Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SIFAT-SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN


BAYANGAN
(O – 1)

Nama : Riyan Fathurrahman

NPM : 140310220045

Partner :Helena, Abellito, Raisha, Putri,

Amenis, Nadzifa, Rethania, Anisa


NPM : 49, 23, 25, 59, 18, 56, 64, 37

Fakultas / Departemen : MIPA / Fisika


Tanggal : 6 Oktober 2022

Hari / Jam : Kamis / 08.00 – 11.00

Nama Asisten : Nefta Cahyatri Kharimah

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
Riyan Fathurrahman
140310220045

LEMBAR PENGESAHAN
SIFAT-SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN BAYANGAN

VOLTMETER DAN AMPEREMETER

O-1

NAMA : Riyan Fathurrahman


NPM : 140310220045
PARTNER : Helena, Abellito, Raisha, Putri, Amenis,
Nadzifa, Rethania, Anisa
NPM : 49, 23, 25, 59, 18, 56, 64, 37
JURUSAN/FAKULTAS : Fisika/MIPA
JADWAL PRAKTIKUM : Kamis, 6 Oktober 2022

KOLOM NILAI

Speaken Lap. Pendahuluan Praktikum Lap. Akhir

Jatinangor, ………………………
Asisten

___________________________
NPM
Riyan Fathurrahman
140310220045

ABSTRAK

Lensa adalah perangkat optik yang biasa digunakan oleh manusia. Ada dua jenis
lensa yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Panjang fokus digunakan untuk
menentukan kekuatan lensa. Panjang fokus adalah jarak dari titik fokus lensa ke
lensa. Untuk menentukan panjang fokus, ada dua metode, yaitu metode Gauss,
yang mengatur jarak layar untuk mendapatkan bayangan objek yang jelas, dan
metode Bessel, yang mengatur jarak lensa agar bayangan objek terlihat jelas.
objek diperbesar dan diperkecil untuk memperjelas.

Untuk menentukan panjang fokus, dua jenis lensa digunakan dalam praktik ini,
yaitu lensa positif kuat dan lensa positif lemah. Dengan menggunakan metode
Gaussian, untuk setiap lensa, jarak dari bayangan ke lensa diukur lima kali untuk
setiap jarak yang telah ditentukan. Setelah dilakukan pengukuran dengan metode
Gaussian, panjang fokus diukur menggunakan metode Bessel dengan mengatur
jarak lensa sebanyak lima kali sehingga bayangan berkurang secara signifikan dan
gambar diperbesar untuk setiap jarak yang telah ditentukan. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan nilai literatur highlight memiliki nilai KSR rata-rata sebesar
5,5% untuk metode Gauss dan nilai KSR rata-rata sebesar 9,22% untuk metode
Bessel. Berdasarkan hasil KSR dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
Gauss memberikan nilai jarak fokus yang lebih akurat dibandingkan dengan
metode Bessel.

Kata kunci: lensa, jarak fokus, metode Bessel, metode Gauss.


Riyan Fathurrahman
140310220045

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lensa adalah alat optik yang biasa digunakan oleh manusia. Contoh
aplikasi lensa yang umum digunakan adalah kacamata dan kamera. Lensa
adalah media transparan yang dibatasi oleh dua permukaan melengkung yang
merupakan garis bola, meskipun salah satu dari permukaan tersebut dapat
berupa bidang. Lensa terbagi menjadi dua bagian, yaitu lensa cekung (-) dan
lensa cembung (+). Gambar yang dihasilkan oleh lensa bervariasi tergantung
pada jenis lensa dan posisi objek.
Ada juga bayangan yang bersifat maya atau nyata, untuk menentukan
kekuatan lensa yang digunakan, panjang fokus digunakan saat
mengaplikasikan lensa. Panjang fokus adalah jarak dari titik fokus lensa
berlabel f ke lensa. Untuk menentukan panjang fokus, tentukan dulu letak
fokus lensa, lalu letakkan objek pada jarak tertentu dari fokus lensa agar
bayangan yang dihasilkan dapat diamati.
Pada percobaan kali ini, praktikan mencari jarak fokus lensa menurut
metode Gauss & metode Bessel untuk membandingkan metode manakah
metode yang paling akurat untuk bisa menentukan jarak fokus.

1.2 Tujuan Percobaan


1.2.1 Tujuan Umum
Mengenal dan memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan jarak fokus lensa dengan metoda Bessel
2. Menentukan jarak fokus lensa dengan metoda Gauss
Riyan Fathurrahman
140310220045

BAB II

METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan bahan Percobaan
2.1.1 Lensa positif kuat (++)
Berfungsi sebagai lensa yang dicari jarak titik fokusnya.
2.1.2 Lensa positif lemah (+)
Berfungsi sebagai lensa yang juga dicari jarak titik fokusnya.
2.1.3 Benda yang Berupa Anak Panah
Sebagai benda yang akan ditentukan bayangannya.
2.1.4 Sumber Cahaya
Sebagai penerangan untuk menentukan jarak titik fokus lensa.
2.1.5 Layar Untuk Menangkap Bayangan
Tempat representasi bayangan yang ditangkap.
2.1.6 Bangku Optik
Tempat mengubah dudukan lensa atau bayangan pada layar.

2.2 Prosedur Percobaan


A. Menentukan jarak fokus lensa dengan metode Gauss
1. Mengukur tinggi (panjang) anak panah yang digunakan sebagai benda.
2. Menyusun sistem optik berurutan sebagai berikut:
• Benda dengan lampu di belakang
• Lensa (+) lemah
• Layar 3
3. Mengambil jarak ke layar lebih besar dari 1 meter.
4. Mengukur dan mencatat jarak benda ke layar.
5. Layar digeser-geser hingga didapat bayangan pada layar.
6. Mencatat kedudukan layar sehingga didapat bayangan jelas.
7. Menggeser lagi kedudukan layar sehingga didapat bayangan jelas.
8. Mengulangi percobaan no.VI-3 s/d VI-7 sebanyak 5 kali dengan 4
kombinasi jarak benda ke lensa S yang berlainan.
Riyan Fathurrahman
140310220045

9. Mengulangi percobaan no.VI-3 s/d VI-7 beberapa kali dengan harga L


yang berlainan.
10. Mengulangi percobaan no.VI-2 s/d VI-8 untuk lensa positif kuat (tanda
++).
11. Menggunakan cara Bessel untuk menentukan jarak fokus lensa
bersusun tersebut. Diulangi beberapa kali dengan L yang berubah-ubah.

B. Menentukan jarak fokus lensa dengan metode Bessel


1. Susunlah sistim optik berturutan sebagai berikut :
▪ benda dengan lampu dibelakangnya.
▪ lensa positif lemah (tanda +).
▪ layar.
2. Ambillah jarak benda ke layar 95 cm.
3. Geser-geserkan lensa hingga didapat bayangan yang tegas/jelas
diperbesar pada layar, catatlah sebagai e1.
4. Geser-geserkan lensa hingga didapat bayangan yang tegas/jelas
diperkecil pada layar, catatlah sebagai e2.
5. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
6. Ulangi prosedur pada no 3 dan 4 untuk jarak layar ke benda 90 cm dan
85 cm.
7. Ulangi percobaan untuk lensa positif kuat (++)
Riyan Fathurrahman
140310220045

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Lensa Positif Lemah Metode Gauss
S’ (cm)
S (cm)
1 2 3

15 34 38 34
20 37 35 36
25 38 39 39
30 42 41 43
3.1.2 Lensa Positif Kuat Metode Gauss
S’ (cm)
S (cm)
1 2 3

10 18 16 17
15 23 21 22
20 26 27 25
3.1.3 Lensa Positif Lemah Metode Bessel

L (cm) 𝑬𝟏 (cm) 𝑬𝟐 (cm)

7 10
95 8 12
10 13
9 12
90 8 13
9 10
8 12
85 9 11
8 10
Riyan Fathurrahman
140310220045

3.1.4 Lensa positif kuat metode Bessel

L (cm) 𝑬𝟏 (cm) 𝑬𝟐 (cm)

4 7
95 5 6
4 6
5 8
90 4 5
6 8
5 9
85 4 8
5 8

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Lensa positif lemah metode Gauss
a. Jarak Bayangan
Rumus yang digunakan

̅′ 2
̅ = ∑𝑆′ ,
𝑆′ ̅ = √∑(𝑆 − 𝑆′) ,
∆𝑆′ ̅ ± ∆𝑆′
𝑆′ ̅
𝑁 𝑁(𝑁 − 1)

• Jarak benda 15 cm

̅ = 106
𝑆′
3
𝑆̅′ = 35,3 𝑐𝑚

̅ = √10,67
∆𝑆′
6
̅ = 1,33 𝑐𝑚
∆𝑆′
∴ 35,3 ± 1,33 𝑐𝑚
• Jarak benda 20 cm

̅ = 108
𝑆′
3
Riyan Fathurrahman
140310220045

𝑆̅′ = 36 𝑐𝑚

̅ = √2
∆𝑆′
6
̅ = 0,57 𝑐𝑚
∆𝑆′
∴ 36 ± 0,57 𝑐𝑚
• Jarak benda 25 cm

̅ = 116
𝑆′
3
𝑆̅′ = 38,6 𝑐𝑚

̅ = √0,68
∆𝑆′
6
̅ = 0,33 𝑐𝑚
∆𝑆′
∴ 38,6 ± 0,33 𝑐𝑚
• Jarak benda 30 cm

̅ = 126
𝑆′
3
𝑆̅′ = 42 𝑐𝑚

̅ = √2
∆𝑆′
6
̅ = 0,57 𝑐𝑚
∆𝑆′
∴ 42 ± 0,57𝑐𝑚

b. Jarak Benda ke Bayangan


Rumus yang digunakan
𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′
2
∆𝑆 2 ∆𝑆̅′ 2

∆𝐿 = [ ( ) + ( ′ ) ] . 𝐿,
𝑆 𝑆̅ 3

𝐿 ± ∆𝐿
• Jarak benda 15 cm
Riyan Fathurrahman
140310220045

𝐿 = 15 + 35,33
𝐿 = 50,33 𝑐𝑚

0,05 2 1,33 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 50,33
15 35,33 3

∆𝐿 = 1,26 𝑐𝑚
∴ 50,33 ± 1,26 𝑐𝑚

• Jarak benda 20 cm
𝐿 = 20 + 36
𝐿 = 56 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 56
20 36 3

∆𝐿 = 0,59 𝑐𝑚
∴ 56 ± 0,59 𝑐𝑚
• Jarak benda 25 cm
𝐿 = 25 + 38,6
𝐿 = 63,6 𝑐𝑚

0,05 2 0,33 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 63,6
25 38,6 3

∆𝐿 = 0,37 𝑐𝑚
∴ 63,6 ± 0,37 𝑐𝑚
• Jarak benda 30 cm
𝐿 = 30 + 42
𝐿 = 72 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 72
30 42 3

∆𝐿 = 0,65 𝑐𝑚
∴ 72 ± 0,65 𝑐𝑚
Riyan Fathurrahman
140310220045

c. Pembesaran Bayangan
Rumus yang digunakan
𝑆̅′
𝑀=
𝑆
2
∆𝑆 2 ∆𝑆̅′ 2
∆𝑀 = [√( ) + ( ′ ) ] . 𝑀,
𝑆 𝑆̅ 3

𝑀 ± ∆𝑀
• Jarak benda 15 cm
35,33
𝑀=
15
𝑀 = 2,35 𝑐𝑚

0,05 2 1,33 2 2
∆𝑀 = [ √ ( ) + ( ) ] . 2,35
15 35,33 3

∆𝑀 = 0,05 𝑐𝑚
∴ 2,35 ± 0,05 𝑐𝑚

• Jarak benda 20 cm
36
𝑀=
20
𝑀 = 1,8 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝑀 = [ ( ) +( ) ] . 1,8
20 36 3

∆𝑀 = 0,01 𝑐𝑚
∴ 1,8 ± 0,01 𝑐𝑚
• Jarak benda 25 cm
38,6
𝑀=
25
𝑀 = 1,54 𝑐𝑚
Riyan Fathurrahman
140310220045

0,05 2 0,33 2 2

∆𝑀 = [ ( ) +( ) ] . 1,54
25 38,6 3

∆𝑀 = 0,009 𝑐𝑚
∴ 1,54 ± 0,009 𝑐𝑚
Jarak benda 30 cm
42
𝑀=
30
𝑀 = 1,4 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2
∆𝑀 = [√( ) +( ) ] . 1,4
30 42 3

∆𝑀 = 0,012 𝑐𝑚
∴ 1,4 ± 0,012 𝑐𝑚
d. Fokus Lensa
Rumus yang digunakan
𝑀. 𝐿 ∑𝑓
𝑓= 𝑓̅ =
(1 + 𝑀)2 𝑁
2
∑(𝑓 ̅ − 𝑓)
∆𝑓̅′ = √ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
𝑁(𝑁 − 1)

• Jarak benda 15 cm
2,35.50,33
𝑓=
(1 + 2,35)2
𝑓 = 10,53 𝑐𝑚
• Jarak benda 20 cm
1,8.56
𝑓=
(1 + 1,8)2
𝑓 = 12,8 𝑐𝑚
• Jarak benda 25 cm
1,54.63,6
𝑓=
(1 + 1,54)2
𝑓 = 15,1 𝑐𝑚
Riyan Fathurrahman
140310220045

• Jarak benda 30 cm
1,4.72
𝑓=
(1 + 2,35)2
𝑓 = 8,98 𝑐𝑚
• Fokus Lensa
10,53 + 8,9 + 8,72 + 8,98
𝑓̅ =
4
𝑓 ̅ = 9,28 𝑐𝑚

2,1105
∆𝑓̅′ = √
12

∆𝑓̅′ = 0,41 𝑐𝑚
∴ 9,28 ± 0,41 𝑐𝑚

e. KSR dan KP
Rumus yang digunakan
𝑓 ̅ − 𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑃 = 100% − 𝐾𝑆𝑅
Keterangan:
𝑓𝑙𝑖𝑡 = 10 𝑐𝑚
9,28 − 10
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
10
𝐾𝑆𝑅 = 7,2%
𝐾𝑃 = 100% − 7,2% = 92,8%

3.2.2 Lensa positif kuat metode Gauss


a. Jarak Bayangan
Rumus yang digunakan

̅′ 2
̅ = ∑𝑆′ ,
𝑆′ ̅ = √∑(𝑆 − 𝑆′) ,
∆𝑆′ ̅ ± ∆𝑆′
𝑆′ ̅
𝑁 𝑁(𝑁 − 1)

• Jarak benda 10 cm
Riyan Fathurrahman
140310220045

̅ = 51
𝑆′
3
𝑆̅ = 17 𝑐𝑚

̅ = √2
∆𝑆′
6

∴ 17 ± 0,57
• Jarak benda 15 cm

̅ = 66
𝑆′
3
𝑆̅ = 22 𝑐𝑚

̅ = √2
∆𝑆′
6

∴ 22 ± 0,57
• Jarak benda 20 cm

̅ = 78
𝑆′
3
𝑆̅ = 26 𝑐𝑚

̅ = √2
∆𝑆′
6

∴ 26 ± 0,57

b. Jarak Benda ke Bayangan


Rumus yang digunakan
𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′
2
∆𝑆 2 ∆𝑆̅′ 2
∆𝐿 = [√( ) + ( ′ ) ] . 𝐿,
𝑆 𝑆̅ 3

𝐿 ± ∆𝐿
• Jarak benda 10 cm
𝐿 = 10 + 17
Riyan Fathurrahman
140310220045

𝐿 = 27 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2
∆𝐿 = [√( ) +( ) ] . 27
10 17 3

∆𝐿 = 0,61 𝑐𝑚
∴ 27 ± 0,61 𝑐𝑚

• Jarak benda 15 cm
𝐿 = 15 + 22
𝐿 = 37 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 37
15 22 3

∆𝐿 = 0,64 𝑐𝑚
∴ 37 ± 0,64 𝑐𝑚
• Jarak benda 20 cm
𝐿 = 20 + 26
𝐿 = 46 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝐿 = [ ( ) +( ) ] . 46
20 26 3

∆𝐿 = 0,67 𝑐𝑚
∴ 37 ± 0,67 𝑐𝑚
c. Pembesaran Bayangan
Rumus yang digunakan
𝑆̅′
𝑀=
𝑆
2
∆𝑆 2 ∆𝑆̅′ 2
∆𝑀 = [√( ) + ( ′ ) ] . 𝑀,
𝑆 𝑆̅ 3

𝑀 ± ∆𝑀
• Jarak benda 10 cm
Riyan Fathurrahman
140310220045

17
𝑀=
10
𝑀 = 1,7 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝑀 = [ ( ) +( ) ] . 1,7
10 17 3

∆𝑀 = 0,038 𝑐𝑚
∴ 1,7 ± 0,038 𝑐𝑚

• Jarak benda 15 cm
22
𝑀=
15
𝑀 = 1,46 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝑀 = [ ( ) +( ) ] . 1,46
15 22 3

∆𝑀 = 0,025 𝑐𝑚
∴ 1,46 ± 0,025 𝑐𝑚
• Jarak benda 20 cm
46
𝑀=
20
𝑀 = 2,3 𝑐𝑚

0,05 2 0,57 2 2

∆𝑀 = [ ( ) +( ) ] . 2,3
20 26 3

∆𝑀 = 0,033
∴ 2,3 ± 0,033 𝑐𝑚
d. Fokus Lensa
Rumus yang digunakan
𝑀. 𝐿 ∑𝑓
𝑓= 𝑓̅ =
(1 + 𝑀)2 𝑁
2
∑(𝑓 ̅ − 𝑓)
∆𝑓̅′ = √ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
𝑁(𝑁 − 1)
Riyan Fathurrahman
140310220045

• Jarak benda 10 cm
1,7.27
𝑓=
(1 + 2,35)2
𝑓 = 4,09 𝑐𝑚

• Jarak benda 15 cm
1,46.37
𝑓=
(1 + 2,35)2
𝑓 = 4,81 𝑐𝑚
• Jarak benda 20 cm
2,3.46
𝑓=
(1 + 2,35)2
𝑓 = 5,59 𝑐𝑚
• Fokus Lensa
14,49
𝑓̅ =
3
𝑓 ̅ = 4,83 𝑐𝑚

1,1256
∆𝑓̅′ = √
6

∆𝑓̅′ = 0,43 𝑐𝑚
∴ 4,83 ± 0,43𝑐𝑚

e. KSR dan KP
Rumus yang digunakan
𝑓 ̅ − 𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑃 = 100% − 𝐾𝑆𝑅
Keterangan:
𝑓𝑙𝑖𝑡 = 5 𝑐𝑚
4,83 − 5
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
5
𝐾𝑆𝑅 = 3,4%
Riyan Fathurrahman
140310220045

𝐾𝑃 = 100% − 3,4% = 96,6%

3.2.3 Lensa positif lemah metode Bessel


a. Kedudukan Lensa Rata-rata
Rumus yang digunakan
∑𝐸
𝐸̅ = ,
𝑁
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
25
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 8,3 𝑐𝑚
35
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 11,6 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm
26
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 8,6 𝑐𝑚
35
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 11,6 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
25
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 8,3 𝑐𝑚
33
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 11 𝑐𝑚

b. Jarak Kedudukan Lensa


Rumus yang digunakan
̅̅̅2 − ̅̅̅
𝑒 = |𝐸 𝐸1 |
Riyan Fathurrahman
140310220045

∑𝑒
𝑒̅ =
𝑁

∑(𝑒̅ − 𝑒)2
∆𝑒̅ = √ ,
𝑁(𝑁 − 1)

𝑒̅ ± ∆𝑒̅
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
𝑒 = |11,6 − 8,3|
𝑒 = 3,3
• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm
𝑒 = |11,6 − 8,6|
𝑒= 3
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
𝑒 = |11 − 8,3|
𝑒 = 2,6
• Jarak rata-rata
3,3 + 3 + 2,7
𝑒̅ =
3
𝑒̅ = 3

0,2
∆𝑒̅ = √
6

∆𝑒̅ = 0,18 𝑐𝑚
∴ 3 ± 0,18 𝑐𝑚
c. Fokus Lensa
Rumus yang digunakan
𝐿2 − 𝑒̅ 2
𝑓=
4𝐿
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
952 − 3,32
𝑓=
4 . 95
𝑓 = 23,7 𝑐𝑚
Riyan Fathurrahman
140310220045

• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm


902 − 32
𝑓=
4 . 90
𝑓 = 22,4 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
852 − 2,72
𝑓=
4 . 85
𝑓 = 21,2 𝑐𝑚
• Fokus rata-rata
𝑓 ̅ = 22,4 𝑐𝑚

3,13
∆𝑓̅′ = √
6

∆𝑓̅′ = 0,72 𝑐𝑚
∴ 22,4 ± 0,72 𝑐𝑚

d. KSR dan KP
Rumus yang digunakan
𝑓 ̅ − 𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑃 = 100% − 𝐾𝑆𝑅
22,4 − 10
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
10
𝐾𝑆𝑅 = 124%
𝐾𝑃 = 100% − 124%
𝐾𝑃 = −24%

3.2.4 Lensa positif lemah metode Bessel


a. Kedudukan Lensa Rata-rata
Rumus yang digunakan
Riyan Fathurrahman
140310220045

∑𝐸
𝐸̅ = ,
𝑁
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
13
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 4,3 𝑐𝑚
19
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 6,3 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm
15
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 5 𝑐𝑚
21
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 7 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
14
̅̅̅
𝐸1 =
3
̅̅̅
𝐸1 = 4,6 𝑐𝑚
25
̅̅̅
𝐸2 =
3
̅̅̅
𝐸2 = 8,3 𝑐𝑚

b. Jarak Kedudukan Lensa


Rumus yang digunakan
𝑒 = |𝐸2 − 𝐸1 |
∑𝑒
𝑒̅ =
𝑁

∑(𝑒̅ − 𝑒)2
∆𝑒̅ = √ ,
𝑁(𝑁 − 1)

𝑒̅ ± ∆𝑒̅
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
Riyan Fathurrahman
140310220045

𝑒 = |6,3 − 4,3|
𝑒 = 2 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm
𝑒 = |7 − 5|
𝑒 = 2 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
𝑒 = |8,3 − 4,8|
𝑒 = 3,7
• Jarak rata-rata
3,3 + 3 + 2,7
𝑒̅ =
3
𝑒̅ = 3

2,49
∆𝑒̅ = √ ,
6

∆𝑒̅ = 0,64 𝑐𝑚
∴ 3 ± 0,64 𝑐𝑚
c. Fokus Lensa
Rumus yang digunakan
𝐿2 − 𝑒̅ 2
𝑓=
4𝐿
• Jarak sumber cahaya ke layar 95 cm
952 − 22
𝑓=
4 . 95
𝑓 = 23,7 𝑐𝑚

• Jarak sumber cahaya ke layar 90 cm


902 − 22
𝑓=
4 . 90
𝑓 = 22,4 𝑐𝑚
• Jarak sumber cahaya ke layar 85 cm
Riyan Fathurrahman
140310220045

852 − 3,72
𝑓=
4 . 85
𝑓 = 21,2 𝑐𝑚
• Fokus rata-rata
23,7 + 22,4 + 21,2
𝑓̅ =
3
𝑓 ̅ = 22,4 𝑐𝑚
∆𝑓̅′ = 0,66 𝑐𝑚
∴ 22,4 ± 0,66 𝑐𝑚

d. KSR dan KP
Rumus yang digunakan
𝑓𝑙𝑖𝑡 − 𝑓𝑝𝑒𝑟
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑃 = 100% − 𝐾𝑆𝑅
5 − 22,4
𝐾𝑆𝑅 = | | . 100%
5
𝐾𝑆𝑅 = 348%
𝐾𝑃 = 100% − 348%
𝐾𝑃 = −248%

3.3 Analisa
Pada percobaan ini dapat diihat bahwa untuk menentukan jarak
fokus lensa dapat menggunakan dua cara atau metode, yaitu metode Gauss
dan metode Bessel. Perbedaan dari metode ini terletak pada media yang
digeser atau diubah jaraknya. Pada metode Gauss media yang digeser atau
diubah – ubah adalah layar untuk menangkap bayangan, sedangkan pada
metode Bessel, media yang digeser atau diubah-ubah adalah lensa
Praktikum yang baik adalah praktikum yang memiliki kesalahan relatif pada
perhitungan (KSR) kurang dari 12%. Hal ini menandakan bahwa
pengukuran yang dilakukan menghasilkan data yang memiliki akurasi dan
presisi yang tinggi.
Riyan Fathurrahman
140310220045

Pada percobaan metode gauss, praktikan memperoleh KSR sebesar


7,2%% untuk percobaan pada lensa positif lemah.. Sedangkan pada
percobaan lensa positif kuat diperoleh KSR sebesar 3,4%. Pada percobaan
metoda bessel, angka -24% didapat untuk KSR hasil pengukuran pada lensa
positif lemah. Sedangkan angka -248% didapatkan dari hasil pengukuran
terhadap lensa positif kuat. Angka tersebut terbilang cukup tinggi karena
sudah melebihi standar baik sebuah data hasil percobaan. Faktor yang
mempengaruhi besarnya KSR adalah ada pada praktikan dan alatnya.
Pada perhitungan fokus lensa menggunakan metoda gauss
seharusnya dapat diminimalisir kesalahan karena pada metoda ini lensa
tidak digeser-geser sehingga seharusnya sinar yang datang dapat dengan
tepat terus menerus menembus melewati lensa. Pada pengukuran ini
didapati titik fokus untuk lensa postif lemah (+) 9,28 cm dan untuk lensa
positif kuat (++) diperoleh titik fokus 4,83 cm. Angka-angka tersebut dilihat
tidak terlalu jauh dari jarak fokus sebenarnya yang dimiliki oleh kedua lensa
tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh posisi lensa yang tetap sehingga
meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh lensa.
Pada perhitungan fokus lensa positif lemah (+) dan lensa postif kuat
(++) dilakukan dengan rumus yang terdapat pada metoda bessel itu sendiri.
Fokus diperoleh dari dari rata-rata hasil selisih dari jarak bayangan diperesar
dan diperkecil. Data yang diperoleh tidak terlalu jauh rentangnya karena
bayangan yang diperoleh dirasa sama dalam segi kejelasan dan ketegasan.
Fokus untuk teknik bessel diperoleh 22,4 cm untuk lensa positif lemah (+)
dan 22,4 cm untuk lensa positif kuat
Riyan Fathurrahman
140310220045

BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengukuran


ini, yaitu sebagai berikut:
1. Dapat dipahami sifat pembiasan cahaya lensa , yang dimana sifat-
sifat pembiasan tersebut dijelaskan dalam Hukum Snellius.
Snellius sendiri memiliki 3 hukum yaitu :
• Hukum Snellius I berbunyi :
“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat,
maka garis semua tersebut adalah garis sesudah sinar itu
membias dan garis normal dititik biasnya, ketiga garis
tersebut terletak dalam satu bidang datar”
• Hukum Snellius II berbunyi :
“Perbandingan sinus datang dengan sinus sudut bias
selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n)”
• Hukum Snellius III berbunyi :
“Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium
lebih rapat n1n2 , sinar akan dibelokkan menjauhi garis
normal.
2. Dapat ditentukan jarak fokus lensa dengan metode Bessel. Metode
Bessel adalah metode utnuk menghitung jarak fokus lensa positif
dan lensa negatif, dengan cara mengubah – ubah jarak lensa.
Rumus yang digunakan metode Bessel untuk menentukan jarak
fokus lensa yaitu :
𝐿2 − 𝑒̅ 2
𝑓=
4𝐿
Keterangan :
L = jarak benda terhadap layar (cm)
e = jarak antara kedudukan dua lensa (cm)
f = jarak fokus lensa (cm)
Riyan Fathurrahman
140310220045

3. Dapat menentukan jarak fokus lensa dengan Metode Gauss.


Metode gauss adalah metode untuk menghitung jarak fokus lensa
positif dan negatif,. dengan cara mengubah-ubah jarak dari layar
untuk menangkap bayangan. Rumus yang digunakan metode gaus
untuk menentukan fokus lensa yaitu :
𝑀. 𝐿
𝑓=
(1 + 𝑀)2
Keterangan :
f = jarak titik fokus (cm)
S’ = jarak bayangan terhadap lensa (cm)
M = Perbesaran lensa (cm)
Riyan Fathurrahman
140310220045

DAFTAR PUSTAKA

Silaban, Pantur, Ph.D dan Sucipto, Erwin, Drs. M. Sc. 1992. Fisika. Bandung:
Erlangga
Alonso, Marcelo, dan Edward J. Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT Setia Purna
Invers
Giancoli. 1999. Fisdas edisi 3 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Tipler Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Bandung: Erlangga
Young Preedman . Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai