Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)


HASIL OBSERVASI K3 DI UMKM KERAJINAN KAYU

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

DADAN NUGRAHA ALFARIZQI (21522336)


IRDAN FIRMANSYAH (21522343)
MUHAMMAD ICHLASUL AMAL MASTUR (21522368)
ALDY FIRMANSYAH (21522369)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii


DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
c. Tujuan ........................................................................................................................... 2
d. Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 4
a. Subjek Penelitian ........................................................................................................... 4
b. Jenis Penelitian .............................................................................................................. 4
c. Objek Penelitian............................................................................................................. 4
d. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 4
e. Alur Penelitian ............................................................................................................... 5
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................................... 8
a. Profil Perusahaan ........................................................................................................... 8
b. Proses Kerja................................................................................................................... 8
c. Data Kecelakaan/Berita Acara Kecelakaan/Insiden ...................................................... 13
d. HIRA........................................................................................................................... 13
e. JSA .............................................................................................................................. 15
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................... 18
a. Analisis Berita Acara ................................................................................................ 18
b. HIRA ....................................................................................................................... 18
c. JSA .......................................................................................................................... 19
BAB V PENUTUPAN ........................................................................................................ 23
a. Kesimpulan .............................................................................................................. 23
b. Saran ........................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 25

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hazard Identification ............................................................................................. 14
Tabel 2. Job Safety Analysis ............................................................................................... 15

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pie Chart Tingkat Bahaya Insiden ........................................................................ 2
Gambar 2. Alur Penelitian ..................................................................................................... 5
Gambar 3. Proses Kerja ......................................................................................................... 8
Gambar 4. Pengukuran .......................................................................................................... 9
Gambar 5. Pemotongan ....................................................................................................... 10
Gambar 6. Pengikisan/Penyerutan ....................................................................................... 11
Gambar 7. Pengeboran ........................................................................................................ 12
Gambar 8. Pengamplasan .................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disingkat dengan K3 merupakan
salah satu aspek atau indikator yang sangat penting di dalam dunia kerja. Namun, dalam
pengimplementasiannya sering kita dengar bahwa K3 di Indonesia masih dianggap hal yang
tidak begitu penting alias masih dianggap remeh oleh sebagian kalangan. Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Selain itu tingkat kecelakaan
kerja di Indonesia menduduki posisi kelima se-ASEAN dibandingkan Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina (Konradus, 2006: 131). Padahal, K3 merupakan sebuah aspek yang
penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas karyawan dimana
keselamatan kerja yang tinggi akan menekan angka kecelakaan yang menyebabkan sakit,
cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin (Friend and Kohn, 2007).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga dapat
menyebabkan cidera atau sakit, kematian, atau kejadian yang menyebabkan kematian.
Potensi bahaya terdapat hampir di seluruh tempat kerja dan keberadaan bahaya ini dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak terhadap
manusia, peralatan, material, dan lingkungan. Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban
dan kebutuhan dalam segala bentuk kegiatan pekerjaan. Kecelakaan kerja dapat terjadi
karena kurangnya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan kerja yang
terjadi tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian
yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar, namun lebih dari itu
adalah korban yang terkena insiden.
Untuk mengatasi hal ini, setiap tempat usaha harus menetapkan pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan harapan pekerja dapat mematuhi peraturan-
peraturan yang ada seperti pada saat bekerja para pekerja harus menggunakan alat pelindung
diri (APD). Dengan demikian, upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di sebuah tempat
usaha, terutama dengan proses produksi yang berpotensi menimbulkan bahaya atau potensi
kecelakaan kerja.

1
Tingkat Bahaya Insiden/Kecelakaan Kerja

10%
Tangan
10% Tergores/Terpotong
35%
Kurang Nyaman dan
Tersandung
Mata Terkena Serpihan
Kayu
20%
Jari Tergores

Terhirup Serbuk Kayu


25%

Gambar 1. Pie Chart Tingkat Bahaya Insiden

b. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi oleh pekerja di UMKM
kerajinan kayu?
2. Bagaimana penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di UMKM kerajinan kayu?
3. Apa saja hambatan dan kendala yang dihadapi dalam menerapkan Kesehatan
Keselamatan Kerja di UMKM kerajinan kayu?

c. Tujuan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi resiko kesehatan dan keselamatan kerja
yang dihadapi oleh pekerja di UMKM kerajinan kayu untuk menentukan langkah-
langkah pencegahan yang tepat.
2. Mengevaluasi penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di UMKM kerajinan kayu
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penerapan K3 dalam mencegah kecelakaan
akibat kerja.
3. Mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan K3 di UMKM
kerajinan kayu untuk menemukan solusi dan rekomendasi yang tepat untuk
meningkatkan penerapan K3 di masa yang akan datang.

d. Manfaat
Manfaat observasi kali ini adalah:

2
1. Bagi Mahasiswa:
Mahasiswa dapat memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) pada UMKM kerajinan kayu. Hal ini dapat
membantu mahasiswa dalam mengembangkan solusi yang inovatif dan efektif untuk
mengatasi masalah Kesehatan Keselamatan Kerja di UMKM kerajinan kayu.
2. Bagi Pembaca:
Pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai risiko
kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di UMKM kerajinan kayu. Dengan
memperoleh pengetahuan ini, pembaca dapat mengambil tindakan pencegahan yang
tepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka saat bekerja di UMKM
kerajinan kayu tersebut.
3. Bagi UMKM:
UMKM dapat memperoleh manfaat yang besar dari penelitian kesehatan dan
keselamatan kerja di UMKM kerajinan kayu. Dengan mengetahui risiko kesehatan dan
keselamatan kerja yang ada di UMKM, UMKM tersebut dapat mengembangkan dan
menerapkan strategi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, penelitian
ini juga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas
kerja karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi
perusahaan.
Observasi kesehatan keselamatan kerja pada UMKM kerajinan kayu memiliki manfaat yang
besar bagi mahasiswa, pembaca, dan pelaku UMKM tersebut. Dengan memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai risiko kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada di UMKM ini, semua pihak dapat mengambil tindakan pencegahan yang
tepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka, serta meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja karyawan.

3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawan UMKM Kerajinan Kayu & Asesoris Maju yang
merupakan pekerja umkm kerajinan kayu yang berada di Muja Muju, Kec. Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode HIRA yaitu dengan melakukan kunjungan
langsung dilapangan sehingga didapat data secara langsung yang kemudian dianalisis
dan dihubungkang antara kondisi langsung dilapangan dengan potensi yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.

c. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja.

d. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi
Metode pengambilan data ini yaitu melakukan pengambilan data berdasarkan
pengamatan langsung terhadap apa yang terjadi di lapangan. Hal yang diamati adalah
tentang proses kerja perusahaan dan juga mengambil data mengenai kecelakaan kerja
yang ada di perusahaan tersebut.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab atau diskusi secara langsung
dengan pihak terkait dengan perusahaan atau proses kerja yang ada di perusahaan,
sehingga didapat data yang kemudian dapat diolah berdasarkan hasil wawancara tersebut.

4
e. Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

5
Berikut adalah penjelasan alur berdasarkan gambar diatas:

1. Mulai

Mempelajari dan memahami hal-hal penting yang akan dilakukan selama penelitian
seperti rumusan masalah, pengambilan data, analisis data dan mengambil kesimpulan
serta saran. Dalam melakukan penelitian, penting untuk mengikuti alur yang jelas dan
sistematis agar hasil penelitian dapat diandalkan dan bermanfaat bagi pihak yang
terkait.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dapat diartikan sebagai gambaran singkat tentang masalah yang
dihadapi atau fenomena yang diteliti lebih dalam penilitian. Rumusan masalah biasanya
menyangkut pernyataan tentang apa yang ingin diketahui atau dipahami oleh peneliti
melalui penelitian yang dilakukan.

3. Pengambilan Data

Proses pengumpulan informasi atau fakta yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti observasi, wawancara, kuesioner, tinjauan literatur atau
eksperimen. dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah HIRA dan JSA yang
memerlukan data mengenai proses kerja, data kecelakaan, hingga potensi bahaya yang
dapat terjadi di lapangan.

4. Hasil Analisis Data

Setelah mengumpulkan data, langkah penelitian selanjutnya adalah analisis data untuk
mengevaluasi dan memahami informasi yang terkandung dalam data. Tujuan analisis
data adalah untuk mengidentifikasi pola atau wawasan yang signifikan dari data yang
dikumpulkan dan menjawab pertanyaan penelitian.

5. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan harus disajikan secara
singkat dan padat, namun tetap mengandung informasi penting dan relevan dari
penelitian yang dilakukan. Saran dapat berupa usulan untuk perbaikan atau

6
pengembangan terhadap kebijakan atau program yang sudah ada, atau saran untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan masalah yang telat diteliti.

7
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

a. Profil Perusahaan
UMKM Pengelola Kerajinan Kayu & Asesoris Maju terletak di Jl. Cantel No.14, Muja
Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. UMKM
Pengelola Kerajinan Kayu & Asesoris Maju adalah salah satu UMKM yang bergerak di
bidang kerajinan kayu khususnya aksesoris-aksesoris rumah. Sistem pembuatannya yaitu
menyesuaikan dengan pesanan yang masuk.

b. Proses Kerja
Proses produksi di Kerajinan Kayu dan Asesoris Maju secara umum dibagi menjadi 5
tahapan, yaitu pengukuran, pemotongan, pengikisan/penyerutan, pengeboran, dan
pengamplasan.

Gambar 3. Proses Kerja


1. Pengukuran
Pengukuran adalah tahapan awal dalam proses pembuatan kerajinan kayu yang dimulai
dengan pengukuran pada batang kayu sesuai produk yang dipesan oleh konsumen.

8
Gambar 4. Pengukuran
2. Pemotongan
Setelah tahapan pengukuran batang kayu, selanjutnya dilakukan pemotongan pada kayu
sesuai ukuran yang sudah ditentukan.

9
Gambar 5. Pemotongan
3. Pengikisan/Penyerutan
Selanjutnya tahapan yang dilakukan adalah melakukan pengikisan/penyerutan pada
kayu yang baru saja dipotong agar permukaannya menjadi rata.

10
Gambar 6. Pengikisan/Penyerutan
4. Pengeboran
Setelah dilakukan pengikisan/penyerutan pada permukaan kayu, tahapan selanjutnya
adalah memberi titik/tanda dengan spidol pada permukaan yang ingin dilubangi
sebelum melakukan pengeboran pada permukaan kayu yang telah diberi tanda.

11
Gambar 7. Pengeboran
5. Pengamplasan
Setelah melakukan tahapan 1-4, tahapan terakhir yang dilakukan adalah melakukan
pengamplasan pada permukaan kayu agar lebih halus dan tidak kasar saat dipegang.

12
Gambar 8. Pengamplasan

c. Data Kecelakaan/Berita Acara Kecelakaan/Insiden


Berdasarkan keterangan yang kami dapatkan dari pemilik Kerajinan Kayu & Asesoris Maju,
Data kecelakaan/berita acara kecelakaan/insiden yang terjadi dalam kurun waktu 1 tahun
terakhir hanya sebatas kecelakaan ringan sampai sedang seperti tangan tergores, mata
terkena serpihan kayu, terjatuh karena tersandung batang kayu, hidung terhirup serbuk kayu,
dsb.

d. HIRA
Hazard Identification Risk Assessment atau disingkat HIRA merupakan sebuah metode yang
digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan (Mariawati et al, 2017).
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi dan
mengevaluasi risiko yang terjadi melalui penilaian risiko dengan menggunakan matriks
penilaian risiko.

13
Tabel 1. Hazard Identification

No Pekerjaan Potensi Risiko Penilaian Risiko

Probability Severity Risk


rating

1 Pengukura Lingkunga Pekerja 3 3 High


n n kerja kurang
yang nyaman
berantakan dalam
dan bekerja
banyak dan dapat
batang tersandung
kayu yang batang
tergeletak kayu yang
tergeletak

2 Pemotong Pekerja Tangan 3 4 Extreme


an tidak pekerja
memakai bisa
APD saat tergores
bekerja bahkan
dan mesin terpotong
kerja yang
tidak layak
pakai

3 Pengikisan Tempat Mata 2 3 Moderate


/Penyeruta duduk pekerja
n pekerja bisa
yang tidak terkena
ergonomis serpihan
dan tidak kayu
mengguna
kan APD

4 Pengebora Tidak ada Mata pisau 2 2 Low


n APD yang mesin bisa
digunakan menggores
oleh jari
pekerja pekerja

5 Pengampla APD yang Hidung 2 1 Low


san digunakan pekerja
tidak bisa
lengkap terhirup
dan tidak serbuk
sesuai kayu
SOP dan

14
No Pekerjaan Potensi Risiko Penilaian Risiko

Probability Severity Risk


rating

tempat
duduk
pekerja
yang tidak
nyaman/er
gonomis

e. JSA
Job Safety Analysis atau JSA adalah sebuah teknik manajemen dalam keselamatan yang
berfokus terhadap identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang erat kaitannya dengan
rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dikerjakan di area kerja (Widodo, 2021).

Tabel 2. Job Safety Analysis

No Sequence of Hazard Risk Consequence Recommended


Action
Basic Job Steps Bahaya Risiko Akibat
Tindakan
Tahapan Pengendalian

Pekerjaan

1 Pengukuran Tempat yang Tersandung Pekerja Merapikan


cukup kayu yang mengalami tempat kerja
berantakan ada cedera atau dari kayu-kayu
luka ringan yang
berantakan

15
No Sequence of Hazard Risk Consequence Recommended
Action
Basic Job Steps Bahaya Risiko Akibat
Tindakan
Tahapan Pengendalian

Pekerjaan

2 Pemotongan Pekerjaan Pekerja Pekerja Pastikan


tidak sesuai terkena pisau mengalami pekerja
dengan alat potong cedera memakai APD
aturan K3 kayu. bahkan bisa dengan baik
dan pekerja mengalami dan
tidak cacat menggunakan
menggunaka alat
n APD pemotongan
dengan baik yang lebih baik
dan lebih
aman.

3 Pengikisan/Penyeruta Pekerja tidak Terkena Pekerja Pekerja


n menggunaka serbuk hasil mengalami memakai APD
n APD penyayatan sakit mata seperti sarung
dengan baik hingga tangan dan
dan benar terhirup masker agar
serbuk kayu terhindar dari
serbuk hasil
penyerutan
kayu.

4 Pengeboran Tempat Pekerja Terjadinya Memperbaiki


duduk yang duduk dalam cedera atau tempat duduk
tidak kondisi yang cacat ringan menjadi lebih
ergonomis tidak baik pada pekerja ergonomis dan
dan dalam waktu membuat
kurangnya yang lama pekerja
APD secara terus nyaman dalam
menerus melakukan
pekerjaannya

16
No Sequence of Hazard Risk Consequence Recommended
Action
Basic Job Steps Bahaya Risiko Akibat
Tindakan
Tahapan Pengendalian

Pekerjaan

5 Pengamplasan APD yang Pekerja Terjadinya Memberikan


tidak terkena luka ringan APD yang
lengkap, gerinda atau pada pekerja lengkap pada
bekerja alat pekerja selain
secara berdiri pengamplasa itu memberikan
dan jarak n stasiun kerja
tangan yang lebih
dengan layak
mesin terlalu
dekat

17
BAB IV
PEMBAHASAN

a. Analisis Berita Acara


Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, umumnya insiden/kecelakaan
yang terjadi di Kerajinan Kayu & Asesoris Maju kecelakaan ringan sampai sedang
seperti tangan tergores, mata terkena serpihan kayu, terjatuh karena tersandung batang
kayu, hidung terhirup serbuk kayu, dsb. Penyebab utama terjadinya insiden tersebut
adalah karena masih kurangnya kesadaran pekerja serta pemilik UMKM terhadap
penggunaan APD dan masih menganggap hal tersebut merupakan kejadian biasa
sehingga sering terjadi beberapa insiden kecil meskipun masih termasuk kedalam
kategori ringan dan sedang.

b. HIRA
Berdasarkan identifikasi potensi yang dilakukan, ditemukan beberapa temuan bahaya
saat melakukan proses kerja, seperti pengukuran, pemotongan, pengikisan/penyerutan,
pengeboran, dan pengamplasan. Berikut penjelasan dari masing-masing potensi:

1. Pengukuran
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu lingkungan
kerja yang berantakan dapat menyebabkan pekerja menjadi kurang nyaman saat
bekerja dan batang kayu yang berserakan dapat mengakibatkan pekerja tersandung
dan terjatuh saat berjalan ditempat kerja.

2. Pemotongan
Pada proses kerja ini terdapat terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu
pekerja tidak memakai APD saat bekerja dan mesin kerja yang tidak layak pakai.
Potensi tersebut dapat mengakibatkan risiko kecelakaan kerja (Mafra, 2021),
seperti tangan pekerja bisa tergores bahkan terpotong.

3. Pengikisan/Penyerutan
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu tempat
duduk pekerja yang tidak ergonomis semisal terlalu pendek atau terlalu tinggi dan
pekerja tidak menggunakan APD. Hal tersebut jika tidak dibenahi akan berisiko
mata pekerja bisa terkena serpihan kayu saat melakukan pengikisan kayu.

18
4. Pengeboran
Pada proses kerja ini terdapat satu potensi bahaya yang ditemukan yaitu tidak ada
APD yang digunakan oleh pekerja. Jika pekerja tidak menggunakan APD akan
berisiko terjadinya kecelakaan kerja (Widharma, 2020), seperti mata pisau mesin
bisa menggores jari pekerja saat pekerja melakukan pengeboran pada kayu.

5. Pengamplasan
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu APD yang
digunakan tidak lengkap dan tidak sesuai SOP serta tempat duduk pekerja saat
mengamplas kayu yang terlihat tidak nyaman karena terlalu tinggi. Dari potensi
tersebut dapat berisiko hidung pekerja bisa terhirup serbuk kayu karena masker
yang digunakan tidak dipakai dengan baik.

c. JSA

Kecelakaan kerja yang sering terjadi akan berdampak pada produksi perusahaan. Hal
ini bisa terjadi karena sistem manajemen K3 tersebut belum terintegrasi dan tidak
berbasis manajemen risiko sehingga penerapan manajemen risiko tidak berjalan dengan
efektif. Pada perusahaan yang belum menerapkan system manajemen risiko dengan
baik dan efektif serta komprehensif dengan menggunakan cara identifikasi, penilaian
serta pengendalian risiko sehingga belum bisa mendeteksi risiko dan isu K3 di
perusahaan. Pada saat mendeteksi semua potensi bahaya kecelakaan kerja yaitu
identifikasi bahaya dalam setiap aktivitas proses produksi di perusahaan tersebut, cara
mengidentifikasi suatu bahaya pada pekerjaan dengan kajian analisis menggunakan
metode JSA (Fachriyah Alivia Prihany, 2022). Setelah menganalisis menggunakan Job
Safety Analysis terdapat beberapa potensi bahaya, maka ada beberapa tindakan atau
usulan perbaikan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Merapikan Tempat Kerja atau Stasiun Kerja


Sebelum memulai atau melakukan suatu pekerjaan, maka perlu dilakukan tindakan
berupa merapikan stasiun kerja. Yang dimana dengan merapikan stasiun kerja
diharapkan tidak ada lagi barang-barang yang berserakan atau batang kayu yang
berantakan tersebar dimana-mana. Dengan melakukan hal tersebut dapat membuat
pekerja lebih optimal dalam melakukan pekerjaannya dan terhindar dari resiko kerja
yang dapat ditimbulkan.

19
2. Pengukuran
Aktivitas selanjutnya yang dilakukan yaitu pengukuran. Bahaya yang ditemukan
sebelum adanya tindakan atau usulan perbaikan yaitu tempat kerja yang cukup
berantakan oleh kayu yang dimana dapat menyebabkan risiko pekerja tersandung oleh
kayu yang berantakan di area pekerjaan. Tindakan perbaikan yang dapat diberikan
berupa merapikan tempat kerja dari kayu-kayu yang berserakan kemudian membuat
tempat khusus untuk menyimpan kayu yang belum diolah.

3. Memakai APD Sarung Tangan, Masker dan Kacamata


Setelah melakukan pengukuran, para pekerja diharuskan memakai APD sarung tangan
terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas selanjutnya yaitu pemotongan kayu. Hal
ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya pada saat
pemotongan. Selain memakai sarung tangan, pekerja juga diharuskan memakai
beberapa APD lainnya agar terhindar dari risiko yang ditimbulkan pada saat melakukan
aktivitas pekerjaan. Pekerja diharuskan memakai masker agar tidak adanya serbuk kayu
yang terhirup pada saat melakukan aktivitasnya dan juga diharuskan memakai
kacamata agar terhindar dari serpihan kayu yang dapat masuk ke mata.

4. Mengecek Mesin Yang Akan Digunakan


Sebelum melakukan aktivitas selanjutnya yaitu pemotongan, pekerja terlebih dahulu
diharuskan untuk mengecek mesin yang digunakan. hal tersebut bertujuan supaya
pekerja mengetahui apakan mesin itu sudah sesuai dan sudah aman ketika digunakan
agar terhindar dari resiko kecelakaan kerja.

5. Menggunakan Kursi atau Tempat Duduk Yang Ergonomis


Pada saat akan melakukan pekerjaannya, pekerja harus memastikan terlebih dahulu
apakah kursi yang digunakan untuk bekerja sudah sesuai dengan postur tubuhnya atau
belum. Karena jika pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang
lama secara terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada
pekerja.

6. Pemotongan
Aktivitas yang selanjutnya yaitu pemotongan. Dalam aktivitas pemotongan ini, bahaya
yang ditemukan jika pekerja tidak menggunakan APD dengan baik dan lengkap yaitu

20
pekerja beresiko terkena pisau alat potong kayu yang tajam dan memiliki kecepatan
tinggi yang dapat menyebabkan pekerja mengalami cedera bahkan mengalami cacat,
seperti contohnya tangan yang terpotong oleh pisau potong kayu. Selain harus
memperhatikan APD yang digunakan, pada saat proses pemotongan ini juga pekerja
harus memperhatikan mesin potong yang digunakan, apakah sudah sesuai dan aman
ketika digunakan.

7. Menggunakan Kursi atau Tempat Duduk Yang Ergonomis


Pada saat akan melakukan pekerjaannya, pekerja harus memastikan terlebih dahulu
apakah kursi yang digunakan untuk bekerja sudah sesuai dengan postur tubuhnya atau
belum. Karena jika pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang
lama secara terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada
pekerja.

8. Pengikisan atau Penyerutan Kayu


Aktivitas berikutnya yaitu pengikisan atau penyerutan kayu. Dalam aktivitas ini, jika
pekerja tidak menggunakan APD dengan lengkap maka akan menimbulkan bahaya atau
risiko yaitu pekerja dapat terkena serbuk hasil penyayatan entah itu terhirup hidung,
atau terkena mata. Akibatnya, pekerja dapat mengalami sakit pada bagian mata bahkan
dapat mengalami sakit yang lebih serius jika terhirup serbuk pada hidung secara terus
menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Selain harus memperhatikan APD yang
digunakan, pada saat proses pengikisan ini juga pekerja harus memperhatikan kursi atau
tempat duduk yang digunakan, apakah sudah sesuai dan aman ketika digunakan.

9. Menggunakan Kursi atau Tempat Duduk Yang Ergonomis


Pada saat melakukan pekerjaannya, pekerja harus memastikan terlebih dahulu apakah
kursi yang digunakan untuk bekerja sudah sesuai dengan postur tubuhnya atau belum.
Karena jika pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang lama secara
terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada pekerja.

10. Pengeboran
Aktivitas yang delapan adalah pengeboran. Bahaya yang ditemukan sebelum adanya
tindakan atau usulan perbaikan yaitu tempat duduk yang tidak ergonomis, selain itu jika
pekerja tidak memakai APD yang lengkap dan benar maka dapat menimbulkan resiko

21
terhirupnya sisa-sisa dari pengeboran yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan.
Untuk pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang lama secara
terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada pekerja. Posisi
kerja yang kurang baik dapat menyebabkan kelelahan kerja dan berakibat timbulnya
dampak tidak langsung berupa keluhan sakit pada bagian tubuh seperti pegal-
pegal, nyeri punggung, leher kaku, cepat lelah, dan lain sebagainya sehingga
mempengaruhi kinerja dan hasil produksi (Fu’ad Kautsar, 2020). Tindakan perbaikan
yang dapat diberikan yaitu membetulkan tempat duduk menjadi lebih ergonomis dan
membuat pekerja nyaman dalam melakukan pekerjaannya.

11. Menggunakan Kursi atau Tempat Duduk Yang Ergonomis dan Stasiun Kerja Yang
Baik
Pada saat melakukan pekerjaannya, pekerja harus memastikan terlebih dahulu apakah
kursi yang digunakan untuk bekerja sudah sesuai dengan postur tubuhnya atau belum.
Karena jika pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang lama secara
terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada pekerja. Selain
itu pemberian stasiun kerja yang baik seperti tidak adanya barang-barang yang
berantakan atau tidak perlu di sekitar stasiun kerja dapat membuat pekerja lebih optimal
dalam melakukan pekerjaannya dan terhindar dari resiko kerja yang dapat ditimbulkan.

12. Pengamplasan
Aktivitas yang terakhir adalah pengamplasan. Pada aktivitas ini, jika pekerja tidak
menggunakan APD yang lengkap dan benar dapat menimbulkan bahaya yaitu dapat
terhirupnya sisa-sisa pada saat pengamplasan, selain itu bahaya yang ditemukan yaitu
pekerja bekerja secara tidak nyaman dan jarak tangan dengan benda kerja terlalu dekat
sehingga menimbulkan resiko pekerja terkana alat pengamplasan yang dapat
mengakibatkan terjadinya luka ringan pada pekerja. Tindakan perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu memberikan APD yang lengkap pada pekerja selain itu memberikan
kursi dan stasiun kerja yang lebih layak.

22
BAB V
PENUTUPAN

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Potensi kecelakaan kerja disebabkan dari beberapa faktor yaitu pekerja dan alat-alat
yang kurang memadai yang perlu diganti dan diperbaiki. dari faktor pekerja masih
sering ditemukan para pekerja tidak menggunakan APD pada saat melakukan
aktivitasnya, serta menganggap remeh terhadap benda-benda yang rawan
menyebabkan kecelakaan kerja.
2. Perbaikan yang dapat diberikan yaitu berupa tindakan tegas terhadap pekerja terkait
SOP pada saat bekerja terkait menggunakan mesin-mesin yang berpotensi
mengakibatkan kecelakaan kerja dikarenakan sampai saat ini tidak ada ketegasan
terkait hal tersebut.

b. Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah kami lakukan, maka ada beberapa saran
yang dapat dilakukan:
1. Memahami dan mengikuti prosedur keselamatan kerja yang ada di tempat kerja,
termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan.
2. Menjaga konsentrasi dan fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan, hindari
terganggu oleh hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
3. Melakukan pemeriksaan dan perawatan teratur terhadap peralatan kerja, dan
melaporkan segala kerusakan atau kecacatan pada peralatan kepada atasan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Konradus, (2006). Keselamatan Kesehatan Kerja : Membangun SDM Pekerja yang Sehat,
Produktif, dan Kompetitif. Jakarta: Litbang Danggur & Partners
Mariawati AS, Umyati A, Andiyani F, (2017). Analisis Penerapan Keselamatan Kerja
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan
Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA). Ind Serv.;3c(1):293-300
Setyo Widodo, S.E., M.M., M.Si., CHRA., Ph.D, Prof. Dr. Ir. H Djoko, (2021). Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Manajemen & Implementasi K3 di Tempat Kerja).
Yogyakarta: Penebar Media Pustaka
Fachriyah Alivia Prihany, R. I. (2022). Kajian Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Metode Job Safety Analysis. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 852-
855.
Fu’ad Kautsar, N. K. (2020). Kursi Kerja Ergonomis PT XYZ. Industrial View, 36-44.
Ramadisu Mafra, Riduan, Zulfikri. (2021). Analisis Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Peserta Pelatihan Keterampilan Tukang dan Pekerja Konstruksi, 1-
5
I Gede Suputra Widharma, (2020). Alat Pelindung Diri (APD), Politeknik Negeri Bali
Friend, M.A dan Kohn, J.P., (2007), Fundamentals of Occupational Safety and Health. Fourth
Edition. Government Institutes. Lanham, Maryland. Toronto

24
LAMPIRAN

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai