LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Fisika Modern
Yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si
Oleh:
Putri Fuziah
180322615012
INTERFEROMETER MICHELSON
A. Tujuan
Dalam Eksperimen Interferomet Michelson, praktikum diharapkan mampu
1. Memahami cara kerja Interferometer Michelson.
2. Mengukur panjang gelombang sinar LASER He-Ne.
B. Dasar Teori
Interferensi adalah penggabungan suporposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu pada satu titik ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-pola cincin dapat
digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang berkaitan dengan interferensi,
seperti pajang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan ketebalan bahan.
(Tipler, 1991). Interferometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
panjang gelombang dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi menggunakan garis-garis
interferensi.
Interferometer dapat menampilkan dengan jelas suatu pola gelap-terang cahaya atau
frinji-frinji pada orde-orde yang dapat diamati dengan jelas. Dikutip dari Serway
(2010:140) bahwa interferometer yang diciptakan oleh A.A Michelson (1852-1931),
seberkas sinar cahaya dipisahkan menjadi dua bagian kemudian menggabungkan kembali
bagian-bagian yang terpisah itu untuk membentuk sebuah pola interferensi. Telah
diketahui bahwa terjadi pola gelap dan terang pada gejala interferensi berkas cahaya yang
disebabkan oleh adanya perbedaan lintasan perjalanan dua berkas cahaya.
Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan pola interferensi dari perbedaan
panjang lintasan disebut interferometer optic. Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo.
Pada pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama dibagi
menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren dan ketika
jatuh dilayar akan membentuk pola interferensi yang berwujud garis gelap terang
berselang-seling. Ditempat garis terang, gelombang-gelombang dari dua celah sefase
sewaktu tiba ditempat tersebut. Sebaliknya, ditempat garis gelap, gelombang-gelombang
dari kedua celah berlawanan fase sewaktu tiba ditempat tersebut. (Soedarjo, 1992)
Pada interferensi cahaya apabila dua gelombang memiliki frekuensi dan panjang
gelombang yang sama tetapi fasenya berbeda digabungkan menjadi satu maka akan
menghasilkan gelombang dengan amplitudo tergantung pada fase. Perbedaan fase kedua
gelombang disebabkan oleh panjang lintasan gelombang yang berbeda yang ditempuh
oleh gelombang tersebut. Dalam percobaan Interferometer Michelson ini digunakan laser
He-Ne dan sebuah layar berupa kertas putih agar dapat melihat pola gelap terang yang
terjadi. Lintasan yang dilalui berkas cahaya akibat pola gelap terang yang terjadi.
Lintasan yang lalui berkas cahaya akibat pola atau frijin interferensi yang bergerak dan
berpindah, diperoleh jarak pergeseran
S=nλ … … … … … … … … .(1)
Dimana S adalah jarak pergeseran, n adalah perubahan jumlah frijin (gelap-terang-gelap),
dan λ adalah panjang gelombang LASER He-Ne.
Percobaan ini untuk menetukan panjang gelombang sinar LASER He-Ne. Berdasarkan
persamaan 1, maka diperoleh
S
λ= … … … … … … … … …(2)
n
Data percobaan praktikum ini berkaitan erat dengan posisi cermin M2 dan M2’, maka
jarak pergeseran adalah
E. Data Pengamatan
F. Analisis Data
Dalam mencari nilai panjang gelombang (λ) Laser He-Ne menggunakan rumus
2|M 2 ´−M 2|
λ= dengan menghitung perubahan pola gelap terang yang terjadi akibat
n
pergeseran lintasan optic yang berinterferensi oleh perubahan posisi M2. Ralat yang
digunakan yaitu kuadrat terkecil dengan persamaa umum y=a+bx. Dari rumus panjang
gelombang dapat diperoleh
Sehingga diketahui bahwa a=0 dan b=λ, y=2|M 2' −M 2| dan x=n.
No x y x2 y2 xy
1 5 0,0000012 25 1,44E-12 0,000006
2 10 0,0000024 100 5,76E-12 0,000024
3 15 0,0000036 225 1,296E-11 0,000054
4 20 0,0000048 400 2,304E-11 0,000096
5 25 0,000006 625 3,6E-11 0,00015
6 30 0,0000072 900 5,184E-11 0,000216
7 35 0,0000084 1225 7,056E-11 0,000294
8 40 0,0000096 1600 9,216E-11 0,000384
9 45 0,000108 2025 1,1664E-08 0,00486
10 50 0,00012 2500 1,44E-08 0,006
𝜮 275 0,0002712 9625 2,6358E-08 0,012084
2
𝜮 75625 7,355E-08 92640625 6,9473E-16 0,000146
Untuk nilai b dapat diperoleh dengan rumus
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b= 2
=¿ 2,2.10-6
n ∑ x 2−( ∑ x )
2 2
√
2
Sy=
1
n−2
Ʃ y2
∑x
| ( ∑ y ) −2 ∑ x ∑ y ∑ xy+ n ( ∑ x y )
n ∑ x 2−( ∑ x )
2
|
=¿ 3,3.10
-5
n
Sb =S y
√ 2
n ∑ x −( ∑ x )
2
=¿ 7,2.10-7
Sb
Rb = ×100 %=¿32,23% (2AP)
b
Didapatkan grafik hubungan antara lintasan (2|M 2' −M 2|¿ dengan perubahan pola cincin
terang-gelap-terang (n) adalah sebagai berikut.
Grafik hubungan antara perubahan terang-gelap-terang (n)
dengan M2'
0
0
0
0
f(x) = 0 x − 0
M2'
0 R² = 0.55
0
0
0
0 10 20 30 40 50 60
n
G. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa interferometer memiliki beam
spilitter yang digunakan untuk membagi berkas cahaya dimana berkas cahaya nanti
sebagian akan dipantulkan pada adjustable mirror dan sebagian lagi akan ditransmisikan
ke movable mirror, yang selanjutnya memasuki splitter lagi dan akan dibelokkan meuju
detector atau layar yang akan memunculkan pola gelap terang karena terjadi interferensi
gelombang.
Interferometer Michelson dapat digunakan untuk menentukan besar panjang
gelombang sinar laser yang digunakan. Pada percobaan kali ini laser yang digunakan
adalah Laser He-Ne yang berwarna merah dengan jangkauan panjang gelombang 630-
760 nm dan nilai panjang gelombang yang didapatkan setelah melakukan perhitungan
adalah sebesar λ=( 2,2 ±7,2 ) μm dengan ralat sebesar 32,23%. Hasil ini memliki
perbedaan yang cukup besar kemungkinan dikarenakan kurang teliti dalam menghitung
banyaknya pola gelap terang yang terbentuk.
Dari nilai kemiringan garis, dapat ditentukan nilai panjang gelombang laser He-Ne.
Dari grafik secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, bila salah satu lintasan optis
dari kedua berkas lintasan mengalami pergeseran, maka akan terjadi pergeseran
gelombang cahaya sumber tersebut. Hal ini berpengaruh pada pola gelap terang yang
dihasilkan, sehingga pada layar akan nampak pergerakan frinji dengan arah masuk pola
interferensi jika lintasan optis dibuat lebih panjang.
Saran yang dapat disampaikan pada percobaan ini yaitu lebih teliti dalam merangkai
set alat percobaan interferometer Michelson, dan lebih teliti dalam menghitung jumlah
pola gelap terang yang muncul dan pelan-pelan dalam memutar skala pada interferometer
Michelson.
H. Kesimpulan
Cara kerja Interferometer Michelson yaitu ketika sumber cahaya diarahkan pada
beam splitter yang kemudian diteruskan pada cermin pertama atau M 1, sebagian cahay
akan dipantulkan ke cermin kedua atau M2 dan kembali ke beam splitter, kemudian
diteruskan ke layar sehingga terlihat pola interferensi yang berbentuk cincin lingkaran.
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data dengan menggunakan metode ralat kuadrat
terkecil, maka diperoleh nilai panjang gelombang sinar Laser He-Ne adalah sebesar
λ=( 2,2 ±7,2 ) μm dengan ralat sebesar 32,23%.
I. TUGAS
Hitung panjang gelombang dari cahaya laser He-Ne yang digunakan dalam percobaan
Interferometer Michelson berdasarkan data yang diperoleh dan ralat hitungnya
Jawab : Sub-bab analisis data
J. Daftar Rujukan
Amelia R., G.A. Pauzi, Warsito. 2015. Analisis Pola Interferensi pada Interferometer
Michelson untuk Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing.
Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 3(2), 130-136.
Giancoli, C. Douglas. 2001. Physics Fifth Edition Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P. A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa Dr.Bambang
Soegijono). Jakarta: Erlangga.
Tim Praktikum Fisika Modern. 2019. Modul Fisika Modern.Malang: Universitas Negeri
Malang.