Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG

INTERFERENSI CAHAYA MELALUI CELAH KISI


Dosen Pengampu : Dr. Ngurah Made Darma Putra M.Si.

Disusun oleh:
Farrel Fadillah Syafi’i (4211422025)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. Tujuan
1. Memahami sifat cahaya sebagai gelombang dengan menyelidiki pola interferensi
cahaya pada celah ganda.
2. Menentukan panjang gelombang yang dihasilkan

B. Teori Dasar
Pada tahun 1690, Christian Huygens menafsirkan cahaya sebagai sebuah
fenomena gelombang dan sementara itu, pada 1704, Isaac Newton menggambarkan
cahaya sebagai partikel. Pendapat tentang dualisme gelombang partikel ini dapat
diselesaikan dengan mekanika kuantum. Percobaan difraksi memberikan bukti untuk
karakter gelombang cahaya. Fenomena difraksi selalu terjadi jika perambatan cahaya
diubah oleh suatu diafragma iris atau celah.
Pada kasus difraksi Fraunhofer, muka (front) gelombang cahaya paralel yang
dipelajari di depan objek difraksi dan belakangnya. Hal ini terkait dengan sumber
cahaya dan layar yang berada pada jarak tak terbatas dari obyek difraksi. Percobaan ini
dapat dilakukan dengan bantuan lensa konvergen yang ditempatkan pada jalur/lintasan
sinar antara sumber cahaya dan obyek difraksi.
Pada kasus difraksi Fresnel, sumber cahaya dan layar berada pada jarak yang terbatas
dari objek difraksi. Dengan menambahkan jarak, pola difraksi Fresnel semakin mirip
dengan pola Fraunhofer. Pola difraksi Fraunhofer lebih mudah diamati. Oleh karena itu
percobaan yang dilakukan adalah berdasarkan sudut pandang Fraunhofer.
Cahaya sejajar (laser) yang masuk ke celah menyebabkan cahaya merambat
(warna abu-abu) dari celah/diafragma dan akan terjadi pola-pola terang/gelap (frinji)
pada layar. Hukum-hukum optik geometris tidak dapat menjelaskan fenomena seperti
ini. Penjelasan hanya mungkin jika sifat gelombang dikaitkan dengan cahaya dan pola
difraksi yang diamati pada layar dianggap sebagai superposisi dari sejumlah cahaya
yang dibelokkan/dilenturkan/didifraksikan oleh obyek difraksi (lebar celah/iris
diafragma). Dalam arah tertentu, intensitas superposisi dari semua berkas cahaya dapat
bersifat destruktif (minimum/gelap) atau konstruktif (maksimum/terang).
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar
interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu
harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua
gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama dan pada
fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati dengan jelas jika
kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang cahaya
berinteferensi saling memperkuat bersifat konstruktif, maka akan menghasilkan garis
terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi
saling memperlemah atau bersifat destruktif, maka akan menghasilkan garis gelap yang
teramati pada layar.
Pada bengkokan Fraunhofer digunakan berkas cahaya yang sejajar. Pertama-
tama akan ditinjau pembengkokan gelombang cahaya datar dengan panjang gelombang
pada celah-celah pembengkokan yang berderet pada jarak yang sama dan mempunyai
datadata sebagai berikut:
N: jumlah celah cj
2𝜋
∅= 𝐷 sin 𝛼
𝜆

Gambar 1.1 Difraksi cahaya /pembelokan cahaya


Jika jarak 𝑆1 𝐴 dan 𝑆2 𝐴 sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan S1S2 = d, sinar
𝑆1 𝐴 dan 𝑆2 𝐴 dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya 𝛥𝑠 = 𝑆2. Berdasarkan segitiga
S1S - 2B, diperoleh :
𝑆2 𝐵 = 𝑆1 𝑆2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃
Dengan ⅆ adalah jarak antar kedua celah. Selanjutnya pada segitiga COA
𝑃
𝑠𝑖𝑛 𝜃 =
𝐶𝐴
Untuk sudut kecil akan didapat
𝑃
𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝑙
Untuk 0 kecil, berarti p/l kecil atau p<<l sehingga kecepatan yang ditempuh S2 dan S1
adalah
ⅆ𝑝
𝛥𝑆 = 𝑆2 𝐵 = ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = ⅆ 𝑡𝑎𝑛 𝜃 =
𝑙
Jadi persamaan interferensi maksimum adalah
ⅆ𝑝
= 𝑚𝜆
𝑙
Di P akan terjadi interferensi minimum maka terjadi
ⅆ𝑝 1
= (2𝑛 − 1) 𝜆
𝐿 2
C. Alat dan Bahan
1. Meja Optik
2. Laser
3. Kabel Penghubung
4. Catu Daya
5. Celah Kisi
6. Layar

D. Langkah Kerja
1. Menyusun kit Cahaya di atas rel presisi dengan urutan (dari kiri ke kanan) sebagai
berikut: Lampu - pemfokus cahaya - celah ganda - layar
2. Menyalakan lampu dengan menghubungkannya ke catu daya
3. Menyesuaikan jarak antara celah dan layar untuk mendapatkan gambar pola yang
jelas dengan cara menggeser - geser layar sampai didapatkan pola yang jelas pada
layar.
4. Mengukur dan mencatat jarak antara celah dan layar setelah didapatkan pola yang
jelas pada layar.
5. Mengukur dan mencatat jarak antar celah
6. Mengukur dan mencatat jarak antara pola terang kedua dari terang pusat.
7. Ulangi langkah 3-6 untuk Jarak Celah dengan layar yang berbeda-beda
8. Mengganti celah ganda yang digunakan. Ulangi Langkah 3 sampai 7 untuk Jarak
Celah dengan layar yang berbeda-beda.

E. Tabel Pengamatan
No. Kisi (mm) n d (m) l (m) P (m) Panjang
Gelombang
1. 100 1 0,00001 0,2 1,5 7,5 x 10−5
2. 100 1 0,00001 0,3 2 6,6 x 10−5
3. 100 1 0,00001 0,4 2,5 6,25 x 10−5

No. Kisi (mm) n d (m) l (m) P (m) Panjang


Gelombang
1. 300 1 0,0000033 0,2 4 6,6 x 10−5
2. 300 1 0,0000033 0,3 6 6,6 x 10−5
3. 300 1 0,0000033 0,4 8 6,6 x 10−5

No. Kisi (mm) n d (m) l (m) P (m) Panjang


Gelombang
1. 600 1 0,0000016 0,2 8,75 7 x 10−5
2. 600 1 0,0000016 0,3 13 6,9 x 10−5
3. 600 1 0,0000016 0,4 17 6,8 x 10−5

F. Analisis Data
Menentukan panjang gelombang (𝛾)
ⅆ𝑥𝑃
𝛾1 =
𝑙
• Kisi = 100 mm
0,00001 𝑥 1,5
𝛾1 = = 7,5 x 10−5 𝑚
0,2
0,00001 𝑥 2
𝛾2 = = 6,6 x 10−5 𝑚
0,3
0,00001 𝑥 2,5
𝛾3 = = 6,25 x 10−5 𝑚
0,4
𝛾1+ 𝛾2 + 𝛾3
𝛾̅1 = = 6,783 𝑥 10−5 𝑚
3

• Kisi = 300 mm
0,0000033 𝑥 4
𝛾1 = = 6,6 x 10−5 𝑚
0,2
0,0000033 𝑥 6
𝛾2 = = 6,6 x 10−5 𝑚
0,3
0,0000033 𝑥 8
𝛾3 = = 6,6 x 10−5 𝑚
0,4
𝛾1+ 𝛾2 + 𝛾3
𝛾̅2 = = 6,6 𝑥 10−5 𝑚
3

• Kisi = 600 mm
0,0000016 𝑥 8,75
𝛾1 = = 7 x 10−5 𝑚
0,2
0,0000016 𝑥 13
𝛾2 = = 6,9 x 10−5 𝑚
0,3
0,0000016 𝑥 17
𝛾3 = = 6,8 x 10−5 𝑚
0,4
𝛾1+ 𝛾2 + 𝛾3
𝛾̅3 = = 6,9 𝑥 10−5 𝑚
3

• Panjang gelombang cahaya


𝛾̅1 + 𝛾̅2 + 𝛾̅3
𝛾̅ = = 6, 76 𝑥 10−5 𝑚
3
|𝛾̅ − 𝛾̅1 |2 = 0,00053 𝑥 10−5
|𝛾̅ − 𝛾̅2 |2 = 0,0256 𝑥 10−5
|𝛾̅ − 𝛾̅3 |2 = 0,0196 𝑥 10−5
∑ |𝛾
̅ − ̅̅
𝛾̅̅|2
∆𝛾 = √ 𝑛
= 0,151 𝑥 10−5
2

𝛾 = (𝛾̅ ± ∆𝛾) = (6,9 ± 0,151) 𝑥 10−5


∆𝛾
KR = 𝑥 100% = 2,19 %
𝛾

Ketelitian = 100% - KR = 97,81 %

G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menganalisa sebuah sinar laser yang ditembakkan
menuju kisi. Ada 3 variasi kisi yang kami gunakan yaitu 100 mm, 300 mm, 600 mm.
Setiap variasi kisi akan memiliki variasi jarak kisi terhadap layar. Dari data yang
didapat dengan kisi yang sama, jarak sinar terhadap pusat sinar akan menjauh seiring
bertambahnya jarak kisi dengan layar yang menangkap sinar laser.
Gambar 1.2 Sinar laser yang melewati kisi
Variasi kisi memberikan perbedaan data yang di dapat. Kisi 600 mm akan
memberikan jarak sinar pusat yang lebih jauh dibanding dengan kisi 100 mm. Ketika d
lebih besar, sudut difraksi (θ) yang memenuhi kondisi interferensi konstruktif untuk
urutan orde yang sama juga akan lebih besar. Oleh karena itu, sinar laser pada kisi 600
mm akan memiliki sudut difraksi yang lebih besar daripada pada kisi 100 mm. Hal ini
menyebabkan jarak antara sinar laser yang lebih besar pada kisi 600 mm. Dengan kata
lain, perbedaan jarak antara sinar laser pada kisi dengan kisi 100 mm dan kisi 600 mm
disebabkan oleh perbedaan dalam jarak antar celah atau kisi (d) yang digunakan.
Semakin besar d, semakin besar sudut difraksi yang dapat memenuhi kondisi
interferensi konstruktif, dan akibatnya, jarak antara sinar laser akan lebih besar. Dari
data yang didapat rata-rata panjang gelombang untuk semua variasi adalah sebesar
6,9 𝑥 10−5 𝑚 dengan kesalahan relatif sebesar 2,19%.

H. Kesimpulan
1. Dengan menggunakan variasi penggunaan kisi. Terbentuk suatu pola dimana jarak
antar sinar laser akan semakin besar jika jarak layar dan kisi bernilai besar atau
menggunakan kisi yang lebih besar.
2. Panjang gelombang untuk setiap variasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh.
Secara teori nilai dari panjang gelombang harusnya bernilai sama untuk setiap
variasi.
Daftar Pustaka
Kholifudin. (2017). Sinar Laser Mainan Sebagai Alternatif Sumber Cahaya Monokromatik
Praktikum Kisi Difraksi Cahaya. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. 8(2). 60 – 67.
Susilayati., M. (2016). Difraksi pada Laser: Tafsir atas “Cahaya di atas Cahaya”. Journal of
Islamicate Multidisciplinary. 1(2). 193 – 205.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai