Abstrak— Pada dasarnya, arus listrik merupakan sebuah aliran yang memiliki muatan listrik dimana aliran ini
akan melewati sebuah titik atau bagian. Muatan listrik pada jumlah tertentu yang menembus suatu penampang
dari penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut juga sebagai kuat arus listrik. Maka, jika sebuah arus listrik
mengalir pada sebuah penghantar maka akan dinyatakan dalam Hukum Ohm dimana dalam Hukum Ohm
menyatakan jika dalam sebuah arus yang melalui penghantar dua titik berbanding lurus dengan tegangan pada
kedua titik. Arus listrik juga dapat mengalami disipasi. Hantaran listrik dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari seperti arus listrik yang mengalir pada penghantar akan membuat setrika menjadi panas. Kesimpulannya jik
nilai arus (I) dan hambatan atau ohm (R) akan semakin besar jika nilai pada tegangan juga semakin naik atau
besar.
Kata kunci—Hukum Ohm; Konduktor; Arus Listrik; Tegangan Listrik
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada dasarnya, arus listrik merupakan sebuah aliran yang memiliki muatan listrik dimana aliran ini akan
melewati sebuah titik atau bagian. Alur listrik akan mengalir dengan baik jika melewati sebuah penghantar
listrik atau dalam ilmu fisika disebut juga dengan konduktor dimana konduktor merupakan sebuah material
yang dapat mengalirkan listrik dengan baik. Selain itu, arus listrik yang melewati atau melalui sebuah
konduktor akan berbanding lurus dengan tegangan listrik sehingga pada praktikum ini akan berhubungan
dengan Hukum Ohm.
2. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum ini, kita akan bersinggungan dengan arus listrik, tegangan listrik, dan juga Hukum Ohm
sehingga tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami penerapan dalam Hukum Ohm
2. Mencari nilai a terkecil pada 2 buah rangkaian bagan listrik
3. Menginterpresentasikan sebuah perbandingan antara V dengan I dan antara V dengan P dalam
bentuk sebuah grafik
3. Dasar Teori
Arus listrik adalah sebuah aliran yang memiliki muatan listrik dimana arus listrik terjadi karena adanya
perpindahan muataan – muatan listrik. Arus listrik terdiri dari 2 jenis yaitu arus listrik searah dan arus
listrik bolak – balik dimana pada arus listrik searah nilainya tidak mengalami perubahan yaitu hanya positif
atau negatif saja sedangkan pada arus listrik bolak balik nilainya akan mengalami perubahan karena
mengalami perubahan setiap bolak – balik terhadap waktu. [1]
Pada arus yang kosntan, besar pada arus I dalam Ampere dapat diperoleh dengan bentuk persamaan
sebagai berikut:
𝑄
𝐼=
𝑡
Dimana:
𝑉
𝐼=
𝑅
Dimana:
Hukum ini diberi nama seusai dengan nama pencetus dari hukum ini, yakni Georg Ohm pada tahun
1827. Hukum Ohm sendiri sangat penting kaitannya pada ilmu atau bidang yang berkaitan dengan
kelistrikan karena dengan hukum ini, kita dapat melakukan perhitungan terhadap nilai besaran tegangan
listrik pada sebuah penghantar.
Pada dasarnya hantaran listrik merupakan hantaran pada muatan – muatan listrik yang dilakukan oleh
elektron – elektron yang membawa muatan sebanyak 1,6 x 10 Coulumb. Ketika berada didalam sebuah
penghantar atau konduktor, hantaran pada listrik akan dilakukan oleh elektron – elektron bebas yang
bergerak di sela - sela susunan atom – atom logam. [5]
Sebuah penghantar listrik kemungkinan dapat mengalami disipasi dimana disipasi sendiri dalam ilmu
kelistrikan adalah sebuah proses tidak dapat kembalinya sejumlah daya listrik karena berubah menjadi
sebuah energi sehingga daya listrik tersebut hilang atau terbuang. Daya listrik yang mengalami disipasi
dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑉. 𝐼
Dimana:
P = Daya listrik atau tenaga yang terdisipasi (Watt)
V = Tegangan listrik atau beda potensial (Volt)
I = Kuat arus listrik (Ampere)
Selain rumus diatas, daya listrik dapat kita cari dengan menggabungkan Hukum Ohm sehingga dapat
ditulis sebagai berikut: [6]
𝑉
𝑃=𝐼 𝑅=
𝑅
Dimana (R) adalah hambatan listrik (Ohm atau Ω)
Menyalakan modul kemudian mengatur tegangan sebesar 50 V dengan cara memutar regulator
Memperhatikan nilai arus yang terukur pada amperemeter kemudian mencatat hasilnya lalu
mengulangi percobaan sebanyak 3 kali tanpa merubah nilai tegangan
Mematikan saklar tanpa mengubah nilai tegangsn kemudian membuat rangkaian bagan ke-2 dengan
cara memindahkan kabel negatif voltmeter ke negatif amperemeter
Mengamati tegangan serta arus pada amperemeter dan voltmeter kemudian mencatat hasilnya lalu
mengulangi percobaan sebanyak 3 kali tanpa merubah regulator
Menghitung nilai a pada rangakaian bagan 1 dan rangkaian bagan 2 kemudian mencari nilai a yang
paling kecil
Menggunakan rangkaian bagan dengan nilai paling kecil dimana rangkaian bagan 1 memiliki nilai a
paling kecil
Menyalakan kembali saklar yang sebelumnya dimatikan kemudian mengatur regulator ke tegangan
60 V
Mengamati arus yang terukur di amperemeter kemudian catat hasilnya lalu melakukan pengukuran
sebanyak 2 kali dengan tegangan yang sama
a. Untuk V = 60 Volt
I (mA) 𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |
150 0 0
150 0 0
Σ = 300 Σ=0
Σ𝐼 300
𝐼̅ = = = 150 mA = 0, 15 A
𝑛 2
Σ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ | 0
Δ𝐼 ̅ = = = 0 mA = 0 A
𝑛−1 1
Jadi, 𝐼 ̅ ± Δ𝐼 ̅ = ( 0,15 ± 0 ) A
b. Untuk V = 70 Volt
I (mA) 𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |
165 0 0
165 0 0
Σ = 330 Σ=0
Σ𝐼 330
𝐼̅ = = = 165 mA = 0,165 A
𝑛 2
Σ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ | 0
Δ𝐼 ̅ = = = 0 mA = 0 A
𝑛−1 1
Jadi, 𝐼 ̅ ± Δ𝐼 ̅ = ( 0,165 ± 0 ) A
c. Untuk V = 80 Volt
I (mA) 𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |
170 0 0
170 0 0
Σ = 340 Σ=0
Σ𝐼 340
𝐼̅ = = = 170 mA = 0,17 A
𝑛 2
Σ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ | 0
Δ𝐼 ̅ = = = 0 mA = 0 A
𝑛−1 1
Jadi, 𝐼 ̅ ± Δ𝐼 ̅ = (0,17 ± 0 ) A
d. Untuk V = 90 Volt
I (mA) 𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |
175 0 0
175 0 0
Σ = 350 Σ= 0
Σ𝐼 350
𝐼̅ = = = 175 mA = 0,175 A
𝑛 2
Σ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ | 0
Δ𝐼 ̅ = = = 0 mA = 0 A
𝑛−1 1
Jadi, 𝐼 ̅ ± Δ𝐼 ̅ = ( 0,175 ± 0 ) A
e. Untuk V = 95 Volt
I (mA) 𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ |
180 0 0
180 0 0
Σ = 360 Σ=0
Σ𝐼 360
𝐼̅ = = = 180 mA = 0,18 A
𝑛 2
Σ |𝛿𝐼 (𝐼 − 𝐼 )̅ | 0
Δ𝐼 ̅ = = = 0 mA = 0 A
𝑛−1 1
Jadi, 𝐼 ̅ ± Δ𝐼 ̅ = ( 0,18 ± 0 ) A
2. Menentukan hambatan dan ketidakpastiannya
a. Untuk V = 60 Volt
𝑉 60
𝑅= = = 400 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,15
𝑉 60
∆𝑅 = − |∆𝐼 |̅ = − |0| = 0 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,15
b. Untuk V = 70 Volt
𝑉 70
𝑅= = = 424,24 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,165
𝑉 70
∆𝑅 = − |∆𝐼 |̅ = − |0| = 0 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,165
c. Untuk V = 80 Volt
𝑉 80
𝑅= = = 470,6 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,17
𝑉 80
∆𝑅 = − |∆𝐼 |̅ = − |0| = 0 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,17
d. Untuk V = 90 Volt
𝑉 90
𝑅= = = 514,3 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,175
𝑉 90
∆𝑅 = − |∆𝐼 |̅ = − |0| = 0 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,175
e. Untuk V = 95 Volt
𝑉 95
𝑅= = = 527,8 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,18
𝑉 95
∆𝑅 = − |∆𝐼 |̅ = − |0| = 0 𝑜ℎ𝑚
𝐼 0,18
a. Untuk V = 60 Volt
𝑃 = 𝑉𝐼 ̅ = 60. 0,15 = 9 𝑊
Jadi, 𝑃 ± Δ𝑃 = ( 9 ± 0 ) 𝑊
b. Untuk V = 70 Volt
Jadi, 𝑃 ± Δ𝑃 = ( 11,55 ± 0 ) 𝑊
c. Untuk V = 80 Volt
𝑃 = 𝑉𝐼 ̅ = 80.0,17 = 13,6 𝑊
Jadi, 𝑃 ± Δ𝑃 = ( 13,6 ± 0 ) 𝑊
d. Untuk V = 90 Volt
𝑃 = 𝑉𝐼 ̅ = 90.0,175 = 15,75 𝑊
Jadi, 𝑃 ± Δ𝑃 = ( 15,75 ± 0 ) 𝑊
e. Untuk V = 95 Volt
𝑃 = 𝑉𝐼 ̅ = 95.0,18 = 17,1 𝑊
Jadi, 𝑃 ± Δ𝑃 = ( 17,1 ± 0 ) 𝑊
Selanjutnya, kita membuat 2 buah rangkaian bagan listrik dimana tujuan membuat 2 rangkaian ini adalah
untuk mencari nilai a yang paling kecil sehingga rangkaian tersebut yang akan digunakan dalam
melakukan percobaan ini. Untuk besaran tegangan yang digunakan adalah sebesar 50 V dan yang menjadi
pembeda antara rangkaian bagan 1 dengan rangkaian bagan 2 adalah posisi pada kabel negatif yang pada
rangkaian bagan 1 terletak di voltmeter, maka pada rangkain bagan 2 terletak di amperemeter.
Dari 2 rangkain tersebut, kita mendapati nilai a paling kecil terdapat pada rangkaian bagan 1 dengan nilai
a sebesar -0,09 sedangkan pada rangkaian bagan 2, nilai a -0,034 sehingga kita menggunakan rangkaian
bagan 1 dan setelah menentukan rangkaian yang memiliki nilai a terkecil, selanjutnya kita melakukan
percobaan terhadap arus listrik yang akan melewati penghantar listrik atau konduktor terhadap tegangan
listrik yang diberikan.
Pada percobaan ini, kita mengatur nilai tegangan listrik sebesar 60 V, 70 V, 80 V, 90 V, serta 95 V.
Penyebab kita tidak menggunakan nilai 100 V pada tegangan listrik adalah karena regulator tidak mampu
mengatur tegangan sampai 100 V karena regulator sudah berada diposisi maksimal sehingga jarum pada
voltmeter hanyaterbaca pada nilai 95 V.
Setelah mengatur nilai tegangan listrik, kita akan memperhatikan setiap perubahan pada jarum
amperemeter. Kita melakukan percobaan sebanyak 2 kali pada setiap tegangan. Setelah melakukan
percobaan, kita memperoleh data nilai arus listrik yang dihasilkan pada setiap tegangan. Selanjutnya kita
menghitung nilai hambatan pada listrik atau yang disebut juga dengan nilai ohm. Setelah menemukan nilai
ohm, kita juga mencari nilai disipasi atau nilai daya listrik.
Setelah melakukan perhitungan, kita memperoleh nilai ohm serta nilai disipasi atau daya listrik pada setiap
tegangannya. Pada nilai ohm, kita memperoleh nilai (400; 424,24 ; 470,6; 514,3; 527,8) ohm dan untuk
nilai pada disipasi atau daya listrik kita memperoleh (9; 11,55; 13,6; 15,75; 17,1) W. Dapat kita lihat
bahwa dari nilai pada data percobaan diatas, baik nilai pada ohm maupun nilai pada disipasi atau daya
listrik mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pada nilai tegangan sehingga
mempengaruhi nilai akhir pada ohm dan juga disipasi atau daya listrik.
Pada saat melakukan representasi perbandingan, grafik yang dihasilkan akan mengalami kenaikan seiring
dengan semakin naiknya nilai pada ohm dan juga disipasi atau daya listrik. Pada grafik pertama berlaku
Hukum Ohm dimana dalam sebuah arus yang melalui penghantar dua titik berbanding lurus dengan
tegangan pada kedua titik sedangkan pada grafik kedua terjadi disipasi dimana disipasi merupakan sebuah
proses tidak dapat kembalinya sejumlah daya listrik karena berubah menjadi sebuah energi sehingga daya
listrik tersebut hilang atau terbuang.
Pada pemanfaatannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari, hantaran listrik dalam kawat dapat digunakan
seperti saat kita menggunakan setrika ketika akan menyetrika pakaian dimana aliran pada listrik akan
membuat setrika menjadi panas.
VI. KESIMPULAN
Pada percobaan dan grafik ini dapat disimpulkan bahwa sebuah arus yang melalui penghantar dua titik
berbanding lurus dengan tegangan pada kedua titik sehingga berlaku Hukum Ohm dan pada nilai arus (I)
dan hambatan atau ohm (R) akan semakin besar jika nilai pada tegangan juga semakin naik atau besar.
Selain itu, nilai pada tegangan juga mempengaruhi nilai disipasi pada listrik sehingga makin besar
tegangan makin tinggi juga nilai listrik yang terdisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
[4] Millikan, Robert A and E. S . Bishop, Elements of Electricity. Maxwell Press. 2020
[5] Soedojo, Peter, Azas – Azas Ilmu Fisika Jilid 2 Hal. 136. UGM Press. 2018
[6] Gerthsen, C, H.O. Kneser, dan Helmot Vogel, Fisika: Listrik Magnet dan Optik. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 1996
LAMPIRAN