SUSAN F. SHARP
Universitas Oklahoma
Kriminologi secara tradisional merupakan salah satu bidang studi yang paling
androcentic (berpusat pada pria) di dalam ilmu pengetahuan sosial. Mayoritas
penelitian dan teori didasarkan pada kajian tentang kriminalitas pria dan respon SPP
terhadap pelaku pelanggaran pria. Wanita, ketika dianggap sama sekali jahat, diwakili
dengan cara-cara yang negative dan stereotipe, dengan fokus pada kegagalan mereka
untuk terikat kepada model perilaku wanita “tradisional” yang cocok, sebagaimana
dijelaskan oleh W.I. Thomas (1923) dalam pandanganya yang paternalistic tentang
wanita. KF berupaya untuk menangani kegagalan untuk mempertimbangkan
perbedaan penting dalam jalur pria dan wanita menuju kejahatan, tipe kejahatan,
viktimisasi dan hukuman dengan meningkatkan pemahaman tentang pelanggaran pria
dan wanita serta respon SPP kepada kejahatan mereka.
Jangkauan KF
Disamping itu pendekatan bebas nilai orang Weber terhadap kajian kriminologi telah
gagal mengenali bahwa pengalaman peneliti itu sendiri membentuk dan merumuskan
pendekatan mereka sendiri terhadap penelitian mereka. Hal ini menghasilkan sebuah
asumsi yang tidak direflektifkan bahwa data dan teori-teori tentang anak laki-laki dan
pria akan digeneralisasikan kepada anak perempuan dan wanita. Peneliti dan pakar
teori telah mengasumsikan bahwa kajian tentang kejahatan pria merupakan studi
generic tentang kejahatan dan wanita yang terlibat di dalam kejahatan lebih sekedar
penyimpangan dari norma daripada menjadi subyek untuk dikaji. Akhirnya,
pendekatan feminis terhadap kriminologi lahir dari kritik terhadap praktek ini.
Memang hanya dalam 30 tahun terakhir ini KF berkembang menjadi perspektif yang
diakui di dalam kriminologi. Namun, istilah kriminologi feminis adalah sesuatu yanbg
menyesatkan; barangkali akan lebih baik bicara tentang kriminologi-kriminologi
feminis. KF melampaui jangkauan yang luas dari perspektif teoritis dan metodologis
yang menempatkan cara-cara dimana gender membentuk pengalaman di tengah-
tengah pertanyaan keilmuan. KF berfokus pada serangkaian luas isu-isu yang terkait
dengan wanita dan kejahatan, termasuk penjelasan teoritis tentang kejahatan, respon-
respon terhadap pelanggaran wanita, pembuatan program bagi penjara wanita, wanita
sebagai pekerja di bidang lapas, dan kebutuhan khusus penjara wanita atau wanita
yang dipenjara. Pemikiran feminis bukanlah sebuah pendakatan homogeny;
pendekatan ini menggabungkan fokus feminis liberal pada peluang yang sama bagi
wanita, feminis Marxist berfokus pada hubungan kelas dan kapitalisme sebagai
sumber tekanan kepada wanita, campuran dominasi pria dengan struktur ekonomi dan
politik dari feminis sosialis sebagai sumber ketidakadilan, dan feminis radikal
berfokus pada dominasi patriarchal dari wanita. Namun, pendekatan feminis ini
memiliki kesamaan dalam hal fokus mereka terhadap cara-cara dimana struktur jenis
kelamin masyarakat dikaitkan dengan kejahatan.
Hingga pertengahan abad ke-20, sebagian besar berfokus pada pelaku pelanggaran
dan respon SPP terhadap kejahatan pria. Ketiadaan perhatian terhadap pelanggaran
wanita berasal dari fakta bahwa sebagian besar kejahatan dilakukan oleh pria. Namun,
pada dua decade terakhir dari abad ke-20, tingkat pemenjaraan wanita meningkat
tajam, yang mengarah kepada merebaknya penelitian terhadap anak perempuan,
wanita, kejahatan, dan SPP. Banyak sarjana menunjuk “perang terhadap narkoba” dan
reformasi penghukuman federal pada tahun 1980-an sebagai penjelasan utama tentang
kenaikan yang besar dalam hal wanita yang dipenjara serta lahirnya keilmuan
kriminologi feminis. Jelas, perang terhadap narkoba dan reformasi federal adalah
kekuatan yang mengendalikan di belakang kenaikan yang luar biasa dalam
pemenjaraan wanita. Namun, akar dari KF ini mendahului perubahan-perubahan ini.
Akar itu ditemukan di dalam feminismen gelombang kedua serta kriminilogi radikal
pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an.
Walaupun keduanya berfokus pada aspek yang berbeda dari isu itu dan mencapai
kesimpulan yang agak sama, keduanya berpendapat bahwa gerakan wanita abad
pertengahan ke-20 merubah baik partisipasi wanita dalam kejahatan dan persepsi
tentang partisipasi wanita di dalam kejahatan. Tentu saja, di tenga-tengah thesis dari
kedua karya ini adalah bahwa wanita akan terlibat di dalam kejahatan akibat
liberalisasi wanita. Juga dengan berfokus pada perlakuan yang setara, respon
peradilan pidana terhadap pelanggaran wanita akan menjadi lebih keras dan kurang
“perhatian.”
Kedua buku ini sangat penting dalam menjembatani perhatian yang lebih banyak
terhadap kejahatan wanita dan respon SPP terhadap kejahatan wanita, tetapi fokusnya
atas peluang kejahatan yang meningkat bagi wanita yang datang dari tekanan atas
kesetaraan telah dikritik oleh pakar KF. Ada 2 tema luas yang muncul di kalangan
kritik tersebut, yaitu:
Namun para pakar KF dengan cepat menjadi agak bebas dari ilusi dengan apa yang
dianggap sebagai yang sangat idealistic dan pendekatan kriminologi/kritis yang masih
berpusat pada pria. Pandangan “kriminologi baru” tentang pelaku pelanggaran sebagai
seorang pejuang yang bijaksana yang dilibatkan dalam sebuah perjuangan
menghadapi negara yang sangat berpengaruh (Young, 1979) juga membuat marah
feminis radikal yang bekerja untuk mengakhiri kekerasan dari teman dekat dan
perkosaan. KF mulai berfokus pada cara-cara dimana sebuah masyarakat patriarchal
memungkinkan terjadinya pelecehan terhadap wanita. Feminism radikal, dengan
berfokus pada konsekuensi dari patriarchal, berkontribusi kepada badan keilmuan KF
yang sedang berkembang.
Selama awal-awal tahun 1970-an, pakar feminis radikal (FR) dan para aktivis untuk
berjuang mereformasi respon public terhadap kejahatan, seperti perkosaan dan
kekerasan oleh pasangan. Sebelum revisi kebijakan dan UU, korban perkosaan
seringkali disalahkan atas viktimisasi mereka. Dua karya seminal selama pertengahan
tahun 1970-an membawa viktimisasi tentang wanita oleh pria ke dalam bagian depan
KF dan sangat berpengaruh dalam perkembangan pemikiran KF. Karya Susan
Brownmiller (1975), Against Our Will adalah sebuah analisa yang sangat kritis
tentang peran dominasi pria dalam kejahatan perkosaan. Sama halnya juga dengan
Carol Smart (1976) yang mengkritik teori-teori kriminologi utama (yang berlaku saat
ini), tidak hanya atas kegagalan mereka untuk meneliti kejahatan melalui lensa yang
digenderkan tetapi juga untuk asumsi mereka bahwa viktimisasi adalah pengalaman
yang sama untuk emua korban. Smart berpendapat bahwa teori-teori utama gagal
mengenali bagaimana struktur patriarchal masyarakat berkontribusi terhadap dan
membentuk viktimisasi wanita.
Banyak sekali seperti keilmuan feminis tentang kekerasan seksual, penelitian KF telah
membantu membentuk kembali pemahaman kita tentang KDRT dan antara pasangan
hidup. Banyak peneliti awal tentang kekerasan pasangan intim berasal dari karya yang
menggunakan Conflict Tactics Scale yang dikembangkan oleh Strauss dan Gelles
(1986). Pakar feminis telah menjelaskan bahwa walaupun skala ini
menghukur kejadian/insiden dari taktik agressif yang berjangkauan luas, namun skala
ini gagal menempatkan taktik itu di dalam konteks. Penelitian Stanko (1990) tentang
kekerasanb sehari-hari memberikan bukti bahwa viktimisasi wanita seringkali tidak
dilaporkan. Jadi, penelitian yang dilakukan oleh KF, sesuai denga aktivisme,
berdampak tidak hanya terhadap UU tetapi juga praktek polisi. Akhirnya, Survei
Viktimisasi Kejahatan Nasional (NCVS) dirumuskan kembali untuk menangani
pengalaman-pengalaman korban wanita. Pertanyaan-pertanyaan tentang perkosaan
dan penganiayaan seksual ditambahkan dan juga pertanyaan tentang viktimisasi di
dalam RT (Britton, 2000). Pada tahun 1994, UU Federal Violence Against
Women disahkan. Program-program pencegahan dan intervensi dikembangkan,
penuntutan yang agressif dilakukan, dan pendanaan untuk penelitian disediakan.
Terakhir ini, UU Internasional Violence Against Womenmembawa fokus ini kepada
hal-hak wanita terhadap keselamatan ke lingkun internasional.
Desakan utama dari KF adalah kritik terhadap perkembangan teori-teori utama (yang
sedang berlaku saat ini) yang berbasis penelitian dengan anak laki-laki dan pria.
Pendekatan “tambahkan wanita dan kendalikan” dari kriminologi utama yang sedang
berlaku saat ini berarti bahwa gender, jika dipertimbangkan, telah seringkali
digunakan hanya sebagai sebuah variable control. Walaupun hal ini telah memberikan
penegasan bahwa pria jelas lebih criminal dibandingkan dengan wanita, jelas tidak
ada informasi tentang kriminalitas wanita bisa dikumpulkan melalui tipe penelitian
ini. Ada 2 asumsi yang tidak dibicarakan di sini yang melekat pada pendekatan ini
dimana KF mengambil isu ini, yaitu:
1. Asumsi tersirat bahwa, karena pria jauh lebih cenderung terlibat dalam
perilaku jahat dibandingkan wanita, maka wanita agak tidakpenting di dalam
bidang ini.
2. Kriminologi utama yang sedang berlaku mengasumsikan bahwa pria dan
wanita adalah sama dan apa yang bisa berfungsi menjelaskan kriminalitas pria
akan berfungsi sama baiknya untuk menjelaskan kriminalitas wanita.
Namun, pakar KF lainnya telah menyatakan bahwa teori-teori utama yang sedang
berlaku saat ini bisa saja masih digunakan jika teori-teori itu direstrukturisasi dan
dioperasionalkan dengan cara yang lebih sensitive terhadap predictor kejahatan baik
pada diri pria maupun wanita. Khususnya teori general strain dari Agnew (1992)
berupaya untuk menjadi sensitive secara gender. Dengan memasukkan sebuah
cakupan yang luas dari sumber-sumber strain (filter) di dalam teori, dia berupaya
untuk membahas keprihatinan yang disuarakan oleh kaum feminis. Dalam teorinya
ini, dia secara eksplisit berfokus pada pada hubungan filter serta pengalaman hidup
negatif, yang keduanya merupakan predictor yang penting dari kenakalan wanita. Dia
juga menjelaskan bahwa pria dan wanita cenderung memiliki reaksi emosional yang
berbeda untuk melakukan pemaksaan, memiliki keahlian dan sumber daya yang
berbeda dalam menghadapi masalah, dan melakukan tipe pelanggaran yang berbeda
(Broidy & Agnew, 1997). Operasionalisasi feminis dari teori general strain bisa
secarah eksplisit meneliti peran sejarah pelecehan dalam meramalkan kejahatan
wanita. Agnew berpendapat bahwa bukanlah pemaksaan itu tetapi sepertinya respon
emosional yang negative itulah yang memaksa yang mengarah kepada kejahatan.
Lagi-lagi, analisa bergender dan mendalam akan berfokus pada bagaimana respon
emosional dan sumber daya untuk menanganinya yang berdasarkan gender dan
bagaimana hal ini akan membantu mengembangkan hubungan yang berbeda antara
eksperimen kehidupan wanita dan pria dan partisipasi mereka kemudian di dalam
kejahatan.
Sama halnya jug, teori-teori wacana kehidupan bisa saja menawarkan peluang untuk
sebuah eksplorasi bergender tentang kriminalitas wanita. Teori-teori ini tidak saja
meneliti factor-faktor penting di dalam inisiasi perilaku criminal tetapi juga meneliti
kejadian-kejadian yang bisa saja mengubah jalur dari criminal menjadi non-kriminal,
atau sebaliknya. Dalam pemahaman yang luas, teori wacana kehidupan menyatakan
bahwa adalah kepentingan sebuah kejadian atau alasan lah yang menentukan
kecenderungan bahwa seseorang terlibat dalam perilaku criminal akan mundur. Di
dalam kasus pria, hal ini bisa saja berupa perkawinan atau karir. Namun bagi wanita
bisa saja penting untuk meneliti alasan-alasan lain. Khususnya, kelahiran seorang
anak bisa saja memberikan motivasi yang cukup bagi seorang wanita yang terlibat
dalam perilaku criminal untuk merubah jejaknya menjadi perilaku non-kriminal.
Secara keseluruhan, penggunaan gender dari teori utama yang sedang berlaku tidak
disambut dengan baik oleh pakar KF. Banyak pakar KF ini menyatakan bahwa teori-
teori ini gagal meneliti secara rinci cara-cara dimana pengalaman anak perempuan
dan wanita membentuk kehidupan mereka. Sebaliknya, teori Feminist Pathways
berfokus secara eksplisit pada hubungan antara pengalaman kehidupan dan
kriminalitas di masa depan, dengan mengatakan bahwa seseorang harus
mempertimbangkan peran masyarakat patriarchal jika seorang benar-benar berharap
untuk memahami kejahatan dan kriminalitas wanita.
Mungkin terobosan yang paling besar dalam teori dan penelitian KF adalah model FP.
Dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana kejahatan wanita terkait dengan
pengalaman kehidupan wanita dan anak perempuan, teori ini berfokus pada cara-cara
dimana tempat/kedudukan wanita di dalam masyarakat mengarahkan mereka kepada
gaya hidup criminal. Dalam banyak artikel dan buku, Mada Chesney-Lind (baca
Chesney-Lind & Posko, 2004) telah menjelaskan bagaimana system peradilan
kenakalan patriarchal dan pelecehan anak membentuk peluang anak perempuan, yang
pada akhirnya memaksa mereka masuk ke dalam gaya hidup criminal. Meda
menyatakan bahwa, tidak seperti anak laki-laki, keterlibatan awal anak perempuan
dengan system peradilan kenakalan sebagian besar akibat pelanggaran status, seperti
lari dari rumah atau terlibat dalam kegiatan seksual. Standar ganda patriarchal berarti
bahwa anak perempuan yang terlibat dalam perilaku ini dianggap immoral dan
membutuhkan “perbaikan”. Anak perempuan dan wanita telah menghadapi
institusionalisasi atas keterlibatan mereka dalam perilaku yang sebagian besar
dilakukan pria. Tentu saja anak perempuan yang dicurigai atas tindakan seksual yang
“tidak pantas” telah diperlakukan lebih keras daripada baik anak laki-laki ataupun
anak perempuan yang terlibat dalam kegiatan criminal. Adalah dalam system
patriarchal inilah, pendekatan paternalistic terhadap control sosial perilaku wanita
yang mendorong mereka ke dalam hubungan dengan system peradilan kenakalan.
Lebih jauh lagi, ada kegagalan untuk mengenal bahwa perilaku seksual awal, seperti
melarikan diri dari rumah, seringkali berasal dari pelecehean di dalam rumah.
Daripada mewawancarai tentang kehidupan anak-anak perempuan yang dilecehkan,
masyarakat telah bereaksi dengan standar ganda yang memberikan gadis-gadis ini
label sebagai pemberontak atau immoral. Dengan menghukum gadis-gadis ini atas
perilaku yang bisa saja sesungguhnya menjadi pelajaran.
Dengan menghukum gadis-gadis ini atas perilaku yang bisa saja sesungguhnya
menjadi pelindung bagi diri mereka (misalnya, melarikan diri dari pelecehan atau
rumah yang ditinggalkan), masyarakat bisa saja lebih jauh lagi membatasi peluang
hidup mereka dengan mengidentifikasi mereka sebagai orang yang nakal. Perspektif
ini juga meneliti hubungan antara pelecehan dan penyalahgunaan substansi (zat-zat),
jumlah satu pelanggaran yang mengarah kepada pemenjaraan seorang wanita.
Penyalahgunaan substansi dipandang sebagai mekanisme untuk mengatasi masalah.
Para anak perempuan dan wanita seringkali menggunakan alcohol dan narkoba untuk
memediasi trauma mereka yang diakibatkan oleh pelecehan yang mereka alami. Ini
adalah hal yang sangat penting, karena mayoritas anak gadis dan wanita yang
dipenjara memiliki masalah penyalahgunaan substansi/zat. Sama halnya juga bahwa
mayoritas pelaku pelanggaran ini memiliki sejarah pelecehan fisik, seksual atau
emosional. Teori FP berupaya meneliti wanita muda dan pelanggaran yang mereka
lakukan.
Satu aspek terakhir dari keilmuan dan penelitian feminis harus dibahas. Kita telah
melihat kriminologi utama yang sedang berlaku menempatkan penekanan pada
peneliti yang mengambil sikap bebas nilai, yang memisahkan dirinya dari masalah
subyek penelitian. Namun dari perspektif feminis hal ini tidak mungkin.
Argumentasinya adalah bahwa kita tidak pernah bebas dari keyakinan dan nilai-nilai
kita sendiri, yang membentuk penelitian kita. Disamping itu, pendekatan KF
menyatakan kebutuhan adanya praxis or participatory action research. Kebalikan dari
pendekatan dengan nilai netral dari banyak penelitian ilmu pengetahuan sosial,
penelitian aksi partisipatori dan metodologi yang dikendalikan praxis (praktek)
menekankan kepentingan penelitian yang dipacu menuju perubahan sosial. Dalam
KF, hal ini berarti bekerja menuju perubahan dalam UU, kebijakan, dan penjara.
Hal ini mengarah kepada penelitian yang ekstensif tentang penangkapan, penuntutan,
penjatuhan vonis dan pemenjaraan wanita pelaku pelanggaran. Para pakar KF juga
berfokus pada kondisi-kondisi di penjara wanita dan program yang tersedia bagi
tahanan wanita (cf. Sharp, 2003). Dua karakteristik utama dari keilmuan KF
dibuktikan dalam penelitain itu, yaitu:
Pakar feminis telah secara konsisten mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap anak
perempuan dan wanita di dalam masyarakat membantu membentuk perilaku criminal
mereka. Namun fokus ini tidak berakhir dengan menjelaskan jalan/jalur wanita
menuju kejahatan tetapi sebaliknya menuju ke karakteristik kedua;
Pakar feminis menjelaskan bahwa karena wanita dan pria memiliki pengalaman yang
berbeda serta motivasi terhadap kejahatan dan jenis-jenis kejahatan, maka SPP
seharusnya tidak dirancang untuk memperlakukan wanita sama dengan pria.
Jadi, sangat banyak keilmuan sekarang ini telah berfokus baik pada masalah-masalah
wanita yang dipenjara maupun kesulitan-kesulitan dengan bagaimana system ini
melayani mereka.
Penekanan ini oleh pakar KF bisa saja lebih baik dipahami dengan melihat sebuah
contoh. Mungkin seorang gadis muda yang secara fisik atau seksual dilecehkan di
rumah. Akhirnya, dia bisa saja melarikan diri, atau bisa saja mulai menggunakan
narkoba, dan bisa saja terlibat dalam perilaku seksual, mungkin demi uang atau
narkoba untuk selamat atau bisa bertahan. Akhirnya dia tertangkap dan dikembalikan
kepada orang tuanya. Akibat perilakunya itu, kondisi di rumahnya bisa saja menjadi
lebih buruk, dengan lebih banyak pelecehan atau aturan yang tidak logis. Lagi-lagi dia
melarikan diri, barangkali tertangkap karena kepemilikan narkoba. Tergantung kepada
lokasinya, statusnya, dan sumber daya keluarganya, bisa saja dia ditempatkan di
sebuah fasilitas anak nakal dan dianggap pemberontak. Ketika berada di sana, dia bisa
saja mengalami lebih banyak pelecehan. Ketika bebas, kembali ke rumahnya atau
komunitasnya, dia menemukan bahwa sekarang dia diberi label/cap sebagais eorang
gadis “buruk.” Dia bisa saja ketinggalan secara akademis di sekolah; dia bisa saja
memiliki kesulitan menemukan teman-teman yang bisa saling berbagi; dan dia mulai
bermain dengan teman-teman yang lebih tua dan lebih tangguh. Dia lalu bertemu pria
muda, beberapa tahun lebih tua, yang kelihatannya memiliki akses ke narkoba.
Mereka akhirnya menjadi teman akrab dan dia hamil. Pada saat ini, dia bisa saja
cukup usia, sehingga orangtuanya tidak lagi melaporkannya menghilang. Dia keluar
dari sekolah dan mempunyai anak. Pacarnya kemudian pergi meninggalkannya,
mungkin karena bosan atau karena sebuah pilihan
Sekarang dia telah menjadi seorang ibu tunggal yang berpendidikan rendah dengan
harga diri yang rendah, mungkin dengan masalah narkoba. Dia sulit untuk
menemukan pekerjaan dan untuk bekerja. Dia bisa saja mencuri untuk
mempertahankan hidupnya dan anaknya, dan penggunaan narkoba. Akhirnya dia bisa
saja menemukan pria lain untuk mendukung kehidupannya. Hubungan ini cenderung
penuh dengan pelecehan. Harga dirinya bahkan menjadi lebih rendah. Namun
penggunaannya terhadap narkoba semakin meningkat, dan akhirnya dia didakwa atas
kejahatan serius dan dikirim ke penjara. Dia bisa saja mendapat perawatan
menyangkut narkoba atau tidak sebelum pemenjaraannya. Dengan seorang anak yang
masih bergantung kepadanya, pilihannya semakin terbatas. Dia bisa saja menjalani
hukuman percobaan, tetapi ketidakmampuannya untuk jauh dari narkoba serta
ketidakmampuannya untuk memiliki sebuah pekerjaan dan untuk membayar
kehidupannya membuatnya menjadi seorang yang mengalami masa percobaan yang
tidak patuh. Segera setelah dia tiba di penjara dia menemukan bahwa beberapa
program di sana untuk membantunya dengan kebutuhan terbesarnya: penyalahgunaan
narkoba, isu viktimisasi, harga diri yang rendah, pendidikan, pelatihan kerja, dan
perencanaan bagaimana menyatukan diri dengan masyarakat dengan sukses setelah
lepas dari penjara. Jadi, segera dia dilepaskan, dia dengan cepat jatuh lagi ke dalam
perilaku yang sama yang mengirimnya ke penjara. Dia ditangkap kembali,
pembebasan bersyaratnya dibatalkan dan dia dipenjara kembali. Situasinya diperparah
dengan fakta bahwa dia adalah orangtua tunggal. Anaknya bisa saja tinggal bersama
dengan keluarganya, atau pelayanan sosial bisa saja campur tangan dan menempatkan
anaknya di perawatan orangtua angkat. Ketika pria dipenjara, ibu sang anak biasanya
tetap tinggal bersama dengan anak-anaknya, tetapi ketika wanita yang dipenjara,
mayoritas pria tidak ada yang sepenuh waktunya mengurus anak-anaknya, yang
menciptakan kesulitan bagi sang anak serta juga sang ibu.
Sekarang wanita ini bahkan lebih tertekan dan merasa dia telah gagal sebagai seorang
ibu. Siklus itu kemudian berlanjut. Tanpa intervensi yang efektif yang membantunya
menangani trauma masa lalunya dan isu kesehatan mentalnya, kecenderungan bahwa
dia akan lepas dari narkoba sangat kecil. Tanpa bantuan dalam meningkatkan
pendidikannya dan keahliannya dalam bekerja, membangun sebuah jaringan
dukungan kesehatan, dan menemukan tempat tinggal yang aman ketika lepas dari
penjara, maka akan kecik peluang baginya untuk berhasil jika lepas dari penjara lagi.
Scenario ini menggambarkan kompleksitas dan sifat saling mengunci dari KF. Teori-
teori yang mengiluminasikan viktimisasi dan pengalaman wanita bisa sajamembantu
menjelaskan perilaku criminal mereka dimana teori-teori utama yang sedang berlaku
tidak bisa menjelaskannya. Kesadaran tentang jalan kecil wanita menuju kejahatan
menunjuk kepada kebutuhan bagi penjara dan program-program penjara yang
dimajukan demi kebutuhan pelaku pelanggaran wanita.
Jadi, system penjara dan pembuatan program di dalam penjara wanita telah menjadi
fokus utama dari penelitian KF. Karena system lapas muncul dalam merespon
pelanggaran pria, maka kebutuhan dan kemampuan wanita seringkali tidak
diperhitungkan. Pakar KF menunjukkan, melalui penelitian mereka tentang
karakteristik tahanan wanita, tipe program apa yang paling menguntungkan bagi
wanita serta yang mungkin tidak efektif.
Keseluruhan bidang peradilan pidana telah lama didominasi oleh pria, sebagian
karena kebanyakan penjahat adalah pria. Dengan kenaikan yang cepat baik dalam
keilmuan KF dan tahanan wanita, maka ada pekerjaan yang semakin dikembangkan
oleh pakar KF yang mengambil pendekatan bergender terhadap pengkajian
pemolisian, lembaga pemasyarakatan dan UU. Pendekatan ini khususnya berfokus
pada dua aspek dari sifat pekerjaan peradilan pidana yang bergender, yaitu:
Pendekatan ini melihat atau meneliti bagaimana wanita dan pria berbeda di dalam
praktek pekerjaan mereka. KF menanyakan karakteristik apa yang dibawa wanita
yang bekerja di bidang peradilan pidana ke dalam pekerjaan mereka dan bagaimana
karakteristik itu mempengaruhi pekerjaan mereka.
Beberapa pakar KF telah meneliti cara-cara dimana struktur penegakan hukum, lapas,
dan pengadilan terus menerus mengarah kepada ketidaksetaraan gender (Britton,
2000).
Untuk mendapatkan penerimaan yang luas terhadap keilmuan KF adalag tugas yang
sulit. Mengingat fakta bwa bidang kriminologi telah didominasi oleh pakar yang lebih
condong kepada teori-teori dan penelitian utama yang sedang berlaku, penelitian yang
menentang perspektif utama ini telah menemukan kesulitan atau sekedar
ketidaktertarikan. Hal ini telah mengarah kepada kesulitan yang cukup besar untuk
mempublikasikan keilmuan ini serta marjinalisasi karya-karya keilmuan ini yang telah
dipublikasikan. Tentu saja, bahkan tidak ada sebuah sesi tentang wanita dan kejahatan
di dalam pertemuan-pertemuan Masyarakat Kriminologi Ameriak hingga tahun 1975.
Publikasi dalam jurnal-jurnal kriminologi juga sulit dan banyak keilmuan feminis
dialihkan kejurnal kriminologi yang lebih kecil, dan sangat tidak bergengsi. Pada
tahun 1989, jurnal Wanita & Criminal Justice diluncurkan, khususnya didedikasikan
untuk publikasi penelitian keilmuan tentang aspek-aspek keterlibatan wanita dan anak
gadis/perempuan di dalam SPP. Kemudian pada tahun 1995, jurnal Violence Against
Women diluncurkan untuk mempublikasikan keilmuan yang dikaji ulang teman
seprofessi tentang kekerasan berbasis gender dan korban wanita. Pada tahun 2006,
Sage Publication memperkenalkan isu pertama dari Feminist Criminology, publikasi
resmi pertama dari Divisi untuk Wanita dan Kejahatan dari Masyarakat Kriminologi
Amerika.
Beberapa pakar KF baru-baru ini telah menegaskan bahwa ada reaksi balik global
yang tidak baik terhadap upaya-upaya kaum feminis untuk memperbaiki situasi anak
perempuan/gadis dan wanita, tidak saja di Negara-negara dunia ketiga tetapi juga di
Negara industry Barat.
Kesimpulan
Walaupun kemajuan dalam publikasi keilmuan kaum feminis telah dilakukan, namun
hal ini masih agak dimarjinalisasikan di dalam keseluruhan disiplin. Journal utama
yang sedang berlaku saat ini tidak hanya menerbitkan hanya sedikit publikasi
keilmuan kaum feminis, namun textbook yang ada juga memberikan perhatian yang
sangat sedikit terhadap teori KF. Jadi, generasi baru dari kriminolog dididik dan
hanya diberikan sedikit informasi tentang KF. Hal ini digambarkan dalam penelitian
mereka serta dalam pengajaran mereka dan mentoring pakar baru. Sehingga siklus ini
tetap bertahan dengan kriminolog yang menerima pendidikan yang sangat sedikit
tentang KF (Renzetti, 1993).
Namun, KF masih tetap hidup dan baik-baik saja. Divisi Wanita dan Kejahatan adalah
salah satu bagian terbesar dari Masyarakat Kriminologi Amerika, beberapa penerbit
utama memiliki beberapa seri buku yang berfokus pada wanita dan kejahatan, dan
pakar-pakar bar uterus bermunculan. Divisi Wanita dan Kejahatan, yang mulai
dengan sekelompok kecil pakar pada pertengahan tahun 1980-an, sekarang telah
bertahan selama hampir ¼ abad , dan pakar kaum feminis telah diakui sebagai Fellow
oleh Masyarakat Kriminologi Amerika. Keilmuan KF saat ini menyertakan
pembangunan teori dan pengujian teori, serta penelitian terhadap kekerasan terhadap
wanita; kejahatan wanita; wanita di dalam SPP, baik sebagai pelaku pelanggaran
maupun sebagai pekerja. Karakteristik yang mendefenisikan KF adalah penekanan
pada bagaimana struktur sosial mempengaruhi pria dan wanita secara berbeda,
hubungan antara penelitian dan aktivisme, dan keterkaitan antara viktimisasi dan
melakukan pelanggaran di kalangan wanita.