Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM DIFRAKSI CAHAYA OLEH LASER KISI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Optika


Yang diampu oleh Dr. Robi Kurniawan, M. Si.

Oleh:

Rizka Amalia Aulia (200321614849)


Offering G1/AB2

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA

OKTOBER 2022
a. Tujuan
1. Mempelajari difraksi cahaya laser oleh kisi.
2. Menentukan panjang gelombang cahaya laser.
b. Dasar teori
Difraksi merupakan peristiwa tersebarnya cahaya melalui celah sempit. Difraksi
dapat dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya difraksi itu sendiri, yaitu difraksi pada
celah tunggal, difraksi pada celah ganda, dan difraksi pada banyak celah atau difraksi
pada kisi. Difraksi dapat diartikan sebagai pelenturan cahaya ketika suatu cahaya
melewati celah sempit. Dikatakan melentur, karena cahaya yang telah melewati celah
akan berbeda arah berdasarkan gelombang awal. Dengan begitu, gelombang baru akan
mengalami pelenturan berdasarkan cahaya pada gelombang awal. (Deslauriers et al.,
2011)
Difraksi yang terjadi karena banyaknya celah disebur dengan difraksi pada kisi.
Kisi merupakan kumpulan dari beberapa celah pada suatu penampang. Kisi biasanya
terdiri dari banyak celah dalam tiap sentimeternya (cm). terjadinya difraksi dari kisi harus
memiliki lebar celah yang sama. Lebar celah memiliki ukuran sangat kecil dan jarak antar
celah juga sangat kecil. Difraksi pada kisi akan menghasilkan pola gelap terang dengan
sebuah terang pusat. Difraksi pada kisi juga terdapat proses interferensi sepert pada celah
ganda. (Deslauriers et al., 2011)

Gambar1.Difraksi pada Kisi

Apabila suatu berkas cahaya mengenai banyak celah, dan di bagian belakang
banyak celah tersebut diletakkan sebuah layar maka pada layar akan terjadi pita terang di
pusat yang di bagian kanan dan kirinya dikelilingi oleh beberapa pita lagi yaitu gelap dan
terang secara berselang seling. Perististiwa ini disebut difraksi, yang terjadi jika panjang
gelombang cahaya yang digunakan lebih pendek dari jarak antar celah.

Panjang gelombang cahaya yang digunakan dapat ditentukan dengan persamaan:

𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑚
𝜆=
𝑚
Dengan d adalah jarak antar celah pada kisi, 𝜃𝑚 adalah besar sudut untuk terang
ke-m (gambar.1), m = 0,±1, ±2, ±3,…………

Gambar2. Difraksi pada Kisi

c. Alat dan bahan


1. Laser He-Ne
2. Kisi dengan variasi 3 lebar celah
3. Layar
4. Statif
5. Penggaris
6. Bolpoin

d. Gambar set alat percobaan

Gambar3. Set Alat Percobaan

e. Prosedur percobaan
1. Mengatur peralatan seperti Gambar 3
2. Memilih kisi dengan jarak antar celah yang paling kecil, memasangkannya
pada statif.
3. Menghidupkan laser.
4. Mengamati pita-pita gelap terang pada layar di belakang kisi.
5. Mengukur jarak titik terang pertama dari pusat (x). Mengukur juga
jarak dari kisi ke terang pusat (L).
6. Mengulangi langkah 1 s.d. 3 untuk lebar celah kisi yang lain. Untuk pengukuran
panjang gelombang laser yang digunakan.
7. Mengulangi langkah 1 s.d. 4 serta mengukur jarak layar ke kisi.

f. Data pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut;
No. d = 1/ 100 mm d = 1/ 300 mm d = 1/ 600 mm
x (cm) L (cm) x (cm) L (cm) x (cm) L (cm)
1. 2,5 33 6,5 33 14,2 33
2. 3 44 8,7 44 18,7 44
3. 3,7 55 11,2 55 23,2 55
4. 4,5 66 12.7 66 27,2 66
5. 5,2 77 15,2 77 31 77

Nst penggaris: 1 mm.


Variabel bebas: jarak dari kisi ke terang pusat.
Variabel kontrol: jarak antar celah.
Variabel terikat: jarak titik terang pertama dari terang pusat.

g. Analisis data
a) Metode Analisis
Pada percobaan ini analisis data yang digunakan merupakan ralat rambat.
Rumus-rumus yang akan digunakan yaitu:
 Mencari nilai 𝜆
𝑥𝑑
𝜆 = 𝑚𝐿
 Mencari nilai 𝑆 𝜆
2 2
𝜕𝜆 2 𝜕𝜆 2

𝑆 𝜆 = | . . ∆𝑥| + | . . ∆𝐿|
𝜕𝑥 3 𝜕𝐿 3
 Mencari nilai 𝑅𝜆 (ralat relative):
𝑆𝜆
𝑅𝜆 = 𝑥 100%
𝜆
b) Sajian Hasil
No. Panjang Gelombang Ralat relative
1⁄100 𝑚𝑚
1 7,578 . 10 ± 1,013 . 10−8
−7 1,3368%
2 6,818 . 10−7 ± 7,593 . 10−9 1,1137%
3 6,727 . 10−7 ± 6,074 . 10−9 0,9029%
4 6,818 . 10−7 ± 5,062 . 10−9 0,7424%
5 6,753 . 10−7 ± 4,339 . 10−9 0,6425%
1⁄300 𝑚𝑚
1 6,559 . 10 ± 3,428 . 10−9
−7 0,5226%
2 6,584 . 10−7 ± 2,572 . 10−9 0,3906%
3 6,781 . 10−7 ± 2,06 . 10−9 0,3038%
4 6,407 . 10−7 1 ± ,713 . 10−9 0,2673%
5 6,573 . 10−7 ± 1,469 . 10−9 0,2235%
1⁄600 𝑚𝑚
1 7,186 . 10 ± 1,836 . 10−9
−7
0,255%
2 7,097 . 10−7 ± 1,375 . 10−9 0,1937%
3 7,044 . 10−7 ± 1,098 . 10−9 0,1559%
4 6,882 . 10−7 ± 9,122 . 10−10 0,1324%
5 6,723 . 10−7 ± 7,793 . 10−10 0,1159%

Hubungan L dengan X Pada Difraksi


40
y = 4.21x + 10.23
35
R² = 0.9985
30 31
27.2
25
23.2 y = 2.14x + 4.44 1/ 100 mm
20 R² = 0.9953
18.7 1/ 300 mm
15 14.2 15.2 1/ 600 mm
12.7
11.2
10
8.7
6.5
5 4.5 5.2
3 3.7
2.5
y = 0.69x + 1.71
0
R² = 0.9944
33 44 55 66 77
h. Pembahasan
Saat cahaya melewati penghalang atau celah sempit, cahaya akan membelok
melengkungi bagian samping lubang penghalang dengan batas tertentu. Cahaya yang
sejajar yang mengenai celah sempit yang berada di layar, maka pada layar tidak
terdapat bagian yang terang dengan luas yang sama dengan luas celahnya, melainkan
terdapat terang utama yang kiri dan kanannya dikelilingi pola gelap terang. Peristiwa
pola gelap terang yang dhasilkan akibat cahaya melewati celah sempit disebut
difraksi. Pada difraksi mengalami superposisi yang menyebabkan pola gelap terang.
Panjang gelombang cahaya yang digunakan dapat ditentukan dengan
persamaan:
𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝜆 =
𝑚
𝑥
apabila diketahui bahwa 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃 = 𝐿 maka penurunannya sebagai berikut:
𝑥𝑑
𝜆 =
𝑚𝐿
Dalam teorinya, panjang gelombang cahaya laser yang digunakan 632,8 nm.
Percobaan difraksi cahaya laser oleh kisi didapatkan hubungan antara jarak layar
dengan kisi yang divariasi dan jarak terang pertama dari terang pusat adalah
berbanding lurus. Dari 3 percobaan dengan lebar kisi yang berbeda yakni; 1⁄100 mm,
1⁄300 mm, dan 1⁄600 mm didapatkan panjang gelombang sinar laser 693,9, 658,1,
dan 698,6 nm mendekati panjang gelombang sinar laser pada teori yang sebesar 632,8
nm. Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diambil dianalisis,
didapatkan hasil perhitungan panjang gelombang hampir sama dengan panjang
gelombang yang ada pada teori. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan
yang dilakukan sudah cukup baik termasuk dilihat dari ralat relatif yang dibawah
10%. Panjang gelombang yang didapatkan ada yang jauh dari perkiraan, karena
beberapa penyebab, antara lain; kurang teliti dalam memberi tanda pada cahaya laser
yang ada, posisi layar yang mudah berubah, ketidaktelitian dalam mengukur jarak kisi
ke layar ataupun jarak antara terang pusat ke terang 1.
Namun, penyebab yang terjadi tidak berakibat fatal karena ralat relative yang
Diperoleh cukup kecil. Serta grafik setiap percobaan yang apabila jarak antara kisi
difraksi dan layarnya nya besar maka jarak antara terang pusat dan terang pertama
nya juga besar. Praktikan berharap, lebih teliti dalam menandai laser serta mengatur
jaraknya juga.
i. Kesimpulan
Difraksi kisi terjadi saat cahaya melewati penghalang atau celah sempit,
cahaya akan membelok melengkungi bagian samping lubang penghalang dengan
batas tertentu. Cahaya yang sejajar yang mengenai celah sempit yang berada di layar,
maka pada layar tidak terdapat bagian yang terang dengan luas yang sama dengan
luas celahnya, melainkan terdapat terang utama yang kiri dan kanannya dikelilingi
pola gelap terang.
Dari 3 percobaan dengan lebar kisi yang berbeda yakni; 1⁄100 mm, 1⁄300
mm, dan 1⁄600 mm didapatkan panjang gelombang sinar laser 693,9, 658,1, dan
698,6 nm mendekati panjang gelombang sinar laser pada teori yang sebesar 632,8
nm. Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diambil dianalisis,
didapatkan hasil perhitungan panjang gelombang hampir sama dengan panjang
gelombang yang ada pada teori. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan
yang dilakukan sudah cukup baik termasuk dilihat dari ralat relatif yang dibawah
10%.
j. Daftar Pustaka
Deslauriers, L., Schelew, E., & Wieman, C. (2011). Improved learning in a large-
enrollment physics class. Science, 332(6031), 862–864.
https://doi.org/10.1126/science.1201783
Hidayat, A. (n.d.). Optika. Departemen Fisika Universitas Negeri Malang.
Serway, R. A., & John W. Jewett, J. (2014). Physics for Scientists and Engineers with
Modern Physics
Tim Praktikum Optika. (2022). Modul Praktikum Optika. Departemen Fisika
Universitas Negeri Malang.
k. Lampiran

Gambar4. Laporan Sementara


Gambar5. Layar Gambar6. Statif dan Kisi

Gambar7. Laser Gambar 8. Dokumentasi percobaan


Perhitungan

a. 𝑑 = 1⁄100 𝑚𝑚
 𝑥 = 0,025 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,33 𝑚
0,025. 10−5
𝜆=
1. 0,33
𝜆 = 7,578 . 10−7
2 2
10−5 2 0,025 . 10−5 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,33 3 0,332 3
𝑆 𝜆 = 1,013 . 10−8
𝑅𝜆 = 1,3368%

 𝑥 = 0,03 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,44 𝑚


0,03 . 10−5
𝜆=
1. 0,44
𝜆 = 6,818 . 10−7
2 2
10−5 2 0,03. 10−5 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10 −4 | + |− . . 5.10−4 |
0,44 3 0,442 3
𝑆 𝜆 = 7,593 . 10−9
𝑅𝜆 = 1,1137%

 𝑥 = 0,037 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,55 𝑚


0,037 . 10−5
𝜆=
1. 0,55
𝜆 = 6,727 . 10−7
2 2
10−5 2 0,037 . 10−5 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,55 3 0,552 3
𝑆 𝜆 = 6,074 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,9029%

 𝑥 = 0,045 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,66 𝑚


0,045 . 10−5
𝜆=
1. 0,66
𝜆 = 6,818 . 10−7
2 2
10−5 2 0,045 . 10−5 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,66 3 0,66 2 3
𝑆 𝜆 = 5,062 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,7424%

 𝑥 = 0,052 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,77 𝑚


0,052 . 10−5
𝜆=
1. 0,77
𝜆 = 6,753 . 10−7
2 2
10−5 2 0,052 . 10−5 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,77 3 0,772 3
𝑆 𝜆 = 4,339 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,6425%

b. 𝑑 = 1⁄300 𝑚𝑚
 𝑥 = 0,065 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,33 𝑚
0,065. 3,33. 10−6
𝜆=
1. 0,33
𝜆 = 6,559 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
3,33. 10−6 2 0,065 . 3,33. 10−6 2
= √| −4
. . 5.10 | + |− . . 5.10−4 |
0,33 3 0,332 3
𝑆 𝜆 = 3,428 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,5226%

 𝑥 = 0,087 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,44 𝑚


0,087 3,33. 10−6
𝜆=
1. 0,44
𝜆 = 6,584 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
3,33. 10−6 2 0,087 . 3,33. 10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,44 3 0,442 3
𝑆 𝜆 = 2,572 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,3906%

 𝑥 = 0,112 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,55 𝑚


0,112 . 3,33. 10−6
𝜆=
1. 0,55
𝜆 = 6,781 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
3,33. 10−6 2 0,037 . 3,33. 10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,55 3 0,552 3
𝑆 𝜆 = 2,06 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,3038%

 𝑥 = 0,127 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,66 𝑚


0,127. 3,33. 10−6
𝜆=
1. 0,66
𝜆 = 6,407 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
3,33. 10−6 2 0,127 . 3,33. 10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,66 3 0,66 2 3
𝑆 𝜆 = 1,713 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,2673%

 𝑥 = 0,152 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,77 𝑚


0,152 . 3,33. 10−6
𝜆=
1. 0,77
𝜆 = 6,573 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
3,33. 10−6 2 0,152 . 3,33. 10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,77 3 0,772 3
𝑆 𝜆 = 1,469 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,2235%

c. 𝑑 = 1⁄600 𝑚𝑚
 𝑥 = 0,142 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,33 𝑚
0,142. 1,67.10−6
𝜆=
1. 0,33
𝜆 = 7,186 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
1,67.10−6 2 0,142 . 1,67.10−6 2
= √| −4
. . 5.10 | + |− . . 5.10−4 |
0,33 3 0,332 3
𝑆 𝜆 = 1,836 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,255%
 𝑥 = 0,187 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,44 𝑚
0,187 . 1,67.10−6
𝜆=
1. 0,44
𝜆 = 7,097 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
1,67.10−6 2 0,187 . 1,67.10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,44 3 0,442 3
𝑆 𝜆 = 1,375 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,1937%

 𝑥 = 0,232 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,55 𝑚


0,232 . 1,67.10−6
𝜆=
1. 0,55
𝜆 = 7,044 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
1,67.10−6 2 0,232. 1,67.10−6 2
= √| −4
. . 5.10 | + |− . . 5.10−4 |
0,55 3 0,552 3
𝑆 𝜆 = 1,098 . 10−9
𝑅𝜆 = 0,1559%

 𝑥 = 0,272 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,66𝑚


0,272 . 1,67.10−6
𝜆=
1. 0,66
𝜆 = 6,882 . 10−7
𝑆𝜆
2 2
1,67.10−6 2 0,272 . 1,67.10−6 2
= √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,66 3 0,662 3
𝑆 𝜆 = 9,122 . 10−10
𝑅𝜆 = 0,1324%

 𝑥 = 0,31 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝐿 = 0,77 𝑚


0,31 . 1,67.10−6
𝜆=
1. 0,66
𝜆 = 6,723 . 10−7
2 2
1,67.10−6 2 0,31 . 1,67.10−6 2
𝑆 𝜆 = √| . . 5.10−4 | + |− . . 5.10−4 |
0,77 3 0,77 2 3
𝑆 𝜆 = 7,793 . 10−10
𝑅𝜆 = 0,1159%

Anda mungkin juga menyukai