Anda di halaman 1dari 190

MODUL PEMBINAAN

CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM


(AK3U)
[Type the document subtitle]

Dasar K3 dalam Pengawasan


Dasar K3 dalam
Norma Sistem
Pengawasan Norma
Manajemen Keselamatan dan
Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja (SMK3)
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3)

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA 1

TAHUN 2020
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ................................................................................................... -


Daftar isi ............................................................................................................. i
Daftar tabel......................................................................................................... ii

BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 1
C. Ruang Lingkup Pembahasan Modul ................................................. 2

BAB IIPOKOK BAHASAN SMK3


A. Dasar Hukum .................................................................................... 4
B. Pengertian ......................................................................................... 4
C. Penerapan SMK3 .............................................................................. 6
D. Audit SMK3 ....................................................................................... 21
E. Pengawasan SMK3 ........................................................................... 44

BAB IIIPENUTUP

Soal Latihan ....................................................................................................... 48

Daftar Pustaka ................................................................................................... 46

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria pada Tingkat Penerapan SMK3 ................................................ 30


Tabel 2 Penilaian Tingkat Penerapan SMK3...................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat
ketat dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya
mempersyaratkan adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia
industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas
dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Makin
kompleknya peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang
mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila
tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin.Hal ini
menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak
lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola yang
harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi bahaya
harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan sistem
manajemen K3.
Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, tidak terlepas dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi melalui SMK3 guna
menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien
dan produktif.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah
berkembang di berbagai negara baik melalui pedoman maupun
standar.Penerapan SMK3 bersifat normative sehingga harus ditaati oleh
perusahaan.Untuk itu Ahli K3 Umum mempunyai kewajiban melakukan
pengawasan terhadap ditaatinya norma tersebut di tempat kerjanya masing-
masing.

1
Untuk dapat memberikan pemahaman yang seragam tentang SMK3 bagi
setiap perusahaan dalam menerapkan SMK3 maka perlu disusun modul SMK3
ini.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami
Sistem Manajemen K3 (SMK3).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mampu:
a. menjelaskan SMK3
b. mendeskripsikan secara garis besar SMK3
c. menerapkan SMK3
d. memahami secara garis besar tentang audit SMK3

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN MODUL


1. Materi Pokok : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
2. Sub Materi Pokok :
a. Dasar Hukum SMK3
b. Pengertian
c. Penerapan SMK3
d. Audit SMK3
e. Pengawasan SMK3

2
BAB II
POKOK BAHASAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Terdiri dari 11 Bab dan 18 Pasal
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Terdiri dari 18 Bab dan 193 Pasal.Pasal yang mengatur tentang SMK3 pada
pasal 87.
3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

B. PENGERTIAN
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
3. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil
kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3
di perusahaan.
4. Auditor SMK3 ialah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi baik dari
dalam maupun dari luar perusahaan dan independen untuk melaksanakan
audit SMK3.
5. Audit Internal Sistem Manajemen K3 adalah audit Sistem Manajemen K3
yang dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam rangka pembuktian penerapan
Sistem Manajemen K3 dan persiapan audit eksternal Sistem Manajemen K3
3
dan atau pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan-tujuan
lainnya ;
6. Audit Eksternal Sistem Manajemen K3 adalah audit Sistem Manajemen K3
yang diselenggarakan oleh Lembaga Audit dan dilaksanakan oleh Auditor
Eksternal dalam rangka pembuktian penerapan Sistem Manajemen K3 di
tempat kerja terhadap pemenuhan persyaratan peraturan perundangan ;
7. Penghargaan SMK3 adalah tanda penghargaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan pemerintah kepada
manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam melaksanakan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan pada jangka waktu tertentu.
8. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
9. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
10. Perusahaan adalah :
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
11. Pengusaha adalah :
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

4
C. PENERAPAN SMK3
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan khususnya pada pasal 87 yaitu bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan SMK3. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
“setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan”, dalam menerapkan SMK3
menggunakan pedoman penerapan yang telah ditetapkan yaitu Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan
kebijakan nasional tentang SMK3.Kebijakan nasional tentang SMK3 tersebut
tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Kebijakan nasional yang
tertuang dalam PP tersebut menjadi pedoman bagi perusahaan dalam
menerapkan SMK3.
SMK3 disusun dengan adanya beberapa hal yang menjadi latar belakang,
yaitu :
1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
2. Kecelakaan kerja yang terjadi relative masih tinggi
3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih dominan bersifat parsial dan belum
menyentuh aspek manajemen
4. Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal K3
5. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh
komunitas perlindungan hak buruh internasional
7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan
8. Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program
9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional baik secara
politis maupun sosial
10. Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah
dilihat dari pendekatan moral
11. Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan,
belum dirtempatkan sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil

5
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
1. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) PP 50 tahun 2012
bahwasanyainstansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman
penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Meskipun di dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 setiap perusahaan
wajib menerapkan SMK3, namun kewajiban ditetapkan dalam PP No. 50 berlaku
bagi perusahaan:
1. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
2. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggisesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat
memperhatikan konvensi atau standar internasional.
Penerapan SMK3 dilaksanakan meliputi :
1. Penetapan Kebijakan K3;
2. Perencanaan K3;
3. Pelaksanaan rencana K3;
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Penjelasansecara rinci terhadap kelima tahapan tersebut sebagaimana telah


dijelaskan dalam Lampiran 1 PP No. 50 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

A. PENETAPAN KEBIJAKAN K3
1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a. tinjauan awal kondisi K3; dan
6
b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
2. Penetapan kebijakan K3 harus:
a. disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b. tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c. secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok, dan pelanggan;
e. terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
f. bersifat dinamik; dan
g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan
tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
3. Untuk melaksanakan ketentuan angka 2 huruf c sampai dengan huruf g,
pengusaha dan/atau pengurus harus:
a. menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan;
b. menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-
sarana lain yang diperlukan di bidang K3;
c. menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang
dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
d. membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;
e. melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.
4. Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a sampai dengan huruf e
diadakan peninjauan ulang secara teratur.
5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan
komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan.
6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.

B. PERENCANAAN K3
1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
a. Hasil penelaahan awal

7
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3
perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus:
1) ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan; dan
2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.
d. Sumber daya yang dimiliki
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber
daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber daya manusia yang
kompeten, sarana dan prasarana serta dana.
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara
teratur sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3
paling sedikit memenuhi kualifikasi:
1) dapat diukur;
2) satuan/indikator pengukuran; dan
3) sasaran pencapaian.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus
berkonsultasi dengan:
1) wakil pekerja/buruh;
2) ahli K3;
3) P2K3; dan
4) pihak-pihak lain yang terkait.
b. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat
risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang
tinggi diprioritaskan dalam perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya

8
Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil
penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan
penggunaan alat pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin
tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan
prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat
berjalan.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam perencanaansetiap kegiatan harus mencakup jangka waktu
pelaksanaan.
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan
parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3
yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian tujuan penerapan SMK3.
g. Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawabanharus ditetapkan dalam pencapaian
tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen
perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan
tersebut dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila
semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta
dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki budaya
perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi
SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus:
1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di
bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan
hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen,
pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;
2) mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan
tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
program K3; dan
9
3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

C. PELAKSANAAN RENCANA K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau
pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan melaksanakan hal-hal
sebagai berikut :
1. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan
2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.
Keterangan lebih rinci adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus
membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan
memiliki kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3
yang dibuktikan melalui:
a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang; dan
b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan
dari instansi yang berwenang.
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada
setiap tingkatan manajemen perusahaan dan
menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan;
3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi
K3 secara efektif;
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran
para ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan
keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha
dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan
kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain
10
yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan
pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki
dan merasakan hasilnya.

Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3,


pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada
tenaga kerja atau pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia,
ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat
menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman
sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya
insiden.
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
K3, harus dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3;
2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk
bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung meliputi:
a) pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab
harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan
dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh
setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan;
b) pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja
sebagai sumber daya yang berharga dan dapat
ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab dalam menerapkan dan
mengembangkan SMK3;
3) mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan
tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
program K3;
11
4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.
d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi
kerja K3.
Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan
dikembangkan sesuai kebutuhan dengan:
1) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada;
2) memeriksa uraian tugas dan jabatan;
3) menganalisis tugas kerja;
4) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan
5) meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar
penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi
dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian
kinerja.
2. Menyediakan Prasarana dan Sarana Yang Memadai
Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang
bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama
antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga
kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan
baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Anggaran
12
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk:
1) keberlangsungan organisasi K3;
2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan
3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat
evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung
diri.
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis
pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan
berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang
kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk:
a) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan audit dan tinjauan ulang manajemen
dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki
andil dalam kinerja perusahaan;
b) melakukan identifikasi dan menerima informasi K3
dari luar perusahaan; dan
c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait
dikomunikasikan kepada orang-orang di luar
perusahaan yang membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:
a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan-
undangan dan internal/indikator kinerja K3;
b) izin kerja;
c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-
mesin, pesawat-pesawat, alat kerja,peralatan lainnya,
bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja, dan proses produksi;
13
d) kegiatan pelatihan K3;
e) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
f) pemantauan data;
g) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan
tindak lanjut;
h) identifikasi produk termasuk komposisinya;
i) informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
j) audit dan peninjauan ulang SMK3.
3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus
ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat
waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri
atas:
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan
untuk menangani:
(1) pelaporan terjadinya insiden;
(2) pelaporan ketidaksesuaian;
(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja; dan
(4) pelaporan identifikasi sumber bahaya.
b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan
untuk menangani:
(1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan
perundang-undangan; dan
(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak
lain yang terkait.
Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen
dan/atau pemerintah.
4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:
a) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan
sasaran K3;
b) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran
K3;

14
c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan
prosedur;
d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait
dan menguraikan unsur-unsur lain dari sistem
manajemen perusahaan; dan
e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai
untuk perusahaan telah diterapkan.
Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus
menjamin bahwa:
a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawab di perusahaan;
b) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika
diperlukan dapat direvisi;
c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu
disetujui oleh personil yang berwenang;
d) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja
yang dianggap perlu;
e) semua dokumen yang telah usang harus segera
disingkirkan; dan
f) dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah
dipahami.
d. Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis
untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai
persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat
menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan
melaksanakan kebijakan:
a. standar bagi tempat kerja;
15
b. perancangan pabrik dan bahan; dan
c. prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan
kegiatan produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan
melalui:
a. Identifikasi potensi bahayadengan mempertimbangkan:
1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya;
dan
2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi.
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang
telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit
akibat kerja.
c. Tindakan pengendaliandilakukan melalui:
1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi;
2) pendidikan dan pelatihan;
3) insentif, penghargaan dan motivasi diri;
4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi;
dan
5) penegakan hukum.
2. Perancangan dan Rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :
a. pengembangan;
b. verifikasi;
c. tinjauan ulang;
d. validasi; dan
e. penyesuaian.
Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan
unsur-unsur:
a. identifikasi potensi bahaya;

16
b. prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja; dan
c. personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan
verifikasi persyaratan SMK3.
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang
secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau
bahan baku yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para
pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan
prosedur.
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain
tersebut memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3
tersebut dilakukan oleh personal yang kompeten dan berwenang serta
mempunyai tanggung jawab yang jelas.
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
a. terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja;
b. menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3; dan
c. pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan
harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan
barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian,
dan penggunaan serta pemusnahannya.
7. UpayaMenghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri
Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:
17
a. penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup
dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; dan
b. proses perawatan lanjutan.
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh
personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang
mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait
yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang
sebenarnya.

8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat


Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap
perusahaan harus memilikiprosedur rencana pemulihan keadaan darurat
secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan
membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA


Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi:
1. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta
frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan
standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum
meliputi:
a. personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian
yang cukup;
b. catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen,
tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait;
c. peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan
untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3;
d. tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran;
18
e. penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden; dan
f. hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
2. Audit Internal SMK3
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
keefektifan penerapan SMK3.
Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh
personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan
metodologi yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria audit eksternal


sebagaimana tercantum pada Lampiran II PP 50, dan pelaporannya
dapat menggunakan format laporan yang tercantum pada Lampiran III
peraturan tersebut.

Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil


audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat
kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses
tinjauan ulang manajemen.

Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta


audit SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan
perbaikan dan pencegahan.Pemantauan dan evaluasi kinerja serta
audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh
pihak manajemen.

E. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3


Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau
tempat kerja harus:
1. melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala;
dan

19
2. tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya
terhadap kinerja perusahaan.

Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:


1. evaluasi terhadap kebijakan K3;
2. tujuan, sasaran dan kinerja K3;
3. hasil temuan audit SMK3; dan
4. evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk
pengembangan SMK3.

Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:


1. perubahan peraturan perundang-undangan;
2. tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3. perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4. perubahan struktur organisasi perusahaan;
5. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemologi;
6. hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
7. adanya pelaporan; dan/atau
8. adanya saran dari pekerja/buruh.

D. AUDIT SMK3
1. Tujuan Audit
Guna mengetahui keefektifan penerapan SMK3 dan mengukur kinerja
pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan maka
diperlukan pelaksanaan audit SMK3. Selain itu melalui audit SMK3 akan
diketahui program K3 apakah telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3
yang telah ditetapkan pada suatu perusahaan.
Disadari bahwa selama berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, ukuran yang dipakai untuk mengukur dan menilai
kegiatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja selalu
menggunakan tingkat kekerapan kecelakaan, tingkat keparahan kecelakaan,
jumlah kerugian yang ditimbulkan dan statistik kecelakaan. Metode tersebut
20
hingga saat ini masih dipergunakan, namun hal itu hanya untuk mengukur
peristiwa kecelakaan yang terjadi dan bersifat reaktif.
Berdasarkan uraian di atas audit SMK3 bertujuan untuk :
a. Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam
sistem kegiatan operasi perusahaan yang meliputi :
1) Tenaga manusia meliputi kemampuan dan sikapnya dalam kaitannya
dengan K3.
2) Perangkat keras meliputi sarana / peralatan proses produksi dan
operasi, sarana pemadam kebakaran, kebersihan dan tata lingkungan
dan
3) Perangkat lunak (manajemen) meliputi sikap manajemen, organisasi,
prosedur, standar dan hal lain yang terkait dengan pengaturan
manusia serta perangkat keras unit operasi.
b. Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah dilaksanakan
sesuai ketentuan pemerintah, standar teknis, standar K3 yang berlaku dan
kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum
timbul gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan
maupun gangguan operasi serta rencana respon (tanggap) terhadap
keadaan gawat/darurat, sehingga mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.

2. Jenis-jenis Audit
Berdasarkan pelaksanaan audit SMK3, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
jenis audit yaitu audit internal dan audit eksternal.
a. Audit internal
Penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan
sendiri, yang bertujuan menilai efektifitas penerapan sistem manajemen
K3 di perusahaan serta memberi masukan kepada pihak manajemen
dalam rangka pengembangan secara terus menerus.
Pelaksanaan internal audit idealnya dilaksanakan 2 kali dalam setahun
dengan melibatkan seluruh bagian di perusahaan antara lain pada setiap
unit operasi, lokasi dan departemen/bagian harus diikutsertakan dalam
audit dengan metode uji silang (cross check).

21
Audit internal dilaksanakan oleh personil yang independen terhadap
bagian yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan langsung
terhadap bagian yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan
terhadap bagian tersebut, sehingga hasil yang didapat merupakan hasil
yang obyektif. Disini personil yang melakukan audit juga harus terlatih dan
berpengalaman.
Pelaksanaan audit dilakukan oleh suatu tim sendiri atas berbagai unsur
disiplin dan fungsi dengan jumlah anggota tim tetap harus ganjil dan tidak
melebihi dari 7 (tujuh) orang, karena semakin banyak anggota tim akan
mengakibatkan kurang efektifnya kerja tim.
Komposisi anggota tim tetap ditentukan sebagai berikut :
- 1 orang tim manajemen senior;
- 2 orang anggota P2K3;
- 2 orang ahli dalam bidang operasi/produksi dan
- 2 orang ahli K3 atau ahli lain yang ditunjuk khusus.

1) Tim audit internal


Tim audit internal diangkat secara resmi oleh pimpinan perusahaan
dan bertanggung jawab secara langsung serta harus membuat laporan
hasil audit kepada perusahaan.
Susunan tim terdiri atas :
a) Ketua Tim, bertugas memimpin dan mengkoordinir kegiatan tim
secara efektif dan obyektif serta bertanggung jawab untuk
menyusun rencana audit, melatih anggota tim (jika diperlukan),
mengkoordinir penyusunan daftar periksa, memimpin
pelaksanaan audit serta mengarahkan penyusunan laporan hasil
audit. Sebaiknya Ketua Tim diambil dari bagian operasi yang
paling senior, telah mengikuti pelatihan audit dan berpengalaman.
b) Sekretaris Tim, Bertugas memproses surat menyurat dan bahan
tulisan yang diperlukan tim, memproses penyusunan laporan,
mencatat semua hasil temuan dan rekomendasi selama audit
berlangsung dan memproses hasil audit secara cermat dan
lengkap serta aktif dalam diskusi selama pelaksanaan audit.

22
c) Anggota Tetap, bertugas mengembangkan dan membahas
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan audit . Anggota tetap
dapat dipilih dari bidang :
- Engineering (perancangan)
- Operasi
- Maintenance (pemeliharaan)
- Keselamatan dan kesehatan kerja

d) Anggota Tidak Tetap, bertugas membantu analisa dan


memberikan informasi yang akurat dan obyektif kepada tim tetap.
Anggota ini dipanggil jika ada hal-hal penting yang terkait dengan
keahlian mereka masing-masing (misal pengawas dari unit yang
sedang diaudit) yang perlu dibahas secara bersama.
Ketua, sekretaris dan anggota tetap, secara penuh menangani
persiapan, pemeriksaan dan pelaporan audit.Anggota tetap harus
dipilih berdasarkan keahlian dan penguasaannya terhadap unit
yang diaudit dan sedapat mungkin dipilih minimal supervisor. Tim
audit sebelum melakukan audit perlu dibina dibidang metoda
audit, standar penilaian audit, cara pemeriksaan dan verifikasi
temuan, dan cara pelaporan audit. Selama melaksanakan audit
harus dibebaskan dari tugas kerja sehari-hari, dan harus dapat
berperan sebagai pihak ketiga dalam melihat keadaan unit agar
dapat memberikan masukan yang obyektif kepada pimpinan unit
setempat.
2) Tugas & Tanggung Jawab Tim Audit.
Tim audit bertugas untuk :
a) Menentukan sasaran, cakupan periodisasi dan metoda audit serta
menyusun rencana kerja dan daftar pelaksanaan audit. Rencana
kerja harus lengkap dan mencakup daerah yang ditinjau, saat
peninjauan, penyebaran laporan, rencana tindak lanjut dan
rencana tanggal pelaporan.
b) Mengembangkan daftar periksa (checklist) dan daftar pertanyaan
(questioner) serta standar penilaian yang akan digunakan. Untuk
itu harus mempelajari tentang unit yang akan diaudit, standar
23
yang berlaku, hasil inspeksi dan hasil audit masa lalu jika ada,
dan lain-lain.
c) Melakukan pemeriksaan secara obyektif ke tempat/unit kerja,
mereviev pelaksanaan prosedur dan manajemen, dan
mengadakan wawancara dengan pekerja untuk pembuktian
(verifikasi).
d) Menyusun laporan hasil audit dan saran perbaikannya.

Seringkali tim merasa kesulitan untuk mengaudit kegiatan


manajemen tetapi dengan pengembangan daftar periksa yang baik
dan verifiksi yang obtektif, hasil audit akan membantu manajemen
dalam mengendalikan kerugian akibat kecelakaan. Tim audit
bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan :

3) Tahapan Pelaksanaan Audit


Tahapan pelaksanaan audit secara garis besar adalah :
a) Mengkaji informasi yang didapat pada unit kerja yang akan diaudit :
(1) Laporan hasil audit terdahulu
(2) Rencana tindakan yang sedang dilaksanakan;
(3) Pengalaman kecelakaan / penyakit akibat kerja tersebut;
(4) Pernyataan / statement tentang tujuan dan kebijakan dari
unit kerja tersebut.
b) Menyiapkan lembaran kerja audit (checklist dan lain-lain) untuk unit
kerja yang akan diaudit berdasarkan Lampiran II PP 50 Tahun
2012.
c) Memahami semua informasi-informasi penting (dengan memeriksa
catatan dan prosedur tertulis, wawancara dan inspeksi) dan
mengembangkan temuan-temuan.
d) Menyiapkan rekomendasi untuk didiskusikan dengan unit kerja
yang bersangkutan.
e) Menyiapkan rekomendasi akhir.
f) Memberkas dan menyimpan semua lembaran kerja.

Di dalam pelaksanaannya tim audit :


24
a) Melaksanakan identifikasi terhadap obyek yang akan diaudit
(sumber-sumber bahaya yang ada) dengan menggunakan daftar
periksa.
b) Mengevaluasi kecelakaan yang mungkin terjadi dan akibat-akibat
yang timbul dan atau ditimbulkan, melalui diskusi dan presentasi
hasil temuan.
c) Menentukan metode yang paling efektif atau tepat untuk mencegah
dan atau mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bentuk
rekomendasi.
Agar dapat melaksanakan audit dengan baik, maka setiap auditor
harus mengetahui dasar-dasar pengetahuan, antara lain mengenai :
a) Sifat-sifat dan bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-
bahan baku dan bahan-bahan pembantu yang dipergunakan untuk
proses produksi dalam kaitan dengan :
(1) Sifat-sifat kimiawinya
(2) Sifat fisiknya
(3) Bahaya kebakaran dan ledakan yang dapat ditimbulkannya
(4) Bahaya-bahaya lain yang dapat diakibatkannya, baik
terhadap personil / pekerja maupun lingkungan / tempat
kerjanya.
b) Tata cara penyimpanan dan pengelolaan dari bahan baku, bahan
penimbun, bahan bakar berupa gas, cair, atau padat dan bahan-
bahan lain yang mudah terbakar atau meledak.
c) Tata cara penyimpanan dan pengelolaaan bahan-bahan berupa
gas, cair atau padat yang dapat menimbulkan keracunan atau
kerusakan terhadap anggota tubuh manusia.
d) Proses dan peralatan yang digunakan untuk proses produksi,
termasuk cara penyimpanannya (storage system) selama dalam
proses untuk bahan padat, cair, dan gas.
e) Sistem transportasi di dalam pabrik dan atau pekarangan.
f) Tata cara pengepakan dan penyimpanan dari hasil produksi serta
tata cara transportasinya keluar perusahaan.
g) Tata cara pembuangan sampah/sisa produksi, baik dalam bentuk
padat, cair maupun gas/uap.
25
h) Ledakan dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan
/ membahayakan tenaga kerja dan peralatan antara lain faktor-
faktor fisik, kimia, biologis, ergonomi dan lain-lain.
i) Hazard Control meliputi :
(1) Pencegahan dan deteksi kebocoran bahan bakar dan bahan
baku yang dapat membahayakan.
(2) Pencegahan terjadinya penyebaran uap dan debu serta
cairan yang dapat membahayakan.
(3) Mengontrol sumber-sumber peyalaan.
(4) Fire detection dan fire control.
(5) Exposure dan lain-lain.
Dengan dasar-dasar pengetahuan tersebut diatas dan digunakan
dengan standar-standar atau code-code yang digunakan, maka akan
dapat dijadikan dasar pelaksanaan audit.

4) Tahapan Audit
a) Persiapan Sebelum Pemeriksaan
Sebelum dilaksanakan audit, pimpinan perusahaan membuat
keputusan pelaksanaan audit lengkap dengan sasaran dan
pembentukan tim audit.
Setelah keluarnya keputusan, dapat dengan segera dilakukan
pelatihan terhadap anggota tentang prinsip dan metoda
audit.Codes of Practices dan standar teknis yang dipergunakan.
Disamping itu, auditor harus mempelajari tentang organisasi dan
unit/tempat kerja yang akan diaudit sehingga unit/ tempat kerja
tersebut secara cukup baik dan perlu diadakan review terhadap
laporan audit sebelumnya (jika sudah pernah diaudit) struktur
organisasi, diskripsi sifat dari operasi, prosedur kerja yang berlaku
dan penyiapan saran yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.

Sarana yang diperlukan antara lain :


(1) Dafatar periksa (checklist) yang sudah disiapkan.
(2) Daftar pertanyaan lengkap dengan standar penilaiannya.
(3) Buku catatan.
26
(4) Kamera (jika dimungkinkan dan diizinkan).
(5) Blanko-blanko untuk wawancara dengan tenaga kerja dan
manajemen setempat.
(6) Prosedur kerja.
b) Pertemuan Pra-audit dengan Pimpinan Setempat
Pada pertemuan ini auditor memberikan penjelasan kepada
pimpinan unit kerja setempat tentang maksud dan tujuan
pelaksaaan audit. Selain itu mendiskusikan dan menanyakan
berbagai hal yang terkait dengan kebijaksanaan dan cara
pengelolaan K3 di unit setempat, sehingga diperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang pelaksanaan K3 di unit tersebut.
c) Pemeriksaan Lapangan
Setelah diperoleh informasi tentang aspek manajemen di
unit/tempat kerja, auditor bersama petugas yang menguasai seluk
beluk unit setempat mengadakan pemeriksaan ke unit/tempat kerja
untuk melihat secara langsung sifat operasi, paparan resiko, iklim
K3 di unit/tempat kerja tersebut, perangkat lunak yang meliputi
pelaksanaan prosedur, peraturan, peraturan, organisasi dan
karyawan. Pada saat yang bersamaan auditor dapat
mewawancarai tenaga kerja setempat untuk mendapat masukan
apakah benar program K3 benar-benar ada secara formal dan
konsisten diterapkan.
d) Verifikasi Informasi
Ada beberapa cara untuk memastikan bahwa program K3 benar
diterapkan yaitu : memeriksa catatan, wawancara dengan
karyawan dan jika perlu pemeriksaan secara sample terhadap
kondisi fisik karyawan. Oleh karena itu, jika auditor merasa belum
yakin dengan data yang ia peroleh dapat melakukan verifikasi
sesuai metoda diatas.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan di suatu unit/tempat kerja,


auditor perlu mengadakan pertemuan dengan manajamen unit setempat
untuk memberikan atau memaparkan hasil temuan secara umum dan
menampung berbagai tanggapan.Dalam memberikan gambaran umum
27
hasil audit, auditor harus mengemukakan hasil positif terlebih dahulu
sebelum mengemukakan kelemahan yang perlu diperbaiki atau mendapat
perbaikan segera.Selain itu pada kesempatan ini dapat dilakukan
penelusuran terhadap kesalahan interpretasi selama audit, perbaikan
sementara yang dapat diambil oleh manajemen dan lain-lain.
Dengan cara ini diharapkan temuan yang masuk dalam laporan adalah
temuan obyektif dan penting. Disini perlu diciptakan komunikasi dua arah
antara pimpinan dan pengawas unit setempat.

b. Audit Eksternal
Audit Eksternal SMK3 adalah audit SMK3 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Audit dalam rangka penilaian penerapan SMK3 di perusahaan
dengan maksud untuk menunjukkan penilaian terhadap sistem
manajemen K3 di perusahaan secara obyektif dan menyeluruh sehingga
diperoleh pengakuan dari pemerintah atas penerapan SMK3 di
perusahaan.
Audit eksternal wajib bagi perusahaan yang mempunyai potensi
bahaya tinggi, sepertiperusahaan yang bergerak di sektor pertambangan,
minyak dan gas bumi. Selain itu, sesuai dengan Permenaker No.26 Tahun
2014, perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi selain ketiga
sektor tersebut yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagekerjaan dan/atau Kepala Dinas Tenaga Kerja
Provinsi juga wajib melaksanakan audit eksternal SMK3.
Fungsi audit eksternal ini sebagai umpan balik yang mendukung dalam
perkembangan pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 yang ada
di perusahaan.
Kegiatan audit SMK3 ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu
yang tidak sedikit. Tapi bagaimanapun juga kegiatan tersebut sangat
bermanfaat bagi perusahaan tersebut.
Adapun tujuan audit eksternal SMK3 adalah untuk membuktikan dan
mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di
tempat kerja.
Manfaat audit eksternal antara lain :
a) Memberikan suatu evaluasi tentang pelaksanaan K3 di perusahaan
28
b) Memberikan tata cara penyelenggaraan sistem pengawasan mandiri
yang terus menerus terhadap sumber bahaya potensial dan K3 di
perusahaan.
c) Memberikan indikator bagi kinerja tenaga kerja bahwa pihak
manajemen memperhatikan keadaan mereka terutama dalam hal
pemenuhan syarat K3 termasuk pembinaan dan pelatihan K3 guna
peningkatan keahlian dan ketrampilan.
d) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang hubungan kerja
menuju efisiensi secara menyeluruh.
e) Membangkitkan daya saing positif pada setiap perusahaan untuk
menjadi yang terbaik dalam bidang K3.
f) Menambah kemampuan untuk memprediksi dan menganalisa
potensi-potensi bahaya yang biasa menimbulkan kerugian
perusahaan.
g) Menurunkan kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan, penyakit
akibat kerja dan kerugian-kerugian lainnya dengan menghindarkan
inefisiensi manajemen secara menyeluruh.
h) Bagi perusahaan yang berhasil meraih kategori memuaskan
dimungkinkan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan
bendera emas (bendera SMK3 hanya diberikan bagi perusahaan
yang diaudit tingkat lanjutan) yang bisa dipasang di perusahaan
sehingga :
(1) Menimbulkan rasa bangga manajemen dan tenaga kerja
(2) Menimbulkan rasa kagum masyarakat.
(3) Sebagai penambah spirit kompetitif perusahaan.
(4) Mendapatkan nama dari pemerintah

Audit SMK3 baik internal maupuneksternal berdasarkan PP No. 50 Tahun


2012 meliputi 12 elemen :
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
3. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
4. pengendalian dokumen;
5. pembelian dan pengendalian produk;
29
6. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
7. standar pemantauan;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
9. pengelolaan material dan perpindahannya;
10. pengumpulan dan penggunaan data;
11. pemeriksaan SMK3; dan
12. pengembangan keterampilan dan kemampuan.

3. Penetapan Kriteria Audit Tiap Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3


Pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3
yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Penilaian Tingkat awal
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh empat) kriteria
sebagaimana tercantum dalam kolom 3 pada Tabel 1.
b. Penilaian Tingkat Transisi
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus dua puluh dua)
kriteria sebagaimana tercantum dalam kolom 3 dan kolom 4 pada Tabel
1.
c. Penilaian Tingkat Lanjutan
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus enam puluh enam)
kriteria sebagaimana tercantum dalam kolom 3, kolom 4, dan kolom 5
pada Tabel1.
Kriteria yang digunakan dalam penilaian berdasarkan Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Kriteria pada Tingkat Penerapan SMK3
NO ELEMEN TINGKAT TINGKAT TINGKAT
AWAL TRANSISI LANJUTAN (Seluruh
(Seluruh tingkat tingkat awal, transisi
awal dan transisi) dan lanjutan)
1 2 3 4 5
1 Pembangunan dan 1.1.1, 1.1.3, 1.1.2, 1.2.1, 1.2.3, 1.1.4, 1.1.5, 1.2.7,
pemeliharaan komitmen 1.2.2, 1.2.4, 1.3.1, 1.4.2 1.3.2, 1.4.10, 1.4.11
1.2.5, 1.2.6,
1.3.3, 1.4.1,
1.4.3, 1.4.4,
1.4.5, 1.4.6,

30
NO ELEMEN TINGKAT TINGKAT TINGKAT
AWAL TRANSISI LANJUTAN (Seluruh
(Seluruh tingkat tingkat awal, transisi
awal dan transisi) dan lanjutan)
1.4.7, 1.4.8,
1.4.9
2 Strategi pendokumentasian 2.1.1, 2.4.1 2.1.2, 2.1.3, 2.1.4, 2.1.5, 2.1.6, 2.2.2,
2.2.1, 2.3.1, 2.3.2, 2.2.3, 2.3.3
2.3.4
3 Peninjauan ulang desain 3.1.1, 3.2.2 3.1.2, 3.1.3, 3.1.4, 3.2.3, 3.2.4
dan kontrak 3.2.1
4 Pengendalian dokumen 4.1.1 4.1.2, 4.2.1 4.1.3, 4.1.4, 4.2.2,
4.2.3
5 Pembelian 5.1.1, 5.1.2, 5.1.3 5.1.4, 5.1.5, 5.3.1,
5..2.1 5.4.1, 5.4.2
6 Keamanan bekerja 6.1.1, 6.1.5, 6.1.2, 6.1.3, 6.1.4, 6.1.8, 6.6.1, 6.6.2,
berdasarkanSMK3 6.1.6, 6.1.7, 6.2.2, 6.2.3, 6.2.4, 6.9.1
6.2.1, 6.3.1, 6.2.5, 6.5.1, 6.5.5,
6.3.2, 6.4.1, 6.5.6, 6.5.10,
6.4.2, 6.4.3, 6.7.1, 6.7.2, 6.7.3,
6.4.4, 6.5.2, 6.7.5, 6.7.7
6.5.3, 6.5.4,
6.5.7, 6.5.8,
6.5.9, 6.7.4,
6.7.6, 6.8.1,
6.8.2
7 Standar pemantauan 7.1.1, 7.2.1, 7.1.2, 7.1.3, 7.1.4, 7.3.1, 7.3.2
7.2.2, 7.2.3, 7.1.5, 7.1.6, 7.1.7,
7.4.1, 7.4.3, 7.4.2
7.4.4, 7.4.5
8 Pelaporan dan perbaikan 8.3.1 8.1.1, 8.2.1, 8.3.2 8.3.3, 8.3.4, 8.3.5,
8.3.6, 8.4.1
9 Pengelolaan material dan 9.1.1, 9.1.2, 9.1.3, 9.1.4, 9.3.5 9.2.2, 9.3.2
perpindahannya 9.2.1, 9.2.3,
9.3.1, 9.3.3,
9.3.4
10 Pengumpulan dan 10.1.1, 10.1.2, 10.1.3, 10.1.4
penggunaan jasa 10.2.1, 10.2.2
11 Audit SMK3 11.1.1, 11.1.2, 11.1.3
12 Pengembangan 12.2.1, 12.2.2, 12.1.2, 12.1.4, 12.1.1, 12.1.3,

31
NO ELEMEN TINGKAT TINGKAT TINGKAT
AWAL TRANSISI LANJUTAN (Seluruh
(Seluruh tingkat tingkat awal, transisi
awal dan transisi) dan lanjutan)
keterampilan dan 12.3.1, 12.5.1 12.1.5, 12.1.6, 12.1.7, 12.3.3
kemampuan 12.3.2, 12.4.1

4. Ketentuan Penilaian Hasil Audit SMK3


Penilaian hasil Audit SMK3 terdiri dari 3 kategori yaitu:
a. Kategori Tingkat awal
Perusahaan yang memenuhi 64 (enam puluh empat) kriteria, kriteria
tersebut sebagaimana tercantum dalam kolom 3 pada Tabel 1.
b. Kategori Tingkat Transisi
Perusahaan yang memenuhi 122 (seratus dua puluh dua) kriteria,
kriteria tersebut sebagaimana tercantum dalam kolom 3 dan kolom 4
pada Tabel 1.
c. Kategori Tingkat Lanjutan
Perusahaan yang memenuhi 166 (seratus enam puluh enam) kriteria,
kriteria tersebut sebagaimana tercantum dalam kolom 3, kolom 4, dan
kolom 5 pada Tabel 1.
Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian
penerapan kurang.
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat
penilaian penerapan baik.
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat
penilaian penerapan memuaskan.
Tingkat penilaian penerapan SMK3 dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2 Penilaian Tingkat Penerapan SMK3
Kategori Tingkat Pencapaian Penerapan
Perusahaan 0-59% 60-84% 85-100%
Kategori tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
awal (64 kriteria) Penerapan Kurang Penerapan Baik Penerapan

32
Memuaskan
Kategori tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
transisi (122 Penerapan Kurang Penerapan Baik Penerapan
kriteria) Memuaskan
Kategori tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
lanjutan (166 Penerapan Kurang Penerapan Baik Penerapan
kriteria) Memuaskan

Dalam hal perusahaan telah mencapai tingkat penilaian penerapan kurang,


maka Direktur Jenderal dapat melakukan:
a. tindakan hukum pada perusahaan yang wajib Audit Eksternal SMK3
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan/atau
b. tindakan pembinaan pada perusahaan yang mengajukan permohonan
untuk dilakukan Audit Eksternal SMK3.

Dalam hal perusahaan telah mencapai tingkat penilaian penerapan baik


maka Menteri dapat memberikan penghargaan berupa:
a. sertifikat perak bagi perusahaan tingkat kategori awal, transisi dan
lanjutan; dan
b. bendera perak bagi perusahaan tingkat kategori lanjutan.

Dalam hal perusahaan telah mencapai tingkat penilaian penerapan


memuaskan maka Menteri dapat memberikan penghargaan berupa:
a. sertifikat emas bagi perusahaan tingkat kategori awal, transisi dan
lanjutan; dan
b. bendera emas bagi perusahaan tingkat kategori lanjutan.

Penghargaan yang diberikan oleh Menteri Ketenagakerjaan memiliki masa


berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.

Selain penilaian terhadap tingkat pencapaian penerapan SMK3, juga


dilakukan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kriteria yang menurut
sifatnya dibagi atas 3 (tiga) kategori, yaitu:
1. Kategori Kritikal

33
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian. Kategori ini ditetapkan
terhadap temuan pada peralatan/mesin/pesawat/instalasi/bahan, cara
kerja, sifat kerja, lingkungan kerja dan proses kerja yang dapat
menimbulkan korban jiwa. Penilaian dengan kategori kritikal harus
ditindaklanjuti dengan tindakan koreksi paling lambat dalam jangka
waktu 1x24 jam.
2. Kategori Mayor
a) Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; dibuktikan apabila
terdapat salah satu kriteria yang berkesinambungan yang tidak
dilaksanakan.
c) Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi
(3 lokasi/temuan dengan kriteria minor).
Penilaian dengan kategori mayor harus ditindaklanjuti dengan tindakan
koreksi paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
3. Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan
perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

Dalam hal terdapat perbedaan interpretasi penilaian kriteria Audit SMK3


antara perusahaan dengan Lembaga Audit SMK3 maka para pihak yang
tidak menerima hasil Audit SMK3 dapat mengajukan keberatan kepada
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dokumen dan
verifikasi lapangan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Direktur
Jenderal menetapkan keputusan hasil Audit SMK3 dalam waktu paling lama
2 (dua) hari kerja.

Dalam hal penilaian perusahaan termasuk kategori kritikal atau mayor, maka
dinilai belum berhasil menerapkan SMK3 dan penilaian tingkat penerapan
SMK3 tidak mengacu pada Tabel 2.

5. Mekanisme AuditEksternal SMK3


Perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit
SMK3 dan perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain
34
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas bumi
yang akan melakukan Audit Eksternal SMK3, mengajukan permohonan
Audit SMK3 kepada Lembaga Audit SMK3.
Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan
penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi, yang akan
melakukan Audit Eksternal SMK3 mengajukan permohonan Audit SMK3
berdasarkan penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi.
Penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi berdasarkan
hasil pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh pengawas
ketenagakerjaan.

Adapun mekanisme pelaksanaan audit SMK3 yang dilaksanakan oleh


lembaga audit adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dapat mengajukan
permohonan untuk dilakukan audit kepada kepadaLembaga Audit SMK3
yang telah ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.
b. Lembaga Audit SMK3 membuat perencanaan pelaksanaan Audit SMK3
dan menyampaikan kepada Menteri atau Direktur Jenderal dengan salinan
disampaikan kepada Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan.
c. Lembaga audit yang akan melaksanakan audit, terlebih dahulu harus
memberitahukan rencana pelaksanaan audit kepada Kepala Dinas
Provinsi yang membidangi Ketenagakerjaan setempat.
d. Lembaga Audit melaksanakan audit SMK3 pada perusahaan.
e. Setelah selesai melaksanakan audit, lembaga audit segera menyusun
laporan dengan bentuk laporan sesuai dengan lampiran III Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 dan menyampaikan laporan Audit SMK3
kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Dinas
Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan dan pengurus perusahaan
yang diaudit.
f. Laporan Audit SMK3 menjadi pertimbangan Menteri untuk memberikan
penghargaan sesuai dengan tingkat penerapan dan kategori penilaian
hasil Audit SMK3.

35
Pelaksanaan audit eksternal terhadap perusahaansecara garis besar
sebagai berikut :
a. Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diaudit;
b. Pertemuan pra audit;
c. Kunjungan ke lapangan untuk orientasi
d. Pertemuan pembuka
e. Proses Audit
1) Pemeriksaan dokumen;
2) Wawancara pada manajemen
3) Verifikasi semua informasi hasil wawancara;
4) Wawancara pada tenaga kerja / karyawan.
5) Verifikasi kondisi fisik di lapangan;
f. Pertemuan tim auditor SMK3
g. Pertemuan penutup (close of meeting).
h. Penyusunan laporan audit SMK3

Dalam hal diperlukan, Lembaga Audit SMK3 dapat meminta informasi


pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan kepada
Dinas Provinsi yang membidangi pengawasan ketenagakerjaan.
Pelaksanaan Audit Eksternal SMK3 dilakukan oleh Auditor SMK3 yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Auditor SMK3 meliputi auditor eksternal
junior SMK3 dan auditor eksternal senior SMK3.Penunjukan auditor
eksternal junior SMK3 ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari
pengurus atau pimpinan Lembaga Audit SMK3 kepada Direktur Jenderal,
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. daftar riwayat hidup;
b. surat keterangan sehat dari dokter;
c. fotokopi sertifikat pembinaan Auditor SMK3;
d. fotokopi ijasah pendidikan terakhir serendah-rendahnya D3 dengan
pengalaman kerja minimum 4 (empat) tahun di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja dan/atau S1 dengan pengalaman kerja minimum 2
(dua) tahun di bidang keselamatan dan kesehatan kerja;
e. fotokopi keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja
yang masih berlaku;
36
f. surat keterangan telah melaksanakan Audit Eksternal SMK3 sebagai
peninjau sekurang-kurangnya 5 (lima) kali audit yang ditandatangani
oleh auditor eksternal senior SMK3;

Penunjukan auditor eksternal senior SMK3 ditetapkan berdasarkan


permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan Lembaga Audit SMK3
kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan persyaratan sebagai
berikut:
a. daftar riwayat hidup;
b. surat keterangan pengalaman kerja sesuai persyaratan tingkatan
auditor;
c. surat keterangan telah melaksanakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
kali Audit Eksternal SMK3 secara penuh;
d. fotokopi keputusan penunjukan sebagai auditor eksternal junior SMK3
yang masih berlaku;
e. tanda bukti telah mengikuti pengembangan kemampuan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja sekurang-kurangnya 120 (seratus dua
puluh) jam; dan
f. pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Masa berlaku surat keputusan penunjukkan auditor junior dan senior 3 (tiga)
tahun. Keputusan tersebut bisa diperpanjang dalam waktu yang sama atau
dicabut apabila :
a. pindah tugas dari Lembaga Audit SMK3;
b. mengundurkan diri;
c. meninggal dunia;
d. dikenakan sanksi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaanberbahaya;
f. dengan sengaja dan/atau karena kekhilafannya
menyebabkanterbukanya rahasia suatu perusahaan dan/atau instansi;
g. melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian dalam
bidangkeselamatan dan kesehatan kerja;
h. melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang SMK3; dan/atau
37
i. adanya permohonan pencabutan dari pimpinan Lembaga Audit SMK3.

Auditor SMK3 mempunyai kewenangan:


a. memasuki semua tempat kerja yang terkait dengan Audit SMK3;
b. memberikan penilaian hasil Audit SMK3;
c. meminta perusahaan memberikan keterangan, menunjukkan dokumen
dan menyediakan petugas pendamping dalam pelaksanaan Audit
SMK3; dan
d. menghentikan pelaksanaan Audit SMK3 apabila belum ada sistem yang
dibangun dan/atau keadaan yang membahayakan Auditor SMK3.

Pelaksanaan Audit SMK3 sesuai dengan pedoman sebagaimana


tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26
Tahun 2014.

6. Hasil Audit
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, maka perlu dibuat laporan hasil
audit. Bagi audit internal, draft laporan hendaknya dipresentasikan kepada
manajemen. Pada kesempatan ini dapat diseleksi dan disusun kembali
prioritas rencana perbaikan yang diusulkan berdasarkan hasil diskusi
bersama.
Isi pokok laporan suatu audit antara lain :
a. Hasil temuan ketidaksesuaian
b. Kelemahan unsur sistem yang perlu perbaikan apakah itu perangkat
keras, perangkat lunak atau manusia.
c. Saran perbaikan.

Susunan laporan terdiri dari :


a. Kesimpulan, menyatakan secara ringkas hasil audit menyeluruh. Isinya
singkat, jelas, obyektif dan dapat menarik minat manajemen untuk
membacanya. Orientasi pada kepentingan manajemen dan perusahaan
serta segi positif diletakkan di depan sebelum mengemukakan kelemahan
sistem.

38
Perlu diingatkan bahwa tujuan audit adalah membantu pimpinan
perusahaan untuk mengenali bahaya potensial dalam tempat kerja
sebelum mengenali bahaya potensial dalam tempat kerja sebelum timbul
gangguan operasi, kecelakaan, kebakaran, pencemaran, penghentian
pabrik secara darurat dan bentuk insiden yang merugikan lainnya dan
bukannya ditujukan untuk mencari kesalahan.
b. Pelaksanaan Audit, menjelaskan secara singkat tetapi cukup lengkap
tentang pelaksanaan Audit seperti misalnya lingkup audit dan daerah
yang perlu perhatian khusus.
c. Temuan, menyajikan data tentang hasil audit secara lengkap yang berisi
kekuatan dan kelemahan penerapan sistem manajemen K3.
d. Saran, berupa usulan untuk memperbaiki sistem, saran ini harus
mempertimbangkan segi kepraktisan, keekonomian, kepentingan operasi
dan keselamatan unit. Sedapat mungkin ditentukan juga prioritas saran
untuk merumuskan rencana perbaikan yang bersifat jangka pendek dan
jangka panjang.
e. Formulir laporan sesuai dengan lampiran III Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2012.

Laporan audit eksternal didistribusikan oleh lembaga audit kepada :


a. Perusahaan yang dilakukan audit;
b. Kementerian Ketenagakerjaan c.q. Dirjen Binwasnaker;
c. Lembaga audit;
d. Kadisnaker provinsi/kab/kota

7. Lembaga Audit SMK3


Lembaga Audit SMK3 adalah badan hukum yang ditunjuk oleh Menteri untuk
melaksanakan audit eksternal SMK3. Untuk dapat ditunjuk sebagai Lembaga
Audit SMK3, perusahaan harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan
sebagai berikut:
a. fotokopi akte pendirian dan/atau akte perubahan Perseroan Terbatas dan
tanda bukti pengesahan dari instansi yang berwenang;
b. fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
39
c. fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
d. fotokopi Surat Keterangan Domisili Hukum;
e. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f. fotokopi bukti kepemilikan kantor cabang paling sedikit di 3 (tiga) wilayah
pada Indonesia bagian barat, bagian tengah dan bagian timur;
g. fotokopi Wajib Lapor Ketenagakerjaan di tingkat pusat dan cabang;
h. fotokopi keputusan penunjukkan auditor eksternal SMK3 yang masih
berlaku, paling sedikit 4 (empat) orang auditor eksternal senior SMK3 dan
8 (delapan) orang auditor eksternal yunior SMK3;
i. fotokopi sertifikat kepesertaan jaminan sosial;
j. dokumen yang membuktikan telah berpengalaman melakukan sertifikasi
sistem manajemen;
k. struktur organisasi penyelenggara Audit SMK3 kantor pusat dan cabang;
l. pas photo berwarna pimpinan perusahaan ukuran 3x4 cm sebanyak 4
(empat) lembar; dan
m. dokumen panduan audit sistem manajemen yang digunakan oleh
lembaga audit sesuai dengan standar yang berlaku.

Keputusan penunjukan Lembaga Audit SMK3 berlaku untuk jangka waktu 3


(tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

Lembaga Audit SMK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan oleh


Menteri dilarang:
a. melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang SMK3;
b. melakukan jasa pabrikasi, pemeliharaan, reparasi, dan instalasi teknik K3;
c. melakukan pemeriksaan dan pengujian keselamatan dan kesehatan kerja;
dan
d. melakukan jasa pembinaan K3.

8. Perbedaan Inspeksi dan Audit SMK3


Salah satu kegiatan lain dalam pengukuran yaituinspeksi dimana
mengandung pengertian sebagai kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk memeriksa kelengkapan secara teknis dari suatu tempat atau plant.

40
Inspeksi K3 merupakan pengujian secara detail dari suatu obyek seperti
tempat kerja yang khusus, departemen atau bagian, unit, mesin, instalasi
ataupun proses. Hal tersebut bertujuan memastikan bahwa setiap potensi
bahaya diidentifikasi secara tepat dan untuk mengetahui prioritas tindakan
yang diambil.

Ada beberapa tipe yang didasarkan atas periode pelaksanaan :


Tipe Pelaku Frekuensi
Terus menerus - Supervisor tingkat atas Tidak terjadual
- Pekerja yang terlatih
Periodik - Ahli atau profesional Terjadual pada
yang terlatih saat yang tepat
Jarang - Manajemen puncak Sesuai dengan
atau menengah kebutuhan

Berapa seringnya kegiatan inspeksi dilaksanakan tergantung dari


berbagai aspek, yaitu antara lain :
a. Potensi kecelakaan; semakin besar potensi kecelakaan terjadi semakin
sering dilakukan inspeksi.
b. Sejarah kecelakaan: Hal ini dapat dilihat pada riwayat kecelakaan masa
lalu mengacu pada catatan perawatan, produksi, laporan penyelidikan
kecelakaan, dan laporan inspeksi.
c. Persyaratan peralatan: mengacu pada petunjuk dari peralatan manufaktur.
d. Usia peralatan: semakin lama usia dari suatu peralatan semakin sering
dilakukan inspeksi.
e. Persyaratan hukum: hasil perundingan dengan departemen yang sesuai.

Setelah dijelaskan pengertian audit dan inspeksi di atas, dimana


keduanya merupakan kegiatan pengukuran dan pemeriksaan. Kegiatan

41
tersebut berbeda, baik dalam pendekatannya maupun metode
penerapanannya meskipun masing-masing kegiatan dimaksudkan untuk
memperlihatkan kelemahan yang berpotensi menimbulkan bahaya,
kerusakan harta ataupun kecelakaan.
Untuk itu kita perlu mengetahui perbedaannya agar lebih jelas dalam
pengertian maupun penafsirannya. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel
berikut ini.

AUDIT SMK3 INSPEKSI K3


Upaya mengukur efektivitas dari Upaya menemukan
pelaksanaan suatu sistem kesesuaian dari suatu obyek
Difokuskan terhadap suatu Difokuskan terhadap suatu
system obyek
Penekanan terhadap proses Penekanan terhadap hasil
akhir
Metode pelaksanaan: tinjauan Metode pelaksanaan: dengan
ulang, verifikasi dan observasi pengujian secara teknis dan
mendetil
Jangka panjang Jangka panjang

Audit SMK3 lebih ditekankan sebagai upaya untuk mengukur efektivitas


dari suatu sistem. Sedangkan inspeksi mengupayakan untuk menemukan
kesesuaian dari suatu obyek berdasarkan standar tertentu.
Audit difokuskan terhadap seluruh sistem K3 yang ada di perusahaan
(keseluruhan area) dimana kegiatannya menekankan terhadap suatu proses.
Sedangkan inspeksi terfokus pada aspek-aspek tertentu yang berupa obyek
dimana tidak menekankan pada prosesnya tetapi hasil akhir sehingga
hasilnya sangat detail karena mengacu pada kesesuaian terhadap standar.
Inspeksi K3 harus dilakukan lebih sering dibandingkan audit SMK3
(safety audit), karena bersifat mencari identifikasi terhadap bahaya, maka
potensi bahaya dapat diketahui lebih awal sehingga tindakan dapat diambil

42
segera. Sedangkan untuk audit membutuhkan persiapan-persiapan yang
cukup lama yang meliputi keseluruhan aspek yang ada di area / plant
sehingga audit dilakukan tahunan atau paling banyak 2 kali dalam setahun
dan idealnya jika dilakukan setahun sekali.

E. PENGAWASAN SMK3
Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pengawasan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. organisasi;
c. sumberdaya manusia;
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. keamanan bekerja;
f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. tindak lanjut audit.

Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap


pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dimana pelaksanaan pengawasan tersebut
dilakukan secara terkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hasil pengawasan SMK3 digunakan sebagai dasar dalam melakukan


pembinaan.

43
BAB III
PENUTUP

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun


2003 pasal 87 bahwa penerapan SMK3 adalah wajib bagi setiap perusahaan.
Pedoman tentang penerapan SMK3 telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012.
Penilaian penerapan SMK3 dilakukan melalui audit oleh lembaga audit
independen yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan R.I. Hasil audit dari
lembaga audit disampaikan kepada Menteri Ketenagakerjaan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan antara lain pembinaan dan
penghargaan.
SMK3 adalah salah satu obyek pengawasan yang bersifat normative
sehingga ditaatinya peraturan tersebut harus diawasi oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan.

44
SOAL LATIHAN

1. Jelaskan pengertian SMK3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun


2012 !
2. Sebutkan tujuan penerapan SMK3 !
3. Sebutkan kriteria perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 !
4. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) prinsip dalam penerapan SMK3 !
5. Jelaskan pengertian audit SMK3 !
6. Sebutkan dan jelaskan jenis audit SMK3 !
7. Pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkatan. Sebutkan dan jelaskan !
8. Sebutkan perusahaan yang wajib audit eksternal SMK3 !
9. Jelaskan mekanisme pelaksanaan audit eksternal SMK3 !
10. Siapa yang berwenang melakukan pengawasan SMK3 ?
11. Sebutkan hal-hal apa saja yang di awasi dalam pengawasan SMK3 !

45
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Thomas K, 1989, “Occupational Safety & Health Management”,


Second Edition, Mc Graw – Hill International Edition, Singapore.

AK Amri, 2014. Himpunan peraturan perundang-undangan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, 2012, “Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014, “Penyelenggaraan


Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja”, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

46
MODUL
PEMBINAAN AUDITOR SMK3

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2020
Judul :
Modul Pembinaan Auditor SMK3

Penyusun :
Herman Bagus Wicaksono, ST, M.KKK
Ida Rochmawati, S.Si, M.Kes
Chandrales Riawati Dewi, ST, MM
Sutarno, SKM, M.KKK
Emmy Ratna Putri, S.Si, M.Si
Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Cover dan Tata Letak :


Sutarno, SKM, M.KKK
Emmy Ratna Putri, S.Si, M.Si

Cetakan :
Pertama, April 2020

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi modul ini dalam


bentuk apapun tanpa izin dari Direktorat Pengawasan Norma K3 –
Kementerian Ketenagakerjaan RI

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, telah terbit Modul
Pembinaan Auditor SMK3 yang menjelaskan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan, penilaian penerapan (Audit) SMK3 baik
secara internal maupun eksternal, pengawasan SMK3, lembaga audit serta auditor SMK3.

Dengan terbitnya modul diharapkan dapat memberikan keseragaman dan sebagai


acuan/pedoman pada saat pembinaan auditor SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 dan Permenaker No 26 Tahun 2014
tentang Penyelenggaran Penilaian Penerapan SMK3.

Akhirnya, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu tersusunnya dan tercetaknya modul ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin

Jakarta, April 2020

Direktur Pengawasan Norma


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ghazmahadi, ST, MM
NIP. 19710831 199703 1 002

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | iii


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul -
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Pembahasan Modul ........................................................... 2

BAB II POKOK BAHASAN


A. Review Materi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .................................... 4
B. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional Tahun 2020.. 11
C. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) .............. 13
D. Penerapan SMK3 ....................................................................................... 17
E. Mekanisme, Teknik Audit SMK3, Tingkat Penerapan SMK3 dan
Sertifikasi SMK3 ......................................................................................... 40
F. Interpretasi Kriteria Audit .......................................................................... 64
G. Pelaksana Audit SMK3 (Lembaga dan Auditor) ........................................ 125
H. Simulasi Audit SMK3 …………................................................................. 134

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 137

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat
dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan
adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
tidak terlepas dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi melalui SMK3 guna menjamin
terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan
menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Makin kompleknya
peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan
makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan
penanganan dan pengendalian sebaik mungkin.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja
tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola yang
harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi bahaya harus
mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan sistem manajemen K3.
Guna mengetahui keefektifan penerapan SMK3 dan mengukur kinerja
pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan maka diperlukan
pelaksanaan audit SMK3. Selain itu melalui audit SMK3 akan diketahui program K3
apakah telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan pada
suatu perusahaan.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Indonesia
berjalan mulai tahun 1996 sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per. 05/Men/1996 yang bersifat compulsary (wajib) bagi setiap perusahaan besar atau
yang mempunyai tenaga kerja  100 orang dan atau mempunyai potensi bahaya besar.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 1


Peraturan tersebut lebih diperkuat dengan keluarnya Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dimana pada pasal 87 menyatakan bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan SMK3. Adapun pedoman penerapaan SMK3 diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapaan SMK3.
Perusahaan yang menerapkan SMK3 wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
kinerja K3. Salah satu cara untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3
dapat melalui audit SMK3 yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten. Untuk mendapatkan auditor yang kompeten maka dilakukan pembinaan
auditor SMK3. Guna memberikan keseragaman, perlu disusun modul ini sebagai
panduan pelaksanaan pembinaan auditor SMK3.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami
pelaksanaan Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3)
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mampu:
a. Membantu perusahaan dalam menerapkan SMK3.
b. Melakukan audit internal SMK3 di perusahaan.
c. Memberikan masukan tindak lanjut hasil audit kepada perusahaan untuk
perbaikan berkelanjutan.

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN MODUL


1. Materi Pokok : Modul Pembinaan Auditor Sistem Manajemen K3
(SMK3)
2. Sub Materi Pokok :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II POKOK BAHASAN
A. Review Materi K3
B. Kebijakan K3
C. Sistem Manajemen K3
D. Penerapan Sistem Manajemen K3
E. Mekanisme, Teknik Audit SMK3, Tingkat Penerapan SMK3
dan Sertifikasi SMK3

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 2


F. Interpretasi Kriteria Audit
G. Pelaksana Audit SMK3 (Lembaga dan Auditor)
H. Simulasi Audit SMK3
BAB III PENUTUP

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 3


BAB II
POKOK BAHASAN

A. REVIEW MATERI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


1. PERKEMBANGAN K3 INTERNASIONAL
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3 (Occupational Safety and Health/OSH)
merupakan unsur perlindungan bagi tenaga kerja (labor), pada tingkat
internasional dikembangkan oleh ILO.
b. Pada level nasional, negara anggota membentuk unit / organisasi yang
bertanggungjawab pelaksanaan perlindungan tenaga kerja (Kementerian
Ketenagakerjaan/ Menteri sebagai penanggungjawab kebijakan)
c. Konvensi ILO 81 tahun 1947, telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No.
21 Tahun 2003, termasuk aspek K3, karena sudah meratifikasi maka
pelaksanaannya harus dilaporakan secara nasional ke ILO
d. Konvensi ILO 155 (OSH) dan Konvensi ILO 164 (HI), meskipun belum
diratifikasi oleh RI, Negara anggota ILO hendaknya mempersiapkan untuk
meratifikasinya
e. Konvensi No. 187 Tahun 2006, telah diratifikasi oleh Indonesia melalui
Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2014 (Konvensi Mengenai Kerangka
Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
f. Maritime Labour Convention, 2006, telah diratifikasi oleh Indonesia melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 (Pengesahan
Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim,
2006).

2. PERKEMBANGAN K3 NASIONAL
a. Peraturan K3 Periode Tahun 1847 s.d 1945
1) Tahun 1847 , Hindia Belanda melakukan pengawasan penggunaan mesin
uap, keselamatan ditujukan pada K3 pada keselamatan alat.
2) 28 Pebruari 1852 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan staatblad
no. 20 tentang Keselamatan kerja pemakaian mesin uap.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 4


3) Veiligheid Reglement (VR) tahun 1910 Staatblad No 406 tentang
keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri pengolahan.
4) Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).

b. Peraturan K3 Periode Tahun 1945 s.d 1970


1) Veiligheid Reglement (VR) tahun 1910 diberlakukan melalui Staatblad
No 406 tentang keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri
pengolahan.
2) Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).
3) Undang-Undang Penimbunan dan Penyimpan Minyak tanah dan bahan-
bahan cair lainnya yang mudah menyala (stbl 1927 No. 99)
4) Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No. 214)
5) Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur
pengawsan terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat, accu,
percetakan dll)
6) Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143 dan no.
10 tahun 1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang dan peraturan petasan.
7) Industrienbaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening Stbl. No. 595
dan No. 29 Tahun 1938 dan tahun 1939 tentang pengawasan terhadap
jalan kereta api, loko dan gerbongnya yang digunakan sebagai alat angkut
selain PJKA.
8) Retribusi Ordonantie Stbl No. 424 tahun 1940 dan Retributie
Vorerdening Stbl No. 425 tahun 1940.
9) Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan pemerintah
pengganti Undang No. 1 tahun 1962 Tentang barang (Lembaran Negara
No. 251 tahun 1961)
10) Peraturan Khusus (peraturan pemberlakuan peraturan Belanda di
Indonesia)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 5


c. Peraturan-Peraturan Khusus :
1) Peraturan khusus Direktur pekerjaan Umum No. 119966/Swt.
2) Peraturan khusus CC mengenai pabrik gula
3) Peraturan khusus mengenai instalasi untuk memproyektor gambar
bayang-bayang dalam gambar.
4) Peraturan khusus HH mengenai perusahaan, pabrik dan tempat kerja
yang mengolah timah kering.
5) Peraturan khusus LL mengenai usaha keselamatan kerja untuk pekerjaan
dalam tangki apung.
6) Peraturan khusus NN mengenai perusahaan dan pabrik yang membuat
gelas atau barang-barang dari gelas.
7) Peraturan terhadap penggunaan phospor putih Stbl. 1912 No. 275.
8) Ketentuan tentang pengangkutan obat peledak, dan bahan petasan dengan
kereta api (Stbl. No. 501 Tahun 1907)
9) Penetapan pelarangan bagi pembuatan import, mempunyai, mengangkut
dan menjual kereta api yang mengandung phospor putih.
10) Ketetapan tentang pemasangan dan pemakaian jaringan saluran listrik di
Indonesia (stbl. 1927-1890 N0. 190)
11) Ketetapan umum tentang jalanan kereta api dan trem (ABST tahun 1927)
Stbl 1927 N0. 25B Jo stbl 1928 No. 415)
12) Peraturan jalanan kereta api trem (Stbl 1928 N. 202)
13) Peraturan Menteri Perburuhan No. 7/PMP/1964 tentang syarat-syarat
kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja (peraturan ini
sudah tidak berlaku, digantikan dengan Permenaker No 5 Tahun 2018)

d. Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang


1) Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan
pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
3) PP No. 07 Tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan
dan penggunaan pestisida.
4) PP No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan kesehatan kerja radiasi

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 6


5) PP No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi.
6) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.

Dasar Hukum Pengawasan Norma SMK3, Kelembagaan, Keahlian K3


1) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3).
2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja
3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia
Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3).
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3).
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Dasar Hukum Pengawasan Norma Kesehatan Kerja


1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
3) Peraturan Presiden RI nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat
Kerja

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 7


4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-
01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-
01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.
6) Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyenggaraan Keselamatan Kerja.
7) Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
8) Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.
9) Permenakertrans No. 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
10) Permenakertrans No. 11 tahun 2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di
Tempat Kerja.
11) Permenakertrans No. 15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
12) Kepmenaker No. 333 tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
13) Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin
dan Ruang Makan.
14) Kepdirjen Binwasnaker No. 22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
15) Kepdirjen Binwasnaker No. 53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pedoman
Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja.
16) Kepdirjen Binwasnaker No. 44/DJPPK/-/2012 tentang Pemberian
Penghargaan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS
di Tempat Kerja.
17) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
18) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan
Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 8


Dasar Hukum Pengawasan Norma Ergonomi, Lingkungan Kerja dan
Bahan Kimia Berbahaya
1) Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO
No. 120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
4) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian.
5) Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
6) Surat Edaran Menakertrans No. 01 Tahun 2012 tentang Pemenuhan K3
di Ruang Terbatas.
7) Kepdirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Potensi Bahaya Besar/Menengah di Perusahaan
8) Kepdirjen Binwasnaker No. 64/PPK/XI/2013 tentang Pedoman
Pembinaan K3 Pekerjaan Penyelaman di Dalam Air (Underwater Diving
Work)
9) Kepdirjen Binwasnaker No. 001/PPK-PNK3/V/2014 tentang Petunjuk
Teknis Penetapan Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitasi di Perusahaan.

Dasar Hukum Pengawasan Norma K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


1) Undang-Undang Uap Tahun 1930
2) Peraturan Uap Tahun 1930.
3) Permenaker No.Per.02/MEN/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
4) Permenaker No.Per.01/Men/1988 tentang klasifikasi & syarat-syarat
operator pesawat uap.
5) Permenaker Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.
6) Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. 05 Tahun 2011 tentang Masa
Berlaku Lisensi Boiler 5 Tahun

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 9


Dasar Hukum Pengawasan Norma K3 Mekanik
1) Permenaker No.Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
2) Permenaker No.Per.09/MEN/2010 tentang Operator dan Petugas
Pesawat Angkat dan Angkut.
3) Permenaker Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi.

Dasar Hukum Pengawasan Norma K3 Konstruksi Bangunan


1) Permenaker No. 01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
kerja pada konstruksi bangunan.
2) SKB Menaker dan Menteri PU No.174/MEN/1986 dan
No.104/KPTS/1986 tentang K3 pada Kegiatan Konstruksi.
3) Kepdirjen Binawas No.Kep.20/BW/2004 tentang Kompetensi Personil
K3 Konstruksi Bangunan
4) Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No. : Kep. 74/PPK/XII/2013 Tentang Lisensi Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Bidang Supervisi Perancah
5) Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No 05/BINWASK3/IV/2018
tentang Peningkatan pembinaan dan pengawasan syarat-syarat K3 pada
tempat kegiatan konstruksi.

Dasar Hukum Pengawasan Norma K3 Instalasi Listrik


1) Permenaker No. Per.02/MEN/1989 tentang Instalasi Penyalur Petir.
2) Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir.
3) Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik.
4) Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 12 tahun 2015.
5) Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Elevator dan Eskalator.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 10


6) Keputusan Direktur Jenderal Binwasnaker dan K3 No : Kep.
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang
Listrik.
7) Keputusan Direktur Jenderal Binwasnaker dan K3 No : Kep.
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Teknisi K3 Bidang
Listrik.

Dasar Hukum Pengawasan Norma K3 Penanggulangan Kebakaran


1) Permenaker No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR.
2) Permenaker No. Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alat Alarm
Kebakaran Automatik.
3) Kepmenakertrans No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran.
4) Instruksi Menaker No.Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran.

B. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


Kebijakan Penerapan K3 ditempat kerja telah diatur dalam Undang – Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3), serta peraturan pelaksanaannya.
Sejak tahun 1984 dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Kep. 13/MEN/1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 hingga tahun 1992,
Pemerintah bersama-sama pemangku kepentingan telah melakukan upaya yang
intensif untuk memasyarakatkan K3 melalui Kampanye Nasional K3 selama 1 (satu)
bulan dimulai tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari setiap tahunnya.
Selanjutnya, telah ditetapkan Visi "Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015” melalui
Kepmenakertrans No. 372/MEN/XI/2009. Untuk melanjutkan visi K3 nasional, pada
tahun 2015 telah ditetapkan arah kebijakan dalam mendorong K3 agar menjadi budaya
di tempat kerja dan memotivasi masyarakat Indonesia agar lebih mandiri dalam
berbudaya K3.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 11


Arah kebijakan K3 nasional merupakan perwujudan dari agenda Pemerintah
dalam mendukung pembangunan nasional sehingga harus mendapatkan dukungan dari
semua pihak secara nasional. Arah kebijakan dimaksud diwujudkan menjadi :
1. Visi K3 Nasional
“Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2020”

2. Misi K3 Nasional
a) Meningkatkan Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
b) Meningkatkan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
c) Meningkatkan Peran Serta Pengusaha, Tenaga Kerja dan Masyarakat Untuk
Mewujudkan Kemandirian Dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
3. Strategi K3 Nasional
a) Menyusun dan meningkatkan kebijakan K3;
b) Meningkatkan sumber daya manusia di bidang K3;
c) Meningkatkan pembinaan penerapan SMK3;
d) Meningkatkan sarana dan prasarana pengawasan K3;
e) Meningkatkan jejaring dan peran serta instansi, lembaga, personil dan pihak-
pihak terkait.

Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat strategis dan bersejarah mengingat
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah mencapai usia
50 Tahun. Oleh karena itu, bertepatan dengan perayaan 50 Tahun K3 dan berdasarkan
Kepmenaker Nomor 328 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan K3
Nasional Tahun 2020 maka pelaksanaan Bulan K3 Tahun 2020 mengusung tema
“Optimalisasi Kemandirian Masyarakat Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pada Era Revolusi Industri 4.0 Berbasis Teknologi Informasi” dan slogan/tagline
“K3 Unggul Indonesia Maju”. Berbagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan K3
secara Nasional telah dilakukan diantaranya adalah :
1. Menyempurnakan peraturan perundang – undangan serta standar di bidang K3;
2. Meningkatkan peran pengawas bidang K3 dalam pembinaan dan pemeriksaan
serta penegakan hukum di bidang K3;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 12


3. Meningkatkan kesadaran pegusaha/pengurus, tenaga kerja dan masyarakat
sehingga memiliki kompetensi dan kewenangan bidang K3;
4. Meningkatkan peran serta masyarakat, lembaga K3 dan pemeduli K3;
5. Meningkatkan peran serta asosiasi-asosiasi profesi K3 dan perguruan tinggi
memiliki program K3;
6. Meningkatkan peran serta Indonesia dalam forum-forum regional dan
internasional dalam bidang K3;
7. Menyempurnakan layanan informasi K3 berbasis digitalisasi.

Kementerian Ketenagakerjaan telah menetapkan Program dan strategi Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional Periode 2020 – 2024 dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan, meliputi :
1. Gerakan Promosi K3;
2. Penguatan Kapasitas Sumber Daya K3;
3. Penguatan Pengawasan dan Penegakan Hukum Norma K3;
4. Penguatan Sistem Pelaporan dan Manajemen Data & Informasi K3;
5. Koordinasi, sinergi dan Kolaborasi K3.

C. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(SMK3)
1. PENGERTIAN
a. Sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas.
b. Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasi, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia
dan sumber daya yang ada.
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
d. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 13


keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
e. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil
kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3
di perusahaan.
f. Perusahaan adalah :
1) setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
2) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.

2. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan Penerapan SMK3 :
1) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
3) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
b. Manfaat Penerapan SMK3
1) Bagi Perusahaan:
a) Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan
dibidang K3
b) Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam
rangka meningkatkan kinerja SMK3
c) Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari
penerapan SMK3
d) Mengetahui kinerja K3 di perusahaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 14


e) Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing perusahaan
f) Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3
yang juga akan meningkatkan produktivitas perusahaan
g) Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan
h) Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada diperusahaan
i) Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan
j) Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3

2) Bagi Pemerintah:
a) Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak tenaga kerja di bidang K3
b) Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan citra bangsa di forum
internasional
c) Mengurangi angka kecelakaan kerja yang sekaligus akan meningkatkan
produktifitas kerja/nasional
d) Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan perundangan

3. YANG WAJIB MENERAPKAN SMK3


Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (serratus) orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

Yang dimaksud dengan “tingkat potensi bahaya tinggi” adalah perusahaan yang
memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan
jiwa manusia, terganggunya proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja,
contohnya perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak, gas bumi,
konstruksi, industri kimia, industri plastik, industry logam dasar, listrik, angkutan
udara, pabrik kembang api, pabrik korek api, pabrik cat, pabrik bahan peledak,
dan sebagainya.

Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan. Sebagai acuan penentuan tingkat bahaya tinggi

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 15


dapat menggunakan antara lain Kepmenaker No 186 tahun 1999, Kepmenaker No
187 Tahun 1999 maupun Permenaker No 1 Tahun 2007.

Perusahaan yang menerapkan SMK3 harus melaksanakan 5 (lima) prinsip


penerapan SMK3 yang tertuang di pasal 6 Peraturan Pemerintah No 50 Tahun
2012 terdiri dari :
a. Penetapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
b. Perencanaan K3;
c. Pelaksanaan Rencana K3;
d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

Perusahaan yang menerapkan SMK3 dilakukan penilaian penerapan SMK3 (audit


SMK3) yang dilakukan oleh lembaga audit SMK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri
Ketenagakerjaan dengan cara mengajukan permohonan audit. Untuk perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian penerapan
SMK3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Penilaian dilakukan
melalui Audit SMK3 yang meliputi:
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
3. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
4. pengendalian dokumen;
5. pembelian dan pengendalian produk;
6. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
7. standar pemantauan;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
9. pengelolaan material dan perpindahannya;
10. pengumpulan dan penggunaan data;
11. pemeriksaan SMK3; dan
12. pengembangan keterampilan dan kemampuan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 16


4. PENGAWASAN SMK3
SMK3 merupakan norma K3 yang harus diterapkan di perusahaan. Pengawasan
SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi sesuai dengan
kewenangannya. Pengawasan SMK3 meliputi :
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. organisasi;
c. sumber daya manusia;
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. keamanan bekerja;
f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. tindak lanjut audit.

D. PENERAPAN SMK3
Penerapan SMK3 dilaksanakan pada setiap perusahaan dengan berpedoman pada 5
(lima) prinsip dasar sebagai berikut :
1. Penetapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
2. Perencanaan K3;
3. Pelaksanaan Rencana K3;
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

Penjelasan terhadap kelima prinsip tersebut di atas sebagai berikut :


1. PENETAPAN KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dalam menerapkan SMK3, perusahaan harus memiliki kebijakan K3, yang dibuat
melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/buruh. Kebijakan K3 harus disahkan oleh puncak pimpinan perusahaan dan
harus :
a. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
b. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
c. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor,
pemasok dan pelanggan;
d. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 17


e. Bersifat dinamik;
f. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih
sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.

Untuk memenuhi hal-hal tersebut di atas maka pengusaha dan atau pengurus
perusahaan/tempat kerja harus menunjukan kepemimpinan dan komitmen terhadap
K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai dan diwujudkan dalam:
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
perusahaan;
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang K3;
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
d. Perencanaan K3 yang terkoordinasi;
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Wujud kepemimpinan dan komitmen tersebut pada butir a sampai dengan e


diadakan peninjauan ulang secara teratur.
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap
K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan.
Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta
dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
Kebijakan K3 tersebut disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, serikat
pekerja/buruh, dan pihak-pihak lain yang terkait. Metode penyebarluasan
Kebijakan K3 melalui papan pengumuman, brousr, leaflet, audio visual, safety
talk/safety breefing, dsb.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 18


Contoh kebijakan K3 :

KEBIJAKAN K3
PT. ABC sebagai produsen kabel telekomunikasi dan listrik nasional
berkomitmen menerapkan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dengan tujuan untuk mewujudkan tempat kerja yang aman, sehat
dan produktif.

PT. ABC berkomitmen untuk menerapakan Sistem Manajemen K3 yang


terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang ada dengan upaya :

1. Mematuhi persyaratan perundangan K3 dan ketentuan lainnya

2. Mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

3. Menetapkan dan melaksanakan program-program K3 yang telah


ditetapkan

4. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam


penerapan K3

5. Melibatkan partisipasi seluruh karyawan dalam penerapan SMK3

Demikian kebijakan K3 ini dibuat untuk dapat secara efektif


diterapkan di perusahaan untuk meningkatkan kinerja K3 secara
berkelanjutan

Jakarta, 30 Nopember 2019

Budi Santosa
Direktur

Gambar 1. Contoh Kebijakan K3 pada Perusahaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 19


2. PERENCANAAN K3
Perusahaan harus memiliki prosedur perencanaan yang efektif guna
pembuatan dan penetapan rencana K3 oleh pengusaha. Rencana K3 harus jelas dan
mempunyai tujuan, sasaran,skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan
sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem
pertanggungjawaban dengan mempertimbangkan hasil penelaahan awal,
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai persyaratan
perundang-undang yang berlaku serta sumber daya yang dimiliki.
a. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
1) Hasil penelaahan awal
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan
yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.
2) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana. Untuk itu harus
ditetapkan dan dipelihara prosedurnya.
3) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus:
a) ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan; dan
b) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.
4) Sumber daya yang dimiliki
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya yang
dimiliki meliputi tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana
dan prasarana serta dana.
b. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
1) Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur
sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit
memenuhi kualifikasi:
a) dapat diukur;
b) satuan/indikator pengukuran; dan
c) sasaran pencapaian.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 20


Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi
dengan:
a) wakil pekerja/buruh;
b) ahli K3;
c) P2K3; dan
d) pihak-pihak lain yang terkait.
2) Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko,
dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan
dalam perencanaan.
3) Upaya Pengendalian Bahaya
Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko
melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung
diri.
4) Penetapan Sumber Daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang
memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan.
5) Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu
pelaksanaan.
6) Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan
parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan
penerapan SMK3.
7) Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang
bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan.
Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan
didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3,
dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan
kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha harus:

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 21


a) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk
bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;
b) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh
terhadap sistem dan program K3; dan
c) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

Keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3, diperlukan perencanaan


awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung secara efektif guna
menghasilkan rencana aksi yang jelas dan dapat dikembangkan secara
berkelanjutan. Untuk itu pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja
harus :
1) Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan
sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang
bersangkutan;
2) Menetapkan sarana prasarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan
dan sasaran.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 22


Contoh Rencana K3 di Perusahaan :
No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
1 Tindakan Pengendalian
a. Pengadaan APD (Helmet Melindungi 20 1 Rp. Tersedianya Bagian HSE
berstandar ANSI Z89.1 kepala tenaga tenaga 3.000.00 Helmet dan Bagian
atau setara kerja dari kerja di 0,- sebanyak 20 Purchasing
benturan proyek buah
benda keras konstru
ksi
b. Pemeriksaan dan
pengujian crane
c. Pemeriksaan kesehatan
berkala karyawan
d. Pelatihan Petugas P3K Meningkatka 2 orang 2 Rp. - Lulus pelatihan Manajer Public
n 8.000.00 - Meningkatnya HRD Training
pengetahuan, 0,- kompetensi
sikap dan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 23


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
ketrampilan sebagai Petugas
bidang P3K
pertolongan
pertama pada
kecelakaan
e. dsb
2 Perancangan dan Rekayasa
a. Penyusunan prosedur pada
tahap perancangan dan
modifikasi
mempertimbangkan IBPR
b. dsb
-
3 Prosedur dan Intruksi -
Kerja

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 24


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
a. Penyusunan prosedur
identifikasi potensi
bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3
b. Membuat Prosedur
Konsultasi, Komunikasi,
Informasi K3
c. Prosedur Konsultasi,
Komunikasi, Informasi K3
d. Prosedur pembelian
Barang dan Jasa
e. dsb
4 Penyerahan sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan
a. Peninjauan ulang kontrak Memastikan
pekerjaan pihak ketiga

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 25


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
/penerima
kerja
memenuhi
persayaratan
K3
b. dsb
5 Pembelian/Pengadaan
Barang dan Jasa
a. Pemeriksaan barang/jasa
yang dibeli sesuai dengan
spesifikasi pembelian
b. dsb
6 Produk Akhir
a. Membuat petunjuk
pengoperasian produk
akhir dari perusahaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 26


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
b. Melengkapi spesifikasi
teknis dan lembar data
keselamatan bahan dan
label pada produk akhir
yang dihasilkan
perusahaan
c. dsb
7 Upaya Menghadapi
Keadaan Darurat
Kecelakaan dan Bencana
Industri
a. Mengidentifikasi keadaan
darurat yang potensial di
dalam dan atau di luar
tempat kerja

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 27


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
b. Memasang petunjuk arah
evakuasi, denah evakuasi
dan titik kumpul
c. Melakukan sosialisasi
prosedur keadaan darurat
d. Membuat skenario drill
tanggap darurat
e. Melaksanakan simulasi
tanggap darurat kebakaran
f. dsb
8 Rencana dan Pemulihan
Keadaan Darurat
a. Membuat prosedur untuk
pemulihan kondisi tenaga
kerja maupun sarana dan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 28


No Kegiatan Tujuan Sasara Skala Sumber Daya Indikator Penanggun Keterang-
n Prioritas SDM Biaya Sarana g Jawab an
Prasaran
a
peralatan produksi yang
mengalami kerusakan.
b. dsb

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 29


3. PELAKSANAAN RENCANA K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus
perusahaan atau tempat kerja dengan:
a. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan
b. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.

a. Penyediaan Sumber Daya Manusia


1) Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat
prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:
a) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki
kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan
melalui:
(1) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan
(2) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang
berwenang.
b) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap
tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap
pelatihan yang dibutuhkan;
c) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara
efektif;
d) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli;
dan
e) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
pekerja/buruh secara aktif.
2) Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau
pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan
melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam
penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak
merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.
Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha
dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 30


pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan
psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja,
serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan
untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
3) Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus
dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
b) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung
jawab dan tanggung gugat di bidang K3;
c) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan
menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh,
kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung meliputi:
(1) pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus
memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam
perusahaan;
(2) pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber
daya yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan
dan mengembangkan SMK3;
c) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh
terhadap sistem dan program K3;
d) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

4) Pelatihan dan Kompetensi Kerja


Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3.
Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai
kebutuhan dengan:
a) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada;
b) memeriksa uraian tugas dan jabatan;
c) menganalisis tugas kerja;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 31


d) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan
e) meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan
program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan
dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.

b. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai


Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
1) Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang
K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau
pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara
menyeluruh antara lain untuk:
a) keberlangsungan organisasi K3;
b) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan
c) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan
pengendalian, peralatan pelindung diri.

3) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian


a) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan
dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis)
oleh personil yang kompeten.
b) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 32


(1) mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak
dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil
dalam kinerja perusahaan;
(2) melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar
perusahaan; dan
(3) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan
kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.

Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:


(1) persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan
internal/indikator kinerja K3;
(2) izin kerja;
(3) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber
bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat
kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi;
(4) kegiatan pelatihan K3;
(5) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
(6) pemantauan data;
(7) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut;
(8) identifikasi produk termasuk komposisinya;
(9) informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
(10) audit dan peninjauan ulang SMK3.

c) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk


menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau
pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur
pelaporan terdiri atas:
(1) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk
menangani:
(a) pelaporan terjadinya insiden;
(b) pelaporan ketidaksesuaian;
(c) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 33


(d) pelaporan identifikasi sumber bahaya.
(2) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk
menangani:
(a) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan;
dan
(b) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.
Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau
pemerintah.
d) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:
(1) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3;
(2) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;
(3) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur;
(4) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan
menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan;
dan
(5) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan
telah diterapkan.

Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin


bahwa:
(1) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan
tanggung jawab di perusahaan;
(2) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat
direvisi;
(3) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh
personil yang berwenang;
(4) dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap
perlu;
(5) semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan; dan
(6) dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 34


4) Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap
pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.

Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi :


a. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan terhadap
kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan


melaksanakan kebijakan:
1) standar bagi tempat kerja;
2) perancangan pabrik dan bahan; dan
3) prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
1) Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
a) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan
b) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi.
2) Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
3) Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
a) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi;
b) pendidikan dan pelatihan;
c) insentif, penghargaan dan motivasi diri;
d) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi;
e) penegakan hukum.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 35


b. Perancangan dan Rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :
1) pengembangan;
2) verifikasi;
3) tinjauan ulang;
4) validasi; dan
5) penyesuaian.

Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-


unsur:
1) identifikasi potensi bahaya;
2) prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja; dan
3) personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi
persyaratan SMK3.

c. Prosedur dan Instruksi Kerja


Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang
digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang memiliki
kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.

d. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan


Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi
persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh
personal yang kompeten dan berwenang serta mempunyai tanggung jawab
yang jelas.

e. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa


Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
1) terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 36


2) menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3; dan
3) pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa
tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

f. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya
dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta
pemusnahannya.

g. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri


Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan
darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:
1) penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan
sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; dan
2) proses perawatan lanjutan.
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil
yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya
besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk
mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya.

h. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat


Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap
perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara
cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

Dalam mencapai tujuan dan sasaran K3 sebagaimana tertuang dalam rencana.


Pengusaha dan pengurus harus terus mengorganisir pelaksanaannya dan menunjuk
personil yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan sistem manajemen yang diterapkan
dan harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 37


4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3
Perusahaan harus memiliki prosedur dan melakukan pemantauan dan evaluasi
kinerja K3. Pemantauan dan evaluasi kinerja meliputi pemeriksaan, pengujian,
pengukuran dan audit internal SMK3. Hasilnya harus dianalisis guna mengetahui
penerapan SMK3 dan pencapaian tujuan dan sasaran SMK3 serta untuk melakukan
tindakan perbaikan.
a) Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3,
Frekuensi pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus sesuai dengan
obyeknya mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran secara umum meliputi :
1) Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang
cukup.;
2) Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung
harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor
kerja yang terkait;
3) Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk
menjamin telah dipenuhinya standar K3;
4) Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian
dan pengukuran;
5) Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan
penyebab permasalahan dari suatu insiden;
6) Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.

b) Audit Internal SMK3


Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan
independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan
menggunakan metodologi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria audit eksternal
sebagaimana tercantum pada lampiran II PP 50 tahun 2012, dan pelaporannya

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 38


dapat menggunakan format laporan yang tercantum pada lampiran III PP No 50
Tahun 2012
Frekuensi audit internal harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit
sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil
audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi kinerja harus
didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan
serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.

5. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3


Pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus melakukan tinjauan
ulang terhadap penerapan SSMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan
keefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3.
Selain hal tersebut diatas tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi
K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya
terhadap kinerja perusahaan.

Tinjauan ulang penerapan SMK3 sekurang-kurangnya meliputi :


a. Evaluasi terhadap kebijakan K3;
b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3;
c. Hasil temuan audit SMK3;
d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan
SMK3.

Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan :


a. perubahan peraturan perundangan;
b. tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d. perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
f. pengkajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
g. pelaporan;
h. saran dari pekerja/buruh.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 39


E. MEKANISME, TEKNIK AUDIT SMK3, TINGKAT PENERAPAN SMK3
DAN SERTIFIKASI SMK3
1. Pengertian
a. Penilaian penerapan SMK3 atau Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara
sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan
untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan
dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
b. Audit Internal Sistem Manajemen K3 adalah audit Sistem Manajemen K3 yang
dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam rangka pembuktian penerapan Sistem
Manajemen K3 dan persiapan audit eksternal Sistem Manajemen K3 dan atau
pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan-tujuan lainnya ;
c. Audit Eksternal Sistem Manajemen K3 adalah audit SMK3 yang
diselenggarakan oleh Lembaga Audit dalam rangka penilaian penerapan SMK3
di perusahaan;
d. Auditor SMK3 ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dan independen
untuk melaksanakan audit SMK3 yang ditunjuk oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
e. Auditee adalah perusahaan atau organisasi yang diaudit
f. Program audit adalah sekumpulan rencana audit yang direncanakan dalam
waktu tertentu dan diarahkan untuk maksud tertentu.
g. Kriteria audit adalah seperangkat kebijakan, prosedur atau persyaratan yang
digunakan sebagai acuan audit.
h. Temuan audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang dibandingkan dengan
kriteria audit.
i. Bukti audit adalah rekaman/catatan, pernyataan fakta atau informasi lainnya
yang terkait dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi
j. Ketidaksesuaian adalah tidak memenuhi ketentuan peraturan / persyaratan
yang telah ditentukan.
k. Kesimpulan audit adalah hasil dari suatu audit yang disampaikan oleh tim audit
setelah mempertimbangkan tujuan audit dan seluruh temuan audit.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 40


2. Tujuan Audit
Guna mengetahui keefektifan penerapan SMK3 dan mengukur kinerja pelaksanaan
SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan maka diperlukan pelaksanaan
audit SMK3. Selain itu melalui audit SMK3 akan diketahui program K3 apakah
telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan pada suatu
perusahaan.
Disadari bahwa selama berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, ukuran yang dipakai untuk mengukur dan menilai kegiatan
usaha keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja selalu menggunakan tingkat
kekerapan kecelakaan, tingkat keparahan kecelakaan, jumlah kerugian yang
ditimbulkan dan statistik kecelakaan. Metode tersebut hingga saat ini masih
dipergunakan, namun hal itu hanya untuk mengukur peristiwa kecelakaan yang
terjadi dan bersifat reaktif.
Berdasarkan uraian di atas audit SMK3 bertujuan untuk :
a. Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam
sistem kegiatan operasi perusahaan yang meliputi :
1) Tenaga manusia meliputi kemampuan dan sikapnya dalam kaitannya
dengan K3.
2) Perangkat keras meliputi sarana / peralatan proses produksi dan operasi,
sarana pemadam kebakaran, kebersihan dan tata lingkungan dan
3) Perangkat lunak (manajemen) meliputi sikap manajemen, organisasi,
prosedur, standar dan hal lain yang terkait dengan pengaturan manusia
serta perangkat keras unit operasi.
b. Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah dilaksanakan sesuai
ketentuan pemerintah, standar teknis, standar K3 yang berlaku dan kebijakan
yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun
gangguan operasi serta rencana respon (tanggap) terhadap keadaan
gawat/darurat, sehingga mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.

3. Jenis-Jenis Audit
Berdasarkan pelaksanaan audit SMK3, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis
audit yaitu audit internal dan audit eksternal.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 41


a. Audit internal
Penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan sendiri,
yang bertujuan mengetahui keefektifan penerapan sistem manajemen K3 di
perusahaan serta memberi masukan kepada pihak manajemen dalam rangka
pengembangan penerapan K3 secara terus menerus.
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala. Pelaksanaan internal
audit idealnya dilaksanakan 2 kali dalam setahun dengan melibatkan seluruh
bagian di perusahaan antara lain pada setiap unit operasi, lokasi dan
departemen/bagian harus diikutsertakan dalam audit dengan metode uji silang
(cross check).
Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang
memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah
ditetapkan.
Audit internal dilaksanakan oleh personil yang independen terhadap bagian
yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan langsung terhadap
bagian yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan terhadap
bagian tersebut, sehingga hasil yang didapat merupakan hasil yang obyektif.
Personil yang melakukan audit juga harus terlatih, berpengalaman, kompeten
dan berwenang.
Pelaksanaan audit dilakukan oleh suatu tim sendiri atas berbagai unsur disiplin
dan fungsi dengan jumlah anggota tim tetap harus ganjil dan tidak melebihi
dari 7 (tujuh) orang, karena semakin banyak anggota tim akan mengakibatkan
kurang efektifnya kerja tim.
Komposisi anggota tim tetap ditentukan sebagai berikut :
1) 1 orang tim manajemen senior;
2) 2 orang anggota P2K3;
3) 2 orang ahli dalam bidang operasi/produksi dan
4) 2 orang ahli K3 atau ahli lain yang ditunjuk khusus.

1) Tim audit internal


Tim audit internal diangkat secara resmi oleh pimpinan perusahaan dan
bertanggung jawab secara langsung serta harus membuat laporan hasil audit
kepada perusahaan.
Susunan tim terdiri atas :

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 42


a) Ketua Tim, bertugas memimpin dan mengkoordinir kegiatan tim secara
efektif dan obyektif serta bertanggung jawab untuk menyusun rencana
audit, melatih anggota tim (jika diperlukan), mengkoordinir
penyusunan daftar periksa, memimpin pelaksanaan audit serta
mengarahkan penyusunan laporan hasil audit. Sebaiknya Ketua Tim
diambil dari bagian operasi yang paling senior, telah mengikuti
pelatihan audit dan berpengalaman.
b) Sekretaris Tim, Bertugas memproses surat menyurat dan bahan tulisan
yang diperlukan tim, memproses penyusunan laporan, mencatat semua
hasil temuan dan rekomendasi selama audit berlangsung dan
memproses hasil audit secara cermat dan lengkap serta aktif dalam
diskusi selama pelaksanaan audit.
c) Anggota Tetap, bertugas mengembangkan dan membahas persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan audit . Anggota tetap dapat dipilih dari
bidang :
(a) Engineering (perancangan)
(b) Operasi
(c) Maintenance (pemeliharaan)
(d) Keselamatan dan kesehatan kerja
d) Anggota Tidak Tetap, bertugas membantu analisa dan memberikan
informasi yang akurat dan obyektif kepada tim tetap. Anggota ini
dipanggil jika ada hal-hal penting yang terkait dengan keahlian mereka
masing-masing (misal pengawas dari unit yang sedang diaudit) yang
perlu dibahas secara bersama.
Ketua, sekretaris dan anggota tetap, secara penuh menangani persiapan,
pemeriksaan dan pelaporan audit. Anggota tetap harus dipilih
berdasarkan keahlian dan penguasaannya terhadap unit yang diaudit
dan sedapat mungkin dipilih minimal supervisor. Tim audit sebelum
melakukan audit perlu dibina di bidang metoda audit, standar penilaian
audit, cara pemeriksaan dan verifikasi temuan, dan cara pelaporan
audit. Selama melaksanakan audit harus dibebaskan dari tugas kerja
sehari-hari, dan harus dapat berperan sebagai pihak ketiga dalam
melihat keadaan unit agar dapat memberikan masukan yang obyektif
kepada pimpinan unit kerja setempat.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 43


Tugas & Tanggung Jawab Tim Audit.
Tim audit bertugas untuk :
a) Menentukan sasaran, cakupan periodisasi dan metoda audit serta
menyusun rencana kerja dan daftar pelaksanaan audit. Rencana kerja
harus lengkap dan mencakup daerah yang ditinjau, saat peninjauan,
penyebaran laporan, rencana tindak lanjut dan rencana tanggal
pelaporan.
b) Mengembangkan daftar periksa (checklist) dan daftar pertanyaan
(questioner) serta standar penilaian yang akan digunakan. Untuk itu
harus mempelajari tentang unit yang akan diaudit, standar yang berlaku,
hasil inspeksi dan hasil audit masa lalu jika ada, dan lain-lain.
c) Melakukan pemeriksaan secara obyektif ke tempat/unit kerja, mereviev
pelaksanaan prosedur dan manajemen, dan mengadakan wawancara
dengan pekerja untuk pembuktian (verifikasi).
d) Menyusun laporan hasil audit dan saran perbaikannya.
e) Seringkali tim merasa kesulitan untuk mengaudit kegiatan manajemen
tetapi dengan pengembangan daftar periksa yang baik dan verifiksi
yang obtektif, hasil audit akan membantu manajemen dalam
mengendalikan kerugian akibat kecelakaan. Tim audit bertanggung
jawab kepada pimpinan perusahaan.

Tahapan Pelaksanaan Audit Internal


a) Persiapan sebelum audit
Sebelum dilaksanakan audit, pimpinan perusahaan membuat keputusan
pelaksanaan audit lengkap dengan sasaran dan pembentukan tim audit.
Setelah keluarnya keputusan, dapat dengan segera dilakukan pelatihan
terhadap anggota tentang prinsip dan metoda audit. Codes of Practices
dan standar teknis yang dipergunakan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor internal untuk persiapan
audit antara lain :
1) Mempelajari unit/tempat kerja yang akan diaudit meliputi struktur
organisasi, diskripsi sifat dari operasi, prosedur kerja yang berlaku

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 44


2) Melakukan review terhadap laporan audit sebelumnya (jika sudah
pernah diaudit) termasuk menanyakan/konfirmasi rencana tindakan
perbaikan yang sedang dilaksanakan.
3) Menanyakan pengalaman kecelakaan / penyakibat akibat kerja
yang pernah terjadi,
4) Menanyakan komitmen dari pimpinan perusahaan/unit kerja untuk
menerapkan K3 di tempat kerja.
5) Penyiapan saran yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.

Sarana yang diperlukan antara lain :


1) Daftar periksa (checklist) audit yang sudah disiapkan.
Daftar periksa bisa disiapkan secara manual maupun secara digital
(aplikasi)
2) Daftar pertanyaan lengkap dengan standar penilaiannya.
3) Buku catatan.
4) Kamera (jika dimungkinkan dan diizinkan).
5) Blanko-blanko untuk wawancara dengan tenaga kerja dan
manajemen setempat.
6) Prosedur kerja.
b) Pertemuan pra-audit (opening meeting) dengan pimpinan unit kerja
setempat
Pada pertemuan ini auditor memberikan penjelasan kepada pimpinan
unit kerja setempat tentang maksud dan tujuan pelaksaaan audit. Selain
itu mendiskusikan dan menanyakan berbagai hal yang terkait dengan
kebijaksanaan dan cara pengelolaan K3 di unit kerja setempat, sehingga
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pelaksanaan K3 di unit
tersebut.
c) Pelaksanaan audit internal
Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria audit eksternal
sebagaimana tercantum pada Lampiran II PP No. 50 Tahun 2012.
1) Pemeriksaan Lapangan
Setelah diperoleh informasi tentang aspek manajemen di
unit/tempat kerja, auditor bersama petugas yang menguasai seluk
beluk unit setempat mengadakan pemeriksaan ke unit/tempat kerja

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 45


untuk melihat secara langsung sifat operasi, paparan resiko, iklim
K3 di unit/tempat kerja tersebut, organisasi, karyawan, perangkat
lunak yang meliputi pelaksanaan prosedur, peraturan. Pada saat
yang bersamaan auditor dapat mewawancarai tenaga kerja
setempat untuk mendapat masukan apakah benar program K3
benar-benar ada secara formal dan konsisten diterapkan.
2) Verifikasi Informasi
Ada beberapa cara untuk memastikan bahwa program K3 benar
diterapkan yaitu : memeriksa catatan, wawancara dengan karyawan
dan jika perlu pemeriksaan secara sampel terhadap kondisi fisik
karyawan. Oleh karena itu, jika auditor merasa belum yakin dengan
data yang ia peroleh dapat melakukan verifikasi sesuai metoda di
atas.
d) Pertemuan penutup (closing meeting)
Setelah selesai melakukan audit SMK3 di suatu unit/tempat kerja,
auditor perlu mengadakan pertemuan dengan manajamen unit setempat
untuk memberikan atau memaparkan hasil temuan secara umum dan
menampung berbagai tanggapan. Dalam memberikan gambaran umum
hasil audit, auditor harus mengemukakan hasil positif terlebih dahulu
sebelum mengemukakan kelemahan yang perlu diperbaiki atau
mendapat perbaikan segera. Auditor bisa memberikan rekomendasi
tindakan perbaikan dari hasil temuan audit.
Selain itu pada kesempatan ini dapat dilakukan penelusuran terhadap
kesalahan interpretasi selama audit, perbaikan sementara yang dapat
diambil oleh manajemen dan lain-lain.
e) Pembuatan laporan audit internal
Temuan yang masuk dalam laporan nanti adalah temuan obyektif dan
penting. Disini perlu diciptakan komunikasi dua arah antara pimpinan
dan pengawas unit setempat.
Pelaporan audit internal dapat menggunakan format laporan yang
tercantum pada Lampiran III PP No. 50 Tahun 2012

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 46


Di dalam pelaksanaannya tim audit SMK3 internal :
a) Melaksanakan identifikasi terhadap obyek yang akan diaudit (sumber-
sumber bahaya yang ada) dengan menggunakan daftar periksa.
b) Mengevaluasi kecelakaan yang mungkin terjadi dan akibat-akibat yang
timbul dan atau ditimbulkan, melalui diskusi dan presentasi hasil
temuan.
c) Menentukan metode yang paling efektif atau tepat untuk mencegah dan
atau mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bentuk rekomendasi.

Agar dapat melaksanakan audit dengan baik, maka setiap auditor harus
mengetahui dasar-dasar pengetahuan, antara lain mengenai :
a) Sifat-sifat dan bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan
baku dan bahan-bahan pembantu yang dipergunakan untuk proses
produksi dalam kaitan dengan :
1) Sifat-sifat kimiawinya
2) Sifat fisiknya
3) Bahaya kebakaran dan ledakan yang dapat ditimbulkannya
4) Bahaya-bahaya lain yang dapat diakibatkannya, baik terhadap
personil / pekerja maupun lingkungan / tempat kerjanya.
b) Tata cara penyimpanan dan pengelolaan dari bahan baku, bahan
penimbun, bahan bakar berupa gas, cair, atau padat dan bahan-bahan
lain yang mudah terbakar atau meledak.
c) Tata cara penyimpanan dan pengelolaaan bahan-bahan berupa gas, cair
atau padat yang dapat menimbulkan keracunan atau kerusakan terhadap
anggota tubuh manusia.
d) Proses dan peralatan yang digunakan untuk proses produksi, termasuk
cara penyimpanannya (storage system) selama dalam proses untuk
bahan padat, cair, dan gas.
e) Sistem transportasi di dalam pabrik dan atau pekarangan.
f) Tata cara pengepakan dan penyimpanan dari hasil produksi serta tata
cara transportasinya keluar perusahaan.
g) Tata cara pembuangan sampah/sisa produksi, baik dalam bentuk padat,
cair maupun gas/uap.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 47


h) Ledakan dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan /
membahayakan tenaga kerja dan peralatan antara lain faktor-faktor
fisik, kimia, biologis, ergonomi dan lain-lain.
i) Hazard Control meliputi :
1) Pencegahan dan deteksi kebocoran bahan bakar dan bahan baku yang
dapat membahayakan.
2) Pencegahan terjadinya penyebaran uap dan debu serta cairan yang
dapat membahayakan.
3) Mengontrol sumber-sumber peyalaan.
4) Fire detection dan fire control.
5) Exposure dan lain-lain.
Dengan dasar-dasar pengetahuan tersebut diatas dan digunakan dengan
standar-standar atau code-code yang digunakan, maka akan dapat dijadikan
dasar pelaksanaan audit.

b. Audit Eksternal
Audit eksternal merupakan kegiatan pemeriksaan/penilaian yang dilakukan
oleh lembaga audit yang independen, dimana bertujuan untuk menunjukkan
penilaian terhadap sistem manajemen K3 di perusahaan secara obyektif dan
menyeluruh sehingga diperoleh pengakuan dari pemerintah atas penerapan
SMK3 di perusahaan.
Fungsi audit eksternal ini sebagai umpan balik yang mendukung dalam
perkembangan pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 yang ada di
perusahaan.
Pada audit eksternal ini, Menteri Ketenagakerjaan akan memberikan
penghargaan berupa sertifikat dan bendera bagi perusahaan yang telah
memenuhi standar pemenuhan.
Kegiatan audit SMK3 ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang tidak
sedikit. Tapi bagaimanapun juga kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi
perusahaan tersebut.
Adapun tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur
besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja.
Sistem manajemen K3 di tempat kerja dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali
setiap tiga tahun.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 48


1) Pelaksanaan audit eksternal terhadap perusahaan.
Tahapan pelaksanaan audit eksternal di perusahaan secara garis besar
adalah :
a) Persiapan audit
(1) Pre Visit
Kunjungan awal sebelum dilakukan audit
(2) Diskusi Auditi
(3) Pengumpulan data
Melakukan review informasi yang relevan
(4) Diskusi dengan klien audit
Dalam rangka menyatakan kelayakan audit.
b) Perencanaan audit
(1) Draft audit plan (penyusunan perencanaan audit)
Penyusunan perencanaan audit meliputi :
(a) Tujuan Audit
(i) Menentukan kesesuaian sistem manajemen (SM) yg
diaudit atau bagian SM, terhadap kriteria audit
(ii) Mengevaluasi kapabilitas SM utk membantu organisasi
dalam memenuhi persyaratan hukum & persyaratan lain
yg menjadi komitmen organisasi
(iii) Mengevaluasi efektifitas SM dalam memenuhi hasil yg
diharapkan
(iv) Mengidentifikasi peluang potensi peningkatan Sistem
Manajemen

Tujuan audit SMK3 :


Untuk membuktikan tingkat pencapaian penerapan dan
pengembangan dan kinerja K3 pada perusahaan sesuai dengan
SMK3 dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia. (PP 50/2012)
(b) Lingkup dan batasan audit
(c) Kriteria audit
(d) Jadwal (Lokasi, Tanggal, Waktu dan Durasi)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 49


(e) Alokasi sumber daya (Guide, APD, Ruang Rapat)
(f) Peran dan Tugas Tim Audit (Ketua, Anggota, Observer, TA)
(g) Metode audit dan pengambilan conto/sampel

Metode audit meliputi :

Observasi
Lapangan

Evaluasi
Wawancara Informasi
Terdokumenasi

Bukti
Objektif
Terverifikasi

Pengambilan conto (sampling) meliputi :


(i) Identifikasi populasi & besarannya
(ii) Kaji karakteristik & faktor pengaruh
(iii) Tetapkan metode sampling
Acak
Berjenjang
Blok
Interval
Kombinasi
(iv) Hindari bias, sedapat mungkin representatif
(v) Metode sampling berdasarkan JUSTIFIKASI
Pengalaman audit sebelumnya
Kompleksitas persyaratan
Kompleksitas & interaksi proses
Perubahan teknologi, faktor manusia atau sistem
manajemen;
Identifikasi area risiko kunci sebelumnya dan area
perbaikan;
Hasil pemantauan sistem manajemen
(2) Evaluasi oleh Klien

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 50


(3) Persetujuan audit plan oleh klien

c) Pelaksanaan audit SMK3


(1) Pertemuan pembukaan (opening meeting)
Dipimpin oleh Ketua Auditor, wajib dihadiri oleh Manajemen
Auditi & Tim Auditor.
(a) Memperkenalkan anggota tim audit & peran-nya (termasuk bila
ada observer dan pemandu)
(b) Mengkonfirmasikan tujuan, lingkup, kriteria audit
(c) Mengkonfirmasi jadual audit, termasuk waktu pertemuan
penutupan
(d) Menjelaskan metode & prosedur audit, serta teknik sampling
(e) Menjelaskan metode audit utk mengelola risiko yg timbul akibat
kehadiran tim audit
(f) Mengkonfirmasi saluran komunikasi
(g) Mengkonfirmasi bahasa yang digunakan selama audit
(h) Mengkonfirmasi bahwa selama audit, auditi akan selalu diberi
informasi
(i) Memastikan sumberdaya & fasilitas yg dibutuhkan telah tersedia
(j) Memastikan kerahasiaan dan keamanan informasi
(k) Mengkonfirmasi prosedur K3, kedaruratan, dan keamanan tim
audit
(l) Memastikan ketersediaan & peran pemandu (guide), observer,
interpreter

(2) Proses audit (verifikasi fakta/bukti)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 51


Sumber Informasi

Pengumpulan sample yang tepat

Bukti audit

Evaluasi terhadap kriteria audit

Temuan audit

Tinjau kembali

Kesimpulan audit

Observasi
Lapangan

Evaluasi
Wawancara Informasi
Terdokumenasi

Bukti
Objektif
Terverifikasi

Semakin tinggi risiko dan terjadi ketidaksesuaian, maka semakin


banyak bukti yang diperlukan auditor untuk mencapai kesimpulan.
Jenis bukti terdiri dari :
(a) Sufficient: apakah bukti yg dikumpulkan telah cukup (Kuantitas)
(b) Appropriate: apakah bukti handal dan relevan (kualitas)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 52


Ditulis di atas kertas atau direkam secara
elektronik, dapat berupa prosedur operasi &
pengawasan, buku log, lembar pemeriksaan,
faktur, dan hasil analisis Bukti
Dokumentasi

Bukti
Bukti Fisik
Kesaksian

Bukti
Dikumpulkan
Merujuk pd sesuatu yg dapat dilihat/ disentuh, Objektif
dikumpulkan dgn pengamatan langsung dari wawacara
Terverifikasi
peralatan/ proses, peralatan personil teknik,
Pengukuran/pemantauan, dll. operasi,
admin/manajerial
. Bukti ini
menyedikan
suatu konteks
untuk memahami
informasi yang
bersifat fisik &
(3) Sampling dokumentasi.
Teknik sampling meliputi :
(a) Vertical Slice Sampling
Mengambil satu sample dan memeriksa kesesuaiannya terhadap
semua element sistem manajemen atau persyaratan tertentu yang
terkait.
(b) Horizontal Slice Sampling
Konsentrasi pada satu elemen sistem manajemen dan
memeriksa beberapa sample terkait dengan elemen tersebut.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 53


(4) Pertemuan tim auditor
Tim audit harus berunding sebelum rapat penutupan untuk :
(a) Evaluasi temuan audit & informasi lain yg relevan
(b) Menyepakati kesimpulan audit dengan mempertimbangkan
ketidakpastian dalam proses audit
“Kesimpulan audit harus mampu menjawab Tujuan Audit”
(c) Menyiapkan rekomendasi, bila dipersyaratkan dalam rencana
audit;
(d) Mendiskusikan tindak lanjut audit, bila sesuai.
(5) Pertemuan penutup (closing meeting)
Ketua Tim Audit memaparkan dan dihadiri oleh Anggota Tim Audit,
Wakil Manajemen Auditi, & PIC fungsi/proses yg diaudit, Klien
Audit, dan pihak berkepentingan lain.
(a) Proses audit, termasuk kendala/hambatan (bila ada);
(b) Bukti audit dikumpulkan berdasarkan sampling;
(c) Situasi yg dijumpai selama audit yg dapat mengurangi tingkat
kepercayaan kesimpulan audit;
(d) Metode pelaporan;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 54


(e) Bagaimana temuan audit ditindak-lanjuti berdasarkan proses yg
disepakati;
(f) Konsekuensi yg mungkin timbul dari tidak ditanganinya dgn
baik temuan audit;
(g) Hasil temuan audit dan Kesimpulan audit
(h) Kegiatan pasca audit (CAPA dan batas waktu penyelesaian)
(i) Proses penanganan keluhan dan banding

(6) Pelaporan audit


Sistematika penulisan laporan audit eksternal SMK3 meliputi :
(a) Perusahaan yang diaudit
(b) Lingkup audit
(c) Pelaksanaan audit (tanggal dan tempat)
(d) Tujuan Audit
(e) Tim Auditor
Tim auditor terdiri dari auditor senior dan auditor junior.
(f) Gambaran umum tempat kerja
(i) Proses produksi
(ii) Penerapan K3
(g) Jadwal audit
(i) Pertemuan awal
(ii) Pemeriksaan dan penilaian kriteria
(iii) Pertemuan akhir
(h) Daftar kriteria dan pemenuhannya
(i) Penjelasan tentang kriteria tidak berlaku
Elemen/kriteria yang tidak bisa diterapkan
(j) Uraian temuan ketidaksesuaian
Uraian mengenai temuan yang tidak sesuai minor/mayor
(k) Tindak lanjut
Saran perbaikan ketidaksesuaian
(l) Hasil audit
Kesimpulan prosentase perolehan hasil audit
(m) Data pendukung Laporan Audit
(i) Daftar hadir pertemuan perusahaan yang diaudit

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 55


(ii) Respon perusahaan terhadap tindak lanjut temuan
ketidaksesuaian.
Dalam penulisan laporan audit harus lengkap, akurat, ringkas dan
jelas.

(7) Tindak lanjut audit


Distribusi laporan audit
(a) Diterbitkan pada periode waktu yg telah disepakati.
Bila ditunda, harus dikomunikasikan kepada Auditi dan personil
penanggungjawab program audit
(b) Laporan harus bertanggal, ditinjau & disetujui
(c) Laporan audit didistribusikan kepada pihak yang berkepentingan
yg telah ditetapkan sebagai berikut :
(i) Perusahaan yang diaudit
(ii) Kementerian Ketenagakerjaan c.q. Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3
(iii) Lembaga Audit
(iv) Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan
(d) Saat distribusi laporan audit, dipertimbangkan langkah yg tepat
utk memastikan kerahasiaan laporan.

Akhir audit
(a) Audit dinyatakan berakhir setelah seluruh kegiatan audit yg
direncanakan telah dilaksanakan, atau telah disetujui oleh Klien
Audit.
(b) Informasi terdokumentasi audit sebaiknya disimpan atau
dimusnahkan sesuai kesepakatan antara pihak2 berkepentingan
dan sesuai program audit serta persyaratan lainnya.
(c) Kecuali dipersyaratkan hukum, tim audit & personil pengelola
program audit seharusnya tidak membuka informasi apapun yg
diperoleh selama audit atau laporan audit kpd pihak manapun
tanpa persetujuan eksplisit dari Klien Audit, dan bila
memungkinkan dari Auditi.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 56


(d) Jika isi dokumen audit dipersyaratkan utk dibuka, Klien audit
dan auditi seharusnya diinformasikan sesegera mungkin

2) Manfaat audit eksternal


Manfaat audit eskternal antara lain :
a) Memberikan suatu evaluasi yang sangat kuat mengenai pelaksanaan K3
di perusahaan / tempat kerja;
b) Memberikan tata cara penyelenggaraan sistem pengawasan mandiri
yang terus menerus terhadap sumber bahaya potensial dan K3 di
perusahaan.
c) Memberikan suatu indikator kuat bagi kinerja tenaga kerja bahwa pihak
manajemen memperhatikan keadaan mereka terutama dalam hal
pemenuhan syarat K3 termasuk pembinaan dan pelatihan K3 guna
peningkatan keahlian dan ketrampilan.
d) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang hubungan kerja
menuju efisiensi secara menyeluruh.
e) Membangkitkan daya saing positif pada setiap perusahaan untuk
menjadi yang terbaik dalam bidang K3.
f) Menambah kemampuan untuk memprediksi dan menganalisa potensi-
potensi bahaya yang biasa menimbulkan kerugian perusahaan.
g) Menurunkan kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan, penyakit
akibat kerja dan kerugian-kerugian lainnya dengan menghindarkan
inefisiensi manajemen secara menyeluruh.
h) Bagi perusahaan yang berhasil meraih penghargaan bendera emas :
1) Menimbulkan rasa bangga manajemen dan tenaga kerja
2) Menimbulkan rasa kagum masyarakat.
3) Sebagai penambah spirit kompetitif perusahaan.
4) Mendapatkan nama dari pemerintah

4. Mekanisme Audit
Perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit SMK3 dan
perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas bumi yang akan melakukan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 57


Audit Eksternal SMK3, mengajukan permohonan Audit SMK3 kepada Lembaga
Audit SMK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.
Perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan penetapan
Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi, yang akan melakukan Audit
Eksternal SMK3 mengajukan permohonan Audit SMK3 kepada lemabg audit
berdasarkan penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi.
Penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi berdasarkan hasil
pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh pengawas ketenagakerjaan.

Adapun mekanisme pelaksanaan audit SMK3 yang dilaksanakan oleh lembaga


audit adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dapat mengajukan permohonan
untuk dilakukan audit kepada kepadaLembaga Audit SMK3 yang telah
ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.
b. Lembaga Audit SMK3 wajib membuat perencanaan pelaksanaan Audit SMK3
dan menyampaikan kepada Menteri atau Direktur Jenderal dengan salinan
disampaikan kepada Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan.
Perencanaan audit meliputi :
1) Daftar perusahaan yang akan diaudit
2) Penetapan jadwal dan ruang lingkup audit SMK3
3) Penentuan auditor SMK3 (auditor senior maupun junior)
c. Lembaga audit yang akan melaksanakan audit, terlebih dahulu harus
memberitahukan rencana pelaksanaan audit kepada Kepala Dinas Provinsi
yang membidangi Ketenagakerjaan setempat.
d. Lembaga Audit melaksanakan audit SMK3 pada perusahaan.
Dalam hal diperlukan, Lembaga Audit SMK3 dapat meminta informasi
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan kepada Dinas
Provinsi yang membidangi pengawasan ketenagakerjaan.
e. Setelah selesai melaksanakan audit, lembaga audit segera menyusun laporan
dengan bentuk laporan sesuai dengan lampiran III Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012 dan menyampaikan laporan Audit SMK3 kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Dinas Provinsi yang membidangi
ketenagakerjaan dan pengurus perusahaan yang diaudit.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 58


f. Direktur Jenderal Binwasnaker dan K3 melakukan evaluasi dan penilaian hasil
audit.
1) Perusahaan yang telah mencapai tingkat penilaian penerapan kurang (tingkat
pencapaian penerapan sebesar 0 – 59%), maka Direktur Jenderal dapat
melakukan:
(a) tindakan hukum pada perusahaan yang wajib Audit Eksternal SMK3
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan/atau
(b) tindakan pembinaan pada perusahaan yang mengajukan permohonan
untuk dilakukan Audit Eksternal SMK3.
2) Perusahaan telah mencapai tingkat penilaian penerapan baik (tingkat
pencapaian penerapan sebesar 60 – 84%), maka Menteri dapat memberikan
penghargaan berupa:
(a) sertifikat perak bagi perusahaan tingkat kategori awal, transisi dan
lanjutan; dan
(b) bendera perak bagi perusahaan tingkat kategori lanjutan.
3) Perusahaan telah mencapai tingkat penilaian penerapan memuaskan (tingkat
pencapaian penerapan sebesar 85 – 100%), maka Menteri dapat memberikan
penghargaan berupa:
(a) sertifikat emas bagi perusahaan tingkat kategori awal, transisi dan
lanjutan; dan
(b) bendera emas bagi perusahaan tingkat kategori lanjutan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 59


Gambar 2. Mekanisme Audit Eksternal Sistem Manajemen K3

5. Tingkat Pencapaian Kriteria audit SMK3


Pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a) Penilaian Tingkat awal
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh empat) kriteria
b) Penilaian Tingkat Transisi
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus dua puluh dua)
c) Penilaian Tingkat Lanjutan
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus enam puluh enam) kriteria

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 60


6. Temuan Audit
Selain penilaian terhadap tingkat pencapaian penerapan SMK3, juga
dilakukan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kriteria yang
menurut sifatnya dibagi atas 3 (tiga) kategori, yaitu:
a. Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
b. Kategori Mayor
1) Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang
undangan;
2) Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; dan
3) Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di
beberapa lokasi.
c. Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan
peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan
acuan lainnya.

7. Pelaporan
Isi laporan mencakup :
a. Kesimpulan, menyatakan secara ringkas hasil audit menyeluruh. Isinya
singkat, jelas, obyektif dan dapat menarik minat manajemen untuk
membacanya. Orientasi pada kepentingan manajemen dan perusahaan serta
segi positif diletakkan di depan sebelum mengemukakan kelemahan sistem.
b. Perlu diingatkan bahwa tujuan audit adalah membantu pimpinan perusahaan
untuk mengenali bahaya potensial dalam tempat kerja sebelum mengenali
bahaya potensial dalam tempat kerja sebelum timbul gangguan operasi,
kecelakaan, kebakaran, pencemaran, penghentian pabrik secara darurat dan
bentuk insiden yang merugikan lainnya dan bukannya ditujukan untuk mencari
kesalahan.
c. Pelaksanaan Audit, menjelaskan secara singkat tetapi cukup lengkap tentang
pelaksanaan Audit seperti misalnya lingkup audit dan daerah yang perlu
perhatian khusus.
d. Temuan, menyajikan data tentang hasil audit secara lengkap yang berisi
kekuatan dan kelemahan penerapan sistem manajemen K3.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 61


e. Saran, berupa usulan untuk memperbaiki sistem, saran ini harus
mempertimbangkan segi kepraktisan, keekonomian, kepentingan operasi dan
keselamatan unit. Sedapat mungkin ditentukan juga prioritas saran untuk
merumuskan rencana perbaikan yang bersifat jangka pendek dan jangka
panjang.
f. Formulir laporan sesuai dengan peraturan perundangan, contoh terlampir.

8. Sertifikasi SMK3
Sertifikat SMK3 akan dikeluarkan oleh Menteri Ketenagakerjaan setelah tim
Evaluasi melakukan penilaian terhadap hasil audit eksternal yang lakukan secara
independen oleh Lembaga Audit SMK3. Sertifikat merupakan aspek legalitas
sebagai bukti perusahaan telah berhasil menerapkan SMK3.
Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian
penerapan kurang.
b. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat penilaian
penerapan baik.
c. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat penilaian
penerapan memuaskan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah ini:

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 62


Dalam hal penilaian perusahaan termasuk kategori kritikal atau
mayor, maka dinilai belum berhasil menerapkan SMK3 dan
penilaian tingkat penerapan SMK3 tidak mengacu table di atas.

Rumus untuk menghitung nilai audit SMK3 sebagai berikut :

Jumlah kriteria yang audit − Jumlah temuan minor


Nilai Audit = 𝑥 100 %
Jumlah kriteria yang diaudit

Contoh :
Perusahaan A dilakukan audit pada tingkat penerapan SMK3 lanjutan (166 kriteria)
terdapat 10 temuan minor, maka nilai audit SMK3 :

166−10
Nilai Audit = 𝑥 100 % = 93,98 %
166

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 63


F. INTERPRETASI KRITERIA AUDIT
Audit SMK3 baik internal maupun eksternal pelaksanaannya didasarkan 12 (dua
belas) elemen audit. Elemen audit SMK3 tersebut terdiri dari :
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen,
Pihak manajemen dan seluruh karyawan membangun komitmen K3 dan bersama-
sama memelihara komitmen tersebut.
2. Strategi pendokumentasian,
perusahaan mendokumentasikan seluruh sistem, prosedur, instruksi kerjadan
formulir yang berkaitan dengan pelaksanaan K3 di tempat kerja.
3. Peninjauan ulang perancangan (design) dan kontrak.
Perusahaan melakukan peninjauan ulang untuk setiap desain dan kontrak yang ada
yang berkaitan dengan aspek-aspek K3.
4. Pengendalian dokumen.
Perusahaan memiliki sistem pengontrolan dokumen yang berhubungan dengan
aspek K3 untuk memberikan status dokumen, tanggal dan persetujuan.
5. Pembelian.
Perusahaan menginetgrasikan aspek-aspke K3 dalam melakukan pembelian.
6. Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3.
Perusahaan memastikan bahwa semua proses kerja dan semua aspek terkait yang
ada di seluruh tempat kerja telah diterapkan dengan aman.
7. Standar pemantauan.
Perusahaan memiliki sistem pemantauan lingkungan tempat kerja dan pemantauan
kesehatan karyawan.
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan.
Perusahaan memiliki suatu sistem pelaporan dan perbaikan terhadap setiap
kekurangan yang ada.
9. Pengelolaan material dan perpindahannya.
Perusahaan memiliki suatu sistem yang mengatur penanganan dan perpindahan
material dimana sistem tersebut juga mengintegrasikan aspek K3.
10. Pengumpulan dan penggunaan data.
Perusahaan memelihara catatan yang ada dan menyebarluaskan data yang
berkaitan dengan kegiatan K3 di perusahaan.
11. Audit Sistem Manajemen K3.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 64


Perusahaan memiliki suatu sistem yang memastikan seluruh karyawan dan
manajemen yang ada di tempat kerja telah memeproleh pelatihan untuk setiap jenis
tugas yang dilakukan.
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan;

Dari 12 elemen diatas dirinci dalam 44 sub elemen dan 166 kriteria audit. Elemen, Sub
Elemen dan Kriteria Audit terdapat pada lampiran II peraturan pemerintah No. 50
Tahun 2012.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 65


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
1 Pembangunan dan
Pemeliharaan Komitmen
1,1 Kebijakan K3
1 1.1.1 Terdapat kebijakan K3 yang Adanya kebijakan K3 yang tertulis, - ada Kebijakan K3 Pasal 7 ayat 3 PP No.
tertulis bertanggal, bertanggal dan secara jelas - ada tanda tangan puncuk 50 Tahun 2012
ditandatangani oleh menyatakan tujuan-tujuan K3 dan pimpinan perusahaan
pengusaha atau pengurus, komitmen perusahaan dalam - secara jelas menyatakan
secara jelas menyatakan memperbaiki kinerja K3 tujuan dan sasaran K3
tujuan dan sasaran K3 serta - visi perusahaan
komitmen terhadap - tujuan perusahaan
peningkatan K3 - komitmen dan tekat
melaksanakan kebijakan
- kerangka dan program kerja
K3 (meningkatkan efektifitas
perlindungan K3, mencegah
dan mengurangi kecelakaan
kerja dan PAK, menciptakan
tempat kerja yang aman,
nyaman dan efisien untuk
mendorong produktifitas)
(dalam satu dokumen
kebijakan K3 perusahaan)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 66


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
2 1.1.2 Kebijakan disusun oleh Kebijakan disusun oleh pengusaha - daftar hadir rapat Pasal 9 ayat 4 dan
pengusaha dan/atau pengurus dan atau pengurus setelah melalui perumusan Pedoman Lampiran 1
setelah melalui proses proses konsultasi dengan wakil - notulen A1 PP No. 50 Tahun
konsultasi dengan wakil tenaga kerja - wakil pekerja / buruh (non 2012
tenaga kerja manajemen)
- pihak lain yang terkait
perusahaan (optional)
3 1.1.3 Perusahaan bentuk komunikasi kebijakan K3 - daftar hadir sosialisasi Pasal 8 PP No. 50
mengkomunikasikan, ini bisa melalui: penempelan, (karyawan, pelanggan, Tahun 2012
kebijakan, K3 kepada seluruh pembacaan saat breefing pagi, kontraktor, pemasok, tamu)
tenaga kerja, tamu, kartu pengenal visitor, lampiran di - tempelan kebijakan
kontraktor, pelanggan, dan dalam kontrak, materi briefeing - kebijakan di belakang
pemasok dengan tata cara bagi tamu, papan pengumuman di visitor
yang tepat pintu masuk, dll - poster
- vidio
- isi briefing pagi
- pastikan karyawan paham
(wawancara)
4 1.1.4 Kebijakan khusus dibuat kebijakan khusus dibuat untuk - rambu rambu larangan
untuk masalah K3 yang potensi bahaya khusus (radiasi, merokok
bersifat khusus rokok, bahan kimia) minimal ada - pernyataan larangan
kebijakan larangan merokok merokok dan penggunaan
ditempat yang dilarang dan obat alkohol dan obat-obatan
obatan terlarang - radiasi, bahan kimia, alat
rusak (optional)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 67


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
5 1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan ada mekanisme untuk meninjau - notulen rapat Lamp. 1 Ayat 2g PP
khusus lainnya ditinjau ulang ulang isi kebijakan secara berkala, - keputusan revisi atau tidak No. 50 Tahun 2012
secara berkala untuk misal melalui rapat tinjauan - jika ada revisi, no naik
menjamin bahwa kebijakan manajemen, review meeting revisi
tersebut sesuai dengan tahunan, rapat p2k3 atau kegiatan - tanggal revisi
perubahan yang terjadi dalam lainnya.
perusahaan dan dalam
peraturan perundang-
perundangan
1,2 Tanggung Jawab dan
Wewenang Untuk
Bertindak
6 1.2.1 Tanggung jawab dan ada dokumen yang menjelaskan - dok job desc Pasal 12 PP No. 50
wewenang untuk mengambil Tanggung jawab dan wewenang - job des harus ada tanggung Tahun 2012
tindakan dan melaporkan K3 seseorang (dari level jawab dan wewenang dari
kepada semua pihak yang manajemen sampai pekerja) untuk terhadap aspek K3
terkait dalam perusahaan di mengambil tindakan dan - manual K3
bidang K3 telah ditetapkan, melaporkan mengenai K3. bisa - cek bukti distribusi ke
diinformasikan dan dalam bentuk dokumen pegawai
didokumentasikan jobdescription, tanggungajawab - bukti mekanisme pelaporan
K3 dalam dokumen manual K3, terkait K3
dll. harus dipastikan personil
terkait mengetahui hal ini.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 68


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
7 1.2.2 Penunjukan penanggung Ada beberapa Penanggung jawab - Sekretaris P2K3 telah dokter perusahaan
jawab K3 harus sesuai K3 yang sesuai peraturan mengikuti AK3 Umum (Permenaker
peraturan perundang- perundangan yaitu; dokter - Ketua P2K3 adalah 01/MEN/1976),
undangan perusahaan (Permenaker Pimpinan Puncak Paramedis
01/MEN/1976), Paramedis - dokter perusahaan (Permenaker
(Permenaker 01/MEN/1979), (Permenaker 01/MEN/1976), 01/MEN/1979),
Sekretaris P2K3 (Permenaker Paramedis (Permenaker Sekretaris P2K3
/MEN/1992)),regu darurat 01/MEN/1979), (Permenaker
(Kepmenaker 186/1999). Sekretaris P2K3 (Permenaker /MEN/1992)),regu
/MEN/1992)),regu darurat darurat (Kepmenaker
(Kepmenaker 186/1999); 186/1999);
Petugas P3K (Permenaker
No. 15 Tahun 2008);
Petugas/operator harus
sesuai dengan peraturan
yang berlaku
8 1.2.3 Pimpinan unit kerja dala suatu Bisa dilihat dalam job Job Desc Pimpinan Unit
perusahaan bertanggung descriptionnya, bukti keterlibatan Kerja (Kepala Bagian,
jawab atas kinerja K3 pada misalnya turut andil dalam Manager, dll); Daftar Hadir
unit kerjanya penilaian kinerja unit, ikut serta Rapat P2K3;
dalam inspeksi K3, ikut serta rapat
K3 unit.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 69


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
9 1.2.4 Pengusaha atau pengurus Lihat tanggung jawab manajemen - dok job desc
bertanggung jawab secara baik pada kebijakan K3, manual - job des harus ada tanggung
penuh untuk menjamin SMK3 atau job descnya. Bukti jawab dan wewenang dari
pelaksanaan SMK3 pelaksanaannya dapat dilihat pada terhadap aspek K3
kriteria 1.2.1 sampai 1.2.3 - manual K3
- cek bukti distribusi ke
pegawai
- bukti mekanisme pelaporan
terkait K3
10 1.2.5 Petugas yang bertanggung Bisa dilihat dari sertifikat Penunjukan tim tanggap
jawab untuk penanganan pelatihan, dokumentasi latihan darurat; bukti pelatihan atau
keadaan darurat telah darurat, absensi latihan. simulasi (daftar hadir, foto,
ditetapkan dan mendapatkan sertifikat, pelaporan)
pelatihan
11 1.2.6 Perusahaan mendapatkan Bisa berupa laporan kinerja K3 Laporan Audit Internal;
saran-saran dari para ahli di dari konsultan/pegawai pengawas Laporan Inspeksi K3;
bidang K3 yang berasal dari (luar) dan laporan audit internal Laporan Kinerja K3
dalam dan/atau luar K3, inspeksi K3, dll
perusahaan (dalam)
12 1.2.7 Kinerja K3 termuat dalam Kinerja K3 misalnya meliputi Laporan Kinerja Tahunan
laporan tahunan perusahaan angka kecelakaan, klaim, Perusahaan yang berisi
atau laporan lain yang prestasi/penghargaan K3, mengenai kinerja K3.
setingkat %pencapaian sasaran K3, dll.
1,3 Tinjauan dan Evaluasi

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 70


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
13 1.3.1 Tinjauan terhadap penerapan Kegiatan ini berupa pelaksanaan Notulen Tinjauan
SMK3 meliputi kebijakan, Tinjauan Manejemen yang Manajemen; Absensi (Daftar
perencanaan, pelaksanaan, agendanya membahas: 1. evaluasi hadir yang dihadiri oleh
pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan K3; manajemen puncak); Bukti
telah dilakukan, dicatat dan 2. tujuan, sasaran dan kinerja K3; tindak lanjut tinjauan
didokumentasikan 3. hasil temuan audit SMK3; dan manajemen;
4. evaluasi efektifitas penerapan
SMK3, dan kebutuhan untuk
pengembangan SMK3.
14 1.3.2 Hasil tinjauan dimasukkan Hasil tinjauan yang telah - Notulen Tinjauan
dalam perencanaan tindakan diputuskan ditindaklanjuti dan Manajemen
manajemen manajemen menyetujui untuk - program baru dari hasil
menyediakan sumber dayanya tinjauan manajemen
15 1.3.3 Pengurus harus meninjau Kegiatan tinjauan ulang ini bisa - notulen tinjauan manajemen
ulang pelaksanaan SMK3 dalam bentuk rapat manajemen - notulen rapat P2K3
secara berkala untuk menilai yang khusus membahas kinerja - daftar hadir rapat
kesesuaian dan efektivitas SMK3, rapat P2K3 bulanan atau
SMK3 rapat pembahasan hasil audit
internal SMK3
1,4 Keterlibatan dan Konsultasi
dengan Tenaga Kerja

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 71


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
16 1.4.1 Keterlibatan dan penjadwalan Ada dokumen tentang kegiatan - salinan notulen di pasang
konsultasi tenaga kerja konsultasi (bisa dalam bentuk dipapan pengumuman,
dengan wakil perusahaan rapat K3, rapat P2K3, daily - email
didokumentasikan dan meeting, briefing,dll) dalam bentuk - apel pagi
disebarluaskan ke seluruh notulensi kegiatan, jadwal atau - wawancara untuk
tenaga kerja. time table kegiatan. Wakil memastikan hasil rapat
perusahaan bisa seorang safety diketahui
representatif di tiap dept,
anggota P2K3, personil safety
dept, dll. dan disebar luaskan
17 1.4.2 Terdapat prosedur yang Tanyakan bagaimana tata cara - prosedur konsultasi dan atau
memudahkan konsultasi menyampaikan masalah/issue komunikasi
mengenai perubahan- K3 akibat perubahan di tempat - bukti konsultasi (notulen,
perubahan yang mempunyai kerja dari pekerja. Perubahan yg daftar hadir, instansi terkait)
imlikasi terhadap K3 dimaksud bisa tempat kerja, cara - tindak lanjut hasil konsultasi
kerja, alat & bahan yang - bukti dari prosedur
dirasa pekerja membahayakan diterapkan
dirinya
18 1.4.3 Perusahaan telah membentuk Lihat dokumen berupa surat - struktur P2K3
P2K3 sesuai dengan peraturan penunjukan P2K3 dari Depnaker - penetapan dari disnaker
perundang-undangan - jobdes P2K3
- laporan P2K3 secara berkala
(3 bulan sekali)
19 1.4.4 Ketua P2K3 adalah pimpinan Lihat pada dokumen 1.4.3 siapa - lihat struktur organisasi dan
puncak atau pengurus yang menjabat sebagai ketua cek nama
P2K3 ? Seharusnya pengurus atau
pimpinan puncak
perusahaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 72


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
20 1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli Sekretaris P2K3 harus ahli K3 - lihat SKP AK3U dari
K3 sesuai dengan peraturan sesuai dengan Permenaker Sekretaris P2K3, cek masa
perundang-undangan 02/MEN/1992. Lihat pada berlaku
sertifikat dan surat penunjukan
AK3
21 1.4.6 P2K3 menitikberatkan Lihat pada program-program K3 - cek program P2K3 apakah
kegiatan pada pengembangan yang direncanakan atau bertujuan untuk
kebijakan dan prosedur sedang dilaksanakan selama ini. mengendalikan resiko K3
mengendalikan risiko Agar lebih yakin dapat dilihat perusahaan
bagaimana kegiatan atau posedur
manajemen risiko yang ada
22 1.4.7 Susunan pengurus P2K3 susunan pengurus P2K3 diketahui - bukti sosialisasi
didokumentasikan dan oleh seluruh pegawai - tempelan struktur P2K3
diinformasikan kepada tenaga - bukti serah terima kepada
kerja anggota tim
23 1.4.8 P2K3 mengadakan pertemuan Minimal dilakukan 1 kali dalam - bukti rapat dan notulensi
secara teratur dan hasilnya satu bulan. Perhatikan pada pertemuan P2K3
disebarluaskan di tempat kerja notulensi rapat P2K3 yang selama - bukti sebarluaskan kepada
ini sudah berjalan seluruh pegawai
24 1.4.9 P2K3 melaporkan Sesuai peraturan Permenaker - serah terima laporan
kegiatannya secara teratur 04/MEN/1987 tiap 3 bulan sekali - laporan P2K3
sesuai dengan peraturan kegiatan P2K3 dilaporkan ke Dinas
perundang-undangan setempat

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 73


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
25 1.4.10 Dibentuk kelompok- Dibentuk sesuai dengan - lihat kelompok penanganan
kelompok kerja dan dipilih kondisi di dalam perusahaan. darurat dan terdiri pemadam
dari wakil-wakil tenaga kerja Susuai potensi bahaya dan bagian / kebaran kebakaran, p3k,
yang ditunjuk sebagai unit kerja. Kelompok kerja terdiri - cek pelatihan anggota
penanggung jawab K3 dari perwakilan tenaga kerja dari kelompok
ditempat kerjanya dan berbagai fungsi misal ; kelompok
kepadanya diberikan pelatihan kebakaran, kelompok P3K, dll
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
26 1.4.11 Susunan kelompok-kelompok pastikan pekerja mengetahui - cek metode dan bukti
kerja yang telah terbentuk mengenai struktur kelompok kerja komunikasi ke pekerja
didokumentasikan dan ini - dokumentasi kelompok
diinformasikan kepada tenaga kerja
kerja
2 Pembuatan dan
Pendokumentasian Rencana
K3
2,1 Rencana Strategi K3
27 2.1.1 Terdapat prosedur prosedur HIRADC mencakup - cek prosedur HIRADC,
terdokumentasi untuk identifikasi proses/aktifitas, apakah mencakup semua
identifikasi potensi bahaya, penetuan potensi bahaya, penilaian kriteria penetapan. - apakah
penelitian, dan pengendalian resiko, penetapan pengendalian. urutan dan bahasa mudah
risiko K3 dipahami dan sistematis

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 74


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
28 2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, Ada petugas/personil/tim yang - cek daftar HIRADC,
penilaian, dan pengendalian melakukan manajemen risiko di lengkap atau tidak, sesuai
risiko K3 sebagai rencana tempat kerja. Kompetensi dilihat atau tidak dengan proses,
strategi K3 dilakukan oleh dari trainingnya (bisa sertifikat) kegiatan, alat dan personil)
petugas yang berkompeten atau kita lihat hasil kerjanya yaitu dari operasional perusahaan,
dokumen risk management - cek petugas yang
yang sudah ada. Harus dilihat melakukan identifikasi
dokumen manajemen risikonya bahaya (apakah kompeten
dan prosedurnya dari segi : pelatihan,
pendidikan, pengalaman)
- konsistensi penilaian resiko,
sesuai dengan prosedur dan
kondisi ril (rutin,non rutin,
emergency)
- lihat pengesahan HIRADC
29 2.1.3 Rencana strategi K3 Tujuan, sasaran, program / rencana - cek ada atau tidak tujuan
sekurang-kurangnya strategis K3 yang disusun dan sasaran dan program
berdasarkan tinjauan awal, diterapkan mempertimbangkan
identifikasi potensi bahaya, kegiatan kajian
penilaian, pengendalian manajemen risiko atau peraturan
risiko, dan peraturan perundangan dan informasi K3
perundang-undangan serta lainnya.
informasi K3 lain baik dari
dalam maupun luar
perusahaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 75


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
30 2.1.4 Rencana strategi K3 yang Terdapat rencana atau program - rekaman tujuan, sasaran dan
telah ditetapkan digunakan kegiatan untuk mengendalikan program K3
untuk mengendalikan risiko risiko yang diidentifikasi di 2.1.2. - SMART atau tidak
K3 dengan menetapkan tujuan Perhatikan detil rencana - penanggungjawab
dan sasaran yang dapat diukur tersebut. Bentuk dokumen dapat - pengesahan
dan menjadi prioritas serta berupa program/rencana K3 - sarana, prasarana dan
menyediakan sumber daya Dilihat pada detil dari tiap sumber daya yang dibutuhkan
rencana/program K3, apa apakah memadai
tujuannya/sasaran, siapa
pelaksananya, adakah fasilitas
yang
dibutuhkan
31 2.1.5 Rencana kerja dan rencana Sebenarnya item ini sama dengan - cek rencana khusus
khusus yang berkaitan dengan 2.1.4 namun mungkin lebih pengendalian K3
produk, proses, proyek atau spesifik detil rencananya - contoh jika ada alat baru
tempat kerja tertentu telah yang ditambahkan
dibuat dengan menetapkan - jika ada proyek sementara
tujuan dan sasaran yang dapat yang dilakukan
diukur, menetapkam waktu - cek rencana pemeliharaan,
pencapaian dan menyediakan rencana kebersihan, rencana
sumber daya penambahan alat produksi,
rencana pengelolaan
lingkungan, rencana inspeksi,
dll.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 76


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
32 2.1.6 Rencana K3 diselaraskan rencana sistem manajemen - ada job safety analisis
dengan rencana sistem perusahaan mengikuti kaidah K3 terkait dengan rencana kerja
manajemen perusahaan - ada ijin kerja jika
dibutuhkan
- cek pengesahan JSA dan
Ijin kerja
2,2 Manual SMK3
33 2.2.1 Manual SMK3 meliputi ada manual SMK3 Isi manual telah ada
kebijakan, tujuan, rencana, kebijakan, tujuan, rencana,
prosedur SMK3, instruksi penjelasan secara umum
kerja, formulir, catatan dan elemen dan keterkaiatan
tanggung jawab serta dengan prosedur dan IK
wewenang tanggung jawab
K3 untuk semua tingkatan
dalam perusahaan
34 2.2.2 Terdapat manual khusus yang dokumen manual khusus bisa contoh :
berkaitan dengan produk, seperti manual untuk pengelolaan - manual alat
proses, atau tempat kerja bahan kimia, manual untuk - manual penangganan bahan
tertentu pengelolaan limbah, manual kimia
ergonomi, manual alat produksi - manual radiasi
35 2.2.3 Manual SMK3 mudah didapat manual mudah didapat, bukan - Cek manual di setiap bagian
oleh semua personil dalam dokumen rahasia ada
perusahaan sesuai kebutuhan - Sesuai dengan distribusi
dokumen
2,3 Peraturan Perundangan
dan Persyaratan lain
dibidang K3

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 77


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
36 2.3.1 Terdapat prosedur yang Adanya prosedur yang mengatur - Terdapat prosedur,
terdokumentasi untuk tentang bagaimana - cek isi prosedur
mengidentifikasi, mengidentifikasi, memperoleh, - daftar prosedur/standar k3
memperoleh, memelihara dan memelihara dan memahami terkait kegiatan perusahaan
memahami peraturan peraturan perundangan-undangan,
perundangan-undangan, standar, pedoman teknis, dan
standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain yang relevan
persyaratan lain yang relevan dibidang K3.
dibidang K3 untuk seluruh
tenaga kerja di perusahaan
37 2.3.2 Penanggung jawab untuk Ada personil yang - cek nama personil dan job
memelihara dan bertanggungjawab dalam descnya
mendistribusikan informasi memelihara dan mendistribusikan - cek mekanisme update
terbaru mengenai peraturan informasi terbaru mengenai peraturan
perundang-undangan, standar, peraturan perundang-undangan, - cek daftar revisi peraturan
pedoman teknis, dan standar, pedoman teknis, dan - cek daftar distribusi
persyaratan lain telah persyaratan lain telah ditetapkan peraturan terbaru dan bentuk
ditetapkan sosialisasinya
38 2.3.3 Persyaratan pada peraturan Pembuatan prosedur kerja - Cek refrensi prosedur
perundang-undangan, standar, mempertimbangkan peraturan K3 memasukkan peraturan K3
pedoman teknis, dan terkait terkait
persyaratan lain yang relevan - isi prosedur memuat
di bidang K3 dimasukkan persyaratan k3 terkait
pada prosedur-prosedur dan - cek implementasi prosedur
petunjuk-petunjuk kerja di lapangan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 78


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
39 2.3.4 Perubahan pada peraturan Bila ada perubahan peraturan K3 - Bukti revisi prosedur karena
perundang-undangan, standar, maka dilakukan peninjauan ulang adanya peraturan terbaru
pedoman teknis, dan terhadap prosedur yang mengacu
persyaratan lain yang relevan kepada peraturan tersebut
dibidang K3 digunakan untuk
peninjauan prosedur-prosedur
dan petunjuk-petunjuk kerja
2,4 Informasi K3
40 2.4.1 informasi yang dibutuhkan - Bentuknya bisa berupa papan - Lihat implementasi di
mengenai kegiatan K3 pengumuman, foto-foto, poster, lapangan terkait informasi K3
disebarluaskan secara verbal dalam briefing/apel,dll. (rambu, laporan kegiatan k3,
sistematis kepada seluruh - Bentuk catatan K3 ini bisa marka, dll)
tenaga kerja, tamu, banyak (laporan kegiatan,
kontraktor, pelanggan, dan tempelan
pemasok pada papan pengumuman,catatan
training dll) dan harus
disimpan dengan baik
dokumentasinya.
3 Pengendalian Perancangan
dan Peninjauan Kontrak
3,1 Pengendalian Perancangan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 79


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
41 3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi Ada dokumen tertulis berupa Cek prosedur
mempertimbangkan prosedur perancangan yang Cek apakah ada perubahan
identifikasi potensi bahaya, didalamnya ada identifikasi aspek (misalnya, pada saat
penilaian, dan pengendalian K3 (misalnya, pada saat perubahan perubahan layout,
risiko yang dilakukan pada layout, penambahan fasilitas penambahan fasilitas pabrik,
tahap perancangan dan pabrik, dll) dll) yang terjadi
modifikasi Lihat detil isi prosedurnya,
bagaimana identifikasi dilakukan ?
42 3.1.2 Prosedur, instruksi kerja Saat perancangan dilakukan - Cek prosedur/ik/manual
dalam penggunaan produk, apakah juga telah dibuat operasional penggunaan
pengoperasian mesin dan WI/prosedur khusus untuk produk, pengoperasian mesin
peralatan, instalasi, pesawat produk/sarana/proses yang dan peralatan, instalasi,
atau proses serta informasi dirancang atau dirancang ulang pesawat, misalnya IK Forklift
lainnya yang berkaitan tersebut. - Rambu keselamatan,
dengan K3 telah Bendera Utamakan K3
dikembangkan selama
perancangan dan/atau
modifikasi
43 3.1.3 Petugas yang berkompeten Ada personil yang ditunjuk untuk - Pastikan rancangan telah
melakukan verifikasi bahwa melakukan verifikasi aspek K3 diverikasi oleh ahli k3
perancangan dan/atau telah dipenuhi dalam rancangan.
modifikasi memenuhi Personil ini bisa internal (misal
persyaratan K3 yang Ahli K3) atau eksternal (misal
ditetapkan sebelum petugas pengawas K3, konsultan
penggunaan hasil rancangan atau Perusahaan Jasa K3 yang
ditunjuk)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 80


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
44 3.1.4 Semua perubahan dan Lihat pada dokumennya berupa Cek rekaman modifikasi dan
modifikasi perancangan yang catatan atau notulensi review perancangan dikendalikan
mempunyai implikasi perancangan, checklist kesesuaian sesuai aturan pengendalian
terhadap K3 diidentifikasikan, desain dengan aspek K3, dokumen dan rekaman
didokumentasikan, ditinjau tanda tangan pengesahan
ulang dan disetujui oleh rancangan oleh petugas di 3.1.3.
petugas yang berwenang
sebelum pelaksanaan
3,2 Peninjauan kontrak
45 3.2.1 Prosedur yang terdokumentasi Adanya dokumen berupa prosedur - Cek prosedur identifikasi
harus mampu yang dimaksud. Disini kita bahaya sebelum pelaksanaan
mengidentifikasi bahaya dan sebagai pemasok barang atau jasa pekerjaan
menilai risiko K3 bagi tenaga tsb. - Cek ada komitmen untuk
kerja, lingkungan dan memenuhi persyaratan K3
masyarakat, dimana prosedur pelanggan
tersebut digunakan pada saat
memasok barang dan jasa
dalam suatu kontrak
46 3.2.2 Identifikasi bahaya dan Siapa yang melakukan kegiatan - Cek identifikasi bahaya
penilaian risiko dilakukan identifikasi aspek K3 yang untuk pelaksanaan kontrak
pada tinjauan kontrak oleh dibutuhkan saat memenuhi suatu yang telah disepakati
petugas yang berkompeten kontrak ? Bisa personil dari - Dilakukan oleh ahli K3
P2K3 atau Safety dept.
47 3.2.3 kontrak ditinjau ulang untuk Bentuk dokumennya - notulensi rapat review
menjamin bahwa pemasok bisa berupa notulensi rapat review sebelum kontrak jadi,
dapat memenuhi persyaratan sebelum kontrak jadi, - checklist cek pemenuhan
K3 bagi pelanggan checklist identifikasi aspek K3 persyaratan k3 bagi
dalam kontrak yang telah terisi. pelanggan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 81


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
48 3.2.4 Catatan tinjauan kontrak Dokumennya berupa catatan Cek rekaman
dipelihara dan review kontrak/checklist
didokumentasikan pemenuhan persyaratan K3 dalam
suatu kontrak.
4 Pengendalian dokumen
4,1 Persetujuan, Pengeluaran,
dan Pengendalian Dokumen
49 4.1.1 Dokumen K3 Mempunyai Status dokumen bisa berupa nomor cek apakah dokumen
identifikasi status, wewenang, khusus, wewenang bisa berupa mempunyai identifikasi
tanggal pengeluaran dan siapa personil yang menyetujui status, wewenang, tanggal
tanggal modifikasi dokumen, terdapat tglpengeluaran pengeluaran dan tanggal
dan modifikasi dimana terjadi modifikasi
perubahan.
50 4.1.2 Penerima distribusi dokumen Ada daftar distribusi penerima - Cek rekaman distribusi
tercantum dalam dokumen dokumen dokumen
tersebut
51 4.1.3 Dokumen K3 edisi terbaru Dokumen disimpan pada lokasi - Terdapat status revisi
disimpan secara sistematis tertentu yang telah ditetapkan dokumen terbaru
pada tempat yang ditentukan sebelumnya
52 4.1.4 Dokumen usang segera Perusahaan harus memastikan - Dokumen usang diberi
disingkirkan dari bahwa dokumen K3 yang tanda
penggunaannya sedangkan sedang beredar adalah dokumen - Tidak ada dokumen
dokumen usang yang terbaru/revisi terakhir. Bila kadaluarsa yang masih
disimpan untuk keperluan disimpan maka diberi tanda beredar
tertentu diberi tanda khusus misalkan “obselete”
4,2 Perubahan dan Modifikasi
Dokumen

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 82


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
53 4.2.1 Terdapat sistem untuk Ada prosedur untuk melakukan - Cek prosedur yang
membuat, menyetujui perubahan terhadap suatu mengatur perubahan
perubahan terhadap dokumen dokumen. Bila pernah berubah dokumen
K3 tunjukan catatan perubahan tsb.
54 4.2.2 Dalam hal ini terjadi Pada dokumen yang telah berubah - Cek catatan perubahan
perubahan diberikan alasan biasanya dilampirkan dokumen bila ada
terjadinya perubahan dan keterangan perubahan yang - cek apakah perubahan
tertera dalam dokumen atau dilakukan, tgl modifikasi dan siapa diinformasikan pada pihak
lampirannya dan yang menyetujui perubahan tsb. terkait
menginformasikan kepada
pihak terkait
55 4.2.3 Terdapat prosedur Perusahaan memiliki suatu daftar - Cek prosedur yang berisi
pengendalian dokumen atau yang berisi semua judul pengendalian dokumen
daftar seluruh dokumen yang dokumen K3 yang dipergunakan - cek daftar induk dokumen
mencantumkan status dari termasuk statusnya (misalkan
setiap dokumen tersebut, revisi keberapa)
dalam upaya mencegah
penggunaan dokumen yang
usang
5 Penilaian dan Pengendalian
Produk
5,1 Spesifikasi Pembelian
Barang dan Jasa

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 83


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
56 5.1.1 Terdapat prosedur yang Ada dokumen tertulis mengenai - Cek prosedur pembelian
terdokumentasi yang dapat prosedur pembelian barang sudah menjamin aspek K3
menjamin bahwa spesifikasi atau jasa dimana ada kegiatan sebelum pembelian
teknik dan informasi lain yang pemeriksaan item K3 yang
relevan dengan K3 telah terkait dengan barang atau jasa
diperiksa sebelum keputusan yang dibeli.
untuk membeli.
57 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk Kriteria ini merupakan aplikasi Pada PO mencantumkan
setiap sarana produksi, zat dari kriteria 5.1.1 dimana spesifikasi aspek K3,
kimia atau jasa harus perusahaan dapat menunjukkan misalnya MSDS,
dilengkapi spesifikasi yang contoh catatan purchase order pengembalian limbah, decay
sesuai dengan persyaratan yang memasukkan item K3 saat chart untuk radio aktif,
peraturan perundang- pembeliannnya. kompetensi personel,
undangan dan standar K3. sertifikasi alat, prosedur kerja
kontraktor, perizinan
transportasi limbah B3
58 5.1.3 Konsultasi dengan tenaga Kegiatan konsultasi ini dapat - cek bukti konsultasi
kerja yang kompeten pada disebutkan dalam isi prosedur (notulen, daftar hadir, dll)
saat keputusan pembelian, 5.1.1 atau dapat ditunjukkan bukti
dilakukan untuk menetapkan berupa notulensi
persyaratan K3 yang meeting/input dari pihak user
dicantumkan dalam kepada pembelian.
spesifikasi pembelian dan
diinformasikan kepada tenaga
kerja yang menggunakannya.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 84


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
59 5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan Kebutuhan pelatihan, APD, dll ini cek pelatihan, APD dan
alat pelindung diri dan bisa disebutkan dalam prosedur kerja yang
perubahan terhadap prosedur prosedur pembelian atau buktinya diperlukan terkait pengadaan
kerja harus dipertimbangkan berupa catatan purchase barang dan jasa baru
sebelum pembelian dan order yang telah lengkap item K3-
penggunaannya. nya.
60 5.1.5 Persyaratan K3 dievaluasi dan Persyaratan K3 dievaluasi kembali - Cek Bukti evaluasi
menjadi pertimbangan dalam persyaratan K3
seleksi pembelian.
5,2 Sistem Verifikasi Barang
dan Jasa Yang Telah Dibeli
61 5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli Setiap barang dan jasa yang masuk ada bukti verifikasi
diperiksa kesesuaiannya harus diperiksa sesuai pembelian barang
dengan spesifikasi pembelian. dengan spesifikasi yang telah
disetujui sebelumnya. Misal
dokumen persetujuan penerimaan
barang oleh pihak gudang.
5,3 Pengendalian Barang dan
Jasa Yang Dipasok
Pelanggan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 85


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
62 5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok - Barang dan jasa yang dipasok cek identifikasi bahaya dan
pelanggan, sebelum pelanggan maksudnya penilaian resiko, seperti:
digunakan terlebih dahulu barang/jasa yang - ruang kerja klien yang
diidentifikasi potensi bahaya dipergunakan/diproses di tempat dipakai
dan dinilai risikonya dan kerja kita untuk kemudian setelah - peralatan yang disewa
catatan tersebut dipelihara selesai dikembalikan lagi kepada - workshop yang dikelola
untuk memeriksa prosedur. pelanggan. Bukti penerapan - milik pelanggan yang kita
kegiatan ini bisa dicantumkan simpan
dalam prosedur tersendiri atau
melalui kegiatan manajemen
risiko seperti yang dilakukan pada
2.1.1
5,4 Kemampuan Telusur
Produk
63 5.4.1 Semua produk yang Buktinya berupa label, bahan baku - Cek label/tanda/penomoran
digunakan dalam proses yang digunakan dalam proses terdapat pada produk yang
produksi dapat diidentifikasi sampai produk yang dihasilkan, digunakan dalam proses
di seluruh tahapan produksi penomoran atau tanda. (Identifikasi - Cek kontrak
dan instalasi, jika terdapat proses input dan output) - cek alur dari setiap proses
potensi masalah K3.
64 5.4.2 Terdapat prosedur yang Ada prosedur berisi penulusuran Cek prosedur terkait
terdokumentasi untuk produk yang telah terjual. Cek kasus komplain
penelusuran produk yang produk/jasa terhadap K3
telah terjual, jika terdapat
potensi masalah K3 di dalam
penggunaannya.
6 Keamanan Bekerja
Berdasarkan SMK3

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 86


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
6,1 Sistem Kerja
65 6.1.1 Petugas yang kompeten telah Perusahaan telah menunjuk - Cek identifikasi bahaya
mengidentifikasi bahaya, personil untuk melakukan risk - Dilakukan oleh ahli K3
menilai dan mengendalikan assessment. Bukti penerapannya
risiko yang timbul dari suatu dapat dilihat dari laporan risk
proses kerja. assessment yang telah dilakukan.
Kompetensi petugas ini
dilihat dari sertifikat atau catatan
pelatihan, job desc atau dari
track record pengalaman serta
laporan risk assessment yang
telah dilakukannya selama ini.
66 6.1.2 Apabila upaya pengendalian Penerapannya sama dengan 6.1.1, - Cek hirarki pengendalian
risiko diperlukan, maka upaya coba dilihat pada laporan resiko yang digunakan
tersebut ditetapkan melalui risk assessmentnya terutama pada eliminasi
tingkat pengendalian. kolom bentuk pengendalian subtitusi
risiko yang diusulkannya. engineering/rekayasa
administratif
APD
67 6.1.3 Terdapat prosedur atau - Penerapannya sama dengan 6.1.3 - Cek prosedur/wi yang
petunjuk kerja yang yaitu prosedur atau WI yang berfungsi mengendalikan
terdokumentasi untuk sudah mempertimbangkan faktor resiko
mengendalikan risiko yang K3. Akan lebih jelas lagi bila - lihat kompetensi personil
teridentifikasi dan dibuat atas dalam WI itu dicantumkan potensi yang membuat dan yang
dasar masukan dari personil bahayanya. menyetujui prosedur/wi
yang kompeten serta tenaga
kerja yang terkait dan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 87


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
disahkan oleh orang yang
berwenang di perusahaan.

68 6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan Bila ada perubahan terhadap - cek referensi pada
perundang-undangan, standar prosedur/WI maka perubahan prosedur/wi mengacu kepada
serta pedoman teknis yang tersebut mengacu pada peraturan, persyaratan
relevan diperhatikan pada saat standar atau ketentuan
mengembangkan atau lainnya yang terkait. Biasanya
melakukan modifikasi atau pada dokumen prosedur/WI
petunjuk kerja. dapat dicantumkan section
standar/acuan/peraturan yg diacu.
69 6.1.5 Terdapat sistem izin kerja Ada dokumen tertulis prosedur/WI - cek daftar izin kerja
untuk tugas berisiko tinggi. di tempat kerja. Untuk ijin
kerja misalnya hot work permit,
confined space permit, dll,
tergantung dari proses yang ada di
tempat kerja
70 6.1.6 Alat pelindung diri disediakan Lihat penerapannya di lapangan, - cek APD yang tersedia
sesuai kebutuhan dan apakah APD dipakai ? APD dalam kondisi layak pakai
digunakan secara benar serta dipakai dengan benar ? Bagaimana - cek jadwal pemeliharaan
selalu dipelihara dalam kondisinya ? Ambil sampel APD
kondisi layak pakai. saja.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 88


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
71 6.1.7 Alat pelindung diri yang Kesesuaian APD dengan - cek APD yang tersedia
digunakan dipastikan telah standar/Per-UU dilihat pada sesuai dengan standar yang
dinyatakan layak pakai sesuai spesifikasi teknis dari pihak berlaku
dengan standar dan/atau suplier. Mereka mengacu ke
peraturan perundang- standar mana ? Atau mungkin lihat
undangan yang berlaku. sertifikasi produk misal SNI,
BS, ISO, dll dari APD tersebut.
72 6.1.8 Upaya pengendalian risiko Sama dengan 6.1.1 dimana ada - cek bukti evaluasi
dievaluasi secara berkala review terhadap suatu hasil keefektifan pengendalian
apabila terjadi risk assessment. Lihat pada resiko yang ditetapkan, misal
ketidaksesuaian atau laporannya. notulen rapat P2K3 yang
perubahan pada proses kerja. Bisa dilakukan berdasarkan membahas pengendalian
periode waktu atau jika ditemukan resiko
kecelakaan
6,2 Pengawasan
73 6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk Ada kegiatan pengawasan terhadap - Cek laporan kegiatan
menjamin bahwa setiap pelaksanaan pekerjaan di pengawasan
pekerjaan dilaksanakan tempat kerja. Biasanya menjadi - Cek nama pengawas di izin
dengan aman dan mengikuti tanggung jawab supervisor kerja yang dikeluarkan
prosedur dan petunjuk kerja atau yang setingkat. Lihat pada
yang telah ditentukan. uraiannya tanggung jawabnya.
Bukti dokumen bisa berupa
catatan/log inspeksi harian.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 89


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
74 6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai Lihat kembali pada uraian - Cek dilapangan apakah
dengan tingkat kemampuan tanggung jawab pada 6.2.1 atau setiap orang dan kegiatan
dan tingkat risiko tugas. adanya kegiatan pemantauan bagi diawasi oleh orang
karyawan baru atau program on the berwenang
job training atau pekerjaan bersiko
tinggi.
75 6.2.3 Pengawas/penyelia ikut serta Idem dengan 6.2.1, lihat pada job - Memastikan
dalam identifikasi bahaya dan desc-nya. Bukti penerapan pengawas/penyelia
membuat upaya berupa laporan inspeksi/laporan mengetahui dan memahami
pengendalian.. sumber bahaya atau lainnya. potensi bahaya kegiatan yang
diawasinya
- Ada tanda tangan
pengawas/penyelia dalam izin
kerja
- pengawas/penyelia ikut
serta dalam pembuatan JSA
76 6.2.4 Pengawas/penyelia Pengawas terlibat dalam kegiatan - Pengawas/penyelia
diikutsertakan dalam pelaporan dan termasuk dalam tim
melakukan penyelidikan dan penyelidikankecelakaan dan penyelidikan kecelakaan dan
pembuatan laporan terhadap penyakit akibat kerja. Lihat pada PAK.- Cek laporan hasil
terjadinya kecelakaan dan prosedurpelaporan & penyelidikan penyelidikan kecelekaan dan
penyakit akibat kerja serta kecelakaan kerja (elemen 8) dan PAK ada tanda tangan
wajib menyerahkan laporan item pada 6.2.1 (uraian job desc). pengawas/penyelia
dan saran-saran kepada Lihat juga pada dokumenpelaporan
pengusaha atau pengurus. dan hasil penyelidikan kecelakaan
yang pernahterjadi.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 90


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
77 6.2.5 Pengawas/penyelia ikut serta Proses konsultasi disini bisa berupa - cek daftar hadir konsultasi
dalam proses konsultasi keterlibatan pengawas apakah terdapat nama
dalam rapat yang membahas pengawas/penyelia
masalah-masalah K3 dalam area
pengawasannya.
6,3 Seleksi dan Penempatan
Personil
78 6.3.1 Persyaratan tugas tertentu Perusahaan menetapkan syarat - Cek bukti persyaratan
termasuk persyaratan kesehatan dalam penerimaan kesehatan personil saat
kesehatan diidentifikasi dan pegawai. Lihat pada prosedur penerimaan/penempatan
dipakai untuk menyeleksi dan penerimaan pegawai dan data-data
menempatkan tenaga kerja. aktifitas pemeriksaan kesehatan
karyawan selama ini.
79 6.3.2 Penugasan pekerjaan harus Idem dengan 6.3.1. Menetapkan - Cek persyaratan kompetensi
berdasarkan kemampuan dan syarat dari segi kemampuan dan personel dalam melakukan
keterampilan serta keterampilan yang dimiliki. suatu pekerjaan
kewenangan yang dimiliki.
6,4 Area Terbatas
80 6.4.1 Pengusaha atau pengurus Adanya dokumen atau daftar - cek adanya penilaian resiko
melakukan penilaian risiko daerah-daerah di tempat kerja terkait daerah yang
lingkungan kerja untuk yang memerlukan ijin masuk. Atau membutuhkan izin masuk
mengetahui daerah-daerah cek langsung ke lapangan.
yang memerlukan pembatasan
izin masuk.
81 6.4.2 Terdapat pengendalian atas Pada daerah-daerah tsb dilakukan - Cek pemasangan
daerah/tempat dengan pengendalian yang dapat tanda/marka/poster yang
pembatasan izin masuk. berupa ijin tertulis, penguncian, menginformasikan
rambu-rambu, dll. pembatasan izin masuk

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 91


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
82 6.4.3 Tersedianya fasilitas dan Fasilitas disini yaitu kamar mandi, - Cek penyediaan kamar Kepmenkes 1405
layanan di tempat kerja sesuai wastafel, loker/ruang ganti, mandi, wastafel, loker/ruang tahun 2008
dengan standar dan pedoman musholla, ruang makan, kantin,dll. ganti, safety shower,
teknis. Layanan yaitu penyediaan musholla, ruang makan, dll
air minum bersih, layanan makan, sesuai pedoman teknis.
dll. - jumlah toilet vs jumlah
karyawan
83 6.4.4 Rambu-rambu K3 harus Rambu K3 (safety sign, warning - Cek rambu K3 mudah
dipasang sesuai dengan sign, poster,dll) dan tanda terbaca, kondisi baik, terlihat
standar dan pedoman teknis. pintu dipasang sesuai standar yang dan
diacu perusahaan. Yang dimengerti oleh tenaga kerja.
penting rambu tsb masih dalam
kondisi baik, terlihat dan
dimengerti oleh tenaga kerja.
6,5 Pemeliharaan, Perbaikan,
dan Perubahan Sarana
Produksi
84 6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan Perusahaan mempunyai dokumen - cek jadwal pemeliharaan
pemeliharaan sarana produksi berupa jadwal - cek jadwal kalibrasi alat
serta peralatan mencakup pemeliharaan sarana produksi yang - cek kebutuhan penyimpanan
verifikasi alat-alat pengaman dipergunakan di tempat peralatan (suhu dan
serta persyaratan yang kerja. kelembaban ruangan)
ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan, standar
dan pedoman teknis yang
relevan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 92


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
85 6.5.2 Semua catatan yang memuat Perusahaan menyimpan catatan- - cek kondisi pengaman alat
data secara rinci dari kegiatan catatan pemeliharaan yang dan sarana produksi
pemeriksaan, pemeliharaan, dilakukan. - cek bukti pemeliharaan dan
perbaikan dan perubahan pemeriksaan alat
yang dilakukan atas sarana - cek kalibrasi alat
dan peralatan produksi harus
disimpan dan dipelihara.
86 6.5.3 Sarana dan peralatan produksi Perusahaan memiliki sertifikat '- cek sertifikasi alat2 operasi
memiliki sertifikat yang sarana produksi yang masih (SILO, Sertifikat Layak
masih berlaku sesuai dengan berlaku. Beberapa sarana produksi Operasi ; boiler, lift, crene,
persyaratan peraturan tsb antara lain bejana Radioaktif, dll)
perundang-undangan dan tekan (Permenaker 01/MEN/1082),
standar. pesawat angkat dan
angkut (Permanker
05/MEN/1985), Lift (Permenaker
03/MEN/1999), Pesawat Uap
(Peraturan Uap tahun 1930).
87 6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, Lihat kompetensi personil yang - cek kompetensi / licensi
perawatan, perbaikan dan melakukan kegiatan personil
setiap perubahan harus perawatan sarana produksi tsb. ; (Petugas Pengawas Radiasi,
dilakukan petugas yang (sertifikat, lisensi, Surat Ijin Operator, juru las,
kompeten dan berwenang. pengalamannya) NDT level 1, 2,3) dll.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 93


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
88 6.5.5 Terdapat prosedur untuk Idem dengan 6.5.3. Untuk detilnya - cek isi prosedur (mekanisme
menjamin bahwa Jika terjadi dapat dilihat pada isi perubahan sudah diatur) dapat
perubahan terhadap sarana peraturan perundangannya. Atau mengacu pada prosedur
dan peralatan produksi, tanyakan apakah pernah perancangan dan modifikasi
perubahan tersebut harus ada perubahan yang dilakukan? - cek sertifikat alat yang di
sesuai dengan persyaratan gunakan (layak pakai)
peraturan perundang-
undangan, standar dan
pedoman teknis yang relevan.
89 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan Ada prosedur (tertulis lebih baik) - cek prosedur (mekanisme
pemeliharaan sarana dan mengenai kegiatan permintaan pemeliharaan
peralatan produksi dengan pemeliharaan sarana produksi. sarana dan peralatan
kondisi K3 yang tidak Contoh dokumen misalnya produksi)
memenuhi persyaratan dan Work Order Form. - lihat contoh: (wo, form,
perlu segera diperbaiki. ceklist, laporan perbaikan,
berita acara penyelesaian)
90 6.5.7 Terdapat sistem untuk Penandaan pada mesin/sarana - cek sistem penandaan
penandaan bagi peralatan produksi yang sedang diperbaiki barang yang tidak layak
yang sudah tidak aman lagi atau rusak ini dapat dituangkan pakai/perbaikan
untuk digunakan atau sudah dalam prosedur - penetapan format / warna
tidak digunakan. pemeliharaan atau prosedur Lock tagging
Out dan Tag Out (LOTO).
91 6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan Terdapat mekanisme penguncian - cek sistem penguncian (log
penerapan sistem penguncian (lihat bentuk/sistem out)
pengoperasian (lock out penguncian yang digunakan) - penetapan aturan LOTO
system) untuk mencegah agar
sarana produksi tidak
dihidupkan sebelum saatnya.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 94


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
92 6.5.9 Terdapat prosedur yang dapat Ada prosedur untuk menjamin - cek prosedur LOTO apakah
menjamin keselamatan dan sarana yang diperbaiki sudahaman sesuai dan cukup
kesehatan tenaga kerja atau untuk digunakan kembali.
orang lain yang berada Biasanya dalam bentuk
didekat sarana dan peralatan suatudokumen pengesahan
produksi pada saat proses pengoperasian sarana produksi.
pemeriksaan, pemeliharaan, Atau bagian dari prosedur LOTO.
perbaikan dan perubahan.
93 6.5.10 Terdapat penanggung jawab ada penanggungjawab bahwa - cek jobdes petugas
untuk menyetujui bahwa sarana dan prasarana produksi - cek laporan LOTO
sarana dan peralatan produksi telah aman untuk digunakan - cek implementasi lapangan
telah aman digunakan setelah
proses pemeliharaan,
perawatan, perbaikan atau
perubahan.

6,6 Pelayanan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 95


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
94 6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak Pelayanan atau jasa disini termasuk - cek prosedur pelayanan jasa
untuk menyediakan pelayanan dalam PJK3 / pelayanan pemeriksaan
yang tunduk pada standar dan (perusahaan jasa K3) sesuai teknis
peraturan perundang- dengan Permenaker - contoh perusahaan yang
undangan mengenai K3, maka 04/MEN/1995 yang meliputi jasa memberikan pelayanan /jasa
perlu disusun prosedur untuk konsultan K3, jasa pabrikasi K3 seperti jasa pemeriksaan
menjamin bahwa pelayanan ,pemeliharaan, reparasi dan alat operasi; boiler, angkat
memenuhi persyaratan. instalasi teknik K3, jasa angkut, scafolding, penyalur
pemeriksaan dan pengujian teknik, petir, listrik, dll
jasa pemeriksaan dan
atau pelayanan kesehatan kerja,
jasa audit K3 dan jasa '-ada kemungkinan NA
pembinaan K3. Bila kita sebagai (karena tidak semua
penyedia jasa tsb maka perusahan memberikan
persyaratan harus dipenuhi. pelayanan / jasa K3 (PJK3))
95 6.6.2 Apabila perusahaan diberi Bila kita sebagai - cek prosedur Pembelian
pelayanan melalui kontrak, pelanggan (6.6.2) maka dapat - cek implementasinya
dan pelayanan tunduk pada dilihat pada elemen 5 (pada
standar dan peraturan prosedur pembelian) dimana sudah
perundang-undangan K3, didetilkan spesifikasi K3
maka perlu disusun prosedur ini dalam pembelian barang dan
untuk menjamin bahwa jasa. Spesifikasi ini bisa
pelayanan memenuhi berupa surat penunjukan PJK3 dari
persyaratan. Depnaker RI.
6,7 Kesiapan Untuk Menangani
Keadaan Darurat

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 96


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
96 6.7.1 Keadaan darurat yang Perusahaan telah mengidentifikasi - cek prosedur tanggap
potensial di dalam dan/atau di keadaan darurat yg mungkin terjadi darurat
luar tempat kerja telah (fire, spill, ledakan, banjir, huru - bukti sosialisasi prosedur
diidentifikasi dan prosedur hara,dll). Hal ini dibuktikan (daftar hadir, papan
keadaan darurat telah dengan adanya dokumen tertulis pengumuman,
didokumentasikan dan berupa prosedur keadaan darurat - cek lapangan
diinformasikan agar diketahui perusahaan. - daftar potensi keadaan
oleh seluruh orang yang ada darurat tempat kerja (contoh;
di tempat kerja. kebakaran, peledakan, gempa
bumi, bocoran bahan kimia,
radioaktif, huruhara, ancaman
bom,keracunan, dll).
97 6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan Prosedur tsb harus dilakukan - layout pabrik, jalur
prosedur keadaan darurat simulasi untuk mengetahui evakuasi, tempat berkumpul,
berdasarkan hasil identifikasi sesuai atau efektif diterapkan. sign, layout APAR, dll)
dan diuji serta ditinjau secara Simulasi paling tidak bisa - alarm, alat penanganan
rutin oleh petugas yang dilakukan 1 x dalam setahun. Lihat tumpahan bahan B3/kimia,
berkompeten dan berwenang. catatan laporan & evaluasi oil boom, pasir/serbuk
simulasi ini dan dievaluasi oleh gergaji, dll)
petugas yang kompeten (bisa - cek bukti emergency drill
bagian K3 atau pihak luar misal - cek kompetensi petugas
kerja sama dng dinas yang menguji alat
kebakaran)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 97


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
98 6.7.3 Tenaga kerja mendapat Perusahaan telah membuat - cek bukti sosialisasi dan
instruksi dan pelatihan instruksi keadaan darurat dan pelatihan tanggap darurat
mengenai prosedur keadaan telah diinformasikan kepada - cek pemahaman personil
darurat yang sesuai dengan seluruh karyawan. Lihat catatan tentang keadaan darurat
tingkat risiko. atau daftar hadir latihan/sosialisasi
instruksi tsb.
99 6.7.4 Petugas penanganan keadaan Khusus petugas darurat telah diberi - struktur tanggap darurat
darurat ditetapkan dan pelatihan spesifik darurat. - pelatihan petugas tim
diberikan pelatihan khusus Dokumen berupa daftar hadir atau tanggap darurat
serta diinformasikan kepada sertifikat pelatihan. Untuk - bukti informasi petugas
seluruh orang yang ada di tim kebakaran dapat mengacu ke tanggap darurat kepada
tempat kerja. Kepmenaker tenaga kerja
186/MEN/1999. - ada Surat keputusan
Penunjukan dari kemenaker
100 6.7.5 Instruksi/prosedur keadaan Jelas. Verifikasi dilakukan dng - cek IK/ prosedur masing -
darurat dan hubungan melihat kondisi di lapangan, masing potensi darurat sesuai
keadaan darurat diperlihatkan apakah instruksi tsb jelas, terlihat potensi di perusahaan
secara jelas dan menyolok dan semua tenaga kerja - cek kemudahan akses IK /
serta diketahui oleh seluruh memahaminya. prosedur
tenaga kerja di perusahaan. - titik kumpul dan arah keluar
terlihat jelas
- jelas warna dan tulisan
larangan / bahaya
- cek implementasi

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 98


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
101 6.7.6 Peralatan, dan sistem tanda Lihat pada catatan-catatan - cek masa kadaluarsa dan
bahaya keadaan darurat inspeksi, pengujian dan sertifikat kondisi peralatan emergency
disediakan, diperiksa, diuji hasil pengujian, dan laporan - pastikan peralatan tanggap
dan dipelihara secara berkala maintenancenya. darurat tersedia dan
sesuai dengan peraturan mencukupi
perundang-undangan, standar - cek lapangan
dan pedoman teknis yang
relevan.
102 6.7.7 Jenis, jumlah, penempatan Posisi alat darurat (APAR, Hidran, - lihat bukti lapangan
dan kemudahan untuk Spill Kit, Shower, kotak - peraltan tanggap mudah
mendapatkan alat keadaan P3K,dll) jelas dilihat, tidak terlihat dan diambil
darurat telah sesuai dengan terhalang dan bertanda jelas oleh - ada petugas yang ditunjuk
peraturan perundang- karyawan. untuk menangani keadaan
undangan atau standar dan darurat dan ber
dinilai oleh petugas yang - ada uraian tugas petugas
berkompeten dan berwenang. tanggap darurat
6,8 Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan
103 6.8.1 Perusahaan telah Ada kegiatan pengecekan terhadap - cek jumlah, isi, kondisi,
mengevaluasi alat P3K dan kondisi isi dari kotak P3K,biasanya peralatan P3K sesuai Permen
menjamin bahwa sistem P3K berupa checklist tentang 15 th 2008- ceklist
yang ada memenuhi peraturan kelengkapan obat, pemeriksaan- cek fasilitas
perundang-undangan, standar jumlahpemakaian, penggantian, P3K- cek kemudahan akses
dan pedoman teknis. dll. tempat P3K

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 99


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
104 6.8.2 Petugas P3K telah dilatih dan Ada petugas P3K yang ditunjuk. - cek petugas yang
ditunjuk sesuai dengan Petugas ini bisa dari karyawan atau berwenang telah dapat
peraturan perundangan- orang medis diklinik yang ditunjuk pelatihan P3K
undangan. sebagai petugas P3K. Pelatihan '- lihat keabsahan penunjukan
P3K bagi petugas yang ditunjuk / lisensi
sesuai dengan Permenaker
03/MEN/1982 tentang pelayanan
kesehatan TK.
6,9 Rencana dan Pemulihan
Keadaan Darurat
105 6.9.1 Prosedur untuk pemulihan ada prosedur pemulihan kondisi - cek Prosedur pemulihan dari
kondisi tenaga kerja maupun keadaan darurat mencakup, keadaan darurat
sarana dan peralatan produksi personil, sarana dan peralatan - cek bukti pemulihan jika
yang mengalami kerusakan produksi pernah terjadi keadaan
telah ditetapkan dan dapat darurat
diterapkan sesegera mungkin - cek tindak lanjut pemulihan
setelah terjadinya kecelakaan segera akibat PAK
dan penyakit akibat kerja.
7 Standar Pemantauan
7,1 Pemeriksaan Bahaya
106 7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi Ada jadwal reguler kegiatan
terhadap tempat kerja dan inspeksi ini. Bisa dilihat pada '- jadwal inspeksi
cara kerja dilaksanakan secara tabel jadwal atau prosedur inspeksi
teratur. atau dari hasil laporan inspeksi
yang telah dilakukan beberapa
waktu sebelumnya.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 100


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
107 7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi Bukan berarti semua inspeksi harus - cek kompetensi pelaksana
dilaksanakan oleh petugas selalu dilakukan oleh wakil inspeksi
yang berkompeten dan pengurus dan wakil karyawan - cek inspeksi khusus apakah
berwenang yang telah tetapi pihak manajemen atau yang dilakukan oleh personil yang
memperoleh pelatihan mewakilinya juga dilibatkan dalam berwenang
mengenai identifikasi bahaya. inspeksi. Bentuknya dapat berupa
inspeksi dari manajemen/P2K3.
108 7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari Jelas. Keterlibatannya bisa dalam - cek masukan dan saran
masukan dari tenaga kerja bentuk tanda tangan dari pihak apakah relevan dan dapat
yang melakukan tugas di petugas/yg mewakili di lapangan diterapkan
tempat yang diperiksa. dalam laporan.
109 7.1.4 Daftar periksa (check list) Dokumen berupa formulir atau -cek daftar periksa inspeksi
tempat kerja telah disusun checklist inspeksi
untuk digunakan pada saat
pemeriksaan/inspeksi.
110 7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi Lihat cc laporan inspeksi. - cek laporan inspeksi
berisi rekomendasi untuk
tindakan perbaikan dan
diajukan kepada pengurus dan
P2K3 sesuai dengan
kebutuhan.
111 7.1.6 Pengusaha atau pengurus ada penetapan petugas perbaikan - cek bukti perbaikan dari
telah menetapkan penanggung dari hasil pemeriksaan dan hasil inspeksi, telah dilakukan
jawab untuk pelaksanaan inspeksi oleh petugas yang berwenang
tindakan perbaikan dari hasil
laporan pemeriksaan/inspeksi.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 101


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
112 7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil Ada pemantauan terhadap temuan- - cek bukti tindaklanjut telah
laporan pemeriksaan/inspeksi temuan inspeksi, lihat pada dilakukan dengan efektif
dipantau untuk menentukan prosedur inspeksi atau lihat pada (foto)
efektifitasnya. laporan apakah ada pernyataan - cek lapangan
status temuan inspeksi sudah
selesai atau inprogress.
7,2 Pemantauan/Pengukuran
Lingkungan Kerja
113 7.2.1 Pemantauan/pengukuran Adanya dokumentasi/laporan hasil - cek laporan hasil
lingkungan kerja dilaksanakan pemantauan lingkungan kerja. pemeriksaan lingkungan kerja
secara teratur dan hasilnya Interval waktu pelaksanaannya yang sesuai
didokumentasikan, dipelihara disesuaikan dengan
dan digunakan untuk ketentuan/standar yang berlaku.
penilaian dan pengendalian
risiko.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 102


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
114 7.2.2 Pemantauan/pengukuran - Lihat pada Permenakertrans - pantau faktor lingkungan
lingkungan kerja meliputi No.13/MEN/2011 tentang Nilai kerja (faktor fisik ; suhu,
faktor fisik, kimia, biologi, Ambang kimia, biologi, ergonomi)
ergonomi dan psikologi. Batas Faktor Fisika dan Faktor - bandingkan hasil dengan
Kimia di Tempat Kerja standar / peraturan.
- Lihat pada Kepmenaker - evaluasi hasil pengukuran
187/MEN/1999 tentang - cek bukti tindak lanjut
pengendalian
bahan kimia berbahaya di tempat
kerja.
- Faktor biologis misalnya nilai
baku mutu air minum,
pengawasan terhadap kualitas
makanan karyawan,dll.
- Faktor radiasi dapat mengacu
pada ketentuan dari BAPETEN
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir)
Indonesia.
115 7.2.3 Pemantauan/pengukuran Adanya pemantauan/pengukuran - cek SPK badan pemeriksa
lingkungan kerja dilakukan dilakukan oleh pihak terkait yang - cek akreditasi laboratorium
oleh petugas atau pihak yang berwenang dan kompeten - cek kompeten dan
berkompeten dan berwenang kewenangan badan yang
dari dalam dan/atau luar ditunjuk
perusahaan.
7,3 Peralatan
Pemeriksaan/Inspeksi,
Pengukuran dan Pengujian

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 103


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
116 7.3.1 Terdapat prosedur yang Ada prosedur tertulis mengenai hal - cek prosedur kalibrasi
terdokumentasi mengenai tersebut. Alat ukur disini misalnya - cek identifikasi alat ukur
identifikasi, kalibrasi, noisemeter (kebisingan), luxmeter yang perlu dikalibrasi
pemeliharaan dan (pencahayaan), gas detector (gas- - cek jadwal kalibrasi
penyimpanan untuk alat gas kimia),dll. Bila alat-alat - cek sertifikat kalibrasi
pemeriksaan, ukur dan uji disediakan dari pihak luar maka - cek tindaklanjut hasil
mengenai K3. mereka/suplier/kontraktor harus kalibrasi
dapat menunjukkan prosedur ini. - cek tempat penyimpanan
Hal ini bisa diidentifikasi pada saat alat
tahap kontrak dan pembelian jasa - lihat bukti di lapangan /
mereka. pembacaan alat
117 7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi Jelas. Lihat kualifikasi petugas - cek cara pemeliharaan alat
oleh petugas atau pihak yang yang melakukan kalibrasi alat (penyimpanan, pembersihan,
berkompeten dan berwenang tersebut. dll)
dari dalam dan/atau luar - cek petugas yang
perusahaan. melakukan kalibrasi,
sertifikat / badan kalibrasi
7,4 Pemantauan Kesehatan
Tenaga Kerja
118 7.4.1 Dilakukan pemantauan Ada kegiatan serta dokumentasi - cek hasil medical checkup Permen 02/men/1980
kesehatan tenaga kerja yang mengenai kegiatan pemantauan pegawai sesuaikan dengan pasal 3 ayat 2 dan
bekerja pada tempat kerja kesehatan tenaga kerja. Terutama potensi bahaya yang terkait pasal 5
yang mengandung potensi pemeriksaan kesehatan khusus dengan pekerjaaan.
bahaya tinggi sesuai dengan seperti misalnya pengecekan darah
peraturan perundang- untuk melihat kontaminasi bahan
undangan. kimia, audiometri untuk
kebisingan, rontgen untuk penyakit
saluran pernafasan,dll.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 104


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
119 7.4.2 Pengusaha atau pengurus Hasil identifikasi dalam bentuk - cek jadwal atau program
telah melaksanakan daftar program pemeriksaan pemeriksaan kesehatan
identifikasi keadaan dimana kesehatan karyawan yang karyawan
pemeriksaan kesehatan tenaga dilakukan dan tata cara atau
kerja perlu dilakukan dan prosedur untuk pemeriksaan
telah melaksanakan sistem kesehatan tenaga kerja ini.
untuk membantu pemeriksaan
ini.
120 7.4.3 Pemeriksaan kesehatan tenaga Dokter perusahaan yang sesuai - cek kompetensi dari dokter
kerja dilakukan oleh dokter dengan Permenaker pemeriksaan kesehatan
pemeriksa yang ditunjuk 01/MEN/1976 tentang kewajiban (sertifikat hiperkis)
sesuai peraturan perundang- latihan hyperkes bagi dokter
undangan. perusahaan.
121 7.4.4 Perusahaan menyediakan Detil pelayanan kesehatan yang - cek pemeriksaan kesehatan per 03/men/1982 pasal
pelayanan kesehatan kerja diberikan mengacu pada sebelum bekerja 2, peraturan terkait
sesuai peraturan perundang- Permenaker 03/MEN/1982 tentang '- cek perlengkapan kesehatan jamsostek
undangan. pelayanan kesehatan TK, - cek PAK
- cek P3K
- laporan berkala pelayanan
kesehatan
'- ruang pemeriksaan
kesehatan
'- cek kotak P3K,
122 7.4.5 Catatan mengenai Jelas. - cek rekaman hasil medical
pemantauan kesehatan tenaga check up
kerja dibuat sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 105


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
8 Pelaporan dan Perbaikan
Kekurangan
8,1 Pelaporan Bahaya
123 8.1.1 Terdapat prosedur pelaporan Perusahaan mempunyai prosedur - Cek prosedur yang - PP No. 50 Tahun
bahaya yang berhubungan pelaporan bahaya mengatur pelaporan bahaya di 2012: Psl 12(1e)
dengan K3 dan prosedur ini dan tenaga kerja tahu cara tempat kerja dan ada formulir Psl 13(2d)
diketahui oleh tenaga kerja. pelaporan tersebut. Dokumen pelaporan bahaya. (Lihat Lamp. I Pedoman
berupa prosedur pelaporan, Prosedur PTKP, apakah Penerapan SMK3, a)
formulir pelaporan ketidaksesuaian termasuk Prosedur pelaporan
bahaya/ketidaksesuaian. bahaya seperti kondisi tidak internal yang harus
(Mirip Prosedur PTKP hanya aman atau tindakan tidak ditetapkan untuk
saja terkait bahaya, seperti aman) menangani: (2)
kondisi tidak aman dan - Pekerja/buruh mengetahui pelaporan
tindakan/prilaku tidak aman) prosedur tersebut dan ketidaksesuaian; (4)
memahami cara pelaporan identifikasi
pelaporannya. sumber bahaya
- Lihat penerapannya, cek
rekaman pelaporan bahaya
8,2 Pelaporan Kecelakaan

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 106


124 8.2.1 Terdapat prosedur - Dokumen berupa prosedur tata - Cek prosedur yang memuat - PP No. 50 Tahun
terdokumentasi yang cara pelaporan kecelakaan cara pelaporan kecelakaan, 2012:
menjamin bahwa semua kerja dan penyakit akibat kerja. PAK, pemeriksaan kesehatan, Psl 12(1e)
kecelakaan kerja, penyakit (Prosedur ini berbeda dengan dll Psl 13(2a)
akibat kerja, kebakaran atau Point 8.1.1, krn point 8.1.1 - Pekerja/buruh mengetahui Lamp. I Pedoman
peledakan serta kejadian bersifat internal sedangkan prosedur tersebut dan Penerapan SMK3, a)
berbahaya lainnya di tempat Point 8.2.1 lebih bersifat memahami cara Prosedur pelaporan
kerja dicatat dan dilaporkan eksternal.) pelaporannya. internal yang harus
sesuai dengan peraturan - Ada dokumen pelaporan - Lihat penerapannya, adanya ditetapkan untuk
perundang-undangan. kecelakaan dan atau penyakit laporan P2K3 pertriwulan, menangani: (1)
akibat kerja kepada pihak Disnaker laporan pemeriksaan pelaporan terjadinya
setempat atau dalam laporan kesehatan, laporan insiden;
triwulan P2K3 perusahaan ke kecelakaan, dll. b) Prosedur pelaporan
Disnaker. Ketentuan ini diatur eksternal yang harus
dalam Permenaker ditetapkan untuk
No.03/MEN/1998 tentang Tata menangani: (1)
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan pelaporan yang
Kecelakaan. dipersyaratkan
peraturan perundang-
undangan; dan
- UU Uap Tahun 1930
Psl 23
- UU No 1 tahun 1970
Psl 11
- Permenaker
No.PER.03/MEN/1998
Psl 2 dan Psl 4(1)
- Permenakertrans No.
PER.01/MEN/1981 Psl
2(1)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 107


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
8,3 Pemeriksaan dan
pengkajian Kecelakaan
125 8.3.1 Tempat kerja/perusahaan Dokumennya sama dengan 8.2.1 - Cek prosedur yang memuat - PP No. 50 Tahun
mempunyai prosedur dimana bisa dijadikan satu cara pemeriksaan dan 2012:
pemeriksaan dan pengkajian prosedur yaitu pelaporan dan pengkajian (investigasi dan Psl 12(1e)
kecelakaan kerja dan penyakit penyelidikannya. penyelidikan) kecelakaan Psl 13(3h)
akibat kerja. kerja dan PAK;
126 8.3.2 Pemeriksaan dan pengkajian Perusahaan telah menetapkan - Cek kompetensi petugas - PP No. 50 Tahun
kecelakaan kerja dilakukan personil perusahaan yang yang melakukan pemeriksaan 2012 Psl 10(3)
oleh petugas atau Ahli K3 akan melakukan penyelidikan. dan pengkajian (investigasi
yang ditunjuk sesuai Kompetensinya bisa dilihat dan penyelidikan), misal
peraturan perundang- pada pelatihan atau sertifikat sertifikat Ahli K3;
undangan atau pihak lain yang pelatihan yang telah dimilikinya. - Cek wewenang petugas
berkompeten dan berwenang. yang melakukan pemeriksaan
dan pengkajian (investigasi
dan penyelidikan), misal SKP
Ahli K3;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 108


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
127 8.3.3 Laporan pemeriksaan dan Lihat dan cek pada dokumen - Cek isi laporan memuat PP No. 50 Tahun 2012
pengkajian berisi tentang laporan kecelakaan selama ini, sebab terjadi Lamp. I Pedoman
sebab dan akibat serta apakah sudah tertera saran dan kecelakaan/PAK, akibat yang Penerapan SMK3:
rekomendasi/saran dan jadwal jadwal perbaikannya. Apakah ditimbulkan, saran - penyelidikan yang
waktu pelaksanaan usaha melibatkan tenaga kerja saat pencegahan/perbaikan, batas memadai harus
perbaikan. mengumpulkan informasi atau saat waktu perbaikan dilaksanakan untuk
mendiskusikan tindakan perbaikan menemukan penyebab
yang akan dilakukan ? Cross check permasalahan dari
dengan pekerja yang terkait ! suatu insiden; dan
(Laporan ini bisa mengadopsi SK. - Dalam perencanaan
Dirjen Pembinaan Hubungan setiap kegiatan harus
Industrial Dan Pengawasan mencakup jangka
Ketenagakerjaan No. KEP. waktu pelaksanaan.
84/BW/1998)

128 8.3.4 Penanggung jawab untuk Lihat pada dokumen laporan - Pada laporan telah - PP No. 50 Tahun
melaksanakan tindakan kecelakaan siapa penanggung ditetapkan petugas yang 2012 Lamp. I
perbaikan atas laporan jawab tindakan perbaikan tsb? bertanggungjawab Pedoman Penerapan
pemeriksaan dan pengkajian Apakah beliau sudah terlaksananya perbaikan SMK3: c. menetapkan
telah ditetapkan. diinformasikan mengenai tanggung - Pastikan petugas tersebut personil yang
jawabnya ini ? mengetahui tugas dan mempunyai tanggung
tanggungjawabnya dalam jawab, wewenang dan
usaha perbaikan tersebut. kewajiban yang jelas
dalam penanganan K3;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 109


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
129 8.3.5 Tindakan perbaikan Verifikasi dilakukan setelah - Cross check dengan pekerja PP No. 50 Tahun
diinformasikan kepada tenaga pemeriksaan dan pengkajian yang terkait! Bisa dengan 2012:
kerja yang bekerja di tempat dilakukan. Apakah tenaga kerja di media mading atau saat safety - Psl 13(1)
terjadinya kecelakaan. lokasi kecelakaan mengetahui talk atau briefing. - Lamp. I Pedoman
tindakan perbaikan yang Penerapan SMK3:
dilakukan? Informasi yang perlu
dikomunikasikan
meliputi:
g) hasil pengkajian
kecelakaan, insiden,
keluhan dan tindak
lanjut;
130 8.3.6 Pelaksanaan tindakan Perusahaan melakukan verifikasi - cek bukti
perbaikan dipantau, terhadap tindakan perbaikan yang pemantauan/monitoring
didokumentasikan dan diusulkan dalam laporan tindakan perbaikan
diinformasikan ke seluruh kecelakaan. Bentuknya dapat - cek apakah ada pernyataan
tenaga kerja. berupa status laporan (closed) atau status tindakan perbaikan
paraf pada tindakan perbaikan sudah selesai atau inprogress
yang selesai. - cek tindakan perbaikan
sudah diinformasikan kepada
seluruh tenaga kerja (lihat
mekanisme penyampaian
informasi tersebut efektif atau
tidak)
8,4 Penanganan Masalah

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 110


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
131 8.4.1 Terdapat prosedur untuk - Ada prosedur penyampaian - Cek prosedur yang PP No. 50 Tahun 2012
menangani masalah masalah-masalah K3 di mengatur pelaporan bahaya di Psl 13(2)
keselamatan dan kesehatan tempatkerja. Masalah ini bisa tempat kerja dan ada formulir
yang timbul dan sesuai berupa hal-hal seperti; pelaporan bahaya. (Lihat
dengan peraturan perundang- lingkungankerja yang kurang Prosedur PTKP, apakah
undangan yang berlaku. nyaman dan aman, cara kerja, ketidaksesuaian termasuk
kesehatandalam bekerja, atau bahaya seperti kondisi tidak
keluhan-keluhan lainnya.- Tenaga aman atau tindakan tidak
kerja sudah mengetahui tata cara aman)- Pekerja/buruh
pelaporan masalah ini. mengetahui prosedur tersebut
dan memahami tata cara
pelaporannya.- Lihat
penerapannya, cek rekaman
pelaporan masalah K3, bisa
melalui form PTKP
9 Pengelolaan Material dan
Perpindahannya
9,1 Penanganan Secara Manual
dan Mekanis
132 9.1.1 Terdapat prosedur untuk Prosedur yang dimaksud yaitu - Lihat pada prosedur PP No. 50 Tahun 2012
mengidentifikasi potensi prosedur manajemen risiko identifikasi potensi bahaya, Psl 13(3d)
bahaya dan menilai risiko seperti pada 2.1.1 dan 6.1.1 tetapi penilaian dan pengendalian
yang berhubungan dengan kriteria ini lebih fokus pada resiko (Sama dengan Point
penanganan secara manual kegiatan penanganan bahan secara 2.1.1) apakah meliputi
dan mekanis. manual dan mekanis. kegiatan penanganan manual
dan mekanis
-

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 111


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
133 9.1.2 Identifikasi bahaya dan Jelas Verifikasi petugas yang - PP No. 50 Tahun
penilaian risiko dilaksanakan melakukan risk assessment 2012 Psl 10(3); 12(1a)
oleh petugas yang ini.
berkompeten dan berwenang. - Cek kompetensi petugas
yang melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko
(HIRAC), misal sertifikat
Ahli K3;
- Cek wewenang petugas
yang melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko
(HIRAC), misal SKP Ahli
K3;
134 9.1.3 Pengusaha atau pengurus Verifikasi ke lapangan apakah - Bukti penerapan, lihat hasil PP No. 50 Tahun 2012
menerapkan dan meninjau rekomendasi tindakan laporan risk assessment Psl 9(3b); Psl 11(3);
cara pengendalian risiko yang pengendalian risiko dari laporan (HIRAC) pada kegiatan yang Psl 15(2)
berhubungan dengan risk assessment diterapkan dimaksud ini kemudian
penanganan secara manual di tempat kerja. bandingkan dengan fakta
atau mekanis. yang ada di lapangan.
Misal, salah satu
pengendaliannya
menggunakan peralatan yang
memiliki izin layak operasi
maka pastikan peralatan
tersebut sudah memiliki izin
layak operasi dari instansi
berwenang.
- Bukti pemantauan bisa

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 112


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
dilihat dari monitoring
program kerja pengendalian
resiko tersebut.

135 9.1.4 Terdapat prosedur untuk Jelas Cek prosedur/dokumen untuk Lamp. I Pedoman
penanganan bahan meliputi penanganan terhadap Penerapan SMK3: 1)
metode pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan, Prosedur operasi/kerja
kerusakan, tumpahan dan/atau tumpahan dan kebocoran. harus disediakan pada
kebocoran. setiap jenis pekerjaan
dan dibuat melalui
analisa pekerjaan
berwawasan K3 (Job
Safety Analysis) oleh
personil yang
kompeten.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 113


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
9,2 Sistem Pengangkutan,
Penyimpanan dan
Pembuangan
136 9.2.1 Terdapat prosedur yang Semua kriteria ini dapat Cek prosedur tertulis yang - Penjesalan PP No. 50
menjamin bahwa bahan ditunjukkan dengan suatu prosedur mengatur tata cara Tahun 2012 Psl 11(2c)
disimpan dan dipindahkan mengenai penanganan bahan agar penyimpanan dan - Lamp. I Pedoman
dengan cara yang aman sesuai teratur dan rapi dalam pemindahan dengan aman Penerapan SMK3:
dengan peraturan perundang- penyimpanan (housekeeping), dan sesuai peraturan 1) Prosedur
undangan. bahan dalam kondisi siap pakai perundangan. operasi/kerja harus
serta bila tidak dipakai akan Biasanya termuat pada disediakan pada setiap
dibuang dengan cara yang aman prosedur gudang atau jenis pekerjaan dan
bagi lingkungan. administrasi gudang. dibuat melalui analisa
137 9.2.2 Terdapat prosedur yang Cek prosedur tertulis yang pekerjaan berwawasan
menjelaskan persyaratan mengatur dan memantau K3 (Job Safety
pengendalian bahan yang bahan yang dapat/sudah rusak Analysis) oleh personil
dapat rusak atau kadaluarsa. atau kadaluarsa. yang kompeten.
138 9.2.3 Terdapat prosedur yang Cek prosedur tertulis tata cara c. prosedur dan
menjamin bahwa bahan pembuangan secara aman dan instruksi kerja untuk
dibuang dengan cara yang sesuai peraturan mengatur dan
aman sesuai dengan peraturan perundangan. mengendalikan
perundang-undangan. kegiatan produk
barang dan jasa.
9,3 Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya (BKB)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 114


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
139 9.3.1 Perusahaan telah Ada dokumen tertulis mengenai Cek prosedur terkait (sama - Kepmenaker No.
mendokumentasikan dan kegiatan-kegiatan tersebut dengan Point 9.2.1; 9.2.2; KEP.187/MEN/1999
menerapkan prosedur untuk bahan berbahaya. Bisa 9.2.3) namun fokus kepada Psl 2
mengenai penyimpanan, berupa prosedur atau instruksi penanganan bahan kimia - PP No. 74 Tahun
penanganan dan pemindahan kerja terkait dengan penggunaan berbahaya (B3). 2011
BKB sesuai dengan bahan kimia tsb. Peraturan yg
persyaratan peraturan mengatur tentang B3 yaitu PP
perundang-undangan, standar no.74 tahun 2001 tentang
dan pedoman teknis yang Pengendalian Bahan Kimia di
relevan. tempat kerja.
140 9.3.2 Terdapat Lembar Data Lembar data ini dikenal juga - Cek daftar bahan kimia - Kepmenaker No.
Keselamatan BKB (Material dengan nama MSDS(material berbahaya yang ada di tempat KEP.187/MEN/1999
Safety Data Sheets) meliputi Safety Data Sheet). Seharusnya kerja kemudian pastikan Psl 3(a); Psl 4; Psl 6;
keterangan mengenai tempat kerja mempunyainya setiap bahan kimia berbahaya - PP No. 74 Tahun
keselamatan bahan dan bisa didapatkan dari pihak (B3) memiliki MSDS 2011
sebagaimana diatur pada suplier bahan kimia. - Pastikan MSDS memuat
peraturan perundang- (Dipersyaratkan pada elemen 5 keterangan yang ada pada
undangan dan dengan mudah dalam pembelian bahan). Lamp. 1 Kepmenaker No.
dapat diperoleh. KEP.187/MEN/1999
- Pastikan MSDS yang ada
dapat diperoleh dengan
mudah bila diperlukan. Misal
di gudang dan laboratorium.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 115


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
141 9.3.3 Terdapat sistem untuk Ada pelabelan pada wadah bahan - Cek wadah bahan kimia - Kepmenaker No.
mengidentifikasi dan kimia. Yang penting label (B3) dan pastikan label KEP.187/MEN/1999
pemberian label secara jelas ini diketahui oleh para user bahan tercantum dan sesuai dengan Psl 3(a)
pada bahan kimia berbahaya. kimia maksudnya. sifat bahan tersebut - PP No. 74 Tahun
- Pastikan pengguna bahan 2011
kimia mengetahui maksud
dari label dan simbol tersebut.
142 9.3.4 Rambu peringatan bahaya Rambu peringatan ini menjelaskan - Di tempat kerja
terpasang sesuai dengan bahaya dari bahan kimia yang ada terdapat/terpasang rambu
persyaratan peraturan ditempat kerja. Misalnya: rambu bahaya/peringatan sesuai
perundang-undangan dan/atau sifat bahan tsb, rambu peringatan dengan sifat bahan kimia
standar yang relevan. seperti larangan merokok, nyala yang ada, misalnya "Dilarang
api,dll. Merokok" atau "Wajib
Masker".
143 9.3.5 Penanganan BKB dilakukan Pihak user telah mendapatkan Perusahaan telah menetapkan PP No. 50 Tahun 2012
oleh petugas yang pelatihan mengenai bahaya petugas untuk penanganan Psl 10(3); 12(1a)
berkompeten dan berwenang. bahan kimia serta tata cara BKB (B3)
pemakaian yang aman dari bahan - Cek kompetensi petugas,
tersebut. Lihat pada catatan misal sertifikat Ahli K3
pelatihan atau sertifikat Kimia;
pelatihan. - Cek wewenang petugas,
misal SKP Ahli K3 Kimia;
10 Pengumpulan Dan
Penggunaan Data
10,1 Catatan K3

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 116


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
144 10.1.1 Pengusaha atau pengurus - Perusahaan telah menetapkan - Cek prosedur terkait yang
telah mendokumentasikan dan prosedur yang mengatur memuat cara identifikasi,
menerapkan prosedur pengelolaan terhadap catatan- pengumpulan, pengarsipan,
pelaksanaan identifikasi, catatan K3 tersebut. Bisa pemeliharaan, penyimpanan
pengumpulan, pengarsipan, dalam satu prosedur pengelolaan dan penggantian
pemeliharaan, penyimpanan dokumen K3. Catatan K3 rekaman/catatan. Biasanya
dan penggantian catatan K3. ini berupa formulir K3 yang sudah disebut Prosedur
terisi misal form Pengendalian Rekaman.
kecelakaan, inspeksi, NCR audit, - Cek rekaman/catatan
dll. laporan inspeksi, jadwal
- Contoh catatan peninjauan ulang pemeriksaan, PTKP dll.
& pemeriksaan misalkan;
145 10.1.2 Peraturan perundang- Idem dengan penjelasan 10.1.1 - Terdapat rekaman PP No.50 Tahun 2012
undangan, standar dan persyaratan peraturan Psl 13(3)
pedoman teknis K3 yang perundangan, standar dan Lamp. Pedoman
relevan dipelihara pada pedoman teknis yang menjadi Penerapan SMK3: f)
tempat yang mudah didapat. acuan tempat kerja dokumen mudah
- Cek di lapangan, rekaman ditemukan, bermanfaat
tersebut bisa diakses dan dan mudah dipahami.
didapatkan dengan mudah
oleh pengguna
146 10.1.3 Terdapat prosedur yang Idem dengan penjelasan 10.1.1. - Cek prosedur pada point Kepmenaker No.
menentukan persyaratan Misal kerahasiaan catatan medis 10.1.1 menentukan jenis KEP.333/MEN/1989
untuk menjaga kerahasiaan seseorang. rekaman apa saja yang Psl 4(3)
catatan. bersifat rahasia dan siapa
yang bisa mengakses
rekaman tersebut. Misal

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 117


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
rekam medis kesehatan
tenaga kerja.

147 10.1.4 Catatan kompensasi Jelas - Laporan kecelakaan dan PP No.50 Tahun 2012
kecelakaan dan rehabilitasi klaim yang ada Psl 13(3)
kesehatan tenaga kerja - Lihat laporan
dipelihara. rekomendasi/saran
rehabilitasi kesehatan tenaga
kerja
10,2 Data dan Laporan K3
148 10.2.1 Data K3 yang terbaru Data-data K3 perusahaan dapat - Adanya data-data PP No.50 Tahun 2012
dikumpulkan dan dianalisa. berupa; data-data kecelakaan kerja, kecelakaan kerja, laporan Psl 13(3g)
laporan penyakit kerja, data hasil penyakit kerja, data hasil
inspeksi, data pencapaian kinerja inspeksi, data pencapaian
program K3, data pemantauan kinerja program K3, data
lingkungan kerja(misal kebisingan, pemantauan lingkungan kerja
NAB, dll) yang mana kesemua - Bukti analisa data yang
data itu dianalisa. Analisa bisa dilakukan, bisa dalam bentuk
dalam bentuk tabel, matriks, atau tabel, matriks, atau grafik dan
grafik atau yang lainnya. bisa juga disertai sebab
akibat.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 118


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
149 10.2.2 Laporan rutin kinerja K3 Laporan rutin K3 misalnya; - Adanya laporan rutin K3 PP No. 50 Tahun 2012
dibuat dan disebarluaskan di laporan rapat P2K3, laporan seperti laporan rapat P2K3, Psl 13(2); Psl 14(4);
dalam tempat kerja. inspeksi, laporan hasil training, laporan inspeksi K3, dll. Psl 15(4g);
laporan audit, dll. - Pastikan laporan tersebut
disebarluaskan di tempat
kerja dan diketahui oleh
tenaga kerja.
11 Pemeriksaan SMK3
11,1 Audit Internal SMK3
150 11.1.1 Audit internal SMK3 yang Perusahaan memiliki jadwal - Terdapat jadwal audit PP No. 50 Tahun 2012
terjadwal dilaksanakan untuk kegiatan audit internal SMK3 dan internal yang sudah Psl 14(2);Lamp. 1
memeriksa kesesuaian telah dilaksanakan sesuai jadwal ditetapkan- Cek laporan audit Pedoman Penerapan
kegiatan perencanaan dan tsb. Lihat pada laporan audit internal untuk menunjukkan SMK3: Audit internal
untuk menentukan efektifitas internal yang ada. bahwa audit internal SMK3 harus dilakukan
kegiatan tersebut. dilaksanakan sesuai jadwal secara berkala untuk
mengetahui
keefektifan penerapan
SMK3.
151 11.1.2 Audit internal SMK3 Petugas atau auditor internal Perusahaan telah menetapkan PP No. 50 Tahun 2012
dilakukan oleh petugas yang SMK3 harus kompeten yakni petugas sebagai auditor Psl 10(3); 12(1a); Psl
independen, berkompeten dan telah dibekali dengan pemahaman internal SMK3 14(2);
berwenang. mengenai isi SMK3 dan standar - Cek kompetensi auditor
audit SMK3 ini. Lihat pada catatan internal SMK3, misal
latihan/sertifikat atau pada contoh sertifikat auditor SMK3 dari
hasil laporannya selama ini. instansi yang berwenang;
Independen yakni ia tidak - Cek wewenang petugas,
mengaudit bagiannya sendiri.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 119


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
misal SKP Auditor Internal
SMK3;

152 11.1.3 Laporan audit didistribusikan - Tiap laporan hasil audit ada - Lihat daftar distribusi Lamp. 1 Pedoman
kepada pengusaha atau daftar distribusi penerima laporan audit, siapa saja yang Penerapan SMK3: a)
pengurus dan petugas lain dokumen laporan tsb. mendapatkannya mengkomunikasikan
yang berkepentingan dan - Lihat pada laporan - Cek apakah penerima yang hasil dari sistem
dipantau untuk menjamin ketidaksesuaian/NCR audit apakah ada pada daftar distribusi manajemen, temuan
dilakukannya tindakan ada tanda pengesahan/persetujuan sudah mendapatkan laporan audit dan tinjauan
perbaikan. bahwa tindakan perbaikan telah audit ulang manajemen
selesai dilaksanakan. - Lihat pada laporan dikomunikasikan pada
ketidaksesuaian tercantum semua pihak dalam
batas waktu tindakan perusahaan yang
perbaikan. bertanggung jawab dan
memiliki andil dalam
kinerja perusahaan;

12 Pengembangan
Keterampilan dan
Kemampuan
12,1 Strategi Pelatihan
153 12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan Terdapat TNA (training need - Lihat TNA yang ada,
K3 sesuai persyaratan analysis) yang mencakup apakah sudah memuat
peraturan perundang- mengenai kebutuhan pelatihan K3. pelatihan terkait K3 yang
undangan telah dilakukan. Lihat pada matriks training dibutuhkan, misal pelatihan
Operator Forklift, Operator
Boiler, Ahli K3 Umum, dll.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 120


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
154 12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi Lihat pada matriks pelatihan - Pastikan TNA yang ada
semua tingkatan telah tahunan perusahaan sudah mencakup tenaga kerja
disusun. pada setiap level, dari
pekerja, supervisor sampai
level manajemen
155 12.1.3 Jenis pelatihan K3 yang Lihat kembali pada matriks - Lihat identifikasi potensi
dilakukan harus disesuaikan pelatihan K3. Perhatian khusus bahaya (HIRAC), apakah ada
dengan kebutuhan untuk untuk pelatihan yang pengendalian potensi bahaya
pengendalian potensi bahaya. dipersyaratkan oleh per-UU berupa pelatihan seperti
seperti; operator forklift, crane, pelatihan forklift, crane dan
regu kebakaran, ahli K3. ahli K3, dll.
156 12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh Kriteria ini terkait dengan pihak - Pastikan badan
orang atau badan yang ketiga yang digunakan penyelenggara dan instruktur
berkompeten dan berwenang jasanya untuk mengadakan mempunyai kompetensi dan
sesuai peraturan perundang- pelatihan. Hal ini diatur dalam berwenang dalam
undangan. Permenaker No.04/MEN/1994 memberikan pelatihan.
tenatng Perusahaan Jasa K3.
Kesesuaian ini bisa dipastikan
dalam kontrak pembelian jasa.
157 12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber Perusahaan menyediakan fasilitas - Cek sumber daya yang
daya memadai untuk (kelas, board, OHP, LCD,dll) dan disediakan perusahaan saat
pelaksanaan pelatihan yang sumber daya (trainer, dana) untuk menyelenggarakan pelatihan
efektif. kegiatan pelatihan (khususnya bila internal seperti ruangan,
pelatihan bersifat internal). materi, instruktur, dll.
158 12.1.6 Pengusaha atau pengurus Catatan pelatihan seperti daftar -Terdapat bukti pelaksanaan
mendokumentasikan dan hadir, jadwal, dll disimpan dan di seperti daftar hadir, materi,
menyimpan catatan seluruh file. sertifikat, dll.
pelatihan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 121


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
159 12.1.7 Program pelatihan ditinjau - Pada prosedur pelatihan ada - Adanya evaluasi setiap
secara teratur untuk menjamin tahapan dimana semua program selesai program pelatihan,
agar tetap relevan dan efektif. pelatihan dievaluasi untuk bisa dalam bentuk lembar
menentukan apakah masih relevan evaluasi terhadap
atau perlu peningkatan lebih lanjut. pelaksanaan pelatihan.
12,2 Pelatihan Bagi Manajemen
dan Penyelia
160 12.2.1 Anggota manajemen eksekutif Manajemen senior terlibat dalam - Lihat bukti pelaksanaan
dan pengurus berperan serta kegiatan pelatihan K3. Dokumen pelatihan yag dihadiri oleh
dalam pelatihan yang yang dilihat yaitu catatan manajemen dan pengurus,
mencakup penjelasan tentang pelatihan, sertifikat (jika ada) atau seperti daftar hadir, sertifikat
kewajiban hukum dan prinsip- kegiatan yang diikuti seperti dan materi.
prinsip serta pelaksanaan K3. seminar, dll.
161 12.2.2 Manajer dan Idem dengan penjelasan 12.2.1. - Lihat TNA dan matriks
pengawas/penyelia menerima training, apakah manajemen
pelatihan yang sesuai dengan dan supervisor mendapatkan
peran dan tanggung jawab pelatihan yang sesuai pada
mereka. TNA dan matriks training.
12,3 Pelatihan Bagi Tenaga
Kerja
162 12.3.1 Pelatihan diberikan kepada Setiap tenaga kerja baru - Lihat mekanisme/prosedur
semua tenaga kerja termasuk mendapatkan pelatihan bagaimana pengenalan K3 yang
tenaga kerja baru dan yang bekerja dengan aman termasuk dilakukan bila ada tenaga
dipindahkan agar mereka pengenalan mengenai K3.begitu kerja baru atau dipindahkan.
dapat melaksanakan tugasnya pula dengan tenaga kerja yang - Lihat bukti pelaksanaan
secara aman. dipindahkan ke bagian yang baru. pengenalan K3, bisa dalam
Lihat pada prosedur pelatihan, bentuk daftar hadir.
catatan pelatihan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 122


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
163 12.3.2 Pelatihan diberikan kepada Perubahan sarana produksi atau - Lihat bukti pelaksanaan
tenaga kerja apabila di tempat proses dapat menimbulkan pelatihan bila terjadi
kerjanya terjadi perubahan bahaya baru maka tenaga kerja perubahan.
sarana produksi atau proses. harus diinformasikan mengenai Pelatihan ini bisa dalam
bahaya ini. bentuk pelatihan penggunaan
sarana produksi baru,
sosialiasi perubahan
prosedur/IK yang ada, bisa
juga sosialisasi identifikasi
bahaya dan pengendalian
resiko (HIRAC) yang baru
akibat adanya perubahan.
164 12.3.3 Pengusaha atau pengurus Pelatihan penyegaran ini - Lihat bukti pelatihan, bisa
memberikan pelatihan tergantung kebutuhan/persyaratan daftar hadir, jadwal pelatihan,
penyegaran kepada semua yang ada. Misal pelatihan darurat 1 dll.
tenaga kerja. tahun sekali, pelatihan P3K, dll.
12,4 Pelatihan Pengenalan dan
Pelatihan Untuk
Pengunjung dan Kontraktor
165 12.4.1 Terdapat prosedur yang Ada prosedur safety induction bagi - terdapat prosedur
menetapkan persyaratan untuk tamu atau mitra kerja. Bisa dalam terdokumentasi yang
memberikan taklimat bentuk pembagian selebaran, mengatur pengenalan K3
(briefing) kepada pengunjung training khusus, lampiran kontrak, kepada pengunjung dan mitra
dan mitra kerja guna dll. kerja.
menjamin K3. - lihat bukti pelaksanaannya,
bisa berupa daftar hadir, form
pengenalan K3.
12,5 Pelatihan Keahlian Khusus

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 123


Kriteria Peraturan
No.
Elemen Pemerintahan No.50 Tahun Interpretasi Kriteria Bukti Objektif Referensi
Kriteria
2012
166 12.5.1 Perusahaan mempunyai - Perusahaan melakukan - Lihat prosedur yang
sistem yang menjamin identifikasi terhadap kebutuhan mengatur mengenai
kepatuhan terhadap pelatihan yang memang pemenuhan terhadap UU
persyaratan lisensi atau dipersyaratkan dalam peraturan terkait pelatihan yang
kualifikasi sesuai dengan perundangan. Lihat pada TNA atau diwajibkan, seperti:
peraturan perundangan untuk matriks pelatihan yang - Ahli K3 : Permenaker
melaksanakan tugas khusus, ada. Beberapa pelatihan tsb yaitu; 02/MEN/1992
melaksanakan pekerjaan atau - Ahli K3 : Permenaker - Dokter perusahaan :
mengoperasikan peralatan. 02/MEN/1992 Permenaker 01/MEN/1976
- Dokter perusahaan : Permenaker - Operator Uap : Permenaker
01/MEN/1976 01/MEN/1988
- Operator Uap : Permenaker - Operator Crane :
01/MEN/1988 Permenaker 01/MEN/1989
- Operator Crane : Permenaker - Regu Kebakaran :
01/MEN/1989 Kepmenaker 186/MEN/1999
- Regu Kebakaran : Kepmenaker
186/MEN/1999

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 124


G. PELAKSANA AUDIT SMK3 (LEMBAGA DAN AUDITOR)
1. LEMBAGA AUDIT SMK3
a. Persyaratan Lembaga Audit :
Lembaga audit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) berbadan hukum Perseroan Terbatas;
2) memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
3) memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
4) memiliki Surat Keterangan Domisili Hukum;
5) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
6) memiliki kantor cabang paling sedikit di 3 (tiga) wilayah pada Indonesia
bagian barat, bagian tengah dan bagian timur;
7) memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di tingkat pusat dan cabang;
8) memiliki paling sedikit 4 (empat) orang auditor eksternal senior SMK3 dan
8 (delapan) orang auditor eksternal yunior SMK3 yang ditunjuk oleh
Menteri;
9) memiliki sertifikat kepesertaan jaminan sosial
10) memiliki pengalaman melakukan sertifikasi sistem manajemen;
11) memiliki struktur organisasi penyelenggara Audit SMK3 kantor pusat dan
cabang;
12) memiliki panduan audit sistem manajemen yang digunakan oleh lembaga
audit sesuai dengan standar yang berlaku.

b. Penunjukan Lembaga Audit


Perusahaan untuk dapat ditunjuk sebagai Lembaga Audit SMK3 harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal
dengan melampirkan persyaratan meliputi:
1) fotokopi akte pendirian dan/atau akte perubahan Perseroan Terbatas dan
tanda bukti pengesahan dari instansi yang berwenang;
2) fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
3) fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
4) fotokopi Surat Keterangan Domisili Hukum;
5) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
6) fotokopi bukti kepemilikan kantor cabang paling sedikit di 3 (tiga) wilayah
pada Indonesia bagian barat, bagian tengah dan bagian timur;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 125


7) fotokopi Wajib Lapor Ketenagakerjaan di tingkat pusat dan cabang;
8) fotokopi keputusan penunjukkan auditor eksternal SMK3 yang masih
berlaku, paling sedikit 4 (empat) orang auditor eksternal senior SMK3 dan
8 (delapan) orang auditor eksternal yunior SMK3;
9) fotokopi sertifikat kepesertaan jaminan sosial;
10) dokumen yang membuktikan telah berpengalaman melakukan sertifikasi
sistem manajemen;
11) struktur organisasi penyelenggara Audit SMK3 kantor pusat dan cabang;
12) pas photo berwarna pimpinan perusahaan ukuran 3x4 cm sebanyak 4
(empat) lembar; dan
13) dokumen panduan audit sistem manajemen yang digunakan oleh lembaga
audit sesuai dengan standar yang berlaku.

Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dokumen dan verifikasi lapangan


terhadap permohonan yang diajukan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja.
Direktur Jenderal melaporkan hasil pemeriksaan dokumen dan verifikasi
lapangan kepada Menteri dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja untuk
dilaporkan kepada Menteri.
Berdasarkan hasil laporan dari Direktur Jenderal, Menteri dapat menerima atau
menolak permohonan tersebut.
Apabila permohonan diterima, Menteri menetapkan Surat Keputusan
Penunjukan (SKP) Lembaga Audit SMK3 dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 126


Gambar 3. Penunjukkan Lembaga Audit oleh Menteri

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 127


c. Masa berlaku dan Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukan Lembaga
Audit
1) Masa berlaku penunjukan Lembaga Audit
Surat Keputusan Penunjukan lembaga audit SMK3 berlaku untuk jangka
waktu 3 (tiga) tahun dan dapat dapat diperpanjang untuk jangka waktu
yang sama.
2) Persyaratan perpanjangan SKP Lembaga Audit :
Lembaga audit dapat mengajukan permohonan perpanjangan dengan
melampirkan :
a) persyaratan sebagaimana pengajuan awal sebagai Lembaga Audit
b) laporan pelaksanaan audit SMK3 selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan
c) fotokopi surat keputusan penunjukan yang masih berlaku.

Permohonan perpanjangan diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja


sebelum berakhir jangka waktu berlakunya keputusan penunjukan lembaga audit
SMK3. Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dan verifikasi dokumen
persyaratan perpanjangan. Direktur Jenderal melaporkan hasil pemeriksaan dan
verifikasi kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Menteri menetapkan
surat keputusan perpanjangan penunjukan lembaga audit berdasarkan laporan
Direktur Jenderal.

d. Kewajiban dan Larangan Lembaga Audit SMK3


Lembaga audit SMK3 yang telah mendapatkan surat keputusan penunjukan
mempunyai kewajiban:
1) mentaati peraturan perundangan di bidang K3;
2) melaksanakan audit sesuai dengan peraturan perundangan;
3) menjaga kerahasiaan perusahaan yang diaudit; dan
4) melaporkan hasil audit kepada Menteri, perusahaan yang diaudit, dan
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sesuai domisili
perusahaan.

Untuk Lembaga Audit SMk3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan


oleh Menteri dilarang :
1) melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang SMK3;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 128


2) melakukan jasa pabrikasi, pemeliharaan, reparasi dan istalasi teknik K3;
3) melakukan pemeriksaan dan pengujian keselamatan dan kesehatan kerja;
dan
4) melakukan jasa pembinaan K3.

e. Pencabutan Keputusan Penunjukan Lembaga Audit SMK3


Menteri dapat mencabut keputusan penunjukan lembaga audit SMK3 dalam hal
tidak memenuhi kewajiban dan larangan. Pencabutan keputusan tersebut
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.

2. AUDITOR EKSTERNAL SMK3


Pelaksanaan audit eksternal SMK3 dilakukan oleh auditor eksternal SMK3 yang
ditunjuk oleh Menteri.
a. Jenis Auditor Eksternal
Auditor eksternal SMK3 meliputi:
1) Auditor Eksternal Junior SMK3
2) Auditor Eksternal Senior SMK3

b. Persyaratan Auditor Eksternal SMK3


1) Persyaratan Auditor Eksternal Junior SMK3
Untuk dapat ditunjuk menjadi Auditor Eksternal Junior SMK3 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Berpendidikan serendah-rendahnya D3 dengan pengalaman kerja
minimum 4 (empat) tahun dibidang K3 dan/atau S1 dengan
pengalaman kerja minimum 2 (dua) tahun di bidang K3;
b) Memiliki surat keputusan penunjukan sebagai Ahli K3 Umum yang
masih berlaku;
c) Telah mengikuti pembinaan auditor SMK3 yang dibuktikan dengan
sertifikat auditor SMK3;
d) Memiliki surat keputusan penunjukan sebagai auditor SMK3 yang
masih berlaku;
e) Telah mengikuti pelaksanaan audit eksternal sebagai peninjau
sekurang-kurangnya 5 (lima) kali audit penuh minimal 8 jam setiap
kali audit;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 129


f) Telah menjadi asisten auditor (trainee auditor) eksternal sekurang-
kurangnya 5 (lima) kali audit penuh minimal 8 jam setiap kali audit; dan
g) Tidak sedang ditunjuk sebagai Ahli K3 Spesialis.

2) Persyaratan Auditor Eksternal Senior SMK3


Untuk dapat ditunjuk sebagai Auditor eksternal senior harus memenuhi
persyaratan:
a) memiliki surat keterangan penunjukan sebagai Auditor Eksternal
Junior yang masih berlaku;
b) pengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) kali audit penuh
minimal 8 jam setiap kali audit; dan
c) telah mengikuti pengembangan kemampuan di bidang audit SMK3
sekurang-kurangnya 120 (seratus dua puluh) jam.

c. Pembinaan Auditor SMK3


Pembinaan auditor SMK3 dilaksanakan berdasarakan lampiran I Permenaker
Nonor 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penerapann Sistem
Manajemen K3 (SMK3).

d. Penunjukan Auditor Eksternal SMK3


1) Penunjukan Auditor Eksternal Junior SMK3 ditetapkan berdasarkan
permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan lembaga audit kepada
Menteri c.q. Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan,
dengan melampirkan :
a) daftar riwayat hidup;
b) surat keterangan sehat dari dokter;
c) fotokopi ijasah pendidikan terakhir yang dipersyaratkan;
d) fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Ahli K3 yang masih berlaku;
e) fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Auditor SMK3 yang masih
berlaku;
f) surat keterangan telah melaksanakan audit eksternal SMK3 sebagai
peninjau sekurang-kurangnya 5 (lima) kali audit yang ditandatangani
oleh Auditor Eksternal Senior;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 130


g) surat keterangan telah melaksanakan audit eksternal SMK3 sebagai
auditor magang sekurang-kurangnya 5 (lima) kali;
h) surat rekomendasi dari Auditor Eksternal Senior;
i) pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar.

Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dan verifikasi dokumen dalam


waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja. Dalam hal persyaratan terpenuhi,
maka dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja, Direktur Jenderal
menerbitkan surat keputusan penunjukan auditor eksternal. Dalam hal
permohonan tidak memenuhi persyaratan Direktur Jenderal
mengembalikan berkas kepada pemohon secara tertulis untuk dilengkapi
dalam waktu 14 hari kerja sejak diterimanya berkas permohonan.

2) Penunjukan Auditor Eksternal Senior SMK3 berdasarkan permohonan


tertulis dari pengurus atau pimpinan lembaga audit kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, dengan
melampirkan:
a) daftar riwayat hidup;
b) surat keterangan pengalaman kerja sesuai persyaratan tingkatan
auditor;
c) surat keterangan telah melaksanakan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) kali audit eksternal SMK3 secara penuh;
d) fotokopi keputusan penunjukan sebagai Auditor Eksternal Junior
SMK3 yang masih berlaku;
e) tanda bukti telah mengikuti pengembangan kemampuan di bidang K3
sekurang-kurangnya 120 (seratus dua puluh) jam;
f) pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar.

Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dan verifikasi dokumen dalam


waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.
Dalam hal persyaratan terpenuhi, maka dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja, Direktur Jenderal menerbitkan surat keputusan penunjukan
auditor eksternal.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 131


Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal
mengembalikan berkas kepada pemohon secara tertulis untuk dilengkapi
dalam waktu 14 hari kerja sejak diterimanya berkas permohonan.

Setelah surat keputusan penunjukan Auditor SMK3 dikeluarkan maka


yang bersangkutan tidak berhak merangkap sebagai Ahli K3 Spesialis
dan tidak berhak melaksanakan pemeriksaan dan pengujian sesuai
dengan penunjukan spesialisnya.

e. Masa berlaku Surat Keputusan Penunjukan Auditor Eksternal dan


perpanjangan
1) Surat Keputusan Penunjukan Auditor Eksternal Junior SMK3 dan Auditor
Eksternal Senior SMK3 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
Permohonan perpanjangan SKP Auditor Eksternal SMK3 dengan
melampirkan:
a) persyaratan sebagaimana permohonan awal sesuai penunjukannya;
b) salinan surat keputusan penunjukan auditor SMK3;
c) rekapitulasi laporan kegiatan selama menjalankan tugas; dan
d) hasil evaluasi oleh tim evaluasi.

Permohonan perpanjangan diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari


kerja sebelum berakhir jangka waktu berlakunya surat keputusan
penunjukan Auditor SMK3.
Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan dan verifikasi dokumen dalam
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.
Dalam hal persyaratan terpenuhi, maka dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja Direktur Jenderal menerbitkan surat keputusan penunjukan
auditor eksternal.
Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal
mengembalikan berkas kepada pemohon secara tertulis untuk dilengkapi
dalam waktu 14 hari kerja sejak diterimanya berkas permohonan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 132


Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum berakhir jangka waktu
berlakunya keputusan penunjukan lembaga audit.

f. Pencabutan SKP Auditor Eksternal SMK3


Surat keputusan penunjukan auditor eksternal junior SMK3 dan eksternal
senior SMK3 dicabut apabila:
1) pindah tugas dari lembaga audit;
2) mengundurkan diri;
3) meninggal dunia;
4) dikenakan sangsi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
5) melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya;
6) dengan sengaja dan/atau karena kekhilafannya menyebabkan terbukanya
rahasia suatu perusahaan dan/atau instansi;
7) melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja;
8) melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang SMK3;
9) adanya permohonan pencabutan dari pimpinan lembaga audit.
Pencabutan surat keputusan penunjukan auditor berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.

g. Kewajiban Auditor Eksternal SMK3


Auditor eksternal SMK3 mempunyai kewajiban:
1) melaksanakan audit sesuai dengan peraturan perundangan;
2) merahasiakan hasil audit kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan;
3) mematuhi peraturan K3 di perusahaan;

h. Kewenangan Auditor Eksternal SMK3


Auditor eksternal SMK3 mempunyai kewenangan:
1) memasuki semua tempat kerja yang terkait dengan audit;
2) memberikan penilaian hasil audit;
3) meminta perusahaan memberikan keterangan, menunjukkan dokumen dan
menyediakan petugas pendamping dalam pelaksanaan audit;

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 133


4) menghentikan pelaksanaan audit apabila belum ada sistem yang dibangun
dan/atau keadaan yang membahayakan auditor.

H. SIMULASI AUDIT SMK3


Untuk lebih mendalami materi pembinaan auditor SMK3, peserta bisa melakukan
praktek audit atau mengerjakan soal simulasi audit. Dengan simulasi audit, peserta
diharapkan mendapatkan gambaran penerapan SMK3 di suatu perusahaan; dapat
menentukan temuan audit baik yang sudah sesuai maupun belum sesuai;
menentukan kriteria audit yang sesuai; menentukan temuan audit apakah termasuk
kritikal, mayor atau minor; menghitung tingkat pencapaian penerapan SMK3, serta
dapat membuat laporan audit SMK3 dengan menggunakan format Laporan Audit
SMK3 yang terdapat pada lampiran III PP No. 50 Tahun 2012.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 134


CONTOH SIMULASI AUDIT SMK3

PT. Covid Hansani adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemborong dan jasa
konstruksi (jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi). Alamat PT. Covid Hansani di JL. Raya
Bogor No.295, Kel. Citeureup Asri, Kec. Citeureup, Kab.Bogor, Jawa Barat. Salah satu
bentuk komitmen dan tanggung jawab kepada pengguna jasa, PT. Covid Hansani berusaha
memberikan keamanan dan keselamatan kerja pada setiap proyek yang dikerjakan yaitu
salah satunya dengan menerapkan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 sehingga
keselamatan dan kesehatan kerja dapat berjalan dengan baik dan memberikan kepuasan
kepada seluruh pengguna jasa.
PT. Covid Hansani telah memiliki kebijakan K3 yang ditanda tangani Direktur Utama,
namun kebijakan tersebut belum disosialisasikan kepada karyawan, tamu maupun
subkontraktor. Perusahaan baru saja membentuk P2K3 dan telah disahkan oleh Disnaker
Provinsi Jawa Barat tanggal 29 Maret 2017, namun untuk sekretaris P2K3 baru saja
diberikan training Ahli K3 Umum pada tanggal 1 April 2017.
Perusahaan belum menyediakan papan informasi K3, baik dikantor pusat maupun proyek
untuk keperluan sosialisasi terkait K3 bagi tenaga kerja, kontraktor dan pelanggan lainnya.
Untuk pekerjaan di ketinggian belum dilaksanakan secara konsisten sehingga masih
terdapat tempat kerja yang berbahaya seperti ada beberapa area yang belum terdapat
handrail dan safety line termasuk tangga yang digunakan pekerja. Terdapat beberapa
pekerja proyek yang bekerja tidak menggunakan safety shoes maupun masker. Fasilitas
toilet dan kamar mandi untuk pekerja belum memadai dengan rasio pekerja saat bekerja.
APAR diletakkan diatas lantai, tanda APAR yang dipasang pada tiang kolom belum ada
dan belum dilakukan inspeksi secara berkala.
Telah terdapat kotak P3K beserta isinya yang ditempatkan di area kerja, prosedur keadaan
darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta diketahui oleh seluruh tenaga kerja
di perusahaan. Petugas P3K belum memiliki lisensi sebagaimana dipersyaratkan peraturan
Permenaker No. 15 tahun 2008.
Perusahaan baru saja melaksanakan pengukuran oleh laboratorium pihak ketiga pada
tanggal 1 Maret 2017, aspek yang diukur yaitu : udara ambien di lokasi proyek;
pencahayaan (2 titik) di kantor. Namun untuk beberapa faktor fisika lainnya belum
dilakukan pengukuran. Masih kurangnya pelabelan terhadap bahan kimia berbahaya yang
ada di proyek dan workshop.
Perusahaan telah melakukan audit internal yang dilakukan oleh karyawan yang belum
mempunyai sertifikat auditor internal SMK3. Manager dan supervisor di proyek belum
menerima pelatihan – pelatihan terkait K3 sesuai dengan tanggung jawab masing – masing
personil. Tower crane dioperasikan oleh petugas yang sudah memiliki lisensi K3 yang
dikeluarkan oleh Disnaker setempat, namun belum ada schedule pemeriksaan dan
pengujian berkala.
Tugas :
1. Carilah temuan audit dari kondisi penerapan SMK3 di PT. Covid Hansani.
2. Buat Laporan audit internal SMK3 sesuai PP No. 50 Tahun 2012 (kriteria yang lain
boleh diasumsikan telah sesuai)

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 135


BAB III
PENUTUP

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003


pasal 87 dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 bahwa penerapan SMK3
wajib bagi setiap perusahaan. Penerapan SMK3 dapat dinilai melalui pelaksanaan
audit yang dapat dilakukan secara internal oleh perusahaan sendiri maupun
eksternal yang dilakukan oleh lembaga audit yang independen.
Hasil audit eksternal disampaikan kepada Menteri Ketenagakerjaan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan antara lain pembinaan dan
penghargaan.
SMK3 adalah salah satu obyek pengawasan yang bersifat normatif sehingga
ditaatinya peraturan tersebut harus diawasai oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan.

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 136


DAFTAR PUSTAKA

1. Anton, Thomas K, 1989, Occupational Safety & Health Management, Second


Edition, Mc Graw – Hill International Edition, Singapore.
2. Ashfahl Ray, C, 1990, Industrial Safety and Health Management, Practice Hall,
Englewood, Cliffs, New Jersey.
3. Charles D. Reese, 2001, Accident / Incident Prevention Techniques, London.
4. Dit. PNK3, Ditjen Binwasnaker dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan, 2020,
Himpunan Peraturan Perundangan K3, Jakarta
5. Ditjen PPK, 2008. Peraturan Perundangan dan Pedoman Teknis SMK3, Program
Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja.
6. Glendon A. Lan & Mc. Kenna, Eugene F, 1995, Human Safety and Risk
Management, Chapman & Hall
7. Jean Cross, Prof, 1998, Risk Management, Department of Safety Science UNSW,
Sydney, Australia
8. International Labour Office, Geneva, 1998, Encyclopedia of Occupational Health
and Safety, Volume 2, Third Edition, Genewa
9. Suma’mur, PK, 1997, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV,
Gunung Agung, Jakarta
10. a. BS 25999-1:2006: Business Continuity Management Part 1: Code of Practice
b. HB 436:2004 Risk Management Guideline
c. HB 205:2004 OHS Risk Management Handbook
d. ILO, Guidelines on occupational safety and health management systems, ILO-
OSH 2001, Geneva, International Labour Office, 2001.
e. ISO 31000:2009 Risk Management, Principles and Guidelines (AS/NZS
4360:2004 Risk Management)
f. ISO Guide 73: 2009 Risk Management, Vocabulary
g. ISO 45001:2018 Occupational Health and Safety Management System –
Requirements
h. ISO 19011:2002 Guidelines for quality and/or environmental management
systems auditing

Modul Pembinaan Auditor SMK3 | Direktorat Pengawasan Norma K3 | 137

Anda mungkin juga menyukai