Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I

INTERFEROMETER MICHELSON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika I
Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si

Oleh :
Rahayu Dwi Harnum (1305957)

PELAKSANAAN PERCOBAAN :
Hari/Tgl/Jam : Rabu / 16 September 2015 / 09.30 – 12.00 WIB
Teman Sekelompok : Gisela Adelita (1305667)
Rizki Fahmi Sumaryono (1307210)

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan Panjang Gelombang Sinar Laser Helium Neon

B. ALAT DAN BAHAN


1. Satu perangkat alat Interferometer Michelson
2. Sumber sinar laser berupa HeNe

C. DASAR TEORI
Interferometer ialah piranti yang menggunakan rumbai interferensi untuk
membuat pengukuran jarak secara tepat. Michelson menggunakan interferometer
untuk mengukur panjang gelombang garis spectrum cahaya yang dipancarkan oleh
krypton 86 yang dinyatakan dalam batang meteran standar. Penggunaan lain
interferometer Michelson ini ialah untuk mengukur indeks refraksi udara (sejumlah
gas lain). Pada tahun 1887, Albert A. Michelson bersama Edward W. Morley
menggunakan interferometernya dalam percobaan terkenal, yaitu mengukur
perbedaan antara kecepatan cahaya relative terhadap bumi dalam arah gerak bumi
dan dalam arah gerak tegak lurus dengan medium yang diusulkan ialah eter, dengan
hasil laporan bahwa percobaan tersebut tidak teramati adanya pergeseran rumbai
sebagai bukti bahwa bumi tidak bergerak relative terhadap eter.
Dalam pengukuran panjang gelombang garis spectrum cahaya,
interferometer michelson memiliki diagram skematik berikut.

Layar

Beam Spliter Plat Compensator C2

Sumber

C1

Gambar 1
Seperti yang ditunjukan oleh diagram skematik, Interferometer
Michelson memiliki cara kerja sebagai berikut. Gelombang dari sumber (berupa
cahaya) dipancarkan menuju beam splitter. Kemudian sebagian gelombang
tersebut dipantulkan ke cermin 1 dan sebagian lagi diteruskan ke cermin 2
(karena beam splitter memiliki sifat pembagi gelombang). Gelombang yang
dipantulkan oleh beam splitter menuju C1 akan dipantulkan kembali melewati
menuju layar. Sementara sebagian gelombang yang diteruskan ke C2 akan
melewati Plat Compensator () dan dipantulkan kembali menuju Layar sehingga
akan bergabung dengan pantulan gelombang yang berasal dari C1 dan
membentuk pola interferensi yang dapat diamati dengan mudah di layar. Jika C2
digeser ke arah pembagi sejarak d maka tebal pola akan bertambah sebanyak d
dan akan menghasilkan beda lintasan optis sejauh 2d karena gelombang cahaya
melintasi jarak tersebut sebanyak dua kali. Jika jarak pindahnya C2 diketahui,
maka panjang gelombang cahaya dapat ditentukan dengan hubungan antara
jarak pergeseran (2𝑑) dan banyaknya perubahan pola interferensi lingkaran (𝑛).
2𝑑
𝜆=
𝑛
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun alat-alat seperti (gambar 1)
2. Memposisikan laser He-Ne didepan lensa sejajar bangku interferometer
Michelson
3. Menutup C2 dan mengatur posisi C1 sehingga berkas pantulan dapat terlihat
di layar
4. Mengatur posisi C2 sehingga cahaya dari C2 berimpit dengan cahaya dari
C1
5. Memutar sekrup pengaturan pada C2 secara perlahan sehingga pola
interferensi dapat dilihat jelas pada layar pengamatan
6. Mengatur posisi sekrup micrometer sekrup pada skala setengah utama (dua
kali putaran)
7. Memutar micrometer satu putaran penuh belawanan arah jarum jam
8. Membuat tanda garis batas yang berimpit pada salah satu pinggiran
lingkaran frinji yang dipilih pada layar
9. Mencatat posisi awal micrometer sebelum mulai melakukan penghitungan
10. Memutar knop micrometer perlahan-lahan searah jarum jam. Pada saat yang
sama menghitung banyaknya frinji yang melintasi garis batas
11. Mencatat posisi akhir sehingga jarak micrometer yang dihitung ialah selisih
dari poin 9 dan 10
12. Mengulangi langkah 10 dan 11 sebanyak 20 kali untuk jumlah frinji yang
berbeda
13. Merapikan dan menyimpan kembali alat-alat yang telah digunakan
ketempatnya
E. DATA PENGAMATAN

No di (mm) df (mm) n

1 10.35 10.19 200


2 10.19 10.08 200

3 10.08 9.98 200

4 9.98 9.84 200

5 9.84 9.7 200

F. PENGOLAHAN DATA

2d x 10-3 λi x 10-7
No n | λi- 𝜆̅|x 10-7 (m) | λi- 𝜆̅|2 (m)2
(m) (m)
1 200 0.16 8 1.5 2.25
2 200 0.11 5.5 1 1
3 200 0.10 5 1.5 2.25
4 200 1.14 7 0.5 0.25
5 200 1.14 7 0.5 0.25
Σ 0.65 32.5 6

∑5𝑖=1 𝜆𝑖 32.5𝑥10−7
𝜆̅ = = = 6.5𝑥10−7 𝑚
5 5

2
∑5𝑖=1|𝜆𝑖 − 𝜆̅| 6𝑥10−14
Δ𝜆 = √ =√ = 0.5477𝑥10−7
𝑛(𝑛 − 1) 5(4)

Maka; λ = λrata-rata ± Δλ = (6.5𝑥10−7 ± 0.5477𝑥10−7 ) nm = ( 6.5 ± 0.5 ) x 103


Å
Δ𝜆 0.5477𝑥10−7
presentase kesalahan relatif = 𝜆 × 100% = 6.5𝑥10−7
× 100% = 8.426%
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

(650−632.8)𝑛𝑚
presentase kesalahan relative terhadap literature = |
632.8 𝑛𝑚
| = 𝑥 100% =

2.7%
G. ANALISIS

Hasil perhitungan menunjukan bahwa panjang gelombang sinar laser


103
HeNe adalah ( 6.5 ± 0.5 ) x Å untuk n sebanyak 200. Hasil tersebut jauh
menyimpang dari literature sinar laser HeNe yang besarnya 6328Å.
Penyimpangan tersebut terjadi karena beberapa hal berikut :

1. Kesulitan untuk menentukan pola interferensi di layar karena


kemungkinan tidak lurusnya posisi cermin dan sinar laser
2. Sensitivitas alat interferometer terhadap gangguan yang seringkali
mengakibatkan perubahan terhadap pola interferensi
3. Kesulitan menentukan perubahan pola interferensi, karena pemutaran
micrometer sekrup yang sedikit saja diputar sudah mengalami banyak
perubahan pola interferensi.
H. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum, pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan
didapatkan bahwa λ sinar laser HeNe ialah ( 6.5 ± 0.5 ) x 103Å dengan
presentase kesalahan relative sebesar 8.426% dan kesalahan relative terhadap
literature 2.7% untuk n sebanyak 200.
I. SARAN

Dalam melakukan praktikum menemtukan panjang gelombang sinar laser


menggunakan interferometer Michelson kedepannya, diharapkan agar
mengambil data lebih dari lima dengan masing-masing jumlah n yang berbeda.
Hal tersebut akan menentukan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan
hanya mengambil lima data dengan n yang sama. Kemudian dalam mengambil
data, diusahakan oleh pengamat yang memiliki penglihatan bagus atau normal
dan dalam sudut pandang yang bagus agar menghindari kesalahan paralaks yang
sering terjadi.

J. DAFTAR PUSTAKA

Tipler, Paul. 2001. Fisika utk Sains dan Teknik jilid 2. Jakarta :
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai