Disusun Oleh:
Bintang Febio Madarinta (22032602928/M/Kelompok 3)
B. DASAR TEORI
1. Loop
Lup atau kaca pembesar pada dasarnya adalah lensa positif yang
digunakan untuk melihat atau untuk membantu mata dalam melihat
benda berukuran kecil agar tampak lebih besar dan jelas, (Frank L.
Pedrotti, 75). Lup menciptakan bayangan yang ukuran sudutnya lebih
besar dari objek itu sendiri (Hugh D Young 2004, 425).
Lup ini merupakan alat optic yang menggunakan lensa konvergen
atau lensa pengumpul. Lensa ini juga disebut sebagai lensa cembung.
Sifat bayangan yang dihasilkan oleh lup adalah tegak dan diperbesar,
serta orang yang melihat benda dengan lup akan mempunyai sudut
penglihatan yang lebih besar dari penglihatan tanpa menggunakan lup.
Dengan kata lain, perbandingan sudut yang bayangan yang dihasilkan
lensa dengan sudut objek ketika objek dipindahkan ke titik dekat
pengamat (Halliday Resnick 2013, 1031).
Untuk mata berakomodasi mengunakan lup, letak benda harus
berada antara titik fokus dan titik sumbu lensa dan perbesaran anguler
yang didapatkan adalah
𝑃𝑃
𝑀= +1
𝑓
2. Mikroskop
Pembesaran penglihatan dapat maksimal dengan cara
menggabungkan dua lensa dalam sebuah alat yang disebut dengan
mikroskop. Mikroskop terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler
(Serway & Jewett, 2014). Lensa objektif sebagai lensa pertama yang
membentuk bayangan, kemudian lensa okuler sebagai lensa kedua
menggunakan bayangan dari lensa objektif menjadi objek. Lensa okuler
membentuk bayangan maya yang menjadi sangat besar dan tak
terhingga dari bayangan lensa pertama (Young, dkk., 2007).
4. Skala 2 keping
5. Mistar (1 meter)
2. Percobaan Mikroskop
4. Skala 2 keping
5. Mistar (1 meter)
D. GAMBAR SET ALAT PERCOBAAN
E. PROSEDUR PERCOBAAN
Dalam percobaan loop dan mikroskop ini, prosedur yang harus
dilakukan sebagai berikut :
Loop
1. Menyusun set alat percobaan dengan benar.
2. Memastikan bahwa A dan B berskala sama dan meletakkan
skalanya menghadap ke pengamat.
3. Meletakkan B pada jarak 25 cm dari lensa.
4. Menggeser A sehingga terlihat jelas bayangannya ketika mata
berakomodasi.
5. Menggeser B sehingga terlihat sejajar dengan A (A' merupakan
bayangan A)
6. Mengusahakan letak B sedekat-dekatnya dengan bangku optik
tetapi masih terlihat dengan mata kiri, dan mata kanan dapat
melihat A'.
7. Mencatat jarak A dan jarak bayangan yang hampir sama dengan
punctum proximum.
8. Mengamati besar skala A dan skala B.
9. Membiarkan posisi B pada tempatnya, dan menggeser A agar A'
terlihat jelas tanpa berakomodasi.
10. Mengamati perbesarannya dengan membandingkan lebar skalanya.
11. Mengulangi step percobaan sampai memperoleh 3 data percobaan.
Mikroskop
1. Memasang lensa positif pada bangku optik.
2. Meletakkan benda A di depan lensa objektif pada jarak sedikit
lebih besar dibandingkan fobj agar terbentuk bayangan nyata A'.
3. Mengukur 𝑆𝑜𝑏𝑗 dan 𝑆 ′ 𝑜𝑏𝑗 .
4. Meletakkan lensa okuler pada jarak sedikit lebih kecil
dibandingkan 𝐹𝑜𝑘 dari A' agar terbentuk bayangan maya A".
5. Menggeser lensa okuler agar A" terlihat dengan jelas saat mata
berakomodasi.
6. Memastikan bahwa kedudukan A" ke lensa okuler sama dengan
punctum proximum.
7. Mencatat 𝑆𝑜𝑘 dan 𝑆 ′ 𝑜𝑘 .
8. Meletakkan benda berskala B disamping A" dan mengamati
perbesaran yang diperoleh dengan membandingkan lebar skalanya.
9. Membiarkan A, lensa objektif, dan B pada tempatnya untuk
mengamati 𝑆𝑜𝑏𝑗 dan 𝑆 ′ 𝑜𝑏𝑗 .
10. Menggeser lensa okuler sehingga A" dapat terlihat jelas tanpa
berakomodasi.
F. DATA PERCOBAAN
1. Percobaan loop
Mata Berakomodasi Maksimum
𝑆𝐴 𝑆′𝐴 𝑛1 𝑛2
PERCOBAAN
(𝑐𝑚) (𝑐𝑚) (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎) (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎)
1 19 25 20 25
2 18 25 22 30
3 17 25 29 35
𝑆𝐴 𝑆′𝐴 𝑛1 𝑛2
PERCOBAAN
(𝑐𝑚) (𝑐𝑚) (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎) (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎)
1 20 24 20 25
2 20 23 22 24
3 20 22 29 24
2. Percobaan Mikroskop
Mata Berakomodasi
1 7 13 17 25 30/4
2 8 15 18 25 20/17
Mata Tanpa Berakomodasi
1 7 13 20 24 34/12
2 8 15 20 24 26/17
a. Keterangan :
Nst mistar : 0,1 cm
Nst skala :1
b. Variabel :
1. Berakomodasi Maksimum
Variabel bebas : Jarak (S)
Variabel terikat : Skala
Variabel control : Bayangan (S’)
2. Tidak Berakomodasi
Variabel bebas : Bayangan (S’)
Variabel terikat : Skala
Variabel control : Jarak (S)
G. ANALISIS DATA
Metode Analisis
1. Percobaan Loop
Berakomodasi Maksimum
Perhitungan teoritis :
25
𝑀= +1
𝑓
𝜕𝑀 2 2 𝜕𝑀 2 2
𝑆𝑀 = √|𝜕𝑆′ ∆𝑆′𝐴 | + |𝜕𝑆 ∆𝑆𝐴 |
𝐴 3 𝐴 3
Perhitungan ralat :
𝑆𝑀
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝑀
Tanpa Berakomodasi
Perhitungan teoritis
25
𝑀= 𝑓
Perhitungan ralat :
𝑆𝑀
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝑀
2. Percobaan Mikroskop
Berakomodasi Maksimum
𝑆′ 25+𝐹𝑜𝑘
𝑀 = ( 𝑆 𝑜𝑏 ) ( )
𝑜𝑏 𝐹𝑜𝑘
∆𝑀 =
′ 2 2 2
𝑆′ 𝑜𝑏
√| 𝑆 𝑜𝑏2 ∙ 𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘
∙
2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |
1
∙
𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘 2
∙ ∙ ∆𝑆𝑜𝑏′ | + | ∙
𝑆𝑛 + 1
∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 3 𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 3 𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘2 3
Perhitungan ralat :
∆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
Tanpa Berakomodasi
𝑆 ′ 𝑜𝑏 𝑆𝑛
𝑀 = ( 𝑆 ) (𝑓𝑜𝑘 ) ∆𝑀 =
𝑜𝑏
′ 2 2 2
𝑆′ 𝑜𝑏
√| 𝑆 𝑜𝑏2 ∙ 𝑆𝑛
∙
2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |
1
∙
𝑆𝑛 2
∙ ∙ ∆𝑆𝑜𝑏′ | + | ∙
𝑆𝑛
2 ∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 3 𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 3 𝑆𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 3
Perhitungan ralat :
∆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
Sajian Hasil
1. Percobaan Loop
Berakomodasi Maksimum
Nilai Nilai Ralat 𝑛2
Data Nilai Akhir
𝑀 Δ𝑀 Relatif /𝑛1
1 1,3158 0,0029 (1,3158 ± 0,0029) 0,2203% 1,25
2 1,3889 0,0032 (1,3889 ± 0,0032) 0,2282% 1,36
3 1,4706 0,0348 (1,4706 ± 0,0348) 2,3705% 1,21
Tanpa Berakomodasi
Nilai Nilai Ralat 𝑛2
Data Nilai Akhir
𝑀 Δ𝑀 Relatif /𝑛1
1 1,2000 0,0026 (1,2000 ± 0,0026) 0,2169% 1,25
2 1,1500 0,0025 (1,1500 ± 0,0025) 0,2208% 1,20
3 1,1000 0,0025 (1,1000 ± 0,0025) 0,2252% 1,09
2. Percobaan Mikroskop
Berakomodasi Maksimum
Nilai Nilai Ralat 𝑛2
Data Nilai Akhir
𝑀 Δ𝑀 Relatif /𝑛1
1 0,5969 0,0230 (4,2188 ± 0,0230) 0,5493% 2,14
2 0,5273 0,0203 (4,2188 ± 0,0203) 0,4819% 1,18
Tanpa Berakomodasi
Nilai Nilai Ralat 𝑛2
Data Nilai Akhir
𝑀 Δ𝑀 Relatif /𝑛1
1 2,3214 0,0131 (2,3214 ± 0,0131) 0,5601% 2,83
2 2,3437 0,0111 (2,3437 ± 0,0111) 0,4719% 1,53
H. PEMBAHASAN
Percobaan lup dan mikroskop dilakukan untuk mengetahui perbesaran
lensa dari sudut pandang mata berakomodasi maksimum dan mata tanpa
berakomodasi. Praktikum ini dilakukan percobaan sebanyak 3 kali pada
percobaan lup dan 2 kali pada percobaan mikroskop dengan menvariasikan
jarak lensa ke benda pada mata berakomodasi dan jarak bayangan lensa
pada mata tanpa berakomodasi.
Pada percobaan lup dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali
percobaan. Pada mata berakomodasi maksimum diperoleh data pertama
sebesar 𝑀 = (1,3158 ± 0,0029) kali dengan ralat relatif sebesar 0,2203%
data kedua sebesar 𝑀 = (1,3889 ± 0,0032) kali dengan ralat relatif sebesar
0,2282%, dan data ketiga sebesar 𝑀 = (1,4706 ± 0,0348) kali dengan
ralat relatif sebesar 2,3705%. Pada mata tanpa maksimum diperoleh data
pertama sebesar 𝑀 = (1,2000 ± 0,0026) kali dengan ralat relatif sebesar
0,2169% data kedua sebesar 𝑀 = (1,1500 ± 0,0025) kali dengan ralat
relatif sebesar 0,2208%, dan data ketiga sebesar 𝑀 = (1,1000 ± 0,0025)
kali dengan ralat relatif sebesar 0,2252%.
Berdasarkan dasar teori lup pada saat mata berakomodasi maksimum,
perbesaran akan terjadi lebih besar dibandingkan mata tanpa berakomodasi.
Karena pada saat mata berakomodasi maksimum, mata akan berusaha keras
untuk mengumpulkan dan mencembungkan bayangan. Percobaan ini sesuai
dengan teori yang ada, karena hasil perbesaran dari perhitungan data yang
diperoleh pada mata berakomodasi maksimum lebih besar daripada mata
tanpa berakomodasi.
Pada percobaan mikroskop dilakukan pengambilan data sebanyak 2
kali. Pada mata berakomodasi maksimum diperoleh data pertama sebesar
𝑀 = (4,1786 ± 0,0230) kali dengan ralat relatif sebesar 0,5493% dan data
kedua sebesar 𝑀 = (4,2188 ± 0,0203) kali dengan ralat relatif sebesar
0,4819%. Pada mata tanpa berakomodasi diperoleh data pertama sebesar
𝑀 = (2,3214 ± 0,0131) kali dengan ralat relatif sebesar 0,5601%dan data
kedua sebesar 𝑀 = (2,3437 ± 0,0111) kali dengan ralat relatif sebesar
0,4719%.
Berdasarkan dasar teori pada mikroskop, perbesaran lensa objektif
jauh lebih besar daripada lensa okuler. Dari hasil percobaan, ketika jarak
lensa objektif terhadap objek semakin dekat, maka perbesaran yang
dibentuk akan semakin besar pula. Perbesaran yang terbentuk pada mata
berakomodasi maksimum jauh lebih besar daripada tanpa berakomodasi,
karena mata akan berusaha keras untuk mengumpulkan dan
mencembungkan bayangan. Maka percobaan ini sesuai dengan dasar teori.
Dari percobaan lup dan mikroskop, perbandingan perbesaran skala
yang diperoleh dari percobaan dengan perbesaran menurut teori terdapat
sedikir perbedaan. Hal ini terjadi karena adanya ketidaktelitian dan kesulitan
pengamat dalam membaca data dan kesalahan pada perhitungan.
I. KESIMPULAN
Dari percobaan loop dan mikroskop yang telah dilakukan dan analisis
data yang telah dilakukan, letak bayangan benda dengan skala pembanding
adalah sejajar apabila data perhitungan dari skala pembanding yang tebaca
sesuai dengan teori yang ada. Namun pada percobaan ini terdapat
perbedaan pada mata berakomodasi maksimum maupun tanpa
berakomodasi. Ini terjadi karena adanya kesulitan dan ketidaktelitian dalam
membaca, serta kesalahan dalam perhitungan.
Mata berakomodasi maksimum merupakan cara memandang suatu
objek dimana otot siliar bekerja untuk mencembungkan lensa secara
maksimum. Objek diletakkan kurang dari titik fokus lensa dan bayangan
yang dihasilkan akan berada pada titik terdekat mata, sehingga perbesaran
pada mata berakomodasi maksimum akan semakin besar.
Mata tanpa berakomodasi merupakan cara memandang suatu objek
dimana otot siliar mata berada dalam keadaan rileks. Objek diletakkan tepat
pada titik fokus lensa dan bayangan yang dihasilkan akan berada pada titik
terjauh mata, sehingga perbesarannya akan lebih kecil dari perbesaran pada
mata berakomodasi maksimum.
Dalam praktikum loop dan mikroskop ini, mahasiswa mampu belajar
cara mengset lensa dengan tepat dari susunan rangkaian pada mata
berakomodasi maksimum dan tanpa berakomodasi, sehingga didapatkan
data untuk menghitung perbesaran dari skala pembanding dan bayangan
yang terbentuk.
J. DAFTAR PUSTAKA
Serway, Raymond A., and John W. Jewett. 2014. Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics. Boston: 20 Channel Center Street.
Young, Hugh D., Laird Kramer, and Roger A. Freedman. 2007. University
Physics. Addison Wesley.
Percobaan ke-1
𝑆𝐴 = (19 ± 0,05)𝑐𝑚 𝑆′𝐴 = (25 ± 0,05)
𝑆′𝐴 25
𝑀1 = = = 1,31579 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑆𝐴 19
𝜕𝑀 2 𝜕𝑀 2 2 2
𝑆𝑀 = √| ′ . . ∆𝑆 ′𝐴 | + | . . ∆𝑆𝐴 |
𝜕𝑆 𝐴 3 𝜕𝑆𝐴 3
1 2 𝑆′ 2 2 2
𝑆𝑀 = √| . ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝐴2 . . ∆𝑆𝐴 |
𝑆𝐴 3 𝑆𝐴 3
1 2 25 2 2 2
𝑆𝑀 = √|19 . 3 . 0,05| + |192 . 3 . 0,05|
𝑆𝑀 = 0,00289941 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,00289941
𝑅𝑀 = × 100%
1,316
𝑅𝑀 = 0,2203% (4𝐴𝑃)
Percobaan ke-2
𝑆𝐴 = (18 ± 0,05) 𝑐𝑚 𝑆′𝐴 = (25 ± 0,05)
𝑆′ 𝐴 25
𝑀2 = = = 1,3889 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑆𝐴 18
𝜕𝑀 2 𝜕𝑀 2 2 2
𝑆𝑀 = √|𝜕𝑆 ′ . 3 . ∆𝑆 ′𝐴 | + |𝜕𝑆 . 3 . ∆𝑆𝐴 |
𝐴 𝐴
1 2 𝑆′2 2 2
𝑆𝑀 = √|𝑆 . 3 ∆𝑆 ′𝐴 | + |𝑆 𝐴2 . 3 . ∆𝑆𝐴 |
𝐴 𝐴
1 2 2
25 2 2
𝑆𝑀 = √|18 . 3 . 0,05| + |182 . 3 . 0,05|
𝑆𝑀 = 0,00316933 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,00316933
𝑅𝑀 = × 100%
1,389
𝑅𝑀 = 0,2282% (4𝐴𝑃)
Percobaan ke-3
𝑆𝐴 = (17 ± 0,05) 𝑐𝑚 𝑆′𝐴 = (25 ± 0,05)
𝑆′ 𝐴 25
𝑀3 = = = 1,4706 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑆𝐴 17
𝜕𝑀 2 2
𝜕𝑀 2 2
𝑆𝑀 = √|𝜕𝑆 ′ . 3 . ∆𝑆 ′𝐴 | + |𝜕𝑆 . 3 . ∆𝑆𝐴 |
𝐴 𝐴
1 2 𝑆′ 2
2 2
𝑆𝑀 = √| . ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝐴2 . . ∆𝑆𝐴 |
𝑆𝐴 3 𝑆𝐴 3
1 2 2
25 2 2
𝑆𝑀 = √|17 . 3 . 0,05| + |172 . 3 . 0,05|
𝑆𝑀 = 0,0348702 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,0348702
𝑅𝑀 = × 100%
1,471
𝑅𝑀 = 2,3705% (𝐴𝑃)
Nilai perhitungan perbesaran sudut pada percobaan ke 3 adalah
𝑀3 = (1,4706 ± 0,0035) kali dengan kesalahan relatif
2,3705% (5AP).
𝑛2
𝑀=
𝑛1
25 30 35
𝑀1 = = 1,25 𝑀2 = = 1,36 𝑀3 = = 1,21
20 22 29
25 25
𝑀= = = 1,25
𝑓 20
Percobaan ke-1
𝑆𝐴 = (20 ± 0,05) 𝑐𝑚 𝑆′𝐴 = (24 ± 0,05)
𝑆′𝐴 24
𝑀= = = 1,2 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑆𝑀 =
𝑆𝐴 20
2 2
√| 𝜕𝑀′ . 2 . ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝜕𝑀 . 2 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝜕𝑆 𝐴3 𝜕𝑆 3 𝐴
2 2
√| 1 . 2 ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝑆′𝐴2 . 2 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝑆 3
𝐴 𝑆 3 𝐴
2 2
√| 1 . 2 . 0,05| + | 242 . 2 . 0,05| 𝑆𝑀 =
20 3 20 3
√0,000002778 + 0,000004
𝑆𝑀 = √0,000006778
𝑆𝑀 = 0,002603 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,002603
𝑅𝑀 = × 100%
1,2
𝑅𝑀 = 0,2169% (4𝐴𝑃)
Percobaan ke-2
𝑆′𝐴 23
𝑀= = = 1,15 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑆𝑀 =
𝑆𝐴 20
2 2
√| 𝜕𝑀′ . 2 . ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝜕𝑀 . 2 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝜕𝑆 𝐴3 𝜕𝑆 3 𝐴
2 2
√| 1 . 2 ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝑆′𝐴2 . 2 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝑆 3
𝐴 𝑆 3 𝐴
2 2
√| 1 . 2 . 0,05| + | 232 . 2 . 0,05| 𝑆𝑀 =
20 3 20 3
𝑆𝑀 = 0,00254
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,00254
𝑅𝑀 = × 100%
1,15
𝑅𝑀 = 0,2208% (4𝐴𝑃)
𝑆′𝐴 22
𝑀= = = 1,1 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑆𝐴 20
𝜕𝑀 2 𝜕𝑀 2 2 2
𝑆𝑀 = √|𝜕𝑆 ′ . 3 . ∆𝑆 ′𝐴 | + |𝜕𝑆 . 3 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝐴 𝐴
2 ′ 2
√| 1 . 2 ∆𝑆 ′𝐴 | + | 𝑆 𝐴2 . 2 . ∆𝑆𝐴 | 𝑆𝑀 =
𝑆 𝐴 3 𝑆 3 𝐴
2 2
√| 1 . 2 . 0,05| + | 222 . 2 . 0,05|
20 3 20 3
𝑀 = √0,000002778 + 0,000003361
𝑆𝑀 = √0,000006139
𝑆𝑀 = 0,002478 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
𝑆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,002478
𝑅𝑀 = × 100%
1,1
𝑅𝑀 = 0,2252% (4𝐴𝑃)
2. Percobaan Mikroskop
Mata Berakomodasi Maksmimum
Percobaan ke-1
𝑆′ 25+𝐹𝑜𝑘
𝑀 = ( 𝑆 𝑜𝑏 ) ( )
𝑜𝑏 𝐹𝑜𝑘
13 25+20
𝑀 = ( 7 )( )
20
𝑀 = (1,857142857)(2,25)
𝑀 = 4,178571429 𝑘𝑎𝑙𝑖
∆𝑀 =
′ 𝑜𝑏 2 2 2
𝑆 ′ 𝑜𝑏
√|𝑆 ∙
𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘
∙
2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |𝑆𝑜𝑏 ∙
1 𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘 2
∙ 3 ∙ ∆𝑆𝑜𝑏 ′ | + | 𝑆𝑜𝑏 ∙
𝑆𝑛 + 1
∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏2 𝑓𝑜𝑘 3 𝑓𝑜𝑘 𝑓𝑜𝑘 2 3
∆𝑀 =
2 2 2
√|132 ∙ 25 +20
∙
2
∙ 0,05| + |7 ∙
1 25 +20 2
∙ 3 ∙ 0,05| + | 7 ∙
13 25 + 1
∙
2
∙ 0,05|
7 20 3 20 202 3
∆𝑀 =
√|0,01989795918|2 + |0,01071428571|2 + |0,004023809524|2
∆𝑀 = 0,022954645301115 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat relatif :
∆𝑀
𝑅𝑀 = × 100 %
𝑀
0,022954645301115
𝑅𝑀 = × 100 %
4,178571429
𝑅𝑀 = 0,54934193877376%
Percobaan ke-2
𝑆′ 25+𝐹𝑜𝑘
𝑀 = ( 𝑆 𝑜𝑏 ) ( )
𝑜𝑏 𝐹𝑜𝑘
15 25+20
𝑀 = ( 8 )( )
20
𝑀 = (1,875)(2,25)
𝑀 = 4,21875 𝑘𝑎𝑙𝑖
∆𝑀 =
′ 𝑜𝑏 2 2 𝑆 ′ 𝑜𝑏 2
√| 𝑆 ∙
𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘
∙
2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |𝑆𝑜𝑏 ∙
1 𝑆𝑛 +𝑓𝑜𝑘 2
∙ 3 ∙ ∆𝑆𝑜𝑏′ | + | 𝑆𝑜𝑏 ∙
𝑆𝑛 + 1
∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏 2 𝑓𝑜𝑘 3 𝑓𝑜𝑘 𝑓𝑜𝑘 2 3
∆𝑀 =
2 2 2
√|152 ∙ 25 +20
∙
2
∙ 0,05| + |8 ∙
1 25 +20 2
∙ 3 ∙ 0,05| + | 8 ∙
15 25 + 1
∙
2
∙ 0,05|
8 20 3 20 202 3
𝑅𝑀 = 0,48194066425255%
𝛥𝑀1 =
′ 𝑜𝑏 2 2 2
𝑆 ′ 𝑜𝑏
√| 𝑆 ∙
𝑆𝑛
∙
2 1 𝑆𝑛 2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |𝑆𝑜𝑏 ∙ 𝑓𝑜𝑘 ∙ 3 ∙ ∆𝑆𝑜𝑏′ | + | 𝑆𝑜𝑏 ∙
𝑆𝑛
∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏 2 𝑓𝑜𝑘 3 𝑓𝑜𝑘 2 3
𝛥𝑀1 =
2 2 2
√| 132 ∙ 25 2 1 25 2 13 25 2
(7)
∙ ∙ 0,05| + |7 ∙ 20 ∙ 3 ∙ 0,05| + | 7 ∙ (20) 2
∙ ∙ 0,05|
20 3 3
𝛥𝑀1 =
√|0,01105442177|2 + |0,005952380952|2 + |0,003869047619|2
𝛥𝑀1 = 0,0131377551164573 𝑘𝑎𝑙𝑖
Ralat Relatif :
∆𝑀1 0,013
𝑅𝑀 = × 100 % = × 100% = 0,5601% (4𝐴𝑃)
𝑀1 2,3214
𝑆′𝑜𝑏 𝑆𝑛 15 25
𝑀2 = ( 𝑆 ) (𝑓𝑜𝑘 ) = ( 8 ) (20) = 2,3437 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑜𝑏
𝛥𝑀2 =
′ 𝑜𝑏 2 2 2
𝑆 ′ 𝑜𝑏
√| 𝑆 ∙
𝑆𝑛
∙
2 1 𝑆𝑛 2
∙ ∆𝑆𝑜𝑏| + |𝑆𝑜𝑏 ∙ 𝑓𝑜𝑘 ∙ 3 ∙ ∆𝑆𝑜𝑏′ | + | 𝑆𝑜𝑏 ∙
𝑆𝑛
∙
2
∙ ∆𝑓𝑜𝑘 |
𝑆𝑜𝑏 2 𝑓𝑜𝑘 3 𝑓𝑜𝑘 2 3
𝛥𝑀2 =
15 25 2 2 1 25 2 2 15 25 2 2
√| ∙ ∙ ∙ 0,05| + |8 ∙ 20 ∙ 3 ∙ 0,05| + | 8 ∙ ∙ ∙ 0,05|
(8)2 20 3 (20)2 3
Ralat Relatif
∆𝑀2 0,01106
𝑅𝑀 = × 100 % = × 100% = 0,4719% (4𝐴𝑃)
𝑀2 2,3437
𝑛2
𝑀=
𝑛1
34 26
𝑀1 = = 2,8 𝑀2 = = 1,6
12 17
- Dokumentasi
- Plagiarism
- Laporan sementara