NIM : 1608102010003
Fakultas/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :3
LABORATORIUM OPTIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................4
3.2 Prosedur Percobaan........................................................................................5
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan..................................................................................6
4.2 Analisa Data...................................................................................................6
4.3 Pembahasan....................................................................................................7
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
LAMPIRAN...........................................................................................................10
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan hollow prism...............4
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan penentuan indeks bias zat cair............................6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prisma adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati dan mengukur
sudut deviasi cahaya datang karena pembiasan dan dispersi. Ketika cahaya ini
jatuh pada sisi prisma, panjang gelombang yang berbeda ini dibelokkan dengan
derajat. yang berbeda pula sesuai dengan Hukum Snellius. Pada pembiasan
cahaya tersebut pada sudut datang tertentu, akan dihasilkan sudut deviasi
minimum. Untuk sudut pembias, atau yang sering disebut, sudut puncak prisma
dengan bahan prisma atau indeks bias berbeda akan dihasilkan sudut deviasi
2
minimum yang berbeda. Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang
datar.
Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang
kemudian disebut sebagai bidang pembias I, berkas sinar akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan
mendekati garis normal sebab sinar datang dari zat optik yang kurang rapat ke zat
optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II,
sinar dibiaskan menjahui garis normal sebab sinar datang dari zat optik rapat ke
zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Akibatnya, seberkas sinar yang
melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula.
Fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti
terjadinya sudut deviasi. Untuk menentukan sudut deviasi minimum pada prisma
melalui pembiasan cahaya, variabel bebas yang digunakan adalah sudut datang
yang besarnya diubah- ubah sebesar yang diukur menggunakan busur derajat.
Variabel kontrol yang digunakan adalah jenis prisma dengan indeks bias berbeda.
Variabel terikat adalah sudut deviasi, yaitu sudut yang dibentuk antara sinar
datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma (Yuningsih, 2016).
Cahaya yang tiba pada salah satu sisi prisma membentuk sudut datang
terhadap permukaan normal, kemudian dibiaskan ketika lewat melalui media
prisma oleh sudut pembias prisma (β ¿menuju sisi kedua karena perbedaan
kerapatan (indeks bias) antara media sekeliling sisi pertama prisma dengan media
prisma. Cahaya yang keluar dari sisi kedua tersebut kemudian dibiaskan sekali
lagi membentuk sudut tertentu terhadap permukaan normal sisi kedua prisma
tersebut dan membentuk sudut bias akhir, karena perbedaan kerapatan (indeks
bias) antara media prisma dengan media di sekeliling sisi kedua prisma. Secara
fisika, dapat dinyatakan bahwa indeks bias merupakan rasio antara kelajuan
cahaya di ruang hampa dengan cepat rambat di dalam medium yang dirumuskan
sebagai:
v1 c
n = (Prasetio, 1991).
v2 v
3
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
4
Adapun percobaan hollow prism memiliki prosedur-prosedur sebagai
berikut :
1. Susunan alat dirangkai seperti pada Gambar 3.1
2. Sebelum melakukan pengukuran indeks bias, titik acuan pada layar
ditentukan terlebih dahulu dengan melewatkan berkas cahaya laser He-Ne
pada prisma berongga kosong
3. Sampel dimasukkan ke dalam prisma berongga menggunakan corong
4. Berkas laser He-Ne dilewatkan melalui prisma berongga dan hasil
pembiasan berkas cahaya laser dilihat pada layar. Selanjutnya jarak X dan
jarak T diukur
5. Kemudian dengan menggunakan prinsip phytagoras, nilai p dihitung
6. Nilai sudut deviasi minimum dan nilai indeks bias dihitung dengan
menggunakan persamaan
7. Pengulangan dilakukan dengan memvariasikan jarak antara prisma dengan
layar.
5
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
= √ (28)2 +(13,6)2
= √ 784+184,96
= √ 968,96
= 31,12cm
−1 T
δ = sin
P
−1 13,5
= sin
13,6
= sin−1(0,9926)
6
= 26,01o
β+ δ m
n=
β
60+26,01
n=
60
86,01
n=
60
n = 1,4345
Dari data hasil pengamatan diperoleh nilai indeks bias pada saat prisma berjarak
31 cm dari layar :
P = √ ( X)2 +( T )2
= √ (31)2+(15,1)2
= √ 961+228,01
= √ 1.189,01
= 34,5,cm
−1 T
δ = sin
P
−1 15,1
= sin
34,5
= sin−1(0,437)
= 26,07o
β+ δ m
n=
β
60+26 , 07
n=
60
86 , 07
n=
60
n = 1,434
7
Dari data hasil pengamatan diperoleh nilai indeks bias pada saat prisma berjarak
34 cm dari layar :
P = √ ( X)2 +( T )2
= √ (34 )2 +(16,4)2
= √ 1.156+286,96
= √ 1.424,96
= 37,7cm
−1 T
δ = sin
P
−1 16,4
= sin
37,7
= sin−1(0,435)
= 25,75o
β+ δ m
n=
β
60+25,75
n=
60
85,75
n=
60
n = 1,429
Dari data hasil pengamatan diperoleh nilai indeks bias pada saat prisma berjarak
37 cm dari layar :
P = √ ( X)2 +( T )2
= √ (37)2 +( 17,8)2
= √ 1.369+316,84
= √ 1.685,84
= 41,07cm
8
−1 T
δ = sin
P
−1 17,8
= sin
41,07
= sin−1(0,433)
= 25,73o
β+ δ m
n=
β
60+25,73
n=
60
85,73
n=
60
n = 1,428
Dari data hasil pengamatan diperoleh nilai indeks bias pada saat prisma berjarak
40 cm dari layar :
P = √ ( X)2 +( T )2
= √ (40)2+(18,8)2
= √ 1600+353,44
= √ 1.953,44
= 44,2cm
−1 T
δ = sin
P
−1 18,8
= sin
44,2
= sin−1(0 , 425)
= 25,21o
β+ δ m
n=
β
60+25 ,21
n=
60
9
85,21
n=
60
n = 1,420
4.3 Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan prisma berongga (hollow prism), diperoleh
sejumlah data hasil pengamatan. Pada percobaan ini diberikan variasi jarak (X)
sebagai salah satu parameter untuk memperoleh nilai T (jarak antara titik acuan
cahaya laser pada layar dengan titik cahaya laser yang dibiaskan pada titik P).
Dimana nilai X dan T dapat mewakili setiap bidang pada prisma yang berbentuk
segitiga, sehingga dengan menggunakan rumus phytagoras dari keduanya
diperoleh nilai P (jarak antara titik pembiasan pada permukaan prisma dengan titik
pembiasan pada layar), sudut deviasi, dan nilai indeks bias pada zat cair tersebut.
Pada prisma berjarak 28cm dari layar diperoleh nilai sudut deviasi sebesar
26,01o dan nilai indeks bias sebesar1,433. Pada prisma berjarak 31cm dari layar
diperoleh nilai sudut deviasi sebesar 26,07o dan nilai indeks bias sebesar 1,434.
Pada prisma berjarak 34 cm dari layar diperoleh nilai sudut deviasi sebesar 25,75 o
dan nilai indeks bias sebesar1,429. Pada prisma berjarak 37cm dari layar
diperoleh nilai sudut deviasi sebesar 25,73o dan nilai indeks bias sebesar 1,428.
Pada prisma berjarak 40 cm dari layar diperoleh nilai sudut deviasi sebesar 25,21 o
dan nilai indeks bias sebesar 1,420. Dengan demikian, semakin jauh jarak prisma
terhadap layar (prisma mendekati laser), maka semakin kecil nilai sudut deviasi
pada prisma. Semakin jauh jarak prisma terhadap layar maka semakin kecil nilai
indeks bias dari zat cair tersebut.
Adapun jarak yang paling tepat antara prisma dengan layar adalah pada
jarak 28 cm, karena pada jarak ini indeks bias zat cair di dalam prisma diperoleh
sebesar1,433. Nilai ini mendekati nilai indeks bias yang sebenarnya yaitu pada zat
cair (air) sebesar 1,33.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan perisma berongga (hollow prism) diperoleh sejumlah
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
- Semakin jauh jarak prisma terhadap layar (prisma mendekati laser), maka
semakin kecil nilai sudut deviasi pada prisma
- Semakin jauh jarak prisma terhadap layar, maka semakin kecil nilai indeks
bias dari zat cair tersebut
- Jarak yang paling tepat antara prisma dengan layar adalah pada jarak 28cm,
karena pada jarak ini indeks bias zat cair di dalam prisma diperoleh
sebesar1,433, yaitu mendekati nilai indeks bias air sebesar 1,33.
11
DAFTAR PUSTAKA
.
Bresnick, Stephen. 1998. Intisari Fisika. Jakarta: Erlangga.
Nasrullah, dkk, 2017. Pengembangan Alat Ukur Indeks Bias Mengunakan Prisma
Berongga dari Lembaran Kaca Komersial Biasa dan Laser He-Ne
untuk Pengujian Kualitas Minyak Goreng. Risalah Fisika. 1(2) : 39-46.
Prasetio, Lea. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Terjemahan dari Physics for
Scientist and Engineers, oleh Tripler, Paul A. Jakarta:Erlangga.
12
LAMPIRAN
13