SKRIPSI
Disusun Oleh:
Setyo Ajie Darmawan
165120501111048
ii
KATA PENGANTAR
DI “PinterPolitik.com”
setelah menempuh studi strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya. Skripsi ini disadari penulis jauh dari kata sempurna. Pada
2. Kedua orang tua serta adik dan kakak saya beserta keluarga besar yang telah
materil;
3. Ibu Juwita Hayyuning Prastiwi, S.IP., M.IP. selaku dosen pembimbing I dan
Bapak Amin Heri Susanto, Lc., MA., Ph.D selaku dosen pembimbing II yang
skripsi ini.
perkuliahan;
5. Seluruh guru yang telah mengajar dan mendidik penulis sampai saat ini;
iii
6. Seluruh informan dan instansi terkait yang telah membantu memberikan
8. Teman-teman prodi Ilmu politik FISIP UB yang telah berjuang bersama dan
Semoga semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
menjadikan pengalaman untuk penulis agar dapat menjadi lebih baik lagi.
NIM. 165120501111048
iv
ABSTRAK
Penelitian ini akan menjabarkan bagaimana literasi politik serta media yang
dipraktikkan oleh PinterPolitik.com saat Pemilu 2019 berlangsung. Penelitian ini
ditinjau menggunakan teori ekologi media. Metode yang dipakai oleh peneliti
adalah kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun data temuan tersebut diuji keabsahannya
menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik agar menghasilkan penelitian
yang lebih akurat.
v
ABSTRACT
This study will describe how political and media literacy was practiced by
PinterPolitik.com during the 2019 Election. This research was reviewed using
media ecology theory. The method used by the researcher is descriptive qualitative
with data collection through observation, interviews, and documentation. The data
of the findings were tested for validity using source triangulation techniques and
techniques in order to produce more accurate research.
The emergence of PinterPolitik as a new media has become a turning point for
media digitization in Indonesia, especially in the field of political literacy. With the
increasing number of new voters and sensitivity to politics, PinterPolitik has
become a means for the public to know more about the ins and outs of news related
to politics because of its position as an independent media.
The findings in the study show that PinterPolitik provides support for media
literacy, especially political literacy as a support component of the practice
component of a democratic society. Through the method of providing information
to the audience that is adapted to the form of digital media, PinterPolitik has
succeeded in obtaining potential engagement to fulfill digital political participation
(cyberpolitics). The characteristics of PinterPolitik's audience as digital natives
who are internet literate also provide a new form of political discourse in the digital
landscape, which can be seen from the use of infographics, comment fields, and the
distribution of posts.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ...........................................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................... 10
1
3.3 Lokasi dan Objek Penelitian ............................................................................ 41
3.4 Sasaran Penelitian ............................................................................................ 41
3.5 Sumber dan Jenis Data ..................................................................................... 41
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 44
3.7 Teknik Penentuan Informan ............................................................................. 47
3.8 Teknik Analisis Data........................................................................................ 48
2
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN........................................................................................................ 117
Daftar Bagan ........................................................................................................ 117
Daftar Gambar ..................................................................................................... 117
3
BAB I
PENDAHULUAN
mendapatkan perhatian yang lebih terutama sejak berlangsungnya reformasi pada tahun
1998 yang telah mengubah tatakelola kekuasaan dari model demokrasi sentralistik ke
argumentasi kajian ini dapat dirumuskan, bahwa untuk memperteguh demokrasi maka
syarat para pemilih (voters) yang cerdas, kritis, rasional dan bertanggungjawab dengan
pengetahuan dan pemahaman tentang proses politik dan isu-isu politik, suatu
pengetahuan dan pemahaman yang memungkinkan setiap warga negara dapat secara
Pengetahuan dan pemahaman ini oleh Cassel dan Lo, sebagaimana disebut sebagai
political expertise dan political awareness, yang intinya merujuk pada maksud
1
Agus Sutisna, “Peningkatan Literasi Politik Pemilih Pemula Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017, hal. 259.
2
Denver, David, and Gordon Hands (1990). Does studying politics make a difference? The political
knowledge, attitudes, and perceptions of school students. British Journal of Political Science 20: 263–
288.
4
sejauhmana seorang individu warga negara memberi perhatian dan memahami isu-isu
politik.3 Rumusan yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Bernard Crick, yang
diambil dari kehidupan sehari-hari, dan bahasa merupakan upaya memahami seputar
mempengaruhi diri sendiri dan orang lain.4 Ringkasnya, literasi politik pada dasarnya
dan sikap (afeksi). Sementara itu, dalam frasa yang simpel dan assertif, Westholm dkk
menyatakan bahwa literasi politik pada dasarnya adalah kompetensi warga negara,
suatu kompetensi yang dibentuk agar seorang warga negara siap menjalankan perannya
kegiatan politik, tidak jarang menyebabkan masyarakat apatis terhadap berbagai proses
sehari-hari dan bahasa, merupakan upaya memahami seputar isu politik, keyakinan para
kontestan, bagaimana kecenderungan mereka memengaruhi diri sendiri dan orang lain.
Dengan kata lain, literasi politik merupakan senyawa dari pengetahuan, keterampilan,
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, studi yang dilakukan oleh
peneliti dari East Carolina University menunjukkan bahwa pemilih muda terdepan
3
Cassel, C. A., & Lo, C. C., 1997. “Theories of Political Literacy” dalam jurnal Political Behavior,
Volume 19, Nomor 4 Tahun 1997.
4
Crick, Bernard, 2000. Essays on Citizenship, London : Bloomsbury Publishing.
5
Westholm, Anders, Arne Lindquist, and Richard G. Niemi (1990). Education and the making of the
informed citizen: Political literacy and the outside world. In Orit Ichilov (ed.), Political Socialization,
Citizenship Education, and Democracy. New York: Teachers' College.
6
Bakti, Andi Faisal, dkk. 2012. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi.
5
dalam hal menggunakan media baru untuk mengakses informasi. Generasi muda juga
berada di garis depan pemilihan media baru dan berpartisipasi dalam kegiatan politik
Lalu, apa yang dimaksud dengan new media atau media baru? Media baru
merupakan istilah yang digunakan untuk kemunculan digital, komputer, atau jaringan
informasi di akhir abad ke-20. Menurut Creeber dan Martin dalam bukunya
Understanding New Media, new media atau media baru didefinisikan sebagai produk
dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer
digital. Dengan kata lain, new media atau media baru merupakan media yang
berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik.8 Beberapa
contoh produk dari media baru antara lain internet, website, e-mail,televisi kabel digital,
dan DVD.
Karakteristik new media atau media baru tersebut dapat diterapkan dalam
jurnalisme online. Saat ini, keberadaan portal berita sudah semakin menjamur. Tentu,
saat mengakses informasi dari portal berita tersebut, kita akan tergugah untuk
membagikan berita yang kita baca ke orang lain. Dengan kemudahan mengakses laman
internet di smartphone, kita juga dapat dengan mudah menuangkan pikiran kita atau
Adapun karakteristik digital dari media baru yang dapat kita gunakan dalam
jurnalisme online adalah kemudahan membagikan gambar atau video. Gambar ataupun
7
Baumgartner, Jody C dan Jonathan S. Morris. 2009. MyFaceTube Politics: Social Networking Web
Sites and Political Engagement of Young Adults, p. 24-44.
8
Creeber, G. & Martin, R (ed.). (2009), Digital Cultures: Understanding New Media, Berkshire-
England: Open University Press.
6
video seringkali digunakan untuk bukti-bukti dari sebuah kejadian. Dengan gambar dan
video tersebut, kita bisa membagikan informasi yang lebih akurat melalui media social
Oleh karenanya, keberadaan new media atau media baru saat ini praktis
membuat individu dapat lebih mudah mendapatkan informasi. Namun perlu diingat,
penggunaan media baru harus diimbangi dengan literasi media yang cukup agar kita
bisa memilah dan memilih informasi yang benar dari sekian banyaknya informasi yang
beredar. Literasi media sendiri sangat penting perannya karena literasi media adalah
sebuah kemampuan untuk mengakses media yang merujuk pada pemilihan konten yang
akan dikonsumsi, dan sebagai alat ukur kredibilitas konten media yang ada.
Indonesia dalam mengakses internet serta mencari informasi atau wawasan, muncul
berbagai macam media massa yang memanfaatkan media baru sebagai “senjata” utama
dalam menawarkan konten yang dimilikinya. Salah satu media tersebut adalah
didirikan oleh Wim Tangkilisan pada tahun 2016. Sebagai media yang terbilang cukup
bahwa mereka hadir sebagai media yang ingin menggebrak dunia jurnalisme Indonesia
khususnya pada bidang politik dengan penyampaian berita yang disertai dengan
infografis serta gaya yang berbeda dengan portal berita lain. Seiring dengan motto yang
diusung mereka yaitu, “PinterPolitik hadir untuk memperjelas berita politik yang terjadi
membongkar politik dibalik politik dengan ulasan yang tajam, berani memihak atau
beroposisi, dengan penyuguhan yang lengkap dan terpercaya. PinterPolitik hadir bagi
7
siapa saja yang tertarik untuk memahami apa yang tersembunyi di setiap peristiwa
politik di Indonesia. Berani menerima informasi yang dibentuk dengan sudut pandang
kritis dan tidak mainstream, sehingga pembaca mendapatkan wawasan politik yang
Selain media massa yang menjadi objek penelitian ini, turut berlangsung pesta
demokrasi rakyat Indonesia dalam acara Pemilihan Umum Indonesia 2019, sebuah
acara yang kali ini bersifat serentak bertujuan untuk menentukan arah pemerintahan
bangsa untuk 5 tahun ke depan. Pemilihan Umum 2019 ini juga dianggap bersejarah
diadakan berbarengan. Hal ini disebabkan karena pada saat itu pemilu serentak
pemilu, meminimalisir politik biaya tinggi bagi peserta pemilu serta politik uang yang
merampingkan skema kerja pemerintah.10 Terlepas dari hasil akhir acara tersebut, jika
dilihat dari sisi komunikasi politik, dengan adanya acara Pemilu ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan penelitian sejauh apa sebuah media massa dapat mempengaruhi
pembacanya dalam pengambilan keputusan saat dituntut untuk memilih seorang calon,
ditambah dengan adanya beberapa hal yang menjadi musuh demokrasi seperti berita
palsu/hoax serta 2 figur calon yang mempunyai basis pendukung yang sangat kuat,
menjadikan sebuah media massa yang berbasis politik semestinya menjadi sebuah
acuan masyarakat dalam menentukan sikap dan menjalankan haknya sebagai warga
negara.
9
<https://www.pinterpolitik.com/profile> [Accesed 17 Agustus 2020].
10
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14 / PUU-11/2013 tentang pemilu serentak.
8
Seraya dengan pemaparan diatas yang melatarbelakangi penelitian ini, maka
penulis memutuskan untuk mengkaji serta meneliti bagaimana dampak yang dihasilkan
aspek literasi politik, serta literasi media terhadap konten yang disajikan, apakah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis telah merumuskan permasalahan
yang akan diteliti selanjutnya yaitu: Bagaimana literasi politik serta media yang
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dalam menyalurkan kajian literasi politik serta optimalisasi fungsi media social dalam
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan serta referensi yang berguna dalam kaidah
9
1.4.2 Manfaat Praktis
Komunikasi Politik yang merupakan Mata Kuliah penting bagi mahasiswa Ilmu
Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang.
media utama.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori media baru merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang
perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama yaitu
interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai
sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan
manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam
dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif
New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi
yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital. 11 Definisi
lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai
elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media
dijadikan satu.12 New Media merupakan media yang menggunakan internet, media
berfungsi secara privat maupun secara public.13 Definisi lain mengemukakan, media
baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan
11
Creeber, G. & Martin, R (ed.). (2009), Digital Cultures: Understanding New Media, Berkshire-
England: Open University Press.
12
Lievrouw, L., and Livingstone, S. (2006) Handbook of New Media: Social Shaping and Social
Consequences.
13
Mondry. 2008. Teori dan praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.
11
zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi
otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah
metode yang complex dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok
dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media karena
media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu
Menurut Lister et. al., new media atau media baru membawakan hal yang belum
1. New textual experiences atau pengalaman teks baru: berbagai macam bentuk,
hiburan, kesenangan, dan pola dari media konsumsi dengan genre dan teks yang
2. New ways of representing the world atau cara baru merepresentasi dunia: media,
yang mana mulai sulit untuk dibedakan antara non-media, yang menawarkan
3. New relationships between subjects and media technology atau hubungan yang
baru antara subjek dan teknologi media: perubahan dalam penggunaan dan
14
Lister et al. 2009. New Media: A Critical Introduction, Second Ed. Routledge: New York.
12
ruang, dan tempat (dalam jenis lokal maupun global) yang mempunyai
artifisial, alam dan teknologi, tubuh dan prostesis, yang nyata dan yang virtual.
regulasi.
Lister mengajukan enam karakteristik yang dimiliki oleh new media, antara lain:
1. Digital
Dalam proses media digital, properti yang bersifat fisik seperti input data,
cahaya, dan suara, tidak dikonversikan menjadi bentuk objek lain tetapi angka.
Oleh karena itu, proses media terjadi di dalam ranah simbolik matematis alih-
alih fisika atau kimia, seperti media lama yang menggunakan CD atau kaset.
Akibatnya: teks media menjadi dematerial, terlepas dari bentuk fisik seperti teks
koran, fotografi film, buku, dan sebagainya; data dapat dikompres dalam ruang
yang begitu kecil; dapat diakses dengan kecepatan tinggi dengan cara-cara
13
2. Interaktivitas
mengentervensi dan mengubah citra dan teks yang dapat diakses oleh mereka,
sehingga audiens dari new media menjadi user atau pengguna alih-alih viewer.
seperti hiperteks. Dalam konteks politik, individu dapat dibaca ideologinya, dari
3. Hipertekstualitas
4. Jejaring
Dalam new media, jejaring atau networked menandakan bentuk konsumsi yang
baru. Media tidak hanya didapatkan dari arus utama saja, namun dari arus
samping yang tidak terkontrol oleh badan pengawas media. Akibatnya, banyak
Pengguna tidak hanya dapat mengonsumsi media secara pasif, namun juga
14
5. Virtual
Virtual dalam New Media menandakan bentuk ruang yang baru, sebuah ruang
yang sebenarnya bukan ruang fisik realita tetapi ruang-ruang baru yang
diciptakan oleh individu yang mengalami ruang tersebut dan aparatus yang
membentuknya. Hal tersebut membuat suatu budaya baru, yakni budaya virtual
yang terdiri dari jejaring yang termanifes oleh interaksi pengguna media baru.
6. Simulasi
bersifat sintetik, artifisial, dan fabrikasi, namun simulasi bukan ‘kesalahan’ atau
‘ilusi’. Proses yang sintetik, fabrikasi, artifisial ini memproduksi objek nyata
sebagai sesuatu yang buatan, namun tentu saja bentuk representasi ini tetap
Internet dianggap sebagai awal dimulainya era new media diungkapkan oleh
Owen (2008:1),” The new media environment and the rise of the Internet have had
the new media era, President Bill Clinton and George Bush have established an online
New media yang dimaksud adalah situs resmi Gedung Putih yang dapat
terwujud karena hadirnya Internet. Bidang politik merupakan bidang yang butuh
publisitas sehingga Internet merupakan media yang banyak digunakan dalam hal
15
promosi dari seorang tokoh politik ataupun partai politik. Media Internet pada
umumnya digunakan untuk publisitas politik secara paralel dengan media tradisional
atau konvensional. Tokoh politik atau partai politik akan memanfaatkan semua media
yang dianggap potensial dalam meningkatkan popularitas tokoh ataupun partai politik
tersebut. Penggunaan media oleh tokoh politik dan partai politik dikenal dengan istilah
dan partai politik guna mendapat dukungan pada saat pemilihan umum atau juga di luar
pemilihan umum.15
partai politik tersebut “melek internet” dimana mereka berusaha menjaring pendukung,
simpatisan, teman yang berasal dari kalangan masyarakat yang sering menggunakan
Internet. New media Internet yang paling sering digunakan oleh tokoh politik baik di
Indonesia maupun di luar negeri adalah situs jejaring sosial. Situs yang paling populer
adalah Facebook dan Twitter, selain itu juga ada MySpace yang populer di Amerika
berkontribusi pada sebuah transfer kekuatan umum dari pemerintahan dan elite-elite
Penggunaan Media Sosial yang memungkinkan warga untuk terlibat dalam debat
demonstrasi rakyat. Media baru kemudian membuat masyarakat lebih mudah mendapat
15
Riaz, Saqib. 2010. Effects of New Media Technologies on Political Communication.Journal of Political
Studies, Vol.1 Iss. hlm 2.
16
informasi dari pemerintah dengan adanya website-website yang di sediakan oleh
pemerintah. Namun tetap ada kritik terhadap munculnya media baru dalam
Penggunaaan media baru dalam politik sudah sangat familiar dalam beberapa
literatur Media sosial sebagai media baru dalam konteks politik menurut Saez-Martin
merupakan model partisipasi warna negara melalui alat komunikasi media sosial
semakin nampak dalam beberapa tahun terakhir, opini masyarakat yang disampaikan
melalui platform media sosial seringkali mempunyai pengaruh yang besar, sehingga
alat komunikasi sosial saat ini sangat penting untuk digunakan untuk banyak aktor
politik.16 Hal ini menunjukkan bagaimana media sosial sebagai media baru dalam
proses politik dan pemerintahan sangat besar perannya dalam mempengaruhi persepsi
politik masyarakat sehingga media sosial semakin menarik perhatian para aktor politik
untuk menggunakan platfrom tersebut. Media baru dipandang telah mengubah proses
aktivitas kampanye menggunakan internet. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat Tim
dan media sosial seperti Facebook dan Myspace untuk membangun relasi-relasi
terutama dengan para pendukung dan calon pendukung yang berusia antara 18-29, juga
16
Sáez-Martín, A., Haro-de-Rosario, A., & Caba-Perez, C. (2014). A vision of social media in the Spanish
smartest cities. Transforming Government: People, Process, and Policy, 8(4), 521–544.
17
mybarackobama.com para simpatisan juga mengirim update-update tentang peristiwa
mendengarkan semua isu-isu dan topik yang diperbincangkan oleh warga disuatu
daerah dengan menggunakan sosial media Twitter, dan mengidentifikasi masalah yang
ada di masyarakat kemudian data diolah dan dianalisis selanjutnya diberikan solusi
yang berupa kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 18 Hal tersebut
menunjukkan bahwa media sosial sebagai media baru dalam proses komunikasi politik
dan pemerintahan bukan digunakan semata-sama untuk kepentingan aktor politik untuk
mendapat konstituennya namun media sosial juga dapat dijadikan sebagai alat untuk
Menurut Kamus Besar Besar Indonesia (KBBI) disrupsi mempunyai arti hal tercabut
dari akarnya.19 Bisa diartikan bahwasanya disrupsi adalah sedang terjadi perubahan
fundamental atau mendasar. Dapat juga diartikan perubahan teknologi yang menyasar
sebuah celah kehidupan manusia. Revolusi digital dan era disrupsi merupakan istilah
17
Heywood, A. (2014). POLITIK Edisi ke 4 (4th ed.). Yogjakarta: Pustaka Belajar.
18
Charalabidis, Y., N. Loukis, E., Androutsopoulou, A., Karkaletsis, V., & Triantafillou, A. (2014).
Passive crowdsourcing in government using social media. Transforming Government: People,
Process and Policy, 8(2), 283–308.
19
<https://www.kbbi.web.id/disrupsi.> [Accesed 28 Juni 2020]
18
lain dari industri 4.0. Terjadinya revolusi digital disebabkan perkembangan komputer
dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Menurut Profesor Klaus Schwab, ekonom
terkenal dunia asal Jerman, pendiri dan ketua eksekutif World Economic Forum (WEF)
yang mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. dalam bukunya yang berjudul “The
mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. Revolusi industri generasi ke
4 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi
baru yang mengintegrasikandunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua
Disrupsi tidak hanya hanya sekadar perubahan, tetapi perubahan besar yang
akan mengubah tatanan. Ada dua karakteristik penting dari disrupsi, pertama perubahan
itu sangat mendasar terkait dengan model bisnis. Kedua, disrupsi selalu bermula pada
pasar bawah (low-end) dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah. Disrupsi juga
terjadi pada dunia media dengan kehadiran media online. Seperti diprediksikan oleh
teori disrupsi, media online pada awalnya mengambil pasar bawah (low-end) dengan
menawarkan kecepatan dan akses gratis untuk membaca media. Kualitas tidak menjadi
perhatian utama. Karena kualitasnya yang buruk kehadiran media online pada awalnya
tidak mendapat perhatian dari media konvensional yang percaya bahwa publik masih
memilih media konvensional. Media online tidak dianggap sebagai pesaing, dan pada
titik ini proses disrupsi dimulai. Ketika media online telah punya pijakan kuat, mereka
sedikit demi sedikit akan memperbaiki kualitas, dan seperti prediksi teori disrupsi, akan
20
Schwab,Klaus. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Crown Business Press.
19
konvensional.Disrupsi digital membawa konsekuensi pada acara dan pendekatan baru.
2.1.2 Cyberdemocracy
Pesatnya perkembangan teknologi media baru telah menciptakan ruang publik baru
dalam bentuk digital, atau yang dikenal dengan istilah cyberspace. Di tengah proses
demokrasi yang berlangsung hingga hari ini, cyberspace telah memperluas jangkauan
serta memperluas demokrasi dalam ruang sosialnya sendiri maupun dalam masyarakat
Internet yang semula hanya dianggap sebagai medium pengantar pesan, menjadi
menyampaikan gagasan. Internet terlihat sebagai ruang demokrasi yang ideal di mana
setiap orang dapat berkomunikasi dan berpartisipasi secara bebas dalam forum sosial.
Hal tersebut karena internet memiliki sifat yang dapat diakses dan partisipatif. Melalui
21
Eriyanto, Eriyanto. 2018. “Disrupsi”. Vol 7, No 1 (2018): Maret
<http://journal.ui.ac.id/index.php/jkmi/article/viewFile/9945/67546121>, [accesed 29 Juni 2020].
22
Hartley, J. 2012. Communication, cultural and media studies: The key concepts. Routledge.
23
Frizki Yuliansyah, “Hilangnya Legitimasi Kepakaran di Era Cyberdemocracy”
<http://pmb.lipi.go.id/hilangnya-legitimasi-kepakaran-di-era-cyberdemocracy/>, [accesed 23 Juni
2020.
20
pendapatnya di ruang publik digital ini (cyberspace). Landasan ideal yang dibangun di
atas pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi itu segaris dengan prinsip-
kesetaraan hak dan kewajiban warga negara (terutama hak atas informasi). Diharapkan
juga kehadiran teknologi informasi dan komunikasi yang sudah serba terkoneksi
internet saat ini mampu memotong proses birokrasi yang rumit sehingga negara
semakin mampu terakses publik. Maka, cyberdemocracy bisa dipahami sebagai inovasi
akses dan pertukaran informasi yang bebas. Media baru, dengan karakteristiknya yang
mudah diakses dan partisipatif, menjadikannya sebuah ruang demokrasi yang ideal di
mana orang dapat berkomunikasi secara bebas dan berpartisipasi dalam forum yang
adopsi teknologi Internet dan mendorong terjadinya etos pertukaran bebas informasi,
yang akan memudahkan orang untuk mengakses informasi, dan mendorong terjadinya
demokratisasi.
pengguna juga tidak dijamin untuk lebih aktif secara politik ketimbang menggunakan
secara online, mampu memberikan dampak pada berputarnya roda politik, dan memberi
24
Slamet, dkk.2009.E-Demokrasi di Indonesia, Antara Peluang dan Hambatan, Pendekatan
Fenomenologis.Seminar Nasional UPN Veteran Yogyakarta 23 Mei 2009.
21
ruang politik yang luas, tetap saja internet masih layak disebut public space daripada
public sphere. Bedanya, dalam public space tidak dibutuhkan argumentasi rasional
demi menunjang demokrasi. Public space berarti siapa saja boleh menggunakannya
untuk kepentingan sosial yang luas, tidak terbatas pada persoalan politik belaka.25
Meminjam ide Henri Lefebvre, sebagai public space, internet berisikan berbagai obyek
material, termasuk jaringan dan “ranah” untuk bertukar informasi yang luas, menyatu
(sebutan pada khalayak pengguna media social) pada ruang publik digital. Warganet
maupun politisi yang tidak disukainya. Partisipasi publik pada internet semakin
Indonesia bukan hanya diwarnai dengan kontestasi praktik politik yang dimainkan oleh
elit saja, persaingan opini antar warganet di internet pun menjadi sorotan memenuhi
sebuahinovasi dari sistem demokrasi yang sudah ada, dan sesuai dengan kebutuhan
zaman. Kondisi zaman yang sudah serba digital menjadikan partisipasi virtual tak bisa
dihindari.
25
Papacharissi, Zizi, 2002. The Virtual Sphere: The Internet As A Public Sphere.
26
Lefebvre, Henri, 1991. Production of space. Oxford, OX, UK ; Cambridge, Mass., USA : Blackwell.
22
2.2 Tinjauan Konseptual
Literasi politik adalah pemahaman praktis tentang konsep-konsep yang diambil dari
kehidupan sehari-hari dan bahasa, merupakan upaya memahami seputar isu politik,
pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai politik.27 Muatan pokok literasi politik
adalah:
a. Partisipasi politik Partisipasi politik warga menurut Bakti dapat dibedakan atas
beberapa kategori:
1. Dilihat dari kegiatannya, partisipasi politik aktif dan pasif. Dikatakan aktif
Apatis artinya tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap kegiatan politik
3. Partisipasi dibedakan atas jumlah, ada yang bersifat kolektif dan lainnya
individual.
27
Bakti, Andi Faisal, dkk. 2012. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi.
23
4. Dilihat dari tinggi rendahnya partisipasi dapat dibedakan menjadi partisipasi
aktif; partisipasi apatis (ada kepercayaan kepada politik namun kurang percaya
pada system yang ada); partisipasi militan radikal (kepercayaan kepada politik
(kesadaran politik rendah, tetapi percaya kepada system politik sangat tinggi).
pembagian dan alokasi merupakan hal pokok yang harus dipahami oleh warga
untuk berpartisipasi aktif dalam politik. Pendekatan mengenai literasi politik warga
dibutuhkan untuk mengetahui secara jelas informasi tentang partai politik dan
proses publikasi. Ada baiknya jika media membuat asosiasi yang kuat untuk
janji kampanye sehingga dikemudian hari masih ada bukti otentik tentang
24
4. Mengevaluasi produk dari proses akhir politik, terkait dengan evaluasi
mengaplikasikannya; dan
5. Mampu ikut serta dalam dialog-dialog dengan orang lain tentang isu-isu politik.
Kemampuan literasi politik yang baik juga akan turut berperan dalam penerapan
system checks and balances dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat
pemerintah dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Indonesia.
Media Literacy atau literasi media dalam Bahasa Indonesia sering dipadankan dengan
istilah ‘Melek Media.’ James Potter dalam bukunya “Media Literacy” mengatakan
25
bahwa literasi media adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif, ketika
individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan
oleh media.28 David Buckingham dalam laporannya untuk Ofcom, sebuah lembaga
untuk menentukan konten media yang sesuai dengan kebutuhannya dan menghindar
dari konten media yang tidak dibutuhkan. Sementara kemampuan memahami mengacu
pada apa yang dilakukan oleh khalayak ketika menemukan informasi dan kemampuan
media;
isi media.
28
Potter, W.J.(2005). Media Literacy. Upper Sadler River, New Jersey: Prentice Hall.
29
Rianto, P. (2013). Epilog: Menimbang Kontribusi Literasi Media bagi Penguatan Demokrasi. In I.
Poerwaningtias, P. Rianto, M. Ni’am, W. M. Adiputra, D. Marganingtyas, E. Mirasari, & A. N. Misbah
(Ed.), Model-Model Gerakan Literasi Media dan Pemantauan Media di Indonesia (hlm. 193–206).
Yogyakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer.
26
Dari definisi-definisi yang dipaparkan di atas, kesemuanya merujuk pada hal
yang sama, yakni literasi media berusaha memberikan kesadaran kritis bagi khalayak
ketika berhadapan dengan media. Kesadaran kritis ini menjadi kata kunci bagi gerakan
literasi media. Literasi media sendiri bertujuan terutama untuk memberikan kesadaran
kritis terhadap khalayak sehingga lebih berdaya di hadapan media. Oleh karena itu,
diskusi, pilihan kritis, dan aksi social.30Kesadaran kritis ini memberikan manfaat bagi
mempelajari kebudayaan,
30
Silverblatt, A. (1995). Media Literacy: Keys to Interpreting Media Messages. London: Praeger.
27
2.2.3 Teori Ekologi Media
Teori ini ditemukan oleh Marshall McLuhan seorang pakar komunikasi yang
masyarakat secara radikal, dimana hal tersebut membuat masyarakat sangat bergantung
pada teknologi yang menggunakan media, bahkan masyarakat pun memiliki pandangan
tersendiri akan ketertiban sosial suatu masyarakat yang hanya didasarkan pada
Turner31, terdapat tiga asumsi utama teori ekologi media menurut pandangan McLuhan
sebagai berikut :
1. Era Tribal, era dimana tradisi lisan dianut dan pendengaran merupakan indra
yang sangat penting. Di era ini telinga merupakan pusat dari budaya masyarakat
dan bahwa dengan mendengar saja masyarakat pada era ini menjadi lebih
2. Era Terpelajar, era dimana komunikasi tertulis berkembang pesat dan mata
menjadi indra yang dominan, dan era ini ditandai dengan adanya sebuah
pengenalan akan abjad. Di era ini komunikasi tatap muka tidak lagi di lakukan
31
Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi: Buku 2, (Jakarta:Salemba
Humaika, 2008), hlm 137.
28
secara lansung, karena di era ini tulisan sudah mewakili dari setiap aktivitas
individualistis.
tercetak dan penglihatan merupakan indra yang dominan. Di era ini ditandai
dengan adanya media cetak, dimana media cetak ini salah satu sarana dalam
4. Era Elektronik, era dimana media elektronik melingkupi semua indra kita, dan
Dalam perspektif McLuhan, media tidak dilihat dalam konsep yang sempit, seperti
surat kabar / majalah, radio, televisi, film atau internet. Dalam konsep yang luas,
McLuhan melihat media sebagai apa saja yang digunakan oleh manusia, termasuk jam
29
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami tujuan dan gambaran penelitian ini,
MEDIA BARU
MUNCULNYA PinterPolitik.com
PRAKTIK
PERAN
Melibatkan masyarakat pengguna
Sebagai media baru menciptakan sebuah terhadap konten yang disajikan
ekosistem ruang publik digital
Pemanfaatan teknologi guna
Sebagai media politik fokus konten yang memudahkan akses terhadap
disajikan adalah literasi politik penggunanya
2019 berlangsung
30
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang media baru politik telah banyak dilakukan oleh para peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh Firman Hadi, Program Studi Jurnalistik, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada
tahun 2019. Penelitian ini membahas mengenai Channel Youtube Asumsi yang hadir
dengan keunikannya dimana pada penelitian ini menekankan literasi politik dengan
literasi politik dengan kemasan yang ringan dan mudah dipahami oleh siapapun
terutama membidik kaum millennial yang dilansir kurang tertarik dengan pembahasan
politik.
Firman Hadi menyimpulkan bahwa konten yang dibawakan oleh Asumsi pada
channel YouTube mereka menggunakan cara dan strategi yang dapat meliterasi
YouTube. Usaha yang dilakukan oleh Asumsi dalam meliterasi Millenial menggunakan
media YouTube sudah sangat tepat, dengan memanfaatkan gerakan media digital dan
Metode dan teori yang digunakan Fiman Hadi adalah dengan menggunakan
menggunakan teori literasi politik Bernard Crick dalam buku Prof. Andi Faisal Bakti,
31
dkk, literasi politik dan konsolidasi demokrasi dalam teori ini menjelaskan bagaimana
Penelitian ini dilakukan oleh Wiji Agustin Sasmita, Program Studi Ilmu
Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya pada tahun 2019. Penelitian ini membahas media online dalam menghasilkan
penelitian ini strategi redaksi dianggap penting dalam penyajian berita di media online.
Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, bagaimana strategi redaksi
penyajian beritanya sudah cukup baik dengan pendekatan ke generasi milenial dan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik juga. Wiji Agustin Sasmita juga
Metode dan teori yang digunakan Wiji Agustin Sasmita adalah menggunakan
metode deskriptif kualitatif dan untuk teoritis menggunakan teori ekologi media dari
McLuhan dalam teori ini yang menyatakan bahwa media memperbaiki persepsi dan
32
masyarakat agar dapat memperbaiki persepsi atau tindakan yang salah menuju yang
benar.
Penelitian ini dilakukan oleh Afindiary Novalinda Vianny, Program Studi Ilmu
Surakarta pada tahun 2017. Penelitian ini membahas Salah satu media yang dianggap
salah satunya twitter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media
variabel tingkat partisipasi politik remaja sebesar 12,8% sedangkan 87,2% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain dan mengemukakan pengaruh internet dan khususnya
Twitter sebagai media baru dalam bidang politik. Metode dan teori yang digunakan
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kepada sampel yang ditentukan dan
Indonesia
33
Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh Salvatore Simarmata selaku dosen dari
Universitas Atma Jaya pada tahun 2014. Karya ilmiah ini membahas kekuatan
transformative dari platform media baru yang membentuk pola komunikasi baru pada
memungkinkan.
politik yang selama ini cenderung top-down, menjadi bottom up dan decentralized.
Pemerintah juga dapat makin membuka ruang bagi masyarakat lewat program e-
pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Metode dan teori yang
Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh Salim Alatas selaku dosen dari Surya
University, Program Studi Digital Komunikasi pada tahun 2014. Karya tulis ini
membahas Media baru yang dirancang untuk meningkatkan jangkauan, kecepatan dan
meningkatkanmutu demokrasi, media baru pernah memiliki peran besar dalam usaha
para aktivis pro-demokrasi dan golongan kelas menengah untuk menjatuhkan rezim
Soeharto. Kini, seiring dengan kehadiran sosial media, seperti Facebook dan Twitter,
partisipasi politik masyarakat khususnya kaum muda melalui internet meningkat pesat.
34
Salim Alatas menyimpulkan bahwa partisipasi politik masyarakat seiring dengan
kualitas demokrasi menjadi lebih baik atau menurun. Metode dan teori yang digunakan
Dalam subbab ini penulis akan mengkomparasikan penelitan terdahulu yang sudah
Konten Literasi Politik Pada Pemilu Tahun 2019 di Pinterpolitik.com” untuk melihat
celah dari penelitian yang sudah ada, penelitian yang telah penulis paparkan
sebelumnya memiliki beberapa variabel yang sama yakni; Media baru dan literasi
Yang pertama, pada penelitian Firman Hadi yang berjudul “Analisis Kajian
Literasi Politik pada Channel Youtube Asumsi” yang hanya mengkaji literasi politik
pada media asumsi dan penelitian ini hanya terbatas pada media Youtube yang
digunakan oleh asumsi tanpa melihat platform media baru lainnya. Lalu, yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah objek yang diteliti yaitu
Pinterpolitik sebagai media massa yang penulis teliti dan fokus objek penelitian yang
berbeda juga.
Redaksi Tirto.id Dalam Penyajian Berita di Media Online” yang membahas Tirto.id
sebagai media yang mengoptimalkan media baru di Indonesia. Lalu, yang membedakan
35
penelitian ini dengan penulis adalah adalah pada penelitian yang dilakukan Wiji
Agustin tidak menganalisa penggunaan media baru sebagai literasi politik serta objek
yang diteliti yaitu Pinterpolitik sebagai media massa yang penulis teliti dan fokus objek
dan Partisipasi Politik (Pengaruh Twitter Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Remaja
dalam Pilkada Serentak” yang membahas pemanfaatan media sosial twitter sebagai
media baru untuk mempengaruhi partisipasi politik. Lalu, yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian penulis adalah metode penulisan yang digunakan adalah jenis
kuantitatif serta objek yang diteliti dan fokus objek penelitian yang berbeda juga.
membahas bahwa media baru mengubah komunikasi politik yang selama ini cenderung
top-down, menjadi bottom up dan decentralized. Lalu, yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah secara teoritis penulisan ini menggunakan komunikasi
politik sebagai alat kerja dari media baru serta fokus objek penelitiannya, di mana
komunikasi politik di Indonesia, seiring dengan terciptanya ruang public baru atau
cyberspace.
Terakhir, pada penelitian Salim Alatas yang berjudul “Media Baru, Partisipasi
Politik dan Kualitas Demokrasi” yang membahas Media baru yang dirancang untuk
36
membedakan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah fokus objek penelitiannya,
di mana penelitian yang dilakukan oleh Salim Alatas berfokus untuk mencari tahu
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalalm Bab III ini, peneliti akan menejelaskan mengenai metode penelitian yang
meliputi jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumplan
data selama proses penelitian, teknik analisis data penelitian yang diperoleh selama
masa penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam menyajikan data
Jenis data dalam penelitian ini terbagi dalam jenis data primer yang diperoleh
peneliti dari wawancara mendalam dengan narasumber yang dianggap kredibel dalam
menjawab pertanyaan penelitian serta studi kepusatakaan yang berkaitan dengan tema
penelitian serta data sekunder yang terdiri dari dokumen resmi, dokumentasi peristiwa
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo serta dokumen resmi lainnya.
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif yang seperti disebutkan diatas seperti
hasil wawancara, kata-kata lisan ataupun hal yang tertulis. Menurut Sugiyono32
penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang mampu menangkap dengan berbagai
32
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta, Bandung. Sujarweni, V.
Wiratna. (2015). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
38
informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa yang lebih berharga
daripada sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka. Dalam
penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Pada penulisan laporan peneliti menganalisis data yang sangat kaya
maupun metode kuantifikasi lainnya.34 Seperti yang dijelaskan oleh Bogdan dan
berbentuk deskriptif berupa kata-kata baik tertulis ataupun lisan dari berbagai individu
dan perilaku yang dapat diamati.35 Penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu
berlatar alamiah; manusia sebagai alat (instrumen); metode kualitatif; analisis data
secara induktif; teori dari dasar; deskriptif; lebih mementingkan proses daripada hasil;
terdapat batas melalui fokus penelitian; adanya kriteria khusus untuk menguji
keabsahan data; desain yang sementara; dan hasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama.36 Karakteristik tersebutlah yang menjadi ciri khas pada penelitian
kualitatif.
Dalam mencapai keberhasilan pada riset yang dilakukan dan menemukan jawaban
33
Moleong, L.J. (1994). Media penelitian kualitatif (cetakan kelima). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
34
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016). hlm. 6.
35
Ibid. hlm. 8.
36
Ibid. hlm. 9-13.
39
fenomena terkait subjek maupun objek dalam penelitian.37 Lebih lanjut Azwar
Sehingga hal tersebut akan memberikan kemudahan untuk dipahami dan prosesi
adanya bentuk manipulasi mengenai fakta data peristiwa yang diteliti. Metode
deskriptif kualitatif menempatkan kondisi alamiah atau apa adanya sebagai kekhasan
utamanya.
penelitian “Media Baru Di Indonesia: Analisis Konten Literasi Politik Pada Pemilu
dalam menyebarkan konten literasi politik serta memahami tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dibuat, peneliti
menentukan fokus permasalahan untuk agar permasalahan dalam penelitian ini tidak
meluas dan pembahasan lebih mengarah pada pemahaman yang lebih spesifik, maka
dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada ruang lingkup permasalahan
menggunakan Teori cyberdemocracy dan media baru. Penelitian ini diarahkan untuk
37
Wahyu Aji, “Politik Emak-Emak: Analisis Gerakan Politik Perempuan Partai Emak-Emak Pendukung
Prabowo-Sandi (PEPES) DKI Jakarta Dalam Pemilihan Presiden 2019”, Skripsi, (Malang: FISIP
Universitas Brawijaya, 2019). hlm. 26.
38
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metode Penelitian dan Amplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002).
Hal. 22.
40
mengetahui analisis konten literasi politik pada pemilu tahun 2019 oleh media
Pinterpolitik.
Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
dijadikan dasar penelitian ini, serta mengulik apa yang menjadi pembeda
maka dari itu penelitian ini akan dilakukan di DKI Jakarta yang menjadi domisili
PinterPolitik.com.
Sasaran dari penelitian ini adalah para staf atau pihak yang bertanggung jawab terhadap
konten yang disajikan oleh PinterPolitik.com yang terlibat secara langsung dalam
mengumpulkan, menilai, memuat, dan menyajikan berita dan informasi pada platform
Pinterpolitik.com.
Sumber data merupakan salah satu komponen terpenting lainnya dalam melakukan
penelitian. Sebuah riset tidak akan berhasil jika tidak adanya data-data mengenai tema
yang diselidiki. Sumber data yang menjadi penopang penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu data primer dan sekunder. Pembelahan tersebut diklasifikasikan atas dasar
perolehan data didapatkan. Perbedaannya adalah data primer yaitu data yang diperoleh
secara langsung dari sumber. Sedangkan jika pendapatannya melalui sumber tidak
41
Secara definitif data merupakan sebuah atribut yang melekat dalam sebuah
objek tertentu, dimana kekonkretan objek pasti mempunyai atribut.39 Sebuah data pun
memiliki sifat. Diantaranya terdiri dari data bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang
bersifat kuantitatif adalah data utuh berbentuk angka yang ditemui melalui metode
pengukuran.40 Bebeda dengan sifat data kuantitatif, data yang bersifat kualitatif
diidentifikasi dengan berupa kalimat pernyataan, uraian, serta deskripsi. 41 Sifat data
kualitatif jauh dari bentuk angka ataupun nominal. Namun disisi lain data kualitatif juga
bisa hadir atas penyerapan terjemahan maupun pengartian- data kuantitatif yang
Maka sumber data dalam penelitian ini, didapatkan dari dua jenis sumber yaitu:
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini didapatkan melalui proses depth interview
setidaknya terdapat dua manfaat dari penggunaan data primer, yaitu data primer
memiliki keterkaitan langsung dengan apa yang diperlukan peneliti untuk menunjang
tujuan penelitiannya serta tidak terindikasi resiko bahwa data tersebut kadaluarsa (out
of date) karena data tersebut sifatnya fresh dan baru terkumpul ketika penelitian
berjalan.42 Hal ini yang menjadikan data primer instrumen penting sebuah riset.
Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara yang dapat ditulis ataupun direkam yang dilakukan oleh peneliti dengan
39
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian data
Kualitatif, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 9.
40
Ibid. hlm. 9.
41
Ibid. hlm. 10.
42
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UNY, 2000), hlm. 57.
42
narasumber ataupun instansi yang terkait dengan penelitian ini melalui wawancara yang
mendalam, yaitu;
b). Krisantus Tobias Ghena Ona, selaku Redaktur Senior dan penanggung jawab
c). Adek Media Roza, Selaku pakar di bidang komunikasi digital dan dosen
d). Robertus Wijaya, selaku seorang politisi muda dan pegiat politik di
Indonesia
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung melalui
perantara dan data tersebut masuk pada kategori yang sesuai dengan rujukan dari
penelitian, data sekunder merupakan data pendukung yang didapatkan secara tidak
langsung oleh peneliti namun tetap memiliki rujukan sesuai dengan sumber data
utama.43
penelitian yang tak cukup jika hanya berbasis data primer. Data sekunder diperlukan
sebagai upaya menambahkan kekayaan data dalam pengkajian fokus riset, sehingga
43
Ulber Silalahi (2012), "Metode Penelitian Sosial", Bandung: PT. Refika Aditama, hal.289.
43
dokumentasi, serta data-data lainnya yang sekiranya tidak didapatkan dari sumber
utama.44 Penggunaan data sekunder dalam penelitian bersumber dari data instansi,
buku, jurnal, dan sumber data yang relevan dengan penelitian, data sekunder dalam
Sebagaimana yang dijelaskan maka data sekunder pada penelitian ini diperoleh penulis
adalah seperti artikel- artikel yang dimuat di sosial media PinterPolitik.com ataupun
Dalam hal ini, pengumpulan data sangat penting sifatnya dikarenakan pengumpulan
data akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Sehingga dalam teknik
pengumpulan data harus cermat. Menurut Maryadi dkk45, Teknik pengumpulan data
diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. Menurut Sugiyono46, “Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
44
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (eds. Kedua), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008). Hal. 42.
45
Maryadi, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
46
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
44
tersebut mengandung adanya interaksi tanya jawab antara kedua belah pihak. Prosesi
tanya jawab ini juga berusaha mengungkapkan dan pertukaran mengenai ide atau
gagasan, pengalaman, cerita, dan lain sebagainya.47 Pencarian informasi ini guna
menopang sebuah pencarian akan data-data yang diperlukan baik dalam keperluan riset
Pengetahuan informan terkait topik dan peristiwa penelitian merupakan indikator vital
didapatkan sesuai.
Tujuan dari penggunaan metode wawancara dalam pengumpulan data tidak lain
Pemakaian bentuk ini didasari agar peneliti bukan hanya mendapatkan penjelasan
semata, tetapi lebih jauh dari itu, untuk memahami fenomena. Kelonggaran yang
penulis menyelami lebih dalam terhadap peristiwa. Wawancara pada riset dijalankan
2. Observasi
wawancara hampir selalu diiringi dengan pemakaian prosedur observasi sebagai teknik
47
Haris Herdiansyah, 2013. Op.cit, hlm. 27.
45
observasi layaknya dua sisi mata uang yang selalu bergandengan.48 Observasi sejatinya
dapat berdiri sendiri atau dengan arti lain sebagai instrumen tunggal pengumpulan data
penelitian. Namun juga observasi dipergunakan untuk turut membantu cross-check dan
validitas data- dari wawancara yang dinilai masih mempunyai gap kesahihan data.
lokasi penelitian dengan perekaman atau pencatatan melalui cara terstruktur ataupun
pengumpulan data melalui indra manusia di dalam suatu kondisi natural yang berupaya
adanya.50 Dalam observasi peneliti diharuskan memotret fenomena secara alamiah serta
tidak mengubah sedikitpun, baik dikurangi atau melebihkan gambaran peristiwa. Hal
3. Dokumentasi
menjadi dua, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi terdiri dari buku
harian, surat pribadi, dan otobiografi.52 Berbeda dengan dokumen pribadi, didalam
48
Ibid. hlm. 123.
49
John W. Cresswell, Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran,
Terj. Achmad Fawaid dan Riayanati Pancasari, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016). hlm. 254.
50
Haris Herdiansyah, 2013. Op. Cit. hlm. 129.
51
Sugiyono, Op. Cit. hlm. 240
52
Robert Bogdan and Steven J. Taylor, Introduction To Qualitative Research Methods: A
Phenomenological Approach to The Social Sciences, (New York: John Wiley & Sons, 1975). Hal. 5
dalam Lexy J. Moleong, Op. Cit. hlm. 218-219.
46
dokumen resmi terbagi lagi menjadi dua, yakni dokumen resmi internal dan eksternal.
masyarakat tertentu yang dipakai pada kelompoknya sendiri, dan memo. 53 Sedangkan
dokumen eksternal terangkai dari informasi dari suatu lembaga sosial, seperti bulletin,
pelengkap dari pemakaian teknik wawancara dan observasi untuk mengumpulkan data.
foto-foto maupun karya tulis ilmiah yang sudah ada sebelumnya. 54 Namun dalam
Dalam penelitian ini, informan- informan dipilih berdasarkan kriteria yang diperlukan
adalah orang yang dapat memberi informasi tentang dirinya dan orang lain. Purposive
sampling menurut Hamidi yaitu cara memilih sample berdasarkan kelompok, wilayah
atau sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu yang diyakini mewakili semua
unit analisis yang ada. Dalam penelitian “Media Baru Di Indonesia: Analisis Konten
peran narasumber dalam fenomena yang diteliti, pemilihan informan pada penelitian
53
Ibid. hlm. 219
54
Ibid. hlm. 240
47
dipilih peneliti berdasarkan observasi partisipasif yang dilakukan sebelumnya, Berikut
Tabel 3.1
Data Informan
Informan
Senior
komunikasi digital
Menurut Sugiyono, teknik analisis data adalah cara peneliti dalam menghimpun dan
menganalisa data penelitian, dimana proses menyusun data hasil penelitian yang
48
kemudian dijabarkan kategori tertentu agar memudahkan peneliti memilih mana data
yang penting dan yang terakhir membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami untuk
pembaca.
peneliti memasuki lapangan penelitian dalam bentuk hipotesis awal, kemudian dalam
Sugiyono (2015, hal. 337) analisis data penelitian kualitatif dalam metode wawancara
1. Reduksi Data
yang dirasa tidak penting sehingga menyisakan data yang penting untuk
dalam penelitian.
2. Penyajian Data
55
Ibid. Sugiyono, hal. 340
49
Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya peneliti menyajikan data penelitian
menurut Miles dan Huberman, biasanya dilakukan dalam bentuk uraian narasi
singkat yang eksplanatif namun juga dapat disajikan dalam bentuk tabel,
mendalam dari narasumber disajikan dalam bentuk uraian narasi singkat dengan
resmi disajikan dalam bentuk tabel atau gambar sehingga mudah dipahami dan
orginalitasnya.
3. Penarikan Kesimpulan
yang pertama peneliti melakukan verifikasi terlebih dahulu dari hipotesis awal
ketika peneliti dalam penelitian menemukan korelasi data dengan awal maka
hipotesa dnegan fakta lapangan yang ditemukan selama penelitian peneliti maka
karena hipotesa awal peneliti mengenai analisis konten literasi politik pada
56
Ibid. Sugiyono. Hal.345
50
menggunakan framework media baru, cyberdemocracy, dan literasi politik
Gambar 3.1
51
BAB IV
GAMBARAN UMUM
politik.57 Maraknya penggunaan internet dan sosial media menandai kehadiran era
dalam konteks perubahan sosial politik. Sebagai contoh, pada akhir 1990-an,
melakukan penetrasi batasan-batasan kultural dan melawan dominasi era Orde Baru
yang pada akhirnya menjadi katalis runtuhnya rezim otoriter tersebut .58 Dalam konteks
pasca-Orde Baru, media digital meluas dan dapat diakses dengan mudahnya oleh publik
yang menghasilkan dinamika politik berbasis identitas dan memperluas ruang artikulasi
Di era digital, internalisasi sistem politik terjadi dalam ranah civil society,
politik publik. Masyarakat dapat secara aktif mengikuti isu yang menarik perhatian
mereka sekaligus mengawasi secara efektif kinerja pemerintah untuk menjamin adanya
transparansi dalam proses politik yang terjadi. Masifnya penggunaan telepon pintar
personal dan memungkinkan pengguna untuk menembus sensor pemerintah. Selain itu,
57
Loader, B. D., & Mercea, D. (Eds.). (2012). Social media and democracy: Innovations in participatory
politics. Routledge.
58
Hill, D. T., & Sen, K. (2005). The Internet in Indonesia's new democracy. Routledge.
59
Heryanto, A. (2008). Pop culture and competing identities. Popular culture in Indonesia: Fluid
identities in post-authoritarian politics, 1-36.
52
jejaring media sosial berbasis digital memungkinkan pengguna untuk melakukan
teknologi digital untuk tujuan politik bukan aktivis, melainkan masyarakat biasa.
Dalam era digital, batasan antara pembaca, reporter, berita dan opini, informasi dan aksi
menjadi pudar. Media digital telah menjadi alat esensial dalam debat dan kompetisi
khususnya demokrasi, tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial, aturan, dana sistem
komunikasi yang diadopsi oleh konteks sosial dimana ia bekerja. 62 Dampak dari
kehadiran internet dan media, terutama pada kaitannya dalam menciptakan inklusivitas
wacana politik, dapat terlihat dalam masyarakat dengan nilai demokratis atau semi-
demokratis yang solid. Melalui internet dan media sosial, pengguna dapat secara bebas
informasi yang tersedia secara global yang sebelumnya tidak dimungkinkan oleh media
konvensional, seperti koran, televisi dan radio. Selain itu, masyarakat tak lagi
bergantung dengan sistem penyebaran informasi satu arah yang cenderung menciptakan
60
Stacey, E. (2015). The Pamphlet Meets API: An Overview of Social Movements in the Age of Digital
Media. Promoting Social Change and Democracy through Information Technology, 1-25.
61
Diamond, L., & Plattner, M. F. (Eds.). (2012). Liberation technology: Social media and the struggle
for democracy. JHU Press.
62
Herdiansah, A. G., & Sumadinata, W. S. (2019). Indonesia’s political culture in the new digital age:
A preliminary discussion. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 32(4), 378-389.
63
Ibid.
53
sumber utama informasi mereka.64 Temuan dari survey tersebut juga menunjukkan
internet telah menjadi preferensi pertama masyarakat untuk mencari informasi dan
hiburan, setelah televisi. Di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan
berita.
Kebutuhan akan berita yang naik juga dibarengi dengan munculnya berbagai
portal berita daring. Situs web berita muncul secara drastis dalam dekade terakhir.
menjadi daring. Kompas Gramedia Group, yang dikenal sebagai konglomerasi media
Nusantara Citra (MNC) Group, yang dikenal menjadikan televisi sebagai basis bisnis
medianya, memiliki portal media online Okezone.com. Grup lainnya, Tempo Media,
Tempo.com.65
Performa impresif Jokowi dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012
merupakan hasil dari simpati yang ia menangkan melalui media digital, begitupun
ketika ia memenangkan kontestasi Pilpres pada tahun 2014. 66 Pada saat Jokowi
pada angka 24,23% atau setara 63 juta pengguna dengan Facebook melaporkan 42.5
64
Marketeers. (2010). Attitude and behavior of internet users in Indonesia.
<https://www.hugedomains.com/domain_profile.cfm?d=the-marketeers&e=com>, [accesed 16 Mei
2021].
65
Ambardi, K., Parahita, G., Lindawati, L., Sukarno, A., Aprilia, N., Dragomir, M., & Tambini, D. (2014).
Mapping digital media: Indonesia. London: Open Society Foundation.
66
Mietzner, M. (2014). Indonesia's 2014 elections: How Jokowi won and democracy survived. Journal of
Democracy, 25(4), 111-125.
54
juta pengguna dan Twitter dengan 19,5 juta pengguna.67 Riset yang dilakukan
percakapan yang ada di Facebook, Twitter, blog, forum online, berita online, dan
media sosial dalam menjaring massa yang memiliki perhatian pada isu politik yang
dikampanyekan Jokowi yang sebagian berasal dari kalangan anak-anak muda dan kaum
terpelajar.
pembangunan jejaring komunikasi antar aktor politik dan konstituen. Media sosial,
secara natural, menjadi kanal komunikasi yang digunakan secara intensif oleh aktor
politik untuk mempublikasi visi dan misi politik dan mendulang dukungan bagi partai
dan kandidat.
Indonesia dijuluki “Negara Media Sosial”, dengan 48% dari total populasinya
merupakan pengguna sosial media yang aktif. Netizen Indonesia menghabiskan rata-
rata 3 jam 36 menit setiap harinya untuk mengakses media sosial dan per netizen
67
Utomo, W. P. (2013). Menimbang media sosial dalam marketing politik di Indonesia: belajar dari
Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 17(1), 67-84.
68
Herdiansah, A. G., & Sumadinata, W. S. (2019). Op. Cit.
69
DATAREPORTAL. (2019). Digital 2019: Indonesia. <https://datareportal.com/reports/digital-2019-
indonesia>, [accesed 20 Mei 2021].
55
Instagram (80%), Twitter (52%).70 Aplikasi media sosial tersebut diakses secara luas
Pemilu 2019 tidak hanya memiliki tantangan secara logistik, melainkan juga
memiliki periode kampanye yang relatif lama yang berlangsung selama 7 bulan.71
menghasilkan spektrum diskusi seputar politik yang lebih luas di jagad maya
propaganda yang dirancang tidak semuanya sesuai dengan fakta empiris, namun
seringkali berisi hoax atau disinformasi yang tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Hal
ini didasarkan pada pemahaman bahwa sasaran propaganda pada dasarnya adalah
bukan nalar dan argumen audien melainkan emosi khalayak. Propaganda melalui media
sosial dianggap sebagai propaganda horizontal, karena aktivitas ini tidak hanya
didominasi oleh elit kepentingan maupun kelompok besar saja tetapi menyebar
70
Ibid.
71
Ben Bland. (2019). The Mind-Boggling Challenge of Indonesia’s Election Logistics. Lowy Interpreter.
<https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/mind-boggling-challenge-indonesian-election-
logistics>, [accesed 20 Mei 2021].
56
Meskipun lanskap media sosial di Indonesia telah berubah sejak Pemilu yang
diadakan pada tahun sebelumnya, media sosial tetap menjadi platform yang digunakan
oleh netizens untuk mendapatkan informasi terkini seputar kampanye. Media sosial
seperti Instagram dan WhatsApp memainkan peran yang lebih besar dalam
meluncurkan stiker bertema Pemilu.72 Selain itu, debat kandidat calon presiden dan
wakil presiden juga ditonton secara live-streaming melalui platform media sosial
Tim kampanye dari masing-masing kubu yang berkontestasi pada Pemilu 2019
memanfaatkan media sosial untuk berkompetisi dengan satu sama lain. Terjadi Hashtag
War atau perang hashtag antara kedua kubu.73 Salah satu yang cukup popular adalah
Ali Sera, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menggunakan hashtag tersebut
Hoax atau berita palsu juga marak beredar pada masa kampanye menjelang
Pemilu 2019. Mengingat Pemilu 2019 mempertemukan kembali antara Jokowi dan
72
News Desk. (2019). ‘Nyoblos Yuk’: Instagram Taps @komikazer to Launch First Election Stickers.
The Jakarta Post. <https://www.thejakartapost.com/life/2019/04/15/nyoblos-yuk-instagram-taps-
komikazer-to-launch-first-electionstickers.html>, [accesed 20 Mei 2021].
73
Hui, J. Y. (2020). Social Media And The 2019 Indonesian Elections. Southeast Asian Affairs, 155-
172.
74
Ibid.
75
Ibid.
57
Prabowo, hoax dijadikan alat yang dianggap mampu untuk memberikan keuntungan
strategis bagi kandidat untuk mendapatkan suara. Pada saat melakukan kampanye di
sendiri dan luka yang ditampilkan di media sosial merupakan hasil dari operasi plastic
yang ia jalani. Pernyataan Jokowi mendapatkan kecaman dari pihak Kedutaan Besar
Russia di Jakarta yang berujung pada klarifikasi Jokowi bahwa pernyataannya tidak
dimungkinkan oleh media sosial dan polarisasi politik yang marak pada masa
identitas aslinya, meskipun terdapat guidelines dari beberapa media sosial yang
pada platform-nya. Disatu sisi, terdapat penurunan tingkat kepercayaan pada institusi
formal dan munculnya peer-to-peer influence yang menganggap orang yang memiliki
76
Syafiul Hadi. (2019). 5 Pro Kontra Ucapan Jokowi Soal Propaganda Rusia. Tempo.co.
<https://nasional.tempo.co/read/1172567/5-pro-kontra-ucapan-jokowi-soal-propaganda-rusia>
[accesed 20 Mei 2021].
77
Ibid.
78
Hui, J. Y. (2020). Op.cit.
58
kedekatan layak untuk dipercayai.79 Kombinasi antara anonimitas secara online dan
sentimen partisan dan echo-chamber yang mempersulit pengguna media sosial untuk
Ketidakmampuan untuk melakukan evaluasi secara kritis, hoax menjadi hal yang
Seperti yang dikhawatirkan terkait literasi politik di Indonesia, euphoria pilpres yang
semakin gencar dengan ditandai oleh manuver dari kampanye paslon untuk menarik
simpati dari pemilih muda atau generasi milenial. Bukan hanya ramai dan panas
dikalangan elite politik dan petinggi negara, namun juga masyarakat turut
membicarakan setiap strategi dari setiap parpol yang unjuk gigi dalam arena pilpres.
Dimana proses tersebut dapat juga dikatakan sebagai proses literasi politik yang tengah
berlangsung. Dikutip dalam buku karangan Gun Gun Heryanto, menurut pendapat
Crick dalam tulisannya Essay on Citizenship, mengatakan literasi politik adalah sebuah
pemahaman praktis tentang konsep-konsep yang diambil dari proses kegiatan sehari-
hari.81
dan sikap. Bernard menegaskan bahwa literasi politik memiliki arti yang lebih luas lagi
bukan hanya sekedar pengetahuan politik, melainkan cara untuk membuat diri menjadi
79
Ibid.
80
Ibid.
81
Andi Faisal Bakti, dkk. 2012. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi. Tangerang: Churia Press,
hlm. 112.
59
efektif dalam kehidupan publik dan dorongan untuk menjadi aktif, partisipasi dalam
melaksanakan hak dan kewajiban baik dalam keadaan resmi maupun area public yang
sifatnya sukarela.82
Strategi dalam konteks pemilu dapat diartikan sebagai literasi politik yang mana
mereka akan politik terutama perihal pemilu. Media baru adalah cara yang efisien
dalam melakukan penetrasi politik terkait praktik literasi politik yang cukup efisien,
kegiatan politik di internet dan hal tersebut melahirkan ruang publik yang baru.
Sumber: Barakata.id
82
Ibid. Andi Faisal Bakti, dkk. 2012.
60
internet sudah memasuki era web generasi 2.0. memungkinkan user berinteraksi secara
real time, interaktif dan multiplatform. Situs jejaring sosial maupun web blog ataupun
YouTube, kini sama-sama menunjukan perannya untuk menjadi ruang publik bagi
komunitas virtual. Ide dan informasi dapat disebar melalui internet. Media online
Menurut Iman Sjafei terkait literasi politik di Indonesia masih sangat lambat
Indonesia masih punya tugas yang cukup banyak untuk menjadikan Indonesia melek
literasi politik salah satunya dengan memberantas isu-isu hoax seputar politik yang
PinterPolitik adalah platform media online yang berusaha melakukan literasi politik
serta menyajikan berita-berita politik Indonesia terkini yang dalam, berkualitas dan
mencerahkan dalam skala nasional dalam bentuk tulisan Indepth, tulisan Celoteh,
PinterPolitik didirikan pada tahun 2016 oleh Wim Tangkilisan yang merupakan mantan
CEO Globe Media Group yang menaungi Jakarta Globe dan Globe Asia, yang juga
pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Investor Daily dan Suara Pembaruan.
Dalam mendirikan portal berita ini Wim dibantu oleh Stephanie Tangkilisan yang
83
Channel YouTube Asumsi. Lihat dalam <https://www.youtube.com/watch?v=uLq3TzZVtcM>,
[accesed 26 Desember 2021].
61
memiliki pendidikan dan pengalaman jurnalisme tinggi di luar negeri. Mereka melihat
kebutuhan adanya portal berita yang menjunjung tinggi asas-asas kebenaran yang
berarti didasari fakta dan data relevan sehingga mampu meningkatkan wawasan
berpikir pembaca.
kreatif. Guna mewujudkan visi tersebut mereka dibantu tim penulis, desainer grafis dan
videographer yang memiliki kreativitas serta inovasi yang tinggi, dalam upaya
mewujudkan konten yang berkualitas dan kreatif. Seperti media lain media pinter
politik juga memiliki ciri khas tersendiri yang unik dalam menciptakan konten-
kontennya supaya berbeda dengan portal lain. Penulisan, infografis, serta video yang
dihadirkan tidak semata memaparkan peristiwa seperti portal berita lainnya, namun
pinter politik mengemas beritanya lebih mendalam dengan berbagai sudut pandangan.84
dibalik berita, membongkar politik di balik politik dengan ulasan yang tajam, berani
memihak atau beroposisi, dengan menyuguhkan berita yang lengkap dan terpercaya.
Media ini berangkat menggunakan paradigma kritis guna mendapatkan wawasan yang
berbeda. PinterPolitik hadir bagi siapa yang tertarik untuk memahami apa yang
dibentuk dengan sudut pandang kritis dan tidak mainstream, sehingga pembaca
mendapatkan wawasan politik yang berbeda dari yang ada. Secara spesifik,
PinterPolitik didirikan sebagai respon atas maraknya hoax dalam pemberitaan seputar
84
Pinter Politik, <Https://www.Pinterpolitik.com/>, [accesed 26 Desember 2021].
62
mendapatkan sudut pandang berbeda dibalik sebuah berita dengan mengandalkan
ulasan yang tajam dan berani memihak yang disuguhkan secara lengkap dan terpercaya.
jurnalisme yang mengandalkan interpretasi atas fenomena yang ada dan informasi yang
menambah depth atau kedalaman berita dan PinterPolitik juga melakukan kolaborasi
kepada pihak-pihak tertentu. Kolaborasi dilakukan baik dengan media maupun dengan
instansi lain. Contoh kolaborasi yang dilakukan seperti dengan KPK, membuat program
untuk anak-anak SMA, selain itu juga dengan Tempo dengan channel Youtube “Kok
Bisa”. Instansi pendidikan juga sering mengadakan kerja sama sebagai pembicara
seminar atau kulaih tamu kampus. Kolaborasi penting dilakukan karena di dunia
marketing digital jika tidak melakukan kolaborasi akan menjadi susah. Kolaborasi
website lalu merambat pada media sosial. Sang pendiri mendirikan portal berita yang
dapat mengedukasi politik khususnya anak-anak muda. Awal mulanya dari website lalu
bergerak pada media sosial Instagram dengan infografik dan merambat ke media sosial
lainnya. Per-tanggal 22 April 2019, keempat akun resmi media sosial mereka memiliki
Instagram terdapat 113.255 ribu pengikut, di Twitter terdapat 5.186 pengikut dan di
Seperti media lainnya, PinterPolitik pun tidak jauh dari cibiran masyarakat
dunia maya (netizen) yang pada umumnya terjadi di dalam kolom komentar akun
63
Instagram PinterPolitik mereka menyebut bahwa PinterPolitik adalah media partisan,
walaupun begitu para redaktur menanggapinya dengan santai dan tenang menurutnya
Misalkan dalam konteks pemilihan presiden, jika pertahana perlu dikritik maka dikritik
punberlaku untuk sebaliknya. Mengkritik pertahana adalah hal yang sering dilihat
sehingga hal tersebut kadang kala yang membuat netizen menjustifikasi kalau
bersifat bisnis media sebagaimana hasil wawancara bersama, Bapak. Krisantus Tobias,
“Bahwa mereka seperti pada media lain yang bergerak sebagai bisnis media,
suatu saat nanti PinterPolitik akan bergerak untuk mencari keuntungan tetapi
untuk saat ini belum menuju ke profit oriented. Saat ini prioritas utama kita
lebih kepada pendidikan politik sendiri.”
dan edukatif. Pinter Politik hadir sebagai media alternatif yang mampu mengupas berita
politik dengan sudut pandang berbeda, tajam, lengkap, dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai nilai kode etik jurnalistik. PinterPolitik memiliki misi mencerdaskan
pembaca dengan konten-konten yang unik dan kreatif, serta memiliki sudut pandang
berbeda dengan portal berita mainstream lainya. Melalui penyajian yang lengkap
64
4.3.3. Struktur Organisasi PinterPolitik.com
antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan dengan
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Berikut adalah susunan
Nama Jabatan
Enderson Tambunan
Hasrishmawan Heryadi
Kinanti
Hasrishmawan Heryadi
65
Celoteh Rahel Narda
Santi
Sumber: PinterPolitik
PinterPolitik hadir bagi siapa yang tertarik untuk memahami apa yang tersembunyi di
setiap peristiwa politik di Indonesia. Berani menerima informasi yang dibentuk dengan
sudut pandang kritis dan tidak mainstream, sehingga pembaca mendapatkan wawasan
66
InDepth, kumpulan tulisan tentang peristiwa politik yang dibahas secara
Celoteh, tulisan ringan yang dikemas secara informatif dan memiliki fokus
Video, berita politik yang disampaikan secara singkat, presisi dan jelas melalui
metode video.
Infografis, berita politik yang ditampilkan secara visual berisi data dan fakta
hal-hal seputar politik. Selain itu, PinterPolitik secara rutin menjaring tulisan-
presiden, diskusi menjadi tidak rutin. Diskusi dilakukan sebanyak satu bulan hingga
dua bulan sekali. Diskusi berupa talkshow dengan pembicara tertentu biasanya
adalah rubrik yang berisikan tulisan diluar penulis PinterPolitik. sifatnya bukan
bertanggung jawab atas isi tulisan, melainkan hanya menilai tulisan tersebut layak
naik atau tidak. Penilaian tersebut juga dilihat dari segi tata bahasa saja.
67
Selain hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis juga berkesempatan
mencari tahu mengenai PinterPolitik selain yang tertulis pada web PinterPolitik
yaitu konten kartun yang diberi nama coretan politik. Coretan politik hadir untuk
menyederhanakan fenomena melalui kartun. Jika tulisan yang ada di dalam web
juga bisa disebut satir politik makan bentuk lainnya juga dapat berupa kartun atau
terjadi dengan cara yang menghibur untuk dikritisi secara mudah dan sederhana.
Coretan politik memang membutuhkan peningkatan dari segi gaya. Selain ada
coretan politik, PinterPolitik juga sempat membuat komik series yang diberi nama
generasi millennial dan gen Z dalam hal politik di setiap kontennya. Baik melalui laman
resminya maupun channel YouTube-nya. Salah satu konten yang menarik menurut
memberikan penjelasan mengenai peristiwa di masa lalu yang berkaitan dengan kondisi
produk-produk kapitalis, dengan memahami hal tersebut khalayak dapat menjadi lebih
kritis terhadap konten media yang berupa pesan-pesan politik iklan, dan juga promosi
yang ditampilkan di media massa konvensional maupun di media baru yang muncul
85
Channel YouTube Asumsi. Lihat dalam <https://www.youtube.com/watch?v=hAaE9ltS6Io>, [accesed
16 Desember 2021].
68
setiap saat pada saat mengakses media tersebut. Litersi media dapat meningkatkan
founder atas minimnya literasi generasi millennial dan gen Z terkait isu-isu politik tanah
air serta mancanegara. Bila ada pun, itu juga dikemas dengan berat dan terkesan tidak
balutan yang santai tapi juga mendidik. Tujuannya, agar generasi millennial tidak
merasa bosan dan juga menghibur karena sejatinya konten yang menghibur adalah
69
BAB V
Komunikasi politik kontemporer, hal yang paling menarik adalah adanya fenomena
penggunaan media baru (new media), yakni internet digunakan sebagai media atau
saluran komunikasi yang semakin sering digunakan masyarakat. Hal ini pun membuat
para aktor politik, baik politisi, figur politik, birokrat, aktivis kelompok kepentingan,
kelompok penekan, maupun jurnalis media massa, dituntut untuk semakin adaptif
pemilihan umum (pemilu) setiap lima tahun sekali. Pelaksanaan pemilu dapat
dikatakan sebagai salah satu tolak ukur bagi negara yang menerapkan demokrasi,
dimana partisipasi rakyat menjadi cerminan dari demokrasi itu sendiri. Melalui
pemilu, rakyat menjadi titik sentral dalam menentukan para wakilnya yang akan
Media sosial memiliki peran yang cukup besar dalam membangun demokrasi
86
Creeber, Glen. 2000. Understanding New Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 56.
70
berekspresi. Indek Demokrasi Indonesia pada 2017 menempati 72,11 poin (dalam skala
0-100) yang memiliki arti “demokrasi sedang” atau tidak buruk atau baik. Peningkatan
ini turut disumbang oleh kebebasan sipil dalam menyampaikan pendapat dan
berekspresi melalui berbagai media, terutama media sosial. Data statistik pengguna
internet Indonesia tahun 2021 sebesar 274,9 juta orang. Sebanyak 87,13% dari
para calon presiden dan wakil presiden 2019. Kampanye melalui media sosial
merupakan salah satu cara literasi politik yang efektif untuk memperkenalkan
calon karena dapat mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat untuk
memilih. Selain itu, media sosial memiliki jaringan yang luas, mudah di akses,
dan cepat. Namun disamping itu, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
hitam dan penyebaran hoax, bahkan penyebaran informasi yang menyesatkan dan
“Kalau memang kita bicara tentang news media, maka sangat jelas peran news
media atau jurnalistik sangat penting untuk menjaga demokrasi di Indonesia
ya, atau di mana pun gitu. Karena jurnalistik, mereka bekerja berdasarkan kode
etik, dan jurnalistik ini memang salah satu tugasnya adalah mengawasi
87
Reska K. Nistanto. 2021. Jumlah Pengguna Internet Di Indonesia Tahun 2021 Tembus 202 Juta Jiwa.
Kompas.com <https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-
indonesia-2021-tembus-202https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-
pengguna-internet-indonesia-2021-tembus-202-jutajuta>. [accesed 10 Juni 2021]
71
jalannya roda pemerintahan, atau atau mengawasi orang-orang yang memiliki
kekuasaan, baik itu pemerintah, ataupun pihak swasta yang mempunyai
dampak besar terhadap masyarakat.”
memberitakan suatu kabar tertentu, namun juga memberikan edukasi dan melakukan
konvensional pada umumnya, yang tidak terlepas dari peran-peran yang diatur dalam
politik, Robertus, berkaitan dengan relasi & demokratisasi di Indonesia. Jika dilihat
kembali, media di Indonesia sangat berkaitan dan tarik menarik, ini bisa terjadi dan bisa
hidup, karena demokrasi di Indonesia sudah cukup ideal, tidak otoriter dan tidak sekeras
orba. Namun, akhir-akhir ini, di sosial media, cukup terjadi banyak kasus represi,
72
Gambar 5.1.1 Wawancara PinterPolitik
Sumber: Penulis
lebih baik. Menurut Tobias, “Dalam era disrupsi media, informasi menjadi kabur dan
cenderung bias, membuat literasi media semakin memburuk dari segi keabsahan data
Dalam hal ini diperlukan beberapa sumber informasi seputar politik yang jernih
untuk memberikan serta menunjang kualitas literasi politik yang baik kepada
masyarakat. Tobias juga menegaskan bahwa “PinterPolitik hadir dalam narasi arus
Indonesia saat ini juga masih dalam tahap rendah dalam pemahaman literasi politik,
bahkan bisa dibilang cukup memprihatinkan. Media sosial seperti WhatsApp dan
Facebook masih menjadi alat dan media penyebaran berita bohong atau hoax. Dalam
hal ini, yang perlu menjadi pokok persoalan juga ada pada literasi media masyarakat
73
Indonesia. Tidak bisa di pungkiri juga, bahwa literasi politik dan media merupakan dua
sisi koin yang saling terhubung dan tidak bisa di pisahkan. Tobias juga memberikan
“Jika literasi medianya bagus, maka literasi politiknya juga akan bagus, saling
mengisi lah gitu istilahnya. Karena jika masih seperti ini maka perkembangan
media di Indonesia akan berjalan stagnan dengan pemberi informasi masih
asal-asalan menyusun berita dan penerima informasinya menerima mentah-
mentah.”
Tidak hanya sebatas itu Tobias juga menyarankan untuk memasukkan literasi
media yang mencerdaskan dan tidak lagi terjebak dalam arus informasi yang buram dan
menyesatkan. Jika semakin cepatnya arus media informasi tidak diimbangi dengan
perbaikan kualitas literasi politik dan media, maka pertumbuhan kecakapan dan
Pada bab ini peneliti akan mengupas beberapa hasil temuan pada kanal
PinterPolitik dan menjelaskan hasil penelitian dengan metodologi dari Bernard Crick
menjelaskan ada dua klasifikasi dalam tingkatan partisipasi politik, yaitu Gladiator dan
Separator.89 Seseorang yang ikut serta dalam proses politik secara aktif, maka ia
disebut Gladiator. Dan seseorang yang minimal hanya menggunakan hak pilihnya, dia
88
Andi Faisal Bakti, dkk. 2012. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi. Tangerang: Churia Press
hlm; 112.
89
Ibid. Andi Faisal Bakti, dkk. 2012.
74
bisa kita sebut sebagai Separator. Dalam konsep ini ada beberapa hal yang perlu
menjadi dasar serta dapat dilihat berdasarkan kegiatan yang dijalankan dengan
ketaatan atas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Partisipasi pasif semacam
ini sangat erat berkaitan dengan faktor sistem politik yang digunakan.
dengan teori milik Sastroatmojo, maka bisa disebut juga sebagai Separator.
menjalankan kewajiban dan hak politiknya baik itu dalam keadaan resmi
Seperti yang kita ketahui, PinterPolitik menjadi wadah dan juga penyedia untuk
sarana literasi politik di era new media sekarang ini. Berikut ialah hasil dari penelitian
pengklasifikasian literasi politik yang dilakukan oleh PinterPolitik pada Pilpres 2019:
75
Gambar 5.1.2. Memantau Pilihan Para Netizen
informasi terkait mengarah kemanakah suara netizen dalam Pilpres 2019? Pada
konten ini PinterPolitik menampilkan data infografis yang diolah dari Lembaga
memberikan tampilan yang fresh dalam segi tampilan untuk para pembaca,
dibuktikan dengan gaya bahasa dan teknik penulisan yang mudah dibaca serta
sumber informasi cepat, praktis dan mudah untuk dipahami. Dalam konten ini
informasi bahwa memilih calon presiden merupakan hak politik bagi setiap
warga negara.
76
Gambar 5.1.3. Beda Pandang Ma’ruf – Prabowo Tangani Terorisme
b) Jika dilihat secara keseluruhan pada konten Instagram kali ini, khalayak diajak
masing gagasan calon presiden, dengan harapan bahwa nanti gagasan yang
dibangun dengan proses otokritik ini mampu memberikan nilai lebih setelah ada
calon presiden yang terpilih. Jika kita korelasikan dengan teori milik Crick,
maka konten ini masuk pada ranah Partisipatif, karena konten ini menyajikan
informasi untuk khalayak ikut serta dalam merasakan serta mengikuti proses
demokratisasi di Indonesia.
77
Gambar 5.1.4. Menimbang Dampak Debat Pilpres Kedua
c) Pada konten kali ini dengan headline “Menimbang Dampak Debat Pilpres
pengaruh dan memberikan pengaruh pada perilaku pemilih, dan jika di kaitkan
dengan teori Bernard Crick, maka konten ini masuk pada kategori dorongan
serta valid dalam segi sumber data. Tidak hanya itu, PinterPolitik mengemas informasi
mereka dengan tampilan kekinian dan cocok untuk kalangan millennial, menggunakan
teknik infografik juga mendorong khalayak untuk mudah memahami sebuah persoalan
78
5.1.1 Ruang Publik Baru di Indonesia
Internet masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an ketika B. J. Habibie menjabat sebagai
pertama yang punya website di internet. Pada tahun 1986 Dewan Riset Nasional yang
dan teknologi informasi di tanah air yang kemudian mengkristal dengan terbentuknya
jaringan informasi internet IPTEKnet pada tahun 1989 yang dikelola di bawah Badan
Penilaian dan Penerapan Teknologi. Pada tahun 1998/99, warung internet (warnet)
mulai bermunculan di dekat kampus UGM, UNY, dan UAJY Mrican di Yogyakarta.
Seiring dengan penetrasi internet dari dunia bisnis yang begitu gencar, dunia
fasilitas research archive di perpustakaan hingga fasilitas wireless zone sudah tidak
asing lagi di dunia kampus saat ini. Maka tidak heran juga pengguna internet di
Indonesia hingga kuarter pertama tahun 2010 mencapai 30 juta orang dengan tingkat
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memprediksi tahun 2014 terdapat 107
lembaga pemerintah, dunia bisnis, hingga outlet boutique kecil bisa punya ruang jualan
secara online. Konvergensi dan digitalisasi menjadikan masyarakat dapat lebih mudah
dan cepat untuk mendapatkan dan merespon informasi yang mereka butuhkan. Khusus
media konvensional yang berorientasi pada berita selalu menyediakan ruang comment
79
boards di mana komentar dan tanggapan bisa disampaikan. Komentar tersebut tidak
ditujukan untuk redaksi, tetapi merupakan ekspresi politik yang kemudian dapat
memicu tanggapan dari orang lain. Jadi, secara tidak langsung ditigalisasi media
Pada skala yang lebih luas,komunitas blogger dan forum diskusi politik online
yang punya website sendiri merupakan ruang diskusi politik (political talk) yang paling
yang dibuat dalam platform media sosial seperti Facebook dan Twitter. Inilah struktur
ruang publik yang transformatif yang bisa diakses secara bebas oleh siapapun (publik)
di mana pun. Ruang publik transformatif ini meruntuhkan struktur ruang publik lama
yang cenderung membatasi tidak hanya partisipasi, tetapi juga informasi lewat proses
gatekeeping.
Seperti media digital lain yang ada di Indonesia saat ini, PinterPolitik juga
memiliki ciri khas tersendiri yang unik dalam menciptakan konten-kontennya supaya
berbeda dengan portal lain. Penulisan, infografis, serta video yang dihadirkan tidak
hadir untuk memperjelas berita politik yang terjadi di Negara Indonesia. Konten-konten
politik di balik politik dengan ulasan yang tajam, berani memihak atau beroposisi,
dengan menyuguhkan berita yang lengkap dan terpercaya. PinterPolitik hadir bagi
siapa yang tertarik untuk memahami apa yang tersembunyi di setiap peristiwa politik
80
di Indonesia. Berani menerima informasi yang dibentuk dengan sudut pandang kritis
dan tidak mainstream, sehingga pembaca mendapatkan wawasan politik yang berbeda
yang bertolak-belakang dengan peran media sebagai institusi sosial. Alasan lain adalah
terus berulang. Deregulasi sebagai konsekuensi dari liberalisasi ekonomi dan politik,
yang ketat. Media menjadi bagian dari alat propaganda penguasa otoriter.
Warga negara yang punya kesadaran politik merupakan kekuatan demokrasi, karena
dalam demokrasi warga negara lah yang menentukan siapa yang layak menjadi
politik yang rasional dan kritis hanya dapat terbentuk jika tersedia sumber informasi
yang substantif dan berkaitan dengan kepentingan mereka. Sehingga, peran media
dan memberi evaluasi atas jalannya pemerintahan merupakan modal mendasar untuk
Ruang publik adalah wahana di mana warga negara dapat saling mengutarakan
81
pendapat untuk mencapai kesepahaman bersama mengenai kepentingan mereka. Lewat
ruang public yang demokratis, akan terbentuk opini publik sebagai modal politik dalam
kesempatan yang sama bagi tiap warga negara untuk terlibat dalam deliberasi publik
Namun, media konvensional khususnya televisi sudah jauh dari cita-cita ruang
publik ini. Televisi lebih condong memperjuangkan kepentingan kalangan elit. Orang-
orang yang terlibat dalam diskusi politik hanyalah para elit penguasa, pejabat publik,
dan para petinggi partai politik. Deliberasi di ruang publik pun menjadi sangat elitis dan
jauh dari kesulitan hidup sehari-hari masyarakat, sebab lebih cenderung sebagai
mengalami refeudalisasi.
kembali ruang publik dan komunikasi politik yang sudah terkolonialisasi oleh
kepentingan modal.
Peran internet sebagai media baru sudah ditunjukkan lewat peran maling-list
menumbangkan Orde Baru tahun 1997. Fakta lain yang tak lebih optimistik adalah
90
Habermas, Jurgen. (1989). The Structural Transformation of the Public Sphere, An Inquiry into a
Category of Bourgeois Society. Cambridge: Polity Press. Hlm. 147.
82
kesuksesan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk memenangkan pemilihan
presiden terakhir berkat mobilisasi berbagai bentuk media baru untuk menggalang
dana, dukungan, sukarelawan, dan simpatisan. Selain itu, dua kasus terakhir di
Indonesia yang menggalang kekuatan netizen mendukung Prita Mulyasari dan wakil
ketua KPK, Slamet Bibit Riyanto dan Chandra Hamzah perlu untuk dibahas.
Pinter Politik memiliki channel yang diberi nama Pinter Politik TV. Media
Pinter Politik adalah media siber atau yang sering disebut dengan media online, media
sosial yaitu Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube, media siber menggunakan
webset dan media sosial untuk menyampaikan informasi yang mereka buat. Pinter
Politik merupakan media siber yang mengutip dari sumber-sumber tertentu yang bisa
yang baru muncul, media ini masih terus berproses dalam mengembangkan serta
meningkatkan kualitas medianya. Melihat beberapa data survei yang telah dijelaskan
sebelumnya, media ini memiliki peluang besar untuk bisa meningkatkan medianya di
mana saat ini akses masyarakat terhadap internet terus meningkat serta presentase
PinterPolitik tidak banyak dikenal orang. Namun, seiring berjalannya waktu, media ini
platformnya. Hal tersebut merupakan proses yang harus dilalui sebuah media untuk
redaksional media itu sendiri dalam memproduksi kontennya. Saat ini, PinterPolitik
83
memiliki pengikut di media sosial instagram lebih dari 125.000 pengikut dan di
facebook lebih dari 195.000 orang. Berdasarkan temuan penulis, grafik pembaca di
website pun kian meningkat pesat dari tahun pertama media ini beridiri. Selain itu,
media ini hanya mengangkat isu dan topik politik, dalam website-nya maupun di media
sosialnya. Tak seperti media-media lainnya yang menyelipkan dan memiliki konten
Jika demokrasi, sesuai dengan muasal makna harfiahnya, difahami sebagai “rakyat
politik maupun sistem pemerintahan, maka aspek paling penting dan niscaya adalah
partisipasi warga. Yakni keterlibatan atau peran serta warga di dalam proses
kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui tahapan mereka mengambil bagian
dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses pembentukan kebijakan umum. Senada dengan apa yang dikemukakan Samuel
P. Huntington dan Joan M. Nelson, partisipasi politik adalah kegiatan warga yang
Partisipasi politik warga yang utama dan mendasar, serta “mendahului” semua
tahapan dan bentuk partisipasi dalam konteks tata kelola kekuasaan, daily governing
dan policy making diwujudkan di dalam setiap perhelatan pemilu. Itu sebabnya dalam
pelaksanaan kedaulatan rakyat. Kemudian lebih dari sebagai bentuk perwujudan makna
84
sejati kedaulatan rakyat, partisipasi politik warga di dalam pemilu juga menjadi penting
kepemimpinan politik dan tata kelola pemerintahan terpilih di kemudian hari. Dalam
konteks inilah kualitas partisipasi politik perlu terus dibangun dan dikembangkan untuk
mensyaratkan suatu kondisi tertentu, yang salah satunya adalah adanya pemilih yang
cerdas dan kritis. Hal ini akan terpenuhi jika pemilih literate (melek) secara politik.
Pada titik inilah secara umum urgensi literasi politik menemukan ruang konfirmasinya.
Dalam konteks ini substansi kekuatan literasi politik ada pada partisipasi politik warga
negara yang kritis dan memberdayakan terkait dengan konsep-konsep pokok politik
yang akan berdampak pada kehidupan warga. Dengan demikian seperti dikemukakan
Heryanto, literasi politik bukanlah semata konsep normatif, melainkan bauran antara
Meminjam argumentasi Stoker, bahwa sifat mendasar dari politik dalam sistem
demokrasi sungguh rumit. Tanpa direcoki dengan korupsi dan kolusi sekalipun, upaya
sebagai satu keputusan yang disetujui bersama merupakan hal yang sangat sulit.
Mengingat kompleksnya sistem, institusi serta mekanisme yang ada maka ia pun
menyebut warga negara sebagai political amateurs, yakni pihak yang berpartisipasi
dalam politik secara sporadis, piece meal, dengan kapasitas relatif lebih rendah
dibanding para profesional politik atau aktor-aktor politik seperti lobbiest, aktivis,
kader parpol, dan anggota dewan. Para pemilih pemula secara sosiodemografi berada
85
di antara political amateurs yang tentu saja lebih rendah lagi kapasitas dan
kompetensinya. Padahal para amatir inilah justru pihak mayoritas yang sesungguhnya
pemilik kedaulatan.
Dalam situasi kontradiksi sekaligus ironis yang demikian itu; situasi absennya
literasi politik (political illiteracy) pada mayoritas warga negara, khususnya kalangan
pemilih pemula berbagai problematika sosio-politik berikut ini bisa muncul. Pertama,
merusak (defecting) seperti dengan sengaja menjual suara pada suatu perhelatan
pemilihan umum Ketiga, tanpa literasi politik yang cukup mengenai praktik daily
governing dan policy making, potensial dapat meningkatkan resiko menjauhnya politik
Selain itu, situasi absennya literasi politik pada segmen pemilih pemula secara
hipotetis juga dapat menyuburkan apatisme politik (sikap tak acuh, tidak peduli),
bahkan hingga level sinisme terhadap politik. Aktifitas, bahkan sekedar peduli terhadap
isu-isu politik dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia belaka. Di sisi lain lagi, para
pemilih pemula dengan literasi politik yang rendah juga potensial mudah dipengaruhi
status quo kekuasaan. Pada titik serupa situasi ini, para pemilih pemula yang secara
kuantitas signifikan dari pemilu ke pemilu praktis tidak akan memberi kontribusi positif
86
Berdasar nalar dan argumentasi itulah peningkatan literasi politik pada segmen
pemilih pemula menjadi sangat penting diikhtiarkan sepanjang waktu, dan idealnya
dilakukan oleh berbagai pihak yang kompeten dan memiliki akses otoritas pendidikan,
terus menghasilkan konten yang menjunjung tinggi kebenaran, berani memihak dan
beroposisi, serta mengkritisi sebuah isu dengan menggunakan data yang benar dan
terbuka. Selain itu, media ini juga tentu memiliki tujuan untuk terus meningkatkan
kualitas medianya diantara beragam media yang hadir saat ini, terutama dalam isu
politik yang begitu kental dengan keberpihakkan beberapa media arus utama pada sisi-
sisi tertentu. Lebih dari itu, media ini pun turut membantu masyarakat untuk bijak
dalam bermedia baik itu dalam membaca, memilih, dan memahami sebuah isu serta
berita, terutama masalah politik. Memiliki slogan “Suara Politik Milenial Indonesia”,
menghasilkan konten yang lebih mendalam dan dari perspektif yang berbeda dari
media-media mainstream. Kehadiran media ini menjadi warna baru bagi publik dalam
yang berkualitas. Hal itu pun dapat dilihat dari bagaimana sebuah media menjalankan
87
Dalam salah satu platform Pinter Politik, Channel Youtube “PinterPolitik TV”
melalui media sosial youtube ikut berperan terhadap partisipasi politik mahasiswa
khusus kepada pemilih pemula yang menonton channel youtube “PinterPolitik TV”.
Anak muda dan mahasiswa yang umumnya mencari informasi dan pembahasan politik
lewat media sosial sehingga dengan adanya channel youtube “PinterPolitik TV” yang
menciptakan konten-konten politik berupa video yang berkualitas dalam aspek audio,
informasi dan pembahasan politik melalui konten video di youtube. Mereka mengikuti
terbiasa mengikuti pembahasan atau konten-konten politik dari berbagai media sosial,
terbaru dari “PinterPolitik TV”. Hal ini menunjukan adanya ketertarikan menonton
channel youtube “PinterPolitik TV”, selain karena kualitas video, konten-konten dari
yang menambah wawasan terkait politik, selain itu juga konten-konten dari
aspek dan perspektif seperti sejarah, peristiwa, tokoh, sistem politik, kebijakan, konflik,
gerakan, serta hal-hal yang memiliki pembahasan anti mainstream yang dibahas oleh
channel youtube “PinterPolitik TV” dari aspek budaya, seni, musik, anime, kesehatan,
demokrasi, dan hal lainya. Sehingga menumbuhkan kesadaran politik terhadap para
informasi, wawasan, dan pengetahuan politik, hal ini dikatakan sebagai dorongan
pembentukan pandangan politik atau kecenderungan politik yang diakibatkan juga dari
88
bentuk partisipasi politik baik itu sebagai mahasiswa di media sosial ataupun di ruang-
ruang yang disediakan oleh negara secara baik dan rasional sesuai pilihan atau
persepsi yang baik dari mahasiswa yang menonton konten-konten “PinterPolitik TV”
adanya alternatif baru dalam penyampaian konten politik berupa video dengan konsep
yang fresh dan tidak kaku membuat ketertarikan dan intensitas menonton konten-
mengetahui rilis update konten terbaru dari channel youtube “PinterPolitik TV”. Selain
itu isi konten “PinterPolitik TV” yang memiliki beragam playlist pembahasan politik
politik, sistem politik, konflik politik, kebijakan-kebijakan politik serta pembahasan isu
politik terkini yang didukung dengan pandangan dari akademisi atau pengamat politik,
menciptakan pandangan atau kecenderungan pilihan politik tertentu yang pada akhirnya
89
5.1.4 PinterPolitik dan Literasi Politik
Media termasuk salah satu lembaga yang memiliki peran untuk melakukan literasi
politik dan dituntut untuk memberikan kontribusi dalam memberikan argumentasi yang
pemilu yang demokratis dan jurnalisme damai, hal tersebut relevan dengan salah satu
fungsi media sebagai pengawas sosial. Saat ini media juga berintegrasi dengan media
sosial. Saat ini media juga berintegrasi dengan media sosial sebagai medium mereka.
PinterPolitik adalah salah satu media yang secara khusus membahas mengenai politik
dan melakukan literasi politik kepada sasaran pembaca mereka. Dalam konteks ini,
politik.
Dalam dunia jurnalistik penggunaan media sosial juga dapat mendukung kerja-
prosuk jurnalistik seperti berita maupun yang lain, aneka tampilan media sosial
dimanfaatkan dengan baik oleh media itu sendiri maupun oleh pembaca. Dalam
sosial lainnya yang dimiliki PinterPolitik. Hal ini sesuai dengan karakter media sosial
yaitu interaksi yang berarti pengguna bisa berinteraksi dengan baik dengan sesame
Messages.
teknik visual, infografik dapat memberikan sumbangsih dalam menyajikan berita atau
90
penyampaian pesan lain yang menjadi alternatif bagi professional dalam bidang
dalam praktiknya infografik tidak hanya bisa ditafsirkan hanya sampai disitu.
PinterPolitik bahwa:
“Selain cepat dan bersifat grafis, infografik adalah cara yang paling mudah ya
untuk orang-orang kalua lagi ada kerjaan atau istirahat paling dibuka yang
dilihat ya instagram atau twitter seringnya kayak begitu. Instagram Cuma
scroll-scroll doang kan. Kalau ada yang menarik, lebih cepat menyampaikan
sesuatu dibandingkan yang lain. Generasi sekarang cukup konten. Jadi itu
mengapa PinterPolitik lebih konsisten di media Instagram”
kebutuhan generasi saat ini yang mengiginkan segala sesuatunya bersifat cepat, praktis
2. Menentukan topik yang sedang hangat dan dapat memecahkan masalah hal
ini dapat terlihat dari topik-topik yang diangkat didalam infografik yang
sebagainya.
91
dalam infografik yang berisikan survey), komparasi (terlihat dalam
pilpres).
Seperti yang telah dipaparkan diatas generasi yang dimaksud oleh Krisan adalah
berumur 18-24 tahun. Millennial didiskusikan oleh Bolton, (2013) adalah generasi yang
sering terpapar oleh teknologi, hal ini dikarenakan pertumbuhan cepat teknologi
media sosial. Generasi ini memiliki karakteristik dalam menggunakan media sosial
tidak cukup hanya sampai pada penggunaan teknologi melainkan juga campur tangan
terus melekat hingga kini. Ungkapan McLuhan sangat relevan dengan pemanfaatan
konten dan media saling berkaitan. Media yang dominan pada waktu tertentu akan
merubah cara berpikir, mengelola informasi serta menghubungkan satu sama lain.
untuk kelompok tertentu, dalam penelitian ini yaitu millennial. Media sosial diharapkan
akan merubah cara piker millennial terhadap politik yang awalnya dipandang sebagai
92
sesuatu yang kotor dan kuno yang akan berakhir pada kecendrungan mereka untuk
bersikap apatis, media sosial diharapkan dapat menjadi wahana untuk membuka
Sebenarnya tidak ada konsep atau teori yang paten mengenai literasi politik.
dalam literasi politik dan terus dikembangkan seiring perkembangan teknologi. Peneliti
beberapa tokoh. Menurut Bernard Crick pada Essay on Citizenship, definisi sederhana
literasi politik ialah pemahaman praktis mengenai konsep-konsep yang dilihat dari
kehidupan sehari-hari dan penggunaan bahasa. Literasi politik juga dapat dimaknai
dengan upaya memahami seputar isu utama politik. Intinya, literasi politik merupakan
Seperti apa yang dipaparkan oleh Crick bahwasannya cara dalam melakukan
literasi politik adalah melalui pengetahuan, ketereampilan dan sikap, penulis akan
mengaitkan dengan konsep literasi berdasarkan penyajian data. Pada sisi pengetahuan,
PinterPolitik secara intens memberikan edukasi mengenai isu apa atau topik yang
sering dibahas atau isu popular, misalkan mengenai kebijakan masing-masing paslon,
strategi politik hingga politik identitas. Tetapi PinterPolitik lebih menekankan untuk
dikarenakan penting bagi khalayak untuk mengetahui rekam jejak seperti program-
pemilih.
93
Dari sisi keterampilan, PinterPolitik memiliki keterampilan berupa jurnalisme
interpretasi dalam menyusun konten sehingga penulisan berita dan infografik menjadi
lebih dalam dengan menulis atau membuat sesuatu yang tidak dilihat oleh media lain.
lebih presisi dan ada sintesa perbandingan. Jadi prosesnya adalah menganalisis berita
melaui fitur polling di media sosial. Sikap penting untuk dilihat bagaimana dinamika
Berdasarkan hasil polling dapat diketahui bahwa pilihan pengikut media sosial
pengikut PinterPolitik adalah Prabowo dan Sandi hal tersebut tidak membenarkan
adalah warga didorang untuk memaknai kebutuhan terhadpa informasi politik. Hal ini
strategi pencarian, hal ini dilakukan oleh PinterPolitik melalui pemilihan isu. Pemilihan
isu dilakukan dengan melihat apa yang ramai dibicarakan media massa untuk menjadi
isu utama. Ketiga, yaitu gerakan mengomunikasi informasi, hal ini berkaitan dengan
bagaimana media menginformasikan prosuk yang dimiliki media tersebut. hal ini
Twitter dan Facebook. Terakhir, mengevaluasi produk dari proses politik. Evaluasi
94
produk proses politik yang dilakukan oleh PinterPolitik adalah dengan kerap
menurut PinterPolitik dirasa membantu karena ceapt dalam interaktivitas dan juga
sebaran informasinya. Juga media sosial membantu mengungkap informasi yang tidak
pendapat. Hal ini mendefinisikan literasi politik sebagai tujuan dari kemampuan
demokrasi.
Dengan melihat penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa literasi politik dan media
yang diusung oleh PinterPolitik mampu membangun kesadaran politik dalam proses
demokratisasi di Indonesia. Dengan melihat dari sudut pandang Bernard Crick dan
Sastroatmojo, kita juga mampu melihat bahwa konten yang di buat oleh PinterPolitik
konten-konten yang segar dalam membangun kesadaran politik, dengan sajian info
dasar seperti pengetahuan soal gagasan calon presiden, statistik pemilih, dan mengajak
ke arah hal-hal yang bersifat interaktif dan dialogis mengenai visi misi calon presiden.
95
Gambar 5.1.5. Wawancara bersama Robertus
Menurut Robertus, salah satu pegiat politik di Indonesia, Media arus utama
mempunyai preseden yang buruk, dengan membuat framing yang sarat akan polarisasi.
Selain itu, politisi yang memegang media punya potensi besar untuk memenangkan
sebuah kontestasi karena mendapat exposure yang lebih besar. Oleh karena itu literasi
media & politik bisa dikatakan kurang karena sarat akan polarisasi tersebut. Menurut
infografis, visual yang menarik dengan menyajikan data & fakta, berbobot serta lugas.
PinterPolitik juga mendapat apresiasi yang cukup baik dari khalayak. Respon
positif ini kita dapat dari beberapa responden yang dapat kita mintai pendapat tentang
hadirnya media baru seperti PinterPolitik dalam jurnalisme media di era disrupsi ini.
96
mendalam gitu sih menurut saya bagus sih PinterPolitik itu”. (narasumber 3
dalam wawancara ke 3).
lebih mudah untuk menarik minat audiens medianya jika berbentuk infografik yang
disajikan dengan gambar ilustrasi atau diagram yang dibentuk sedemikian rupa. Peneliti
“Selain cepat dan bersifat gratis, infografik adalah cara yang paling mudah ya
untuk orang – orang kalau lagi ada kerjaan atau istirahat paling dibuka yang
dilihat ya instagram seringnya kaya gitu. Instagram cuma di scroll-scroll doang
kan. Kalau ada yang menarik, lebih cepat menyampaikan sesuatu dibandingkan
yang lain. Generasi sekarang cukup konten. Makanya tadi kenapa kamu bilang
instagram itu jauh lebih, ummm, jadi itu mengapa PinterPolitik itu konsisten di
Instagram.”
media digital dapat menekan biaya produksi sekaligus mendapatkan lebih banyak
audiens, yang mana berdampak kepada penyediaan informasi yang lebih efektif dan
diterima oleh hampir semua khalayak, khususnya generasi millenial, hasil wawancara
diatas juga menjadi bukti, bahwa PinterPolitik mampu memainkan peran menjadi
media alternatif yang menyediakan arus informasi dengan sumber dan data yang valid,
serta memberikan dampak yang rasional terhadap pemilih. Terdapat berbagai alasan
bahwa media baru mampu memberikan dampak yang signifikan, selain melalui nilai
97
dan isi berita yang dibawa, pun dari segi tampilan juga mampu memberikan interpretasi
“Kalau platform di Instagram, mungkin bagi pengguna aktif yang menarik dari
PinterPolitik diluar konten itu paling infografisnya, karena bagi kaum
millennial perkara desain itu berpengaruh terhadap afeksi kita membaca atau
tidak. Hal ini juga berkaitan terhadap literasi. Faktor lainnya mungkin karena
kemajuan media massa juga sih, PinterPolitik salah satu platform yang
bergerak di bidang social politik yang cukup banyak diikutin sama kaum
millennial, karena mulai dari infografis yang memudahkan kita untuk
membaca, serta desainnya yang oke”.
Hasil wawancara di sesi kedua ini, penulis membuktikan bahwa tampilan dan
bentuk sajian data juga berpengaruh terhadap minat baca dan konsumsi khalayak.
PinterPolitik menyediakan dan menyajikan bahasa yang tidak terlalu rumit, cenderung
“Nah itu biasanya strateginya kita adalah mengikuti apa yang lagi ramai
dibicarakan di media-media mainstream yang menjadi isu utama, trending
terus nanti kita masukkan ke instagram dengan pemilihan nilai informasi yang
penting mana yang tidak. Itu pasti ada, paling juga misalnya kalau untuk
meningkatkan konten yang sesuai dan dimaui oleh pembaca atau pengikut ya
kita juga pasti bisa ya ada usulan gak ini kontennya lebih bagus atau sesuai
seperti apa gitu. Yang sesuai yang dimaui kan. Terus komentarnya juga
mungkin sering banyak. Jadi ada engagement-nya terjadi di situ.”
bahwa, sebagai media alternatif, PinterPolitik mengikuti isu-isu yang sedang tren untuk
seperti PinterPolitik memperoleh respons balik, tidak hanya satu arah tetapi menjadi
98
Gambar 5.1.6. Wawancara dengan Pak Adek
“Kemudian PinterPolitik ini bisa menyampaikan sesuatu yang baru, apakah itu
dari sisi eksklusivitas, apakah itu dari sisi cara melaporkan, apakah itu dari sisi
penyampaian, penyajian beritanya, maka itu akan menjadi sebuah nilai plus,
itu justru menambah, memperkaya diskusi kita tentang politik. Jadi media-
media baru ini kalau bisa ya didukung gitu, harus tumbuh terus.”
bersifat politik. New media ini, oleh karenanya, harus tetap didukung sebagai salah satu
upaya menjaga sehatnya ekosistem media dan agar terus mendorong fungsi dari
Tidak hanya sajian data dan konsep pengemasan berita, penulis juga
memberikan informasi yang sistemik secara metodik pemikiran. Banyak konten yang
99
tidak dilengkapi dengan pertanyaan kenapa dan mengapa. Seringkali berita yang
semacam ini tidak disajikan secara lugas dalam beberapa konten PinterPolitik.
Demokrasi dan media memiliki hubungan yang resiprokal. Di satu sisi demokrasi
membutuhkan media sebagai alat komunikasi politik, baik oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat, di sisi lain media hanya dapat berfungsi bagi kepentingan masyarakat
luas dalam sistem politik yang demokratis. Sistem politik yang demokratis
Hubungan saling membutuhkan antara media dan demokrasi dapat ditelaah dari
dua sudut pandang secara simultan, yaitu: sudut pandang makro dan sudut pandang
mikro. Sudut pandang makro melihat struktur dalam sistem media dan bagaimana
sistem tersebut mempengaruhi politik. Pada umumnya, karakter sistemik yang paling
berpengaruh adalah pola peraturan pemerintah, pola kepemilikan media, pola program
mikro lebih fokus pada investigasi efek komunikasi politik pada tingkat individual.
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar media itu sendiri. Sekadar contoh, pada tingkat
mikro, walaupun media sudah berusaha untuk menfokuskan pemberitaan yang terkait
dengan kepentingan masyarakat secara kritis, namun jika masyarakat tidak memiliki
cukup kapabilitas untuk menerima informasi tersebut secara rasional, maka berita
individual ini mencakup ketertarikan pada isu publik, kemampuan literasi, punya akses
terhadap media, dan lain-lain. Idealnya, dalam demokrasi setiap warga negara sudah
100
memiliki kesadaran politik yang cukup. Dengan kata lain dia tidak hanya mampu
memahami isu-isu politik, melainkan sadar dan terdorong untuk mencari informasi
yang dia gunakan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan politiknya. Faktor-faktor
Pada tingkat makro, media awalnya ditentukan oleh sistem politik. Sistem
politik yang otoriter akan membentuk corak media yang terkungkung. Sistem politik
yang demokratis akan menghasilkan media yang liberal (Hackten, 1981; Siebert,
Peterson, & Schramm, 1963). Namun realitas politik di dunia saat ini, khususnya
setelah perang dunia ke-dua, media lebih tepat ditempatkan dalam konteks politik
demokrasi. Walaupun harus diakui bahwa keberadaan media dalam konteks politik
demokrasi, tidak serta merta akan menjadi tulang punggung proses menuju demokrasi
yang substantif.
Sejalan dengan itu, pada tingkat makro terdapat dua model pengaturan media,
khususnya media penyiaran, yaitu: public service model dan commercial model,seperti
yang ada di Inggris dan Amerika Serikat. Pembeda yang paling utama antara keduanya
adalah: public service broadcasting lebih fokus pada berita dan isu-isu publik,
menekankan hiburan(Mughan& Gunther, 2000: 10). Sehingga kedua model ini akan
memberikan kadar kontribusi positif yang berbeda pada demokrasi. Pada intinya,
Sementara media dalam sistem otoritarian sudah pasti tidak akan berpihak pada
masyarakat. Hal ini disebabkan karena media telah diambil alih oleh politisi sebagai
101
alat propaganda. Sementara itu, dalam demokrasi media juga belum tentu berpihak pada
diharapkan dapat berperan sebagai ujung tombak sarana komunikasi politik dan ruang,
malah tergerus oleh kepentingan pemilik modal. Media konvensional pada hakekatnya
faktor politik dan teknologi, namun dalam keberlangsungan hidupnya lebih ditentukan
oleh faktor ekonomi. Di tengah ironi media dalam demokrasi inilah muncul kekuatan
Teknologi media baru dalam konteks ini menjadi variabel independen untuk
mengubah corak komunikasi politik dalam demokrasi. Media baru, khususnya internet
dan world wide web, merupakan hasil revolusi teknologi komunikasi dan informasi.
Media baru ini dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi,
pendidikan, budaya, bahkan politik. Walaupun masih baru, tetapi harapan besar
ditujukan pada media ini untuk berbagai segi kehidupan karena karakter memampukan
(enabling) yang dimilikinya. Serta secara struktural, media baru sangat jauh berbeda
dengan media konvensional baik dalam hal isi,fungsi, institusi, maupun akses publik.
didasarkan pada kesesuaian antara karakter media baru dan karakter demokrasi.
partisipasi, dan perlindungan atas hak-hak dasar manusia.. Dalam media baru nilai-nilai
102
demokrasi tersebut terealisasi. Media baru membuka ruang yang bebas (bahkan
cenderung tak terbatas), ditopang oleh prinsip kesetaraan (equality), dan kebebasan
(freedom), serta setiap orang punya peran sebagai pencipta (produser) yang
masyarakat, dan mewujudkannya dalam sebuah kekuatan moral, sesuatu yang dalam
Millennial Indonesia” yaitu millennial. Hal ini diperkuat dengan hasil riset yang
dilakukan oleh APJII di tahun 2017 menemukan fakta bahwa penetrasi pengguna
internet berdasarkan usia di Indonesia paling tinggi diduduki oleh rentang usia 13-18
tahun sebanyak 75,50% disusul pada posisi kedua oleh rentang usia 19-34 tahun
penggunaan internet di Indonesia. Pada penelitian yang sama, tepatnya pada bulan
Februari-September 2017 merilis data bahwa media sosial menjadi sumber informasi
yang paling banyak digunakan kalangan millennial akar rumput Indonesia (usia 17-36
tahun) dengan presentase sekitar 79% dan mengemukakan fakta mengenai topik-topik
yang diminati oleh generasi millennial akar rumput, sekaligus menempati tiga posisi
teratas adalah musik, film dan agama. Sedangkan topik terendah ditempati oleh hal-hal
yang berkaitan dengan nasionalisme, literatur dan politik. Riset tersebut menemukan
91
Barber, Benjamin. (1990). Strong Democracy: Participatory Politics for a New Age. Berkeley, Los
Angeles, London: University of California Press, hlm.8.
103
bahwa hanya 9% dari millennial akar rumput Indonesia yang tertarik dengan politik.
Generasi ini enggan untuk mengambil risiko meski mereka terbuka akan pemikiran
baru. Hal ini pun diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh CSIS (Center for
Strategic & International Studies) di tahun 2017 yang menunjukan bahwa minat
millennial terhadap pembahasan isu sosial dan politik lebih rendah dibandingkan minat
ini adalah bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan dari demokrasi. Sebagai
media massa yang memanfaatkan new media sebagai sarana penyebaran informasi,
Pinter Politik yang berdiri pada tahun 2016 menjadi satusatunya media massa
jurnalisme politik yang menyasar millennial sebagai market utama dan memberikan
keberpihakannya dalam satu pandangan politik, media yang menyasar millennial ini
pandangan politik dari berbagai perspektif yang tidak memihak satu pihak saja.
5.3 Segmentasi dan Strategi Pinter Politik dalam Meningkatkan Partisipasi Politik
Strategi digunakan untuk menghadapi era disrupsi informasi yang kian marak ini.
Menurut salah satu redaktur senior PinterPolitik, yaitu Krisan Tobias berkata:
104
Dalam hal ini Tobias tidak menekankan pada kecepatan dan tidak sembarangan
teori serta filosofi. Namun hal ini tidak berlaku pada konten yang dimuat dalam kanal
Instagram tapi berlaku pada kanal web PinterPolitik. Selain mengedepankan analisis,
untuk beberapa pembaca setianya. Seperti yang diutarakan Tobias berikut ini: “Ada
artikel Celoteh, yaitu artikel yang bersifat satire karena menggabungkan unsur budaya
pop terhadap tema artikel yang diangkat” Redaktur PinterPolitik melihat generasi
millenial sebagai sumber daya yang potensial. Namun karena kondisi literasi politik
Indonesia tidak cukup baik, Pinter Politik memberikan nuansa baru dalam genre
kepenulisan artikel. Tidak lain karena generasi millenial hari ini cukup mudah
“PinterPolitik itu selain memberi edukasi politik juga menyoroti hal yang tidak
disoroti oleh portal-portal itu dan dianggap penting sebenarnya, misalnya pas
Prabowo kemarin marah-marah di GBK, semua media memberikan negatif
padahal bisa dilihat secara positif karena merupakan salah satu strategi untuk
membentuk citra. Terutama untuk hubungannya dia dengan para pemilih
setianya. Jadi ada sisi positif itu yang tidak dilihat, dan itu yang PinterPolitik
kasih gitu.”
dapat dilihat bahwa PinterPolitik mampu menyajikan perspektif baru dalam melihat
suatu isu yang sama. Hal ini berkaitan dengan bagaimana PinterPolitik membuat
strategi partisipasi politik dalam bentuk informasi kepada audiens pembacanya. Dengan
kata lain, PinterPolitik dapat menyajikan informasi yang sama, namun dikemas secara
105
Wawancara dengan Pakar Komunikasi melihat bahwa New Media, salah
“Reportase yang detail, visual jurnalisme... itu sudah membantu publik untuk
meningkatkan literasi. Publik menjadi lebih aware dengan kondisi politik, dan
publik menjadi tidak buru-buru mengambil keputusan, ketika ada suatu sebuah
peristiwa politik atau kejadian, termasuk kasus pembakaran halte busway, gitu
kan. Oh ternyata ada kelompok tertentu yang diduga di belakang ini. Kaya
gitu.”
Menurut Robertus, masyarakat jenuh dan kemudian mencari referensi lain yakni
oleh pemerintahan dalam pengolahan konten (seperti KSP, beberapa kementerian). Ini
media digital. Namun, untuk sekarang, dari segi kualitas, media alternatif, seperti
PinterPolitik, lebih baik daripada media konvensional yang sarat akan polarisasi.
menjadikan frasa “millenial” sebagai tagline utama PinterPolitik. Bisa kita simpulkan
bahwa menyajikan infografis, gaya bahasa yang cenderung lugas dan sederhana, serta
proses demokratisasi di Indonesia. Tidak hanya menemukan strategi yang tetap, namun
mempertahakan model pengemasan, serta tentunya bobot substansi setiap konten yang
diterbitkan agar dapat bertahan di era disrupsi media seperti sekarang ini.
baik itu partisipasi dalam pemilu ataupun penyuaraan aspirasi melalui kanal-kanal yang
106
disediakan oleh demokrasi.92PinterPolitik sebagai sebuah media alternatif yang muncul
pada momen kontestasi politik di tahun 2019, mampu menawarkan beberapa hal yang
tidak dimiliki oleh media arus utama lain, yakni kemampuan dalam memberikan
analisis politik yang in-depth melalui cara yang interaktif. Melalui cara ini, pinterpolitik
berasal dari segmen pemilih pemula atau kalangan milenial, untuk “setidaknya”
memberi perhatian pada isu politik karena mayoritas merasa pemberitaan politik yang
tersedia hari ini gagal untuk menyajikan fakta dan data yang berimbang. Menurut,
Jeffrey J. Mondak, exposure pada pemberitaan politik tidak secara korelatif menambah
perpolitikan secara signifikan, tetapi mampu untuk menjadi alternatif kanal untuk
memahami politik, terutama dalam konteks Pilpres 2019, dengan sudut pandang yang
berbeda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, penulis
dalam melakukan literasi politiknya. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan yang
92
Zaller, J. (1990). Political awareness, elite opinion leadership, and the mass survey response. Social
Cognition, 8(1), 125-153.
93
Mondak, J. J. (1995). Newspapers and political awareness. American Journal of Political Science,
513-527.
107
Kelebihan dari konten yang dimiliki PinterPolitik adalah dalam penyampaian
mengenai literasi politik menggunakan platform digital atau media sosial seperti
Instagram, Twitter, Channel Youtube dan Halaman Facebook dalam penyajian konten
didalam media sosail tersebut variasi konten yang beragam dan menyajikan banyak
pilihan sesuai preferensi khalayak umum dari pemanfaatan media sosial yang optimal
ini pula yang dapat menjaring penonton yang lebih luas dan khususnya menyentuh
konsisten dan masih ditemukan platform yang tidak up to date selama berhari-hari serta
Isu yang dikaji masih perlu ada peningkatan lagi dalam sisi risetnya, agar banyak variasi
dan tetap bersubstansi dan masalah jaringan internet yang belum memadai di pelosok
Indonesia maka masih ada daerah yang belum terkoneksi dengan internet dan juga ada
kesenjangan teknologi di daerah. Oleh karena itu, media PinterPolitik belum diarasa
Untuk lebih mudahnya penulis paparkan melalui tabel berikut adalah kelebihan
Kelebihan Kekurangan
Youtube, Twitter
108
yang tidak up to date selama berhari-
hari
Variasi konten yang beragam, Isu yang dikaji masih perlu ada
bersubstansi
Menjaring penonton yang lebih luas dan Masih belum tepat sasaran karena masih
109
BAB VI
PENUTUP
Pada bab terakhir ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang sudah
mengurai dan mengajak pembaca agar dapat memahami serta menemukan pokok
persoalan terkait rumusan masalah penelitian ini. Sedangkan terkait saran, murni
merupakan bentuk motivasi sebagai peneliti untuk membuka khazanah keilmuan yang
6.1 Kesimpulan
media terutama literasi politik sebagai dukungan dari komponen praktik masyarakat
juga memberikan suatu bentuk diskursus politik baru di lanskap digital, yang dapat
terlihat dari penggunaan infografis, kolom komentar, dan sebaran postingan. Dengan
berbeda dengan media utama, seperti pemberian informasi mengenai cara kerja
kampanye pemilu di tahun 2019; perbedaan antara wewenang legislatif, eksekutif, dan
110
yudikatif; serta informasi-informasi terkait politik yang beredar di media sosial namun
media internet itu sendiri yang mediumnya berbeda dibandingkan dengan internet.
Kolom komentar, fitur berbagi, dan format visual atau audiovisual lebih ditekankan
mengenai fenomena politik terkini. Literasi politik dalam bentuk seperti ini dapat
dikatakan efektif pada generasi Millenial yang tak ‘lepas’ dari gawainya setiap waktu.
6.2 Saran
Penelitian ini membuka lebih banyak potensi penelitian yang berkenaan dengan media
sebagai sarana literasi politik lewat medium digital. Berbagai informasi yang
untuk diteliti. Peneliti selanjutnya dapat melihat sejauh apa dampak dari disrupsi
informasi ini kepada literasi politik masyarakat, terutama berkenaan dengan potensi
keikutsertaan politis lewat pemilihan umum atau sikap pada suatu politisi. Selain itu,
sebelumnya.
Penulis memberikan saran atau masukan kepada media Pinter Politik agar
kedepannya dapat bisa lebih baik atau ditingkatkan lagi dalam membuat dan menyusun
konten politik mereka. Selain itu, konsistensi juga sangat diperlukan karena mengingat
konsistensi dalam memperjuangkan nilai juga cukup sulit. Tidak hanya itu, sebagai
bagian dari jurnalisme, konten yang disediakan harus tetap menjunjung tinggi nilai
independensi. Karena jika mau di lihat secara seksama, konten yang disediakan oleh
111
PinterPolitik lebih banyak pada orientasi calon presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amien
dalam segi ulasan konten politik. Jika memungkinkan juga PinterPolitik mempunyai
tim sendiri untuk dapat membuat konten yang tidak bersifat repost. Tidak hanya itu,
lebih baik lagi jika PinterPolitik mampu memberikan pengetahuan baru dalam konteks
demokrasi.
media tersebut beririsan dengan kekuasaan (power play) dan bagaimana media tersebut
112
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bakti, Andi Faisal, dkk. 2012. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi.
Creeber, G. & Martin, R (ed.). 2009. Digital Cultures: Understanding New Media, Berkshire-
England: Open University Press.
Lievrouw, L., and Livingstone, S. 2006. Handbook of New Media: Social Shaping and Social
Consequences. New York: SAGE Publications Ltd
Hartley, J. 2012. Communication, cultural and media studies: The key concepts. Routledge.
Mickoleit, Arthur. 2014. Social Media Use by Governments: A Policy Primer to Discuss
Trends, Identify Policy Opportunities and Guide Decision Makers
Potter, W.J. 2005. Media Literacy. Upper Sadler River, New Jersey: Prentice Hall.
Rianto, P. 2013. Epilog: Menimbang Kontribusi Literasi Media bagi Penguatan Demokrasi. In
I. Poerwaningtias, P. Rianto, M. Ni’am, W. M. Adiputra, D. Marganingtyas, E. Mirasari,
& A. N. Misbah (Ed.), Model-Model Gerakan Literasi Media dan Pemantauan Media di
Indonesia (hal. 193–206). Yogyakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Moleong, L.J. 1994. Media penelitian kualitatif (cetakan kelima). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Tradition. London: Sage Publications
Maryadi, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
113
Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Loader, B. D., & Mercea, D. (Eds.). (2012). Social media and democracy: Innovations
in participatory politics. Routledge.
Hill, D. T., & Sen, K. (2005). The Internet in Indonesia's new democracy. Routledge.
Stacey, E. (2015). The Pamphlet Meets API: An Overview of Social Movements in the
Age of Digital Media. Promoting Social Change and Democracy through
Information Technology, 1-25.
Diamond, L., & Plattner, M. F. (Eds.). (2012). Liberation technology: Social media and
the struggle for democracy. JHU Press.
Herdiansah, A. G., & Sumadinata, W. S. (2019). Indonesia’s political culture in the new
digital age: A preliminary discussion. Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik, 32(4), 378-389.
Ambardi, K., Parahita, G., Lindawati, L., Sukarno, A., Aprilia, N., Dragomir, M., ...&
Tambini, D. (2014). Mapping digital media: Indonesia. London: Open Society
Foundation.
Mietzner, M. (2014). Indonesia's 2014 elections: How Jokowi won and democracy
survived. Journal of Democracy, 25(4), 111-125.
Jurnal
Sutisna, Agus, 2017 “Peningkatan Literasi Politik Pemilih Pemula Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA,
hal. 259
Rahadi, Dedi Rianto. 2017. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial, Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan, Vol 5 no 1, 2017, hal 58-70
114
Sáez-Martín, A., Haro-de-Rosario, A., & Caba-Perez, C. 2014. A vision of social media in the
Spanish smartest cities. Transforming Government: People, Process, and Policy, 8(4),
521–544.
Baumgartner, Jody C dan Jonathan S. Morris. 2009. MyFaceTube Politics: Social Networking
Web Sites and Political Engagement of Young Adults, p. 24-44
Cassel, C. A., & Lo, C. C., 1997. “Theories of Political Literacy” dalam jurnal Political
Behavior, Volume 19, Nomor 4 Tahun 1997.
Westholm, Anders, Arne Lindquist, and Richard G. Niemi (1990). Education and the making
of the informed citizen: Political literacy and the outside world. In Orit Ichilov (ed.),
Political Socialization, Citizenship Education, and Democracy. New York: Teachers'
College.
Charalabidis, Y., N. Loukis, E., Androutsopoulou, A., Karkaletsis, V., & Triantafillou, A.
(2014). Passive crowdsourcing in government using social media. Transforming
Government: People, Process and Policy, 8(2), 283–308.
Alatas, Salim. 2014. “Media Baru, Partisipasi Politik, dan Kualitas Demokrasi” Diakses dari
https://www.academia.edu/6433955/media_baru_partisipasi_politik_dan_kualitas_dem
okrasi tanggal 28 Juni 2020 pukul 15.41
Simarmata, Salvatore. 2014. “Media Baru, Ruang Publik Baru, Dan Transformasi Komunikasi
Politik Di Indonesia” Diakses
darihttp://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/fiabikom/article/view/721 tanggal 28 Juni 2020
pukul 12.14
Hui, J. Y. (2020). SOCIAL MEDIA AND THE 2019 INDONESIAN ELECTIONS. Southeast
Asian Affairs, 155-172.
Syafiul Hadi. (2019). 5 Pro Kontra Ucapan Jokowi Soal Propaganda Rusia. Tempo.co.
https://nasional.tempo.co/read/1172567/5-pro-kontra-ucapan-jokowi-soal-propaganda-
rusia, diakses pada 20 Me 2021
Website
Dythia Novianty, ”Generasi Milenial Kuasai Penggunaan Internet Indonesia pada Tahun 2018”
diakses dari https://www.suara.com/tekno/2019/05/16/100858/generasi-milenial-
kuasai-penggunaan-internet-indonesia-pada-tahun-2018, pada tanggal 22 Juni 2020
pukul 14:48
115
Frizki Yuliansyah, “Hilangnya Legitimasi Kepakaran di Era Cyberdemocracy” Diakses dari
http://pmb.lipi.go.id/hilangnya-legitimasi-kepakaran-di-era-cyberdemocracy/ pada
tanggal 23 Juni 2020 pukul 19.50
Ben Bland. (2019). The Mind-Boggling Challenge of Indonesia’s Election Logistics. Lowy
Interpreter. https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/mind-boggling-challenge-
indonesian-election-logistics, diakses pada 20 Mei 2021
News Desk. (2019). ‘Nyoblos Yuk’: Instagram Taps @komikazer to Launch First Election
Stickers. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/life/2019/04/15/nyoblos-
yuk-instagram-taps-komikazer-to-launch-first-electionstickers.html, diakses pada 20
Mei 2021
Reska K. Nistanto. 2021. Jumlah Pengguna Internet Di Indonesia Tahun 2021 Tembus 202 Juta
Jiwa. Kompas.com https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-
pengguna-internet-indonesia-2021-tembus-
202https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-
internet-indonesia-2021-tembus-202-jutajuta. Diakses pada 10 Juni 2021
Skripsi
Mohamad Firman Hadi, 2019.Analisis Kajian Literasi Politik Pada Chanel Youtube
Asumsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Wiji Agustin Sasmita, 2019.Strategi Redaksi Tirto.id Dalam Penyajian Berita di Media
Online.Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Afindiary Novalinda Viany. 2017. Media Baru dan Partisipasi Politik (Pengaruh
Twitter Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Remaja dalam Pilkada Serentak
2015 pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika Universitas
Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2014. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
116
LAMPIRAN
Daftar Bagan
Daftar Gambar
117