Di dalam sastra Arab klasik prosa naratif adalah sesuatu yang
sangat langka, bahkan tidak kita temukan karya berbentuk novel. Yang paling mendekati kriteria prosa naratif ini mungkin hanya Kitab al-Aghani karya Abu al-Faraj al-Isfahani (897-967) dan Qisas al-Anbiya karya Abu Manshur Al-Tsa’alabi (961-1038). Yang paling banyak ditemukan adalah khutbah dan risalah. Yang paling monumental tentu saja Maqamat, sebuah genre prosa yang diciptakan oleh Badi’uzzaman al-Hamadani (969-1007). Sampai paruh pertama abad ke-19, prosa Arab yang paling menonjol tetaplah Maqamat. Di antaranya adalah Alamuddin karya penulis Lebanon, Nasif Al-Yaziji (1800-1871) dan Majma’ al- Bahrain karya penulis Mesir, Ali Mubarak (1823/1824-1893). Perkenalan sastrawan Arab dengan prosa naratif dimulai dari gerakan penerjemahan dan penerbitan majalah dan surat kabar. Kemudian penulisan novel-novel sejarah dan sosial dimulai. Penerjemahan
Gerakan penerjemahan dimulai atas perintah gubernur Mesir,
Muhammad Ali, dengan tujuan awal untuk memperkuat militer dan pemerintahan. Dia mendatangkan mesin cetak pertama di Mesir pada tahun 1828. Penerjemah terbaik dari generasi ini adalah Rifa’a al-Tahtawi (1801-1873). Dia penerjemah pertama novel sastra ke dalam bahasa Arab, yaitu Les Aventures de Telemaque karya Francois Fenelon. Gerakan penerjemahan ini kemudian berlanjut di Lebanon oleh para misionaris seperti Al-Shidyaq, Al-Bustani, dan al-Yaziji. Yang juga perlu dicatat adalah gerakan penerjemahan yang dilakukan oleh para sastrawan imigran (Mahjar) di New York lewat al-Rabithah al-Qalamiyah (The Pen League). Di antara tokohnya: Nasib Arida, Abd al-Masih Haddad, Kahlil Gibran, dan Mikhail Naimy, Elia Abu Madi, dan Ameen Rihani. Gerakan penerjemahan inilah yang memperkenalkan novel, drama, cerpen, artikel, esai, dll kepada bangsa Arab. Pioner Novel Arab Modern
Novel Arab aliran romantisme paling awal merupakan
saduran dari novel/drama Prancis, seperti Majdulin karya Mustafa Lutfi al-Manfaluti (1876-1924) Sedangkan genre novel historis Arab digagas oleh penulis Lebanon, Jurji Zaydan (1861-1914). Dia menulis 23 seri novel sejarah. Di antaranya tentang al-Hajjaj bin Yusuf, al-Amin dan al-Ma’mun, Shalahuddin al-Ayyubi, dll. Muhammad Husayn Haykal (1888-1956) dengan novel kritik sosialnya berjudul Zaynab, ditahbiskan sebagai pelopor novel modern Arab. Karya ini disepakati sebagai pembuka bagi lahirnya novel-novel modern Arab berikutnya. Yang juga patut diperhatikan bahwa para sastrawan Arab periode awal ini menulis dalam beragam genre. Beberapa Prosa Monumental
Ibrahim al-Mazini (1889-1949), selain sebagai penyair, juga menulis novel
kritik sosial yang cemerlang berjudul Ibrahim al-Katib. Mohammad Taymour (w.1921), selain penulis drama, juga menulis novel berjudul Ma Tarahu al-’Uyun Tawfiq el-Hakim (1898-1987) adalah penulis drama Arab terbesar, tapi juga menulis novel berjudul ‘Awdat ar-Ruh Abbas Mahmoud al-Aqqad (1889-1964), seorang pemikir dan kritikus sastra, juga menulis novel berjudul Sarah Muhammad Farid Abu Hadid (1893-1967) menulis novel Ibnat al-Muluk Taha Hussein (1889-1973), pemikir dan intelektual besar Mesir, menulis novel psikoanalisis sekaligus autobiografinya berjudul Al-Ayyam Najib Mahfouz (1911-2006), peraih Nobel Sastra, memasukkan tema eksistensialisme ke dalam novel-novelnya. Seperti: Cairo Trilogy (Bayn al- Qashrayn, Qashr al-Syauq, Al-Sukkariyah) dan Awlad Haratina. Najib el-Kilani (1931-1995), mempopulerkan genre sastra Islam, baik dalam puisi maupun novelnya, seperti novel: Layali Turkistan Bentuk Prosa yang Lain
Prosa klasik (risalah) yang ditulis oleh Muhammad Abduh (1849-
1905) dan Saad Zaghloul 1859-1927) di dalam koran Al-Waqa’i’ al- Mishriyya Pelopor kritik sastra Arab modern adalah penulis asal Aleppo, Syria, Qustaki al-Himsi (1858-1941), dengan buku berjudul Manhal al- Warrad fi ‘Ilm al-Intiqad Farah Antun (1874-1922) dengan artikel bertema sekularisme dan nasionalisme, juga persamaan hak asasi, dalam majalah Al-Jami’ah Abd al-Rahman Al-Kawakibi (1854-1902) dengan ide pan- Islamisme dalam buku Taba’i al-Isti’bad wa Masari al-Isti’bad dan Umm al-Qura Qasim Amin (1863-1908), pemikir hak-hak perempuan, dua karya terbesarnya berjudul Tahrir al-Mar’ah dan Al-Mar’ah al-Jadidah Penulis artikel dan esai terbaik pada periode ini adalah Taha Husein dan Abbas Mahmud Al-Aqqad