Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nawal El-Saadawi merupakan sastrawan besar Mesir yang terkenal dengan

karya-karyanya yang fenomenal. Sebagai pengarang feminis, ia selalu mengangkat

tema-tema kewanitaan dan kesetaraan jender dalam karya-karyanya. Bahkan Nawal

tidak jarang mengkritik sistem patriarki yang masih berlaku di Mesir hingga kini.

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa karyanya dicekal di negaranya

sendiri.

Salah satu novelnya yang mendapat reaksi keras dari pemerintah Mesir adalah

novel Mudzakarah Thabibah (Memoar Seorang Dokter). Berbeda dengan novel

lainnya yang dicekal akibat dianggap menentang pemerintah, novel ini dianggap

vulgar sehingga banyak bagian pada teks aslinya yang disensor.

Novel ini berkisah mengenai tokoh “aku” yang dilahirkan sebagai perempuan.

Masa kecilnya dihabiskan untuk menggugat kenyataan-kenyataan yang berlaku dalam

masyarakat. Kenyataan bahwa anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Anak

perempuan harus meminta izin untuk keluar rumah, harus makan tanpa suara, tidak

boleh mengambil makanan lebih banyak daripada anak laki-laki, tidak boleh

berguling-guling di tanah, dan lain-lain. Kenyataan-kenyataan itu tidak didapatkan

dalam kehidupan seorang laki-laki.

1
2

Selain itu, ia mempertanyakan gejala-gejala fisik yang timbul dalam dirinya dan

membuatnya disebut sebagai perempuan dewasa. Dadanya yang semakin hari

semakin besar membuatnya benci akan dirinya. Karena hal tersebut malah

menjadikannya sebagai korban dari laki-laki yang melihat perempuan dari

kecantikannya.

Tak cukup di situ, gugatannya semakin menjadi-jadi saat ia dewasa. Setelah

mencukur rambutnya hingga pendek, ia berencana melanjutkan studi ke fakultas

kedokteran karena prestasi yang dicapainya semasa SMA. Semenjak itu, ia berusaha

“membalas dendam” terhadap laki-laki dan menggugat norma yang berlaku selama

ini di masyarakat bahwa perempuan memang harus dibedakan dari laki-laki.

Di zaman modern saat ini, kasus-kasus ketidakadilan dalam memperlakukan

perempuan dapat ditemukan di belahan dunia mana pun, termasuk di Indonesia dan

wilayah Timur Tengah. Novel yang ditulis Nawal pada tahun 1957 dan baru

diterbitkan sekitar tahun 1980-an ini tentu memiliki nilai-nilai yang masih relevan

hingga saat ini.

Penelitian ini akan mengkaji novel Mudzakarah Thabibah dengan pendekatan

feminisme. Kritik sastra feminis, menurut Sofia (2009: 19), digunakan sebagai materi

pergerakan kebebasan perempuan dalam mensosialisasikan ide feminis. Selain itu,

kritik ini juga dapat mengungkapkan citra perempuan sebagai tokoh yang

digambarkan penulis dalam karyanya.

Dengan demikian, dalam penelitian ini akan diketahui bentuk-bentuk

ketidakadilan jender yang terdapat dalam novel ini yang sejatinya merupakan
3

gambaran perilaku dan gugatan Nawal terhadap sistem yang berlaku saat itu. Selain

itu, akan diketahui pula citra perempuan yang direpresentasikan Nawal pada tokoh

dalam novel tersebut.

Selain itu, novel ini menarik untuk diteliti karena memiliki ciri khas dibanding

novel-novel Nawal lainnya, seperti novel Suquth Al-Imam. Ciri khas tersebut antara

lain novel ini memiliki tema cerita yang sederhana dan alurnya jelas dan tak berbelit-

belit. Pada novel ini, Nawal juga berani mengeksplorasi ungkapan-ungkapannya

hingga mendobrak hal-hal yang dianggap tabu pada zamannya sehingga dianggap

vulgar bahkan menyebabkan banyak bagian pada novel ini disensor.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa saja ketidakadilan jender yang terdapat dalam novel Mudzakarah Thabibah?

2. Bagaimana citra perempuan dalam novel Mudzakarah Thabibah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan jender yang terdapat dalam novel

Mudzakarah Thabibah.

2. Untuk mengetahui citra perempuan dalam novel Mudzakarah Thabibah.

Adapun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi kegunaan pragmatis dan

teoretis.
4

1. Kegunaan Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan khususnya di

bidang kritik sastra.

b. Penelitian ini diharapkan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya

sastra Arab.

2. Kegunaan Teoretis

a. Penelitian ini dilakukan guna memperoleh gelar Sarjana Satra (S.S) pada

jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung

Djati Bandung.

b. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam

karya sastra, khususnya novel Mudzakarah Thabibah. Sehingga, dapat dicari

relevansinya dengan kehidupan sehari-hari, terutama nilai-nilai feminis dalam

karya tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis dilakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung, terdapat satu skripsi yang

menggunakan novel Mudzakarah Thabibah sebagai objek penelitiannya.

Skripsi tersebut berjudul “As-Syakhshiyyatu fii Qishshati Mudzakarati

Thabibah li Nawwal As-Sadawi : Dirasatu Tahliliyyati Dakhiliyyah” (Penokohan

dalam Novel Memoar Seorang Dokter Karya Nawal El-Saadawi) oleh Nur Afifah

pada tahun 2001. Sesuai dengan judulnya, penelitian tersebut merupakan kajian

struktural yang menitikberatkan pada penjelasan jenis-jenis penokohan dalam novel


5

tersebut. Penelitian tersebut berfokus pada struktur intrinsik dan tidak

menghubungkannya dengan dunia di luar teks seperti yang akan dibahas pada

penelitian ini.

E. Kerangka Berpikir

1. Kritik Sastra Feminis

Menurut Ruthven sebagaimana dikutip oleh Sofia (2009: 11), kritik feminis

berakar dari feminisme dengan pemahaman dasar mengenai seks dan jender. Seks

atau jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu.

Jenis kelamin ini secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis.

Berbeda dengan jenis kelamin, konsep jender merupakan suatu sifat yang melekat

kepada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun

kultural.

Dengan demikian, feminitas dan maskulinitas merupakan bentukan sosial

budaya dan bukan merupakan bawaan yang tidak dapat berubah dari waktu ke waktu

dan dari tempat ke tempat sebagaimana laki-laki dan perempuan yang sudah tentu

secara biologis. Kenyataan yang ada dalam masyarakat, dunia feminin

dipertentangkan dengan dunia maskulin. Padahal, sesungguhnya perempuan

merupakan bagian tidak terpisahkan dari laki-laki (Sofia, 2009: 12).

Identifikasi diri seseorang sebagai laki-laki dan perempuan merupakan batu

fondasi dari identitas diri secara luas diyakini merupakan akibat dari lembaga

partikular dan atributnya. Distingsi seks dan jender kini sudah menjadi subjek kritik.
6

Identitas seksual bukanlah refleksi dari sifat alami makhluk, tetapi merupakan

persoalan reprentasi (Gandhi, 2007: xii).

Kritik sastra feminis juga diartikan sebagai studi sastra yang mengarahkan

fokus analisisnya pada perempuan (Sugihastuti dan Suharto, 2005: 18). Sasaran kritik

sastra feminis adalah memberikan respons kritis terhadap pandangan-pandangan yang

terwujud dalam karya sastra yang diberikan oleh budayanya kemudian

mempertanyakan hubungan antara teks, kekuasan, dan seksualitas yang terungkap

dalam teks (Sofia, 2009: 19-20).

2. Ketidakadilan Jender

Istilah jender berbeda dengan istilah perempuan dan laki-laki yang bersifat

biologis sebagai kodrat yang dibawa sejak lahir. Jender merujuk pada sekumpulan

aturan, tradisi, dan hubungan sosial budaya yang menentukan kategori “feminin” dan

“maskulin”.

Menurut Fakih sebagaimana dikutip oleh Sofia (2009: 12), penindasan terhadap

perempuan ini biasa disebut dengan ketidakadilan jender (gender inequalities) yang

termanifestasikan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk ketidakadilan dapat berupa

marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak

penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan

negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden),

serta sosialisasi nilai peran jender.

Ketidakadilan itu disebabkan antara lain karena perempuan di mata laki-laki

dianggap sebagai makhluk yang dapat ditaklukan dan laki-laki memosisikan diri
7

sebagai penguasa. Perempuan di mata penguasa mendapat perlakuan sebagai berikut

(Sofia, 2009: 41-45).

a. Mudah ditaklukan laki-laki;

b. Menjadi objek seks; dan

c. Mendapat kekerasan fisik maupun psikis.

3. Citra Perempuan

Citra, menurut Sofia (2009: 24) merupakan sebuah gambaran pengalaman

indera yang diungkapkan lewat kata-kata. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Tim Penyusun, 2007: 216), citra diartikan sebagai kesan mental atau

bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan

merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.

Sedangkan menurut Sugihastuti sebagaimana dikutip oleh Sofia dan Sugihastuti

(2003: 190), citra merupakan semua wujdu gambaran mental spiritual dan tingkah

laku keseharian perempuan yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas perempuan.

Citra perempuan berarti gambaran, kesan mental, ataua bayangan tentang perempuan.

Citra perempuan dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, citra diri tokoh

perempuan dilihat dari aspke fisik dan psikis. Kedua, citra sosial perempuan dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat (Sofia dan Sugihastuti, 2003: 1990).

F. Metode dan Langkah-langkah Penelitian

1. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis. Menurut Ratna (2008: 53), metode ini dilakukan dengan cara
8

mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan

metode ini, mula-mula akan dideskripsikan terlebih dahulu fakta-fakta berupa teks

yang mengandung unsur ketidakadilan jender dan menggambarkan citra

perempuan.

2. Langkah-langkah Penelitian

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Mudzakarah Thabibah (Memoar

Seorang Dokter) karya Nawal El-Saadawi yang diterbitkan oleh penerbit Darul

Adab Beirut pada tahun 1988.

b. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah teks atau wacana dalam novel yang

mengandung ketidakadilan jender dan menunjukkan citra perempuan.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Membaca dengan teliti novel Mudzakarah Thabibah dari awal hingga akhir.

2) Menandai teks (kata, kalimat, atau paragraf) yang merupakan bentuk

ketidakadilan jender atau menunjukkan citra perempuan.

d. Analisis Data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis dengan

analisis feminisme sastra.


9

e. Merumuskan Simpulan

Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode dan pendekatan

yang telah disebutkan, maka dirumuskan simpulan sebagai akhir kegiatan

penelitian dan jawaban dari rumusan masalah.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I, yaitu pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode

dan langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, yaitu landasan teori. Bab ini berisi definisi operasional ketidakadilan

jender, pengungkapan citra, dan penjelasan mengenai kritik sastra feminis.

Bab III, yaitu Nawal el-Saadawi dan novel Mudzakarah Thabibah. Bab ini

berisi biografi Nawal el-Saadawi dan sinopsis novel Mudzakarah Thabibah.

Bab IV, yaitu pembahasan. Bab ini berisi pembahasan mengenai ketidakadilan

jender dalam novel Mudzakarah Thabibah dan citra tokoh perempuan dalam novel

tersebut.

Bab V, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi.


10

DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Arab

. ‫ دار األدب‬: ‫بيروت‬. ‫مدكرات الطبيب‬. ١٩٨٨.‫نوال‬, ‫السعداوي‬

Bahasa Asing

Gandhi, Leela. 2007. Teori Postkolonial Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat.

Yogyakarta: Qalam.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sofia, Adib. 2002. Aplikasi Kritik Sastra Feminis Perempuan dalam Karya-karya

Kuntowijoyo. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra Menguak Citra Perempuan

dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.

Sugihastuti dan Suharto. 2005. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai