Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM INTERFEROMETER MICHELSON

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Optika


Yang diampu oleh Dr. Robi Kurniawan, M. Si.

Oleh:

Rizka Amalia Aulia (200321614849)


Offering G1/AB2

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA

NOVEMBER 2022
a. Tujuan
1. Memahami cara kerja interferometer Michelson.
2. Mengukur panjang gelombang sinar Laser He-Ne
b. Dasar teori
Untuk mempelajari interferensi dari berkas cahaya koheren dapat dilihat pada
percobaan interferometer Michelson. Percobaan ini merupakan salah satu cara yang teliti
untuk mengukur panjang gelombang cahaya. Telah diketahui bahwa terjadinya pola gelap
terang pada gejala interferensi berkas cahaya disebabkan adanya perbedaan lintasan
perjalanan dua berkas cahaya. Dengan mengubah posisi cermin pantul atau secara teori
mengubah perbedaan lintasan cahaya akan tampak pola gelap terang yang berubah-ubah.
Oleh sebab itu dalam percobaan ini juga akan dipelajari hubungan antara perubahan
posisi cermin pantul dalam hal ini perubahan lintasan yang ditunjukkan adanya
perubahan frinji-frinji (cincin lingkaran gelap terang) yang terjadi.
Interferometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur panjang atau
perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan garis-garis
interferensi. Berikut ini susunan percobaan interferometer Michelson (lihat Gambar 1).
Interferometer Michelson menghasilkan interferensi dengan membagi seberkas cahaya
monokromatik sehingga salah satu berkas menuju cermin tetap dan lainnya menuju ke
cermin bergerak. Ketika berkas-berkas pantul bertemu kembali, suatu pola interferensi.
Cahaya dari sebuah Laser dijatuhkan pada cermin separuh mengkilat M. Cermin tersebut
memiliki lapisan perak yang tebalnya hanya cukup untuk memantulkan sebagian cahaya
yang datang dan sebagian diteruskan lagi. Di M, cahaya terbagi menjadi dua bagian,
sebagian ditransmisikan menuju cermin M2 dan sebagian lagi dipantulkan menuju cermin
M1. Oleh M1 dan M2, cahaya tersebut dipantulkan kembali ke arah M kemudian
diteruskan/dipantulkan ke layar. Karena keduanya berasal dari satu sumber yaitu Laser,
maka keduanya merupakan sinar koheren dan dapat berinterferensi.
Jika mula-mula pusat dari pola garis interferensi yang terjadi di layar kelihatan
terang, bila M2 digeser sedemikian rupa ke M2′, maka cincin terang berubah ke terang
berikutnya, maka lintasan cahaya yang menumbuk M2 telah bergeser sejauh satu panjang
gelombang atau sejauh S. Pergeseran ke belakang atau ke depan sama akibatnya. Karena
cahaya dua kali (bolak-balik) melalui lapisan udara yang sama, berarti cermin M2 telah
mundur sejauh setengah panjang gelombang ke M2’. Dengan demikian besarnya S
adalah:
𝑆 = 𝑁𝜆 (1)
Dimana n= jumlah perubahan cincin terang-gelap-terang, di pusat lingkaran, λ=panjang
𝑀2 ′−𝑀2
gelombang laser dan 𝑆 = 2 | | = perubahan panjang lintasan cahaya. Dengan
𝜆
demikian,
𝑀2 ′−𝑀2
𝑛 = 2| | (2)
𝜆
Gambar1. Skema Interferometer Michelson

c. Alat dan bahan


1. Set alat lengkap seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.
2. Set –up interferometer Michelson
3. Laser He-Ne
4. Layar putih/kertas
d. Gambar set alat percobaan

Gambar2. Set Alat Percobaan

Gambar3. Alat Interferometer Michelson


e. Prosedur percobaan
1. Meletakkan Laser pada posisi yang aman (tidak mudah goyang) dan mengarahkan
cahaya Laser pada set-up percobaan interferometer Michelson.
2. Menyalakan Laser, kemudian mengatur posisi cermin setengah mengkilat sampai
berkas Laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus.
3. Mengatur cermin M2 sampai terjadi bayangan di layar berbentuk cincin lingkaran.
4. Mencatat posisi M2, kemudian gerakkan perlahan-lahan vernier dan hitung
banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n= 1) pada pusat frinji.
Serta catat posisi M2′ (berdsarkan pergeseran pembacaan skala pada vernier).
Demikian seterusnya sampai mendapatkan beberapa data.

f. Data pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut;
No. Posisi M2 Posisi M2’ n
1 0 1 2
2 0 2 4
3 0 3 6
4 0 4 9
5 0 5 11
6 0 6 16
7 0 7 19
8 0 8 22
9 0 9 24
10 0 10 26
11 0 11 30
12 0 12 33
13 0 13 36
14 0 14 40
15 0 15 42

Nst: 1𝜇𝑚.
Variabel bebas:𝑀2′ .
Variabel kontrol: 𝑀2
Variabel terikat: Pola gelap terang
g. Analisis data
a) Metode Analisis
Pada percobaan ini analisis data yang digunakan merupakan ralat kuadrat terkecil.
Rumus-rumus yang akan digunakan yaitu:
𝑆 = 𝑁𝜆
𝑆 = 2|𝑀2 ′ − 𝑀2 |
n𝜆 = 2|𝑀2 ′ − 𝑀2 |
𝑀2 ′ − 𝑀2
𝜆 = 2| |
𝑛
Jika dikaitkan denga n persamaan garis linear, didapatkan :
𝑥=𝑛
𝑦 = 2|𝑀2 ′ − 𝑀2 |
𝑏=𝜆
a. Menentukan ralat grafik
 Mencari nilai a
∑𝑥 2 ∑𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑎=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥 )2
 Mencari nilai b
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑏=
𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥 )2
 Mencari nilai 𝑆𝑦

1 ∑𝑥 2 (∑𝑦)2 − 2∑𝑥∑(𝑥𝑦)∑𝑦 + 𝑛(∑𝑥𝑦)2


𝑆𝑦 = √ |∑𝑦 2 − |
𝑛−2 𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥 )2
 Mencari nilai 𝑆𝑏
𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑛∑𝑥 − (∑𝑥)2
2

 Mencari nilai 𝑅𝑏 (ralat relative):


𝑆𝑏
𝑅𝑏 = 𝑥 100%
𝑏
b) Sajian hasil
No. x y x² y² xy
1 2 2 4 4 4
2 4 4 16 16 16
3 6 6 36 36 36
4 9 8 81 64 72
5 11 10 121 100 110
6 16 12 256 144 192
7 19 14 361 216 266
8 22 16 484 256 352
9 24 18 576 324 432
10 26 20 676 400 520
11 30 22 900 484 660
12 33 24 1089 576 792
13 36 26 1296 676 936
14 40 28 1600 784 1120
15 42 30 1764 900 1260
Σ 320 240 9260 4980 6768
Σ² 102400 57600 85747600 24800400 45805824

9260 . 240 − 320. 6768


𝑎=
15. 9260 − 102400
𝑎 = 58,7835
15. 6768 − 320. 240
𝑏=
15. 9260 − 102400
𝑏 = 0,6772602739
1 9260 . 57600 − 2. 320 . 6768 . 240 + 15 . 45805824
𝑆𝑦 = √ |4980 − |
13 15. 9260 − 102400
𝑆𝑦 = 1,35519

15
𝑆𝑏 = 1,35519√
15. 9260 − 102400
𝑆𝑏 = 0,0274726
𝑅𝑏 = 4,0564%
𝜆𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝜆𝑡𝑒𝑟𝑜𝑖 677,2 − 632,8
× 100% = × 100% = 6,5564%
𝜆𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 677,2
Grafik Hubungan Pola Gelap Terang dengan
Cermin 2
35

30 y = 0.6773x + 1.5518
R² = 0.9965
25

20

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

h. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan mengambil 15 data dengan mengamati
gelap terang dan skala yang ditunjukkan pada interferometer. Saat awal pengambilan data
yang diamati dari awal adalah M2 dan M2’ yang merupakan perrgesaran skala pada
interferometer per periode /per garis. Data yang telah diamati kmeudian dianalisis dan
diperoleh hasil bahwa panjang gelombang laser sebesar 𝜆 = 0,6772602739𝜇𝑚 =
677,2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 4,0564% dan perbedaan antara hasil percobaan
dengan teori adalah 6,5564%.
Dari hasil analisis panjang gelombang laser menurut teori dan percobaan yang telah
dilakukan, terdapat perbedaan yang relative kecil. Besar panjang gelombang laser pada
percobaan sebesar sedangkan panjang gelombang laser pada teori sebesar . Hal ini dapat
terjadi karena saat melakukan percobaan masih terdapat kesalahan, antara lain; alat yang
digunakan kondisinya kurang baik dan pengambilan data yang dilakukan praktikan,
seperti saat mengatur set alat yang kurang tepat dan ketidaktepatan saat menghitung pola
gelap terang, sehingga didapatkan hasil akurasi panjang gelombang laser saat percobaan
dengan teori memiliki perbedaan yang relative kecil.
i. Kesimpulan
Set-up alat interferometer Michelson adalah saat seberkas cahaya monokromatik
dipancarkan masuk kedalam set alat dan dipisahkan kembali, pola interferensi akan
terbentuk karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua berkas
cahaya laser. Sehingga pola interferensi akan terlihat pada kertas putih yang ditunjukkan
dengan pola gelap terang.
Hasil yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan menggunakan analisis data
melalui ralat kuadrat terkecil dan ralat grafik, didapatkan besar panjang gelombang laser
He-Ne 677,2 ± 0,027𝑚 dengan ralat relative sebesar 4,0564%dan akurasi perbedaan
hasil percobaan dnegan teori sebesar 6,5564%
j. Daftar Pustaka
Hidayat, A. (n.d.). Optika.
Tim Praktikum Optika. (2022). Modul Praktikum Optika. Departemen Fisika Universitas
Negeri Malang.
k. Lampiran

Gambar4. Laporan Sementara


Gambar5. Alat Interferometer Michelson 1

Gambar6. Laser He-Ne

Gambar7. Layar dengan Bayangan Laser

Anda mungkin juga menyukai