Anda di halaman 1dari 78

SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN KERJA DI

INDUSTRI MANUFACTURE

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Muhamad Fikar Syahbani


NIM 17020006

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2021
SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DI
INDUSTRI MANUFACTURE

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Oleh

Muhamad Fikar Syabani

NIM 17020006

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


(KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2021

i
MANAJEMEN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI

Nama : Muhumad Fikar Syahbani


Nim : 17020006
Dosen Pembimbing : Pipit Marfiana,S.Tr.Keb., M.KM
ABSTRAK

Peningkatan produktivitas merupakan perhatian utama dalam


berbagai perusahaan, dimana sumber daya manusia merupakan
komponen utama dalam menjalankan kegiatan produksi dalam
perusahaan. Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari
masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya
sewaktu bekerja, akan tetapi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sendiri masih dilihat sebelah mata oleh perusahaanperusahaan di
Indonesia. Laporan ini dibuat bertujua untuk mempelajari tentang
manajemen kesehatan dan menegtahui program manajemen kesehatan
keselamtan kerja diindustri.Laporan ini dibuat dengan metode studi
literature yaitu dengan cara mengumpulkan literasi atau topic dan teori
mengenai Manajemen kesehatan kerja dengan mengkaji hasil literature
berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau apa adanya yang berhubungan
dengan Manajemen kesehatan kerja di Industri mengenai permasalahan
yang ada dalam Industri, mencari sebab akibat penyakit dan kesehatan
pada Industri. Dari hasil kerja praktek dapat disimpulkan bahwa program
manajemen kesehatan secara umum Manajemen kesehatan kerja
memiliki komponen yang mana komponen tersebut meliputi komitmen
dan kebijakan, perencanaan,penerapan, pengukuran dan evaluasi
manajemen.

Kata Kunci : Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI


MANUFACTURE
Periode, Mei – November 2021

oleh

Muhamad Fikar Syahbani


NIM 17020164

Disusun untuk memenuhi pelaksanaan Kerja


Praktek Pendidikan Diploma III (D-III)
Pada Program Studi Fire and Safety
AKAMIGAS BALONGAN Indramayu

Indramayu, November 2021

Disahkan oleh

Mengetahui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Fire and Safety

Amiroel Pribadi, SKM, M.KKK Pipit Marfiana, S.Tr.Keb., M.KM.


NIDN. 0423015001 NIDN. 0427039401

iii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan judul teori Manajemen Kesehatan

Kerja di Industri.

Pewujudan laporan ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak

sehingga laporan ini dapat di selesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali

ini perkenankan lah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak H.Nahdudin Islami, M.Si selaku Ketua Yayasan Bina Islami.

2. Ibu Hj.Hanifah Handayani, MT selaku Direktur Akamigas Balongan

Indramayu.

3. Bapak Amiroel Pribadi, SKM, MKKK selaku Ketua Program Studi

Fire and Safety Akamigas Balongan Indramayu.

4. Ibu Pipit Marfiana, S.Tr.Keb., M.KM. selaku Dosen pembimbing


Kerja

Praktek.

5. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moral,

material maupun spiritual

6. Teman-teman Fire and Safety Akamigas Balongan Indramayu.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun

penulisannya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi penulisan selanjutnya yang lebih baik.

Indramayu, _November 2021

Muhamad Fikar Syahbani

v
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL ................................................................................................ i

ABSTRAK ......................................................................................... ii

LEMBAR PEENGESAHAN ........................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix

DAFTAR TABEL .............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Tema ........................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................ 3

1.3.1 Umum................................................................................ 3

1.3.2 khusus................................................................................ 3

1.4 Manfaat ...................................................................................... 3

1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa..................................................3

1.4.2 Manfaat bagi Akamigas Balongan .................................. 3


vi
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................... 5

2.1 Definisi Manajemen ................................................................... 5

2.2 Definisi Kesehatan Kerja ........................................................... 5

2.3 Definisi Program ........................................................................ 6

2.4 Definisi Prosedur ........................................................................ 6

2.5 Definisi Implementasi ................................................................ 7

2.6 Sisitem Manajemen Kesehatan Kerja ........................................ 9

2.7 Program Kesehatan Kerja ....................................................... 10

2.8 Lingkungan Kerja .................................................................... 19

2.9 Gangguan Kesehatan kerja .................................................... 21

2.10 Penyakit Akibat Kerja ............................................................ 22

2.11 Usaha Pencegahan ................................................................... 27

BAB III METODOLOGI .............................................................................. 33

3.1 Pendahuluan ............................................................................. 33

3.2 Teknik Pengambilan Data ........................................................ 33

3.3 Pengolahan Data Literatur. ...................................................... 33


vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................36


4.1 Hasil ............................................................................................. 36

4.1.1 Manajemen Kesehatan Kerja ......................................... 36

4.1.2 Program Manajemen Kesehatan Kerja .......................... 37

4.2 Pembahasan ............................................................................. 44

4.2.1 Manajemen Kesehatan Kerja di Industri ....................... 44

4.2.2 Program Sistem Manajemen Kesehatan Kerja ............. 47

BAB V PENUTUPAN .................................................................................... 55

5.1 Simpulan .................................................................................. 55

5.2 Saran ........................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Managemen Model ...................................................... 9


Gambar 2.2 Bagan Managemen Kesehatan Kerja ..................................... 11
Gambar 3.1 Dagram Alir ............................................................................ 35

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel -

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti Buku Referensi

Lampiran 2 Jurnal – Jurnal Dan Karya Ilmia Yang digunakan


Lampiran 3 Surat Keterangan Studi Literatur

xi
DAFTAR SINGKATAN

AC : Air Conditioner

APD : Alat Pelindung Diri

CA : Chlor Alkali

Cl₂ : Chlorine

CO : Carbon Monoksida

COSB : Calculation of Scheme Benefit

COVID-19 : Corona Virus Disease tahun 2019

CPO : Chief Plant Operation

C₂H₄Cl : Chlorethylenoxide

C₂H₄Cl₂ : Dichloroethane

DMT : Dry Matric Ton

EDC : Ethylene DeChIoride

ERT : Emergency Response Team

FPKP : Form Pengajuan Kwitansi Pengobatan

GA : General Affair

GM : General Manager

HCl : Hidrogen Clorida

HO : Head Office

HR : Humanresources

HSE : Health, Safety and Environtment

H₂ : Hidrogen

H₂S : Hidrogen Sulfida

ISO : International Organization for Standardization

xii
KAK : Kecelakaan Akibat Kerja

KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan

KMT : Kilo Matric Ton

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

K3L : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan

MERS : Middle-East respiratory syndrome

MCU : Medical Check Up

MPPA : Manager Penanggung jawab Pengendalian Pencemaran Air

MPPU : Manager Penanggung jawab Pengendalian Pencemaran Udara

MT : Matric Ton

NaOH : Natrium Hidroksida

NO. : Nomor

OHSAS : Occupational Health and Safety Assesment Series

PAHK : Penyakit Akibat Hubungan Kerja

PAK : Penyakit Akibat Kerja

PJK3 : Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PLN : Perusahaan Listrik Negara

PLS : Polis/ claim asuransi kesehatan

PMI : Palang Merah Indonesia

PT : Perseroan Terbatas

PVC : Poly Vinyl Chloride

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

REV. : Revisi

RI : Republik Indonesia

xiii
SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus 2

SDM : Sumber Daya Manusia

SMKK : Sistem Manajemen Kesehatan Kerja


SOP : Standard Operating Procedure

TPA : Ton Per Anum

UU : Undang-Undang

VCM : Vinyl Chloride Monomer

WFH : Work From Home

WHO : World Health Organization

WIB : Waktu Indonesia Barat

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, peningkatan produktivitas merupakan perhatian utama

dalam berbagai perusahaan, dimana sumber daya manusia merupakan

komponen utama dalam menjalankan kegiatan produksi dalam perusahaan.

Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari

masalahmasalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya

sewaktu bekerja, sedangkan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) sendiri

masih dilihat sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Banyak perusahaan yang menganggap masalah keselamatan dan kesehatan

kerja adalah masalah ringan yang tidak perlu fokus untuk menerapkan

manajemen K3 secara khusus. Padahal dengan penerapan K3 , perusahaan

telah memberikan jaminan rasa aman dari kecelakaan kerja, serta menjamin

kesehatan para pekerja atau karyawan.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab

semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Pasal 1 ayat

(1) peraturan pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menyatakan bahwa

sistem manajemen K3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan

secara keseluruhan dalam rangka pengendalian

1
2

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu program

yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah

timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali

hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

serta tindakan 2 antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Sugeng, 2005). Tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) yakni untuk mengurangi biaya perusahaan apabila

timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. program keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama dalam suatu

perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan memahami akan

arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara

mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan.

Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat

besar diantaranya yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat

produksi yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan

kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya kinerja karyawan

(Sugeng, 2005).
3

1.2 Tema

Tema kerja praktek yang di angkat oleh penyusun adalah “ MANAJEMEN

KESEHATAN DI INDUSTRI MANUFACTURE “

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Mempelajari tentang sistem manajemen kesehatan kerja pada industri


manufacture

1.3.2 Khusus

1. Mempelajari tentang manajemen kesehatan kerja pada industri manufacture

2. Mengetahui program manajemen kesehatan keselamatan kerja di

industri manufacture

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiwa

1. Menambah wawasan dan Ilmu Pengetahuan.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan untuk mempersiapkan diri dalam

proses interaksi sosial dalam lingkungan kerja.

3. Dapat menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh di bangku kuliah

dalam praktik pada kondisi kerja yang sesungguhnya.

4. Dapat membandingkan teori yang diberikan diperkuliahan

dengan literature atau jurnal yang digunakan dalam laporan

5. Menambah wawasan dan Ilmu Pengetahuan

.
4

5.4.1 Manfaat bagi Akamigas Balongan

1. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

Industri saat ini.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dari setiap mahasiswanya.

3. Meningkatkan dan menambah literature perpustakaan di

akademi minyak dan gas balongan dengan jurnal atau buku –

buku baru yang dipelajari oleh mahasiswa.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris management dengan kata kerja to

manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi. Selanjutnya definisi

manajemen berkembang lebih lengkap. Lauren A. Aply seperti yang dikutip

Tanthowi menerjemahkan manajemen sebagai “The art of getting done

though people” atau seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

(Sulistyono, 2009 : 8).

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005 : 1).

2.2 Definisi Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan

dan lingkungan kerja maupun penyakit umum (Buntarto, 2015 : 4).

5
6

2.3 Definisi Program

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa program

adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan,

perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.

Untuk memastikan program kesehatan kerja berjalan dengan baik

perlu ada program kesehatan kerja. Beberapa program kesehatan kerja

antara lain surveilens kesehatan kerja, sistem informasi manajemen

kesehatan kerja, pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan kerja,

dan promosi kesehatan ditempat kerja.

2.4 Definisi Prosedur

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa prosedur

adalah metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu

masalah.

Salah satu alat bantu dalam menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan

Kerja adalah tersediannya prosedur operasi yang baik dan komprehensif.

Prosedur operasi tentunya diperlukan untuk mendukung keberhasilan

penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Kerja. Secara umum prosedur

operasi dalam Sistem Manajemen Kesehatan Kerja dapat di kategorikan ke

dalam dua golongan:

a) Prosedur manajemen Sistem Manajemen Kesehatan Kerja adalah suatu

set manual dan prosedur berkaitan dengan elemen-elemen yang ada

dalam sistem manajemen kesehatan kerja.

b) Prosedur operasional adalah satu set prosedur yang mengatur mengenai

aspek pengoperasian fasilitas atau unit kegiatan.


7

2.5 Definisi Implementasi

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau

adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktifitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan

(Usman, 2002 : 70).

2.6 Sistem Manajemen Kesehatan Kerja

Penerapan kesehatan kerja membutuhkan sistem manajemen yang

perlu dikembangkan dalam perusahaan. Manajemen kesehatan kerja

diselenggarakan bersama sistem manajemen lainnya atau sekaligus

terintergrasi dalam kegiatan perusahaan.

Gambar 2.1 Sistem Managemen Model


(Sumber : Buku Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan kerja OHSAS 18001, 2005)

Menurut Rudi Suardi (2005), beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam proses sistem manajemen kesehatan adalah:


8

1. Adanya komitmen dan kebijakan tertulis pihak manajemen dalam aspek

kesehatan kerja yang sekaligus dikaitkan dengan aspek keselamatan

kerja dan lingkungan secara menyeluruh. Kebijakan kesehatan kerja

merupakan prinsip utama yang mencerminkan arah pihak manajemen

dalam keseluruhan kegiatan organisasi yang menunjukkan komitmen

pada aspek kesehatan kerja, menumbuhkan saling pengertian dan

kerjasama serta tanggung jawab pada semua tingkat kegiatan.

2. Ditetapkannya tujuan atau goal yang akan dicapai melalui penerapan

standar, pedoman, petunjuk dan syarat kesehatan kerja lainnya. Tujuan

dan sasaran harus menggambarkan keinginan organisasi dalam

memelihara, meningkatkan dan melindungi pekerja dalam aspek

kesehatan kerjanya.

3. Perlunya perencanaan sekaligus disertai program kesehatan kerja yang

terintegrasi dengan aspek manajemen lainnya. Kebijakan tanpa

perencanaan dan program adalah sesuatu yang sia-sia belaka oleh

karenanya program kesehatan kerja harus tersusun sebaik mungkin

disertai koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait (P2K3,

supervisor, pekerja dan sebagainya).

4. Penerapan yang didukung oleh kegiatan nyata berupa pengukuran dan

pematauan lingkungan kerja dan pengujian kesehatan pekerja.

Pengukuran, pemantauan dan pengujian perlu diawali dengan

identifikasi bahaya melalui inspeksi/kunjungan tempat kerja, penilaian

risiko bahaya, penyelidikan kasus gangguan kesehatan, absenteisme


9

dan memperhatikan keluhan atau laporan yang ada. Selanjutnya dapat

dikembangkan pada strategi pengendalian baik secara teknis maupun

administrative

5. Dalam periode tertentu perlu dilakukan audit untuk memperoleh

gambaran tentang aspek kesehatan di tempat kerja. Secara sistematik

dan berkala audit digunakan untuk mengevaluasi sistem yang sedang

dikembangkan. Efektivitas penerapan kesehatan kerja sangat

ditentukan oleh pelaksanaan audit pada seluruh langkah manajemen

yang dituangkan dalam bentuk pelaporan secara tertulis.

Di samping mengacu pada standar atau norma kesehatan kerja yang

berlaku, upaya perbaikan berkelanjutan guna tercapainya pengelolaan

kesehatan kerja perlu senantiasa dilakukan serta didukung oleh partisipasi

berbagai pihak.

Bagan manajemen kesehatan kerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Bagan Manajemen Kesehatan Kerja

(Sumber : Sugeng Budiono. 2003 : 102)

2.7 Program Kesehatan Kerja

Menurut Budiono, (2003:102) di dalam Sistem Manajemen

Kesehatan terdapat beberapa program yaitu:

1. Surveilens Kesehatan Kerja


10

Surveilens kesehatan kerja adalah suatu proses pengamatan

secara terus menerus dan sistematik terhadap kesehatan seluruh

karyawan serta kondisi di lingkungan kerja yang meningkatkan resiko

terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan

Kerja (PAHK), dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dengan cara

pengumpulan data, analisis dan penyebaran informasi serta tindak

lanjut upaya untuk menguraikan, memnatau suatu peristiwa kesehatan

sehingga dapat dilakukan pencegahan efektif terjadinya penyakit dan

upaya perbaikan kondisi lingkungan kerja.

Tujuan surveilens kesehatan kerja adalah tersedianya data atau

informasi epidemiologi sebagai dasar penelitian kesehatan kerja dan

manajemen kesehatan kerja untuk pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program

kesehatan kerja serta peningkatan kewaspadaan terhadap terjadinya

penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja dan kecelakaan

kerja.

2. Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Kerja


Menurut KEPMENKES RI No.1075/MENKES/SK/VII/2003,

Sistem Manajemen Kesehatan Kerja adalah salah satu kesatuan

perangkat mulai dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis

data dan informasi untuk memantau efektifitas dan pengembangan

program kesehatan kerja mengandung komponen- komponen informasi

peta masalah kesehatan kerja, dan penyakit yang timbul karena

hubungan

kerja.
11

3. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan Kesehatan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 adalah pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan untuk memberikan bantuan kepada tenaga kerja

dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam

penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja dan melindungi tenaga

kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan

atau lingkungan kerja.

4. Pemeriksaan Kesehatan Kerja

Pemerikasaan Kesehatan Kerja ditujukan bagi yang akan

dipekerjakan maupun yang telah berstatus tenaga kerja. Usaha

pemeriksaan kesehatan tenaga kerja akan menunjang tujuan dari

kesehatan kerja, yaitu :


1) Meningkatkan & memelihara derajat kesehatan fisik, mental &

sosial tenaga kerja di semua lapangan pekerjaan sehingga efisiensi

& produktivitas yang tinggi dapat dicapai;

2) Mencegah terjadinya gangguan – gangguan kesehatan tenaga kerja

yang disebabkan oleh kondisi – kondisi kerja;

3) Melindungi tenaga kerja dari pekerjaannya terhadap faktor-faktor

yang dapat membahayakannya;

4) Menempatkan setiap tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja

yang sehat dan sesuai dengan faal dan jiwanya dengan perkataan
12

lain menyesuaikan pekerjaan terhadap seseorang dan setiap orang

dengan pekerjaannya;

5) Mencegah sejauh mungkin terjadinya kecelakaan kerja.

Jenis-jenis pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi :

a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment Examination)

Yaitu pemeriksaan kesehatan badan tenaga kerja yang

dilakukan oleh dokter, sebelum diterima sebagai tenaga kerja.

Tujuan :

1) Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif;

2) Mengetahui apakah tenaga kerja tersebut tidak menderita

penyakit menular yang akan membahayakan tenaga kerja yang

lain;

3) Untuk mengetahui apakah pekerjaan – pekerjaan yang akan

diberikan kepadanya tidak mengganggu kesehatannya;

4) Untuk mengetahui apakah pekerjaan yang akan diberikan

kepadanya sesuai dengan kemampuannya/bakatnya;

5) Untuk mengetahui keadaan kesehatan badan tenaga kerja

tersebut waktu mulai bekerja.

b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Periodic Examination)

Yaitu pemeriksaan kesehatan badan tenaga kerja oleh dokter

dalam jangka waktu tertentu, tergantung dari macam – macam

bahaya yang dihadapi tenaga kerja tersebut dalam melakukan

pekerjaannya.

Tujuan :
13

1) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh – pengaruh pekerjaan

dan lingkungan kerja terhadap kesehatannya;

2) Mengetahui kemunduran kesehatan tenaga kerja dan

kemampuan bekerjanya dibandingkan dengan dengan keadaan

pada waktu pemeriksaan kesehatan badan awal;

3) Mengetahui adanya Penyakit Akibat Kerja sedini mungkin

(tingkat sub klinik) dengan memperhatikan keluhan – keluhan

dan gejala – gejala yang akan ditindak lanjuti dengan

pemeriksaan – pemeriksaan khusus.

c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus


Yaitu pemriksaan kesehatan yang dilakukan kepada tenaga

kerja setelah sembuh dari kecelakaan dan penyakit yang agak lama

dengan maksud untuk mengetahui dan menguji kemampuan bekerja

dari tenaga kerja tersebut supaya ia bekerja sesuai dengan situasi &

kondisi badannya.

Setiap perubahan dari kemampuan bekerjanya sebagai

akibat kecelakaan atau sakit yang agak lama tadi harus diteliti,

karena adanya gejala sisa yang menetap (permanen) akan

mempengaruhi kemampuan bekerjanya, sehingga kemungkinan

akan diperlukan pemindahan pekerjaan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan juga kepada

tenaga kerja yang berhubungan dengan zat – zat yang berbahaya,

misalnya : Larutan benzene, radiasi pengion, timah, silika, asbes,

aromatik aniline dan lain-lain serta pekrjaan yang berbahaya,

misalnya : penyelam, bekerja di tempat yang tinggi dan lain-lain.


14

Pemeriksaan kesehatan khusus meliputi pula pemeriksaan

spesialis yang diperlukan dengan tujuan untuk menentukan

kemampuan dan kelanjutan bekerja dari tenaga kerja tersebut dalam

jabatannya.

5. Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

Promosi Kesehatan Kerja adalah upaya memberdayakan

masyarakat untuk memelihara, menigkatkan dan melindungi kesehatan

diri serta lingkungannya.

Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah

perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan di dalam dan di luar

tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau lingkungan kerja.

Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan menggunakan

pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi

kesehatan di tempat kerja.

Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :

a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;

b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja;

c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja;

d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung dan aman;

e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.

Selaras dengan tujuan kesehatan terutama dalam aspek promotif

dan preventif, perlu disusun program penerapanya, yang dilakukan dalam


15

kegiatan:

1. Identifikasi potensi bahaya yakni dengan mengenal kondisi di tempat

kerja misalnya jam kerja yang berlebihan, pengaturan waktu kerja -

istirahat, adanya potensi bahaya akibat bising, radiasi, debu, tekanan

panas, bahan kimia, aspek biologik, psikososial dan faktor ergonomik.

2. Analisis risiko melalui penilaian kemungkinan potensi bahaya menjadi

manifest dan sekaligus mengupayakan langkah pengendalian sehingga

risiko yang mungkin timbul dapat dikurangi atau dieliminasi

3. Survailan kesehatan pekerja melalui pengujian kesehatan secara awal,

berkala dan khusus guna deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan

kesehatan atau penyakit yang diderita pekerja dan mengupayakan cara

mengatasinya. Pada berbagai kondisi tertentu perlu pemeriksaan fungsi

paru (Spirometri), Rontgen, Audiometri, uji kelelahan dan sebagainya.

4. Pemantauan biologik yakni upaya yang lebih spesifik untuk memantau

pengaruh pekerjaan atau lingkungan kerja pada kesehatan pekerja

melalui pemeriksaan kadar bahan kimia atau metabolitnya didalam

darah atau urine (timah hitam, merkuri, pestisida dll).

5. Pengendalian lingkungan kerja yang meliputi juga cara/sistem kerja dan

dilaksanakan bersama ahli higiene perusahaan, sanitasi dan disiplin lain

yang terkait.

6. Pelayanan kesehatan kerja yang bersifat komprehensif meliputi upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan bukan semata-mata

mengobati keluhan, gejala atau penyakit saja.


16

7. Konsultasi dan komunikasi yang dilaksanakan secara berkelanjutan,

dengan berbagai institusi yang menangani kesehatan kerja, organisasi

pekerja, dokter paramedis perusahaan, ahli kedokteran kerja dan

sebagainya.

8. Pelatihan kesehatan kerja guna meningkatkan keterampilan pihak

manajer, supervisor dan pekerja sehingga mampu mengenal, menilai

dan mengendalikan potensi bahaya dan risiko yang ada.

Di perusahaan, berkaitan dengan kesehatan seseorang sering

dikembangkan berbagai program lainnya seperti pemeriksaan kesehatan

secara umum, pemberian immunisasi, penyediaan minuman atau makanan

tambahan, gerakan hidup sehat, peningkatan kesegaran jasmani,

penggantian biaya pengobatan/perawatan dan sebagainya. Program tersebut

memang bermanfaat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pada

umumnya, serta harus diakui bahwa dalam berbagai hal dapat membantu

program kesehatan kerja, khususnya apabila kemampuan finansial, serta

tenaga profesional di perusahaan dapat menyelenggarakannya dengan baik.

Meskipun demikian, dalam aplikasi/penerapan kesehatan kerja di

tempat kerja masih banyak dijumpai berbagai hal yang perlu lebih

diperbaiki agar tidak menimbulkan persepsi berbeda, seperti:

1) Kesehatan kerja seolah-olah hanya merupakan tanggung jawab dokter/

paramedis perusahaan atau bagian kesehatan/poliklinik di perusahaan;

sesungguhnya yang tepat adalah penerapan kesehatan kerja merupakan

tanggung jawab setiap orang.


17

2) Keberadaan poliklinik atau rujukan ke pelayanan kesehatan

"langganan" perusahaan cenderung untuk kuratif terhadap semua

penyakit/gangguan kesehatan; yang seharusnya lebih pada aspek

pelayanan kesehatan kerja yang terfokus pada promotif dan preventif.

Segi kuratif memang tidak dapat diabaikan begitu saja, namun dalam

penyelenggaraannya bersifat terbatas untuk gangguan

kesehatan/penyakit yang lebih "sederhana" atau pertolonga sementara.

3) Pemberian makanan/minuman tambahan (extra fooding) dianggap telah

mewakili terselenggaranya penerapan kesehatan kerja; dalam

penerapan kesehatan kerja seharusnya diupayakan kecukupan

kebutuhan kalori/gizi untuk bekerja (gizi kerja).

4) Pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan terutama secara periodik

masih bersifat "umum'" padahal dalam pengertian kesehatan kerja,

pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dilaksanakan dalam rangka

penyelenggaraan keselamatan kerja tanpa mengabaikan standar

pemeriksaan kesehatan menurut ilmu kedokteran.

5) Penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri dianggap sebagai

sarana utama untuk melindungi tenaga kerja dari semua risiko di tempat

kerja; sedang yang lebih tepat penggunaan alat pelindung diri

merupakan alternatif terakhir bila pengendalian teknis tidak dapat

dilakukan atau dilaksanakan sebagai pendukung efektivitas teknologi

pengendalian lainnya.

6) Kondisi dan lingkungan kerja dipandang sebagai risiko pekerjaan dan

harus diterima dalam bekerja. Perkembangan kesehatan kerja


18

menunjukkan paradigma lain, potensi bahaya di tempat kerja dan risiko

yang dihadapi pekerja dapat dikelola dan dikurangi menjadi minimal.

Melalui penerapan kesehatan kerja, tenaga kerja diharapkan agar

tetap sehat, melalui pemeliharaan dan peningkatan status kesehatan,

berkualitas dan produktif.

2.8 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk

diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan

proses produksi dalam suatu perusahaan,namun lingkungan kerja

mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan

proses produksi tersebut. Lingkungan kerja adalah suasana dimana

karyawan melakukan aktivitas setiap harinya.

Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan

menyenagi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut

akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja

dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak

memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan.

Menurut Nitisemito (2013:97) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi dalam

menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya dengan adanya

air conditioner

(AC), penerangan yang memadai dan sebagainya.


19

Jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan

baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja

fisik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan yang langsung

berhubungan dengan karyawan dan lingkungan perantara atau

lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang

mempengaruhi kondisi manusia.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan

bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok

lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

Lingkungan kerja fisik maupun non fisik keduanya sama pentingnya

dalam sebuah organisasi, kedua lingkungan kerja ini tidak bisa dipisahkan.

Apabila sebuah perusahaan hanya mengutamakan satu jenis lingkungan

kerja saja, tidak akan tercipta lingkungan kerja yang baik, dan lingkungan

kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih

banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kesehatan

kerja yang efisien dan akan menyebabkan perusahaan tersebut mengalami

penurunan produktivitas kerja.


20

2.9 Gangguan Kesehatan

Menurut Suma’mur (1996:103), agar seorang tenaga kerja ada dalam

keserasian sebaik-baiknya yang berarti dapat terjamin dapat terjamin

keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya maka perlu

ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor-faktor, yaitu:

a. Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban kerja

bisa berupa beban fisik, mental, atau sosial baik ringan, sedang atau

berat tergantung jenis pekerjaan. Menurut Sahab (1997:68) beban kerja

dapat menyebabkan kelelahan. Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan

fisik maupun kelelahan mental yang berlebihan, maka beben kerja pada

seorang pekerja disesuaikan dengan kemampuannya.

b. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja

Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau

situasi yang menyebabkan beban tambahan pada jasmni dan rohani

tenaga kerja. Beban ini akan menambah beban kerja yang dapat

langsung dari pekerjaan yang sebenarnya. Faktor-faktor penyebab

beban tambahan ada lima yaitu:

1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban, getaran,

radiasi, tekanan udara.

2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu kabut, fume, asap, awan, cairan

dan benda padat.

3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.


21

4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur.

5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antar

pekerja, hubungan antara pekerja dengan atasan.

c. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaannya. Kemampuan kerja sangat tergantung pada

ketrampilan, keserasian (fitness), keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan

ukuran-ukuran tubuh.

2.10 Penyakit Akibat Kerja

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per

01/MEN/1981 yang dimaksud dengan Penyakit akibat kerja adalah setiap

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Menurut Suma’mur (1996:57), dalam ruang atau di tempat kerja

biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja

sebagai berikut

a. Golongan Fisik
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

2) Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif, yang

menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-

kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan

katarak kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi

sebab conjunctivitis photoelectrica.


22

3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps

atau hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain

menimbulkan frostbite.

4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.

5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan

kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang

memudahkan terjadinya kecelakaan.

b. Golongan Kimiawi

1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya: silicosis,

asbestosis dan lain-lain.

2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis

atau keracunan.

3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.


5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun

jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.

c. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella

pada pekerja-pekerja penyamak kulit.

d. Golongan fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan

pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik

bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.

e. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan

kerja yang tidak baik, atau mislnya keadaan membosankan monoton.


23

Menurut Sahab (1997:68), kecelakaan dan penyakit akibat kerja

terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber-

sumber bahaya ini biasanya berasal dari :

a. Bangunan, peralatan dan instalasi

Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan

dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja.

b. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan,

antara lain:

1) Mudah terbakar,
2) Mudah meledak,

3) Menimbulkan alergi,

4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,

5) Menyebabkan kanker,

6) Mengakibatkan kelainan pada janin,

7) Bersifat racun,

8) Radioaktif.

c. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang

digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi

ada proses yang rumit. Hal ini dapat berakibat kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.
24

d. Cara kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahyakan karyawan itu sendiri dan

orang lain di sekitarnya. Cara yang demikian antara lain :

1) Cara kerja mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan

cara yang salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering

adalah cidera pada tulang punggung.

2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,

percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara yang

salah.

e. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan berbagai

gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan

produktivitas dan efisiensi kerja adalah bahaya yang bersifat fisik,

kimia, biologis, gangguan jiwa dan gangguan yang bersifat faal.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun 1981

kewajiban pengusaha dalam menghadapi penyakit akibat kerja adalah:

a. Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif

agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita

oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.

b. Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan oleh dokter-dokter, pengurus dapat meminta bantuan

Depnakertrans untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.


25

c. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat

perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun 1981

kewajiban dan hak tenaga kerja dalam menghadapi penyakit akibat kerja

antara lain:

a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang

diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan dan

kesehatan

kerja.

b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang

diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

c. Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat untuk

pencegahan penyakit akibat kerja.

d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua

syaratsyarat pencegahan penyakit akibat kerja.

e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan

pada pekerjaan yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap

penyakit akibat kerja.

2.11 Usaha Pencegahan

Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor

dalam pekerjaan bisa dihindari, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan

ada kemauan baik untuk men cegahnya. Tentu perundangundangan tidak

akan ada faedahnya, apabila pimpinan


26

perusahaan tidak melaksanakan ketetapan-ketetapan perundang-undangan

itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan penting dalam

menghindarkan gangguangangguan kesehatan tersebut (Suma’mur, 1996 :

105).

Pemeriksaan kesehatan kerja ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 tentang pemeriksaan

kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja yang

meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja yang

diterima untuk melakukan pekerjaan, antara lain:

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja

yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-

tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai

tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan

sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan

dan tenaga kerja lainnya dapat terjamin.

2) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No.

1 tahun 1970, harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelun

kerja.

3) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila

mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang

dianggap perlu.
27

4) Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan

yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang

diperkirakan timbul.

5) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman

pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang menjamin penempatan

tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan

dilakukannya dan pedoman tersebut mendapatkan persetujuan

terlebih dahulu oleh direktur.

6) Pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dibina dan

dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan

kedokteran dalam keselamtan kerja.

7) Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan

kesehatan oleh dokter, tidak ada keraguan-raguan maka perlu

dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada

waktu- waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.

1) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk

mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada

dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-

pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan

dengan usaha-usaha pencegahan.


28

2) Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali, kecuali

ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan dan Perlindungan

Tenaga Kerja.

3) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman

pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut

jenis-jenis pekerjaan yang ada.

4) Pedoman pemeriksaan kesehatan dikembangkan mengikut

kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dan keselamatan

kerja.
5) Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada tenaga

kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak

lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan

sebabsebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan

kesehatan kerja.

6) Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran yang luas,

maka pelayanan kesehatan di luar perusahaan dapat dimanfaatkan

oleh pengurus menurut keperluan.

7) Dalam melaksanakan kewajiban pemeriksaan kesehatan berkala,

direktur jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan

Perlindungan Tenaga Kerja dapat menunjuk satu atau beberapa

Badan sebagai penyelenggara yang akan membantu perusahaan

yang tidak mampu melakukan sendiri pemeriksaan kesehatan

berkala.
29

c. Pemeriksaan kesehatan khusus

Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu,

meliputi:

1) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya

pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja

atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu.

2) Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap:


a. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit

yang memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua) minggu.

b. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja

wanita dan renaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang

melakukan pekerjaan tertentu.

c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai

gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan

khusus sesuai dengan kebutuhan.

3) Pemeriksan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat

keluhankeluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan

Pegawai Pengawas Keselamtan dan Kesehatan Kerja, atau atas

penilaian Pusat Bina Hiperkes dan Balai-balainya atau atas pendapat

umum masyarakat.

4) Terhadap kelalaian/gangguan yang disebabkan akibat pekerjaan dan

ditemukan pada pemeriksaan khusus ini berlaku ketentuan Asuransi

Sosial Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan perundang-

Undangan akibat kerja menurut Depnaker RI (2007) adalah:


30

a. Memberikan penerangan, bimbingan dan penyuluhan kepada tenaga

kerja pada waktu mulai masuk bekerja maupun secara periodik

mengenai:

1) Cara-cara bekerja yang benar dalam mengutamakan kesehatan dan

keselamatan kerja.

2) Selalu menjaga kebersihan diri sendiri dengan cara:

a). Memakai pakaian kerja yang bersih pada waktu bekerja.

b). Mencuci tangan, muka maupun mulut sebelum makan, minum

ataupun merokok.

c). Sehabis bekerja harus mandi memakai sabun khusus pelarut

logam dan menggunakan pakaian kerja dengan pakaiannya

sendiri yang bersih.

b. Menyediakan sarana-sarana dan peralatan yang berkaiatan dengan

pengendalian penyakit akibat kerja (PAK) seperti:

1) Pakaian kerja,

2) Tempat mandi,

3) Tempat mencuci tangan, muka, mulut, yang dekat ruang kerja,

4) Tempat mencuci pakaian kerja,

5) Alat pelindung diri (APD),

6) Memasang papan-papan peringatan,

7) Jika perlu, memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan.

c. Menyediakan makan siang yang cukup nilai gizinya.


31

BAB III

METODOLOGI

3.1 Pendahuluan

Dalam melaksanakan kerja praktek, penyusun diharapkan mampu

melakukan kajian studi literatur, yaitu mengangkat suatu kasus yang

dijumpai saat studi literatur menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang

keahlian yang ada, ataupun melakukan pengamatan terhadap kerja suatu

proses atau alat untuk kemudian dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang

dimiliki. Untuk mendukung kerja praktek dan kajian yang akan dilakukan,

maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain :

3.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data menggunakan study literature Teknik

pengambilan data ini dilakukan dengan cara memperoleh dari data

bukubuku, jurnal ilmiah,Undang-Undang atau standar nasional maupun

internasional. Atau sumber lain yang membahas tentang mengenai

Mannajemen kesehatan kerja di Industri sebagai bahan dalam penyusunan

laporan.

3.3 Pengolahan Data Literatur

Metode ini digunakan untuk mencari data dengan mempelajari

berbagai leterasi untuk mengetahui latar belakang mengenai data yang ada

pada Industri. Dengan menggunakan metode ini penyajian data akan

lebih terperinci.
32

Data yang diperoleh diolah dengan metode study literature yaitu

dengan cara mengumpulkan literasi atau topic dan teori mengenai

Manajemen kesehatan kerja dengan mengkaji hasil literature berdasarkan

fakta- fakta yang tampak atau apa adanya yang berhubungan dengan

Manajemen kesehatan kerja di Industri mengenai permasalahan yang ada

dalam Industri, mencari sebab akibat penyakit dan kesehatan pada Industri.

Data yang disajikan mengganakan data deskriptif yakni metode yang

berusaha mendeskripsikan manajemen kesehatan kerja khususnya di

industri. Metode deskriptif ini juga dilakukkan dengan memberikan semua

informasi ataupun data-data terkait kegiatan dan keadaan manajemen

kesehatan kerja di industri.


33

Pendahuluan

Tujuan
umum :
Mempelajari konsep
manajemen kesehatan
pada industri
manufacture

Tujuan khusus : Tujuan khusus :


Mempelajari program
Mempelajari sistem keselamatan kerja di
manajemen kesehatan kerja industri manufacture
di industry manufacture

Hasil dan Pembahasaan

Kesimpulan dan Saran

Tabel 3.1 Diagram alir


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Manajemen Kesehatan Kerja

Pada dasarnya kegiatan kerja tidak terlepas dari kesehatan

kerja bagi pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Oleh

karena itu memiliki beberapa yaitu :

Konsep Manajemen adalah Manajemen yang gagal akan

mengakibatkan suatu hal yang fatal seperti terjadinya kecelakaan

pada saat bekerja misalnya. Walaupun pada kenyataannya memang

banyak perusahaan yang berhasil menerapkan manajemen

keselamatan untuk produktivitas para pekerja, tak sedikit pula yang

masih gagal. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab

kegagalan tersebut, pertama, sistem tidak sesuai dengan kondisi

perusahaan yang terkait. Kedua, komitmen dari pimpinan yang

terlalu lemah dalam perencanaan serta penerapan sistem. Ketiga,

minimnya keterlibatan pekerja dalam kegiatan perencanaan hingga

penerapannya. Serta, beberapa faktor lainnya yang menyebabkan

kegagalan. Setelah mengetahui informasi mengenai manajemen K3

ini, tentu kamu sudah cukup mengerti mengenai konsep yang

dipakai dalam sistem ini. Dari pembahasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa tercapainya manajemen

34
35

yang tepat tergantung pada pihak-pihak yang terlibat dalam

perencanaan hingga penerapannya.

Untuk memenuhi komitmen dan melaksanakan kebijakan,

PT X menerapkan program. Menurut Novi Arisha 2020 dalam

laporannya menyebutkan sasaran sebagai berikut :

1. .Mengurangi jumlah kecelakaan dan penyakit akibat

kerja 20% dari tahun sebelumnya

2. Mengurangi tingkat keparahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja 50% dari tahun sebelumnya

3. Adanya P2K3 meeting setiap 1 bulan sekali yang

dihadiri oleh General Manager di mill.

4. Mengendalikan emisi dan limbah yang dihasilkan dari

tiap proses. Sasaran akan di kaji ulang pencapaiannya

secara teratur apakah telah sesuai dengan tujuan dari

perusahaan.

4.1.2 Program Manajemen Kesehatan Kerja

Program Manajemen Kesehatan Kerja di

perusahaan mengacu pada PSO (Prosedur Standar Operasional)

tentang kesehatan kerja (terlampir). Menurut Novi Arisha 2020

dalam laporannya menyebutkan dengan rincian sebagai berikut:

1. Medical Check Up (MCU) ;

Prosedur pertolongan karyawan yang sakit di plant dan

medical check up terlihat di prosedur standar operasi dengan

nomor dokumen: PSO-PL S-PRS-012 revisi ke 2. Dengan


36

referensi Permenaker no. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

dan Permenaker no. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan

Kesehatan Tenaga Kerja.

Prosedur outline :

- Pelayanan pengantaran ke klinik;

- Mengidentifikasi kebutuhan medical check up;

- Mengkoordinasikan pelaksanaan medical check up

2. Pelatihan petugas P3K;

Prosedur ini dilakukan atas dasar acuan Pertaturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.15 /MEN/VIII/2008

tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

dalam bab 2 pasal 3 ayat (1) tentang Petugas P3K di tempat

kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus

memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.

Prosedur outline :

- Berstatus karyawan tetap di Perusahhan

- Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K

di tempat kerja yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan

- Memenuhi persyaratan Medical Check Up (MCU)

- Bersedia untuk sigap apabila terjadi kecelakaan kerja


37

3. Checklist kotak P3K ;

Prosedur ini dilakukan atas dasar acuan Pertaturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.15 /MEN/VIII/2008

tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

dalam bab 3 tentang Fasilitas P3K di Tempat Kerja ayat (1)

point b tentang kotak P3K dan isi yang sesuai dalam lampiran II

tentang isi kotak P3K dengan tujuan menjadikan acuan sebagain

checklist isi yang harus ada dalam kotak P3K.

Prosedur outline :

- Pengecekan kotak P3K dilakukan 1 bulan sekali

- Pengumpulan seluruh data setelah pengecekan

- Penggantian isi kotak P3K yang sudah tidak layak pakai dan

yang sudah habis terpakai.

4. Donor darah;

Prosedur ini dilakukan atas dasar upaya perusahaan melakukan

kegiatan sosial yang bertujuan untuk membantu antar sesama

yang sedang membutuhkan transfuse darah sekaligus

meningkatkan kesehatan seorang pendonor yang secara rutin

mendonorkan darahnya menurut palang merah Indonesia.

Prosedur outline :
- Pendataan identitas diri

- Pengeceka tensi darah

- Proses pengambilan darah

- Pemberian multivitamin
38

5. Senam;

Prosedur ini dilakukan dalam upaya perusahaan demi

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani para pekerjanya,

perusahaan mengadakan senam setiap pagi sebelum melakukan

kegiatan pekerjaan dimulai.

Prosedur outline :

- Semua karyawan berkumpul dilapangan dan membentuk

formasi

- Melakukan pemanasan

- Melakukan senam selama 15 menit

- Melakukan pendinginan

- Kembali ke aktivitas nya masing-masing

6. Pencegahan Covid-19

Prosedur ini dilakukan atas dasar pertimbangan Kepres 9 tahun

2020 tentang perubahan atas kepres 7 tahun 2020 tentang gugus

tugas percepatan penanganan corona virus disease (COVID-19)

yang berisi bahwa penyebaran corona virus disease (COVID-19)

telah meluas dan berdampak pada aspek sosial, ekonomi,

kesehatan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Dan juga

bahwa WHO (World Health Organization) telah menyatakan

COVID-19 sebagai global pandemik.

Prosedur outline :

- Pengecekan suhu tubuh


39

- Mencuci tangan sebelum masuk ke plant

- Memakai hand sanitizer

- Pengisian form pernyataan sehat dan bebas corona

Berdasarkan hasil Penelitian implementasi system

manajemen di Perusahaan dimulai dari

1. Medical Check Up (MCU) ;

Medical check up (MCU) dilakukan oleh personalia dengan

mengacu pada prosedur standar operasi dengan nomor dokumen:

PSOPL S-PRS-012 revisi ke 2. Dengan referensi Permenaker no.

Per.

02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja dan Permenaker no. Per.

03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.


Maka karyawan wajib melakukan medical check up setiap

penerimaan karyawan baru dan medical check up tahunan oleh

karyawan setiap 1 tahun sekali.

2. Pelatihan petugas P3K;

Pelatihan petugas P3K dilakukan oleh seluruh karyawan PT. X

dengan dasar acuan Pertaturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.Per.15 /MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan

Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja dalam bab 2 pasal 3

ayat (1) tentang Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memiliki lisensi dan


40

buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.

3. Checklist kotak P3K ;

Checklist kotak P3K dilakukan oleh petugas K3 yang

dilakukan atas dasar acuan Pertaturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.Per.15 /MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan

Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja dalam bab 3 tentang

Fasilitas P3K di Tempat Kerja ayat (1) point b tentang kotak

P3K dan isi yang sesuai dalam lampiran II tentang isi kotak P3K

dengan tujuan menjadikan acuan sebagain checklist isi yang

harus ada dalam kotak P3K.

pembuluh darah, menurunkan risiko kanker, membantu

menurunkan berat badan, mendeteksi penyakit serius serta

membuat lebih sehat secara psikologis dan memperpanjang usia.

4. Senam;

Senam dilakukan oleh seluruh karyawan Perusahaan setiap pagi

untuk menjaga dan mendorong gaya hidup sehat bagi karyawan.

Senam dilakukan dalam upaya perusahaan demi meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani para pekerjanya, senam dilakukan

sebelum pekerja/karyawan berkerja atau melakukan kegiatan.

5. Pencegahan Covid-19

Indonesia sedang dilanda wabah penyakit virus Corona, sejak

bulan maret Perusahaan sudah melakukan beberapa program


41

kesehatan diantara nya adalah memberikan form pernyataan

perjalanan dan kesehatan dengan upaya untuk pencegahan

penyebaran corona di dalam lingkungan kerja, pengecekan suhu

tubuh karyawan dan kontraktor saat masuk kerja, penyediaan

hand sanitizer di setiap ruangan dan area kerja, dan menyediakan

westafle untuk cuci tangan di masing-masing plant.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Manajemen Kesehatan kerja di Industri

Dari hasil penelitian mengenai sistem manajemen kesehatan kerja

yang meliputi 5 fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian pada PT.

X adalah sebagai berikut :

- Fungsi Perencanaan

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh PT.X telah

menyusun perencanaan Kesehatan Kerja yang mengacu pada

pedoman sistem manajemen kesehatan dalam permenaker

per.05/Men/1996. Perencanaan terlampir pada Lampiran 1

- Fungsi Organisasi

PT.X telah membentuk struktur organisasi Kesehatan Kerja

dan menempatkan tugas serta wewenang 34 tanggung jawab

dalam struktur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

didalam organisasi safety. Terlampir pada Lampiran 2.


42

Sedangkan berdasarkan pelaksanaanya dilapangan fungsi

organisasi belum sepenuhnya terlaksana dikarenakan belum

terbentuknya Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (P2P3K) yang sebelumnya telah direncanakan ini

dibuktikan dengan hasil kuesioner penelitian yang

ditanyakan kepada karyawan pada bagian produksi PT. X

- Fungsi Pelaksanaan Kesehatan Kerja (K2)

Dari hasil pengisian kuesioner penelitian (Kuesioner

penelitian terlampir) oleh pegawai pada bagian produksi

PT.X telah melaksanakan 52 kriteria dan 28 kriteria yang

tidak terlaksana dari 80 kriteria yang telah direncanakan

mengenai Sistem Manajemen Kesehatan Kerja. 52

Perencanaan yang terlaksana seperti Kebijakan umum

Kesehatan Kerja yang dikeluarkan pihak manajemen

perusahaan.

- Fungsi evaluasi

Seluruh pelaksanaan program kegiatan di evaluas setiap akhir

pelatihan kepada karyawan yang mengikuti kegiatan tersebut,

apabila karyawan tersebut telah mengikuti pelatihan maka

akan diikuti dengan kegiatan yang digelutinya, kemudian bagi

karyawan yang belum mengikuti kegiatan diharapkan

mengikuti aturan yang telah di programkan oleh Perusahaan

setiap 1 kali setahun atau sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.
43

- Fungsi pengendalian

PT.X telah Melakukan langkah-langkah preventif untuk

menekan kecelakaan kerja dilingkungan perusahaan

khususnya di bagian produksi selain itu diupayakan agar

sistem pengendalian Kesehatan Kerja betul-betul diterapkan

di tengahtengah karyawan agar terhindar dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Program Diklat terlampir pada lampiran 3.

Sedangakan berdasarkan hasil kuesioner mengenai

pelaksanaan pelatihan, masih banyak pelatihan yang belum

terlaksana sehingga penyakit akibat kerja masih tinggi.

Sistem Manajemen Kesehatan telah berjalan berdasarkan 5

fungsi manajemen yaitu Fungsi perencanaan, perorganisasian,

pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian, Untuk Pelaksanaan sistem

Kesehatan Kerja pada PT.X dikategorikan cukup karena telah

berhasil menerapkan program kesehatan seperti membentuk

anggota P2K3 dan mendapat pelatihan Kesehatan Kerja sesuai tugas

dan fungsinya menurut UU.No.13 tahun 2003.

Menurut penulis sistem management keselamatan kerja

didefinisikan sebagai spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran

beserta praktek nya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat

memperoleh derajat kesehatan setinggi – tingginya baik fisik, mental

maupun social dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit

atau ganggung kesehatan yang diakhibatkan oleh factor pekerjaan

dan lingkungan kerja ( Sumakmur, 1996). Sistem


44

management kesehatan kerja di PT.X juga sudah diterapkan dengan

baik yaitu dengan menerapkan 5 fungsi management seperti

perencanaan, organisasi, pelaksanaa, serta evaluasi.

4.2.2 Program Sistem Manajemen Kesehatan Kerja

Program kesehatab kerja kerja didefinisikan sebagai spesialisasi

ilmu kesehatan/ kedokteran beserta praktek nya yangbertujuan agar

pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya baik fisik, mental maupun social dengan usaha preventife

atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh factor pekerjaan dan lingkungan kerja (Suma’mur,

1996).

Adapun program sistem manajemen kesehatan kerja menurut PT X

yaitu:

1. Kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan

PT X

Kesuksesan jangka panjang PT X dan bisnis pakan ternaknya di

Indonesia tergantung pada komitmen kami yang

berkesinambungan untuk memproduksi. Produk yang

berkualitas dan melindungi pekerja dengan upaya :

- Melindungi dan berupaya untuk meningkatkan Kesehatan,

Keselamatan kerja dan keamanan pekerja.

- Mencegah dan mengurangi kecelakaan, penyakit akibat

kerja dan kebakaran.

- Memenuhi standar dan peraturan dari PT XYZ.


45

- Menetapkan objektif HSE, memonitor dan mengukur hasilnya,

membuat peningkatan berkesinambungan melalui Manajemen

sistem HSE.

- Melaksanakan HSE manual dan prosedur yang dibuat oleh

Group maupun manajemen setempat.

2. Dokumen Terkendali

Manual termasuk dokumen yang dikendalikan. Tata cara

pengendaliannya mengikuti ketentuan sebagaimana tertuang dalam

prosedur pengendalian dokumen. Seluruh dokumen yang berlaku

dapat direvisi setiap saat atau ditinjau setahun sekali apabila tidak

ada perubahan.

3. Perencanaan

Dalam menentukan perencanaan program K3 berdasarkan hasil dari

identifikasi bahaya dan resiko, kesesuaian dan pemenuhan terhadap

peraturan dan perundang – undangan terkait, kebijakan perusahaan,

dan proses yang terjadi dalam perusahaan.

4. Identifikasi bahaya dan resiko K3

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari aktifitas,

produk barang dan jasa akan dilakukan dan menjadi pertimbangan

penting di PT XYZ untuk memenuhi kebijakan K3nya. Oleh karena

itu perusahaan akan melakukan dan menetapkan sistem manajemen

K3 berdasarkan ketentuan dan


46

persyaratan dari PT XYZ, pemerintah maupun

Internasional. Organisasi

menetapkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

dalam satu hasil tinjauan yang akan dikaji ulang, baik secara rutin

maupun jika terjadi perubahan ataupun kecelakaan

5. Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

Perusahaan menetapkan prosedur yang memandu untuk melakukan

identifikasi dan inventarisasi terhadap peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya terkait dengan K3 yang sesuai dengan aktifitas

dan proses bisnis perusahaan. Peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya harus dimonitor dan diperbaharui ketika terjadi

perubahan dari pemerintah maupun kebijakan perusahaan. Hal ini

diatur dalam prosedur pemenuhan peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya.

6. Tujuan & Sasaran K3

Tujuan K3 perusahaan sesuai dengan kebijakan K3 yang ditetapkan

oleh perusahaan yaitu melindungi keselamatan dan kesehatan

pekerja PT XYZ. Untuk memenuhi komitmen dan melaksanakan

kebijakan tersebut diatas, PT XYZ menetapkan


47

sasaran sebagai berikut :

- Mengurangi jumlah kecelakaan dan penyakit akibat kerja 20%

dari tahun sebelumnya

Mengurangi tingkat keparahan kecelakaan dan penyakit akibat

kerja 50% dari tahun sebelumnya

- Adanya P2K3 meeting setiap 1 bulan sekali yang dihadiri oleh

General Manager di mill.

- Mengendalikan emisi dan limbah yang dihasilkan dari tiap

proses. Sasaran akan di kaji ulang pencapaiannya secara teratur

apakah telah sesuai dengan tujuan dari perusahaan.

7. Program Manajemen K3

Program K3 merupakan terjemahan dari tujuan dan sasaran K3 di

PT XYZ dan hasil dari identifikasi bahaya dan resiko yang

disesuaikan dengan peraturan perundangan dan persyaratan

lainnya. Program manajemen K3 yang ditetapkan untuk

pencapaian tujuan dan sasaran dalam satu tahun.

8. Pelatihan

Seluruh karyawan PT XYZ akan dilatih mengenai kepedulian dan

kesadaran terhadap Sistem Manajemen K3 secara teratur dan

terjadwal. Pelatihan dilaksanakan secara internal PT X ataupun

pihak external.

9. Dokumentasi Sistem Manajemen K3


48

Sistem dokumentasi Sistem Manajemen K3 PT XYZ terdiri dari 4

bagian yaitu: 1.

Bagian 1: Manual Sistem Manajemen K3 Bagian 2: Prosedur Sistem


Manajemen K3

- Bagian 3: Instruksi Kerja

- Bagian 4: Form K3 dan catatan lainnya

10. Pengendalian dokumen

PT X melakukan pengendalian dokumen Sistem Manajemen K3,

Prosedur, Instruksi Kerja dan Form sesuai dengan SMK3 PP

50/2012 untuk menjamin bahwa: 1.

- Dokumen ditempatkan pada lokasi yang membutuhkan dan

ditentukan.

- Dokumen dikaji secara berkala oleh bagian – bagian terkait.

- Hanya dokumen termutakhir yang tersedia di seluruh lokasi

kerja.

- Dokumen kadaluwarsa segera ditarik atau dimusnahkan oleh

manajemen representative dan master copy-nya disimpan

sebagai catatan sejarah perubahan dokumen. Prosedur terkait

dapat dilihat dalam prosedur pengendalian dokumen.


49

11. Pengendalian Operasional

- Pengendalian Tanda Pengenal (Badge/ID Card)

- Pengendalian APD (Alat Pelindung Diri)

12. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian


Melakukan identifikasi bahaya dan menilai resiko sehingga

dapat ditentukan pengendalian bahaya dan resiko yang tepat

untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

- HSE Executive bersama–sama manajemen lokasi membuat

identifikasi bahaya dan penilaian resiko berdasarkan

pekerjaan yang ada dan dilakukan pengendalian.

- Management dan HSE Manager memastikan bahwa bahaya


dan

resiko teridentifikasi dan dilakukan pengendalian yang


efektif.

- Melakukan tinjauan terhadap identifikasi bahaya dan

penilaian resiko yang telah dibuat apabila terjadi perubahan

pada proses.

13. Audit Sistem Manajemen HSE

Perusahaan menetapkan rencana, struktur dan tanggung jawab

untuk melakukan audit sebagai upaya untuk memastikan

kesesuaian dan keefektifan HSE yang diterapkan :

- Audit internal SMK3 dilakukan secara berkala minimal 2

kali dalam satu tahun meliputi sistem manajemen yang

dilaporkan dalam suatu tinjauan


50

- Audit mencakup penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan

sistem manajemen HSE, objektif dan target dalam program

yang ditetapkan, peraturan dan ketentuan lain serta sistem

operasi dan dokumentasi dalam sistem manajemen HSE.

Audit dilakukan sesuai dengan prosedur terdokumentasi,

dilakukan oleh personel yang memiliki kualifikasi,

diverifikasi serta dilaporkan dan didokumentasikan dalam

catatan hasil

audit.

- Penjelasan mengenai metode dan tanggung jawab serta

dokumentasi sistem audit dijelaskan dalam prosedur audit

internal.

14. Tinjauan Manajemen

Untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan Sistem

Mnajemen HSE secara berkelanjutan maka tinjauan manajemen

dilaksanakan minimum 2 kali dalam satu tahun. Tinjauan

manajemen dipimpin oleh General Manager dan dihadiri oleh

seluruh manajer serta perwakilan pekerja. Tinjauan manajemen

dapat membahas mengenai unjuk kerja Sistem Manajemen HSE.

hasil pemantauan dan pengukuran HSE, hasil audit SMK3,

kebijakan HSE, hasil audit pihak ke-3, keluhan pelanggan yang

berhubungan dengan HSE, perubahan peraturan yang signifikan.


51

Dalam penerapan program sistem manajemen kesehatan di

industri, PT X sudah menjalankan program dan telah ditetapkan

serta disosialisasikan kepada seluruh pihak baik internal (

manjemen, karyawan kantor dan karyawan pabrik) maupun pihak

external (tamu dan kontraktor yang berkerja di area pabrik).

Dengan cara menetapkan

program-program yang akan dilaksanakan atau dijalankan selama

satu tahun, antara lain : pelaksanaan bulan K3, safety talk, simulasi

tanggap darurat, pemeriksaan kesehatan tahunan dan peningkatan

kopetensi K3.

Menurut penulis terkait dengan program sistem manajemen

kesehatan kerja di indusri yang ada di PT X sudah sesuai dengan

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

2016 Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja di

Industri, dimana Perusahaan menetapkan prosedur yang memandu

untuk melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap peraturan

perundangan dan persyaratan lainnya terkait dengan K3 yang sesuai

dengan aktifitas dan proses bisnis perusahaan. Peraturan

perundangan dan persyaratan lainnya harus dimonitor dan

diperbaharui ketika terjadi perubahan dari pemerintah maupun

kebijakan perusahaan. Hal ini diatur dalam prosedur pemenuhan

peraturan perundangan dan persyaratan lainnya. Peraturan

perundangan dan persyaratan lainnya akan dikomunikasikan


52

-kepada pihak – pihak yang berkepentingan didalam perusahaan


yang telah diatur dalam prosedur komunikasi, konsultasi dan
partisipasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil kerja praktik dengan judul Sistem Manajemen Kesehatan Kerja

dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

1. Manajemen kesehatan kerja memiliki komponen yang mana komponen

tersebut meliputi komitmen dan kebijakan, perencanaan, penerapan,

pengukuran dan evaluasi serta tinjauan oleh pihak manajemen.

2. Pada program terdapat beberapa konsep, pertama, sistem tidak sesuai dengan

kondisi perusahaan yang terkait. Kedua, komitmen dari pimpinan yang terlalu

lemah dalam perencanaan serta penerapan sistem. Ketiga, minimnya

keterlibatan pekerja dalam kegiatan perencanaan hingga penerapannya.

5.2 Saran

1. Sistem Manajemen Kesehatan Kerja sudah cukup baik, dan sebaiknya

perusahaan melakukan review dan evaluasi terkait prosedur – prosedur yang

harus di perbarui.

2. Program Manajemen Kesehatan Kerja sudah berjalan dengan baik, namun

perlu dilakukan sosialisasi lebih mendalam tentang program yang sudah ada

sehingga dapat dibudayakan menjadi kebiasaan baik oleh seluruh para

pekerja.

53
DAFTAR PUSTAKA

Arisha, Novi, AMD. 2020. Implementasi system manajemen kesehatan kerja di PT.
Sulfindo Adiusaha di Kota Serang. Banten

Biantoroa, Agung Wahyudi, ST., MT.,MM., Pranoto, Hadi,PhD., dkk,2019, Sistem


dan Manajemen K3 perspektif dunia industry dan produktifitas kerja.Jakarta:
Mitra Wacana Media

Budi Kusuma Nuswantoro, Sugiono, dkk, Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan


Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan dengan menggunakan structural
equation model. Malang :

Delvika, Yuana. 2017. Penerapan Sistem Management Kesehatan dan keselamatan


Kerja pada Pabrik Pakan Ternak di Kota Medan. Medan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2019 Tentang


Kesehatan Kerja

Peraturan Mentri Kesehatan Lingkungan Kerja Industri Nomor 70 Tahun 2016

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja,


OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.

Suardi, Rudi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


berdasarkan OHSAS & Permenaker 05/1996

Saputro, Nurul, 2020, Manajemen K3


LAMPIRAN
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN
KESEHATAN KERJA DI PT.SULFINDO
ADI USAHA
SERANG-BANTEN

LAPORAN KERJA PRAKTEK


Oleh

Novi Arisha
NIM 16020098

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS
BALONGAN
INDRAMAYU
2021
RIWAYAT HIDUP

PERSONAL

Nama : Muhamad Fikar Syahbani


Tempat&Tanggal Lahir : Karawang
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 60 kg

Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Babakan maja, Rt.02/01, Des.jomin
Barat,Kec.kotabaru,Kab.karawang

HP : 081280150121
Email : muhamadfikar44@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

A. Pendidikan Formal

2006 – 2012 MI AL-AHLIYAH


2012 - 2015 MTS AL-AHLIYAH
2015 – 2018 SMKN TEXMACO KARAWANG
2018– Sekarang Diploma III Fire & Safety Akamigas Balongan

KUNJUNGAN LAPANGAN
1. Kegiatan Praktek : First Aid

Tempat : Kampus Akamigas Balongan 2018

2. Kunjungan Industri : Manajemen

Tempat : Pemadam Kebakaran, Indramayu, 2019

SEMINAR DAN PELATIHAN

1. Pelatihan Hose Drill With Nozzle

Tanggal : 2 Juli 2018

Tempat : Fire Ground, Akamigas Balongan

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya

dan dapat dipertanggung jawabkan, terima kasih.

Hormat Saya,

Muhamad Fikar Syahbani

Anda mungkin juga menyukai