Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI SASTRA

TEORI FEMINISME DALAM SASTRA


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. RYCA ANGGUN LAVENIA
2. NURUL NI’MAH
3. NURUL MAGHFIRAH
4. SHELOMITHA DEWI F.
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumbangan terpenting postrukturalisme terhadap kebudayaan adalah
pergeseran paradigma dari pusat ke pinggiran. Studi kultural kemudian diarahkan
pada kompetensi masyarakat tertentu, masyarakat yang terlupakan, masyarakat
yang terpinggirkan, masyarakat marjinal. Teori sastra feminis, yaitu teori yang
berhubungan dengan gerakan perempuan, adalah salah satu aliran yang banyak
memberikan sumbangan dalam perkembangan studi kultural. Sastra feminis
berakar dari pemahaman mengenai inferioritas perempuan. Konsep kunci feminis
adalah kesetaraan antara martabat perempuan dan laki-laki. Teori feminis muncul
seiring dengan bangkitnya kesadaran bahwa sebagai manusia, perempuan juga
selayaknya memiliki hak-hak yang sama dengan laki laki.
Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap
adalah menjadikan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam sistem masyarakat.
Feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak dimiliki oleh kaum
perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki dan
otonomi untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya dalam banyak hal.
Kedudukan perempuan dalam masyarakat lebih rendah dari laki-laki, bahkan
mereka dianggap sebagai “the second sex”, warga kelas dua. Hal ini menunjukan
adanya semacam diskriminasi gender yang membandingkan antara laki-laki dan
perempuan. Istilah yang digunakan untuk mewadahi permasalahan ini adalah
Feminisme.
Feminisme Menurut Goefe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2002: 18)
adalah teori tentang permasalahan hak antara laki-laki dan perempuan disegala
bidang. Suatu kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta
kepentingan perempuan. hal ini sesebabkan karena perempuan selalu mengalami
ketimpangan gender selama ini. Feminisme berupaya menggalai identitas wanita
yang tertutupi hegemoni patriarkat. Identitas diperlukan sebagai dasar
memperjuangkan kesamaan hak dan membongkar akar dari segala ketertindasan
perempuan. Tujuan feminis adalah mengakhiri dominasi laki-laki dengan cara
menghancurkan struktur budaya, segala hukum dan aturan-aturan yang
menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak tampak dan tidak berharga.
Hal ini diterima perempuan sebagai marginilisasi, subordinasi, stereotip, dan
kekerasan.
John Stuart Mill dan Harriet Taylor menyatakan bahwa untuk
memaksimalkan kegunaan yang total (kebahagiaan / kenikmatan) adalah dengan
membiarkan setiap individu mengejar apa yang mereka inginkan, selama mereka
tidak saling membatasi atau menghalangi di dalam proses pencapaian tersebut.
Mill dan Taylor yakin bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual
atau keadilan gender, maka masyarakat harus memberi perempuan hak politik dan
kesempatan, serta pendidikan yang sama dengan yang dinikmati oleh laki-laki
(Tong, 1998 : 23).
Teori feminisme menfokuskan diri pada pentingnya kesadaran
mengenaipersamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang.
Teori ini berkembang sebagai reaksi dari fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu
adanya konflik kelas, konflik ras, dan, terutama, karena adanya konflik gender.
Feminisme mencoba untuk mendekonstruksi sistem yang menimbulkan kelompok
yang mendominasi dan didominasi, serta sistem hegemoni di mana kelompok
subordinat terpaksa harus menerima nilai-nilai yang ditetapkan oleh kelompok
yang berkuasa. Feminisme mencoba untuk menghilangkan pertentangan antara
kelompok yang lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat. Lebih jauh
lagi, feminisme menolakketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki,
menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki (Ratna,
2004 : 186).
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah dipaparkan maka rumusan
masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Apakah Pengertian Teori Feminisme ?
2. Apa saja Aliran-Aliran Feminisme ?
3. Apa yang di Maksud dengan Kritik Feminisme dan Ragamnya?

Tujuan Pembuatan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1. Menjelaskan Tetang Pengertian Teori Feminisme
2. Menguraikan Tentang Aliran-Aliran Feminisme
3. Mengetahui Maksud dengan Kritik Feminisme dan Ragamnya.

Manfaat Pembuatan Makalah:


1. Memberikan Pengetahun Kepada Pembaca Mengenai Teori Femnisme.
2. Memberikan Pengetahuan Dan Gambaran Tentang Aliran-Aliran
Feminisme.
3. Memberikan Pengetahuan Dan Pandangan Maksud dengan Kritik
Feminisme dan Apa saja Ragamnya
4. Bagi Penulis Digunakan Sebagai Penyelesaian Tugas Teori Feminisme
Dalam Mata Kuliah Sosiologi Sastra.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Feminisme


Istilah “ feminisme “ sangat penting untuk diketahui sekaligus dipahami
seiring denganaktivitas atas pencerahan yang dilakukan para penggiat gender di
masyarakat. Seringkali mereka mendapat pertanyaan terkait dengan apakah “ isme “
yang melatarbelakangi pemikiran pemikirannya, bahkan secara ekstrem dipojokkan
dengan apakah cocok berpatokan pada feminisme yang nota bene berasal dari dunia
barat yang sangat berbeda dengan kondisi ketimuran Indonesia ( baca patriarkhi )
Feminisme berasal dari bahasa Latin yaitu “ femina “ atau perempuan dan
gerakan ini mulai bergulir pada tahun 1890an seiring dengan keresahan yang
dirasakan oleh perempuan dan laki laki yang menyadari adanya relasi yang timpang
antara laki laki dan perempuan di masyarakat. Gerakan ini mengacu ke teori
kesetaraan laki-laki dan perempuan dan pergerakan tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh hak hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional
mendefinisikan feminisme sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang
didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki. Dalam perkembangannya secara
luas kata feminis mengacu kepada siapa saja yang sadar dan berupaya untuk
mengakhiri subordinasi yang dialami perempuan. Feminisme seringkali dikaitkan
dengan emansipasi yang didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pembebasan atau dalam hal isu isu perempuan, hak yang sama antara laki laki dan
perempuan. R.A Kartini yang berjuang untuk kebebasan perempuan dari norma
norma tradisionil yang menindas melalui pendidikan adalah figur yang sangat
terkenal dalam perjuangan emansipasi perempuan.
Data perempuan yang berkaitan dengan pendidikan, pemberdayaan ekonomi (
kemiskinan ) kesempatan di berbagai lembaga pemerintah sampai saat ini terlihat
masih terbelakang dalam berbagai aspek kehidupan baik sebagai pelaku maupun yang
merasakan manfaat pembangunan. Dengan demikian maka pemikiran bahwa
hubungan atau relasi yang timpang antara perempuan dan laki laki di dalam dan di
luar keluarga penting untuk diperbaiki. Selain itu juga penting untuk memikirkan
yang berkaitan dengan serangkaian upaya serangkaian perubahan struktural
( perubahan relasi sosial ) dari yang timpang ke relasi sosial yang setara sehingga
keduanya merupakan faktor penting dalam menentukan berbagai hal dalam
masyarakat.
Feminisme tidak seperti pandangan atau pemahaman lainnya. Feminisme
tidak berasal dari sebuah teori atau konsep yang didasarkan atas formula teori
tunggal. Itu sebabnya, tidak ada abstraksi pengertian secara spesifik atas
pengaplikasian feminisme bagi seluruh perempuan disepanjang masa. Pengertian
feminisme itu sendiri menurut Najmah dan Khatimah sa‟ida dalam bukunya yang
berjudul “Revisi Politik Perempuan” (2003:34) menyebutkan bahwa :
Feminisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan eksploitasi
terhadap perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, di tempat
kerja, maupun di masyarakat serta adanya tindakan sadar akan laki-
laki maupun perempuan untuk mengubah keadaan tersebut secara
leksikal. Feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan
laki-laki “.

Pengertian feminisme dapat berubah dikarenakan oleh pemahaman atau


pandangan para feminis yang didasarkan atas realita secara historis dan budaya,
serta tingkat kesadaran persepsi dan perilaku. Bahkan diantara perempuan dengan
jenis-jenis yang hampir mirip terdapat perbedaan pendapat dan perdebatan
mengenai pemikiran feminis, sebagaian didasarkan atas alasan (misalnya akar
kebudayaan) patriarkhi dan dominasi laki-laki, dan sampai resolusi final atas
perjuangan perempuan akan non-eksploitasi lingkungan, kebebasan kelas, latar
belakang, ras, dan gender.
Ada lima fokus pokok terlibat dalam kebannyakan diskusi tentang
perbedaan seksual: biologi, pengalaman, wacana, ketaksadaran, dan kondisi
sosial-ekonomi
Biologi, alasan yang memeperlakukan biologi sebagai dasar dan yang
menegecilkan sosilisasi telah dipergunakan terutamaoleh laki-laki untuk
meletakkan para perempuan dalam”tempat” mereka. Ungkapan “ota mutilier in
utere” (perempuan tidak lain adalah sebuah kandungan) meringkaskan sikapini.
Pengalaman, Resiko ini juga dijalankan oleh mereka yang menarik
pengalaman wanita yang khusus sebagai sumber nilai-nilai perempuan yang
positif dalam kehidupan dan dalam seni. Hanya karena wanita, menurut alasan itu,
telah mengalami pengalaman hidup yang khusus bagi wanita (ovulasi, menstruasi,
dan melahirkan).
Wacana, focus yang ketiga yaitu mendapatkan perhatian sangat besar dari
para feminis. Man-made Language buku Dale Spender, sebagaimana disarankan
oleh judulnya, mengganggap bahwa wanita secara mendasar ditindas oleh bahasa
yang dikuasai laki-laki.
Ketidaksadaran, teori psikoanalistik Lacan dan Kristeva menyediakan
focus keemapa proses ketidaksadaran. Beberapa penulis feminis telah mendobrak
sama sekali biologisme dengan mengasosiasikan “perempuan” dengan proses
yang cenderung meruntuhkan otaritas wacana „laki-laki‟ . seksualitas wanita
bersifat revolusioner, subversive, beragam, dan “terbuka”.
Sosiologi. Virginia Woolf adalah kritikus wanita pertama yang
memasukkan dimensi sosiologi (focus kelima) dalam analisisnya mengenai tulisan
wanita. Sejak itu dan selanjutnya, kaum feminis Marxis, terutama, telah mencoba
menghubungkan perubahan kondisi social dan ekonomi dan perubahan imbangan
kekuatan di antara kedua jenis kelamin
Inti tujuan Feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat
perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Tokoh-tokoh Feminisme yang berpengaruh dalam wacana feminisme
diantaranya adalah:
1. Simone de Beauvoir
Simone de Beauvior dalam The Second Sex, menetapkan dengan sangat
jelas masalah dasar feminis modern. Bila seorang wanita mencoba
membatasi dirinya sendiri, ia mulai dengan berkata “saya seorang
perempuan”. Tidak ada laki-laki yang berbuat begitu. Kenyataan ini
mengungkapkan ketaksimetrisan dasar antara istilah “maskulin” dan
“feminis”.
2. Betty Friedan
Betty Ftiedan, menetengahkan dalam bukunya The Feminine Mytique
versi pragmatic dari bentuk kepastian perempuan. Menurutnya, perempuan
merupakan kaum yang pasif atas bentuk kebudayaan yang tetap
sebagaimana anggapan feminitas oleh kaum patriakhat.
3. Germaine Greer
Gagasan Germaine Geer dad keasamaan dengan Friedan yang tertuang
dalam The Fermale Eunuch. Keduanya menolak untuk membedakan
gambaran, tetapi menyatukannya dalam pendekatan yang tidak berkelas.
Greer memperkirakan bahwa ada bentrokan dalam paham feminis,
ramalan emansipasi perempuan akan selalu menjadi teoritis, mudah dibaca
dan pragmatis.
4. Kate Millet dan Michele Barret‟ Feminisme Politis
Suatu tingkatan penting dalam feminism modern dicapai oleh Kate Millet
dalam buku Sexual Poitics (1970). Ia mempergunakan istilah “patriakhi”
(pemerintah ayah) untuk menguraikan sebab penindasan wanita. Patriarkhi
meletakkan perempuan di bawah laki-laki atau memperlakukan perempuan
sebagai laki-laki yang inferior.

2.2 Aliran-Aliran Feminisme


Sebagai gerakan modern, feminisme yang mulai berkembang pesat sekitar
tahun 1960 di Amerika berdampak luas. Gerakan ini membuat masyarakat sadar
akan kedudukan perempuan yang inferior. Dampak dari gerakan ini juga dapat
dirasakan dalam bidang sastra. Perempuan mulai menyadari bahwa dalam karya
sastra pun terdapat ketimpangan mengenai pandangan tentang manusia dalam
tokoh-tokohnya.Beberapa aliran yang penting untuk diketahui para penggiat dan
pemerhati gender untuk mengoptimalkan kajian dan pemikiran mereka diantara
adalah :
1. Feminisme Liberal
Gerakan ini muncul awal abad 18 bersamaan dengan lahirnya zaman
pencerahan, tuntutannya adalah kebebasan dan kesamaan terhadap akses
pendidikan, pembaharuan hukum yang bersifat diskriminatif. Yang menjadi dasar
pemikirannya adalah pandangan rasionalis serta pemisahan ruang privat dan
publik, sehingga feminis liberal memperjuangkan atas kesempatan yang sama
bagi setiap individu termasuk perempuan .
2. Feminisme Marxis Tradisional
Gerakan ini mendasarkan pada teori Marxis, dimana para penganutnya
memperjuangkan perlawanan terhadap sistem sosial ekonomi yang eksploitatif
terhadap perempuan dan penindasan terhadap perempuan adalah bagian dari
penindasan kelas dalam sistem produksi. Seiring dengan revolusi proletar yang
berhasil meruntuhkan sistem kelas maka penindasan terhadap perempuan
diprediksijuga akan hilang.
3. Feminisme Radikal
Gerakan ini mengacu pada konsep biological essentialism (perbedaan
esensi biologis), suatu pendekatan bahwa apa saja yang berhubungan dengan
makhluk laki laki adalah negatif dan menindas. Penganut aliran ini juga menolak
adanya institusi keluarga baik secara teoritis maupun praktis.
4. Feminisme Sosialis
Gerakan ini merupakan sintesis dari gerakan feminis Radikal dan Marxis,
gerakan ini beranggapan bahwa perempuan terekploitasi oleh 2 hal yaitu sistem
patriarkhi dan kapitalis.
5. Ekofeminis
Gerakan ini lebih menfokuskan pandangannya pada analisis kualitas
feminin dan mengkritik dengan tajam pada aliran feminisme modern lain ( liberal,
radikal, marxist dan sosialis ) dengan mengatakan bahwa ketidakadilan gender
bukan semata mata disebabkan oleh konstruksi sosial budaya akan tetapi juga oleh
faktor intrinsik.
6. Gerakan Perempuan Dunia Ketiga
Gerakan perempuan yang berasal dari dunia ketiga ( bangsa yang pernah
dijajah ).Kondisi perempuan pasca penjajahan yang multi kompleks menjadikan
gerakan ini mempunyai prioritas atas apa yang dilakukan misalnya imperialisme,
penindasan bangsa, kelas, ras dan etnis. Strateginya adalah afiliasi untuk
membangun kekuatan perlawanan bersama untuk satu persatu melawan penindas.
Beberapa aspek yang mempengaruhi munculnya gerakan feminisme :
1. Aspek politik merupakan aspek yang ketika rakyat amerika
memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1776, deklarasi kemerdekaan
amerika menyantumkan bahwa “all men are created aquel” (semua laki-
laki diciptakan sama), tanpa menyebut-nyebut perempuan
2. Aspek agama menggap bahwa gereja mendudukan wanita inferior,karena
baik agana protestan maupun agama katolik menempatkan perempuan
pada posisi yang lebih rendah daripada kedudukan laki-laki.
3. Aspek konsep sosialisme dan marxis. Aspek ini beranjak dari pikiran
Fedderick Engels yang mengemukakan bahwa „Dalam keluarga, dia
(suami) adalah borjuis dan istri mewakili kaum prolentar.

2.3 Kritik Feminisme dan Ragamnya


Kritik sastra feminis, adalah studi sastra yang mengarahkan fokus
analisisnya pada perempuan. Dasar pemikiran feminis dalam penelitian sastra,
adalah upaya pemahaman kedudukan peran perempuan seperti yang tercermin
dalam karya sastra (Suharto,2002 : 15).
Kritik sastra feminis merupakan salah satu ilmu disiplin sebagai respon
atas berkembang luasnya feminisme diberbagai penjuru dunia. Secara garis besar
Culler menyebutkan kritik sastra feminis sebagai reading as a woman, membaca
sebagai perempuan. Yoder juga menyebutkan bahwa kritik sastra feminis itu
bukan pengkritik perempuan atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang
pengarang perempuan. Arti sederhana kritik sastra feminis adalah pengkritik
memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin
yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan.
Dalam buku “Pengertian Kritik Sastra Feminis” Soeharto mengutip
pernyataan Yoder, (2002 : 5) “Membaca sebagai perempuan berarti membaca
dengan kesadaran untuk membongkar praduga dan idiologi kekuasaan laki-laki
yang androsentrisme atau patriarkhat.”
Berikut ini merupakan jenis-jenis kritik sastra feminis yang berkembang di
masyarakat menurut Dra. Ekarini, M.Pd. (2002:161).
a. Kritik Ideologis.
Kritik sastra feminis ini melibatkan perempuan, khususnya kaum feminis, sebagai
pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta
stereotipe wanita dalam karya sastra Kritik ini juga meneliti kesalah pahaman
tentang perempuan dan sebab-sebab mengapa perempuan sering tidak
diperhitungkan bahkan nyaris diabaikan.
b. Gynocritics atau ginokritik
Gynocritics atau ginokritik disebut juga dengan kritik yang mengkaji penulis-
penulis wanita. Jenis kritik sastra feminis ini berbedamdari kritik ideologis, karena
yang dikaji disini adalah masalah perbedaan. Berarti studi yang ditulis oleh
permpuan mengenai perbedaan antara tulisan perempuan dengan tulisan laki-laki.
c. Kritik Sastra Feminis Sosialis
Jenis kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu
kelas-kelas masyarakat. Selain itu kritik feminis ini mencoba mengungkapkan
bahwa kaum wanita merupakan masyarakat yang tertindas.
d. Kritik Feminis Psikoanalitik
Kritik sastra ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis
percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau
menempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada
umumnya merupakan cermin penciptanya.
e. Kritik Feminis Lesbian.
Kritik ini bertujuan untuk mengembangkan definisi yang cermat tentang makna
lesbian, kemudian akan ditentukan apakah definisi ini dapat diterapkan pada
definisi penulis atau pada teks karyanya.
f. Kritik Feminis Ras atau Etnik
Sebagaimana halnya dengan pengkritik sastra ideologi danpengkritik sastra
lesbian, pengkritik sastra etnik ingin membuktikankeberadaan sekelompok penulis
feminis etnik beserta karya-karyanya,baik dalam kajian perempuan maupun dalam
kajian kanon sastra tradisional dan sastra feminis.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori feminisme menfokuskan diri pada pentingnya kesadaran
mengenaipersamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang.
Teori ini berkembang sebagai reaksi dari fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu
adanya konflik kelas, konflik ras, dan, terutama, karena adanya konflik gender.
Feminisme mencoba untuk mendekonstruksi sistem yang menimbulkan kelompok
yang mendominasi dan didominasi, serta sistem hegemoni di mana kelompok
subordinat terpaksa harus menerima nilai-nilai yang ditetapkan oleh kelompok
yang berkuasa. Feminisme mencoba untuk menghilangkan pertentangan antara
kelompok yang lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat.
Penggunaan teori ini dalam kritik sastra adalah untuk mengupas lebih
mendalam sebuah karya sastra dari segi feminisme, yang berarti sebuah
kedudukan yang akan diberikan oleh pengarang kepada kaum wanita dalam karya
sastranya. Berbagai ragam kritik feminisme yang dapat digunakan untuk
membedah sebuah karya sastra diantaranya adalah kritik ideologis, genokritik,
sastra feminis sosialis, psikoanalitik, lesbian dan etnik.

3.2 Saran
Feminisme harus berani melihat permasalahan secara konseptual. Jika
perempuan banyak diteliti menggunakan teori yang tidak relevan bagi generasi
mendatang, maka feminisme tidak akan banyak membantu kemajuan perempuan.
Jika feminisme berpolitik dan bergulat dengan praksis tetapi masih mengadopsi
konseptual feminisme yang hegemonik maka feminisme akan mengalami jalan
buntu. Karena itu penulis menyarankan agar perjuangan feminisme tidak saja
direalisasikan di dalam politik praksis tetapi juga bergulat dengan konseptualisasi
teori feminisme sehingga dapat memperbaiki serta menambah kekurangan yang
terjadi dalam ranah praksis.
DAFTAR PUSTAKA

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Saraswati, Ekarini. 2002. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal. Malang:


UMM Press.

Tong, Rosemarie Putnam. Feminist Thought : Pengantar paling Komprehensif


kepadaAliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini Priyatna
Prabasmoro.Yogyakarta : Jalasutra, 1998.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta
:Pustaka Pelajar, 2004.

Welleck, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan, terj. Melani Budianta.
Jakarta : Gramedia, 1990.

Anda mungkin juga menyukai