Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hazard Identification ............................................................................................. 14
Tabel 2. Job Safety Analysis ............................................................................................... 15
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pie Chart Tingkat Bahaya Insiden ........................................................................ 2
Gambar 2. Alur Penelitian ..................................................................................................... 5
Gambar 3. Proses Kerja ......................................................................................................... 8
Gambar 4. Pengukuran .......................................................................................................... 9
Gambar 5. Pemotongan ....................................................................................................... 10
Gambar 6. Pengikisan/Penyerutan ....................................................................................... 11
Gambar 7. Pengeboran ........................................................................................................ 12
Gambar 8. Pengamplasan .................................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disingkat dengan K3 merupakan
salah satu aspek atau indikator yang sangat penting di dalam dunia kerja. Namun, dalam
pengimplementasiannya sering kita dengar bahwa K3 di Indonesia masih dianggap hal yang
tidak begitu penting alias masih dianggap remeh oleh sebagian kalangan. Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Selain itu tingkat kecelakaan
kerja di Indonesia menduduki posisi kelima se-ASEAN dibandingkan Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina (Konradus, 2006: 131). Padahal, K3 merupakan sebuah aspek yang
penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas karyawan dimana
keselamatan kerja yang tinggi akan menekan angka kecelakaan yang menyebabkan sakit,
cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin (Friend and Kohn, 2007).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga dapat
menyebabkan cidera atau sakit, kematian, atau kejadian yang menyebabkan kematian.
Potensi bahaya terdapat hampir di seluruh tempat kerja dan keberadaan bahaya ini dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak terhadap
manusia, peralatan, material, dan lingkungan. Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban
dan kebutuhan dalam segala bentuk kegiatan pekerjaan. Kecelakaan kerja dapat terjadi
karena kurangnya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan kerja yang
terjadi tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian
yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar, namun lebih dari itu
adalah korban yang terkena insiden.
Untuk mengatasi hal ini, setiap tempat usaha harus menetapkan pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan harapan pekerja dapat mematuhi peraturan-
peraturan yang ada seperti pada saat bekerja para pekerja harus menggunakan alat pelindung
diri (APD). Dengan demikian, upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di sebuah tempat
usaha, terutama dengan proses produksi yang berpotensi menimbulkan bahaya atau potensi
kecelakaan kerja.
1
Tingkat Bahaya Insiden/Kecelakaan Kerja
10%
Tangan
10% Tergores/Terpotong
35%
Kurang Nyaman dan
Tersandung
Mata Terkena Serpihan
Kayu
20%
Jari Tergores
b. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi oleh pekerja di UMKM
kerajinan kayu?
2. Bagaimana penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di UMKM kerajinan kayu?
3. Apa saja hambatan dan kendala yang dihadapi dalam menerapkan Kesehatan
Keselamatan Kerja di UMKM kerajinan kayu?
c. Tujuan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi resiko kesehatan dan keselamatan kerja
yang dihadapi oleh pekerja di UMKM kerajinan kayu untuk menentukan langkah-
langkah pencegahan yang tepat.
2. Mengevaluasi penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di UMKM kerajinan kayu
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penerapan K3 dalam mencegah kecelakaan
akibat kerja.
3. Mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan K3 di UMKM
kerajinan kayu untuk menemukan solusi dan rekomendasi yang tepat untuk
meningkatkan penerapan K3 di masa yang akan datang.
d. Manfaat
Manfaat observasi kali ini adalah:
2
1. Bagi Mahasiswa:
Mahasiswa dapat memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) pada UMKM kerajinan kayu. Hal ini dapat
membantu mahasiswa dalam mengembangkan solusi yang inovatif dan efektif untuk
mengatasi masalah Kesehatan Keselamatan Kerja di UMKM kerajinan kayu.
2. Bagi Pembaca:
Pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai risiko
kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di UMKM kerajinan kayu. Dengan
memperoleh pengetahuan ini, pembaca dapat mengambil tindakan pencegahan yang
tepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka saat bekerja di UMKM
kerajinan kayu tersebut.
3. Bagi UMKM:
UMKM dapat memperoleh manfaat yang besar dari penelitian kesehatan dan
keselamatan kerja di UMKM kerajinan kayu. Dengan mengetahui risiko kesehatan dan
keselamatan kerja yang ada di UMKM, UMKM tersebut dapat mengembangkan dan
menerapkan strategi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, penelitian
ini juga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas
kerja karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi
perusahaan.
Observasi kesehatan keselamatan kerja pada UMKM kerajinan kayu memiliki manfaat yang
besar bagi mahasiswa, pembaca, dan pelaku UMKM tersebut. Dengan memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai risiko kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada di UMKM ini, semua pihak dapat mengambil tindakan pencegahan yang
tepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka, serta meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja karyawan.
3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah karyawan UMKM Kerajinan Kayu & Asesoris Maju yang
merupakan pekerja umkm kerajinan kayu yang berada di Muja Muju, Kec. Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode HIRA yaitu dengan melakukan kunjungan
langsung dilapangan sehingga didapat data secara langsung yang kemudian dianalisis
dan dihubungkang antara kondisi langsung dilapangan dengan potensi yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
c. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja.
1. Observasi
Metode pengambilan data ini yaitu melakukan pengambilan data berdasarkan
pengamatan langsung terhadap apa yang terjadi di lapangan. Hal yang diamati adalah
tentang proses kerja perusahaan dan juga mengambil data mengenai kecelakaan kerja
yang ada di perusahaan tersebut.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab atau diskusi secara langsung
dengan pihak terkait dengan perusahaan atau proses kerja yang ada di perusahaan,
sehingga didapat data yang kemudian dapat diolah berdasarkan hasil wawancara tersebut.
4
e. Alur Penelitian
5
Berikut adalah penjelasan alur berdasarkan gambar diatas:
1. Mulai
Mempelajari dan memahami hal-hal penting yang akan dilakukan selama penelitian
seperti rumusan masalah, pengambilan data, analisis data dan mengambil kesimpulan
serta saran. Dalam melakukan penelitian, penting untuk mengikuti alur yang jelas dan
sistematis agar hasil penelitian dapat diandalkan dan bermanfaat bagi pihak yang
terkait.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat diartikan sebagai gambaran singkat tentang masalah yang
dihadapi atau fenomena yang diteliti lebih dalam penilitian. Rumusan masalah biasanya
menyangkut pernyataan tentang apa yang ingin diketahui atau dipahami oleh peneliti
melalui penelitian yang dilakukan.
3. Pengambilan Data
Proses pengumpulan informasi atau fakta yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti observasi, wawancara, kuesioner, tinjauan literatur atau
eksperimen. dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah HIRA dan JSA yang
memerlukan data mengenai proses kerja, data kecelakaan, hingga potensi bahaya yang
dapat terjadi di lapangan.
Setelah mengumpulkan data, langkah penelitian selanjutnya adalah analisis data untuk
mengevaluasi dan memahami informasi yang terkandung dalam data. Tujuan analisis
data adalah untuk mengidentifikasi pola atau wawasan yang signifikan dari data yang
dikumpulkan dan menjawab pertanyaan penelitian.
6
pengembangan terhadap kebijakan atau program yang sudah ada, atau saran untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan masalah yang telat diteliti.
7
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
a. Profil Perusahaan
UMKM Pengelola Kerajinan Kayu & Asesoris Maju terletak di Jl. Cantel No.14, Muja
Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. UMKM
Pengelola Kerajinan Kayu & Asesoris Maju adalah salah satu UMKM yang bergerak di
bidang kerajinan kayu khususnya aksesoris-aksesoris rumah. Sistem pembuatannya yaitu
menyesuaikan dengan pesanan yang masuk.
b. Proses Kerja
Proses produksi di Kerajinan Kayu dan Asesoris Maju secara umum dibagi menjadi 5
tahapan, yaitu pengukuran, pemotongan, pengikisan/penyerutan, pengeboran, dan
pengamplasan.
8
Gambar 4. Pengukuran
2. Pemotongan
Setelah tahapan pengukuran batang kayu, selanjutnya dilakukan pemotongan pada kayu
sesuai ukuran yang sudah ditentukan.
9
Gambar 5. Pemotongan
3. Pengikisan/Penyerutan
Selanjutnya tahapan yang dilakukan adalah melakukan pengikisan/penyerutan pada
kayu yang baru saja dipotong agar permukaannya menjadi rata.
10
Gambar 6. Pengikisan/Penyerutan
4. Pengeboran
Setelah dilakukan pengikisan/penyerutan pada permukaan kayu, tahapan selanjutnya
adalah memberi titik/tanda dengan spidol pada permukaan yang ingin dilubangi
sebelum melakukan pengeboran pada permukaan kayu yang telah diberi tanda.
11
Gambar 7. Pengeboran
5. Pengamplasan
Setelah melakukan tahapan 1-4, tahapan terakhir yang dilakukan adalah melakukan
pengamplasan pada permukaan kayu agar lebih halus dan tidak kasar saat dipegang.
12
Gambar 8. Pengamplasan
d. HIRA
Hazard Identification Risk Assessment atau disingkat HIRA merupakan sebuah metode yang
digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan (Mariawati et al, 2017).
Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi dan
mengevaluasi risiko yang terjadi melalui penilaian risiko dengan menggunakan matriks
penilaian risiko.
13
Tabel 1. Hazard Identification
14
No Pekerjaan Potensi Risiko Penilaian Risiko
tempat
duduk
pekerja
yang tidak
nyaman/er
gonomis
e. JSA
Job Safety Analysis atau JSA adalah sebuah teknik manajemen dalam keselamatan yang
berfokus terhadap identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang erat kaitannya dengan
rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dikerjakan di area kerja (Widodo, 2021).
Pekerjaan
15
No Sequence of Hazard Risk Consequence Recommended
Action
Basic Job Steps Bahaya Risiko Akibat
Tindakan
Tahapan Pengendalian
Pekerjaan
16
No Sequence of Hazard Risk Consequence Recommended
Action
Basic Job Steps Bahaya Risiko Akibat
Tindakan
Tahapan Pengendalian
Pekerjaan
17
BAB IV
PEMBAHASAN
b. HIRA
Berdasarkan identifikasi potensi yang dilakukan, ditemukan beberapa temuan bahaya
saat melakukan proses kerja, seperti pengukuran, pemotongan, pengikisan/penyerutan,
pengeboran, dan pengamplasan. Berikut penjelasan dari masing-masing potensi:
1. Pengukuran
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu lingkungan
kerja yang berantakan dapat menyebabkan pekerja menjadi kurang nyaman saat
bekerja dan batang kayu yang berserakan dapat mengakibatkan pekerja tersandung
dan terjatuh saat berjalan ditempat kerja.
2. Pemotongan
Pada proses kerja ini terdapat terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu
pekerja tidak memakai APD saat bekerja dan mesin kerja yang tidak layak pakai.
Potensi tersebut dapat mengakibatkan risiko kecelakaan kerja (Mafra, 2021),
seperti tangan pekerja bisa tergores bahkan terpotong.
3. Pengikisan/Penyerutan
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu tempat
duduk pekerja yang tidak ergonomis semisal terlalu pendek atau terlalu tinggi dan
pekerja tidak menggunakan APD. Hal tersebut jika tidak dibenahi akan berisiko
mata pekerja bisa terkena serpihan kayu saat melakukan pengikisan kayu.
18
4. Pengeboran
Pada proses kerja ini terdapat satu potensi bahaya yang ditemukan yaitu tidak ada
APD yang digunakan oleh pekerja. Jika pekerja tidak menggunakan APD akan
berisiko terjadinya kecelakaan kerja (Widharma, 2020), seperti mata pisau mesin
bisa menggores jari pekerja saat pekerja melakukan pengeboran pada kayu.
5. Pengamplasan
Pada proses kerja ini terdapat dua potensi bahaya yang ditemukan yaitu APD yang
digunakan tidak lengkap dan tidak sesuai SOP serta tempat duduk pekerja saat
mengamplas kayu yang terlihat tidak nyaman karena terlalu tinggi. Dari potensi
tersebut dapat berisiko hidung pekerja bisa terhirup serbuk kayu karena masker
yang digunakan tidak dipakai dengan baik.
c. JSA
Kecelakaan kerja yang sering terjadi akan berdampak pada produksi perusahaan. Hal
ini bisa terjadi karena sistem manajemen K3 tersebut belum terintegrasi dan tidak
berbasis manajemen risiko sehingga penerapan manajemen risiko tidak berjalan dengan
efektif. Pada perusahaan yang belum menerapkan system manajemen risiko dengan
baik dan efektif serta komprehensif dengan menggunakan cara identifikasi, penilaian
serta pengendalian risiko sehingga belum bisa mendeteksi risiko dan isu K3 di
perusahaan. Pada saat mendeteksi semua potensi bahaya kecelakaan kerja yaitu
identifikasi bahaya dalam setiap aktivitas proses produksi di perusahaan tersebut, cara
mengidentifikasi suatu bahaya pada pekerjaan dengan kajian analisis menggunakan
metode JSA (Fachriyah Alivia Prihany, 2022). Setelah menganalisis menggunakan Job
Safety Analysis terdapat beberapa potensi bahaya, maka ada beberapa tindakan atau
usulan perbaikan yang dapat dilakukan, antara lain:
19
2. Pengukuran
Aktivitas selanjutnya yang dilakukan yaitu pengukuran. Bahaya yang ditemukan
sebelum adanya tindakan atau usulan perbaikan yaitu tempat kerja yang cukup
berantakan oleh kayu yang dimana dapat menyebabkan risiko pekerja tersandung oleh
kayu yang berantakan di area pekerjaan. Tindakan perbaikan yang dapat diberikan
berupa merapikan tempat kerja dari kayu-kayu yang berserakan kemudian membuat
tempat khusus untuk menyimpan kayu yang belum diolah.
6. Pemotongan
Aktivitas yang selanjutnya yaitu pemotongan. Dalam aktivitas pemotongan ini, bahaya
yang ditemukan jika pekerja tidak menggunakan APD dengan baik dan lengkap yaitu
20
pekerja beresiko terkena pisau alat potong kayu yang tajam dan memiliki kecepatan
tinggi yang dapat menyebabkan pekerja mengalami cedera bahkan mengalami cacat,
seperti contohnya tangan yang terpotong oleh pisau potong kayu. Selain harus
memperhatikan APD yang digunakan, pada saat proses pemotongan ini juga pekerja
harus memperhatikan mesin potong yang digunakan, apakah sudah sesuai dan aman
ketika digunakan.
10. Pengeboran
Aktivitas yang delapan adalah pengeboran. Bahaya yang ditemukan sebelum adanya
tindakan atau usulan perbaikan yaitu tempat duduk yang tidak ergonomis, selain itu jika
pekerja tidak memakai APD yang lengkap dan benar maka dapat menimbulkan resiko
21
terhirupnya sisa-sisa dari pengeboran yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan.
Untuk pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang lama secara
terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada pekerja. Posisi
kerja yang kurang baik dapat menyebabkan kelelahan kerja dan berakibat timbulnya
dampak tidak langsung berupa keluhan sakit pada bagian tubuh seperti pegal-
pegal, nyeri punggung, leher kaku, cepat lelah, dan lain sebagainya sehingga
mempengaruhi kinerja dan hasil produksi (Fu’ad Kautsar, 2020). Tindakan perbaikan
yang dapat diberikan yaitu membetulkan tempat duduk menjadi lebih ergonomis dan
membuat pekerja nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
11. Menggunakan Kursi atau Tempat Duduk Yang Ergonomis dan Stasiun Kerja Yang
Baik
Pada saat melakukan pekerjaannya, pekerja harus memastikan terlebih dahulu apakah
kursi yang digunakan untuk bekerja sudah sesuai dengan postur tubuhnya atau belum.
Karena jika pekerja yang duduk dalam kondisi tidak baik dalam waktu yang lama secara
terus menerus akibatnya adalah terjadinya cidera atau cacat ringan pada pekerja. Selain
itu pemberian stasiun kerja yang baik seperti tidak adanya barang-barang yang
berantakan atau tidak perlu di sekitar stasiun kerja dapat membuat pekerja lebih optimal
dalam melakukan pekerjaannya dan terhindar dari resiko kerja yang dapat ditimbulkan.
12. Pengamplasan
Aktivitas yang terakhir adalah pengamplasan. Pada aktivitas ini, jika pekerja tidak
menggunakan APD yang lengkap dan benar dapat menimbulkan bahaya yaitu dapat
terhirupnya sisa-sisa pada saat pengamplasan, selain itu bahaya yang ditemukan yaitu
pekerja bekerja secara tidak nyaman dan jarak tangan dengan benda kerja terlalu dekat
sehingga menimbulkan resiko pekerja terkana alat pengamplasan yang dapat
mengakibatkan terjadinya luka ringan pada pekerja. Tindakan perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu memberikan APD yang lengkap pada pekerja selain itu memberikan
kursi dan stasiun kerja yang lebih layak.
22
BAB V
PENUTUPAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Potensi kecelakaan kerja disebabkan dari beberapa faktor yaitu pekerja dan alat-alat
yang kurang memadai yang perlu diganti dan diperbaiki. dari faktor pekerja masih
sering ditemukan para pekerja tidak menggunakan APD pada saat melakukan
aktivitasnya, serta menganggap remeh terhadap benda-benda yang rawan
menyebabkan kecelakaan kerja.
2. Perbaikan yang dapat diberikan yaitu berupa tindakan tegas terhadap pekerja terkait
SOP pada saat bekerja terkait menggunakan mesin-mesin yang berpotensi
mengakibatkan kecelakaan kerja dikarenakan sampai saat ini tidak ada ketegasan
terkait hal tersebut.
b. Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah kami lakukan, maka ada beberapa saran
yang dapat dilakukan:
1. Memahami dan mengikuti prosedur keselamatan kerja yang ada di tempat kerja,
termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan.
2. Menjaga konsentrasi dan fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan, hindari
terganggu oleh hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
3. Melakukan pemeriksaan dan perawatan teratur terhadap peralatan kerja, dan
melaporkan segala kerusakan atau kecacatan pada peralatan kepada atasan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Konradus, (2006). Keselamatan Kesehatan Kerja : Membangun SDM Pekerja yang Sehat,
Produktif, dan Kompetitif. Jakarta: Litbang Danggur & Partners
Mariawati AS, Umyati A, Andiyani F, (2017). Analisis Penerapan Keselamatan Kerja
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan
Pendekatan Fault Tree Analysis (FTA). Ind Serv.;3c(1):293-300
Setyo Widodo, S.E., M.M., M.Si., CHRA., Ph.D, Prof. Dr. Ir. H Djoko, (2021). Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Manajemen & Implementasi K3 di Tempat Kerja).
Yogyakarta: Penebar Media Pustaka
Fachriyah Alivia Prihany, R. I. (2022). Kajian Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Metode Job Safety Analysis. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 852-
855.
Fu’ad Kautsar, N. K. (2020). Kursi Kerja Ergonomis PT XYZ. Industrial View, 36-44.
Ramadisu Mafra, Riduan, Zulfikri. (2021). Analisis Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Peserta Pelatihan Keterampilan Tukang dan Pekerja Konstruksi, 1-
5
I Gede Suputra Widharma, (2020). Alat Pelindung Diri (APD), Politeknik Negeri Bali
Friend, M.A dan Kohn, J.P., (2007), Fundamentals of Occupational Safety and Health. Fourth
Edition. Government Institutes. Lanham, Maryland. Toronto
24
LAMPIRAN
25
26
27
28