TUNGGAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Optika
Yang diampu oleh Dr. Robi Kurniawan, M. Si.
Oleh:
NOVEMBER 2022
a. Tujuan
Mempelajari prinsip pola difraksi Fraunhoffer celah tunggal.
b. Dasar teori
Difraksi pada celah tunggal merupakan suatu proses penyebaran atau pelenturan cahaya
pada sebuah celah sempit. Pada difraksi celah tunggal, akan menghasilkan garis terang
pada layar yang berjarak 1. Titik pusat orde terang berdada ditengah-tengah proyeksi di
layar. Semakin menjauhi pusat orde terang, cahaya akan semakin meredup. Hali ini
dikarenakan dalam celah tunggal, hasil gelombang baru hanya merupakan satu
gelombang baru saja, sehingga tidak terjadi gejala interferensi yang akan
menyebabkanterjadinya pola gelap terang yang saling berurutan membentuk banyak orde.
(Deslauriers et al., 2011)
Dalam pendekatan difraksi Fraunhofer, sumber berada jauh dari celah sehingga
muka gelombang cahaya yang mencapai celah adalah bidang. Hal ini bisa direalisasikan
dengan meletakkan sumber cahaya di titik fokus lensa positif. Dengan cara yang sama,
layar pengamatan dapat dianggap berada di tak terhingga dengan menggunakan lensa di
depan celah seperti diperlihatkan dalam Gambar3. Maka cahaya yang mencapai sebuah
titik P pada layar adalah berasal dari berkas cahaya pararel dari bagian muka gelombang
yang berbeda-beda pada celah (garis putus-putus). Menurut Prinsip Huygen-Fresnel,
wavelet sferis dari setiap titik muka gelombang yang mencapai bidang celah, medan
resultannya di P dihitung dengan prinsip superposisi. Seperti diperlihatkan dalam
Gambar3, gelombang-gelombang yang sampai di P tidak sefase. Sebagai contoh,
seberkas cahaya dari pusat celah mempunyai panjang lintasan optic lebih pendek dari
pada cahaya yang memancar dari titik sejauh s di atas sumbu optik.
e. Prosedur percobaan
1. Menyusun peralatan seperti ditunjukkan dalam gambar 2.
Menggunakan lengan extender celah dan kedua reflector untuk menyusun celah
vertical. Mengatur lebar celah sebesar 7,0 cm dan meluruskan celah sesimetri
mungkin.
2. Menyusun skala rotasional pada belakang transmitter maupun receiver untuk
polarisasi (0 derajat). Mengatur kontrol receiver untuk mendapatkan pembacaan
skala penuh pada intensitas (INTENSITY) serendah mungkin.
3. Memutar lengan goniometer yang dapat berputar (dimana receiver tetap diam)
secara perlahan sekitar sumbunya. Mengamati pembacaan meter.
4. Mengatur kembali lengan goniometer sehingga receiver secara langsung
berhadapan dengan transmitter. Mengatur kontrol receiver untuk memperoleh
pembacaan meter 1.0. Kemudian memasang sudut lengan goniometer pada
masing-masing harga yang dicari. Di setiap posisi rekam pembacaan meter pada
table. Memerlukan peningkatan setting INTENSITY untuk melihat semua
maksimum dan minimum secara jelas. Jika sudah, bias mengalikan semua data
anda dengan harga yang cocok (yakni, 30, 10, 5, atau 1) sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar proporsional dengan intensitas sinyal. (Di tempat dimana
pembacaan meter berubah secara signifikan di antara sudut yang diatur, anda
mungkin menemukan bahwa ia berguna untuk menyelidiki tingkat atau level
sinyal di sudut-sudut antara).
5. Mengubah lebar celah menjadi 13,0 cm. Menggerakkan transmitter menjauhi
celah. Mengulangi pengukuran pada langkah 4. Mencoba lebar celah yang lain.
f. Data pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut;
Sudut Pembacaan Meter Sudut Pembacaan Meter
(lebar celah 7 cm) (lebar celah 13 cm)
(mA) (mA)
0 4,8 0 4,2
10 4,5 10 3,9
15 4,2 15 3,6
20 3,9 20 3,0
25 3,6 25 2,7
30 3,0 30 1,2
35 0,3 35 0,6
40 0 40 0
45 0 45 0
50 0 50 0
55 0 55 0
60 0 60 0
65 0 65 0
70 0 70 0
75 0 75 0
80 0 80 0
85 0 85 0
g. Analisis data
a) Metode Analisis
Pada percobaan ini analisis data yang digunakan merupakan ralat rambat dan
ralat kuadrat terkecil. Rumus-rumus yang akan digunakan yaitu:
a. Menentukan ralat panjang gelombang
1
∆𝑑 = × 0,1 𝑐𝑚 = 0,05 𝑐𝑚
2
1
𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝜆
2
Menentukan panjang gelombang
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 𝑑 sin 𝜃
2
𝜕𝜆 2
√
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = | . . ∆𝑑|
𝜕𝑑 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝜆𝑚𝑖𝑛
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 2𝑑 sin 𝜃
2
𝜕𝜆 2
√
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = | . . ∆𝑑|
𝜕𝑑 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 100%
𝜆𝑚𝑎𝑥
b) Sajian Hasil
a. Lebar celah = 7 cm
No. Sudut Pembacaan Panjang Gelombang Ralat Relatif
Meter (mA) Minimal (m)
1 0 4,8 0 0%
2 10 4,5 1,2155 ± 0,006 0, 4762%
3 15 4,2 1,8117 ± 0,009 0, 4762%
4 20 3,9 2,3941 ± 0,011 0, 4762%
5 25 3,6 2,9583 ± 0,014 0, 4762%
6 30 3,0 3,5 ± 0,016 0, 4751%
7 35 0,3 4,0150 ± 0,019 0, 4762%
8 40 0 4,4995 ± 0,021 0, 4762%
9 45 0 4,94975 ± 0,023 0, 4762%
10 50 0 5,3623 ± 0,025 0, 4762%
11 55 0 5,7341 ± 0,027 0, 4762%
12 60 0 6,0218 ± 0,029 0, 4794%
13 65 0 6,3441 ± 0,03 0, 4762%
14 70 0 6,5778 ± 0,031 0, 4762%
15 75 0 6,7615 ± 0,032 0, 4762%
16 80 0 6,8936 ± 0,033 0, 4762%
17 85 0 6,9733 ± 0,033 0, 4762%
Ralat grafik
No. X y x² y² xy
1 0 4,8 0 23, 04 0
2 10 4,5 100 20,25 45
3 15 4,2 225 17,64 63
4 20 3,9 400 15,21 78
5 25 3,6 625 12,96 90
6 30 3,0 900 9 90
7 35 0,3 1225 0, 09 10,5
8 40 0 1600 0 0
9 45 0 2025 0 0
10 50 0 2500 0 0
11 55 0 3025 0 0
12 60 0 3600 0 0
13 65 0 4225 0 0
14 70 0 4900 0 0
15 75 0 5625 0 0
16 80 0 6400 0 0
17 85 0 7225 0 0
Σ 760 24,3 44600 98,19 376,5
Σ² 577600 590,49 198160000 9641,2761 141752,25
17. 376,5 − 760. 24,3
𝑏=
17. 44600 − 577600
𝑏 = 0,0668189
1 44600 . 590,49 − 2.760.376,5 .24,3 + 17 . 141752,25
𝑆𝑦 = √ |98,19 − |
15 17. 44600 − 577600
𝑆𝑦 = 1,03356
17
𝑆𝑏 = 1,03356√
17. 44600 − 577600
𝑆𝑏 = 0,0100277
𝑅𝑏 = 14,5711%
1 y = -0.0668x + 4.4166
R² = 0.7475
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-1
-2
b. Lebar celah 13 cm
No. Sudut Pembacaan Panjang Gelombang Ralat Relatif
Meter (mA) Maximal (m)
1 0 4,8 0 0%
2 10 4,5 4,5149 ± 0,012 0,2569 %
3 15 4,2 6,7293 ± 0,017 0,2571 %
4 20 3,9 8,8925 ± 0,023 0,2564 %
5 25 3,6 10,9881 ± 0,023 0,2566 %
6 30 3,0 13 ± 0,03 0,237 %
7 35 0,3 14,913 ± 0,038 0,2561 %
8 40 0 16,7125 ± 0,043 0,2741 %
9 45 0 18,3848 ± 0,047 0,2562 %
10 50 0 19,9172 ± 0,051 0,2566 %
11 55 0 21,298 ± 0,055 0,2564 %
12 60 0 22,5166 ± 0,058 0,2563 %
13 65 0 23,564 ± 0,06 0,2563 %
14 70 0 24,4320 ± 0,063 0,2562 %
15 75 0 25,1141 ± 0,064 0,2564 %
16 80 0 25,605 ± 0,066 0,2562 %
17 85 0 25,9011 ± 0,066 0,2563 %
Ralat grafik
No. x y x² y² xy
1 0 4.2 0 17.64 0
2 10 3.9 100 15.21 39
3 15 3.6 225 12.96 54
4 20 3 400 9 60
5 25 2.7 625 7.29 67.5
6 30 1.2 900 1.14 36
7 35 0.6 1225 0.36 21
8 40 0 1600 0 0
9 45 0 2025 0 0
10 50 0 2500 0 0
11 55 0 3025 0 0
12 60 0 3600 0 0
13 65 0 4225 0 0
14 70 0 4900 0 0
15 75 0 5625 0 0
16 80 0 6400 0 0
17 85 0 7225 0 0
Σ 760 19,2 44600 63,6 277,5
Σ² 577600 368,64 198160000 4044.96 77006,25
17
𝑆𝑏 = 0,822862√
17. 44600 − 577600
𝑆𝑏 = 0,0078349
𝑅𝑏 = 14,3297%
1 y = -0.0547x + 3.5738
R² = 0.7523
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-1
-2
h. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, pada percobaan dengan celah 7 cm
didapatkan nilai 𝑏 sebesar 0,0668189 ± 0,0100277 dengan ralat relative 14,5711%dan
pada percobaan dengan celah 13 cm didapatkan 𝑏 sebesar 0,0546761 ± 0,0078349
dengan ralat relative 14,3297%). Dari pengolahan data pengamatan pada praktikum
gelombang mikro difraksi celah tunggal, diperoleh nilai ralat yang relatif besar. Hal ini
dapat dikarenakan adanya kesalahan saat menyusun set alat dan ketidaktelitian praktikan
saat membaca skala pada alat ukur. Saran yang dapat membantu mengurangi kendala
yaitu dapat dengan mencari bahan referensi tentang gelombang mikro difraksi celah
tunggal, dan juga lebih memahami prinsip dan tata cara praktikum yang akan dilakukan.
i. Kesimpulan
Difraksi Fraunhofer terjadi ketika sumber berada jauh dari celah sehingga muka
gelombang cahaya yang mencapai celah adalah bidang. Hal ini dapat direalisasikan
dengan meletakkan sumber cahaya di titik fokus lensa positif. Dengan cara yang sama,
layar pengamatan dapat dianggap berada di tak terhingga dengan menggunakan lensa di
depan celah. Maka cahaya yang mencapai sebuah titik P pada layar adalah berasal dari
berkas cahaya pararel dari bagian muka gelombang yang berbeda-beda pada celah (garis
putus-putus).
j. Daftar Pustaka
Deslauriers, L., Schelew, E., & Wieman, C. (2011). Improved learning in a large-
enrollment physics class. Science, 332(6031), 862–864.
https://doi.org/10.1126/science.1201783
Hidayat, A. (n.d.). Optika.
Tim Praktikum Optika. (2022). Modul Praktikum Optika. Departemen Fisika Universitas
Negeri Malang.
k. Lampiran
Perhitungan
a. Lebar celah 7 cm
0
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 0
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0
2
𝑠𝑖𝑛 0 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0%
10
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 10
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 1,21554
2
sin 10 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,00578827
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0, 4762%
15
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 15
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 1,81173
2
𝑠𝑖𝑛15 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0086273
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
20
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 20
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 2,39414
2
sin 20 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0114007
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
25
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 25
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 2,95833
2
sin 25 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0140873
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0, 4762%
30
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 30
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 3,5
2
sin 30 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,016
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0, 4571%
35
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 35
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 4,01504
2
sin 35 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0191192
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
40
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 40
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 4,49951
2
sin 40 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0214263
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
45
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 45
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 4,94975
2
sin 45 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0235702
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
50
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 50
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 5,36231
2
𝑠𝑖𝑛50 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0255348
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
55
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 55
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 5,73406
2
sin 55 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0273051
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
60
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 60
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 6,0218
2
sin 60 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0288675
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4794 %
65
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 65
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 6,34415
2
sin 65 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0302103
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
70
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 70
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 6,57785
2
sin 70 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0313231
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
75
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 75
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 6,76148
2
sin 75 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = √| . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0321975
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0, 4762%
80
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 80
𝜆𝑚𝑖𝑛 =6,89365
2
sin 80 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0328269
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762 %
85
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 7 sin 85
𝜆𝑚𝑖𝑛 = 6,97336
2
sin 85 2
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 √
= | . . 0,05|
1 3
𝑆𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,0332065
𝑅𝜆𝑚𝑖𝑛 = 0,4762%
b. Lebar celah 13 cm
0
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 0
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0
2
sin 0 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0%
10
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 10
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 4,5149
2
sin 10 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0116
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2569 %
15
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 15
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 6,7293
2
sin 15 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1− 3
2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0173
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2571 %
20
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 20
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 8,8925
2
sin 20 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1 3
1−2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0228
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2564 %
25
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 25
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 10,9881
2
sin 25 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0282
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2566 %
30
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 30
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 13
2
sin 30 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,03
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,237 %
35
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 35
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 14,913
2
sin 35 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1− 3
2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0382
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2561 %
40
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 40
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 16,7125
2
sin 40 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1 3
1−2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0428
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0, 2741%
45
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 45
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 18,3848
2
sin 45 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0471
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2562%
50
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 50
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 19,9172
2
sin 50 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0511
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2566 %
55
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 55
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 21,298
2
sin 55 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1− 3
2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0546
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2564%
60
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 60
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 22,5166
2
sin 60 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1 3
1−2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0577
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2563%
65
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 65
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 23,564
2
sin 65 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0604
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2563%
70
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 70
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 24,4320
2
sin 70 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0626
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2562%
75
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 75
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 25,1141
2
sin 75 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1− 3
2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0644
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2564%
80
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 80
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 25,605
2
sin 80 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1 3
1−2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0656
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2562%
85
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 26 sin 85
𝜆𝑚𝑎𝑥 = 25,9011
2
sin 85 2
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = √| . . 0,05|
1
1−2 3
𝑆𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,0664
𝑅𝜆𝑚𝑎𝑥 = 0,2563%