Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum “Fisika Dasar”

Modul L0 – Lensa dan Indeks Bias


Muhammad Ichlasul Amal Mastur/21522368
Asisten: Mia Rahmawati
Tanggal praktikum: 12 Oktober 2022
Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Abstrak— Cahaya merupakan sebuah energi yang memiliki bentuk seperti gelombang elektromagnetik yang dapat
dilihat oleh mata. Pada praktikum ini, kita akan berfokus pada cahaya dimana cahaya memiliki peranan penting
terhadap bayangan yang dihasilkan ketika melalui sebuah lensa dan pembiasan cahaya yang terjadi pada suatu
medium. Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan penggunaan lensa serta indeks bias pada kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, kesimpulan dari praktikum ini adalah pada percobaan lensa jarak dapat mempengaruhi
bayangan yang dihasilkan dan pada percobaan indeks bias, sudut kedatangan cahaya mempengaruhi sudut bias
cahaya karena melalui medium yang berbeda.

Kata kunci—Hukum Snellius;Indeks Bias;Cahaya;Lensa

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cahaya merupakan energi yang berbentuk seperti gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat atau
kasat mata dengan Panjang sekitar 380 – 750 nm. Di dalam fisika, cahaya merupakan bagian dari radiasi
elektromagnetik, baik dengan Panjang gelombang yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat.
Adapun lensa adalah alat atau media yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya.
Lensa disebut juga sebagai refaktor karena lensa mampu membiaskan atau meneruskan cahaya sehingga
pada percobaan lensa kita akan melihat apa yang tejadi pada cahaya ketika melewati lensa dan dipantulkan
ke media layar nanti . Lalu, untuk indeks bias sendiri adalah sebuah perbandingan antara kecepatan cahaya
di dalam sebuah ruangan yang hampa dengan cepat rambat cahaya pada suatu media sehingga pada
percobaan ini akan bersinggungan dengan Hukum Snellius.

2. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini kita akan bersinggungan dengan cahaya sehingga tujuan dari praktikum ini adalah:
 Memahami penerapan Hukum Snellius
 Mengetahui sifat pada sebuah lensa seperti kuat dan perbesaran lateralnya
 Menentukan indeks bias pada benda yang bersifat padat

3. Dasar Teori
Lensa merupakan sebuah alat atau media yang dapat mengumpulkan atau menyebarkan cahaya. Umumnya
lensa terbagi menjadi 2 jenis, yakni lensa cembung dan cekung. Dalam ilmu fisika, lensa cembung biasa
disebut dengan konvergen atau lensa positif (+) sedangkan lensa cekung disebut juga dengan divergen
atau lensa negatif (-).

Pada umumnya, baik lensa cembung maupun cekung dibatasi oleh dua permukaan bias dimana salah
satunya lengkung sehingga terjadilah 2 kali pembiasan sebelum keluar dari lensa
Lensa juga memiliki garis penghubung antara pusat lengkungan dua permukaan yang disebut juga dengan
sumbu utama. Bayangan yang nanti dibuat oleh permukaan pertama merupakan benda untuk permukaan
kedua sehingga permukaan kedua nantinya akan membuat sebuah bayangan akhir. [1]
Pada lensa cembung atau konvergen biasanya akan membentuk sebuah focal point pada sisi yang
berlawanan. Selain itu, jika suatu jarak dari sebuah benda atau objek menuju lensa dan dari lensa menuju
bayangan berturut-turut S1 dan S2 atau d dan d’, maka dapat dirumuskan seperti berikut:

1 1 1 1 1 1
= + atau = +
𝑓 𝑆 𝑆 𝑓 𝑑 𝑑′
Dimana:

f = Panjang fokus lensa (m)


S1 atau d = Jarak benda dari pusat lensa (m)
S2 atau d’ = Jarak bayangan benda dari pusat lensa (m). [2]

Pada lensa, kita akan mengenal perbesaran yang disebut juga dengan perbesaran lateral (M) yang
dirumuskan:

ℎ′ 𝑑′
𝑀= − = −
ℎ 𝑑

Dimana:

h = Tinggi benda (m)


h’ = Tinggi bayangan (m)

Para ahli optometri dan opthalmologi biasanya tidak menggunakan panjang fokus, melainkan
menggunakan kebalikan dari panjang fokus untuk menentukan kekuatan pada lensa terutaman lensa pada
kacamata sehingga kuat lensa (P) dapat dirumuskan sebagai berikut: [3]

1
𝑃=
𝑓

Indeks bias merupakan sebuah perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam ruangan yang hampa udara
dengan cepat rambat pada suatu medium atau yang disebut dengan peristiwa pembiasan atau refraksi. Pada
umumnya, laju cahaya akan berbeda-beda ketika memasuki material yang berbeda. Seperti contoh ketika
suatu cahaya melewati es, maka laju cahaya nya adalah sebesar 2,3 x 10 𝑚/𝑠 sedangkan ketika melewati
intan maka laju cahaya nya sebesar 1,24 x 10 𝑚/𝑠 . Oleh karena itu, suatu besaran yang menentukan laju
cahaya di dalam material disebut dengan indeks bias. [4]

Indeks bias sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut:


𝑐
𝑛=
𝑣
Dimana:

n = Indeks bias
c = Kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s)
vp = Cepat rambat cahaya pada suatu medium

Dalam peristiwa indeks bias, maka akan bersinggungan dengan Hukum Snellius. Hukum Snellius sendiri
adalah sebuah rumus yang memberikan hubungan antar 2 sudut, yakni sudut dimana cahaya datang dan
sudut dimana cahaya dibiaskan pada sebuah medium/material isotropik berbeda. Hukum ini ditemukan
oleh seorang matematikawan Belanda yang namanya digunakan atas penemunannya, yakni Willebrob
Snellius.

Hukum Snellius dapat ditulis atau dirumuskan sebagai berikut: [5]

sin 𝜃 𝑛 𝑣
=𝑛 = =
sin 𝜃 𝑛 𝑣
II. METODE PRAKTIKUM
Langkah percobaan:
A. Lensa

Mengatur posisi benda berada didepan sumber cahaya atau lampu

Mengatur posisi lensa berada didepan benda kemudian mengatur posisi layar berada didepan lensa

Menaruh reflektor persis dibelakang sumber cahaya atau lampu

Mengatur posisi lensa didepan benda dengan jarak awal sebesar 10 cm

Mencari bayangan yang fokus pada layar kemudian mencatat hasil pengamatan

Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dan mengulangi langkah 4-5 dengan jarak berbeda sampai 30
cm

B. Indeks Bias

Menyalakan sumber tegangan dan atur tegangan listrik pada posisi 8 Voltage

Mengarahkan dan mengatur arah berkas kedatangan cahaya dengan sudut awal/datang sebesar 30°

Mengamati indeks bias pada cahaya kemudian mencatat sudut bias yang terbentuk

Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dan mengulangi percobaan mulai dari langkah 2-4 dari sudut
datang 40° sampai sudut datang 70°
Alat dan Bahan:
C. Percobaan Lensa

Gambar 1. Lensa Konvergen/Cembung Ganda (Indonesia.alibaba.com)

Gambar 2. Layar (Screenshot Video Panopto Prak. L0)

Gambar 3. Benda (Screenshot Video Panopto Prak. L0)


Gambar 4. Sumber Cahaya (Lampu pijar) (fullmoonid.com)

Gambar 5.Reflektor (Screenshot Video Panopto Prak. L0)

Gambar 6. Mistar (Screenshot Video Panopto Prak. L0)

D. Percobaan Indeks Bias


Gambar 7. Busur (Laboratorium Fisika Dasar UII)

Gambar 8. Medium Indeks Bias (Laboratorium Fisika Dasar UII)


Gambar 9. Sumber Cahaya (Screenshot Video Panopto Prak. L0)

Gambar 10. Sumber Tegangan (tokoalatperaga.co.id)


III. DATA PERCOBAAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Lensa

No dm (cm) d’ (cm) Hasil Pengamatan

1 10 12 12 12 Terbalik, diperbesar

2 15 9 9 9 Terbalik, Diperkecil

3 20 8 8 8 Terbalik, Diperkecil

4 25 7 7 7 Terbalik, Diperkecil

5 30 7 7 7 Terbalik, Diperkecil

Tabel 2. Hasil Pengamatan Indeks Bias

Media 1 V = 8 Volt
No
Sudut Datang 𝜱𝟏 Sudut Bias 𝜱𝟐

1 30 19 19 19

2 40 25 25 25

3 50 30 30 30

4 60 35 35 35
5
70 38 38 38

IV. ANALISIS DATA

A. LENSA
a. Menentukan rerata jarak bayangan

1. Untuk d = 10 cm

d’ 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’) 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’)


12 0 0
12 0 0
12 0 0
Σ = 36 Σ =0

Σ𝑑′ 36
𝑑 = = = 12 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2

Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 12 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Untuk d = 15 cm

d’ 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’) 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’)


9 0 0
9 0 0
9 0 0
Σ = 27 Σ =0

Σ𝑑′ 27
𝑑 = = = 9 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2

Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 9 ± 0 ) 𝑐𝑚

3. Untuk d = 20 cm

d’ 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’) 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’)


8 0 0
8 0 0
8 0 0
Σ = 24 Σ =0

Σ𝑑′ 24
𝑑 = = = 8 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2

Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 8 ± 0 ) 𝑐𝑚

4. Untuk d = 25 cm

d’ 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’) 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’)


7 0 0
7 0 0
7 0 0
Σ = 21 Σ =0

Σ𝑑′ 21
𝑑 = = = 7 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2

Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Untuk d = 30 cm

d’ 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’) 𝛿𝑑’ (𝑑’ − 𝑑’)


7 0 0
7 0 0
7 0 0
Σ = 21 Σ =0

Σ𝑑′ 21
𝑑 = = = 7 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2

Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚

b. Menentukan fokus lensa (f)

1. Untuk d = 10 cm

. .
𝑓= = = 5,45 𝑐𝑚 = 0,054 𝑚

𝑑 𝑑 + 𝑑 − 𝑑. 𝑑̅ ′ 12(12 + 10) − 10.12


∆𝑓 = 𝛥𝑑 = |0| = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚
𝑑 +𝑑 (12 + 10)

Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,45 ± 0 ) 𝑐𝑚

2. Untuk d = 15 cm

. .
𝑓= = = 5,62 𝑐𝑚 = 0,056 𝑚

𝑑 𝑑 + 𝑑 − 𝑑. 𝑑̅ ′ 15(9 + 15) − 15.9


∆𝑓 = 𝛥𝑑 = |0| = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚
𝑑 +𝑑 (9 + 15)

Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,62 ± 0 ) 𝑐𝑚

3. Untuk d = 20 cm

. .
𝑓= = = 5,71 𝑐𝑚 = 0,057 𝑚

𝑑 𝑑 + 𝑑 − 𝑑. 𝑑̅ ′ 20(8 + 20) − 20.8


∆𝑓 = 𝛥𝑑 = |0| = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚
𝑑 +𝑑 (8 + 20)

Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,71 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Untuk d = 25 cm

. .
𝑓= = = 5,46 𝑐𝑚 = 0,054 𝑚

𝑑 𝑑 + 𝑑 − 𝑑. 𝑑̅ ′ 25(7 + 25) − 25.7


∆𝑓 = 𝛥𝑑 = |0| = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚
𝑑 +𝑑 (7 + 25)

Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,46 ± 0 ) 𝑐𝑚

5. Untuk d = 30 cm

. .
𝑓= = = 5,67 𝑐𝑚 = 0,056 𝑚

𝑑 𝑑 + 𝑑 − 𝑑. 𝑑̅ ′ 30(7 + 30) − 30.7


∆𝑓 = 𝛥𝑑 = |0| = 0 𝑐𝑚 = 0 𝑚
𝑑 +𝑑 (7 + 30)

Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = (5,67 ± 0 ) 𝑐𝑚

c. Menentukan perbesaran bayangan (M)


1. Untuk d = 10 cm

𝑑 12
𝑀= = = 1,2
𝑑 10

2. Untuk d = 15 cm

𝑑 9
𝑀= = = 0,75
𝑑 15

3. Untuk d = 20 cm

𝑑 8
𝑀= = = 0,4
𝑑 20

4. Untuk d = 25 cm

𝑑 7
𝑀= = = 0,28
𝑑 25

5. Untuk d = 30 cm

𝑑 7
𝑀= = = 0,23
𝑑 30

d. Menentukan kuat lensa (P)


1. Untuk d = 10 cm
1 1
𝑃= = = 18,5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑓 0,054
2. Untuk d = 15 cm
1 1
𝑃= = = 17,8 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑓 0,056
3. Untuk d = 20 cm
1 1
𝑃= = = 17,5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑓 0,057
4. Untuk d = 25 cm
1 1
𝑃= = = 18,5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑓 0,054
5. Untuk d = 30 cm
1 1
𝑃= = = 17,8 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑓 0,056

B. INDEKS BIAS
a. Menentukan rerata sudut indeks bias

1. Untuk sudut datang (∅) = 30°

∅’ 𝛿∅’ (∅’− ∅’) 𝛿∅’ (∅’ − ∅’) Σ∅’ 57


∅’ = = = 19°
19 0 0 𝑛 3
19 0 0
19 0 0 Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
Σ = 57 Σ =0 𝑛−1 2

Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 19 ± 0 )°

2. Untuk sudut datang (∅) = 40°

∅’ 𝛿∅’ (∅’− ∅’) 𝛿∅’ (∅’ − ∅’)


25 0 0
25 0 0
25 0 0
Σ = 75 Σ =0

Σ∅’ 75
∅’ = = = 25°
𝑛 3

Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2

Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 25 ± 0 )°
3. Untuk sudut datang (∅) = 50°

∅’ 𝛿∅’ (∅’− ∅’) 𝛿∅’ (∅’ − ∅’)


30 0 0
30 0 0
30 0 0
Σ = 90 Σ =0

Σ∅’ 90
∅’ = = = 30°
𝑛 3

Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2

Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 30 ± 0 )°

4. Untuk sudut datang (∅) = 60°

∅’ 𝛿∅’ (∅’− ∅’) 𝛿∅’ (∅’ − ∅’)


35 0 0
35 0 0
35 0 0
Σ = 105 Σ =0

Σ∅’ 105
∅’ = = = 35°
𝑛 3

Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2

Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 35 ± 0 )°

5. Untuk sudut datang (∅) = 70°

∅’ 𝛿∅’ (∅’− ∅’) 𝛿∅’ (∅’ − ∅’)


38 0 0
38 0 0
38 0 0
Σ = 114 Σ =0

Σ∅’ 114
∅’ = = = 38°
𝑛 3
Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2

Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 38 ± 0 )°

b. Menentukan nilai indeks bias medium


1. Untuk sudut datang (∅) = 𝟑𝟎°
𝑛. sin ∅ 1. sin 30°
𝑛 = = = 1,54
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 19°

−𝑛 𝑠𝑖𝑛∅ 𝑐𝑜𝑠∅′ −1 sin 30° cos 19°


∆𝑛 = Δ∅’ = |0°| = 0
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 19°

Jadi, 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (1,54 ± 0 )

Dengan n = 1

2. Untuk sudut datang (∅) = 𝟒𝟎°


𝑛. sin ∅ 1. sin 40°
𝑛 = = = 1,52
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 25°

−𝑛 𝑠𝑖𝑛∅ 𝑐𝑜𝑠∅′ −1 sin 40° cos 25°


∆𝑛 = Δ∅’ = |0°| = 0
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 25°

Jadi, 𝑛′ ± Δ𝑛′ = ( 1,52 ± 0 )

Dengan n = 1

3. Untuk sudut datang (∅) = 𝟓𝟎°


𝑛. sin ∅ 1. sin 50°
𝑛 = = = 1,53
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 30°

−𝑛 𝑠𝑖𝑛∅ 𝑐𝑜𝑠∅′ −1 sin 50° cos 30°


∆𝑛 = Δ∅’ = |0°| = 0
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 30°

Jadi, 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (1,53 ± 0 )

Dengan n = 1
4. Untuk sudut datang (∅) = 𝟔𝟎°
𝑛. sin ∅ 1. sin 60°
𝑛 = = = 1,50
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 35°

−𝑛 𝑠𝑖𝑛∅ 𝑐𝑜𝑠∅′ −1 𝑠𝑖𝑛 50° 𝑐𝑜𝑠 30°


∆𝑛 = Δ∅’ = |0°| = 0
𝑠𝑖𝑛 ∅′ 𝑠𝑖𝑛 30°

Jadi, 𝑛′ ± Δ𝑛′ = ( 1,50 ± 0 )

Dengan n = 1

5. Untuk sudut datang (∅) = 𝟕𝟎°


𝑛. sin ∅ 1. sin 70°
𝑛 = = = 1,53
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 38°

−𝑛 𝑠𝑖𝑛∅ 𝑐𝑜𝑠∅′ −1 𝑠𝑖𝑛 50° 𝑐𝑜𝑠 30°


∆𝑛 = Δ∅’ = |0°| = 0
𝑠𝑖𝑛 ∅′ 𝑠𝑖𝑛 30°

Jadi, 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (1,53 ± 0 )

Dengan n = 1

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum lensa dan indeks bias, cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan
dari praktikum. Pada praktikum lensa, kita akan melihat hasil bayangan sebuah benda yang diberi sumber
cahaya dimana nantinya sumber cahaya tersebut akan melewati sebuah lensa lalu pada layar bayangan
akan mengalami perbedaan bentuk akibat dari perubahan jarak yang semakin menjauh dari sumber cahaya.
Adapun untuk praktikum indeks bias, kita akan melihat perubahan pada sudut dari datangnya sumber
cahaya dimana sumber cahaya akan mengalami pembiasan karena adanya medium yang dilewati oleh
sumber cahaya sehingga terjadilah pembiasan cahaya.

Pada praktikum lensa, kita menggunakan beberapa alat. Alat yang digunakan adalah mistar yang berfungsi
sebagai pemberi jarak antara benda dengan sumber cahaya. Kita juga menggunakan sebagai layar sebagai
tempat pantulan bayangan benda. Kemudian benda sebagai objek yang nanti akan diberi sumber cahaya
lalu lampu pijar yang berfungsi sebagai sumber cahaya utama. Lalu, alat yang sangat penting dalam
praktikum ini adalah lensa konvergen ganda atau lensa cembung ganda karena nanti sebuah benda yang
diberi cahaya akan melewati lensa konvergen sehingga akan terlihat bayangan yang dipantulkan pada
layar. Pada praktikum lensa, jarak yang digunakan adalah berkisar dari 10 mm sampai dengan 30 mm
dimana aka nada 3 kali percobaan pada setiap jaraknya.

Untuk praktikum indeks bias, kita juga menggunakan beberapa alat untuk menunjang jalannya praktikum.
Alat yang digunakan adalah busur untuk menentukan sudut datang serta sudut bias sumber cahaya,
kemudian menggunakan medium dimana kita menggunakan medium benda padat. Selain itu, kita juga
menggunakan sumber tegangan untuk menyalakan sumber cahaya dimana kita mengatur tegangan sebesar
8 Volt. Lalu alat yang terakhir dan yang menjadi alat utama dalam praktikum ini adalah sumber cahaya
dimana nantinya sumber cahaya akan kita atur besaran sudutnya dimana sudut yang kita gunakan mulai
dari 30° sampai 70°.
Setelah melakukan praktikum, diperoleh data dari hasil percobaan yang dilakukan dan selanjutnya kita
lakukan perhitungan. Untuk percobaan lensa, kita akan menghitung rata-rata jarak bayangan, fokus pada
lensa (f), menentukan perbesaran bayangan (M), dan yang terakhir kuat lensa (P). Adapun untuk indeks
bias, kita akan menghitung berapa nilai dari rata-rata sudut indeks yang mengalami pembiasan dan
menentukan nilai indeks bias medium.

Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan pada data percobaan lensa dan indeks bias:
A. Lensa
Rata-rata jarak bayangan:
1. Pada 10 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 12 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Pada 15 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 9 ± 0 ) 𝑐𝑚
3. Pada 20 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 8 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Pada 25 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Pada 30 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚

Fokus pada lensa (f):


1. Pada 10 cm = 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,45 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Pada 15 cm = 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,62 ± 0 ) 𝑐𝑚
3. Pada 20 cm = 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,71 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Pada 25 cm = 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,46 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Pada 30 cm = 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,67 ± 0 ) 𝑐𝑚

Perbesaran bayangan (M)


1. Pada 10 cm = 1,2
2. Pada 15 cm = 0,75
3. Pada 20 cm = 0,4
4. Pada 25 cm = 0,28
5. Pada 30 cm = 0,23

Kuat lensa (P)


1. Pada 10 cm = 18, 5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
2. Pada 15 cm = 17,8 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
3. Pada 20 cm = 17, 5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
4. Pada 25 cm = 18,5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
5. Pada 30 cm = 17,8 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖

B. Indeks Bias
Rata-rata sudut indeks bias
1. Untuk sudut datang (∅) = 30° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 19 ± 0 )°
2. Untuk sudut datang (∅) = 40° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 25 ± 0 )°
3. Untuk sudut datang (∅) = 50° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 30 ± 0 )°
4. Untuk sudut datang (∅) = 60° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 35 ± 0 )°
5. Untuk sudut datang (∅) = 70° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 38 ± 0 )°

Nilai indeks bias medium


1. Untuk sudut datang (∅) = 30° = 𝑛′ ± 𝛥𝑛′ = (1,54 ± 0 )
2. Untuk sudut datang (∅) = 40° = 𝑛′ ± 𝛥𝑛′ = (1,52 ± 0 )
3. Untuk sudut datang (∅) = 50° = 𝑛′ ± 𝛥𝑛′ = (1,53 ± 0 )
4. Untuk sudut datang (∅) = 60° = 𝑛′ ± 𝛥𝑛′ = ( 1,50 ± 0 )
5. Untuk sudut datang (∅) = 70° = 𝑛 ± 𝛥𝑛 = ( 1,53 ± 0 )

Pada hasil perhitungan data percobaan diatas, kebanyakan untuk nilai ketidakpastiannya adalah 0 karena
saat melakukan percobaan, hasil yang didapat sama sehingga ketidakpastiannya 0.

Pada kehidupan sehari-hari, kita dapat memanfaatkan penggunaan lensa dan juga indeks bias sebagai
berikut:
Lensa:
1. Kacamata
2. Lensa Kamera
3. Teropong
4. Lup/Kaca Pembesar
5. Spion Kendaraan

Adapun pada indeks bias, kita dapat memanfaatkannya untuk mengetahui konsentrasi larutan, untuk
mengetahui kualitas suatu larutan misalnya minyak goreng.

VI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat saya beri kesimpulan bahwa untuk percobaan lensa semakin dekat jarak suatu
benda terhadap cahaya maka bayangan yang dihasilkan akan semakin besar. Adapun ketika jarak suatu
benda terhadap cahaya semakin jauh, maka bayangan yang dihasilkan akan semakin kecil. Lalu, untuk
percobaan indeks bias semakin besar nilai dari sudut datangnya cahaya makan akan semakin kecil juga
nilai dari sudut biasnya. Adapun jika nilai sudut datangnya semakin kecil, maka nilai sudut biasnya akan
semakin besar dikarenakan perbedaan pada medium yang dilalui dengan udara.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aby Sarojo, Ganijanti, Gelombang dan Optika.. PT Salemba Teknika, 2011.

[2] Nave, Carl R, Hyperphysics. Georgia State University, Diambil Tanggal 17 Maret 2015.

[3] Giancoli, Douglas C, Physics Fifth Edition. Prentice-Hall, Inc, 1998


[4] Abdullah, Mikrajuddin, Fisika Dasar II. Institut Teknologi Bandung (ITB), 2017

[5] Born, Max and Emil Wolf, Principles of Optics Sevent Edition 60th Anniversary Edition. Cambridge
University Press, 2019
VII. LAMPIRAN

Lampiran Data Percobaan

Anda mungkin juga menyukai