Abstrak— Cahaya merupakan sebuah energi yang memiliki bentuk seperti gelombang elektromagnetik yang dapat
dilihat oleh mata. Pada praktikum ini, kita akan berfokus pada cahaya dimana cahaya memiliki peranan penting
terhadap bayangan yang dihasilkan ketika melalui sebuah lensa dan pembiasan cahaya yang terjadi pada suatu
medium. Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan penggunaan lensa serta indeks bias pada kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, kesimpulan dari praktikum ini adalah pada percobaan lensa jarak dapat mempengaruhi
bayangan yang dihasilkan dan pada percobaan indeks bias, sudut kedatangan cahaya mempengaruhi sudut bias
cahaya karena melalui medium yang berbeda.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cahaya merupakan energi yang berbentuk seperti gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat atau
kasat mata dengan Panjang sekitar 380 – 750 nm. Di dalam fisika, cahaya merupakan bagian dari radiasi
elektromagnetik, baik dengan Panjang gelombang yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat.
Adapun lensa adalah alat atau media yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya.
Lensa disebut juga sebagai refaktor karena lensa mampu membiaskan atau meneruskan cahaya sehingga
pada percobaan lensa kita akan melihat apa yang tejadi pada cahaya ketika melewati lensa dan dipantulkan
ke media layar nanti . Lalu, untuk indeks bias sendiri adalah sebuah perbandingan antara kecepatan cahaya
di dalam sebuah ruangan yang hampa dengan cepat rambat cahaya pada suatu media sehingga pada
percobaan ini akan bersinggungan dengan Hukum Snellius.
2. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini kita akan bersinggungan dengan cahaya sehingga tujuan dari praktikum ini adalah:
Memahami penerapan Hukum Snellius
Mengetahui sifat pada sebuah lensa seperti kuat dan perbesaran lateralnya
Menentukan indeks bias pada benda yang bersifat padat
3. Dasar Teori
Lensa merupakan sebuah alat atau media yang dapat mengumpulkan atau menyebarkan cahaya. Umumnya
lensa terbagi menjadi 2 jenis, yakni lensa cembung dan cekung. Dalam ilmu fisika, lensa cembung biasa
disebut dengan konvergen atau lensa positif (+) sedangkan lensa cekung disebut juga dengan divergen
atau lensa negatif (-).
Pada umumnya, baik lensa cembung maupun cekung dibatasi oleh dua permukaan bias dimana salah
satunya lengkung sehingga terjadilah 2 kali pembiasan sebelum keluar dari lensa
Lensa juga memiliki garis penghubung antara pusat lengkungan dua permukaan yang disebut juga dengan
sumbu utama. Bayangan yang nanti dibuat oleh permukaan pertama merupakan benda untuk permukaan
kedua sehingga permukaan kedua nantinya akan membuat sebuah bayangan akhir. [1]
Pada lensa cembung atau konvergen biasanya akan membentuk sebuah focal point pada sisi yang
berlawanan. Selain itu, jika suatu jarak dari sebuah benda atau objek menuju lensa dan dari lensa menuju
bayangan berturut-turut S1 dan S2 atau d dan d’, maka dapat dirumuskan seperti berikut:
1 1 1 1 1 1
= + atau = +
𝑓 𝑆 𝑆 𝑓 𝑑 𝑑′
Dimana:
Pada lensa, kita akan mengenal perbesaran yang disebut juga dengan perbesaran lateral (M) yang
dirumuskan:
ℎ′ 𝑑′
𝑀= − = −
ℎ 𝑑
Dimana:
Para ahli optometri dan opthalmologi biasanya tidak menggunakan panjang fokus, melainkan
menggunakan kebalikan dari panjang fokus untuk menentukan kekuatan pada lensa terutaman lensa pada
kacamata sehingga kuat lensa (P) dapat dirumuskan sebagai berikut: [3]
1
𝑃=
𝑓
Indeks bias merupakan sebuah perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam ruangan yang hampa udara
dengan cepat rambat pada suatu medium atau yang disebut dengan peristiwa pembiasan atau refraksi. Pada
umumnya, laju cahaya akan berbeda-beda ketika memasuki material yang berbeda. Seperti contoh ketika
suatu cahaya melewati es, maka laju cahaya nya adalah sebesar 2,3 x 10 𝑚/𝑠 sedangkan ketika melewati
intan maka laju cahaya nya sebesar 1,24 x 10 𝑚/𝑠 . Oleh karena itu, suatu besaran yang menentukan laju
cahaya di dalam material disebut dengan indeks bias. [4]
n = Indeks bias
c = Kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s)
vp = Cepat rambat cahaya pada suatu medium
Dalam peristiwa indeks bias, maka akan bersinggungan dengan Hukum Snellius. Hukum Snellius sendiri
adalah sebuah rumus yang memberikan hubungan antar 2 sudut, yakni sudut dimana cahaya datang dan
sudut dimana cahaya dibiaskan pada sebuah medium/material isotropik berbeda. Hukum ini ditemukan
oleh seorang matematikawan Belanda yang namanya digunakan atas penemunannya, yakni Willebrob
Snellius.
sin 𝜃 𝑛 𝑣
=𝑛 = =
sin 𝜃 𝑛 𝑣
II. METODE PRAKTIKUM
Langkah percobaan:
A. Lensa
Mengatur posisi lensa berada didepan benda kemudian mengatur posisi layar berada didepan lensa
Mencari bayangan yang fokus pada layar kemudian mencatat hasil pengamatan
Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dan mengulangi langkah 4-5 dengan jarak berbeda sampai 30
cm
B. Indeks Bias
Menyalakan sumber tegangan dan atur tegangan listrik pada posisi 8 Voltage
Mengarahkan dan mengatur arah berkas kedatangan cahaya dengan sudut awal/datang sebesar 30°
Mengamati indeks bias pada cahaya kemudian mencatat sudut bias yang terbentuk
Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dan mengulangi percobaan mulai dari langkah 2-4 dari sudut
datang 40° sampai sudut datang 70°
Alat dan Bahan:
C. Percobaan Lensa
1 10 12 12 12 Terbalik, diperbesar
2 15 9 9 9 Terbalik, Diperkecil
3 20 8 8 8 Terbalik, Diperkecil
4 25 7 7 7 Terbalik, Diperkecil
5 30 7 7 7 Terbalik, Diperkecil
Media 1 V = 8 Volt
No
Sudut Datang 𝜱𝟏 Sudut Bias 𝜱𝟐
1 30 19 19 19
2 40 25 25 25
3 50 30 30 30
4 60 35 35 35
5
70 38 38 38
A. LENSA
a. Menentukan rerata jarak bayangan
1. Untuk d = 10 cm
Σ𝑑′ 36
𝑑 = = = 12 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2
Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 12 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Untuk d = 15 cm
Σ𝑑′ 27
𝑑 = = = 9 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2
Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 9 ± 0 ) 𝑐𝑚
3. Untuk d = 20 cm
Σ𝑑′ 24
𝑑 = = = 8 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2
Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 8 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Untuk d = 25 cm
Σ𝑑′ 21
𝑑 = = = 7 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2
Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Untuk d = 30 cm
Σ𝑑′ 21
𝑑 = = = 7 𝑐𝑚
𝑛 3
Σ (𝑑’ − 𝑑’) 0
Δ𝑑 = = = 0 𝑐𝑚
𝑛−1 2
Jadi, 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
1. Untuk d = 10 cm
. .
𝑓= = = 5,45 𝑐𝑚 = 0,054 𝑚
Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,45 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Untuk d = 15 cm
. .
𝑓= = = 5,62 𝑐𝑚 = 0,056 𝑚
Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,62 ± 0 ) 𝑐𝑚
3. Untuk d = 20 cm
. .
𝑓= = = 5,71 𝑐𝑚 = 0,057 𝑚
Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,71 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Untuk d = 25 cm
. .
𝑓= = = 5,46 𝑐𝑚 = 0,054 𝑚
Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = ( 5,46 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Untuk d = 30 cm
. .
𝑓= = = 5,67 𝑐𝑚 = 0,056 𝑚
Jadi, 𝑓 ± ∆𝑓 = (5,67 ± 0 ) 𝑐𝑚
𝑑 12
𝑀= = = 1,2
𝑑 10
2. Untuk d = 15 cm
𝑑 9
𝑀= = = 0,75
𝑑 15
3. Untuk d = 20 cm
𝑑 8
𝑀= = = 0,4
𝑑 20
4. Untuk d = 25 cm
𝑑 7
𝑀= = = 0,28
𝑑 25
5. Untuk d = 30 cm
𝑑 7
𝑀= = = 0,23
𝑑 30
B. INDEKS BIAS
a. Menentukan rerata sudut indeks bias
Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 19 ± 0 )°
Σ∅’ 75
∅’ = = = 25°
𝑛 3
Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2
Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 25 ± 0 )°
3. Untuk sudut datang (∅) = 50°
Σ∅’ 90
∅’ = = = 30°
𝑛 3
Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2
Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 30 ± 0 )°
Σ∅’ 105
∅’ = = = 35°
𝑛 3
Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2
Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 35 ± 0 )°
Σ∅’ 114
∅’ = = = 38°
𝑛 3
Σ (∅’ − ∅’) 0
Δ∅’ = = = 0°
𝑛−1 2
Jadi, ∅’ ± Δ∅’ = ( 38 ± 0 )°
Dengan n = 1
Dengan n = 1
Dengan n = 1
4. Untuk sudut datang (∅) = 𝟔𝟎°
𝑛. sin ∅ 1. sin 60°
𝑛 = = = 1,50
𝑠𝑖𝑛 ∅′ sin 35°
Dengan n = 1
Dengan n = 1
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum lensa dan indeks bias, cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan
dari praktikum. Pada praktikum lensa, kita akan melihat hasil bayangan sebuah benda yang diberi sumber
cahaya dimana nantinya sumber cahaya tersebut akan melewati sebuah lensa lalu pada layar bayangan
akan mengalami perbedaan bentuk akibat dari perubahan jarak yang semakin menjauh dari sumber cahaya.
Adapun untuk praktikum indeks bias, kita akan melihat perubahan pada sudut dari datangnya sumber
cahaya dimana sumber cahaya akan mengalami pembiasan karena adanya medium yang dilewati oleh
sumber cahaya sehingga terjadilah pembiasan cahaya.
Pada praktikum lensa, kita menggunakan beberapa alat. Alat yang digunakan adalah mistar yang berfungsi
sebagai pemberi jarak antara benda dengan sumber cahaya. Kita juga menggunakan sebagai layar sebagai
tempat pantulan bayangan benda. Kemudian benda sebagai objek yang nanti akan diberi sumber cahaya
lalu lampu pijar yang berfungsi sebagai sumber cahaya utama. Lalu, alat yang sangat penting dalam
praktikum ini adalah lensa konvergen ganda atau lensa cembung ganda karena nanti sebuah benda yang
diberi cahaya akan melewati lensa konvergen sehingga akan terlihat bayangan yang dipantulkan pada
layar. Pada praktikum lensa, jarak yang digunakan adalah berkisar dari 10 mm sampai dengan 30 mm
dimana aka nada 3 kali percobaan pada setiap jaraknya.
Untuk praktikum indeks bias, kita juga menggunakan beberapa alat untuk menunjang jalannya praktikum.
Alat yang digunakan adalah busur untuk menentukan sudut datang serta sudut bias sumber cahaya,
kemudian menggunakan medium dimana kita menggunakan medium benda padat. Selain itu, kita juga
menggunakan sumber tegangan untuk menyalakan sumber cahaya dimana kita mengatur tegangan sebesar
8 Volt. Lalu alat yang terakhir dan yang menjadi alat utama dalam praktikum ini adalah sumber cahaya
dimana nantinya sumber cahaya akan kita atur besaran sudutnya dimana sudut yang kita gunakan mulai
dari 30° sampai 70°.
Setelah melakukan praktikum, diperoleh data dari hasil percobaan yang dilakukan dan selanjutnya kita
lakukan perhitungan. Untuk percobaan lensa, kita akan menghitung rata-rata jarak bayangan, fokus pada
lensa (f), menentukan perbesaran bayangan (M), dan yang terakhir kuat lensa (P). Adapun untuk indeks
bias, kita akan menghitung berapa nilai dari rata-rata sudut indeks yang mengalami pembiasan dan
menentukan nilai indeks bias medium.
Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan pada data percobaan lensa dan indeks bias:
A. Lensa
Rata-rata jarak bayangan:
1. Pada 10 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 12 ± 0 ) 𝑐𝑚
2. Pada 15 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 9 ± 0 ) 𝑐𝑚
3. Pada 20 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 8 ± 0 ) 𝑐𝑚
4. Pada 25 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
5. Pada 30 cm = 𝑑 ± Δ𝑑 = ( 7 ± 0 ) 𝑐𝑚
B. Indeks Bias
Rata-rata sudut indeks bias
1. Untuk sudut datang (∅) = 30° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 19 ± 0 )°
2. Untuk sudut datang (∅) = 40° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 25 ± 0 )°
3. Untuk sudut datang (∅) = 50° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 30 ± 0 )°
4. Untuk sudut datang (∅) = 60° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 35 ± 0 )°
5. Untuk sudut datang (∅) = 70° = ∅’ ± Δ∅’ = ( 38 ± 0 )°
Pada hasil perhitungan data percobaan diatas, kebanyakan untuk nilai ketidakpastiannya adalah 0 karena
saat melakukan percobaan, hasil yang didapat sama sehingga ketidakpastiannya 0.
Pada kehidupan sehari-hari, kita dapat memanfaatkan penggunaan lensa dan juga indeks bias sebagai
berikut:
Lensa:
1. Kacamata
2. Lensa Kamera
3. Teropong
4. Lup/Kaca Pembesar
5. Spion Kendaraan
Adapun pada indeks bias, kita dapat memanfaatkannya untuk mengetahui konsentrasi larutan, untuk
mengetahui kualitas suatu larutan misalnya minyak goreng.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat saya beri kesimpulan bahwa untuk percobaan lensa semakin dekat jarak suatu
benda terhadap cahaya maka bayangan yang dihasilkan akan semakin besar. Adapun ketika jarak suatu
benda terhadap cahaya semakin jauh, maka bayangan yang dihasilkan akan semakin kecil. Lalu, untuk
percobaan indeks bias semakin besar nilai dari sudut datangnya cahaya makan akan semakin kecil juga
nilai dari sudut biasnya. Adapun jika nilai sudut datangnya semakin kecil, maka nilai sudut biasnya akan
semakin besar dikarenakan perbedaan pada medium yang dilalui dengan udara.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aby Sarojo, Ganijanti, Gelombang dan Optika.. PT Salemba Teknika, 2011.
[2] Nave, Carl R, Hyperphysics. Georgia State University, Diambil Tanggal 17 Maret 2015.
[5] Born, Max and Emil Wolf, Principles of Optics Sevent Edition 60th Anniversary Edition. Cambridge
University Press, 2019
VII. LAMPIRAN