A. Latar Belakang
selama ini dunia telah membuat sistem yang terkonstruksi jika perempuan
menuntut adanya upaya kritik dari pijakan normative dan konstitutif dari teori-
dunia Barat pada tahun 1800-an dengan tuntutan kesamaan hak dan keadilan
1
Scott Burchill dan Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, Nusamedia, Bandung,
2012, hlm. 283.
1
subordinasi laki-laki.2 Pergerakan perempuan yang dimotori oleh sekelompok
perempuan merupakan pergerakan sosial yang paling lama bertahan dan terus
aliran feminism itu sendiri, gelombang pertama feminism dimulai dari awal
abad ke-18 hingga 20 awal, sedangkan gelombang kedua feminism terjadi pada
dimualai sejak sesudah tahun 1980-an yang mana muncul teori feminisme yang
alienasi perempuan secara seksual, psikologis dan sastra dengan bertumpu pada
tuntutan masing-masing yang disesuaikan oleh atas apa yang telah diperoleh
kaum wanita itu sendiri pada zamannya. Feminsime mempunyai banyak cabang
teori yang tidak sama, hal ini dikarenakan bentuk diskriminasi yang berbeda
dinamakan women’s march sejak tahun 2017 sebagai suara dari kaum
didalamnya adalah hak-hak perempuan yang selama ini masih belum terpenuhi,
2
Mardety Mardinsyah, “Aliran-aliran Pemikiran Feminisme”, diakses dari
http://www.hermeneutikafeminisme.com/2016/01/24/aliran-aliran-pemikiran-fminisme-barat/ pada
19 Maret 2019 pukul 15.00
2
Setiap tahunnya, gerakan ini membawa tuntutan berbeda mengenai sebuah
kebijakan atau permasalahan yang terjadi pada perempuan. Selain itu, hal ini
mengakar di masyarakat. Semenjak gerakan ini ada pada tahun 2017 yang
awalnya dimunculkan di kota Washington D.C lalu pada tahun yang sama
gerakan ini langsung tersebar dan diadakan di banyak negara pula. Di Indonesia
pertama di adakan di negara Indonesia. Lalu setelahnya, pada tahun 2018 dan
2019 gerakan ini mulai menyebar di banyak kota-kota besar Indonesia sebagai
peringatan bagi suara perempuan yang masih tetap mengalami represi dan
diskriminasi. Di Jakarta sendiri, ada beberapa tuntutan yang dibawa. Pada tahun
kondisi yang terjadi selama tahun-tahun kebelakang yang dirasa masih tidak
mendukung bagi perempuan. Selain itu, tuntutan yang dibawa juga turut
3
Addi M Idham, “Ratusan Aktivis Gelar Aksi Womens March di Jakarta”, diakses dari
https://tirto.id/ratusan-aktivis-gelar-aksi-womens-march-di-jakarta-ckaT pada 21 Mei 2019 pukul
11.00.
3
B. Rumusan Masalah
women’s march Jakarta tahun 2017 sebagai bentuk dari suara perempuan dalam
C. Kerangka Pemikiran
Dalam hal ini, feminisme gelombang ketiga menyatakan diri sebagai feminisme
4
Ni Komang Arie Suwastini, “Perkembangan Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas Hingga
Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis”, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, April 2013
hlm. 204.
5
Ibid.
4
rumusan agenda feminisme yang berbeda dari feminisme pendahulunya karena
menjadi modal sendiri bagi perempuan non-Barat dalam artian seluruh gerakan
muncul untuk menyikapi wajah dari gerakan women’s march itu sendiri tanpa
diantaranya yaittu :
a. Feminisme Multikultural
dalam satu negara seperti Amerika, tidak semua perempuan diciptakan atau
dikonstruksi secara setara. Tergantung bukan hanya pada ras dan etnis, tetapi
juga pada identitas seksual, identitas gender, umur, agama, tingkat pendidikan,
6
Ibid.
5
disebut juga dengan feminisme ‘perempuan berwarna’. Multikultural secara
mendominasi.
b. Feminisme Global
juga bisa disebabkan oleh sistem yang tidak adil. Penindasan terhadap
perempuan bukan hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan
dan laki-laki dari tempat lain, terutama dari negara-negara dunia pertama. Para
perempuan tidak akan bisa dilenyapkan bila masih terjadi penindasan terhadap
c. Ekofeminisme
feminitas/perempuan.
6
D. Pembahasan
Warga Kulit Hitam, dan isu-isu lingkungan. Gerakan Women’s March ini
2017. Gerakan ini diadakan untuk memberi pesan tentang pentingnya hak-hak
Pesan ini juga ditujukan kepada dunia, memberi tahu bahwa hak perempuan
adalah bagian dari hak asasi manusia, bahwa perempuan tidak akan berhenti
sampai semua perempuan juga mendapat hak yang sama untuk memimpin di
nama dan tujuan utama yang sama dan diadakan di berbagai belahan di dunia.
belahan dunia untuk ikut menyuarakan haknya dengan momentum yang tepat
didapat juga ikut mengadakan aksi ini. Diawali di ibukota Indonesia, DKI
Jakarta yang dilaksanakan pada 4 Maret 2017. Tentunya gerakan ini membawa
7
1. Menuntut Indonesia kembali ke toleransi dan keberagaman.
bebas menuntur haknya untuk menjadi apa yang dimau dan dikehendaki tanpa
takut akan konstruksi social yang ada di masyarakat dimana hal itu membatasi
pergerakan perempuan. Perempuan satu sama lain harus saling mendukung dan
tidak menjatuhkan. Tidak hanya itu, lebih jauh lagi laki-laki sebagai pemegang
control atas kekuasaan sistem patriarkis yang mengakar masyarakat juga harus
mendukung dan menjadi agen perubahan dalam gerakan ini. Dalam hal ini
sesama manusia baik itu relasi antara perempuan dan perempuan, perempuan
dan laki-laki atau laki-laki dengan perempuan harus saling bisa menghargai dan
Isu ini diangkat karena dirasa di Indonesia sendiri masih banyak orang-
perempuan. Baik itu keberagaman peran atau orientasi seksual. Pada saat march
berbasis orientasi sex”, “jangan pandang rendah kami (perempuan”. Jika hal
ini dapat diwujudkan dengan maksimal maka diharapkan dapat menekan semua
8
itu berdasarkan suku, ras, agama, orientasi seksual dan lainnya sebagaimana
gender.
bagi perempuan dan laki-laki. Hukum tidak hanya berupa peraturan semata,
malainkan sebuah sistem hukum yang meliputi subtansi, struktur, dan kultur
berkeadilan gender dan pada akhirnya tercipta budaya hukum masyarakat yang
berkeadilan gender.8
7
Tenni Purwanti, “8 Tuntutan Women’s March Jakarta 2017”, diakses dari
https://www.pesona.co.id/read/8-tuntutan-women-s-march-jakarta-2017?p=2 pada 21 Mei 2019
pukul 13.15.
8
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Hukum Yang Berkeadilan Untuk
Mewujudkan Kesetaraan Gender”, diakses dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/438/hukum-yang-berkeadilan-untuk-
mewujudkan-kesetaraan-gender pada 21 Mei 2019 pukul 14.00.
9
Kesetaraan gender antara wanita dan pria di Indonesia ternyata belum
antara wanita dan pria yang belum diperhatikan oleh pemerintah. Masih banyak
kelompok atau individu yang menganggap bahwa derajat wanita masih berada
dibawah pria. Pendapat tersebut termasuk hal yang tidak adil. Ketidak merataan
melalui Undang-undang No. 7 tahun 1984 (UU No. 7/1984). Dalam perjalanan
Indonesia.9
belum ada aturan hukum yang pasti tentang kesetaraan gender ini, dengan
adanya hukum yang mengatur pasti akan lebih terlihat adil dan merata tentang
hak wanita dan pria. Untuk itu dengan mengesahkan RUU Penghapusan
9
Kemementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pentingnya Keadilan dan
Kesetaraan Gender di Indonesia”, diakses dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1374/pentingnya-keadilan-dan-kesetaraan-
gender-di-indonesia pada 21 Mei 2019 Pukul 12.00.
10
Kekerasan Seksual, RUU Pekerja Rumah Tangga, dan RUU Buruh Migran,
serta menolak upaya judicial review perubahan KUHP terkait pasal zina yang
dari kematian pada saat melahirkan, dan hak tersebut harus diupayakan oleh
persalinan.11
berbagai hal seperti pernikahan dini pada anak yang paling banyak dialaami
oleh perempuan. Selain itu dalam hal kekerasan seksual, perempuan juga masih
10
Tenni Purwanti, loc. Cit.
11
Kemementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “5 Hak-Hak Utama
Perempuan”, diakses dari https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1437/5-hak-hak-
utama-perempuan pada 21 Mei 2019 pukul 12.35.
11
mengalami hal ini dengan angka yang tidak sedikit. Ada 6 jenis kekerasan
seksual yang masih menjadi hal yang mengerikan bagi perempuan, kekerasan
tahun 2018 (naik dari tahun sebelumnya sebanyak 348.466). Kasus kekerasan
terhadap perempuan ini terdiri dari 13.568 kasus yang ditangani oleh 209
Pengadilan Agama. 12
perempuan.
Alih fungsi lahan dan konflik terkait eksploitasi sumber daya alam,
alam dan tidak terjaminnya hak perempuan pada upah yang layak dan layanan
12
Komnas Perempuan, “ Lembar Fakta dan Poin Kunci Catatan Tahunan 2019” diakses dari
https://www.komnasperempuan.go.id/read-news-lembar-fakta-dan-poin-kunci-catatan-tahunan-
komnas-perempuan-tahun-2019 pada 21 Mei 2019 Pukul 14.55.
12
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-
kebutuhan dasar perempua seperti hak cuti haid, waktu pemberian ASI, hingga
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Kondisi ini dapat terlihat dari
perempuan. TPAK adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016 TPAK laki-laki sebesar 81,97
persen dan perempuan 50,77 persen, atau dengan kesenjangan sekitar 31,2
point.13
yang berperspektif gender akan mendukung suasana kerja yang lebih kondusif
tempat kerja. Pelayanan publik dan tempat kerja yang mendukung individu
13
DetikNews, “ Ini Pelanggaran Yang Sering Terjadi Pada Perempuan di Tempat Kerja”, diakses di
https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-3781912/ini-pelanggaran-yang-sering-terjadi-pada-
perempuan-di-tempat-kerja pada 21 Mei pukul 16.00.
13
Isu ini turut diangkat karena di berbagai kota dan daerah bahkan di
fasilitas public. Untuk itu hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Permintaan kebijakan yang pro tidak hanya bagi kaum perempuan saja tetapi
juga untuk kaum disabilitias atau penyandang khusus. Hal ini juga diperlukan,
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, dari total 261,9 juta
jiwa atau sekitar 49,75 persen dari populasi. Sayangnya, besarnya populasi
di kursi DPR jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan proporsi laki-laki.
14
perempuan karena adanya perbedaan pengalaman dan kepentingan antara
keduanya.14
dalam posisi strategis dalam struktur partai politik, dan melakukan kaderisasi
individu dan kelompok dengan orientasi seksual dan identitas gender yang
berbeda.
menghargai keberadaannya sudah ada sejak zaman dulu, sesuai UU HAM dan
Tindakan diskriminasi berbasis sex dan gender masih ada dan terjadi di
14
Scholastica Gerintya, “Kuota 30% Perempuan di Parlemen Belum Pernah Tercapai”, diakses dari
https://tirto.id/kuota-30-perempuan-di-parlemen-belum-pernah-tercapai-cv8q pada 21 Mei 2019
pukul 10.50.
15
melindungi hak warga negaranya dengan tidak memandang orientasi seksual
tetapi hal ini benar-benar harus diterapkan secara megakar di segala kalangan
melihat dari orientasi seksual atau idenitas gender harus dilakukan. Tindakan
yang dikira paling mujarab akan berasal dari pemerintah sebagai contoh dan
terkait isu fasisme, intoleransi, diskriminasi berbasis SARA, dan sentimen atau
women’s march tidak hanya diadakan satu kali saja tetapi setiap tahun di
berbagai macam negara di seluruh dunia terhitung mulai dari 2018 terdapat 30
negara yang sudah mengikuti aksi ini. Di Amerika sendiri, tidak hanya
15
Emeralda Aisha, “ Women’s March untuk Gerakan yang Nyata” diakses dari
http://konsillsm.or.id/womens-march-for-the-real-movement/ pada 19 Maret 2019 pukul 15.05
16
lainnya. Begitupun di Indonesia terhitung dari 2018 telah dilaksanakan di
Bandung, Malang dan banyak kota lain. Hal ini membuktikan jika gerakan
ini membuktikan jika perempuan di seluruh dunia setuju dan bergerak didalam
Amerika dan beberapa negara lain. Di Indonesia sendiri women’s march akan
dilaksanakan pada akhir bulan April 2019 agar terhindar dari unsur politisisasi
menjelang pemilu yang akan dilaksanakan pertengahan April. Kurang lebih tiga
Pada tahun ini women’s march mengangkat tema #BeraniBersuara. Tema ini
diambil karena ada banyak tantangan yang harus dihadapi pada saat ingin
menyampaikan aspirasi atau saat penyintas bersuara. Tuntutan tahun ini, akan
17
keterwakilan politik perempuan; dan penerapan perlindungan sosial yang adil
march perempuan berharap bisa mendapat hak-hak nya yang selama ini masih
berjalan dengan tidak pasti. Tuntutan ini masih akan berlangsung dan akan tetap
baik secara hak yang diperoleh maupun perlakuan. Dengan adanya gerakan ini
perempuan tidak harus sama persis. Tetapi apa yang harus dipedulikan adalah
bentuk keberagaman dan kepedulian satu dengan yang lainnya. Hal ini juga
E. Kesimpulan
adalah perwujudan dari ideologi feminisme sebagai aliran yang berupaya untuk
16
Anisha Saktian Putri, “Perjalanan Women’s March Indonesia : Perjalanan dan Tuntutan di 2019”,
diakses dari https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3913884/perjalanan-womens-
march-indonesia-pencapaian-dan-tuntutan-di-2019 pada 19 Maret 2018 pukul 16.30
18
Dalam hal ini awal mula ideology feminisme muncul di gelombang pertama
pada pertengahan abad ke-18 hingga pada awal abad ke-20 ditandai dengan
gelombang kedua pada pertengahan abad ke-20 hingga akhir 1980-an dimana
ketiga dari 1980 hingga sekarang yang memiliki tuntutan secara majemuk.
apa yang tidak adil pada diri mereka. Dengan berbagai keberagaman, pluralitas
gerakan yang semakin bisa menyatukan pola pikir dan persamaan persepsi
public mengingat akan menjadi hal yang menakutkan jika perlakuan tidak adil
19