Anda di halaman 1dari 15

FESTIVAL LIMA GUNUNG

FESTIVAL LIMA GUNUNG Atraksi dan pertunjukan seni Festival lima gunung di Dusun Mantran Wetan,
Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang berlangsung meriah., 30 juni 2013.Dusun ini
menjadi lokasi Festival Lima Gunung XII pada 28-30 Juni 2013. Festival itu diselenggarakan secara
mandiri setiap tahun oleh seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi,
Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh). Pada 2009, dusun itu juga menjadi lokasi festival serupa.
IndonesiaPressPhoto/Gholib

FESTIVAL LIMA GUNUNG

FESTIVAL LIMA GUNUNG Atraksi dan pertunjukan seni Festival lima gunung di Dusun Mantran Wetan,
Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang berlangsung meriah., 30 juni 2013.Dusun ini
menjadi lokasi Festival Lima Gunung XII pada 28-30 Juni 2013. Festival itu diselenggarakan secara
mandiri setiap tahun oleh seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi,
Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh). Pada 2009, dusun itu juga menjadi lokasi festival serupa.
IndonesiaPressPhoto/Gholib
FESTIVAL LIMA GUNUNG

FESTIVAL LIMA GUNUNG Atraksi dan pertunjukan seni Festival lima gunung di Dusun Mantran Wetan,
Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang berlangsung meriah., 30 juni 2013.Dusun ini
menjadi lokasi Festival Lima Gunung XII pada 28-30 Juni 2013. Festival itu diselenggarakan secara
mandiri setiap tahun oleh seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi,
Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh). Pada 2009, dusun itu juga menjadi lokasi festival serupa.
IndonesiaPressPhoto/Gholib

FESTIVAL LIMA GUNUNG

FESTIVAL LIMA GUNUNG. Tarian Butho Ijo meriahkan suasana acara Festival Lima Gunung 2013 di
kawasan Gunung Andong Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten
Magelang, 28 Juni 2013. Perkumpulan seniman petani di daerah Magelang, Jawa Tengah yang
tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (KLG) kembali menggelar pesta rakyat. Pesta rakyat yang
diprakarsai oleh perkumpulan seniman dan petani ini digelar dari tanggal 28-30 Juni 2013, dengan tema
“Mulat Kahanan Sungsang”. Indonesia Press Photo/Aloysius Jarot Nugroho.
FESTIVAL LIMA GUNUNG

FESTIVAL LIMA GUNUNG. Tarian Gojekan Bocah meriahkan suasana acara Festival Lima Gunung
2013 di kawasan Gunung Andong Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten
Magelang, 28 Juni 2013. Perkumpulan seniman petani di daerah Magelang, Jawa Tengah yang
tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (KLG) kembali menggelar pesta rakyat. Pesta rakyat ini
digelar dari tanggal 28-30 Juni 2013, dengan tema “Mulat Kahanan Sungsang”. Indonesia Press
Photo/Aloysius Jarot Nugroho
Gunung Merapi
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau
Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada
dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam
wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di
sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar
puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat
padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[rujukan?] Kota Magelang dan
Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di
lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat
kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari
enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade
Volcanoes).[1]

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn.

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke
selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng
Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas
vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi
vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung
Batulawang yang lebih tua.[2]

Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan
seterusnya.[3] Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat
tahap.[4] Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi
yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika
Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa
tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava
basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan
terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun
dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava,
dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.
Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang
meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit
di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini.
Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4
berdasarkan pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan
keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat
meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak
mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil
proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.[2]

Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi
material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi".
Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5] Kantung magma ini merupakan
bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah
Lempeng Eurasia[6].

Puncak Merapi pada tahun 1930.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822,
1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa
diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[7] Ahli geologi Belanda, van
Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram
Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan
terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru,
2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang
menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan
korban terbesar hingga sekarang.[rujukan?]

Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau
beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun
mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini
adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada
tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa
sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada
bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872[8] dan
memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010)[9], meskipun telah diberlakukan
pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati
sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan
dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km.

Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta,
dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah
pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan
Kaliurang.
Erupsi 2006[sunting | sunting sumber]

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali,
ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh
kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-
tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa
aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa
Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi
sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah
Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari
belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan
sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [10]

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang
membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke
tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40
WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan)
dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.
[11]

Erupsi 2010[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Gunung Merapi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010
direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)
Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga"
sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena
aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan
gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta
merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni
wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga
tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan
disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman.[12] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang
yang tewas karena gangguan pernapasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung
Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas
pada pukul 19.54 WIB.[13] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1
November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah
lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3
November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November
2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di
kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-
hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010.
Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari
puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak
sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km).
Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik
pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui
telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[14] dan Bogor.[15]

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada
tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali
Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert). [16][rujukan?]

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum
kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal
15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km
dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang
masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.[17]

Vegetasi[sunting | sunting sumber]


Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi.
Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron
dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika.

Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul
nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.

Rute pendakian[sunting | sunting sumber]


Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan
gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui
sisi utara dari Sèlo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini
terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan
waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur
alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah.
Kabupaten Magelang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Untuk Kota yang bernama-sama, lihat pula Kota Magelang. Untuk kegunaan lain dari Magelang, lihat
Magelang (disambiguasi).
Untuk artikel tentang Ibu kota Kabupaten Magelang, lihat Mungkid (Kota).

Kabupaten Magelang

Lambang Kabupaten Magelang

Moto: Magelang Gemilang: Gemah Ripah Iman Cemerlang

Peta lokasi Kabupaten Magelang

Koordinat: 7° 28′ 0″ S, 110° 13′ 0″ E

Provinsi Jawa Tengah

Dasar hukum UU No. 13/1950

Tanggal -

Pemerintahan

- Bupati Ir. H. Singgih Sanyoto

- DAU Rp. 899.528.369.000.-(2013)[1]

Luas 1.085,73 km2

Populasi

- Total 1.204.974 jiwa (2008)

- Kepadatan 1.109,83 jiwa/km2

Demografi

- Kode area +62293


telepon
Pembagian administratif

- Kecamatan 21

- Kelurahan 367 Desa / 5 Kelurahan

- Situs web http://www.magelangkab.go.id/

Kabupaten Magelang adalah sebuah Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten
ini adalah Kota Mungkid. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Semarang di utara, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali di timur, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Wonosobo dan
Kabupaten Temanggung di barat, serta Kota Magelang yang berada di tengah-tengahnya.

Candi Borobudur, sebuah mahakarya peninggalan Dinasti Syailendra yang kini menjadi
kebanggaan Indonesia dan dunia, berada di wilayah Kabupaten Magelang.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
2 Geografi
3 Pembagian administratif
4 Pendidikan
5 Pariwisata
6 Kuliner
o 6.1 Masakan
o 6.2 Jajan Pasar
o 6.3 Oleh-Oleh
7 Kesenian
8 Tokoh Utama yang Berkaitan
9 Referensi
10 Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal nama Magelang. Versi terpopuler mengatakan
bahwa Magelang berasal dari kata tepung gelang, yang berarti "mengepung rapat seperti gelang".
Nama tersebut diberikan untuk mengenang Raja Jin Sonta yang dikepung di daerah ini oleh
pasukan Mataram sebelum akhirnya mati di tangan Pangeran Purbaya.

Pawai kehormatan regent Magelang (1866)

Sejarah Kabupaten Magelang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Kota Magelang. Pada
tahun 1812, Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles mengangkat Ngabei Danuningrat
sebagai bupati pertama Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat I. Penunjukkan ini terjadi
sebagai konsekuensi perjanjian antara Inggris dan Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 1
Agustus 1812 yang menyerahkan wilayah Kedu kepada pemerintah Inggris. Sejak itu
Danuningrat menjadi bupati pertama di Kabupaten Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat
I. Atas petunjuk dari gurunya beliau memilih daerah antara desa Mantiasih dan desa Gelangan
sebagai pusat pemerintahan. Pada tahun 1930, jabatan bupati diserahkan dari dinasti Danuningrat
kepada pejabat baru yang bernama Ngabei Danukusumo. Sementara itu sebagai tindak lanjut dari
Keputusan Desentralisasi (Decentralisatie Besluit) tahun 1905, Kota Magelang menjadi
gemeente bersama dengan Kota Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Jabatan walikota baru
diangkat pada tahun 1924. Meskipun demikian, kedudukan bupati masih tetap berada di kota
Magelang. Akibatnya ada sejumlah pimpinan daerah di kota Magelang yaitu bupati Magelang,
residen Kedu, asisten residen Magelang dan walikota Magelang.
Seiring dengan waktu, kedudukan Kabupaten Magelang diperkuat melalui UU No. 2 tahun 1948
dengan ibu kota di Kota Magelang. Pada tahun 1950 berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota
Magelang berdiri sendiri dan diberi hak untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada
kebijaksanaan untuk memindah ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota
sebagai penganti Kota Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, namun
kedua daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, kecamatan Mertoyudan bagian Selatan
dan kecamatan Mungkid bagian Utara dipilih secara resmi sebagai ibu kota Kabupaten Magelang
oleh gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid.

Geografi[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian pegunungan. Di bagian timur
(perbatasan dengan Kabupaten Boyolali) terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan
Gunung Merapi (2.911 m dpl). Di bagian barat (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Wonosobo) terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat
rangkaian Bukit Menoreh. Pada bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak sungainya
menuju selatan. Di Kabupaten Magelang juga terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini.
Pertemuan kembali kedua kali tersebut terletak di desa Progowati yang konon dahulu di tempat
itu lebih banyak penduduk berjenis kelamin wanita daripada pria.

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Magelang terdiri atas 21 kecamatan. Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten
Magelang adalah sebagai berikut.

1. Bandongan
2. Borobudur
3. Candimulyo
4. Dukun
5. Grabag
6. Kajoran
7. Kaliangkrik
8. Mertoyudan
9. Mungkid
10. Muntilan
11. Ngablak
12. Ngluwar
13. Pakis
14. Salam
15. Salaman
16. Sawangan
17. Secang
18. Srumbung
19. Tegalrejo
20. Tempuran
21. Windusari

Semarang|Semarang]] dan Yogyakarta. Kota Mungkid sebagai ibu kota kabupaten ini, berada
sekitar lima belas kilometer di sebelah selatan Kota Magelang, dapat dijangkau mudah dengan
kendaraan roda empat. Selain itu, Secang merupakan persimpangan antara jalan negara
Semarang - Magelang - Yogyakarta dan jalan provinsi menuju Temanggung.

Dahulu wilayah Kabupaten Magelang dilalui jalur kereta api yang menghubungkan Semarang -
Yogyakarta, bahkan merupakan salah satu jalur kereta api tertua yang berada di Indonesia.
Stasiun yang dimiliki Kabupaten Magelang antara lain adalah Stasiun Muntilan, Stasiun Blabak,
Stasiun Mertoyudan, dan Stasiun Secang. Namun, meletusnya Gunung Merapi sekitar tahun
1970-an membuat jalur kereta api tersebut rusak akibat terjangan lahar sehingga menyebabkan
jalur dan stasiun tersebut kini tidak difungsikan lagi.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Magelang jika dilihat dari segi pendidikan memang tidak begitu merata jika
dibandingkan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain, namun di Kabupaten Magelang ini
tetap memiliki beberapa sekolah negeri unggulan. Berikut 5 besar sekolah negeri unggulan di
Kabupaten Magelang :

5 SMP Negeri terbaik dari 57 SMP Negeri di Kabupaten Magelang

Nama Sekolah Alamat Status

SMP Negeri 1 Muntilan Jalan Pemuda 161 Muntilan RSBI

SMP Negeri 1 Salaman Jalan Pangeran Diponegoro Salaman RSBI

Jalan Raya Magelang - Yogyakarta Km. 15 Blabak SSN dan


SMP Negeri 1 Mungkid
Mungkid SKM

SMP Negeri 1 Grabag Jalan Raya Magelang - Grabag Km. 21 Grabag SSN

SMP Negeri 2 Jalan Mertoyudan - Kota Mungkid Km. 8 Japunan


SSN
Mertoyudan Mertoyudan

5 SMA Negeri terbaik dari 11 SMA Negeri di Kabupaten Magelang

Nama Sekolah Alamat Status

SMA Negeri 1 Kota


Jalan Letnan Tukiyat Kota Mungkid RSBI
Mungkid

SSN dan
SMA Negeri 1 Muntilan Jalan Ngadiretno 1 Muntilan
SKM

SMA Negeri 1 Salaman Jalan Raya Magelang - Purworejo Km. 16 Salaman SSN

SMA Negeri 1 Grabag Jalan Raya Magelang - Grabag Km. 20 Grabag SSN

Jalan Pramuka 49 Perumahan Panca Arga I


SMA Negeri 1 Mertoyudan SSN
Mertoyudan

SMK Negeri di Kabupaten Magelang

Nama Sekolah Alamat Status

SMK Negeri 1 Ngablak Jalan Raya Magelang Kopeng Km. 26 Bandungrejo SSN
Ngablak

SSN dan
SMK Negeri 1 Salam Jalan Krapyak Seloboro Salam
SKM

SMK Negeri 1
Jalan Lettu Subandi Patreman Banjarsari Windusari SSN
Windusari

Pariwisata[sunting | sunting sumber]


Di kabupaten ini terdapat Candi Borobudur merupakan obyek wisata andalan Provinsi Jawa
Tengah yang kini mendapat perlindungan dari UNESCO sebagai warisan dunia (World
Heritage). Selain Borobudur, terdapat sejumlah candi di antaranya Candi Mendut, Candi Pawon,
Candi Ngawen, Candi Canggal atau Candi Gunungwukir, Candi Selogriyo, Candi Gunungsari,
Candi Lumbung, Candi Pendem, dan Candi Asu. Selain candi sebagai objek wisata budaya,
Kabupaten Magelang juga mempunyai satu museum yang terletak di jalan antara Candi Mendut
dan Borobudur, yaitu Museum Senirupa Haji Widayat.

Untuk obyek wisata alam, Kabupaten Magelang memiliki beberapa obyek wisata, antara lain
kawasan wisata Kopeng, Kolam Renang Kalibening-Payaman, Gardu Pandang Ketep Pass juga
air terjun Kedung Kayang kira-kira lima kilometer dari Ketep Pass, Gardu Pandang Babadan,
Curug Silawe, Losari Coffee Plantation, pemandian air panas Candi Umbul dan air terjun Sekar
Langit (di Kecamatan Grabag). Di samping itu Kali Progo dan Kali Elo juga sering digunakan
untuk wisata arung jeram.

Beberapa obyek wisata religi yang ada di Kabupaten Magelang antara lain Langgar Agung
Pangeran Diponegoro, Makam Kyai Condrogeni, Makam Sunan Geseng, dan Makam Raden
Santri. Sementara itu, untuk seni budaya dan kriya terdapat beberapa obyek dan daya tarik wisata
(ODTW) antara lain kesenian tradisional, kerajinan cinderamata, kerajinan mebel dan interior,
serta makanan khas.

Kuliner[sunting | sunting sumber]


Masakan[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Magelang memiliki beberapa masakan khas, yaitu:

Kupat Tahu
Sop Senerek
Buntil Daun Talas
Nasi Goreng Magelangan
Enthog Goreng
Mangut Beong

Jajan Pasar[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Magelang memiliki beberapa jajan pasar khas, yaitu:

Gethuk Trio
Wajik Salaman
Tape Ketan Muntilan
Gethuk Ireng
Jenang Gempol
Es Plered
Jali-jali
Kipo
Patilo Polengan
Oleh-Oleh[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Magelang memiliki beberapa oleh-oleh khas, yaitu:

Pothil Magelang
Jeruk Keprok
Salak Nglumut Magelang

Kesenian[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Magelangmempunyai beberapa kesenian, antara lain adalah:

Kubro Siswo
Badui
Dayakan
Jathilan

Tokoh Utama yang Berkaitan[sunting | sunting sumber]


Kurniawan Dwi Yulianto salah satu pemain sepak bola Nasional yang pernah berkarir
sampai ke Itali dan Swiss, dilahirkan di sebuah desa bernama Kalinegoro Kecamatan
Mertoyudan.
Rastiawan salah satu pemain sepak bola Nasional yang berkarir di PSCS Cilacap,
dilahirkan di sebuah dusun bernama Janan Kecamatan Borobudur

Gunung Sumbing
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Untuk kegunaan lain dari Sumbing, lihat Sumbing (disambiguasi).

Gunung Sumbing

Ketinggian 3.371 meter (11,060 kaki)[1]

Daftar Ribu
Lokasi

Lokasi Jawa Tengah, Indonesia

Koordinat 7°23′02″LS 110°04′12″BT7,384°LS


110,07°BT

Geologi

Jenis Stratovolcano

Letusan terakhir 1730 (?)

Gunung Sumbing adalah sebuah gunung yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Tegak setinggi
3.371 meter, gunung ini terletak di tiga kabupaten yakni Kabupaten Magelang, Temanggung dan
Wonosobo.
Gunung Sumbing mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan
Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Sebagian besar wilayah di gunung ini telah
digunakan untuk lahan pertanian. Di puncaknya gunung ini mempunyai kawah yang masih aktif.

G. Sumbing, lk. 1928

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Daftar gunung di Indonesia
Hutan pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup di gunung maupun yang tinggal di
bawahnya.
Bagi masyarakat pegunungan, hutan yang ada di sekitarnya merupakan sumber kehidupan. Dari hutan
pegunungan, mereka memanfaatkan hidupan liar sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan
bangunan dsb. Pemanfaatan SDA oleh masyarakat pegunungan akan semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya populasi mereka, sehingga kelestarian hutan pegunungan menjadi terancam.
Di lain pihak, masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan pegunungan yang lestari
sebagai daerah tangkapan air, serta untuk kepentingan seperti pendidikan, estetika dan lain-lain.
Dengan milis ini diharapkan munculnya permasalahan-permasalahan pegunungan disertai dengan
diskusi yang konstruktif, sehingga dapat disusun sebuah kerangka kerja untuk menyeimbangkan antara
pemenuhan kebutuhan masyarakat pegunungan dan masyarakat yang tinggal di bawahnya.
Bahan diskusi adalah segala hal yang berkaitan dengan pegunungan.

Anda mungkin juga menyukai