Anda di halaman 1dari 61

SISTEM MANAJEMEN RISIKO

DI PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

GILANG RINANDA CHAVES


NIM. 18020145

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022

1
SISTEM MANAJEMEN RISIKO DI INDUSTRI
MINYAK DAN GAS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Gilang Rinanda Chaves


NIM. 18020145

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Oleh

Gilang Rinanda Chaves


NIM. 18020145

Disusun sebagai persyaratan melaksanakan kerja


praktek Pendidikan Diploma III (D-III)
pada Program Studi Fire and Safety,
Akamigas Balongan Indramayu

Indramayu, 14 Januari 2022

Dosen Pembimbing,

Ir. Hj. Hanifah Handayani, MT


NIDN. 04-3110-6703

ii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisdapat

menyelesaikan Proposal Kerja Praktek ini dengan judul “Sistem

Manajemen Risiko di Perusahaan Minyak dan Gas”.

Perwujudan proposal ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak

sehingga proposal ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Nahdudin Islami, M.Si selaku ketua Yayasan Bina

Islami Indramayu.

2. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, MT Selaku Direktur Akamigas

Balongan Indramayu dan Selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.

3. Bapak H. Amiroel Pribadi, SKM.M.KKK selaku ketua Program Studi

Fire and Safety Akamigas Balongan Indramayu.

4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara

moral, material maupun spiritual.

5. Teman-teman Fire and Safety C 18 Akamigas Balongan Indramayu.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih banyak terdapat

iii
kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun penulisannya.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai pembelajaran

yang lebih baik. Aamiinyarobbal’alamiin.

Indramayu, 14 Januari 2022

Gilang Rinanda Chaves


NIM. 18020145

iv
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Tema ................................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ............................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................... 4
2.1 Teori Dasar Sistem Manajemen Risiko Berdasarkan Standard ......................................... 4
2.2 Gambaran Sistem Manajemen Risiko di Perusahaan Migas Berdasarkan Jurnal .............. 45
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................... 56
3.1 Pengambilan Data ............................................................................................................. 56
3.2 Pengolahan Data ............................................................................................................... 56

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Mode Kontrak… ................................................................................... 20

Tabel 2.2 Saverity FMEA ........................................................................................ 42

Tabel 2.3 Occurance FMEA .................................................................................... 43

Tabel 2.4 Detection FMEA....................................................................................... 44

Tabel 2.5 Identifikasi Bahaya dan Risiko K3… .................................................... 47

Tabel 2.6 Penilaian Risiko Pengelasan .................................................................. 48

Tabel 2.7 Risk Control ............................................................................................. 49

Tabel 2.8 Kegiatan Offshore CPP-Upper Compresion Module .............................. 52

Tabel 2.9 Nilai SOD dan RPN..................................................................................53

Tabel 2.10 Mitigasi Risiko… ..................................................................................... 54

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hubungan , kerangka kerja, dan proses manajemen risiko ................. 5

Gambar 2.2 Proses Manajemen Risiko .................................................................... 5

Gambar 2.3 Proses Sistem Manajemen-Overview ..................................................33

Gambar 2.4 Proses Manajemen FMEA .................................................................37

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

viii
DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

AS/NZ : Australian Standard, New

ZealandControl FMEA : Failure Mode Effect Analysis

HIRARC : Hazard Identification Risk Assesment Risk

ISO : Internal Organization Standardization

K3LL : Keselamatan Kesehatan Kerja Lindung

KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama

Lingkungan PTK : Pedoman Tata Kerja

Standard RPN : Risk Priority Number

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tempat kerja mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya

pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan pada perusahaan. Secara garis besar kejadian

kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang

tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan – keadaan

lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1984).

Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan

karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Keberadaan bahaya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak

terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan. Risiko

menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat menimbulkan

insiden atau cidera (Ramli, 2010).

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi ditempat kerja yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi dan gangguan produksi. Pada

tahun 2011 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang

mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697

orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang

menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau

1
2

sekitar 10% dari seluruh pekerja Indonesia. Dengan demikian, angka

kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun.

Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh

lebih besar. Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006,

angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap

100.000 pekerja.

1.2 Tema

Tema yang diambil dalam studi literatur ini adalah Mempelajari Sistem

Manajemen Risiko (SMR) Di Perusahaan Minyak dan Gas. karena

identifikasi risiko, penilaian risiko, dan analisis risiko serta pengawasannya

perlu adanya program Sistem manajemen risiko yang berkelanjutan,

penerapan kegiatannya serta pemahamannya secara mendasar.

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Tujuan umum dari studi literature ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui informasi mengenai gambaran

implementasi sistem manajemen risiko yang ada pada suatu

perusahaan melalui literature baik dari perusahaan maupun dari

luar perusahaan.

2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat

dari bangku perkuliahan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi dilapangan dari studi


3

literatur yang dibaca.

4. Mahasiswa dapat memenuhi program perkuliahan kerja praktik di

semester 6.

1.3.2 Khusus

1. Mempelajari Konsep Sistem Manajemen Risiko berdasarkan

Standar pada industri minyak dan gas

2. Mempelajari Gambaran implementasi Sistem Manajemen Risiko

berdasarkan jurnal pada industri minyak dan gas.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiwa

1. Dapat mengetahui Sistem Manajemen Risiko dilapangan.

2. Mendapat pengetahuan yang lebih aplikatif dalam bidang yang

lebih diminati.

3. Memaksimalkan keilmuan Fire and Safety yangdimiliki oleh

mahasiswa.

1.4.2 Manfaat bagi Akamigas Balongan

1. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan yang

nyata di lapangan.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan kerja

praktik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Dasar Sistem Manajemen Risiko Berdasarkan Standard

2.1.1 Sistem Manajemen Risiko ISO 31000

Kegiatan organisasi yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan

mengendalikan terkait dengan risiko. (ISO Guide 73:2009, definition

2.1).

Manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh organisasi, di

banyak area dan levelnya, kapan saja, juga mengenai fungsi, proyek,

dan kegiatan tertentu.

Meskipun praktik manajemen risiko telah dikembangkan dari

waktu ke waktu dan di banyak sektor untuk memenuhi beragam

kebutuhan, adopsi proses yang konsisten dalam kerangka kerja yang

komprehensif dapat membantu memastikan bahwa risiko dikelola

secara efektif, efisien, dan koheren di seluruh organisasi. Pendekatan

yang dijelaskan dalam Standar Internasional ini memberikan prinsip

dan pedoman untuk mengelola apa pun bentuk risiko secara

sistematis, transparan, kredibel, dalam lingkup dan konteks apa pun.

Hubungan antara prinsip-prinsip untuk mengelola risiko,

kerangka kerja dan proses manajemen risiko yang dijelaskan dalam

Standar Internasional ini ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut.

4
5

Gambar 2.1 Hubungan antara prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko

Proses manajemen risiko harus menjadi bagian dari manajemen,

tertanam dalam budaya dan praktik, dan disesuaikan dengan proses.

Proses manajemen risiko ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah ini.


6

Gambar 2.2 Proses manajemen risiko

2.1.2 Komunikasi dan konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan

eksternal dan internal harus dilakukan di semua tahapan proses

manajemen risiko.

Oleh karena itu, rencana komunikasi dan konsultasi harus

dikembangkan pada tahap awal. Ini harus membahas masalah yang

berkaitan dengan risiko itu sendiri, penyebabnya, konsekuensinya

(jika diketahui), dan tindakan yang diambil untuk menanganinya.

Komunikasi dan konsultasi eksternal dan internal yang efektif harus

dilakukan untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab

untuk melaksanakan proses manajemen risiko dan pemangku

kepentingan memahami dasar pengambilan keputusan, dan alasan

mengapa tindakan tertentu diperlukan.

Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan

penting karena mereka membuat penilaian tentang risiko berdasarkan

persepsi risiko mereka. Persepsi ini dapat bervariasi karena perbedaan

nilai, kebutuhan, asumsi, konsep, dan perhatian pemangku

kepentingan. Karena pandangan mereka dapat berdampak signifikan

pada keputusan yang dibuat, persepsi pemangku kepentingan harus

diidentifikasi, dicatat, dan dipertimbangkan dalam proses

pengambilan keputusan.

Komunikasi dan konsultasi harus memfasilitasi pertukaran


7

informasi yang jujur, relevan, akurat dan dapat dimengerti, dengan

mempertimbangkan aspek kerahasiaan dan integritas pribadi.

2.1.3 Menetapkan Konteks

Dengan menetapkan konteks, organisasi mengartikulasikan

tujuannya, menentukan parameter eksternal dan internal yang akan

diperhitungkan saat mengelola risiko, dan menetapkan ruang lingkup

dan kriteria risiko untuk proses yang tersisa. Sementara banyak dari

parameter ini serupa dengan yang dipertimbangkan dalam desain

kerangka kerja manajemen risiko, ketika menetapkan konteks untuk

proses manajemen risiko, mereka perlu mempertimbangkan secara

lebih rinci dan terutama bagaimana mereka berhubungan dengan

ruang lingkup proses manajemen risiko tertentu.

Konteks eksternal adalah lingkungan eksternal di mana

organisasi berusaha untuk mencapai tujuannya. Memahami konteks

eksternal penting untuk memastikan bahwa tujuan dan perhatian

pemangku kepentingan eksternal dipertimbangkan saat

mengembangkan kriteria risiko. Ini didasarkan pada konteks seluruh

organisasi, tetapi dengan rincian spesifik dari persyaratan hukum dan

peraturan, persepsi pemangku kepentingan dan aspek risiko lainnya

yang spesifik untuk ruang lingkup proses manajemen risiko. Konteks

eksternal dapat mencakup, tetapi tidak terbatas pada :

1. Lingkungan sosial dan budaya, politik, hukum, peraturan,

keuangan, teknologi, ekonomi, alam dan persaingan, baik


8

internasional, nasional, regional atau lokal;

2. Penggerak dan tren utama yang berdampak pada tujuan

organisasi; dan

3. Hubungan dengan, persepsi dan nilai pemangku kepentingan

eksternal.

Konteks internal adalah lingkungan internal di mana organisasi

berusaha untuk mencapai tujuannya. Proses manajemen risiko harus

diselaraskan dengan budaya, proses, struktur dan strategi organisasi.

Konteks internal adalah segala sesuatu dalam organisasi yang dapat

mempengaruhi cara organisasi mengelola risiko.

Sasaran, strategi, ruang lingkup dan parameter kegiatan

organisasi, atau bagian dari organisasi tempat proses manajemen

risiko diterapkan, harus ditetapkan. Manajemen risiko harus dilakukan

dengan pertimbangan penuh akan kebutuhan untuk menjustifikasi

sumber daya yang digunakan dalam melaksanakan manajemen risiko.

Sumber daya yang diperlukan, tanggung jawab dan wewenang, dan

catatan yang akan disimpan juga harus ditentukan.

Organisasi harus menetapkan kriteria yang akan digunakan

untuk mengevaluasi signifikansi risiko. Kriteria tersebut harus

mencerminkan nilai, tujuan dan sumber daya organisasi. Beberapa

kriteria dapat diberlakukan oleh, atau diturunkan dari, persyaratan

hukum dan peraturan dan persyaratan lain yang diikuti oleh

organisasi. Kriteria resiko harus konsisten dengan kebijakan


9

manajemen risiko organisasi, didefinisikan di awal setiap proses

manajemen risiko harus terus ditinjau.

2.1.4 Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah keseluruhan proses identifikasi risiko,

analisis risiko dan evaluasi risiko (ISO/IEC 31010 provides guidance

on risk assessment techniques).

1. Identifikasi Risiko

Organisasi harus mengidentifikasi sumber risiko, area

dampak, peristiwa (termasuk perubahan keadaan) dan

penyebabnya serta potensikonsekuensinya. Tujuan dari langkah

ini adalah untuk menghasilkan file daftar lengkap risiko

berdasarkan peristiwa-peristiwa yang mungkin menciptakan,

meningkatkan, mencegah, menurunkan, mempercepat

atau menunda pencapaian tujuan. Penting untuk

mengidentifikasi risiko yang terkait dengan tidak mengejar

peluang. Identifikasi yang komprehensif sangat penting, karena

risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap ini tidak akan

teridentifikasi dimasukkan dalam analisis lebih lanjut.

Identifikasi harus mencakup risiko apakah sumbernya

berada di bawah kendali organisasi atau tidak, meskipun sumber

risiko atau penyebabnya mungkin tidak jelas. Identifikasi risiko

harus mencakup pemeriksaan dampak langsung dari


10

konsekuensi tertentu, termasuk efek kaskade dan kumulatif. Ini

juga harus mempertimbangkan berbagai konsekuensi bahkan

jika sumber risiko atau penyebabnya mungkin tidak jelas. Selain

mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi, perlu juga

mempertimbangkan kemungkinan penyebab dan skenario yang

menunjukkan konsekuensi apa yang dapat terjadi. Semua

penyebab dan konsekuensi yang signifikan harus

dipertimbangkan.

Organisasi harus menerapkan alat dan teknik identifikasi

risiko yang sesuai dengan tujuan dan kemampuannya, dan risiko

yang dihadapi. Informasi yang relevan dan terkini penting

dalam mengidentifikasi risiko. Ini harus mencakup informasi

latar belakang yang sesuai jika memungkinkan. Orang dengan

pengetahuan yang sesuai harus dilibatkan dalam

mengidentifikasi risiko.

2. Analisis Risiko

Analisis risiko melibatkan pengembangan pemahaman

tentang risiko. Analisis risiko memberikan masukan untuk

evaluasi risiko dan keputusan tentang apakah risiko perlu

ditangani, dan tentang strategi dan metode penanganan risiko

yang paling tepat. Analisis risiko juga dapat memberikan

masukan dalam pengambilan keputusan di mana pilihan harus

dibuat dan pilihan melibatkan berbagai jenis dan tingkat risiko.


11

Analisis risiko melibatkan pertimbangan penyebab dan

sumber risiko, konsekuensi positif dan negatifnya, dan

kemungkinan konsekuensi tersebut dapat terjadi. Faktor- faktor

yang mempengaruhi konsekuensi dan kemungkinan harus

diidentifikasi. Risiko dianalisis dengan menentukan

konsekuensi dan kemungkinannya, dan atribut risiko lainnya.

Suatu peristiwa dapat memiliki banyakkonsekuensi dan dapat

memengaruhi berbagai tujuan. Pengendalian yang ada serta

keefektifan dan efisiensinya juga harus diperhitungkan.

Cara di mana konsekuensi dan kemungkinan diungkapkan

dan cara di mana mereka digabungkan untuk menentukan

tingkat risiko harus mencerminkan jenis risiko, informasi yang

tersedia dan tujuan keluaran penilaian risiko yang akan

digunakan. Ini semua harus konsisten dengan kriteria risiko.

Penting juga untuk mempertimbangkansaling ketergantungan

berbagai risiko dan sumbernya.

Keyakinan dalam penentuan tingkat risiko dan

kepekaannya terhadap prasyarat dan asumsi harus

dipertimbangkan dalam analisis, dan dikomunikasikan secara

efektif kepada pembuat keputusan dan, jika sesuai, pemangku

kepentingan lainnya. Faktor-faktor seperti perbedaan pendapat

di antara para ahli, ketidakpastian, ketersediaan, kualitas,

kuantitas dan relevansi informasi yang berkelanjutan, atau


12

batasan pada pemodelan harus dinyatakan dan dapat disorot.

Analisis risiko dapat dilakukan dengan berbagai tingkat

detail, tergantung pada risiko, tujuan analisis, dan informasi,

data, dan sumber daya yang tersedia. Analisis dapat bersifat

kualitatif, semi- kuantitatif atau kuantitatif, atau kombinasi dari

semuanya, tergantung pada keadaan.

Konsekuensi dan kemungkinannya dapat ditentukan

dengan memodelkan hasil dari suatu peristiwa atau serangkaian

peristiwa, atau dengan ekstrapolasi dari studi eksperimental atau

dari data yang tersedia. Konsekuensi dapat dinyatakan dalam

dampak berwujud dan tidak berwujud. Dalam beberapa kasus,

lebih dari satu nilai numerik atau deskriptor diperlukan untuk

menentukan konsekuensi dan kemungkinannya untuk waktu,

tempat, grup, atau situasi yang berbeda.

3. Evaluasi Risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk membantu

pengambilan keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko,

tentang risiko mana saja yang memerlukan penanganan dan

prioritas pelaksanaan perlakuan.

Evaluasi risiko melibatkan perbandingan tingkat risiko

yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko

yang ditetapkan ketika konteksnya dipertimbangkan.


13

Berdasarkan perbandingan ini, kebutuhan akan pengobatan bisa

jadi dipertimbangkan.

Keputusan harus mempertimbangkan konteks risiko yang

lebih luas dan mencakup pertimbangan toleransi risiko yang

ditanggung oleh pihak selain organisasi yang diuntungkan dari

risiko tersebut. Keputusan harus dibuat sesuai dengan

persyaratan hukum, peraturan, dan lainnya.

Dalam beberapa keadaan, evaluasi risiko dapat mengarah

pada keputusan untuk melakukan analisis lebih lanjut. Evaluasi

risiko juga dapat menghasilkan keputusan untuk tidak

menangani risiko dengan cara apa pun selain mempertahankan

kontrol yang ada. Keputusan ini akan dipengaruhi oleh sikap

risiko organisasi dan kriteria risiko yang telah ditetapkan.

2.1.5 Perlakuan Terhadap Risiko

Perlakuan risiko melibatkan pemilihan satu atau lebih opsi

untuk memodifikasi risiko, dan menerapkan opsi tersebut. Setelah

diterapkan, perawatan menyediakan atau memodifikasi kontrol.

Perlakuan risiko melibatkan proses siklus dari :

- menilai perlakuan risiko;

- memutuskan apakah tingkat risiko sisa dapat ditoleransi;

- jika tidak dapat ditoleransi, menghasilkan perlakuan risiko

baru; dan
14

- menilai keefektifan pengobatan itu.

Pilihan perlakuan risiko tidak selalu eksklusif atau sesuai dalam

semua keadaan. Opsinya dapat meliputi :

a. menghindari risiko dengan memutuskanuntuk tidak memulai

atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko;

b. mengambil atau meningkatkan risiko untuk mengejar peluang;

c. menghilangkan sumber risiko;

d. mengubah kemungkinan;

e. mengubah konsekuensi;

f. berbagi risiko dengan pihak atau pihak lain (termasuk kontrak dan

pembiayaan risiko); dan

g. mempertahankan risiko dengan keputusan yang diinformasikan.

Memilih opsi perlakuan risiko yang paling tepat melibatkan

penyeimbangan biaya dan upaya penerapan dengan manfaat yang

diperoleh, terkait dengan persyaratan hukum, peraturan, dan lainnya

seperti tanggung jawab sosial dan perlindungan lingkungan alam.

Keputusan juga harus dipertimbangkan. Risiko yang dapat menjamin

perlakuan risiko yang tidak dapat dibenarkan atas dasar ekonomi,

misalnya berat (konsekuensi negatif tinggi) tapi jarang (kemungkinan

kecil).

Sejumlah pilihan pengobatan dapat dipertimbangkan dan

diterapkan baik secara individu maupun kombinasi. Rumah sakit

biasanya dapat memperoleh keuntungan dari penerapan kombinasi


15

pilihan pengobatan.

Saat memilih opsi perlakuan risiko, organisasi harus

mempertimbangkan nilai dan persepsi pemangku kepentingan dan

cara paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Jika pilihan

perlakuan risiko dapat berdampak pada risiko di tempat lain dalam

organisasi atau dengan pemangku kepentingan, ini harus dilibatkan

dalam keputusan. Meskipun sama efektifnya, beberapa perlakuan

risiko bisa lebih diterima oleh beberapa pemangku kepentingan

daripada yang lain.

Rencana perawatan harus dengan jelas mengidentifikasi urutan

prioritas di mana perawatan risiko individu harus dilaksanakan.

Perlakuan risiko itu sendiri dapat menimbulkan risiko. Risiko

yang signifikan dapat berupa kegagalan atau ketidakefektifan

tindakan penanganan risiko. Pemantauan perlu menjadi bagian

integral dari rencana perlakuan risiko untuk memberikan jaminan

bahwa tindakan tersebut tetap efektif.

Perlakuan risiko juga dapat menimbulkan risiko sekunder yang

perlu dinilai, ditangani, dipantau, dan ditinjau. Risiko sekunder ini

harus dimasukkan ke dalam rencana perlakuan yang sama dengan

risiko awal dan tidak diperlakukan sebagai risiko baru. Hubungan

antara kedua risiko tersebut harusdiidentifikasi dan dipertahankan.

Tujuan dari rencana perlakuan risiko adalah untuk

mendokumentasikan bagaimana pilihan pengobatan yang dipilih akan


16

dilaksanakan. Informasi yang diberikan dalam rencana perawatan

harus mencakup :

- alasan pemilihan pilihan pengobatan, termasuk manfaat yang

diharapkan akandiperoleh;

- mereka yang bertanggung jawab untuk menyetujui rencana dan

mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana;

- tindakan yang diusulkan;

- persyaratan sumber daya termasuk kemungkinan;

- ukuran dan batasan kinerja;

- persyaratan pelaporan dan pemantauan; dan

- waktu dan jadwal.

Rencana perawatan harus diintegrasikan dengan proses

manajemen organisasi dan didiskusikan dengan pemangku

kepentingan yang sesuai.

Pengambil keputusan dan pemangku kepentingan lainnya harus

menyadari sifat dan tingkat risiko residual setelah perlakuan risiko.

Risiko sisa harus didokumentasikan dan menjadi sasaran pemantauan,

tinjauan dan, jika sesuai, penanganan lebih lanjut.

2.1.6 Monitoring and Review

Baik pemantauan dan peninjauan harus menjadi bagian yang

direncanakan dari proses manajemen risiko dan melibatkan

pemeriksaan atau pengawasan rutin. Ini bisa berkala atau ad hoc.

Tanggung jawab untuk memantau dan meninjau harus


17

didefinisikan dengan jelas. Proses pemantauan dan peninjauan

organisasi harus mencakup semua aspek proses manajemen risiko

untuk tujuan :

- memastikan bahwa pengendalian efektif dan efisien baik dalam

desain maupun operasi;

- mendapatkan informasi lebih lanjut untuk meningkatkan

penilaian risiko;

- menganalisis dan mempelajari pelajaran dari peristiwa (termasuk

nyaris gagal), perubahan, tren, keberhasilan dan

- kegagalan;

- mendeteksi perubahan dalam konteks eksternal dan internal,

termasuk perubahan kriteria risiko dan risiko itu sendiri

- yang membutuhkan revisi perlakuan dan prioritas risiko; dan

- mengidentifikasi risiko yang muncul.

Kemajuan dalam menerapkan rencana perlakuan risiko

memberikan ukuran kinerja. Hasilnya dapat dimasukkan ke dalam

manajemen kinerja organisasi secara keseluruhan, pengukuran dan

kegiatan pelaporan eksternal dan internal.

Hasil pemantauan dan tinjauan harus dicatat dan dilaporkan

secara eksternal dan internal sebagaimana mestinya, dan juga harus

digunakan sebagai masukan untuk tinjauan kerangka manajemen

risiko.

2.1.7 Pencatatan Proses Manajemen Risiko


18

Aktivitas manajemen risiko harus dapat dilacak. Dalam proses

manajemen risiko, catatan memberikan landasan untuk perbaikan

metode dan alat, serta dalam keseluruhan proses. Keputusan tentang

pembuatan catatan harus mempertimbangkan:

- Kebutuhan organisasi untuk pembelajaran berkelanjutan;

- Manfaat menggunakan kembali informasi untuk tujuan

manajemen;

- Biaya dan upaya yang terlibat dalam pembuatan dan

pemeliharaan catatan;

- Kebutuhan hukum, peraturan dan operasional untuk catatan;

- Metode akses, kemudahan pengambilan dan media

penyimpanan;

- Periode retensi; dan

- Sensitivitas informasi.

2.1.8 Sistem Manajemen Risiko PTK.005 SKK MIGAS

2.1.8.1 Indentifikasi Risiko K3LL

Salah satu hal terpenting dalam proses Identifikasi

Risiko tersebut adalah mengidentifikasi tanggung jawab

pelaksanaan K3LL antara KKKS dan Mitra Kerjanya, atau

yang biasa disebut sebagai Mode Kontrak, seperti dijelaskan

di Tabel 2.1 berikut.


19

Tabel 2.1 Mode Kontrak

Sumber : Pedoman Tata Kerja.005 SKK MIGAS

Personel yang dilibatkan dalam Identifikasi Risiko

K3LL harus memiliki kompetensi yang sesuai. KKKS harus

menerapkan instrumen dan teknik Identifikasi Risiko yang

sesuai dengan tujuan dan kemampuan, dan untuk Risiko yang

dihadapi. Dalam mengidentifikasi Risiko, KKKS

menggunakan matriks analisis yang terdapat pada Lampiran 3

Matriks Penilaian Risiko. Identifikasi Risiko K3LL mencakup

jenis pekerjaan yang diklasifikasikan dalam kategori Rendah

(R), Sedang (S) atau Tinggi (T).

Dalam mengelola kegiatan yang dilakukan oleh Mitra

Kerja, KKKS dapat menggunakan profil Risiko setiap jenis

kegiatan yang sudah ditetapkan di dalam Tabel

Pengelompokan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Risiko. Apabila


20

jenis pekerjaan yang akan dilakukan tidak terdapat dalam tabel

tersebut, maka KKKS dapat menetapkan kategori Risiko

pekerjaan sesuai dengan kajian Risiko berdasarkan Lampiran

3 Matriks Penilaian Risiko.

2.1.8.2 Identifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah

kombinasi dari peluang terjadinya paparan atau kejadian

berbahaya (insiden) terkait pekerjaan dan tingkat keparahan

dari cedera dan dampak kesehatan (penyakit) yang

ditimbulkan. KKKS dalam mengidentifikasi Risiko kesehatan

dan keselamatan kerja atau sumber bahaya harus

mempertimbangkan :

a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi

bahaya;

b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat

terjadi.

2.1.8.3 Identifikasi Risiko Lindungan Lingkungan

KKKS dalam mengidentifikasi atau menentukan Risiko

lindungan lingkungan harus memperhitungkan dampak

lingkungan penting, kondisi abnormal dan Keadaan Darurat.

Dalam mengidentifikasi Risiko lindungan lingkungan, selain

menggunakan instrumen AMDAL atau UKL-UPL,KKKS


21

melakukan Kajian

Rona Lingkungan Awal/Environmental Baseline

Assessment (EBA) dan Kajian Lingkungan Akhir

Operasi/Environmental Final Assessment (EFA).

2.1.8.4 Analisis dan Evaluasi Risiko K3LL

KKKS melaksanakan analisis dan Evaluasi Risiko

K3LL untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap

tingkat Risiko K3LL. Analisis Risiko memberikan dasar untuk

Evaluasi Risiko serta keputusan dalam perlakuan Risiko.

KKKS harus melaksanakan analisis dan Evaluasi Risiko

K3LL untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap

tingkat Risiko K3LL.

Dalam melakukan analisis dan Evaluasi Risiko K3LL

untuk kegiatan yang dilakukan oleh Mitra Kerja, KKKS dapat

menggunakan profil Risiko setiap jenis kegiatan yang sudah

ditetapkan di dalam formulir pengelolaan Risiko K3LL Mitra

Kerja. Apabila profil Risiko belum diketahui dapat

menggunakan metode yang diatur dalam pengelolaan Risiko

K3LL Mitra Kerja seperti disampaikan dalam Bab IV PTK

SKKMIGAS 005. Pengelolaan Kesehatan,Keselamatan Kerja

dan Lindungan Lingkungan untuk Mitra Kerja KKKS. KKKS

membuat, menerapkan dan memelihara proses pengelolaan

K3LL untuk :
22

a. Mengidentifikasi dan mengakses persyaratan peraturan

perundangundangan dan persyaratanlain yang terkait

dengan Risiko K3LL, dan

b. Menentukan bagaimana persyaratan ini dipakai dalam

Evaluasi Risiko K3LL.

2.1.8.5 Perlakuan Risiko K3LL

Pengendalian Risiko K3LL dilakukan melalui beberapa

metode, antara lain :

a. Pengendalian administrasi dan teknis/rekayasa yang

meliputi pencegahan, eliminasi, substitusi, isolasi,

ventilasi, higiene, sanitasi, kuratif, rehabilitasi, dan

pengelolaan aspek lingkungan;

b. Kompetensi (pendidikan dan pelatihan);

c. Pembangunan kesadaran dan motivasi;

d. Evaluasi melalui audit internal dan eksternal serta

rekomendasi hasil penyelidikan insiden.

2.1.8.6 Pengelolaan Perubahan

KKKS harus melakukan manajemen perubahan

(management of change) untuk memastikan kesesuaian

pengelolaan K3LL apabila terjadi perubahan proses,

teknologi, kondisi lingkungan atau peraturan perundang-

undangan dari kondisi awal yang sudah disepakati dalam


23

bentuk tertulis.

2.1.8.7 Alih Kelola Wilayah Kerja terkait Kajian dan

Pengendalian Risiko

Setiap KKKS memastikan :

a. Seluruh fasilitas operasi produksi dan penunjang operasi

dalam keadaan layak operasi (berdasarkan Persetujuan

Layak Operasi (PLO) dari Kementerian ESDM Ditjen

Migas) saat dikembalikan kepada pemerintah Republik

Indonesia

b. Fasilitas yang masih dioperasikan dan sudah melewati

umur desain teknis harus dilengkapi dengan kajian sisa

umur pakai.

2.1.9 Sistem Manajemen Risiko ISO 45001

Ketika merencanakan SMK3, organisasi harus

mempertimbangkan isu-isu yang merujuk pada 4.1 (konteks),

persyaratan yang merujuk pada 4.2 (pihak yang berkepentingan) dan

4.3 (ruang lingkup SMK3) serta menentukan risiko dan peluang yang

perlu dikelola untuk :

a. memberikan jaminan bahwa SMK3 dapat mencapai hasil yang

diinginkan;

b. mencegah atau mengurangi efek yang tidak

diinginkan;
24

c. mencapai peningkatan berkelanjutan.

Ketika menentukan risiko dan peluang dalam SMK3 serta hasil

yang diinginkan yang perlu dikelola, organisasi harus

mempertimbangkan :

- bahaya;

- risiko K3 dan risiko lainnya;

- peluang K3 dan peluang lainnya;

- persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan

lainnya.

Dalam proses-proses perencanaannya, organisasi harus

menentukan dan menilai risiko serta peluang yang relevan dengan

hasil yang diharapkan dari SMK3 yang terkait dengan perubahan

dalam organisasi, prosesnya atau SMK3. Dalam kasus perubahan

yang direncanakan, permanen atau sementara, penilaian tersebut harus

dilakukan sebelum perubahan dilaksanakan. Organisasi harus

memelihara informasi terdokumentasi :

a. risiko dan peluang;

b. proses-proses dan tindakan yang diperlukan untuk menentukan

dan mengatasi risiko dan peluang sejauhyang diperlukan untuk

memberikan keyakinan bahwa hal tersebut dilaksanakan sesuai

rencana.

2.1.10 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dan Peluang


25

1. Identifikasi Bahaya

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan

memelihara suatu proses-proses untukidentifikasi bahaya yang

sedang berlangsung dan proaktif. Proses- proses tersebut harus

mempertimbangkan, tetapi tidak terbatas pada :

a. bagaimana pekerjaan diatur, faktor sosial (termasuk beban

kerja, jam kerja,victimization, pelecehan dan intimidasi),

kepemimpinan dan budaya di organisasi;

b. kegiatan dan situasi yang rutin dan non-rutin, termasuk

bahaya yang timbul dari :

- infrastruktur, peralatan, material, zat

dan kondisi fisik tempat kerja;

- desain produk dan layanan,

penelitian, pengembangan,

pengujian, produksi,

- perakitan, konstruksi, penyampaian

layanan, pemeliharaan dan

pembuangan;

- faktor manusia;

- bagaimana pekerjaan dilakukan;

c. insiden yang relevan di masa lalu, internal atau eksternal

organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya;


26

d. potensi situasi darurat;

e. orang, termasuk pertimbangan:

- mereka yang memiliki akses ke tempat kerja dan

kegiatan yang dilakukan, termasuk pekerja, kontraktor,

pengunjung, dan lainnya;

- orang-orang di sekitar tempat kerja yang dapat

terpengaruh oleh kegiatan organisasi;

- pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali

langsung organisasi;

f. isu-isu lainnya, termasuk pertimbangan:

- desain area kerja, proses, instalasi, mesin / peralatan,

prosedur operasi dan pengaturan pekerjaan, termasuk

penyesuaiannya dengan kebutuhan dan kemampuan

para pekerja yang terlibat;

- situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang

disebabkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan

pekerjaan di bawah kendali organisasi;

- situasi yang tidak kendalikan oleh organisasi dan

terjadi di sekitar tempat kerja yang dapat menyebabkan

cedera dan gangguan kesehatan dalam hubungan kerja

bagi orang-orang di tempat kerja;

g. perubahan aktual atau yang diusulkan dalam organisasi,

operasi, proses, kegiatan dan SMK3;


27

h. perubahan pengetahuan, dan informasi mengenai bahaya.

2. Penilaian risiko K3 dan risiko terkait SMK3

lainnya Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan

memelihara proses-proses untuk:

a. menilai risiko K3 dari bahaya yang teridentifikasi,

sementara mempertimbangkan efektivitas pengendalian

risiko yang sudah ada;

b. menentukan dan menilai risiko lain yang terkait dengan

penetapan, penerapan, pengoperasian dan pemeliharaan

SMK3.

Metodologi dan kriteria organisasi untukpenilaian risiko

K3 harus didefinisikan dengan memperhatikan ruang lingkup,

sifat dan waktunya, untuk memastikan metodologi dan kriteria

tersebut proaktif bukan reaktif dan digunakan secara sistematis.

Metodologi dan kriteria yang digunakan harus dipelihara dan

disimpan sebagai informasi yang terdokumentasi.

3. Penilaian peluang K3 dan peluang terkait sistem

manajemen K3

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan

memelihara suatu atau beberapa proses untuk menilai :

a. Peluang K3 untuk meningkatkan kinerja K3, dengan

mempertimbangkan perubahan – Perubahan yang


28

direncanakan terhadap organisasi, kebijakannya,

prosesnya ataukegiatannya dan:

- Peluang-peluang untuk menyesuaikan pekerjaan,

pengaturan pekerjaan dan lingkungan kerja

dengan pekerja;

- Peluang-peluang untuk eliminasi bahaya dan

mengurangi risiko K3;

b. peluang lainnya untuk memperbaiki SMK3.

2.1.11 Penentuan persyaratan peraturan perundang- undangan dan

persyaratan lainnya

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

proses-proses untuk : menentukan dan memiliki akses ke persyaratan

peraturan perundang-undangan terbaru dan persyaratan lain yang

berlaku untuk bahaya, risiko K3 dan SMK3 organisasi;

a. menentukan bagaimana persyaratan peraturan perundang-

undangan dan persyaratan lainnya tersebut berlaku untuk

organisasi dan apa yang perlu dikomunikasikan;

b. mempertimbangkan persyaratan peraturan perundang-

undangan dan persyaratan lainnya ketika menetapkan,

menerapkan, memelihara dan meningkatkan SMK3 secara

berkelanjutan.

c. Organisasi harus memelihara dan menyimpan informasi

terdokumentasi terkait persyaratan peraturan perundang-


29

undangan dan persyaratan lainnya dan harus memastikan

bahwa informasi tersebut diperbarui untuk merefleksikan

setiap perubahan yang terjadi.

2.1.12 Tindakan Perencanaan

a. Organisasi harus merencanakan, Tindakan untuk :

- mengatasi risiko dan peluang;

- memenuhi persyaratan peraturan perundang- undangan

dan persyaratan lainnya;

- mempersiapkan dan menanggapi situasidarurat;

b. Bagaimana cara :

- mengintegrasikan dan menerapkan tindakan- tindakan

ke dalam proses SMK3 atau proses bisnis lainnya;

- mengevaluasi efektivitas tindakan- tindakan tersebut.

Organisasi harus mempertimbangkan hierarki pengendalian dan

keluaran dari SMK3 saat merencanakan tindakan.

Ketika merencanakan tindakan-tindakan tersebut, organisasi

harus mempertimbangkan praktik terbaik, pilihan teknologi dan

persyaratan keuangan, operasional dan bisnis.

2.1.13 Sistem Manajemen Risiko AS/NZ 4360

Standar ini memberikan panduan umum untuk mengelola risiko.

Standar ini dapat diterapkan pada berbagai aktivitas, keputusan atau


30

operasi perusahaan publik, swasta atau komunitas, grup atau individu.

Sementara Standar memiliki penerapan yang sangat luas, risiko proses

manajemen biasanya diterapkan oleh organisasi atau kelompok dan

sebagainya, untuk kenyamanan, istilah 'organisasi' telah digunakan di

seluruh standar ini.

Standar ini menetapkan elemen-elemen proses manajemen

risiko, tetapi bukan tujuan Standar ini untuk menegakkan

keseragaman sistem manajemen risiko. Rancangan dan implementasi

sistem manajemen risiko akan dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan

organisasi, tujuan khususnya, produk dan layanannya, serta proses dan

praktik khusus yang digunakan.

Menurut AS/NZ 4360 manajemen risiko merupakan

penerapan sistematis dari kebijakan, prosedur dan praktik

untuk tugas berkomunikasi, menetapkan konteks,

mengidentifikasi,menganalisis, mengevaluasi, merawat, memantau

dan meninjau risiko. Bagian ini memberikan gambaran singkat

tentang proses manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan

bagian integral dari manajemen yang baik. Ini adalah proses berulang

dari peningkatan berkelanjutan yang paling baik ditanamkan ke dalam

praktik atau proses bisnis yang ada.

Elemen utama dari proses manajemen risiko seperti ditunjukkan

gambar 2.3 berikut, adalah sebagai berikut


31

Gambar 2.3 Proses system manajemen-overview

2.1.14 Berkomunikasi dan berkonsultasi

Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan internal dan eksternal

pemangku kepentingan yang sesuai di setiap tahap risiko proses

manajemen dan tentang proses secara keseluruhan Tetapkan

konteksnya tetapkan konteks eksternal, internal dan manajemen risiko

dalam dimana proses selanjutnya akan berlangsung. Kriteria


32

melawan risiko mana yang akan dievaluasi harus ditetapkan dan

struktur analisis yang ditentukan.

2.1.15 Identifikasi risiko

Identifikasi di mana, kapan, mengapa dan bagaimana peristiwa

dapat mencegah, menurunkan, menunda atau meningkatkan

pencapaian tujuan.

2.1.16 Analisa risiko

Identifikasi dan evaluasi kontrol yang ada. Menentukan

konsekuensi dan kemungkinan dan karenanya tingkat risikonya. Ini

Analisis harus mempertimbangkan kisaran konsekuensi potensial dan

bagaimana ini bisa terjadi.

2.1.17 Evaluasi risiko

Bandingkan perkiraan tingkat risiko dengan yang telah

ditetapkan sebelumnya kriteria dan mempertimbangkan

keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil yang merugikan. Hal

ini memungkinkan pengambilan keputusan tentang sejauh mana dan

sifat perawatan yang diperlukan dan tentang prioritas.

2.1.18 Pengelolaan risiko

Mengembangkan dan menerapkan strategi hemat biaya khusus

dan rencana aksi untuk meningkatkan potensi manfaat dan

mengurangi biaya potensial.


33

2.1.19 Monitor dan review

Efektifitas semua langkah dalam proses manajemen risiko perlu

dipantau. Ini penting untuk perbaikan berkelanjutan. Risiko dan

keefektifan tindakan pengelolaan perlu dipantau untuk memastikan

perubahan keadaan tidak mengubah prioritas.

Manajemen risiko dapat diterapkan di banyak tingkatan dalam

suatu organisasi. Ini dapat diterapkan pada tingkat strategis, taktis dan

operasional. Ini dapat diterapkan pada proyek tertentu, untuk

membantu dengan spesifik keputusan atau untuk mengelola area

risiko tertentu yang diakui.

Untuk setiap tahapan proses, catatan harus disimpan agar dapat

diaktifkan keputusan untuk dipahami sebagai bagian dari proses yang

berkelanjutan perbaikan

2.1.20 Sistem Manajemen Risiko FMEA

Metode failure mode effect and analysis (FMEA) merupakan

metode yang diimplementasikan untuk mengidentifikasi potensi

risiko kegagalan proses pekerjaan dengan menentukan dampak dan

mengidentifikasi tindakan untuk mengurangi risiko kerja (Ririh,

Sundari, & Wulandari, 2018) melalui analisis risiko sirkulatif

(Gaspersz, 2002). Identifikasi kegagalan dilakukan menentukan

tingkat potensial kejadian (Occurrence), tingkat keparahan (severity),

dan tingkat deteksi (Detection) (Stamatis, 2003).

Metode failure mode effect and analysis (FMEA) merupakan


34

Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan,

mengidentifikasikan, dan menghilangkan kegagalan dan/atau potensi

kegagalan yang diketahui dari sistem/design/proses/servis sebelum

kegagalan tersebut sampai ketangan pelanggan (omdahl 1998; ASQC

1983). Analisa / evaluasi dapat dilakukan berdasarkan :

1. Menggunakan historical data. Hasil analisa dari part yang

sejenis, dari data warranty, internal defect, customer complain,

pengalaman engineer.

2. Kesimpulan statistik, model matematik, simulasi, reliability

engineering, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

dan menetapkan kegagalan

Gambar 2.4 Proses manajemen FMEA


35

2.1.21 Langkah Langkah FMEA

Selama studi FMEA produk/proses/layanan/sistem yang

ditinjau dipecah menjadi beberapa item / subsistem yang lebih kecil.

Untuk setiap item, langkahlangkah berikut dilakukan (Dyadem, 2003

dalam Ramli, 2017):

1. Tentukan item yang sedang dianalisis.

2. Tentukan fungsi item yang sedangdianalisis.

3. Identifikasi semua mode kegagalan potensial untuk item tersebut

4. Tentukan penyebab masing-masing mode kegagalan potensial.

5. Identifikasi efek dari setiap mode kegagalan potensial tanpa

mempertimbangkan kontrol saat ini.

6. Identifikasi dan membuat daftar kontrol untuk setiap mode

kegagalan potensial

7. Tentukan tindakan korektif / preventif yang paling tepat dan

rekomendasi berdasarkan analisis risiko.

Setelah melewati semua item untuk setiap kegagalan, tetapkan

peringkat (dari 1 sampai 10, rendah ke tinggi) untuk tingkat

keparahan, kejadian dan deteksi. Tentukan RPN dan gunakan untuk

memprioritaskan rekomendasi. Tingkat keparahan harus didasarkan

pada efek terburuk dari mode kegagalan potensial.

Jika tidak ada tindakan yang direkomendasikan untuk mode

kegagalan potensial tertentu, penyebab kegagalan atau kontrol yang

ada, masukkan "Tidak Ada". Jika ini merupakan tindak lanjut dari
36

FMEA yang ada, catat setiap tindakan yang diambil untuk

menghilangkan atau mengurangi risiko mode kegagalan. Tentukan

RPN yang dihasilkan sebagai risiko mode kegagalan potensial

dikurangi atau dihilangkan. Setelah tindakan korektif telah dilakukan,

RPN yang dihasilkan ditentukan dengan mengevaluasi kembali

peringkat keparahan, kejadian dan deteksi. Perbaikan dan tindakan

perbaikan harus dilanjutkan sampai RPN yang dihasilkan berada pada

tingkat yang dapat diterima untuk semua mode kegagalan

potensial.

2.1.22 Terminologi FMEA

1. Potensi modus kegagalan

Modus kegagalan potensial adalah cara di mana

kegagalan dapat terjadi yaitu cara di mana item terakhir dapat

gagal untuk melakukan fungsi desain dimaksudkan, atau

melakukan fungsi tetapi gagal untuk memenuhi tujuan. Modus

kegagalan potensial juga dapat menjadi penyebab dari modus

kegagalan potensial lain dalam tingkat yang lebih tinggi

subsistem atau sistem, atau menjadi efek dari satu komponen

sampai tingkat yang lebih rendah.

2. Potensi penyebab kegagalan

Potensi penyebab kegagalan mengidentifikasi akar

penyebab modus kegagalan potensial, bukan gejala dan


37

memberikan indikasi kelemahan desain yang mengarah ke

modus kegagalan. Identifikasi dari akar penyebabpenting bagi

pelaksanaan tindakan pencegahan atau perbaikan.

3. Efek Kegagalan Potensial

Efek kegagalan potensial mengacu pada hasil potensial

dari potensi kegagalan pada sistem, desain, proses atau

layanan. Efek kegagalan potensial perlu dianalisis berdasarkan

dampak lokal dan global. Efek lokal merupakan hasil dengan

hanya dampak terisolasi yang tidak mempengaruhi fungsi /

komponen lain dan memiliki efek pada sistem.

4. Severity (Keparahan)

Keparahan adalah keseriusan efek dari kegagalan.

Keparahan adalah penilaian dari efek kegagalan pada

pengguna akhir, daerah setempat dan di antara daerah

berikutnya yang lebih tinggi. Penilaian keparahan hanya

berlaku untuk efek. Keparahan dapat dikurangi hanya melalui

perubahan dalam desain. Jika perubahan desain dapat dicapai,

kegagalan mungkin dapat dihilangkan.

5. Occurrence (Kejadian)

Kejadian adalah frekuensi kegagalan adalah seberapa

sering kegagalan dapat diharapkan terjadi.


38

6. Detection (Deteksi)

Deteksi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi

kegagalan sebelum mencapai pengguna akhir / pelanggan.

7. Risk Priority Number (RPN)

Sebuah RPN adalah pengukuran risiko relatif, dihitung

dengan mengalikan bersama keparahan, kejadian, dan

penilaian deteksi. RPN ditentukan sebelum

2.1.23 Perhitungan Risk Priority Number (RPN)

Untuk menetukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka

harus terlebih dahulu mendefinisikan tentang Severity, Occurrence,

Detection yang hasil akhirnya berupa RPN (Risk Priority Number).

Perhitungan RPN (Risk Priority Number) dari hasil FMEA: RPN = S

x O x D Menyediakan pendekatan evaluasi alternatif untuk Analisis

Kekritisan. Jumlah prioritas risiko memberikan perkiraan numerik

kualitatif risiko desain. RPN didefinisikan sebagai produk dari tiga

faktor independen dinilai : § S= Saverity (tingkat keparahan) § O=

Occurrence (tingkat kejadian) § D= Detection (Deteksi). Berikut

adalah penjelasan dari ke 3elemen tersebut:

1. Saverity/Tingkat keparahan adalah perkiraan subjektif numerik

dari seberapa parah pelanggan (pengguna berikutnya) atau

pengguna akhir yang akan merasakan Efek Kegagalan.


39

Tabel 2.2 Saverity FMEA

Rangking Kriteria
1 Negligible severity (pengaruh buruk yang dapat
diabaikan).Kita tidak perlu memikirkan bahwa akibat
ini akan berdampak pada kinerja produk.
Pengguna akhir mungkin tidak akan memperhatikan
kecacatan ini

2 Mild severity (pengaruh buruk yang ringan). Akibat


3 yang ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna
akhir tidak akan merasakan perubahan kinerja.

Perbaikan dapat dikerjakan pada saat pemeliharaan


regular.
4 Moderate severity (pengaruh buruk yang moderat).
Pengguna akhir akan merasakan penurunan kinerja,
5 namun masih dalam batas toleransi.

6 Perbaikan yang dilakukan tidak mahal dan dapat


selesai dalam waktu singkat.

7 High severity (pengaruh buruk yang tinggi).


8 Pengguna akan merasakan akibat buruk yang akan
diterima, berada diluar batas toleransi.

Perbaikan yang dilakukan sangat mahal.


9 Potential safety problems (masalah keamanan
potensial). Akibat yang di timbulkan sangat
10 berbahaya dan berpengaruh terhadap keselamatan
pengguna.

Bertentangan dengan hukum.


40

2. Occurence/Tingkatan waktu atau kemungkinan terjadinya

kadang-kadang disebut, adalah estimasi subjektif numerik dari

kemungkinan yang menyebabkan, jika terjadi, akan

menghasilkan failure mode dan efek khususnya.

Tabel 2.3 Occurance FMEA

Degree Berdasarkan pada frekuensi Rating


Kejadian
Remote 0,01 per 1000 item 1

Low 0,1 per 1000 item 2

0,5 per 1000 item 3

1 per 1000 item 4


Moderate
2 per 1000 item 5

5 per 1000 item 6

High 10 per 1000 item 7

20 per 1000 item 8

Very 50 per 1000 item 9


High
100 per 1000 item 10
41

3. Detection/ Deteksi kadang-kadang disebut efektifitas. Ini

adalah perkiraan subjektif numerik efektivitas kontrol untuk

mencegah atau mendeteksi penyebab atau failure mode

sebelum kegagalan mencapai pelanggan. Asumsinya adalah

yang menyebabkan telah terjadi.

Tabel 2.4 Detection FMEA

Rating Kriteria Berdasarkan


pada frekuensi
kejadian
1 Metode pencegahan sangat 0,01 per 1000
efektif. Tidak ada Item
kesempatan bahwa
penyebab muncul
0,1 per 1000
2 Item
Kemungkinan penyebab
terjadi sangat rendah 0,5 per 1000
3
item
4 Kemungkinan penyebab 1 per 1000 item
terjadi bersifat moderat. 2 per 1000 item
5
Metode pencegahan kadang 5 per 1000 item
6 memungkinkan penyebab
itu terjadi
Kemungkinan penyebab
10 per 1000
7 terjadi masih tinggi. Metode
item
pencegahan kurang efektif,
20 per 1000
8 penyebab masih berulang
item
kembali
9 Kemungkinan penyebab
50 per 1000
terjadi sangat tinggi.
10 item
Metode pencegahan tidak
100 per 1000
efektif, penyebab selalu
item
berulang kembali.
42

2.2 Gambaran Sistem Manajemen Risiko di Perusahaan Migas Berdasarkan

Jurnal

2.2.1 Sistem Manajemen Risiko di PT X dengan Metode HIRARC

2.2.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif. Menurut Nurbuko (2005), metode deskriptif yaitu

memberikan gambaran secara jelas suatu masalah dan

keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya, sehingga

hanya merupakan pengungkapan suatu fakta dan data yang

diperoleh serta digunakan sebagai bahan penulisan. Analisis

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pengamatan lapangan dan analisis dokumen dengan

metode HIRARC(Hazard Identification Risk Assessment and

Risk Control) dengan tahapan mengidentifikasi bahaya

danmenilai risiko serta pengendalianya kemudian dilakukan

analisis risk rating untuk mengetahui tingkat risiko yang ada.

2.2.2 Pembahasan

1. Identifikasi Bahaya

Proses identifikasi bahaya adalah proses lanjutan dari

identifikasi kegiatan, pada proses identifikasi bahaya akan

dilakukan penjabaran resiko dari setiap kegiatan yang sudah

diidentifikasi.
43

Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian ini

kegiatan atau aktivitas yang dilakukan yaitu: pekerjaan panas

yang di dalamnya terdapat pengelasan, pengerindaan,

pemotongan, serta pengeboran. Pekerjaan dingin bekerja di

ketinggian, pengecatan perbaikan intalasi pipa, perbaikan

mesin/pompa sera perbaikan listrik, civil dan mechanic. Pada

bagian ini kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan perawatan.

Tindakan perawatan infrastuktur paling banyak adanya

kecelakaan dan perbuatan yang mengarah pada tindakan yang

mengandung bahaya kerja selalu diikuti dengan potensi

terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian manusia,

cara penggunaan peralatan yang salah atau tidak semestinya,

pemakaian alat pelindung diri yang kurang baik dan kesalahan

lain yang terjadi dilingkungan kerja. Konsultasi dengan karyawan

yang berpengalaman adalah salah satu hal yang paling mudah dan

efektif dalam proses pengidentifikasian bahaya di tempat kerja,

karyawan tersebut lebih tahu apa saja yang dapat dilakukan

dengan cara yang salah dan mereka tahu alasan kenapa,

berdasarkan pengalaman kerja mereka sebelumnya.


44

Tabel 2.5 Identifikasi Bahaya dan Risiko K3

No Proses Potensi Bahaya Risiko


1 Pengelasan A. Terkena asap las
-Manusia -Gangguan
-Lingkungan Pernafasan
-Asset

B. Percikan api las


-Manusia -Cedera anggota
-Lingkungan badan
-Asset -Kebakaran

C. Radiasi sinar las


-Manusia -Gangguan
-Lingkungan Penglihatan
-Asset

D. Tersengat arus listrik


-Manusia - Cedera anggota
-Lingkungan badan/Kematian
-Asset

2. Penilaian Risiko

Penilaian potensi bahaya yang diidentifikasi bahaya risiko

melalui analisa dan evaluasi bahaya risiko yang dimaksudkan

untuk menentukan besarnya risiko dengan mempertimbangkan

kemungkinan terjadi dan besar akibat yang ditimbulkan.

Penelitian resiko (risk assessment) mencakup dua tahap proses

yaitu menganalisa resiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko

(risk evaluation). Kedua tahap ini sangat penting karena akan

menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko.

Parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian


45

resiko adalah likelihood dan severity. Likelihood adalah

probabilitas terjadinya kecelakaan kerja. Parameter pengukuran

likelihood yang digunakan dalam penelitian ini adalah seberapa

sering terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja.

Risk rating menggambarkan seberapa besar dampak dari potensi

bahaya yang diidentifikasi yang kemudian akan dilihat dengan

bantuan tabel risk matrix. Contoh dari risk assessment pada

Tabel.

Tabel 2.6 Penilaian Risiko Pengelasan

No Proses Potensi Bahaya Risiko S P Nilai Signifikan


Risiko
1 Pengelasan B. Percikan api
las

-Manusia Cedera 2 2 4 Sedang

-Lingkungan

-Asset Kebakaran 4 3 12 Ekstrim

Hasil Penilaian berdasarkan risk assessment terdapat 70

risiko bahaya dalam tindakan perawatan infrastuktur. Penilaian

risiko ditujukan untuk menyusun prioritas penanganan bahaya

yang sudah diidentifikasi. Tindakan kontrol dimulai dari bahaya

yang mempunyai risiko tinggi kemudian yang lebih rendah

tingkat bahayanya. Nilai

risiko yang ada dalam tindakan perbaikan dan perawatan


46

infastuktur untuk sebagian besar jenis kegiatan risiko bahanya

sedang 54%, terdapat juga risiko tinggi 27%, rendah 16% dan

extrim 3% Prioritas risiko yang perlu dilakukan adalah

meniminalisir risiko yang ada, dengan cara rekayasa

engineering/modifikasi, training, instruksi kerja dan pemakaian

alat pelindung diri yang sesuai.

3. Pengendalian Risik

Risk control bertujuan untuk meminimalkan tingkat risiko

dari potensi bahaya yang ada. Contoh dari risk control dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.7 Risk Control

Proses Potensi Risiko Signifikan Pengendalian Legal


bahaya risiko & other
Requirements
Pengelasan Percikan
api las

Manusia Cedera Sedang APD PermankerTran


s
08/MEN/VII/20
10
Lingkungan - - -

Asset Kebakaran Ekstim PERMIT Permenaker


Per02/Men/1
983
BAB III

METODOLOGI

3.1 Pengambilan Data

Dalam melaksanakan studi literatur Kerja Praktek, mahasiswa

diharapkan mampu melakukan analisis yaitu data yang diperoleh dari jurnal,

buku, dan juga peraturan perundangan yang berkaitan dengan Sistem

Menejemen Resiko dan di analisis lalu disimpulkan sehingga mendapatkan

kesimpulan mengenai studi literatur. Untuk mendukung Kerja Praktek dan

kajian yang akan dilakukan pengumpulan data melalui berbagai literasi.

3.2 Pengolahan Data

Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara meneliti data

dari objek yang bersifat sejarah, asal- usul, alasan, atau latar belakang

mengenai data yang ada pada jurnal ,buku ,dan juga peraturan perundangan

tersebut melalui studi literatur. Dengan menggunakan metode ini penyajian

data akan lebih jelas dan terperinci.

Data yang diperolah diolah dengan Metode Studi Literatur yaitu dengan

cara mencari dan mengumpulkan literasi atau topik dan teori mengenai

Sistem Manajemen Risiko dengan menganalisis hasil literatur berdasarkan

fakta- fakta yang tampak atau apa adanya yang berhubungan dengan Sistem

Manajemen Risiko di Perusahaan Minyak dan Gas.

47
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Tata Kerja . PTK 005 2018. Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan di Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
SKK MIGAS
Risk Management Guidelines. 2004. Companion to AS/NZ 4360 Risk
Management Principles and Guidelines. 2009. ISO 31000
Occupational Health and Safety Management System. 2018. ISO
45001
Stamatis, D. H. (2003). Failure mode and effect analysis: FMEA from theory to
execution. ASQ Quality press.
Sugiantara Ketut, Basuki Minto. 2019. Identifikasi dan Mitigasi Risiko di
Offshore operation facilities dengan menggunakan Metode Failure
Mode and Effect Analysis PT X

Supriyadi, Nalhadi Ahmad, Rizal Abu . 2019. Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Risiko K3 pada tindakan perawatan & Perbaikan Menggunakan
Metode HIRARC (Hazard Identification and Risk Assesment Risk
Control) pada PT X
LAMPIRAN
Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Gilang Rinanda Chaves


Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 23 Januari 2000

Tinggi Badan :168 cm


Berat Badan : 68 kg
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Tirip Desa. Kembaran Kec. Candimulyo, Kab.
Magelang
E-mail : ghilangrc@gmail.com

No. Handphone 085747935139

LATAR BELAKANG PENDIDIKANPENDIDIKAN FORMAL

1. SD Kembaran Magelang ............................................................. 2007 -


2013
2. SMP NEGRI 1 Candimulyo Magelang....................................... 2013 -
2016

3. SMK Migas Cepu ....................................................................... 2016 -


2019

4. Diploma III fire and safety Akamigas Balongan Indramayu ..... 2019 –
sekarang

PENGALAMAN KERJA/PRAKTEK KERJA


LAPANGAN/SEMINAR

1. Praktikum Kimia Dasar I

Tanggal : 31 Oktober 2019 sampai dengan 23


Desember 2019 Tempat : Laboratorium Kimia
Akamigas Balongan Indramayu

2. Praktikum Fisika Dasar I

Tanggal : 29 Oktober 2019 sampai 14 Januari 2020

Tempat : Laboratorium Fisika Akamigas Balongan Indramayu

3. Praktikum Fire I, II, III di Fire Ground Akamigas Balongan

4. Seminar Online HIMAFISA “Antisipasi

Penerapan ISO 45005” Tanggal : 06

Februari 2021

Hormat Saya,

Gilang Rinanda Chaves

Anda mungkin juga menyukai