Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU PEMILIH

PEMULA PADA PEMILU 2019 DI KOTA BANDA ACEH


Diajukan untuk melengkapi tugas matakuliah metode penelitian kuantitatif

MUHAMMAD ILHAM

AMMAR YAFI

M.SALEH YUSUF

T. ANDIKA RISMA PUTRA

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Media menjadi salah satu pengaruh besar terhadap pilihan politik generasi muda pada

zaman sekarang. dimana media menjadi sumber informasi yang bisa menjadi landasan pemilih

pemula dalam menuntukan pilihannya. media sosial merupakan salah satu media yang di pakai

pada saat ini, media sosial menjadi saluran informasi dalam berbagai bidang baik itu ekonomi,

olahraga dan juga politik. teknologi yang semakin berkembang mempermudah pengunaan internet

yang menjadi akses masuk media sosial. dalam bidang politik media sosial yang mulai di gunakan

sebagai media sosialisasi politik pada saat ini dikarena biaya pengunaan yang murah, aksesnya

yang tidak terbatas dan informasi cepat tersebar luas. pengunaan media sosial sebagai alat

komunikasi politik sudah di lakukan di berbagai negara, seperti amerika dan juga sudah di lakukan

di Indonesia pada pemilihan gubernur di beberapa provinsi yang ada di Indonesia. pasangan calon

berusaha memberikan informasi dan pesan-pesan tujuan agar dapat mempengaruhi perilaku

memilih. Pemilih yang sering terpapar informasi melalui media sosial rata rata pemilih pemula

yang rentang umurnya 17-21 tahun, karena pemilih pada umur ini sangat aktif mengunakan media

sosial sebagai sumber informasi utama dalam kehidupan sehari hari (Ratnamulyani. 2018)

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penduduk generasi Z (milenial)

sebanyak 66,94 juta pada 2018. dari jumlah tersebut, sebanyak 30 juta di antaranya menjadi

pemilih pemula pada Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Jumlah 30 juta ini sangatlah
besar, suara pemilih pemula menjadi sasaran para politisi pada pemilu kali ini. pada pemilihan

kepala daerah yang ada indonesia, terbukti media sosial menjadi penting dalam penyebaran

infomasi terkait pasangan calon yang berkompetisi di daerah tersebut, dimana tim sukses

memasang target pengguna media sosial menjadi pemilih pasangan yang mereka usung, dan

pemilih pemula adalah satu pengguna terbesar media sosial di Indonesia.

Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk meneliti adakah pengaruh media sosial

terhadap prilaku pemilih pemula yang aktif menggunakan sosial media dan sering mendapaatklan

pesan pesan politik terkait pemilu pada 2019 di Gampong Emperom, Kecamatan Jaya baru, Kota

Banda Aceh.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh media sosial dalam membentuk perilaku pemilih pemula pada pemilu

serentak 2019 di Kota Banda Aceh?

1.3 Tujuan penelitian

Untuk Mengidentifikasi Peran media sosial dalam membentuk Perilaku Pemilih pemula

sebagai alat komunikasi yang sangat berpengaruh padaa zaman ini di pemilu serentak 2019 di Kota

Banda Aceh

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat teoritis

• Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan hasil mengenai bagaimana

pengaruh peran media sosial dan tingkat partisipasi politik terhadap pemilu 2019
• Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi terkait penelitian penelitian

yang serupa pada pemilihan umum selanjutnya.

Manfaat praktis

• Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Peneliti guna memberikan jawaban

untuk penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti dan juga menambah wawasan

peneliti.

• KIP

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi KIP Aceh untuk mengetahui

bagaimana perilaku dan partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilu serentak 2019 di

Banda Aceh.

• Kecamatan

hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kecamatan untuk mengetahui

bagaimana perilaku pemilih pemula dan peran media dalam membentuk perilaku pemilih

pemula di Gampong Emperom, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh.

1.5 kerangka pemikiran

Sebagaimana telah diuraikan bahwa media sosial adalah sebuah media online yang

menggunakan teknologi berbasis internet yang mendukung interaksi sosial, sehingga mengubah

komunikasi menjadi dialog interaktif yang timbal balik. Dalam perkembangannya, media sosial
menjadi penting sebagai sarana yang efektif dalam proses komunikasi politik, khususnya dalam

konteks kampanye pemilu yang dapat menjadi perantara para politisi dengan konstituennya, yaitu

antara komunikator dan komunikan secara jarak jauh dan bersifat massif. oleh karena itu, melalui

media sosial, komunikator dapat melakukan komunikasi politik dengan para pendukung atau

konstiuennya, yaitu untuk membangun atau membentuk opini publik dan sekaligus memobilisasi

dukungan politik secara masif. Pemanfaatan media sosial juga telah meningkatkan jaringan

komunikasi politik, relasi politik dan partisipasi politik masyarakat dalam pemilu. ini sering kita

jumpai dalam masa-masa kampanye politik para kandidat calon Kepala Daerah yang sedang maju

dalam kompetisi pemilihan Kepala Daerah, maupun kandidat calon presiden dalam Pimilihgan

presiden, dan dalam pemilihan anggota legislatif (ratnamulyani. 2018) ada nya pengaruh media

terhadap pemilih pemula yang rata rata penikmat media sosial terutama Instagram dan facebook.

Dari uraian ini penulis membuat kerangka berfikir sebgai berikut.

Variabel independent
Variabel dependen
(x) media sosial
(y) pemilih pemula
 Informasi yang  Perubahan
didapat dari media prilaku memilih
social

1.6 Hipotesis penelitian

Hipotesis dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara, untuk membuktikan

kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni

melalui percobaan atau penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku pemilih pemula dalam

Pimilu 2019 di banda aceh

Ha: terdapat pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku pemilih pemula

1.7 Definisi operational

1.7.1 Media sosial

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial

menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok

aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang

memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”. Komunikasi melalui media

sosial dalam berbagai format memiliki ciri khusus yang membedakan dari proses komunikasi

konvensional. Sedangkan, Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web

page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan

berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media

tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan

internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi

kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu

yang cepat dan tak terbatas (Sukendar. 2017). Tetapi penulis mempersempit lagi penelitian makna

dari media sosial dan hanya menggunakan instagram sebagai media sosial yang nantinya akan

menjadi variabel independen.

1.7.2 Pemilih pemula


Pemilih pemula adalah terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih,

yang baru pertama kali melakukan penggunaan hak pilihnya. yang di maksud pemilih pemula

menurut penulis adalah mereka biasanya berusia 17-21 tahun. Dan belum pernah memilih. Modul

1 KPU, Pemilih Untuk Pemula. 2010: 48 dalam (Ratnamulyani. 2018)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh media

Stimulus respons merupakan sebuah teori yang menghubungkan antara reaksi terhadap stimulus

tertentu. Teori ini menjelaskan bahwa ada kaitan era tantara pesan- pesan yang di sampaikan

melalui media dan reaksi terhadap audience. dalam teori Mcquail menjelaskan ada beberapa

elemen utama dalam teori stimulus respons, yaitu pesan (stimulus), seorang penerima, dan efek.

dengan kemajuan teknologi seperti saat ini dapat memaksimalkan pendistribusian pesan informasi

ke penerima yang di tuju (bungin, 2009:281).

komunikasi dengan perantara seperti sosial media lebih menarik dari pada komunikasi

langsung yang dilakakukan dalam berkampanye. teori yang di beri nama komunikasi hipersonal

menyabutkan ada beberapa faktor yang menjadikan partner komunikasi via online lebih menarik.

1. media sosial seperti email, facebook, twitter dan jenis komunikasi media sosial lainnya yang

berbasis internet, memungkinkan presentasi diri yang sangat selektif, dengan lebih sedikit

menampilan atau prilaku yang tidak di inginkan di banding komunikasi langsung. dengan kata lain

para tim sukses pasangan calon bisa mengemas dan meminimalisir kegagalan dalam

berkomunikasi dan membuat desain kampanye di media sosial secara menarik, sesuai dengan

keadaan atau keinginan milenial.

2. Selanjutnya ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalam pesan-pesan positif dari seseorang

partner akan membangkitkan pesan pesan positif dari rekan satunya. Walther. 1996 dalam

(perangin angina. 2018)


berbeda dengan walter, teroi pendekatan efek komunikasi Gonzales. 1988 dalam (harun. 2012:

110) menyataka ada tiga efek komunikasi massa yaitu, kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif

meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afeksi berhubungan

dengan emosi, perasaan, dan sikap. Sedangkan efek konatif behubungan dengan prilaku dan niat

untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Dengan kata lain, afek dari media sosial sama

halnya dengan teori tersebut, pesan yang di sampaikan melalu media sosial dapat mempengaruhi

prilaku pemilih apabila sesuai dengan yang mereka inginkan.

2.2 Pemilih pemula

pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya,

berusia 17-21 tahun. Pemilih pemula terdiri atas masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk

memilih, telah didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh

penyelenggara pemilihan umum. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan

seseorang dapat memilih adalah (1) WNI yang berusia 17 tahun atau lebih, (2) Sudah / pernah

kawin, (3) Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya, (4) Terdaftar sebagai pemilih. Modul KPU

(2010)

2.3 kontruksi sosial media

Dalam pembentukan sikap, media sosial menjadi saluran pesan yang bisa membentuk prilaku

manusia dalam menentukan sikap politik. dalamn media sosial ada tahapan tahapan dalam proses

konstruksi sosial media massa. yang pertama menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran

kostruksi, tahap pembentukan konstruksi, tahap konfirmasi (Bungin. 2008)

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi


Ada tiga hal penting dalam tahapan ini, Keberpihakan media massa kepada kapitalisme, sebagai

mana kita ketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis.

dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media

massa sebagai mesin penciptaan uang, mereka membuat media massa laku di masyarakat,

Keberpihakan semu kepada masyarakat, Bentuk dari keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan

berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah untuk “menjual berita” dan

menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis, Keberpihakan kepada kepentingan umum, Bentuk

keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap

media massa, namun, akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya

2. Tahap sebaran konstruksi

prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai

pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media,

menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas.

Pembentukan konstruksi berlangsung melalui. konstruksi realitas pembenaran, kedua kesediaan

dikonstruksi oleh media massa, sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi.

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan

akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi. Bagi media,

tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasanalasannya konstruksi
sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan

mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial

2.4 Prilaku pemilih

Dari hasil desertasi afan gaffar mengenai prilaku pemilih pada pemilihan presiden,

pemilihan kepala daerah, dan pemilihan legislative. ada beberapa poin yang menjelaskan mengapa

orang memilih sebuah partai, yaitu pertama, pada pendekatan sosiologis pengelompokan ini bisa

berdasarkan gender, usia, organisasi formal, oeganisasi nonformal, sitem komunikasi internel

sendiri. Yang kedua itu model psikologi. Rasa ketertarikan indivbidu terhadap partai, peraqsaan

ini timbul dari sewjak kecil di pengaruhi pleh lingkungan dan orang tua. Selanjutnya figure dari

partai tertentu juga menjadi alas an mengapa memilih partai tersebut.

2.5 Penelitian terdahulu

Di zaman yang serba canggih pada saat ini, terjadi perkebangan teknologi komunikasi yang

berbasis internet dan hal ini berdampak pada kegemaran seseorang untuk mengakses informasi

yang lebih mudah dan praktis yang di sajikan oleh bnyak aplikasi pada media sosial, salah satu

contohnya facebook, tewitter dan lainnya. Dari hasil penelitian, hadirnya media sosial ini

meningkatkan partisipasi pemilih pemula yang rata rata menjadi pengakses media sosial di

Indonesia. ada beberpa media yang sering dipakai oleh siswa dalam mengakses informasi

barkaitan dengan politik, (ratnamulyani. 2018) menguangkapkan, Pemanfaatan berbagai media

sosial kalangan pelajar di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa Facebook (85,3%), Whats App

(72,7%), Instagram (71,3%), Path (14,7%), Line (18,7%), dan sisanya Youtube, Pinnterest. Ask

fm, Telegram, Line, Kakaotalk masing-masing hanya 0,07%. Hal ini memiliki makna bahwa

penggunaan aplikasi media sosial dikalangan pelajar sudah masif, yang ditunjukkan dengan angka
85,3% yang pemanfaatkan Facebook, diikuti dengan 72,7% WhatsApp, dan 71,3% Instagram. Dari

hasil ini facebook menjadi media sosial yang paling di gemari. keunggulan menggunakan media

sosial menjadi saluran pesan kampanye relatif berlangsung lebih cepat dan hemat ketimbang

menggunakan media kampanye konvesional seperti spanduk, lieflet, pamflet dan sebagainya. Dari

hasil penelitian (ratnamulyani. 2018) dengan melakukan survey keefektifan kampanye di media

sosial pada para pelajar di kabupaten bogor menunjukan, angka, 73,3% mengatakan sangat efektif

apabila kampanye pemilu legislatif dengan memanfaatkan media sosial, dan 26,7% mengatakan

kurang efektif. hasil ini menunjukan pemilih pemula dikalangan pelajar Kabupaten Bogor lebih

suka kampanye melalui media sosial, hal ini dikarena sesuai dengan jiwa milenial yang suka

praktis dan mudah untuk mendapatkan informasi, mengakses akun media yang mereka miliki

kapan dan dimana saja mereka bisa melihat melalui hp mereka. untuk pesan Politik di media sosial,

para pelajar mengungkapkan berita atau informasi kampanye yang mambuat mereka tertarik yaitu,

isi pesan kampanye padat dan sederhana, konten pesan kampanye dalam bentuk slogan dan

bergambar animasi, mereka tidak suka yang kaku seperti himbauan.

Berbeda dengaan hasil penelitian ratnamulya, (Raenaldy.2017) dalam penelitian nya yang berjudul

Hubungan antara Media Sosial terhadap Peluang Kemenangan Pasangan Calon Gubernur DKI

Jakarta Pada Pilkada 2017 melakukan analisa statistik deskriptif dari 400 kuesioner yang disebar

kepada responden di wilayah Jakarta Utara mendapatkan kesimpulan, bahwa media sosial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang kemenangan pasangan calon gubernur dan

wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017. Hasil dari tabel silang antara media sosial terhadap

peluang kemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta adalah sebesar

92,8% ini menunjukkan adanya hubungan positif, semakin tinggi masyarakat memiliki media
sosial, maka semakin tinggi pula peluang kemenangan pasangan calon gubernur dan wakil

gubernur DKI Jakarta.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan untuk melakukan penelitian adalah

metode penelitian kuantiatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun

fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan

meramalkan hasilnya. Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif harus

terstruktur, baku, formal, dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desain bersifat spesifik

dan detail karena dasar merupakan suatau rancanngan penelitian yang akan dilaksanakan

sebenarnya.

metode penelitian kuantitatif (Silalahi. 2009), mengungkapkan, metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu. Teknik pengambilan sampel acak (random sampling), pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan seperti yang dinyatakan oleh Burns dan Bush dalam

(Mangkunegara, 2011) bahwa, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang membutuhkan

penggunaa struktur pertanyaan dimana pilihan-pilihan jawabannya telah disediakan dan

membutuhkan banyak responden. Format yang didapat adalah berupa angka atau numeric. Dalam

penelitian ini penelusuran pengaruh Media sosial terhadap perilaku pemilih pemula pada Pemilu

2019 di Banda Aceh tersebut didapatkan dengan menggunakan metode survey dimana
menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama. metode survey dugunakan untuk mendapatkan

data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan)

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Sugiyono (2011:80). Populasi yang akan peneliti gunakan adalah pemilih pemula

berusia 17-20 yang berada di kecamatan jaya baru, tepatmya di gampong emperom. Menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh jumlah penduduk yang berumur rata-rata 17- 20 adalah 4.500

Jiwa. Pemilih pemula yang berada di gampong emperom yang akan menjadi pupolasi penelitian

ini adalah sebanyak 91 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono.

untuk menentukan pengambilan Sample menggunakan cara tertentu yang didasari oleh

pertimbangan-pertimbangan yang ada. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Sugiyono (2011:84). Untuk menentukan pengambilan Sample

menggunakan cara tertentu yang didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam

tekhnik pengambilan sample ini peneliti mengunakan tekhnik Cluster Random sampling Menurut

Syahrum dan Salim (2014:116) Cluster Random Sampling Tekhnik ini digunakan apabila populasi

terdiri dari kelompok- kelompok individu atau cluster. Agar memudahkan penelitian, peneliti

menetapkan karakteristik dan siat-sifat yang digunakan di penelitian ini. dimana sample dalam
penelitian ini adalah pemilih pemula yamng berusia 17- 20 tahun yang berada di kecamatan jaya

baru, gampong emperom.

Sugiono mengemukakan cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, yaitu dengan tabel

Krejcie. Dengan cara tersebut tidak perlu dilalukan perhitungan yang rumit. Krejcie dalam

melakukan perhitungan sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu

mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.

Tabel Krejcie

Dari populasi yang di dapat sebanyak 91 orang, dari table krejcie yang telah di susun oleh sugiono

dapat kita tarik bahwa sampel pada penelitian ini sebanyak 76 orang.

3.3 Teknik pengumpulan data


Tekhnik pengumpulan data ialah langkah yang paling strategis dalam penelitian karena

tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Sugiyono (2013:224). Dalam penelitian

ini Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: Metode Angket

(Kuesioner), Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang

diberikan kepada subjek baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informasi

tertentu, seperti preferensi, keyakinan minat, dan perilaku Hadjar (1996:160). teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk

di jawabnya. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian, metode yang

digunakan adalah dengan kuesioner tertutup. Adapun angket dalam penelitian ini adalah

menggunkan skala likert dengan bentuk ceklis, dimana setiap pertanyaan memiliki lima item dan

masing masing memiliki bobot.

1. SS: Sangat Setuju

2. S: Setuju

3. N: Netral

4. TS: Tidak Setuju

5. STS: Sangat Tidak Setuju

Masing-masing jawaban memiliki bobot sebagai

berikut:

1. SS: 5

2. S: 4

3. N: 3
4. TS: 2

5. STS: 1

3.4 Teknik Analisa data

Data yang telah peneliti kumpulkan merupakan data mentah. Sehingga data tersebut harus

diolah dan diuji untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran sejauh mana pengaruh pemilih

pemula dalam Pemilihan umum Presiden 2019. Sebelum melakukan penelitian, angket terlebih

dulu di uji coba untuk mengetahui hasil pengaruh antara variabel melalui uji validitas dan uji

reliabilitas.

• Uji validitas

Validitas berarti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak diukur, artinya alat ukur yang

digunakan dalam pengukuran dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Jadi validitas adalah seberapa jauh alat dapat mengukur hal atau objek yang ingin diukur.

Menurut Arikunto (2013: 211). Untuk menerapkan instrument yang di gunakan di cari

validitas tes dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

Ada beberapa teknik atau rumus uji validitas yang dapat digunakan. Dibawah ini beberapa

diantaranya.

Teknik pertama dan populer yang digunakan adalah teknik Korelasi Product

Moment yang dikemukakan oleh Pearson.

Rumus Pearson dengan Angka Kasar


• Uji reliabilitas

Reabilitas artinya memiliki sifat yang dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki

reabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti lain

akan tetapi memberikan hasil yang sama. Jadi reabilitas adalah seberapa jauh konsistensi

alat ukur untuk dapat memberikan hasil yang sama dalam mengukur dalam hal dan objek

yang sama. Instrument dapat di hitung dengan rumus alpha seperti dikemukakan oleh

arikunto (2013: 223), Untuk menghitung uji reliabilitas tes bentuk uraian dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha, yaitu:

• Uji Hipotesis

Pernyataan ataupun asumsi sementara yang dibuat untuk diuji kebenarannya tersebut dinamakan

dengan Hipotesis (Hypothesis) atau Hipotesa. Tujuan dari Uji Hipotesis adalah untuk menetapkan

suatu dasar sehingga dapat mengumpulkan bukti yang berupa data-data dalam menentukan

keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan atau asumsi yang telah

dibuat. Uji Hipotesis juga dapat memberikan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan yang

bersifat Objektif. pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.
Menurut Sarwono Regresi linier sederhana merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel

terikat dengan menggunakan variabel bebas, metode Regresi linier dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel bebas (Independent) dengan variabel terikat

(dependent).

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yaitu adanya pengauh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkah analisis regresi sederhana sebagai berikut

1) Membuat persamaan garis regresi dengan rumus:

Y=aX + K

Keterangan:

Y : Kriterium

X : Prediktor

a : bilangan koefisien prediktor

K : bilangan konstan

2) Mencari korelasi sederhana anatara sX1 dan X2 dengan Y dengan rumus sebagai berikut :

∑ 𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√(∑ 𝑥 2 ) (∑ 𝑦 2 )

Keterangan :

rxy : Koefisien relasi antara Y dengan X

∑ 𝑥𝑦 : Jumlah Perkalian antara skor variabel X dan Y

∑ 𝑥2 : Jumalah Kuadrat variabel X

∑ 𝑦2 : Jumlah Kuadrat variabel Y

3) Menguji Signifikansi dengan Uji T


Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Rumus uji t adalah sebagai berikut :

𝑛−2
𝑡 = 𝑟√
1 − 𝑟2

Keterangan :

t : nilai t yang dihitung

r : koefisien relasi

n : cacah kasus

r2 : koefisien kuadrat
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abbas, M. Rivai, dkk. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk kementrian perdagangan

RI. Jakarta. Kementrian Perdagangan RI.

Bungin, M. Burhan. 2009. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Goode, L. 2005. Jurgen Habermas: Democracy and the Public Sphere. London: Pluto Press

Hadjar, Ibnu. 1996 Dasar dasar penelitian kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jonathan Sarwon. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kunatitatif: menggunakan Prosedur

SPSS, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Salim dan Syahrum. 2014. Metode penelitian kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media

Silalahi, Ulber. 2009 Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Syadam, Gouzali. 1999. Dari bilik suara ke masa depan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Jurnal

Perangin-angin, krina, Loina Lalolo, dkk. 2018. Partisipsi politik pemilih pemula dalam bingkai

jejaring sosial di media sosial. Diakses pada 3 april 2018.

Ratnamulyani, atikah, ike dkk. 2018. Peran media sosial dalam peningkatan pertisipasi pemilih

pemula di kalangan pelajar di kabupaten Bogor. Diakses pada 5 maret 2019.


Raeynaldi, aldi dkk. 2017. Hubungan antara Media Sosial terhadap Peluang Kemenangan

Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Pilkada 2017. Diakses pada 5 maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai