Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA ATOM

PRAKTIKUM SPEKTRUM GARIS CAHAYA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum fisika atom
Yang dibimbing Oleh Dra. Hartatiek, M. Si

Oleh:
Rizka Amalia Aulia
200321614849

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PRODI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2023
MENENTUKAN MUATAN SPESIFIK ELEKTRON
A. Tujuan
1. Memahami asas kisi dan tabung lucutan.
2. Menentukan panjang gelombang spektrum cahaya dari tabung lucutan.

B. Dasar Teori
Spektrum cahaya merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
rentang warna yang dapat dipancarkan cahaya (Astried. Warna-warna cahaya dapat
dilihat pada Gambar 1. yang berkisar antara 400 nanometer dan 800 nanometer (dalam
udara).

Gambar1.Gelombang elektromagnetik dan spektrum cahaya tampak

Panjang gelombang cahaya yang berbeda dilihat sebagai warna, dengan merah
menjadi panjang gelombang terpanjang (frekuensi terendah) dan ungu menjadi panjang
gelombang terpendek (frekuensi tertinggi). Cahaya dengan panjang di bawah 400 nm dan
di atas 800 nm tidak dapat dilihat oleh manusia, dan disebut ultraviolet pada batas
panjang gelombang pendek dan inframerah pada batas panjang gelombang terpanjang.
(Dewi, Purwanto, & Kuswnato, 2006, hal. 409).

Cahaya memiliki banyak sifat penting, termasuk kemampuannya untuk bergerak


dalam garis lurus, melewati benda-benda yang jelas, dipantulkan dan dibiaskan, dan
dibengkokkan oleh bukaan sempit dan diuraikan berdasarkan warnanya. [Zahro, D. F.
(2015).
Difraksi cahaya terjadi akibat adanya interferensi antara setiap muka gelombang
pada gelombang cahaya itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan prinsip Huygens
yang menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang bertindak sebagai sumber
sekunder ketika gelombang merambat ke arah berikutnya. Interferensi akan menyebabkan
pola gelap muncul pada layar detektor karena interferensi destruktif dari gelombang
cahaya, dan pola terang akan terjadi karena interferensi konstruktif dari gelombang
cahaya.. (wahyu hidayat

Gambar 2.12

Jumbai gelap (interferensi destruktif) dan jumbai terang (interferensi konstruktif)

Untuk menunjukkan gejala difraksi, kita dapat menggunakan kisi, yaitu alat optik
yang dibuat dari lapisan tipis dengan banyak celah sempit. Jumlah selah sangat banyak
dengan jarak antar celah dibuat sama. (tim prak

Dalam percobaan ini penulis menggunakan Kisi difraksi untuk menguraikan cahaya
campuran menjadi pelangi, dengan persamaan : (Halliday & Resnick ,1989: 736 )

𝑑 sin 𝜃 = 𝑚  … (1)
dengan m = 0,±1, ±2, ±3, ....
d : jarak antara tiap celah pada kisi,

: (theta) sudut keluarnya cahaya

: (lambda) panjang gelombang. Koefisien m merupakan bilangan bulat yang


menunjukkan orde difraksi.

Jika m sama dengan nol, artinya tidak ada pembelokan cahaya, m sama dengan
satu berarti pola pertama dan seterusnya (Supliyadi
Gambar 1. Pengamatan
𝑥
sin 𝜃 =
𝑟
dengan 𝑟 = √𝐿2 + 𝑥 2
𝑥
Maka, sin 𝜃 = (2)
√𝐿2 +𝑥 2

Panjang gelombang spektrum cahaya yang dihasilkan dari tabung lucutan dapat
ditentukan dengan persamaan

x
d
m x2  a2 (1)

dengan d adalah jarak antar celah pada kisi, a adalah jarak kisi ke layar, x adalah jarak
terang ke-m, dan m = 0,  1,  2,  3, ….

C. Alat dan Bahan


1. Kisi
2. Beberapa tabung lucutan untuk gas yang berbeda.
3. Mistar
4. Pembangkit tegangan tinggi (Induktor Rumkorf).
D. Skema Percobaan
Skema percobaan pada praktikum menentuka muatan spesifik electron sebagai berikut:
Gambar 2. Skema rangkaian percobaan

Gambar 3. Set alat percobaan


E. Prosedur Percobaan
1 Menyusun peralatan seperti Gambar 2. Memasang tabung lucutan di tengah-tengah
mistar, menghubungkan tabung dengan induktor Rumkorf.
2 Mengukur jarak antara kisi dengan layar menggunakan mistar
3 Menghidupkan induktor Rumkorf.
4 Melihat spektrum gas melalui kisi sehingga terlihat spektrum cahaya di kanan dan kiri
tabung. Memilih satu warna saja, dan mengukur jarak terang pertama dari terang pusat
(x).
5 Mengulangi untuk warna yang lain.
6 Mengulangi pelaksanaan (4) dan (5) untuk tabung yang lain.
7 Menuliskan data yang telah diperoleh.
F. Data Percobaan
Tabel 1. Data Pengamatan pada Gas Argon
No. Warna Kisi (mm)
100 300 600
1. Ungu 0,16 0,045 0,05
2. Biru 0,19 0,075 0,06
3. Hijau 0,21 0,08 0,07
4. Orange 0,26 0,105 0,08
5. Merah 0,27 0,12 0,09

Tabel 2. Data Pengamatan pada Gas Neon


No. Warna Kisi (mm)
100 300 600
1. Hijau 0,05 0,11 0,34
2. Kuning 0,06 0,125 0,37
3. Orange 0,07 0,135 0,39
4. Merah terang 0,075 0,15 0,41
5. Merah gelap 0,085 0,16 0,44

 Variabel;
 Variabel bebas: argon dan neon
 Variabel kontrol: kisi 100, 300, dan 600 mm
 Variabel terikat: jarak
 NST:
 NST Mistar : 0,1 cm = 0,001 m
 Jarak kisi dengan layar (L): 86 cm = 0,86 m
 Lebar celah (d);
 1/100 mm = 10−5 𝑚
 1/300 mm = 0,33 × 10−5 𝑚
 1/600 mm = 0,16 × 10−5 𝑚
G. Analisis Data
1. Metode analisis
a. Mencari panjang gelombang dengan cara menggunakan rumus :
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚  … (1)
dengan m = 0,±1, ±2, ±3, ....
Dari gambar 1. diperoleh nilai
𝑥
sin 𝜃 =
𝑟
dengan 𝑟 = √𝐿2 + 𝑥 2
𝑥
Maka, sin 𝜃 = (2)
√𝐿2 +𝑥 2

Persamaan (1) dan (2) disubstitusikan, diperoleh


𝑥 𝑥
𝑑 = 𝑚.  𝑎𝑡𝑎𝑢  = 𝑑
√𝐿2 + 𝑥 2 𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
dimana,
d = Jarak antar celah
x = Jarak terang pertama dari terang pusat
L = Jarak dari kisi ke terang layar
b. Dengan menggunakan ralat rambat dengan perumusan sebagai berikut :
2 2
𝜕𝜆 2 𝜕𝜆 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ ∆𝑥| + | ∙ ∙ ∆𝐿|
𝜕𝑋 3 𝜕𝐿 3
2 2
𝜕 𝑑𝑥 2 𝜕 𝑑𝑥 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ ∙ ∆𝑥| + | ∙ ∙ ∙ ∆𝐿|
𝜕𝑥 𝑚𝐿 3 𝜕𝐿 𝑚𝐿 3

2 2
𝑑 2 𝑑𝑥 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝑚𝐿 3 𝑚𝐿 3
Dengan m=1,
2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3
Sehingga ralat relatif
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
2. Hasil analisis
Setelah dilakukan analisis didapatkan panjang gelombang beserta ralat relatifnya
adalah sebagai berikut;
a. Tabel 3. Hasil Analisis Tabung Lucutan Gas Argon
No Warna Kisi
100 300 600
Panjang Ralat Panjang Ralat Panjang Ralat
gelombang relatif gelombang relatif gelombang relatif
(m) (m) (m)
1. Ungu (1,829 (1,724 (0,929
−6 0,2146% −7 0,7425%
± 0,004)10 ± 0,001)10 ± 0,006)10−70,6686%
2. Biru (2,157 (2,867 (1,113
−6 0,1829% −7 0,4474%
± 0,004)10 ± 0,001)10 ± 0,006)10−70,5579%
3. Hijau (2,372 (3,057 (1,298
−6 0,1669% −7 0,4198%
± 0,004)10 ± 0,001)10 ± 0,006)10−70,4789%
4. Orange (2,829 (3,999 (1,481
± 0,004)10−6 0,1384% ± 0,001)10−7 0,3216% ± 0,006)10−70,4198%
5. Merah (2,995 (4,560 (1,665
± 0,004)10−6 0,1340% ± 0,001)10−7 0,2825% ± 0,006)10−70,3739%

b. Tabel 4. Hasil Analisis Tabung Neon


No Warna Kisi (mm)
100 300 600
Panjang Ralat Panjang Ralat Panjang Ralat
gelombang relatif gelombang relatif gelombang relatif
(m) (m) (m)
1. Hijau (5,804 (4,187 (5,883
−7 0,6686%
± 0,039)10 ± 0,013)10−7 0,3073% ± 0,006)10−70,1113%
2. Kuning (6,960 (4,746 (6,323
± 0,039)10−7 0,5579% ± 0,013)10−7 0,2716% ± 0,006)10−70,1046%
3. Orange (8,113 (5,118 (6,608
± 0,039)10−7 0,4789% ± 0,013)10−7 0,2522% ± 0,007)10−70,1007%
4. Merah (8,688 (5,670 (6,885
terang ± 0,039)10−7 0,4474% ± 0,013)10−7 0,2281% ± 0,007)10−70,0973%
5. Merah (9,836 (6,036 (7,288
gelap ± 0,039)10−7 0,3955% ± 0,013)10−7 0,2146% ± 0,007)10−70,0930%
H. Pembahasan
Cahaya tampak adalah jenis gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat
langsung oleh mata dengan warna yang beragam. Setiap warna memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Merah adalah warna dengan panjang gelombang terbesar
sedangkan warna ungu memiliki panjang gelombang paling kecil. Saat semua gelombang
terlihat secara bersamaan warna putih juga akan terlihat. Hal tersebut juga terjadi ketika
cahaya putih dari matahari yang menembus uap air di atmosfer sehingga membentuk
pelangi. Ketika sampel tereksitasi dalam fase gas, setiap elemen menunjukkan spektrum
garis yang unik, membuat spektroskopi menjadi alat untuk menganalisis komposisi zat
yang tidak diketahui.
Pada percobaan spektrum garis cahaya kali ini memiliki tujuan untuk melihat
peristiwa difraksi pada cahaya polikromatis. Gas argon dan neon yang berada di dalam
tabung dialiri arus listrik, sehingga gas akan memancarkan cahaya. Cahaya dipancarkan
dalam bentuk spektrum garis berwarna. Tiap gas memancarkan warna yang berbeda-beda
yang merupakan karakteristik dari gas tersebut. Hasil dari peristiwa difraksi pada cahaya
polikromatis adalah pola gelap terang yang berwarna.
Pada percobaan pertama, kita mencari Panjang gelombang spektrum cahaya pada
tabung argon. Dengan mengambil 5 warna(ungu, biru, hijau, orange, merah) pada masing
masing kisi difraksi sebagi berikut :
Tabel 5. Panjang Gelombang Spektrum Garis Cahaya Pada Tabung Argon
𝜆 (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔)
𝑥 (𝑊𝑎𝑟𝑛𝑎) 100 300 600
Ungu
(1,829 ± 0,004)10−6 (1,724 ± 0,001)10−7 (0,929 ± 0,006)10−7
Biru
(2,157 ± 0,004)10−6 (2,867 ± 0,001)10−7 (1,113 ± 0,006)10−7
Hijau
(2,372 ± 0,004)10−6 (3,057 ± 0,001)10−7 (1,298 ± 0,006)10−7
Orange
(2,829 ± 0,004)10−6 (3,999 ± 0,001)10−7 (1,481 ± 0,006)10−7
Merah
(2,995 ± 0,004)10−6 (4,560 ± 0,001)10−7 (1,665 ± 0,006)10−7
Pada Tabel 5. terdapat 5 warna dengan 3 kisi yang berbeda, diantara 3 kisi
tersebut jarak Panjang gelombang spektrum garis cahaya dapat diurutkan dari yang
terbesar yaitu pada kisi 100, 300 lalu 600. Dan sesuai dengan urutan Ppanjang gelombang
cahaya pada teori bahwa berurutan dari warna merah yang paling besar, kemudian
orange, hijau, biru dan ungu. Dan ralat relatif yang didapatkan memiliki besar kurang dari
1 % sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu memiliki kesalahan dalam pengambilan
atau perhitungan data.
Pada percobaan kedua, yaitu mencari panjang gelombang spektrum cahaya pada
tabung neon. Dengan mengambil 5 warna(hijau, kuning, orange, merah terang, merah
gelap) pada masing masing kisi difraksi sebagi berikut :
Tabel 6. Panjang Gelombang Spektrum Garis Cahaya Pada Tabung Neon
𝜆 (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔)
𝑥 (𝑊𝑎𝑟𝑛𝑎) 100 300 600
Hijau
(5,804 ± 0,039)10−7 (4,187 ± 0,013)10−7 (5,883 ± 0,006)10−7
Kuning
(6,960 ± 0,039)10−7 (4,746 ± 0,013)10−7 (6,323 ± 0,006)10−7
Orange
(8,113 ± 0,039)10−7 (5,118 ± 0,013)10−7 (6,608 ± 0,007)10−7
Merah terang
(8,688 ± 0,039)10−7 (5,670 ± 0,013)10−7 (6,885 ± 0,007)10−7
Merah gelap
(9,836 ± 0,039)10−7 (6,036 ± 0,013)10−7 (7,288 ± 0,007)10−7
Pada Tabel 6. terdapat 5 warna dengan 3 kisi yang berbeda, diantara 3 kisi
tersebut jarak panjang gelombang spektrum garis cahaya dapat diurutkan dari yang
terbesar yaitu pada kisi 100, 300 lalu 600. Dan sesuai dengan urutan panjang gelombang
cahaya pada teori bahwa berurutan dari warna merah gelap yang paling besar, kemudian
merah terang, orange, kuning, hijau. Dan didapatkan ralat relatif di bawah 1% yang
menunjukkan bahwa kesalahan relatif cukup kecil. Pada percobaan spektrum garis
cahaya ini masih terdapat kesalahan dalam pengukuran, yang dapat disebabkan karena
adanya ketidaktelitian pengamat saat melakukan pengambilan data ataupun terjadinya
kerusakan pada alat, sehingga mempengaruhi tingkat keakuratan hasil pengukuran
kesalahan dalam melakukan praktikum.
I. Kesimpulan
Difraksi kisi ialah sebuah susunan dari sejumlah besar celah sejajar dengan lebar
celah dan jarak antar celah sama. Semakin banyak celah pada sebuah kisi yang memiliki
lebar sama, maka semakin tajam pola difraksi yang ditangkap oleh layar.
Difraksi pada tabung lucutan yang berisi gas menghasilkan pancaran berupa garis
cahaya. Cahaya yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda-beda dan merupakan
karakteristik gas yang terdapat dalam tabung lucutan. Semakin banyak celah pada kisi
jarak antara terang pusat semakin jauh. Panjang gelombang dari warna merah adalah
yang paling besar dan panjang gelombang dari warna ungu adalah yang paling kecil.
J. Daftar Pustaka
Tim Praktikum Atom dan Molekul. (2022). Modul Praktikum Atom dan Fisika . Jurusan
Fisika: Universitas Negeri Malang.
K. Lampiran
1. Tugas
a. Turunkan persamaan untuk menentukan panjang gelombang [persamaan (1)].
Jawab:
Jika celah tunggal dibagi menjadi dua bagian dengan lebar masing-masing 1/2 d maka
gelombang 1 dan 3 berbeda lintasan 1/2 𝑑 sin 𝜃, demikian juga gelombang 2 dan 4.
interferensi minimum terjadi bila beda lintasannya sama dengan setengah panjang
gelombang sehingga 1/2 𝑑 sin 𝜃 = 1⁄2  atau𝑑 sin 𝜃 = . Jika celah dibagi menjadi
empat bagian, dengan cara yang sama diperoleh 1/4 𝑑 sin 𝜃 = 1⁄2  atau𝑑 sin 𝜃 =
2. Sehingga secara umum garis gelap ke-m terjadi jika 𝑑 sin 𝜃 = 𝑚  …………(1)

dengan m = 0,±1, ±2, ±3, ....


Dari gambar diatas diperoleh nilai
𝑥
sin 𝜃 = ……………………………………………..(2)
𝑟

Dengan 𝑟 = √𝐿2 + 𝑥 2
𝑥
maka sin 𝜃 = … (2)
√𝐿2 +𝑥 2

Persamaan (1) dan (2) disubstitusikan, diperoleh

𝑥 𝑥
𝑑 = 𝑚.  𝑎𝑡𝑎𝑢  = 𝑑
√𝐿2 + 𝑥 2 𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
Dimana
d = Jarak antar celah
x = Jarak terang pertama dari terang pusat
L = Jarak dari kisi ke terang layar
b. Jelaskan bagaimana prinsip dari eksperimen ini. Bandingkan dengan prinsip
pengukuran panjang gelombang laser dengan kisi (pada percobaan pertama) !
Pada eksperimen spektrum garis cahaya, suatu gas yaitu argon dan neon
diletakkan di dalam tabung yang kemudian tabung tersebut dialiri arus listrik,
sehingga gas akan memancarkan cahaya. Cahaya dipancarkan dalam bentuk
spektrum garis dan tiap gas memancarkan cahaya yang berbeda-beda dan
merupakan karakteristik dari gas argon dan neon. Sedangkan pada eksperimen
difraksi kisi oleh laser, laser disorot ke arah kisi secara langsung dan terbentuk
pola gelap terang dengan satu warna.

2. Perhitungan
a. Argon
i. Kisi 100
 Ungu
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,16
 = 10−5
1√0,862 + 0,162
 = 1,829 × 10−6

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,16 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,925 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,925 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
1,829 × 10−6
𝑅𝜆 = 0,2146%

 Biru
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,19
 = 10−5
1√0,862 + 0,192
 = 2,157 × 10−6

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,19 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,945 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,945 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
2,157 × 10−6
𝑅𝜆 = 0,1289%

 Hijau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,21
 = 10−5
1√0,862 + 0,212
 = 2,372 × 10−6

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,21 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,961 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,961 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
2,372 × 10−6
𝑅𝜆 = 0,1669%
 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,26
 = 10−5
1√0,862 + 0,262
 = 2,894 × 10−6

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,26 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 4,005 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
4,005 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
2,894 × 10−6
𝑅𝜆 = 0,1384%
 Merah
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,27
 = 10−5
1√0,862 + 0,272
 = 2,995 × 10−6

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,27 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 4,015 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
4,015 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
2,995 × 10−6
𝑅𝜆 = 0,1340%
ii. Kisi 300
 Ungu
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,045
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,0452
 = 1,724 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,045 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,280 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,280 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
1,724 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,7425%
 Biru
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,075
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,0752
 = 2,867 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,075 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,287 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,287 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
2,867 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4474%
 Hijau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,08
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,082
 = 3,057 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,08 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,283 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,283 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
3,057 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4198%
 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,105
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,1052
 = 3,999 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,105 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3
∆𝜆 = 1,286 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,286 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
3,999 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,3216%
 Merah
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥2
0,12
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,122
 = 4,561 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,12 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,288 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,288 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
4,561 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,2825%
iii. Kisi 600
 Ungu
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,05
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,052
 = 9,287 × 10−8

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3
2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,05 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,209 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,209 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
9,287 × 10−8
𝑅𝜆 = 0,6686%

 Biru
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,06
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,062
 = 1,114 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,06 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,213 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,213 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
1,114 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,5579%

 Hijau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,07
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,072
 = 1,298 × 10−7
2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,07 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,217 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,217 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
1,298 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4789%
 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,08
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,082
 = 1,482 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,08 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,221 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,221 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
1,482 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4198%
 Merah
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,09
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,092
 = 1,665 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,09 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,226 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,226 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
1,665 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,3739%
b. Neon
i. Kisi 100
 HIjau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,05
 = 10−5
1√0,862 + 0,052
 = 5,804 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,05 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,881 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,881 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
5,804 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,6686%

 Kuning
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,06
 = 10−5
1√0,862 + 0,062
 = 6,960 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,06 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,883 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,883 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
6,960 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,5579%

 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,07
 = 10−5
1√0,862 + 0,072
 = 8,113 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,07 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,885 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,885 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
8,113 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4789%
 Merah terang
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,075
 = 10−5
1√0,862 + 0,0752
 = 8,688 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,075 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,887 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,887 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
8,688 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,4474%
 Merah gelap
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,085
 = 10−5
1√0,862 + 0,0852
 = 9,836 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
10−5 2 10−5 . 0,085 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 3,890 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
3,890 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
9,836 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,3955%
ii. Kisi 300
 Hijau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,11
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,112
 = 4,187 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,11 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,287 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,287 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
4,187 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,3073%
 Kuning
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,125
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,1252
 = 4,747 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,125 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,289 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,289 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
4,747 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,2716%
 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,135
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,1352
 = 5,118 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,135 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,291 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,291 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
5,118 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,2522%
 Merah terang
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,15
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,152
 = 5,670 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,15 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3
∆𝜆 = 1,293 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,293 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
5,670 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,2281%
 Merah gelap
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥2
0,16
 = 0,33 × 10−5
1√0,862 + 0,162
 = 6,036 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,33 × 10−5 2 0,33 × 10−5 . 0,16 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 1,295 × 10−9
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
1,295 × 10−9
𝑅𝜆 = × 100%
6,036 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,2146%
iii. Kisi 600
 Hijau
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,34
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,342
 = 5,882 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3
2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,34 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,550 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,550 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
5,882 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,1113%

 Kuning
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,37
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,372
 = 6,323 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,37 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,612 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,612 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
6,323 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,1046%

 Orange
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,39
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,392
 = 6,608 × 10−7
2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,39 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,656 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,656 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
6,608 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,1007%
 Merah terang
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,41
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,412
 = 6,885 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,41 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,703 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,703 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
6,885 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,0973%
 Merah gelap
𝑥
 =𝑑
𝑚√𝐿2 + 𝑥 2
0,44
 = 0,16 × 10−5
1√0,862 + 0,442
 = 7,288 × 10−7

2 2
𝑑 2 𝑑. 𝑥 2

∆𝜆 = | ∙ ∙ ∆𝑥| + |− 2 ∙ ∙ ∆𝐿|
𝐿 3 𝐿 3

2 2
0,16 × 10−5 2 0,16 × 10−5 . 0,44 2
∆𝜆 = √| ∙ ∙ 0,0005| + |− ∙ ∙ 0,0005|
0,86 3 0,862 3

∆𝜆 = 6,775 × 10−10
∆𝜆
𝑅𝜆 = × 100%
𝜆
6,775 × 10−10
𝑅𝜆 = × 100%
7,288 × 10−7
𝑅𝜆 = 0,0930%
3. Dokumentasi

Gambar 4. Tabung lucutan gas Gambar 5. Layar Gambar 6. Kabel konektor

Gambar 8. Induktor Rumkorff Gambar 9. Poser supply Gambar 10. Statif

Gambar 11. Kisi Gambar 12. Mistar


4. Laporan sementara

Gambar 13. Laporan Sementara Praktikum Spektrum Garis Cahaya


5. Plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai