Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA MODERN

PRAKTIKUM INTERFEROMETER MICHELSON

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Praktikum Eletronika II

Yang Dibimbing oleh Muhammad Reyza Arief Taqwa, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Titis Wahyu Devitasari

NIM : 180321614517

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

FEBRUARI 2020
A. TUJUAN
Dalam percobaan Interferometer Michelson ini mahasiswa diharapkan :
1. Memahami cara kerja interferometer Michelson
2. Mengukur panjang gelombang sinar Laser He-Ne
B. DASAR TEORI
Interferometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur panjang atau
perubahan panjang gelombang cahaya dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan
garis-garis interferensi. Pada percobaan ini cahaya laser ditembakkan pada cermin separuh
mengkilat M yang memiliki lapisan perak yang tebalnya hanya dapat memantulkan cahaya
yang datang dan sebagian lagi diteruskan kembali. Saat di M cahaya akan terbagi menjadi
2 bagian, sebagian ditranmisikan menuju cermin M2’ dan sebagian lagi dipantulkan
menuju M2. Oleh M2 dan M2’ cahaya tersebut akan dipantulkan kembali pada layar.
Karena keduanya bersal dari sumber cahaya yang sama maka merupakan dan sinar yang
koheren dan dapat berinterferensi (Tim Praktikum Fisika Modern, 2020).
Hal ini sesuai dengan prinsip terjadinya interferensi, bahwa interferensi merupakan
bertemunya dua buah gelombang atau lebih, sehingga terjadinya penggabungan secara
superposisi atau lebih pada sebuah titik disebut (Tipler, 2001). Sedangkan syarat yang
harus dipenuhi untuk terjadinya interferensi adalah sumber cahaya harus koheren dan
monokromatis atau berasal dari suatu panjang gelombang tunggal (Serway, 2010).
Jika mula-mula pusat pada pola garis interferensi yang dilayar terang, bila M2
digeser sedemikian rupa ke M2’ sehingga cincin terang berubah ke terang berikutnaya
maka lintasan cahaya akan menumbuk M2 telah bergeser sejauh satu panjang gelombang
atau sejauh S. sehingga besar S = n𝜆 , dimana n adalah jumlah perubahan cincin terang-
gelap-terang dan 𝜆 merupakan panjang gelombang laser serta S= 2|𝑀2′ − 𝑀2| dengan
2|𝑀2′ −𝑀2|
demikian 𝜆 = (Tim Praktikum Fisika Modern, 2020). Perbedaan waktu antara
𝑛

sinar cahaya yang dipantulkan menimbulkan beda fase antara sinar-sinar cahaya dan
menghasilkan pola interferensi saat sinar-sinar tersebut digabungkan (Serway, 2010).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat dan Bahan
a. Set-up Interferometer Michelson
b. Laser He-Ne
c. Layar putih/kertas
2. Desain alat

Gambar 1. Set alat Interferometer Michelson

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Meletakkan laser pada posisi yang aman (tidak mudah goyang) dan arahkan cahaya
laser pada set-up percobaan interferometer Michelson.
2. Lalu menyalakan Laser kemudian mengatur posisi cermin setengah mengkilat hingga
berkas laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus.
3. Mengatur posisi cermin M2 hingga terjadi bayangan dilayar yang berbentuk cicncin
lingkaran.
4. Mencatat posisi M2, kemudian digerakkan perlahan-lahan vernier dan menghitung
banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n = 1) pada pusat frinji. Serta
catat posisi M’2 (berdasarkan pergeseran pembacaan skala pada vernier). Demikian
sterusnya hingga mendapatkan beberapa data.

E. LEMBAR DATA

No Posisi M2 Posisi M2’ n


1. 0 2±0.5 5 ± 0,5
2. 0 4±0.5 9 ± 0.5
3. 0 6±0.5 14±0.5
4. 0 8±0.5 20± 0.5
5. 0 10±0.5 26±0.5
6. 0 12±0.5 34±0.5
7. 0 14±0.5 39±0.5
8. 0 16±0.5 44±0.5
9. 0 18±0.5 52±0.5
10. 0 20±0.5 57±0.5
Tabel 1. Data Pengamatan

F. ANALISIS DATA
Berdasarkan data pengamatan yang telah didapatkan dengan menggunakan
analisis kuadrat terkecil dan analisis grafik dihasilkan sebagai berikut :
Persamaan garis linear: 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
2|𝑀′ 2 −𝑀2 |
Persamaan perubahan panjang lintasan cahaya: = ; 𝑀2 = 0
𝑛
2|𝑀′ 2 |
𝜆= atau 2|𝑀′ 2 | = 𝜆𝑛
𝑛

Dengan menggunakan persamaan garis linear, maka didapatkan


𝑦 = 2|𝑀′ 2 | , 𝑎 = 0, 𝑏 = 𝜆, dan 𝑥 = 𝑛

No X Y = 2|𝑀2′ − 𝑀2| x^2 y^2 xy


1 5 0.000004 25 1.6E-11 0.00002
2 9 0.000008 81 6.4E-11 0.000072
3 14 0.000012 196 1.44E-10 0.000168
4 20 0.000016 400 2.56E-10 0.00032
5 26 0.00002 676 4E-10 0.00052
6 34 0.000024 1156 5.76E-10 0.000816
7 39 0.000028 1521 7.84E-10 0.001092
8 44 0.000032 1936 1.02E-09 0.001408
9 52 0.000036 2704 1.3E-09 0.001872
10 57 0.00004 3249 1.6E-09 0.00228
∑ 300 0.00022 11944 6.16E-09 0.008568
∑^2 90000 4.84E-08 1.43E+08 3.79E-17 7.34E-05
a. Menghitung gradien garis (b)
𝑛. 𝛴𝑥𝑦 − 𝛴𝑥. 𝛴𝑦
𝑏=
𝑛. 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2

𝑏 =6.68478E-07
b. Menghitung nilai Sy

1 2
𝛴𝑥 2 . (𝛴𝑦)2 − 2. 𝛴𝑥. 𝛴𝑦. 𝛴𝑥𝑦 + 𝑛. (𝛴𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ |𝛴𝑦 − |
𝑛−2 𝑛. 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2

Sy= 2.77384E-05

c. Mengitung nilai Sb

𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑛. 𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2

Sb =5.11226E-07
d. Meghitung Ralat Relatif
𝑆𝑏
𝑅𝑏 = . 100%
𝑏

Rb = 76 % (2AP)

Grafik Hubungan Antara Perubahan Pola Terang-Gelap-Terang


(n) dengan Pergeseran Movable Mirror (S)
0.00005
y = 7E-07x + 2E-06
0.00004
R² = 0.9966
0.00003

0.00002

0.00001

0
0 10 20 30 40 50 60

Dari grafik di atas didapatkan nilai λ sebesar 6.68478 x 10−7 m atau 668 nm.
Secara teori panjang gelombang warna merah sekitar 630 nm.
(630−668)
Nilai ralatnya: 𝑅𝜆 = 100% = 6,03 % (3 AP)
630

Jadi, panjang gelombang merah sebesar (6.7 ± 5,1) 𝑛m dengan ralat 6.03 % (3AP).

G. PEMBAHASAN
Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan
gejala interferensi. Prinsip pada interferensi adalah bahwa beda lintasan optik akan
membentuk suatu frinji (Resnick, 1993). Interferometer ini dikembangkan oleh A.A.
Michelson pada tahun 1881 dengan menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang
cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama (koheren) (Falah, 2008).
Pada percobaan ini alat bekerja dengan menembakkan sinar Laser He-Ne pada
cermin sehingga pada akhirnya akan menghasilkan 2 buah cahaya yang saling bertemu.
Karena berasal dari cahaya yang sama (koheren) maka terjadilah pola interferensi yang
ditandai dengan adanya pola gelap terang pada layar. Percobaan Interferometer ini juga
bertujuan untuk mencari panjang gelombang Laser He-Ne yang secara teori memiliki
panjang gelombang 630 nm. Karena dalam percobaan ini yang diamati adalah perubahan
pola dan jumlah frinji interferensi pada Interferometer Michelson, dan dari perubahan pola
frinji tersebut dapat dihitung nilai panjang gelombang laser. Dari data pengamatan dan
analisis data menggunakan analisis grafik dan metode kuadrat terkecil di dapat persamaan
garis 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 yaitu y = 7E-07x + 2E-06 dengan b merupakan nilai dari panjang
gelombang ( 𝜆). Sehingga didapatkan panjang gelombang Laser He-Ne sebesar (6.7 ±
5,1) 𝑛m dengan ralat 6.03 % (3AP).
Dalam percobaan ini masih terdapat beberapa kesulitan seperti alat yang kurang
stabil sehingga kesulitan dalam mencari nilai n. Untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya
diharapkan lebih teliti saat proses pengambilan data dan memastikan alat bekerja dengan
baik.
H. KESIMPULAN
1. Cara kerja interferometer Michelson adalah dengan menembakkan cahaya laser pada
cermin hingga nantinya akan menghasilkan 2 buah cahaya koheren yang
bertumbukan sehingga menghasilkan interferensi yang ditandai dengan pola gelap
terang.
2. Berdasarkan data pengamatan dan analisis data didapatkan panjang gelombang laser
He-Ne sebesar (6.7 ± 5,1) 𝑛m dengan ralat 6.03 % (3AP).
I. DAFTAR PUSTAKA
Falah, Masroatul.2008. Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk
Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya. Semarang : Jurusan
Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro
Halliday, D. dan Resnick, R. 1993. Fisika Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Serway, Jewwet. 2010. Fisika Dasar 3. Jakarta : Salemba Teknika
Tim Praktikum Fisika Moderen.2020. Modul Praktikum Fisika Moderen. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Tipler, P. A. 2001.Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa Dr.Bambang
Soegijono).
Penerbit Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai