Anda di halaman 1dari 10

`

Aliran Dalam Feminisme


1. Feminisme liberal
Apa yang disebut sebagai Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan
yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan
dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap
manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara
rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan
ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan
diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan
setara dengan lelaki.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini
perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan
harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa
tergantung pada lelaki.
Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk
rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga
dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh
karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar prempuan mendapat pendidikan yang
sama, di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi
perempuan, dan di abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang
diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam konteks
Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui desakan 30% kuota bagi
perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalaman feminis liberal.
2. Feminisme radikal
Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini menawarkan ideologi
"perjuangan separatisme perempuan". Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas
kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an,
utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki
terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan
ini adalah sesuai namanya yang "radikal".
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem
patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh
karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi,
seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi
privat-publik. The personal is political menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau
permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat
ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (black propaganda) banyak ditujukan kepada
feminis radikal. Padahal, karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah
Indonesia saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (UU PKDRT).
3. Feminisme post modern
Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya
modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya
pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak
bermakna identitas atau struktur sosial.
4. Feminisme anarkis
Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat
sosialis dan menganggap negara dan laki-laki adalah sumber permasalahan yang sesegera
mungkin harus dihancurkan.
5. Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber
penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels
dikembangkan menjadi landasan aliran ini-status perempuan jatuh karena adanya konsep

kekayaaan pribadi (private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sendri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol
produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial.
Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang berorientasi
pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat-borjuis dan proletar. Jika
kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap
perempuan dihapus.
6. Feminisme sosialis
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada
Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan
sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan
suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang mendinginkan suatu masyarakat tanpa kelas,
tanpa pembedaan gender.
Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini mengatakan baha
patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh.
Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis
menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham
dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan
tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap
patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling
mendukung. Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh
laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah
peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin.
Agenda perjuagan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki.
Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang
menjadi beban perempuan.
7. Feminisme postkolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman
perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan
berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih
berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan
antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme
poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara
pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative
Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan, hubungan
ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh
institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.
Anda mungkin juga meminati:

Pengertian Pragmatisme

Judul

Liberal Feminism

Dasar Pemikiran

Pengertian umumLiberalisme melihat bahwa hakekat manusia


terletak pada kesadaran, keunikan pada setiap individu dan untuk
menjadi bebas manusia harus menggunakan rasio karena rasionalitas
sangat penting untuk mencapai kebebasan. Penalaran rasio penting
unutk mengerti prinsip-prinsip moralitas yang dapat menjamin
otonomi manusia dan menjadi bebas.Feminisme Liberal
Beberapa tokoh feminis liberal menekankan kesamaan paa
kesempatan pendidikan (Wollstonecraft). Dan juga mementingkan
terpuaskannya pleasure dan happiness (Mill dan Taylor)
Perempuan juga harus sadar sebagai mahluk rasional yang
mempunyai hak sipil, ekonomi, benefit dari publik, seperti jaminan
sosial, dan sebagainya (Mill)
Feminis liberal setuju akan negara kesejahteraan dimana kekuasaan
negara dibatasi.

Tokoh dan Karyanya

Alison Jaggar (Feminist Politics and Human Nature)Mary


Wollstonecraft (A Vindication of the Rights of Woman)
John Stuart Mill and Hariet Taylor (Early Essays on Marriage and
Divorce)
John Stuart Mill ( The Subjection of Waomen)
Hariet Taylor (Enfranchisement of Women)
Angela Davis (Women, Race and Class)

Organisasi

National Organization for WomenNational Womens Political Caucus


Womens Equity Action League
Womens International Terrorist Conspiracy for Hell
National Womens Party
National Federation of Business and Professional Womens Clubs

Kritik

Ada beberapa kesalahan dalam feminisme liberal dimana mereka


salah mengemukakan tentang hak individual yang terlalu ideal dan
terlalu komit karena selama ini tidka ada masyarakat yang benarbenar bebaas.Asumsi yang diugkapkan feminisme liberal adalah

perempuan bisa menjadi seperti laki-laki asalkan mereka menset


pikirannya, dan mereka mengatakan bahwa banyak perempuan yang
ingin menjadi seperti laki-lali dan juga semua perempuan harus
mempunyai keinginan menjadi sepertilaki-laki terutama dalam
menganut nilai kelaki-lakiannya.
Kritik lainnya adalah perempuan tidak hidupa hanya dengan rasio dan
otonomi semata, hal ini terjadi karena perempuan ingin sekali
mengadopsi nilai-nilai laki-laki terrutama mengenai konsep diri lakilaki.
Feminisme liberal terlalu rasis karean hanya mewakili kulit putih,
berkelas artinya hanya mencakup perempuan dari kelas menengah
dan heteroseksual
Judul

Radical Feminism

Dasar Pemikiran

Menurut feminisme radikal pemisahan antara sektor publik dan


sektor private harus dipisahkan.Menurut aliran ini perempuan secara
historis kelompok yang tertindas, bentuk ketertindasan perempuan
yang paling luas dan mendalam dari bentuk ketertindasan yang ada.
Penindasan terhadap perempuan hal yang paling sulit dan tidak
mudah untuk dihilangkan tidak seperti penindasan lain. Penidasan
terhadap perempuan menyebabkan secara kuantitatif dan kualitatif
penderitaan yang paling hebat dan seringkali penindasan ini tidak
terungkap karena dilakukan secara sembunyi (domestic violence).
Dan Pemahaman terhadap penindasan perempuan dapat memberikan
konsep atau pengertian konsep terhadap bentuk penindasan lain,
dengan kata lain dengan memahami penindasan terhadap perempuan
maka dapat dengan mudah memahami bentuk penindasan lain.
Menurut aliran ini penindasan dapat dihilangkan dengan cara
menentang masyarakat patriarkis. Persoalan penindasan perempuan
didasarkan atas hubungan kekuasaan dimana ada kecenderungan
laki-laki untuk mengkontrol perempuan. Kegiatan laki-laki
dilegitimasi oleh institusi masyarakat yang patriarkis.

Tokoh dan Karyanya

Allison Jaggar, Paula Rothenberg, Joreen J, Gayle rubin, Kate Millett


(Sexual Politics), Shulamith Firestone ( Dialectic of Sex), Marilyn
French (Beyon Power), Mary Daly (Beyond God the Father : Toward a
Philosophy of Womens Leberation), Marge Piercy (Woman on the
Edge of Time)

Organisasi

Redstockings,New York Radical Feminist,


Radical-Libertarian Feminists,

Kritik

Hal yang paling penting adalah dalam feminisme radikal ditekankan

sekali tentang laki-laki menindas dan perempuan yang tidak


bersalah, mereka terjebak pada esensi dari realitas yang akhirnya
mengakibatkan analisa mereka mengalami kebuntutan dan secara
politik mereka berbahaya.Mereka juga terlalu menganggap tidak
positif terhadap hubungan sex yang heteroseksual karena perempuan
lebih banyak dieksploitasi, padahal hubungan ini seharusnya
dipelihara dan kedua pihak sesungguhnya hanya ingin mencari
kesenangan.
Judul

Marxist and Socialist Feminism

Dasar Pemikiran

Konsep dasar dari feminisme marxis dan sosialis didasarkan pada


teori Marx, yang memandang bahwa manusia baru bermakna apabila
mereka melakukan kegiatan berproduksi, sehingga dapat dikatakan
bahwa manusia lewat berproduksi mnciptakan masyarakat yang
kemudian menciptakan atau membentuk mereka.Dari sudut pandang
teori ekonomi dipandang bahwa sistem kapitalisme hanya
mendasarkan hubungan pertukaran hubngan dan pertukaran
kekuasaan yang nantinya mengharapkan surplus value dari hubungan
employer dan employee. Sehingga manusia tidak memiliki kebebasan
untuk memilih sebab mereka sebagai pekerja yang tertindas.
Dari sudut pandang sosial memnunculkan kesadaran kelas yang
dikarenakan trjadinya alienasi baik terhadap produk, terhadap
dirinya, terhadap masyarakat dan alam sekitarnya.
Dari sudut pandang politik dilihat adanya perjuangan kelas dan
kesatuan para pekerja.
Feminisme Marxis
Melihat bahwa keberadaan secara sosial menentukan kesadaran, dan
penindasan terhadap perempuan adalah hasil dari produk struktur
politik, sosial dan ekonomi. Jadi penekanan pada feminisme marxis
lebih pada persoalan kelas (Marx dan Engels)
Femiisme Sosialis
Penekanannya lebih pada persoalan keterkaitan kapitalisme dalam
menumbuhkan patriarki (Habermas, Althusser)

Tokoh dan Karyanya

Karl Marx, F. Engels, Habermas, Althusser, Clara Zelthin, Juliet


Mitchell, Iris Young, Alison Jagger

Kritik

Mereka dalam melihat keluarga adalah laki-laki disektor publik dan


perempuan disektor privat dan ini pembagian yang terjadi didalam
sistem kapitalis, padahal dalam keluarga tidak sesederhana itu
karena didalam keluarga masih merupakan satu-satunya tempat
dimana manusia dapat menemukan cinta, keamanan, dan

kenyamanan, dan keluarga bukanlah hanya melulu merupakan alat


produksi dan hanya melulu membicarakan keuangan semata tetapi
juga mereka masih membahas tentang hal-hal penting lainnya yang
menyangkut keluarga.Kritk keda yang menyangkut feminisme sosialis
adalah cara mereka memandang bahwa feminisme ini terlalu sedikit
membicarakan penindasan laki-laki terhadap perempuan, hal ini
dikemukakan oleh feminisme marxis. Feminisme soslialis lebih
memperhatikan penindasan utama adalah pada perempuan sebagai
pekerja dan juga perempuan sebagai perempuan.
Judul

Psychoanalytic and Gender Feminism

Dasar Pemikiran

Dalam membahas feminisme psikoanalisa tidak dapat terlepas dari


Sigmund Freud, yang mengatakan bahwa tingkat perkembangan
super ego perempuan sangat jauh berbeda dengan laki-laki, karena
mereka tidak pernah bisa terlalu impersonal, atau terlalu mandiri
terhadap emosi mereka. Perempuan selalu menunjukkan kurang peka
terhadap keadilan, kurang siap dalam menghadapi kehidupan.
Perempuan selalu terpengaruh perasaannya ketika harus melakukan
penilaian. Perempuan adalah mahluk yang tidak lengkap.Ada 3 tahap
perkembangan seksualita pada setiap manusia, yaitu tahap oral
(memperoleh kepuasan sex melalui organ mulut), tahap anal
(merasakan sensasi pada daerah organ dubur/ genetalia) dan tahap
phallic (adanya oedipus complex) dari ketiga tahapan ini akan
mengembangkan super ego (relasi sosial )pada setiap diri manusia.
Psychoanalytic Feminism
Menentang bahwa bentuk biologis perempuan bukanlah suatu
persoalan yang penting, namun yang menjadi perhatian dan
menjadikan perempuan tertidas adalah ketidakpunyaan perempuan
akan penis, yang mengakibatkan masyarakat selalu merendahkan
perempuan dibandingkan laki-laki. Dan simbol penis yang
memberikan kekuasaan pada laki-laki.
Gender Feminism
Aliran ini lebih tertarik pada perbedaan psycheantara laki-laki dan
perempuan. Antara laki-laki dan perempuan selalu dibesarkan
dengan nilai gender yang spesifik, yaitu : adanya penekanan pada
pemisahan dalam hidup laki-laki dan adanya penyambungan dalam
hidup perempuan. Selain itu juga adanya kecenderungan
mengunggulkan budaya laki-laki yang mengekang perempuan.

Tokoh dan Karyanya

Psychoanalytic FeminismAlfred Adler, Karen Horney, Clara


Thompson, Dorothy Dinnerstein, Nancy Chodorow

Gender Feminism
Carol Gilligan
Kritik

Mereka terlalu memperhatikan segi psikologis saja dan tidak


memperhatikan segi sosialnya padahal yang saat ini terjadi lebih
banyak menyangkut segi sosial.Mereka juga kurang menghargai
keberagaman bentuk dari keluarga yang mengambil dari interkultural
dan intrakultural.
Perempuan dianggap kurang mempunyai kontrol terhadap sesuatu
dan orang dibandingkan laki-laki, dan hubungan simbolik yang terjadi
selalu dikuasai oleh laki-laki, padahal ada pemecahan yang lebih
menekankan penciptaan dan pemeliharaan sistem orang tua lengkap.
Pada Gender Feminism dikatakan kurang mengangkat masalah hak,
dan masalah lainnya adalah kurang melihat dampak negatif dari
pembentukan organisasiperempuan dengan penanganan secara eti

Judul

Existentialist Feminism

Dasar Pemikiran

Dalam membahas feminisme eksistensialis tidak akan terlepas dari


tokoh Sartre yang mengatakan bahwa kesadaran bukan hanya
tergantung pada diri manusia tetapi mengarah pada objek diluar
manusia. Dalam bukunya Being and NothingnessSartre
mengungkapkan ada 3 cara manusia berada, yaitu Etre-ensoi atau Being in itself lalu Etre-pour-soi atau Being for
itself dan Etre-pour-les autresatau Being for athers. Being in
itself megarah pada metafisika atau ada yang padan dan
penuh. Being for itself manusia itu bercelah, tidak sempurna
keberadaannya karena manusia dilahirkan untuk bebas untuk
menentukan ingin menjadi apa yang ditandai adanya aktifitas
menidak. Being for otherslebih dilihat pada relasi sosial dimana
subyek akan selalu mempertahankan kesubyekannya dan manusia
yang kalah dalam mengobyekkan yang lain disebut malafide (manusia
munafik yang mau saja diatur atau tidak mau menerima kebebasan
sebagai tanggung jawabnya)Feminisme eksistensialis
Melihat bahwa perempuan selalu menjadi obyek dari laki-laki dan
perempuan adalah malafide menurut konsep Sartre. Beauvoir
mengkritik psikoanalisa yang mengatakan bahwa perempuan adlaah
mahluk yang tidak lengkap, dan tidak cukup kiranya perempuan
dijadikan obyek laki-laki karena segi biologis. Dianggap perempuan
mempunyai keterbatasan biologis untuk bereksistensi sendiri.
Beauvoir juga melihat bahwa institusi pernikahan merupakan institusi

yang merenggut kebebasan perempuan.


Ada 3 tipe perempuan yang malafide yaitu The Prostitute, The
Narcistic dan the Mystic.
Tokoh dan Karyanya

Simone de Beauvoir (The Second Sex)

Kritik

Dalam bukunya The Second Sex ternyata tidak mencakup atau tidak
dapat diakses oleh semua perempuan. Dan mengenai konsep imanen,
transenden, being in itself, being I\for itself,esensi dan eksistensi
merupakan suatu gagasan yang abstrak yang mungkin saja hasil
rekaan dari filusuf terdahulu.Beauvoir percaya bahwa laki-laki unggul
karena keadaan tubuh yang berengaruh pada pemikirannya sehingga
agar perempuan bebas berkreasi mereka harus menidakkan tubuh
mereka dan berhubungan langsung dengan alam sekitar mereka.
Disini terlihat adanya ketidak percayaan Beauvoir terhadap tubuh.

Judul

Postmodern Feminism

Dasar Pemikiran

Penekanannya pada textdimana realitas adalah text/ intertextual


baik yang berbentuk lisan, tulisan dan image,, sehingga yang menjadi
perhatian dari aliran feminisme postmodern adalah mereka
mengkritik bahwa adanya cara berfikir laki-laki yang diproduksi
melalui bahasa laki-laki.Penalaran yang mereka terapkan hanya pada
investigasi bahasa. Mereka juga menolak cara berfikir feminis yang
fanatik/ tradisional. Dan mereka juga menekankan intrepretasi yang
plural dalam kajian perempuan.
Feminisme ini dipengaruhi oleh filusuf Perancis, Eksistensialis,
Psikoanalisa, Dekonstruksi.
Mereka mengatakan bahwa perbedaan antara laki-laki dan
perempuan harus diterima dan dipelihara. Mereka berusaha
membongkar narasi-narasi besar, realitas, konsep kebenaran dan
bahasa
Mereka menganggap bahwa tiasp masyarakat diatur oleh suatu seri
tanda, peranan dan ritual yang saling berhubungan yang disebut
aturan simbolik dan internalisasi aturan simbolik dihasilkan lewat
bahasa sehingga semakin banyak aturan simbolik masyarakat yang
diterima oleh seorang anak semakin tertanam didalam alam bawah
sadarnya.
Dalam pembongkaran tidak dapat dihancurkan total tetapi bisa
diperlemah dengan melakukan pembongkaran tersebut dengan
melakukan interpretasi alternatif.

Ada beberapa langkah yang ditawarkan untuk menstrukturkan


pengalaman perempuan dalam dunia laki-laki, yaitu : perempuan
dapat membentuk bahasanya sendiri, perempuan dapat
membuatseksualitasnya sendiri, dan ada usaha untuk menyimpulkan
dirinya sendiri (Undo diskursus phallosentris)
Tokoh dan Karyanya

Simone de Beauvoir, Derrida, Claude Levi Strauss, J. Lacan, Helen


Cixous, L. Irigaray

Kritik

Beberapa kritik menolak untuk menjadikan feminisme postmodern


sebagai feminisme untuk akademisi, hal ini menunjukkan bahwa ada
gerakan untuk menghapuskan feminisme postmodern sebagai
epikurus kontemporer.Feminisme postmodern selalu menempatkan
diri di sisi yang salah seperti dalam perdebatan kesamaan dan
perbedaan hak antara perempuan dan laki-laki, juga tentang anti
esensialisme dan esensialisme. Hal ini terjadi karena mereka selalu
melihat realitas hanya sebatas text dan terkadang bisa terjadi
perempuan yang tidak feminin dan laki-laki yang tidak maskulin.
Semua itu terjadi karena semangat mereka mengadakan
pembongkaran dan keberagaman (pluralisme)

Judul

Multicultural and Global Feminism

Dasar Pemikiran

Multicultural FeminismPada intinya feminisme aliran ini menekankan


pada penghargaan terhadap perbedaan nilai dan prinsip pada setiap
kelompok dan mereka menyambut baik terhadap pemikiran budaya
multikulturalisme.Perlawanan terhadap seksisme harus menjadi
prioritas dan isme-isme yang lain seperti rasisme dan lain sebagainya
Untuk mengatasi ketertindasan perempuan bukan dengan cara
mengambil satu bagian dan menganggap bahwa bagian tersebut telah
menjelaskan seluruh persoalan ketertindasan perempuan, tetapi
harus dilihat sebagai suatu keseluruhan yang memungkinkan kita
untuk bergerak bebas dalam menganalisa dan tidak tersempitkan
oleh hanya satu pandangan apalagi dibatasi oleh definisi tertentu.
Global Feminism
Fokus feminisme aliran ini adalah penindasan dunia pertama karean
kebijaksanaan nasional yang mengakibatkan penindasan perempuan
di dunia ke tiga. Merekalebih menekankan pada isu kolonialisme,
ketimpangan keijakan dunia pertama juga masalah politik dan
ekonomi. Mereka sepakat bahwa penindasan politik dan ekonomi
lebih diperhatikan. Mereka melihat adanya perbedaan cara pandang
anatar feminis dunia pertama dengan dunia ke tiga.

Tesis mereka adalah setiap perempuan berbeda, setiap komunitas


dimana perempuan itu berada juga berbeda. Penindasan yang terjadi
pada perempuan mempunyai keunikan dan kondisi yang berbeda.
Tokoh dan Karyanya

Multicultural FeminismElizabeth Spelman, Elizabeth Cady Stanton,


Audre Lorde, Patricial Hill Collins, Angela Davis (Women, Race, and
Class)
Global Feminism
Nawel el Saadawi, Susan Sherwin (No Longer Patient)

Tong, Ros

Anda mungkin juga menyukai