PRAKTIKUM
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN (K3L)
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..v
6. APD……………...................................................................... ......... 49
7. 5R ..................................................................................................... ......... 58
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
2. PENDAHULUAN
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif.
3. STRUKTUR ORGANISASI
Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang terdiri dari gabungan antara manajemen
dan karyawan. Tanggung jawab dan kewajibannya menitik beratkan pada
pencegahan pencemaran dan kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja.
Fungsi dasarnya :
Manfaatnya :
4. KOMITMEN
5. PENERAPAN
Aspek Lingkungan K3 :
Yaitu unsur / elemen dari suatu kegiatan, produk atau jasa dai organisasi
perusahaan yang dapat berinteraksi dengan lingkungan atau berpengaruh
langsung pada keselamatan dan kesehatan karyawan. Aspek penting
Lingkungan K3 adalah aspek yang mempunyai atau berpotensi memilki
dampak penting terhadap lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja
Dampak Lingkungan K3 :
Evaluasi Lingkungan K3 :
Pemantauan Personel :
Pemantauan Biologis :
Evaluasi Resiko :
Menaksir Pemaparan :
Untuk menentukan jumlah kontaminan yang melewati atau lolos dari alat kendali
karena terjadi kebocoran, kerusakan, kurang perawatan, kapasitsitas yang
berlebih atau karena terjadi kecelakaan. Efisiensi penangkapan alat
pengendalian pencemaran penting untuk membuat konsentrasi kontaminan di
bawah ambang batas pada lokasi tertentu.
Pengawasan Proses :
Untuk meyakinkan bahwa proses yang sedang dipantau berjalan sesuai dengan
yangdiharapkan, bahwa bahan utama tidak hilang karena terjadi kebocoran atau
reaksi samping dan hanya efluen yang diharapkan, dihasilkan dalam jumlah
yang diharapkan pula.
Investigasi Keluhan :
7. AUDIT
Jenis-jenis audit :
First Party Audit, yaitu audit yang dilakukan oleh perusahaan sendiri yang
disebut internal audit
Second Party Audit, yaitu audit yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan,
misalnya customer
Third Party Audit, yaitu audit yang dilakukan oleh badan sertifikasi.
Menilai secara kritis dan sistematis semua aspek, dampak dan potensi
bahaya dalam sistem di kegiatan operasi.
2. PENDAHULUAN
Beban kerja
Kapasitas kerja
Beban Kerja :
Biologis
Kimia
yaitu pengaruh bahan kimia yang berupa gas, uap maupun debu
beracun
Fisika
Ergonomi
Psikologis
Rekognisi
Pengendalian
EFEK SETEMPAT :
EFEK SISTEMIK :
GAS : yakni molekul-molekul gas seperti CO,CO2, NH3, dan sebagainya yang
UAP : adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal
berbentuk cair atau padat. Pelarut-pelarut organic seperti aseton,
kloroform dan benzena menghasilkan uap pada suhu kamar dan uap
tersebut dapat berdifusi kesegala arah.
ASAP : Karbon atau jelaga sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari
bahan yang mengandung karbon.Contoh : pembakaran minyak bumi,
kayu, batu bara.
FUMES :partikel logam halus dengan diameter kurang dari 1 m sebagai hasil
kondensasi atau pengembunanuap atau logam dalam udara yang
dingin. Contoh fumes dari logam Pb dan Zn
KABUT : tetesan halus suatu cairan yang terdispersi dalam udara dengan stabil.
Contoh : kabut akibat penyemprotan cat
DEBU : partikel halus dari zat padat dengan ukuran antara 0,1 – 25 m dan
melayang-layang di udara. Contoh : debu silica, semen, kapur dan
asbes.
Gangguan pernafasan bagian atas, disebabkan gas ynag mudah larut dalam
air, seperti ammonia, belerang dioksida, formaldehida, asam asetat.
Batas keterpaan adalah suatu batas konsentrasi suatu gas, uap atau
aerosol dalam udara kerja dimana pekerja dapat terpapar tanpa menimbulkan
gangguan kesehatan. Batas keterpaan hanya memperhatikan keterpaan
melallui penghirupan atau pernafasan.
NAB (nilai ambang batas) adalah batas konsentrasi suatu zat dalam
udara yang boleh ada yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 40 jam/minggu. Semakin
kecil NAB suatu zat maka semakin berbahaya bila berada dalam udara kerja
dan sebaliknya. Dalam istilah NAB ada beberapa kategori batas keterpaan,
yaitu :
Batas konsentrasi zat dari udara yang tidak boleh dilampaui. Hal ini
disebabkan karena efek zat tersebut bersifat akumulatif atau tidak
reversible. Untuk zat tersebut NAB atau TLV selalui diikuti huruf C. NAB-
C atau TLV-C.
3. Mengurangi Keterpaan
2. PENDAHULUAN
Oleh sebab itu sudah sewajarnya semua orang dalam lingkungan kerja
tersebut, artinya dari manager tertinggi sampai pekerja bertanggungjawab untuk
melaksanakan program. Manajemen berkewajiban menumbuhkan kesadaran
dan kondisi yang positif diseluruh lingkungan kerja. Pekerja bertanggungjawab
dalam menangani bahan dan proses secara aman. Manager menengah
bertanggungjawab untuk :
- melihat apakah peraturan dan prosedur kerja dilakukan dengan baik oleh
pekerja
- Bahaya dari bahan oleh pemanasan atau interaksi dengan bahan lain
dalam percobaan
4. Kecelakaan di Laboratorium
Tidak menggunakan alat pelindung diri yang tepat. Hal ini dapat terjadi
karena ketidakpahaman pekerja pada kegunaan alat pelindung diri yang
akan dikenakan, contohnya : menggunakan masker kain sebagai
perlindung pernapasan pada saat bekerja dengan bahan yang
menghasilkan gas atau uap kimia beracun atau toksik.
Listrik. Hal ini diakibatkan hubungan pendek arus listrik, tenaga listrik
yang besar tidak di”ground”kan sehingga akan menimbulkan listrik statis
yang berbahaya.
Pemanasan bahan kimia mudah terbakar Hal ini terjadi disebabkan oleh
pekerja yang melakukan pemanasan bahan kimia mudah terbakar
langsung dengan api dan tidak menggunakan pemanas air, kontak uap
bahan mudah terbakar dengan sumber pemanasan yang tidak terkendali
Penyimpanan bahan kimia yang tidak memadai. Hal ini terjadi karena
kelalaian dalam penyimpanan bahan kimia, Contohnya: penyimpanan
bahan kimia secara bertumpuk-tumpuk, penyimpanan yang berdekatan
antara bahan yang inkompatibel, bahan kimia yang terlalu lama
disimpan, silider gas disimpan tidak terikat.
Supervisor / Pengawas
Sikap dan tingkah laku pekerja yang lalai, menganggap remeh setiap
kemungkinan bahaya dan enggan menggunakan alat pelindung diri menrupakan
penyebab kecelakaan sering terjadi.
Keadaan yang tidak aman dapat disebabkan oleh bahan, teknik dan alat.
Penggunaan bahan kimia berbahaya tanpa pengetahuan yang memadai
merupakan penyebab terjadi kecelakaan. Teknik atau cara kerja yang tidak
aman juga dapat menjadi penyebab kedaan tidak aman, contohnya adalah pada
teknik kerja menggunakan pemanasan langsung dengan bahan kimia mudah
terbakar. Selain itu kondisi ruang kerja yang tidak memadai, contohnya adalah
ruang kerja yang pengap dan terpolusi, penataan bahan yang tidak teratur dan
tidak mengikuti aturan penyimpanan juga merupakan penyebaba keadaan tidak
aman.
Supervisor / Pengawas
6. AKIBAT KECELAKAAN
Perusahaan :
Kewajiban :
Pekerja :
Kewajiban :
Hak :
Pemerintah :
Kewajiban :
Hak :
2. PENDAHULUAN
Bahan kimia berbahaya adalah bahan atau senyawa baik alami atau
sistetis yang mengandung potensi untuk menimbulkan keracunan, ledakan,
kebakaran atau kerusakan terhadap kehidupan, kesehatan dan keselamatan
pekerja, masyarakat, dan/atau lingkungan jika tidak dikontrol dengan benar
selama penanganan, penyimpanan, pembuatan, penggunaan, pembuangan dan
pengangkutan. Adapun bahaya yang ditimbulkan mungkin disebabkan
kecelakaan seperti kebakaran, kebocoran, peledakan dan pembuangan limbah
3. Bahan kimia oksidator ( Oxidation Agents), yaitu bahan kimia yang dapat
menghasilkan oksigen.
4. Bahan kimia reaktif terhadap air ( water Sensitive Substances), yaitu bahan
kimia yang mudah bereaksi dengan air dengan menghasiklan panas dan
gas yang mudah terbakar.
7. Bahan kimia beracun ( Toxic Agents), yaitu bahan kimia yang bila diserap
oleh tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau lewat kulit dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia.
8. Bahan kimia korosif ( Corrosives Chemicals), yaitu bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kerusakan bila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan
lain.
Peledakan dapat terjadi karena adanya reaksi yang amat cepat dan
menghasilkan panas serta gas dalam jumlah besar. Reaksi eksplosif demikian
selain banyak menimbulkan kerusakan karena tenaga yang amat besar, tetapi
juga disertai kebakaran. Dalam laboratorium maupun industri kimia, peledakan
adalah kecelakaan yang sering terjadi dan menimbulkan banyak korban serta
kerugian harta.
Pada umumnya proses eksplosif selalu disertai dengan kebakaran,
maka percobaan-percobaan dengan senyawa-senyawa eksplosif sebaiknya
dilakukan dalam almari asam, memakai alat, pelindung dan siap dengan
pemadam kebakaran
Bahan-bahan kimia yang mudah meledak atau eksplosif dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Bahan kimia yang mudah meledak karena sifat dari bahan tersebut yang
reaktif atau tidak stabil
2. Bahan kimia yang sengaja dibuat untuk tujuan peledakan atau bahan
peledak seperti: Tri Nitro Toluen yang disingkat TNT , nitrogliserin dan
amonium nitrat.
Pada umumnya bahan kimia oksidator bersifat reaktif dan eksplosif serta sering
menimbulkan kebakaran. Kebakaran akibat bahan oksidator sukar dipadamkan
karena mampu menghasilkan oksigen sendiri.
Bahan-bahan kimia reaktif terhadap air mudah bereaksi dengan air, uap
air atau larutan yang banyak mengandung air secara spontan, menghasilkan
panas yang besar dan atau gas yang mudah terbakar/menyala, beracun
ataupun kombinasinya.
Logam-logam seperti Natrium, litium, Kalium, rubidium , kalsium, alloy
serta amalgama dari logam-logam tersebut jika bereaksi dengan air
menyebabkan reaksi yang eksotermis (kadang-kadang disertai ledakan) diikuti
LFL-UFL
Gas Kegunaan NAB (ppm) (%) Bahaya
Asetilen Bahan bakar AAS - 2.5 - 81 Mudah terbakar,
Amonia Reagen, pelarut 50 15 - 28 Beracun, aspiksian
Gas pembawa
pada kromatografi
Argon gas - - Aspiksian
Beracun, iritant,
Klor Reagen 1 - Korosif
Hidrogenasi, Mudah terbakar,
Hidrogen kromatografi gas - 4.0 - 75 aspiksian
Helium Gas karier - - Aspiksian
Karbondioksida Gas penginert 5000 - Aspiksian
Nitrogendioksisda Bahan Bakar AAS 5 - Beracun, korosif
Etilen oksida Sterilisasi, 50 3 - 100 Mudah terbakar,
Sintesis beracun
Bahan kimia beracun dapat berupa gas beracun, cairan (pelarut organik)
dan padatan/ logam/ metaloid. Bahan-bahan kimia tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh melalui:
1. Tenggorokan/ tertelan. Hal ini jarang terjadi kecuali ada keteledoran
didalam bekerja seperti, ketika memipet larutan dengan mulut (
walaupun sekarang hal tersebut tidak boleh dilakukan karena sudah ada
alat bantu seperti bulp) atau makan dan minum dalam laboratorium.
2. Absorpsii kulit. Bahan kimia seperti anilin, nitrobenzena, fenol, paration,
dan asam sianida (HCN) mudah terserap kulit. Mekanisme dari proses
ini diduga ada hubungan erat dengan kelarutan lipid (lemak) pada kulit.
3. Melalui pernapasan. Gas, debu, dan uap mudah terserap lewat
pernapasan. Gas-gas seperti sulfur dioksida (SO2) dan klor (Cl2) dapat
memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Tetapi gas-gas
seperti HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn, yang telah terserap lewat
pernapasan, akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke
seluruh organ-organ tubuh.
Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan
jaringan tubuh seperti kulit, mata dan saluran pernafasan. Oleh karena itu,
bahan kimia korosif dapat pula disebut sebagai bahan kimia iritant. Bahan kimia
korosif juga dapat merusak wadah tempat penyimpanan sehingga wadah
menjadi bocor/tumpah serta melepaskan uap beracun.
Pengaruh bahan kimia korosif amat bergantung pada keadaan fisik atau
kelarutan zat dalam permukaan bagian tubuh yang terkena. Akibat yang
ditimbulkannya dapat berupa efek setempat (primer) dan efek sistemik
(sekunder). Asam sulfat dan asam trikloroasetat (TCA) dapat menimbulkan luka
setempat. Asam sulfida dapat menimbulkan efek sistemik, yakni tidak hanya
peradangan pada saluran pernafasan tetapi sampai pada paru-paru.
Bahan korosif cair, contoh: asam mineral (HNO3 , HCl, H2SO4 H3PO4 dan
HF), asam organik ( HCOOH, CH 3COOH dan CH2ClCOOH ) serta
pelarut organik (petrolium, Hidrokarbon terklorinasi, Karbon disulfida dan
terpentin).
Bahan korosif gas, contoh: NH3, HF, CH3COOH, S2Cl2 . SO2 , Cl2 , Br2 ,
AsCl3 dan PCl3. O3, NO2 dan COCl2
2. PENDAHULUAN
a. Kamar P3K
Pada umumnya lingkungan atau pabrik yang besar menyediakan ruangan
khusus untuk ruangan P3K. Bahkan sekarang sekolah-sekolah sudah
menyediakan ruangan khusus P3K yang disebut ruangan UKS (usaha
kesehatan sekolah). Ruangan tersebut lokasinya harus ditempat yang sepi
dan bersih, tetapi masih dilingkungan sekitar tempat kerja/sekolah.
b. Tandu.
Tandu dapat dibut atau dimodifikasi dengan mengunakan beberapa bahan
seperti pintu, meja, kayu, bambu, papan atau selimut. Untuk perusahan
yang besar umumnya mempunyai tandu sekop atau tandu ortopedik, yang
dapat digunakan untuk mengangkat korban dengan trauma tulang belakang
atau luka dalam. Tandu tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi korban,
tanpa memperburuk luka korban dan merubah posisi korban pada saat
ditemukan.
Lemari atau kotak portable yang terbuat dari kayu atau plastik, dikenal
dengan nama kotak P3K. Sekarang sudah banyak dijual dalam bentuk
tas ”attache” / First aid kit, lengkap dengan peralatan dan obat-abat yang
diperlukan untuk melaksanakan P3K.
Racun yang bersifat korosif dan iritatif, yaitu racun yang merusak dan
merangsang jaringan-jaringan selaput lendir pada alat-alat
pernafasan, alat-alat pencernaan dan kulit.
5. Jenis/macam dan kadar racun: racun kuat, racun agak kuat, racun
sedang dan racun lemah. Keracunan oleh bahan-bahan kimia
tergantung pula sifat-sifat kimia dan fisik dari bahan-bahan tersebut.
12 Hidrogen sulfida, Darah putih, hati dan Natrium nitrit atau amil
merkaptan, karbon ginjal nitrit
disufida dan sulfida
lainnya
13 Karbon Monoksida Darah (Hb tidak dapat Oksigen
mengangkut oksigen)
14 Asam-asam yang Saluran nafas bagian Kalsium glukonat 10 %
bersifat korosif atas
Luka bakar dapat terjadi disebabkan oleh beberapa sebab yaitu: panas
yang berlebih seperti api, uap, benda-benda atau cairan panas, gesekan,
bahan kimia, listrik, radiasi dan nuklir . Perkiraan berat ringannya luka bakar
dapat ditentukan oleh letak dari luka bakar (pada lapisan epidermis atau lapisan
dermis) serta luasnya luka bakar. Tingkat kebakaran ditentukan berdasarkan
posisi luka bakar pada kedua lapisan kulit tersebut yaitu:
1. Tingkat 1. Jika luka bakar hanya sampai lapisan epidermis dengan
tanda bercak-bercak merah. Memerlukan waktu kira-kira 1 minggu untuk
normal kembali.
2. Tingkat 2. Jika luka bakar sampai lapisan dermis dengan tanda
terbentuknya gelembung cairan (blister) pada kulit. Memerlukan waktu
kira-kira 3 sampai 7 minggu untuk untuk normal kembali.
3. Tingkat 3. jika luka bakar mengenai seluruh tebalnya kulit dengan tanda
adanya warna coklat mengarang, dan kaku pada jaringan bawah kulit
atau kadang-kadang tulangnya terlihat. Untuk luka bakar yang cukup
luas tidak akan sembuh bila tidak dilakukan operasi cangkok kulit (skin
grating).
Api yang menyala pada pakaian lebih mudah padam apabila orang
bersangkutan digulingkan (dijatuhkan) ke tanah atau disemprot dengan air.
Penanganan selanjutnya adalah:
Pindahkan korban dari bahaya. Jangan menjadi korban juga.
Rebahkan korban.
Lepaskan perhiasan dan pakaian yang terbakar, jika sulit biarkan.
Jangan merobek pakaian yang menempel pada luka, karena dapat
membahayakan luka itu sendiri.
Bagian tubuh yang terkena luka bakar diberi air es atau air dingin sampai
suhu tubuh normal kembali atau lakukan sampai yang bersangkutan
tidak merasa nyeri. Jangan sampai memberi pendingin yang berlebih,
menggigil.
Tutupi daerah luka (bagian tubuh yang terbakar) dengan kasa steril atau
kain bersih. Jangan menggunakan handuk, kapas, atau selimut.
Jangan pecahkan gelembung.
Cari pertolongan medis/dokter.
Jangan memberikan salep, minyak, krim atau obat lain pada luka tanpa
rekomendasi dokter.
Jika korban merasa sakit kurangi rasa sakit dengan menyiramkan air
pada pembalut kasa.
Luka pada mata dapat terjadi diakibatkan oleh beberapa sebab seperti:
percikan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, masuknya benda asing
seperti debu, partikel atau pasir serta gas atau uap kimia (asam maupun basa)
yang bersifat iritan dan korosif (seperti asam sulfat pekat, kalium hidroksida,
amina, amonia dan sebagainya). Cara perawatan bagi kecelakaan pada mata
akan dibahas pada bab berikut, tetapi peringatan yang harus diingat dalam
menangani korban adalah: jangan mencoba melepaskan benda-benda yang
sudah melekat pada mata atau mencoba memeriksa mata bila luka pada mata
cukup berat.
Korban melihat ke atas, tarik bagian bawah ke arah bawah dan luar. Bila
benda terlihat, dapat dikeluarkan dengan pertolongan kapas yang
dibasahi dengan air yang diusapkan ke dalam biji mata.
Bila benda tidak terlihat, dengan hati-hati kelopak mata bagian atas
dilipat keluar dengan memegang pangkal bulu mata atau mata korban
dikedip-kedipkan agar benda asing tersebut dapat keluar. Bila masih
gagal bilas mata dengan air bersih.
Bila benda tertanam dalam biji mata harus segera mencari pertolongan
dokter.
Jangan mencoba mengeluarkan benda asing pada bagian mata yang
berwarna.
c. Penanganan luka pada mata yang disebabkan oleh uap atau gas
2. PENDAHULUAN
Kenali potensi dan resiko bahaya yang akan timbul selama bekerja.
Perkiraan resiko (hal yang paling buruk) yang mungkin akan terjadi
selama melakuan pekerjaan.
( APD ) yang sesuai. APD yang umum digunakan adalah sarung tangan,
Melindungi tubuh dari Luka bakar yang disebabkan oleh panas, bahan
kimia dan radiasi.
Melindungi dari kecelakaan yang disebabkan oleh tumpahan bahan
kimia berbahaya dan beracun, lantai licin, benda tajam, logam berpijar,
listrik, air, lumpur dan minyak.
A. Tangan
Alat yang digunakan untuk melindungi tangan disebut “ Glove “ (sarung
tangan pelindung). Glove ini terutama digunakan pada saat menangai bahan
eksplosif, korosif, iritan dan bahan beracun yang dapat terserap melalui kulit.
Jenis glove bermacam-macam tergantung dari bahan yang digunakan, ada
yang terbuat dari bahan kulit, karet, gauntlet, plastik atau polietilen. Dalam
memilih dan menggunakan glove perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Jari dan tangan harus dapat bergerak bebas.
Jenis bahaya yang mengancam.( jangan menggunakan glove yang
dapat menyerap bahan yang akan digunakan)
Bagian tangan yang memerlukan perlindungan ( sarung tangan untuk
peramu bahan kimia berbahaya dan beracun harus cukup panjang,
sehingga dapat ditutupi oleh lengan baju pelindung).
Kecelakaan yang akan dicegah seperti benda panas, bahan kimia,
alirtan listrik dan radiasi.
Alat perlidung diri mata yang umum digunakan adalah safety Glasses
(spectacles), cup goggles dan wide vision goggles. Faktor yang paling penting
dalam memakai alat pelindung mata yaitu
Memilih kaca mata yang sesuai dengan fungsi/peruntukannya.
Disesuaikan dengan kondisi mata dari pemakainya.
Disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta
resiko yang ditimbulkan terhadap mata.
Contact lenses hendaknya tidak digunakan bagi pekerja yang
menggunakan bahan kimia. Karena ditakutkan ada reaksi antara bahan
kimia dengan contact lenses.
Pada umumnya alat pelindung mata dibuat untuk melindungi mata dari
benturan/ impak . Untuk pekerja yang menangani bahan kimia goggles seperti
itu tidak selalu sesuai karena tidak melindungi mata dari percikan debu, gas
dan uap bahan kimia . Khusus untuk menangani bahan kimia dikenal dengan
nama “Close fitting goggles” Goggles yang memenuhi standar internasional
untuk menangani bahan kimia adalah British Standards Institute BS 2092 C
untuk cairan kimia, BS 2092 D untuk debu dan BS 2092 G untuk gas dan uap
kimia.
Bagian terpenting dari safety glasses (Spectacles) adalah lensa. Macam-
macam lensa pada safety glasses sebagai berikut:
Lensa yang diperkeras.
Lensa berwarna
Lensa yang khusus untuk radiasi filter.
Alat pelindung diri mata dirancang untuk melindungi mata dari:
Pukulan, benturan / impak
Benda asing yang masuk ke mata ( percikan bahan kimia, debu kimia
dan gas atau uap kimia).
Luka bakar yang disebabkan oleh panas, bahan kimia dan radiasi.
Contoh gambar pelindung diri mata dapat dilihat pada gambar berikut:
C. Muka (Wajah)
Alat pelindung muka yang umum digunakan adalah face shields dan
visors yang berfungsi melindungi muka mulai bagian kening, seluruh wajah dan
leher. face shields tidak melindungi mata karena itu dalam pengunaannya perlu
digabungkan dengan goggles .
Alat pelindung muka yang digunakan untuk mengelas disebut Helm.
Helm ini harus tahan terhadap panas yang tinggi maka digunakan bahan lensa
fibre glass. Berikut contoh gambar helm dengan bahan lensa fibre glass:
F. Pernafasan / Paru-paru
G. Kaki
Alat pelindung kaki yang biasa digunakan adalah sepatu, maka disebut
sepatu pengaman. Sepatu pengaman harus dapat melindungi kaki terhadap
kecelakaan yang disebabkan oleh tumpahan bahan kimia berbahaya dan
beracun seperti asam-asam kuat, lantai licin, benda tajam, logam berpijar, listrik,
air, lumpur dan minyak.
Jenis sepatu pelindung kaki adalah sepatu boot, sepatu keselamatan
dan sepatu non-konduktor. Contoh sepatu pengaman dapat dilihat pada gambar
berikut:
H. Kepala
Kepala perlu dilindungi dari jatuhan benda keras/ berat dan panas, benturan,
percikan bahan kimia serta mesin yang dapat menarik rambut. Jenis alat
pelindung kepala yang umum digunakan adalah : helm, penutup kepala yang
berfungsi menutupi bagian rambut. Alat ini biasanya terbuat dari kain atau
bahan sintetik lainnya. Contoh sepatu pengaman dapat dilihat pada gambar
berikut:
I. Telinga
Ear Plug, alat ini menutupi/ dimasukkan ke dalam lubang telinga dan
terbuat dari bahan karet, kapas atau plastik.
2. PENDAHULUAN
Perubahan dapat terjadi pada pola pikir, pola kerja, pola belajar dan pola
tindakan. Tuntutan perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang lebih
2. RINGKAS (PEMILAHAN)
kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Produktivitas / efisiensi
meningkat
3. RAPI (PENATAAN)
Rapi berarti setiap item yang masih diperlukan dalam pekerjaan, tersedia
tempatnya dan jelas status keberadaannya, setiap item dan tempat
penyimpanannya mempunyai nama atau kode identifikasi yang distandarkan,
setiap oang mematuhi aturan penyimpanan dan ada mekanisme pemastiannya.
Penerapan rapi dapat dilakukan dengan cara :
Keseragaman alat
Kelompok Erlenmeyer
Fungsional alat
Batasan waktu
b. Penyiapan tempat
c. Tanda batas
4. RESIK (PEMBERSIHAN)
d. Pelestarian resik
5. RAWAT (PEMANTAPAN)
Merawat Ringkas
Merawat Rapi
Merawat Resik
Operasi langit-langit
c. Mekanisme terpantau
e. Pemeriksaan
berkurang
6. RAJIN (DISIPLIN)
karyawan
produktivitas kerja
Metode Program :
Petunjuk Penerapan :
2. PENDAHULUAN
Oleh sebab itu sudah sewajarnya semua orang dalam lingkungan kerja
tersebut, artinya dari manager tertinggi sampai pekerja bertanggungjawab untuk
melaksanakan program. Manajemen berkewajiban menumbuhkan kesadaran
dan kondisi yang positif diseluruh lingkungan kerja. Pekerja bertanggungjawab
dalam menangani bahan dan proses secara aman. Manager menengah
bertanggungjawab untuk :
- melihat apakah peraturan dan prosedur kerja dilakukan dengan baik oleh
pekerja
- Bahaya dari bahan oleh pemanasan atau interaksi dengan bahan lain
dalam percobaan
4. Kecelakaan di Laboratorium
Tidak menggunakan alat pelindung diri yang tepat. Hal ini dapat terjadi
karena ketidakpahaman pekerja pada kegunaan alat pelindung diri yang
akan dikenakan, contohnya : menggunakan masker kain sebagai
perlindung pernapasan pada saat bekerja dengan bahan yang
menghasilkan gas atau uap kimia beracun atau toksik.
Ventilasi tidak memadai, hal ini dapat terjadi bila ventilasi ruang asam
tidak berfungsi dengan baik akibat bocor atau sebagai tempat
menyimpan berbagai bahan kimia. Selain itu ventilasi ruang kerja yang
banyak menghasilkan uap berbahaya tidak memadai.
Listrik. Hal ini diakibatkan hubungan pendek arus listrik, tenaga listrik
yang besar tidak di”ground”kan sehingga akan menimbulkan listrik statis
yang berbahaya.
Pemanasan bahan kimia mudah terbakar Hal ini terjadi disebabkan oleh
pekerja yang melakukan pemanasan bahan kimia mudah terbakar
langsung dengan api dan tidak menggunakan pemanas air, kontak uap
bahan mudah terbakar dengan sumber pemanasan yang tidak terkendali
Penyimpanan bahan kimia yang tidak memadai. Hal ini terjadi karena
kelalaian dalam penyimpanan bahan kimia, Contohnya: penyimpanan
bahan kimia secara bertumpuk-tumpuk, penyimpanan yang berdekatan
antara bahan yang inkompatibel, bahan kimia yang terlalu lama
disimpan, silider gas disimpan tidak terikat.
Efektifitas JSA
Dibagi
Update
Tinjau segera dalam kejadian kecelakaan
2. PENDAHULUAN
3. IDENTIFIKASI BAHAYA
4. PENILAIAN RISIKO
Keterangan:
Extreme High Risk (E): Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya
High Risk (H): Risiko tinggi, dibutuhkan perhatian dari manajemen
puncak
Medium Risk (M): Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus
spesifik
Low Risk (L): Risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin
Sebagai tindak lanjut dari penilaian risiko perlu dilakukan evaluasi risiko.
Tujuannya untuk melihat apakah risiko yang telah dianalisis dapat diterima atau
tidak dengan tingkat/ level risiko sesuai kriteria standar yang digunakan dan
selanjutnya akan masuk pada pertimbangan tahapan pengendalian risiko.
5. PENGENDALIAN RISIKO
5.1. ELIMINASI
Eliminasi merupakan teknik pengendalian risiko dengan bahaya
dihilangkan sama sekali dari tempat kerja atau area kerja. Contoh eliminasi
adalah pada pengangkatan barang secara manual menggunakan tenaga
operator memiliki potensi bahaya cidera pada punggung hingga terkena
penyakit hernia. Prosedur pengangkatan secara manual dihilankan sama sekali.
Pengangkatan barang dapat menggunakan air balancer atau dilakukan secara
robotik sehingga potensi bahaya di atas dapat dihilangkan sama sekali.
5.2. SUBSTITUSI
Teknik ini tidak dapat menghilangkan bahaya K3 seperti teknik eliminasi,
tetapi hanya menurunkan tingkat bahayanya. Substitusi dapat dilakukan denga
mengganti sumber resiko dengan sarana / peralatan lain atau tempat pekerjaan
yang tingkat resikonya lebih rendah / tidak ada. Contoh sustitusi:
• Penggunaan bahan kimia berbahaya dengan yang lebih rendah
tingkatan bahayanya, seperti: mengganti bahan kimia yang berbentuk
gas dengan berbentuk cair, mengganti toxic solvent dengan deterjen.
5.3. PERANCANGAN
Teknik pengendalian ini diterapkan dengan cara melakukan rekayasa
atau modifikasi, untuk mengurangi paparan bahaya dari sumbernya. Hal
tersebut dapat dilakukan denga mengubah desain tempat kerja, peralatan atau
proses kerja dalam mengurangi tingkat resiko. Cirinya adalah melibatkan
pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih
aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, mengurangi
frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya. Contoh Perancangan atau
Rekayasa Teknik adalah:
• Memindahkan area penyimpanan kertas photocopy ke dekat mesin
untuk mengurangi resiko pengangkutannya.
• Mengendalikan zat-zat kimia dengan melakukan perbaikan terhadap
ventilasi
• Memasang lift barang untuk mengurangi pengangkutan melalui tangga
• Memodifikasi sistem exhaust untuk mengurangi kebisingan
5.4. ADMINISTRASI
Teknik pengendalian administrasi dilakukan dengan menggunakan
prosedur, Standar Operasi Kerja (SOP) atau panduan sebagai langkah untuk
mengurangi resiko. Pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana
pengendali resiko lainnya, misalnya pengaturan jam kerja, pelatihan,
pemberlakuan aturan, rambu K3, poster K3, label dan lain-lain. Contoh
penerapan administrasi adalah sebagai berikut:
• Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek resiko
• Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area
• Melakukan supervisi pekerjaan
• Membuat prosedur, SOP, Panduan, instruksi kerja atau pelatihan
pengamanan
5.5. APD
Alat Pelindung Diri mencakup semua pakaian dan aksesoris yang
digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber bahaya.
Dalam hal ini, paparan bahaya dikendalikan dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai. Penggunaan APD yang tepat dan lengkap adalah
kunci keberhasilan dari penerapan teknik ini. Bukan asal pakai. Teknik ini
biasanya digabung dengan pengendalian administratif, sebagai media
komunikasinya.
Penggunaan pengendalian dengan menggunakan Alat Pelindung Diri
hanya digunakan pada situasi di bawah ini:
• Bila tidak ada lagi alat kontrol yang memungkinkan, seperti pakaian yang
digunakan oleh para astronot.
• Hanya sebagai tindakan sementara, hingga sarana kontrol permanen
ditemukan.
• Sebagai tambahan bagi sarana pengendali lainnya (hanya sebagai
pelengkap saja atas alat kendali yang sudah ada).
Fluida
Cidera - Inspeksi Rutin,
N Bertekanan
Anggota 2 3 2x3 M Pemantauan Rutin,
Tubuh
Jadwal Perawatan,
PROPYLENE APAR, Prosedur
1 Kerusakan
SCRUBBER
Mudah (ADM)
N terbakar
Alat Peralatan 2 3 2x3 M - Topi, Sepatu,
Luka bakar Overall, Sarung
Tangan (APD).
Iritasi, Luka
Bahan
bakar, pusing, - Inspeksi Rutin,
N Beracun 2 3 2x3 M
Berbahaya mau muntah, Pemantauan Rutin,
pingsan Jadwal Perawatan,
CATALYST Mudah Kerusakan APAR, Prosedur
2 N 2 3 2x3 M
HOLDING DRUM terbakar Alat Peralatan (ADM)
Iritasi, Luka - Topi, Sepatu,
Mudah bakar, pusing, Overall, Sarung
N 2 3 2x3 M Tangan (APD).
menguap mau muntah,
pingsan
Sesak,
pingsan,
N Limbah Cair B3 keracunan, 1 3 1x3 L
kanker paru-
paru
Gas Bau Mau muntah,
N 1 3 1x3 L
Bahan Kimia pingsan
Cidera
anggota
N Jatuh 1 3 1x3 L
tubuh, patah
tulang
mata cepat
- Prosedur,
lelah, mata
5 MONITOR DCS N radiasi Cahaya
cepat
1 3 1x3 L Pengaturan Jam
Kerja (ADM)
pegal/capek.
2. PENDAHULUAN
12. UNSW Health and Safety. 2008. Risk Management Program. University
of South Wales. Canberra.