalam akan berfokus pada bagaimana respon
emosional dan sumber daya untuk menanganinya yang berdasarkan gender dan
bagaimana hal ini akan membantu mengembangkan hubungan yang berbeda antara
eksperimen kehidupan wanita dan pria dan partisipasi mereka kemudian di dalam
kejahatan.

Sama halnya jug, teori-teori wacana kehidupan bisa saja menawarkan peluang untuk
sebuah eksplorasi bergender tentang kriminalitas wanita. Teori-teori ini tidak saja
meneliti factor-faktor penting di dalam inisiasi perilaku criminal tetapi juga meneliti
kejadian-kejadian yang bisa saja mengubah jalur dari criminal menjadi non-kriminal,
atau sebaliknya. Dalam pemahaman yang luas, teori wacana kehidupan menyatakan
bahwa adalah kepentingan sebuah kejadian atau alasan lah yang menentukan
kecenderungan bahwa seseorang terlibat dalam perilaku criminal akan mundur. Di
dalam kasus pria, hal ini bisa saja berupa perkawinan atau karir. Namun bagi wanita
bisa saja penting untuk meneliti alasan-alasan lain. Khususnya, kelahiran seorang
anak bisa saja memberikan motivasi yang cukup bagi seorang wanita yang terlibat
dalam perilaku criminal untuk merubah jejaknya menjadi perilaku non-kriminal.

Secara keseluruhan, penggunaan gender dari teori utama yang sedang berlaku tidak
disambut dengan baik oleh pakar KF. Banyak pakar KF ini menyatakan bahwa teori-
teori ini gagal meneliti secara rinci cara-cara dimana pengalaman anak perempuan
dan wanita membentuk kehidupan mereka. Sebaliknya, teori Feminist Pathways
berfokus secara eksplisit pada hubungan antara pengalaman kehidupan dan
kriminalitas di masa depan, dengan mengatakan bahwa seseorang harus
mempertimbangkan peran masyarakat patriarchal jika seorang benar-benar berharap
untuk memahami kejahatan dan kriminalitas wanita.

Bab 28/KRIMINOLOGI KAUM FEMINIS PART II

Teori Feminist Pathways

Mungkin terobosan yang paling besar dalam teori dan penelitian KF adalah model FP.
Dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana kejahatan wanita terkait dengan
pengalaman kehidupan wanita dan anak perempuan, teori ini berfokus pada cara-cara
dimana tempat/kedudukan wanita di dalam masyarakat mengarahkan mereka kepada
gaya hidup criminal. Dalam banyak artikel dan buku, Mada Chesney-Lind (baca
Chesney-Lind & Posko, 2004) telah menjelaskan bagaimana system peradilan
kenakalan patriarchal dan pelecehan anak membentuk peluang anak perempuan, yang
pada akhirnya memaksa mereka masuk ke dalam gaya hidup criminal. Meda
menyatakan bahwa, tidak seperti anak laki-laki, keterlibatan awal anak perempuan
dengan system peradilan kenakalan sebagian besar akibat pelanggaran status, seperti
lari dari rumah atau terlibat dalam kegiatan seksual. Standar ganda patriarchal berarti
bahwa anak perempuan yang terlibat dalam perilaku ini dianggap immoral dan
membutuhkan “perbaikan”. Anak perempuan dan wanita telah menghadapi
institusionalisasi atas keterlibatan mereka dalam perilaku yang sebagian besar
dilakukan pria. Tentu saja anak perempuan yang dicurigai atas tindakan seksual yang
“tidak pantas” telah diperlakukan lebih keras daripada baik anak laki-laki ataupun
anak perempuan yang terlibat dalam kegiatan criminal. Adalah dalam system
patriarchal inilah, pendekatan paternalistic terhadap control sosial perilaku wanita
yang mendorong mereka ke dalam hubungan dengan system peradilan kenakalan.
Lebih jauh lagi, ada kegagalan untuk mengenal bahwa perilaku seksual awal, seperti
melarikan diri dari rumah, seringkali berasal dari pelecehean di dalam rumah.
Daripada mewawancarai tentang kehidupan anak-anak perempuan yang dilecehkan,
masyarakat telah bereaksi dengan standar ganda yang memberikan gadis-gadis ini
label sebagai pemberontak atau immoral. Dengan menghukum gadis-gadis ini atas
perilaku yang bisa saja sesungguhnya menjadi pelajaran.
Dengan menghukum gadis-gadis ini atas perilaku yang bisa saja sesungguhnya
menjadi pelindung bagi diri mereka (misalnya, melarikan diri dari pelecehan atau
rumah yang ditinggalkan), masyarakat bisa saja lebih jauh lagi membatasi peluang
hidup mereka dengan mengidentifikasi mereka sebagai orang yang nakal. Perspektif
ini juga meneliti hubungan antara pelecehan dan penyalahgunaan substansi (zat-zat),
jumlah satu pelanggaran yang mengarah kepada pemenjaraan seorang wanita.
Penyalahgunaan substansi dipandang sebagai mekanisme untuk mengatasi masalah.
Para anak perempuan dan wanita seringkali menggunakan alcohol dan narkoba untuk
memediasi trauma mereka yang diakibatkan oleh pelecehan yang mereka alami. Ini
adalah hal yang sangat penting, karena mayoritas anak gadis dan wanita yang
dipenjara memiliki masalah penyalahgunaan substansi/zat. Sama halnya juga bahwa
mayoritas pelaku pelanggaran ini memiliki sejarah pelecehan fisik, seksual atau
emosional. Teori FP berupaya meneliti wanita muda dan pelanggaran yang mereka
lakukan.

Kriminologi Socialist Feminist

Sebagaimana dibahas sebelumnya, sebagian dari kritik kaum feminis terhadap


kriminologi adalah pemeriksaan atau penelitian kejahatan tidak bergender. Keilmuan
KF telah mengarah kepada upaya untuk memasukkan sebuah pemahaman yang lebih
jelas tentang pengalaman baik pria maupun wanita. Masserschmidt (1986) berfokus
pada cara-cara dimana kapitalisme patriarchal membangun pengalaman-pengalaman
baik pria maupun wanita. Dia meletakkan sebuah teori yang berupaya mencoba
menjelaskan baik kejahatan pria maupun kejahatan wanita dari berbagai tipe dan
mengatakan bahwa seseorang tidak bisa mengabaikan baik struktur ekonomi atau
hubungan gender dalam hubungan sesungguhnya apapun dari kejahatan. Teorinya
menyatakan bahwa pria kelas rendah yang dimarjinalkan dan minoritas terlibat dalam
kejahatan jalanan karena peluang mereka yang terhalang dan peran mereka sebagai
pria dalam masyarakat kapitalistis patriarchal. Sebaliknya, struktur hubungan gender
dalam masyarakat cenderung untuk menempatkan kejahatan wanita kepada penipuan
dan pencurian kecil-kecilan (level rendah).

Masserschmidt (1986) juga meneliti eksploitasi seksual wanita di dalam perdagangan


seks di negara-negara dunia ketiga, yang menunjukkan bagaimana baik patriarchal
dan kapitalisme menempatkan wanita-wanita ini dalam situasi keputusasaan dimana
mereka menyerah/menerima untuk dieksploitasi agar selamat atau bisa bertahan.
Disamping itu, dia menggambarkan kaitan antara ketidakadilan ekonomi dan pola-
pola keluarga yang didominasi pria dalam diskusinya tentang kekerasan pria terhadap
wanita. Akhirnya, dia memberikan sebuah campuran yang sangat sempurna dari teori-
teori tentang keistimewaan pria serta teori-teori tentang kapitalisme dalam
pemeriksaannya tentang kejahatan korporasi dan kejahatan kerah putih, yang terutama
dilakukan pria. Karyanya sangat penting bagi pengembangan KF karena dia langsung
membahas atau menangani kritik kaum feminis bahwa sebagian besar kriminologi
mengabaikan bagaimana hubungan gender membangun kejahatan. Teorinya
menggambarkan bahwa pendekatan feminis sadar akan baik itupengalaman pria
ataupun pengalaman wanita, yang berupaya mengiluminasi bagaimana gender
dikaitkan secara intrinsic dengan kejahatan.

Kriminologi Feminist dan Marjinalitas Ganda

Sebagaimana di banyak ilmu pengetahuan sosial, keilmuan KF awal telah dikritik


karena asumsinya bahwa pengalaman semua wanita adalah sama. Hal ini telah
mengarah kepada keilmuan yang mengakui efek yang saling jalin menjalin dari
gender, ras, kelas, dan identitas seksual.
Ada sebuah interaksi yang berkembang dari interaksi status-status. Tindakan dan
peluang seseorang dibangun oleh penempatan seseorang di antara dimensi-dimensi
ini. Jadi, pengalaman, misalnya, wanita Hispanik berbeda dari pria Hispanik serta
wanita kulit putih ataupun wanita Afrika Amerika (Burgess-Proctor, 2006).

Metodologi dalam Kriminologi Feminis

KF tidak hanya melewati banyak topic, tetapi KF juga menggunakan banyak


metodologi. Pakar-pakar KF menggunakan baik metode kualitatif maupun kuantitatif,
yang seringkali melakukan triangulasi atau kombinasi keduanya untuk
menggambarkan kelebihan masing-masing. Pada sisi kuantitatif, mereka bisa saja
meneliti data-data resmi dan menggunakan survey berskala luas untuk meneliti baik
hubungan antara pengalaman wanita dan pelanggaran mereka dan respons resmi
terhadap wanita dan bagaimana mereka bisa diwarnai oleh gender. Pada penelitian
kualitatif, pakar feminis menggunakan metodologis berjangkauan luas. Khususnya
kelompok fokus, interview mendalam, dan sejarah kehidupan memberikan informasi
untuk membantu meredakan kompleksitas dari hubungan antara viktimisasi dan
pelanggaran. Seringkali sebuah kombinasi digunakan, dengan informasi dari survey-
survei atau data resmi yang menyatakan pertanyaan untuk diteliti secara kualitatif dan
penelitian kualitatif yang menginformasikan statistiknya (c.f. Owen, 1998).

Satu aspek terakhir dari keilmuan dan penelitian feminis harus dibahas. Kita telah
melihat kriminologi utama yang sedang berlaku menempatkan penekanan pada
peneliti yang mengambil sikap bebas nilai, yang memisahkan dirinya dari masalah
subyek penelitian. Namun dari perspektif feminis hal ini tidak mungkin.
Argumentasinya adalah bahwa kita tidak pernah bebas dari keyakinan dan nilai-nilai
kita sendiri, yang membentuk penelitian kita. Disamping itu, pendekatan KF
menyatakan kebutuhan adanya praxis or participatory action research. Kebalikan dari
pendekatan dengan nilai netral dari banyak penelitian ilmu pengetahuan sosial,
penelitian aksi partisipatori dan metodologi yang dikendalikan praxis (praktek)
menekankan kepentingan penelitian yang dipacu menuju perubahan sosial. Dalam
KF, hal ini berarti bekerja menuju perubahan dalam UU, kebijakan, dan penjara.

Keilmuan Kriminologi Feminis

Masalah subyek KF, sebagaimana di dalam keseluruhan kriminologi, termasuk topic


yang sangat luas. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pendekatan kaum feminis
terhafap teorisasi kriminologi telah menjadi fokus yang sangat penting. Juga terbukti
bahwa kekerasan terhadap wanita adalah bagian dari teka-teki itu. KF mengakui
bahwa tidak dikotomi yang jelas antara korban dan pelaku pelanggaran; sebaliknya
pelaku pelanggaran wanita sangat cenderung juga menjadi korban, apakah itu
pelecehan masa kanak-kanak atau pelecehan ketika sudah dewasa (Belknap, 1996).
Selanjutnya, peran keibuan harus diperhitungkan, dan banyak pakar KF telah meneliti
efek pemenjaraan wanita dengan skala luas terhadap wanita dan anak-anak mereka
(Sharp, 2003).

Penelitian yang ekstensif telah meneliti pelanggaran wanita dan anak-anak


perempuan. Banyak keilmuan KF sejak pertengahan tahun 1980-an telah berfokus
pada respon SPP terhadap pelanggaran oleh wanita. Perang terhadap narkoba dan
tuntunan penghukuman federal dari tahun 1980-an menghasilkan jumlah yang luas
biasa dari wanita yang dikirim ke penjara federal dan negara bagian. Perubahan yang
dirancang untuk mengurangi ketidaksetaraan dari penghukuman yang tidak ditentukan
dengan tepat mengakibatkan hukuman-hukuman yang mandatory bagi wanita pelaku
pelanggaran dari kelas bawah. Khususnya penuntutan yang agressif dalam
pelanggaran narkoba telah berdampak kepada wanita, khususnya wanita berkulit
berwarna. Pada akhir tahun 2007, lebih dari 100.000 wanita dipenjara atas dakwaan
kejahatan serius.

Hal ini mengarah kepada penelitian yang ekstensif tentang penangkapan, penuntutan,
penjatuhan vonis dan pemenjaraan wanita pelaku pelanggaran. Para pakar KF juga
berfokus pada kondisi-kondisi di penjara wanita dan program yang tersedia bagi
tahanan wanita (cf. Sharp, 2003). Dua karakteristik utama dari keilmuan KF
dibuktikan dalam penelitain itu, yaitu:
Pakar feminis telah secara konsisten mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap anak
perempuan dan wanita di dalam masyarakat membantu membentuk perilaku criminal
mereka. Namun fokus ini tidak berakhir dengan menjelaskan jalan/jalur wanita
menuju kejahatan tetapi sebaliknya menuju ke karakteristik kedua;
Pakar feminis menjelaskan bahwa karena wanita dan pria memiliki pengalaman yang
berbeda serta motivasi terhadap kejahatan dan jenis-jenis kejahatan, maka SPP
seharusnya tidak dirancang untuk memperlakukan wanita sama dengan pria.

Jadi, sangat banyak keilmuan sekarang ini telah berfokus baik pada masalah-masalah
wanita yang dipenjara maupun kesulitan-kesulitan dengan bagaimana system ini
melayani mereka.

Penekanan ini oleh pakar KF bisa saja lebih baik dipahami dengan melihat sebuah
contoh. Mungkin seorang gadis muda yang secara fisik atau seksual dilecehkan di
rumah. Akhirnya, dia bisa saja melarikan diri, atau bisa saja mulai menggunakan
narkoba, dan bisa saja terlibat dalam perilaku seksual, mungkin demi uang atau
narkoba untuk selamat atau bisa bertahan. Akhirnya dia tertangkap dan dikembalikan
kepada orang tuanya. Akibat perilakunya itu, kondisi di rumahnya bisa saja menjadi
lebih buruk, dengan lebih banyak pelecehan atau aturan yang tidak logis. Lagi-lagi dia
melarikan diri, barangkali tertangkap karena kepemilikan narkoba. Tergantung kepada
lokasinya, statusnya, dan sumber daya keluarganya, bisa saja dia ditempatkan di
sebuah fasilitas anak nakal dan dianggap pemberontak. Ketika berada di sana, dia bisa
saja mengalami lebih banyak pelecehan. Ketika bebas, kembali ke rumahnya atau
komunitasnya, dia menemukan bahwa sekarang dia diberi label/cap sebagais eorang
gadis “buruk.” Dia bisa saja ketinggalan secara akademis di sekolah; dia bisa saja
memiliki kesulitan menemukan teman-teman yang bisa saling berbagi; dan dia mulai
bermain dengan teman-teman yang lebih tua dan lebih tangguh. Dia lalu bertemu pria
muda, beberapa tahun lebih tua, yang kelihatannya memiliki akses ke narkoba.
Mereka akhirnya menjadi teman akrab dan dia hamil. Pada saat ini, dia bisa saja
cukup usia, sehingga orangtuanya tidak lagi melaporkannya menghilang. Dia keluar
dari sekolah dan mempunyai anak. Pacarnya kemudian pergi meninggalkannya,
mungkin karena bosan atau karena sebuah pilihan

Sekarang dia telah menjadi seorang ibu tunggal yang berpendidikan rendah dengan
harga diri yang rendah, mungkin dengan masalah narkoba. Dia sulit untuk
menemukan pekerjaan dan untuk bekerja. Dia bisa saja mencuri untuk
mempertahankan hidupnya dan anaknya, dan penggunaan narkoba. Akhirnya dia bisa
saja menemukan pria lain untuk mendukung kehidupannya. Hubungan ini cenderung
penuh dengan pelecehan. Harga dirinya bahkan menjadi lebih rendah. Namun
penggunaannya terhadap narkoba semakin meningkat, dan akhirnya dia didakwa atas
kejahatan serius dan dikirim ke penjara. Dia bisa saja mendapat perawatan
menyangkut narkoba atau tidak sebelum pemenjaraannya. Dengan seorang anak yang
masih bergantung kepadanya, pilihannya semakin terbatas. Dia bisa saja menjalani
hukuman percobaan, tetapi ketidakmampuannya untuk jauh dari narkoba serta
ketidakmampuannya untuk memiliki sebuah pekerjaan dan untuk membayar
kehidupannya membuatnya menjadi seorang yang mengalami masa percobaan yang
tidak patuh. Segera setelah dia tiba di penjara dia menemukan bahwa beberapa
program di sana untuk membantunya dengan kebutuhan terbesarnya: penyalahgunaan
narkoba, isu viktimisasi, harga diri yang rendah, pendidikan, pelatihan kerja, dan
perencanaan bagaimana menyatukan diri dengan masyarakat dengan sukses setelah
lepas dari penjara. Jadi, segera dia dilepaskan, dia dengan cepat jatuh lagi ke dalam
perilaku yang sama yang mengirimnya ke penjara. Dia ditangkap kembali,
pembebasan bersyaratnya dibatalkan dan dia dipenjara kembali. Situasinya diperparah
dengan fakta bahwa dia adalah orangtua tunggal. Anaknya bisa saja tinggal bersama
dengan keluarganya, atau pelayanan sosial bisa saja campur tangan dan menempatkan
anaknya di perawatan orangtua angkat. Ketika pria dipenjara, ibu sang anak biasanya
tetap tinggal bersama dengan anak-anaknya, tetapi ketika wanita yang dipenjara,
mayoritas pria tidak ada yang sepenuh waktunya mengurus anak-anaknya, yang
menciptakan kesulitan bagi sang anak serta juga sang ibu.

Sekarang wanita ini bahkan lebih tertekan dan merasa dia telah gagal sebagai seorang
ibu. Siklus itu kemudian berlanjut. Tanpa intervensi yang efektif yang membantunya
menangani trauma masa lalunya dan isu kesehatan mentalnya, kecenderungan bahwa
dia akan lepas dari narkoba sangat kecil. Tanpa bantuan dalam meningkatkan
pendidikannya dan keahliannya dalam bekerja, membangun sebuah jaringan
dukungan kesehatan, dan menemukan tempat tinggal yang aman ketika lepas dari
penjara, maka akan kecik peluang baginya untuk berhasil jika lepas dari penjara lagi.

Scenario ini menggambarkan kompleksitas dan sifat saling mengunci dari KF. Teori-
teori yang mengiluminasikan viktimisasi dan pengalaman wanita bisa sajamembantu
menjelaskan perilaku criminal mereka dimana teori-teori utama yang sedang berlaku
tidak bisa menjelaskannya. Kesadaran tentang jalan kecil wanita menuju kejahatan
menunjuk kepada kebutuhan bagi penjara dan program-program penjara yang
dimajukan demi kebutuhan pelaku pelanggaran wanita.

Jadi, system penjara dan pembuatan program di dalam penjara wanita telah menjadi
fokus utama dari penelitian KF. Karena system lapas muncul dalam merespon
pelanggaran pria, maka kebutuhan dan kemampuan wanita seringkali tidak
diperhitungkan. Pakar KF menunjukkan, melalui penelitian mereka tentang
karakteristik tahanan wanita, tipe program apa yang paling menguntungkan bagi
wanita serta yang mungkin tidak efektif.

Bahkan perawatan penyalahgunaan substansi/zat, rehabilitasi kejuruan dan terapi di


penjara dipandang melalui lensa bergender. Selama tahun 1990-an, komunitas terapi
dan program kamp sepatu boot telah menjadi bentuk rehabilitasi yang lazim di
penjara-penjara AS. Namun program ini tidak sama dalam hal kecocokannya bagi pria
dan wanita. Di antara isu-isu lainnya, wanita merespon kurang secara positif terhadap
konfrontasi, sebuah program yang paling pokok dari dua jenis program di atas
(Marcus-Mendoza, Klein-Saffran & Lutze, 1998). Penjara wanita juga cenderung
memiliki masalah kesehatan yang bisa saja menghalangi partisipasi mereka dalam
kegiatan yang membutuhkan kekuatan fisik (Sharp, 2003). Akhirnya, untuk
meningkatkan kecenderungan masuknya kembali yang sukses, keibuan juga harus
diperhitungkan. Denga  2/3 tahanan wanita yang adalah ibu bagi anak-anak kecil
mereka, maka jelas hal ini kelihatan menjadi isu sosial yang serius.

Keseluruhan bidang peradilan pidana telah lama didominasi oleh pria, sebagian
karena kebanyakan penjahat adalah pria. Dengan kenaikan yang cepat baik dalam
keilmuan KF dan tahanan wanita, maka ada pekerjaan yang semakin dikembangkan
oleh pakar KF yang mengambil pendekatan bergender terhadap pengkajian
pemolisian, lembaga pemasyarakatan dan UU. Pendekatan ini khususnya berfokus
pada dua aspek dari sifat pekerjaan peradilan pidana yang bergender, yaitu:
Pendekatan ini melihat atau meneliti bagaimana wanita dan pria berbeda di dalam
praktek pekerjaan mereka. KF menanyakan karakteristik apa yang dibawa wanita
yang bekerja di bidang peradilan pidana ke dalam pekerjaan mereka dan bagaimana
karakteristik itu mempengaruhi pekerjaan mereka.
Beberapa pakar KF telah meneliti cara-cara dimana struktur penegakan hukum, lapas,
dan pengadilan terus menerus mengarah kepada ketidaksetaraan gender (Britton,
2000).

Kriminologi Feminis pada abad Ke-21

Untuk mendapatkan penerimaan yang luas terhadap keilmuan KF adalag tugas yang
sulit. Mengingat fakta bwa bidang kriminologi telah didominasi oleh pakar yang lebih
condong kepada teori-teori dan penelitian utama yang sedang berlaku, penelitian yang
menentang perspektif utama ini telah menemukan kesulitan atau sekedar
ketidaktertarikan. Hal ini telah mengarah kepada kesulitan yang cukup besar untuk
mempublikasikan keilmuan ini serta marjinalisasi karya-karya keilmuan ini yang telah
dipublikasikan. Tentu saja, bahkan tidak ada sebuah sesi tentang wanita dan kejahatan
di dalam pertemuan-pertemuan Masyarakat Kriminologi Ameriak hingga tahun 1975.

Publikasi dalam jurnal-jurnal kriminologi juga sulit dan banyak keilmuan feminis
dialihkan kejurnal kriminologi yang lebih kecil, dan sangat tidak bergengsi. Pada
tahun 1989, jurnal Wanita & Criminal Justice diluncurkan, khususnya didedikasikan
untuk publikasi penelitian keilmuan tentang aspek-aspek keterlibatan wanita dan anak
gadis/perempuan di dalam SPP. Kemudian pada tahun 1995, jurnal Violence Against
Women diluncurkan untuk mempublikasikan keilmuan yang dikaji ulang teman
seprofessi tentang kekerasan berbasis gender dan korban wanita. Pada tahun 2006,
Sage Publication memperkenalkan isu pertama dari Feminist Criminology, publikasi
resmi pertama dari Divisi untuk Wanita dan Kejahatan dari Masyarakat Kriminologi
Amerika.

Kriminologi Feminis dari Sebuah Perspektif Global

KF telah menyatakan memiliki dampak yang lebih banyak di luar AS daripada di


dalam negeri itu. Hal ini karena fokus pada kekerasan terhadap wanita adalah sebuah
tanda resmi dari KF serta sebuah masalah yang diakui secara internasional. Penelitian
telah berfokus pada pelecehan wanita di Negara-negara Muslim dan di India, mutilasi
alat kelamin atau sunat wanita, dan pembunuhan anak bayi perempuan. Karena
perhatian internasional telah digambarkan pada keadaan yang buruk dari wanita dan
anak perempuan/gadis di berbagai belahan dunia, penelitian yang mengambil
pandangan kaum feminis tentang viktimisasi wanita telah disambut dengan baik
(Maidment, 2006). Pada level internasional, perhatian yang cukup besar dicurahkan
kepada eksploitasi wanita dan anak gadis di dalam industry seks global. Di samping
itu, pakar KF mengkaji cara-cara dimana UU dan kebijakan peradilan pidana di
seluruh dunia bisa saja melakukan viktimisasi kepada wanita, yang memberikan
sanksi bagi mereka karena melanggar norma gender tradisional, khususnya
menyangkut seksualitas. Sebagai contoh,di beberapa Negara Muslim, wanita yang
diperkosa bisa saja dipandang dan diperlakukan sebagai pelaku pelanggaran daripada
sebagai korban karena mereka telah melanggar harapan-harapan yang menyangkut
seksualitas wanita.

Beberapa pakar KF baru-baru ini telah menegaskan bahwa ada reaksi balik global
yang tidak baik terhadap upaya-upaya kaum feminis untuk memperbaiki situasi anak
perempuan/gadis dan wanita, tidak saja di Negara-negara dunia ketiga tetapi juga di
Negara industry Barat.

Kesimpulan

Walaupun kemajuan dalam publikasi keilmuan kaum feminis telah dilakukan, namun
hal ini masih agak dimarjinalisasikan di dalam keseluruhan disiplin. Journal utama
yang sedang berlaku saat ini tidak hanya menerbitkan hanya sedikit publikasi
keilmuan kaum feminis, namun textbook yang ada juga memberikan perhatian yang
sangat sedikit terhadap teori KF. Jadi, generasi baru dari kriminolog dididik dan
hanya diberikan sedikit informasi tentang KF. Hal ini digambarkan dalam penelitian
mereka serta dalam pengajaran mereka dan mentoring pakar baru. Sehingga siklus ini
tetap bertahan dengan kriminolog yang menerima pendidikan yang sangat sedikit
tentang KF (Renzetti, 1993).

Namun, KF masih tetap hidup dan baik-baik saja. Divisi Wanita dan Kejahatan adalah
salah satu bagian terbesar dari Masyarakat Kriminologi Amerika, beberapa penerbit
utama memiliki beberapa seri buku yang berfokus pada wanita dan kejahatan, dan
pakar-pakar bar uterus bermunculan. Divisi Wanita dan Kejahatan, yang mulai
dengan sekelompok kecil pakar pada pertengahan tahun 1980-an, sekarang telah
bertahan selama hampir ¼ abad , dan pakar kaum feminis telah diakui sebagai Fellow
oleh Masyarakat Kriminologi Amerika. Keilmuan KF saat ini menyertakan
pembangunan teori dan pengujian teori, serta penelitian terhadap kekerasan terhadap
wanita; kejahatan wanita; wanita di dalam SPP, baik sebagai pelaku pelanggaran
maupun sebagai pekerja. Karakteristik yang mendefenisikan KF adalah penekanan
pada bagaimana struktur sosial mempengaruhi pria dan wanita secara berbeda,
hubungan antara penelitian dan aktivisme, dan keterkaitan antara viktimisasi dan
melakukan pelanggaran di kalangan wanita.

Anda mungkin juga menyukai