Anda di halaman 1dari 55

Cover

ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN,


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS KOMUNIKASI,
INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK KABUPATEN
SERANG

TESIS
Diajukan sebagai salahsatu syarat untuk menyelesaikan
Program studi Magister Manajemen

(MUHAMMAD RIZKI ZUL HISYAM)


(55121110025)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TAHUN 2021-2022

I
ABSTRACT

II
ABSTRAK

III
LEMBAR PENGAJUAN

IV
LEMBAR PENGESAHAN

V
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................I
ABSTRACT..............................................................................................................II
ABSTRAK.............................................................................................................III
LEMBAR PENGAJUAN......................................................................................IV
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................V
DAFTAR ISI..........................................................................................................VI
DAFTAR TABEL...............................................................................................VIII
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................IX
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................X
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah............................................................................9
1.3. Rumusan Masalah.............................................................................10
1.4. Tujuan Penelitian...............................................................................11
1.5. Kontribusi Penelitian.........................................................................12
BAB II....................................................................................................................13
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN......................................13
2.1. Kajian Teori.......................................................................................13
2.1.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)...13
2.1.2. Penerapan Kebijakan K3................................................................14
2.1.3. Perlindungan Tenaga Kerja............................................................16
2.1.4. Lingkungan Kerja...........................................................................17
2.1.5. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).........................................................................17
2.1.6. Penetapan Kebijakan K3................................................................18
2.1.7. Perencanaan K3..............................................................................19
2.1.8. Pelaksanaan Rencana K3...............................................................20
2.1.9. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3............................................22
2.1.10. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3................................23
2.1.11. Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan .......
Kesehatan Kerja (SMK3).........................................................................24
2.1.12. Tujuan dan Manfaat Audit Pada Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).............................................25
2.2. Penelitian Terdahulu.........................................................................26
2.3. Kerangka Pemikiran..........................................................................33
BAB III...................................................................................................................35
METODE PENELITIAN.......................................................................................35
3.1. Paradigma Penelitian.........................................................................35
3.2. Desain/Strategi Penelitian.................................................................36
3.3. Definisi Konsep.................................................................................37
3.4. Situasi Sosial.....................................................................................39
3.5. Informan Kunci.................................................................................39

VI
3.6. Metode Sampling..............................................................................40
3.7. Metode Pengumpulan data................................................................41
3.8. Instrumen Penelitian..........................................................................42
3.9. Uji Instrumen.....................................................................................43
3.10. Keabsahan Data...............................................................................46
3.11. Metode Analisa Data.......................................................................48
Daftar Pustaka........................................................................................................50

VII
DAFTAR TABEL

VIII
DAFTAR GAMBAR

IX
DAFTAR LAMPIRAN

X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah berevolusi di beberapa negara
baik melalui standar ataupun pedoman dalam pelaksanaanya. Dalam
menyeragamkan setiap perusahaan baik di industri maupun perkantoran dalam
mengaplikasian sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
penerapan dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga
kerja, peningkatan efisiensi serta kinerja bagi perusahaan dapat tercapai.
Berlandaskan hal tersebut maka terwujudlah sistem dan di tetapkanlah peraturan
pemerintah yang mengatur tentang pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.
Berdasarkan PP No 50 Tahun 2012, keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan semua kegiatan dalam menjamin serta melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja dan
gangguan kesehatan akibat kerja. Selanjutnya sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) adalah suatu bagian dalam sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam mengendalikan resiko yang berhubungan dengan
kegiatan kerja agar terwujudnya tempat kerja yang aman, produktif, dan efisien.
Berdasarkan data yang di publikasikan oleh Kementrian Ketenagakerjaan
(KEMNAKER) Indonesia pada tahun 2020, sebanyak 57,5% dari total 126,51 juta
penduduk yang bekerja di indonesia, mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.
Berdasarkan hal tersebut diindikasikan bahwa pendidikan yang rendah
mengakibatkan rendahnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya penerapan
budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). hal tersebut dapat mempengaruhi
perusahaan dalam segi biaya akibat resiko kecelakaan kerja yang terjadi di
perusahaan.
Direktur pelayanan BP jamsostek Roswita Nilakurnia pada Rabu
(1/9/2021) mengutarakan bahwa paling banyak urutan kecelakaan kerja terjadi

1
pada pagui hari sekitaran pukul 06.00 sampai 12.00, dan sebanyak 65,89%
kecelakaan kerja terjadi di dalam ruang lingkup perusahaan, 25,77% kecelakaan
di lalulintas, dan sisanya 8,33% berada di luar lokasi kerja. Klaim jaminan
kecelakaan kerja terbesar berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu sebesar 13.394
kasus atau sebanyak 18,26% dari total jaminan kecelakaan kerja nasional (JKK)
yang mencapai 73,366 kasus, lalu posisi kedua terbesar di pegang oleh Jawa
Timur dengan klaim JKK sebesar 12,994 kasus, yaitu sebesar 17,71% total klaim
nasional. Direktur pelayanan BP jamsostek juga mengutarakan hingga bulan
Agustus 2021 terdapat jumblah klaim JKK nasional sebesar 73.366 kasus, dari hal
tersebut BP jamsostek telah mengeluarkan 1,04 triliun sebagai manfaat serta
kompensasi terhadap korban.
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin
mengalami peningkatan, hal inilah yang melandasi terjadinya muncul K3 di
indonesia. Dalam undang undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya di terapkan di industri tetapi juga harus di terapkan di
perkantoran. Mengingat tentang pentingnya penerapan K3 maka di butuhkan juga
sarana serta prasarana yang berguna untuk menunjang dalam penerapan K3 di
berbagai lini perusahaan di indonesia. Mengenai faktor pelaksanaan K3 maka di
perlukan juga penerapan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) sebagai bentuk
pencegahan terhadap kesalahan pekerja yang dapat mengakibatkan fatalnya akibat
dari kesalahan yang terjadi.
Data kecelakaan kerja di indonesia sebetulnya masih di penuhi dengan
banyak misteri tentang keaktualan atau ketepatan data yang di publikasikan
mengingat luas serta banyaknya daerah dan kepulauan yang dimiliki oleh negara
indonesia, data yang banyak di tinjau serta menjadi dasaran dari kondisi K3 di
indonesia merupakan data yang berasal dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) ketenanaga kerjaan, melalui halama resmi dari BPJS ketenagakerjaan, di
beritahu bahwa JKK memberikan jaminan perlindungan terhadap resiko resiko
kecelakaan yang terjadi ketika kerja. BPJS ketenagakerjaan juga memberikan
manfaat berupa jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bahkan ketika terjadinya
kecelakaan saat pulang dan pergi saat bekerja. Para perusahaan di indonesiapun di

2
tuntut untuk selalu melakukan pelaporan terkait K3 secara aktual dan cepat
apabila terjadinya sebuah insiden di perusahaanya dengan durasi maksimal
pelaporan selama 2 X 24 jam setelah berlangsungnya kejadian.

Gambar 1.1. Grafik Angka Kecelakaan Kerja dan Kematian

GRAFIK ANGKA KECELAKAAN KERJA DAN


KEMATIAN TAHUN 2016-2021 DI INDONE-
SIA
8,000 250,000

7,000 182,000 225,000


200,000
6,000 157,313

123,040
5,000
4,500 150,000
101,367
4,000 3,640 82,000
3,146
3,000 100,000
3,000
2,382
2,000 1,640
50,000
1,000

- -
2016 2017 2018
Sumber: sambutan bulan K3 nasional oleh kementrian ketenagakerjaan RI 2019 2020 2021

kematian kasus

Grafik di atas berisikan data angaka kasus kecelakaan kerja serta angka
kematian diakibatkan kerja yang di dapatkan dari sambutan bulan K3 Nasional
serta data BPJS TK. Pada Tahun 2018-2021 belum di temukan adanya data terkait
data kematian akibat kerja sehingga jika melihat dari trenya berinterfal sebesar
2%, dari hal tersebut dapat di perkirakan data kematian akibat kerja berada di
kisaran 3.000-4.500 angka kematian pada setiap tahunya. Berdasarkan data
tersebut memang banyak hal masih perlu dilakukan verifikasi terkait kebenaran
data sehingga meminimalkan opini negatif dari masyarakat. Dari grafik tersebut
dapat dilihat pada Tahun 2020 terdapat peningkatan secara signifikan terkait kasus
kecelakaan kerja serta kasus kematian, hal ini diperkirakan akibat dari pandemi

3
COVID-19 yang melanda sepanjang tahun 2020. pada Tahun 2021 terjadi
penurunan secara drastis terkait kasus kcelakaan serta kematian kerja, hal ini juga
di perkirkan efek sudah teratasinya kasus COVID-19 di Indonesia serta
banyaknya perusahaan yang melakukan sistem work from home (WFH) bahkan
sampai menutup sementara perusahaanya.
Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 370
juta kasus kecelakaan kerja dengan 3 juta diantaranya merupakan kasus yang
menyebabkan kematian. Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh International
Labour Organization (ILO) disimpulkan bahwa dalam setiap harinya terdapat
6.000 orang yang meninggal dunia hal ini sama dengan setiap 15 detik terdapat 1
orang yang meninggal dunia, dan secara keseluruhan terdapat 350.000 pekerja
yang meninggal akibat sakit yang dialami ketika bekerja, ILO juga mengutarakan
bahwa kasus kecelakaan dan sakit di tempat kerja menghasilkan lebih banyak
korban dari pada Perang Dunia.
The Occupational Safety and Health Administration (OHSA) menyatakan
dalam upaya menekan angka korban kecelakaan yang terjadi di industri, maka
kasus kecelakaan yang terjadi di suatu industri harus di tetapkan sebagai kasus
kriminal bisnis yang dimana pemilik dan manajer perusahaan harus
mempertanggung jawabkanya. Memberikan perhatian serta empati yang lebih
terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja kerja merupakan suatu
keharusan bagi pemilik perusahaan serja jajaran manajemennya agar terwujudnya
lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi para pegawai di perusahaanya. Dalam
aktualnya masih banyak terjadinya kecelakaan kerja bahkan sampai terjadinya
beberapa kasus yang menyebabkan kematian atau menjadi cacat fisik bagi
pekerjanya, hal ini di sebabkan kurangnya peran pemilik perusahaan serta
manajemenya dalam memperhatikan kesehatan keselamatan kerja di perusahaan
serta kurangnya dalam pengetahuan para pegawainya dalam hak-hak merekan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Dari hal tersebut maka penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menajadi salah satu hal yang utama
dalam perusahaan karena dapat membawa dampak yang buruk baik dari segi
legalitas perusahaan maupun segi kinerja karyawanya.

4
Tabel 1.1. OSHA Inspection Statistics
OSHA
Inspection
Statistics 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Total 31,948 32,408 32,023 33,393 21,710 24,333
Inspections
Total 12,731 14,377 13,956 14,900 8,729 10,584
Programmed
Inspections
Total 19,217 18,031 18,067 18,493 12,981 13,749
Unprogramme
d Inspections
Fatality/ 890 837 941 919 1,498 1,386
Catastrophe
Inspections
Complaints 8,870 8,249 7,489 7,391 4,592 4,955
Inspection
Referrals 6,691 6,286 6,463 6,718 4,810 5,310
Other 2,766 2,659 3,174 3,465 2,081 2,098
Unprogramme
d Inspections
Sumber; OSHA inspection statistic 2021

Dari tabel di atas yang didapatkan dari OHSA inspections statistic, dapat
dilihat terdapat kenaikan angka inspeksi yang terkait dengan angka kecelakaan
kerja dari 2016 sampai dengan tahun 2019, yang kemudian terjadinya penurunan
di tahun 2020 lalu kembali naik di tahun 2021, pada Tahun 2021 terindikasi
terdapat 24.333 inspeksi yang terjadi dimana terdapat 13.749 total dari inspeksi

5
yang belum terprogramkan terkait dengan OHS, hal ini setara dengan 43% dari
total inspeksi yang telah dilakukan.
Dalam tujuan terwujudnya lingkungan kerja yang sehat, aman, dan
nyaman bagi para pekerja yang bekerja didalamnya perlu di lakukanya
standarisasi terkait hal ini, dimana keamanan serta kesehatan merupakan motto
yang harus di junjung tinggi oleh setiap perusahaan. Dalam penerapanya terdapat
beberapa standar yang sudah diakui baik secara nasional maupun internasional,
dalam standar keselamatan dan kesehatan kerja biasa di sebut sebagai sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau yang biasa di sebut (SMK3).
standar penerapan yang mengatur tentang SMK3 tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No.50 2012 yang berlaku secara nasional dan bersifat wajib
penerapanya apabila perusahaan tersebut beroprasi di wilayah Negara Republik
Indonesia, dan standar secara Internasional diatur dalam ISO 45001 dan OHSAS
18001, sebagai baku yang di percaya secara internasional oleh seluruh Negara.
Occupational Health and Safety Assesesment Series -18001 (OHSAS)
merupakan standar internasional dalam suatu sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. OHSAS 18001memiliki tujuan yang beriringan dengan SMK3
milik permenaker. Dalam hal ini OHSAS juga bergerak dalam perlindungan bagi
para pekerja terhadap sesuatu yang tidak diharapkan ketika sedang bekerja yang
akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya akan
timbul pengaruh buruk bagi perusahaan baik dari dampak luar seperti
tercorengnya nama baik perusahaan itu sendiri maupun dari faktor internal sendiri
berupa menurunya angka produktifitas kerja yang berakibat keuntungan yang
seharusnya di dapatkan perusahaan berkurang.
Dalam menerapkan suatu standar dalam implementasi OHSAS 18001
terdapat beberapa komponen serta faktor utama yang harus di penuhi terlebih
dahulu, diantaranya:
1. Komitmen dari seluruh jajaran manajemen perusahaan dalam menjalankan
mmanajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Melakukan perencanaan serta analisa terhadap Program SMK3
3. Menerapkan serta menjalankan SMK3

6
4. Melakukan koreksi serta evaluasi terhadap pelaksanaan sistem manajemen K3
5. Melakukan tinjauan pada manajemen perusahaan tentang pengaplikasian serta
penerapan kebijakan SMK3 agar dapat berjalan secara terus menerus.
Dalam melakukan penyusunan sesuai dengan ketentuan OHSAS terdapat
tujuh tahapan, diantaranya:
1. Melakukan identifikasi terhadap resiko mulai dari hal terkecil serta dampak dan
bahayanya terhadap lingkungan
2. Melakukan penyesuaian serta penerapan ketentuan terhadap Undang Undang
serta aturan hukum yang berlaku
3. Melakukan penentuan sasaran perusahaan dalam mengaplikasikan program
4. Melakukan penerapan bagi seluruh komponen perusahaan
5. Menyusun rencana dalam mengantisipasi terhadap insiden darurat ketika proses
operational
6. Melakukan peninjauan terhadap target pelaksanaan
7. Menerapkan kebijakan terkait OHSAS
International Organization for Standarization (ISO) merupakan suatu
organisasi yang melakukan standarisasi terhadap segala sesuatu yang memiliki
ukuran dalam menetapkan standarnya, dalam hal standarisasi terkait SMK3 ISO
mengeluarkan stadar berupa ISO 45001 dengan suatu tujuan dalam penekanan
angka potensi resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kematian atau kecatatan
anggota tubuh, yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasional suatu
organisasi atau perusahaan.
ISO 45001 memiliki tujuan umum supaya pebisnis, pegawai ataupun
perusahaan, serta seluruh pengunjung dapat terhindar dari segala macam bahaya
serta resiko yang dapat terjadi ketika melakukan aktifitas oprasional perusahaan.
Dan juga tujuan lain yang dimiliki oleh ISO 45001 yaitu:
1. Agar dapat meminimalkan segala bentuk kegagalan dalam keselamatan dam
juga kesehatan yang berada dalam undang-undang K3
2. Mencegah terhadap resiko kematian, cedera, dan sakit yang diakibatkan
aktifitas oprasional kerja
3. Menjamin kesehatan dan keselamatan para pegawai perusahaan

7
4. Dapat meningkatkan kinerja pegawai dilandasi atas kepercayaan pegawai
terhadap kesehatan serta keselamatan di tempat kerjanya
Pengaplikasian terhadap ISO 45001 mampu membangun citra baik perusahaan
baik dimata pelanggan maupun karyawan, dengan begitu keuntungan yang di
dapatkan karyawan dapat meningkat dengan cara menerapkan ISO 45001.
Pada peraturan daerah No 11 tahun 2016 yang mengatur tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah Kabupaten Serang, yang kemudian
mendapatkan perubahan pada peraturan Daerah No 10 Tahun 2018, pada
perubahan itu terdapat penambahan beberapa penambahan Organisasi daerah di
lingkungan pemerintah Kabupaten Serang, salah satu penambahan tersebut
termasuk adanya penambahan Dinas Komunikasi dan Informatika, Statitik dan
Persandian (DISKOMINFOSATIK), bertugas dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang Komunikasi, Informatika, Statisk dan persandian.
DISKOMINFOSATIK jika dilihat dari waktu pembentukan merupakan
salah satu dinas yang terbilang cukup masih baru tetapi memiliki peranan yang
cukup vital melihat dari segi perkembangan tekhnologi yang terus berkembang
serta kebutuhan media sosial yang menjadi muka bagi seluruh instansi
pemerintahan terhadap masyarakat yang dinaungi, serta zaman sekarang
kebutuhan terhadap sarana serta pra sarana yang banyak dibutuhkan baik dikantor
pemerintahan maupun oleh masyarakat terkait penyediaan layanan terkait internet.
Dalam memenuhi kebutuhan terkait internet ini DISKOMINFOSATIK Kabupaten
serang terus mengupayakan yang terbaik untuk membangun infrastruktur baik di
dalam ruang lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun terhadap
masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Serang, melihat dari peta geologisnya
Kabupaten serang masih memiliki banyak pedesaan serta daerah daerah yang
terdiri dari perkampungan, tetapi hal tersebut tidak menjadi halangan bagi
pemerintah Kabupaten Serang untuk terus menyediakan layan khususnya di
infrastruktur internet.

1.2. Identifikasi Masalah

8
Dalam prosesnya DISKOMINFOSATIK ini di dukung juga oleh para
pegawai yang turut ikut serta dalam pembangunan serta penerapan era digitalisasi
di Kabupaten serang, meilihat dari hal tersebut maka DISKOMINFOSATIK harus
memperhatikan kinerja serta keselamatan, keamanan, dan kesehatan para
pegawainya, hal ini juga di perkuat dari tugas karyawanya yang sebagian bertugas
sebagai maintenance jaringan yang mengharuskan mereka menaiki atap atap
perkantoran ataupun menaiki tower sinyal demi menciptakan infrastruktur
jaringan yang baik dan menunjang pekerjaan dari seluruh Kedinasan yang berada
di daerah Kabupaten serang. Resiko resiko yang dapat ditibulkan dari menaiki
tower dan maintenace jaringan ini berkaitan erat dengan kesehatan serta risiko
yang dapat menibulkan bahaya dan dapat menimbulkan efek buruk
DISKOMINFOSATIK Kabupaten Serang baik dari segi nama baik pemerintahan
yang dapat menjadi negatif dimata masyarakat dan juga dari segi kinerja yang
dapat menurun yang menyebabkan tidak tercapainya target dari suatu kedinasan.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu diadakan tinjauan lebih jauh
terkait tentang Sistem Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan
kerja DISKOMINFOSATIK Kabupaten Serang. DISKOMINFO telah melakukan
penerapan SMK3 di lingkungan perkantoranya hal ini dapat dilihat dari pelaporan
tahunan yang dilakukan oleh DISKOMINFOSATIK kepada Dinas Ketenaga
Kerjaan tetapi masih dirasa belum maksimal, hal ini dapat di lihat dari masih blum
maksimalnya penerapan Alat Pelindung Diri (APD) ketika sedang melakukan
maintenance, serta masih dilihat kurangnya ruang lingkup perkantoran yang sehat
dan ideal bagi para pegawainya.
Berdasarkan beberapa fakta di lapangan maka untuk melakukan
optimalisasi terhadap kinerja karyawan dapat dilakukan Implementasi Sistem
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di DISKOMINFOSATIK
Kabupaten Serang sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatn kerja.

1.3. Rumusan Masalah

9
Melihat dari latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya tentang
permasalahan yang akan timbul apabila penerapan terhadap Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) di lingkungan Pemerintahan Daerah
khususnya di Dinas Komunikasi, Informasi, Persandian, dan Statistik
(DISKOMINFOSATIK) yang akan menimbulkan hancurnya nama baik
DISKOMINFOSATIK serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan yang akan
turun apabila sampai terjadi suatu insiden yang tidak diinginkan. Capaian dari
penelitian ini adalah evaluasi sistem manajemen K3 di DISKOMINFOSATIK
Kabupaten Serang dengan sistem manajemen K3 yang ada pada Peraturan
Pemerintah No 50 Tahun 2012. Implementasi yang dilakukan meliputi penerapan
penggunaan APD, dan manajemen risiko serta manajemen tanggap darurat.
Berdasarkan uraian pada latar belakang dengan judul pada penelitian
yaitu, Analisa implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja di Dinas
Komunikasi, Informasi Persandian, dan Statistika Kabupaten Serang. Maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Seberapa besar tingkat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Analisa implementasi
Keselamatan, Kesehatan Kerja di Dinas Komunikasi, Informasi
Persandian, dan Statistika Kabupaten Serang?
b. Faktor apa saja yang menjadi penyebab tidak terpenuhnya
penerapan dalam melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) padaAnalisa implementasi
Keselamatan, Kesehatan Kerja di Dinas Komunikasi, Informasi
Persandian, dan Statistika Kabupaten Serang?
c. Bagaimana tindakan respon perbaikan/iprovement dalam upaya
melakukan pemenuhan penerapan pada Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Analisa
implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja di Dinas
Komunikasi, Informasi Persandian, dan Statistika Kabupaten
Serang

10
1.4. Tujuan Penelitian
Secara khusus tujuan dari penelitian terkait pengimplementasian
SMK3 ini adalah untuk:

1. Mengetahui tingkat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3) pada Analisa implementasi Keselamatan,
Kesehatan Kerja di Dinas Komunikasi, Informasi Persandian, dan
Statistika Kabupaten Serang yaitu dengan melakukan sistem Audit
mengacu pada peraturan perundang-undangan berdasarkan PP No.50
Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3.

2. Megetahui faktor penyebab tidak terpenuhnya penerapan dalam


melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada Analisa implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja di
Dinas Komunikasi, Informasi Persandian, dan Statistika Kabupaten
Serang berdasarkan persayaratan peraturan perundang- undangan.

3. Mendapatkan tindakan respon untuk melakukan perbaikan/


improvement dalam upaya melakukan pemenuhan penerapan pada
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
Analisa implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja di Dinas
Komunikasi, Informasi Persandian, dan Statistika Kabupaten Serang
sesuai peraturan perundang-undangan.

11
1.5. Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini dari sisi teoritis Kegiatan penelitian ini
diharapkan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, khusunya
dalam bidang pendidikan pada penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).Sebagai salah satu sarana untuk melatih dalam
pembuatan suatu karya tulis ilmiah serta dapat menerapkan berbagai ilmu dan
pengetahuan yang telah diterima dalam dunia konstruksi selama mengikuti masa
pendidikan
Kontribusi penelitian ini dari sudut pandang praktis adalah,
A. Manfaat Bagi Pemerintahan
Dampak dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
referensi serta bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagai
sarana antisipasi masalah serta kendala didalam penerapan atau
pengimplementasikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3)
B. Manfaat Bagi Institusi
Dampak dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan keilmuan serta dapat menjadi bahan referensi terhadap penelitian
lainya khususnya terkait Implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat lainya
C. Manfaat Bagi Karyawan
Diharapkan dampak dari penelitian ini terhadap karyawan serta
pihak manajemen dapat menaikan produktivitas serta kinerja di
lingkungan kedinasan dengan implementasi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Bersumber pada PP Nomor. 50 Tahun 2012, SMK3 ialah bagian dari


sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kagiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang nyaman, efektif serta produktif. Keselamatan Kesehatan
Kerja( K3) ialah segala aktivitas untuk menjamin serta melindungi para
tenaga kerja melalui upaya pencegahan musibah serta penyakit akibat
kerja.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) dilakukan berdasarkan kebijakan Nasional sebagai pedoman
dalam menerapkan SMK3. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya, ketentuan daiantaranya adalah:
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang;
atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Penerapan SMK3 bagi pelaku usaha/jasa wajib berpedoman pada
peraturan pemerintah dan ketentuan sesuai dengan perundang-undangan
serta dapat memperhatikan konvensi atau standar nasional. Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegerasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja serta penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/atau
serikat buruh.
3. Meciptakan tempat kerja yang aman, nayaman dan efisien untuk
mendorong produktivitas.

13
2.1.2. Penerapan Kebijakan K3

Melaksanakan penerapan kebijakan K3 secara efisien ialah


dengan meningkatkan keahlian dan mekanisme pendukung yang
dibutuhkan dalam mencapai suatu kebijakan, tujuan serta target K3 pada
suatu tempat kerja harus mengintegrasikan sistem manajemen
perusahaan yang sudah ada, pada sesi ini butuh dicermati oleh industri
antara lain yaitu:

1. Jenis Kemampuan
a. Sumberdaya manusia, fisik dan finansial
b. Integrasi
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat
d. Konsultasi, motivasi dan keterampilan

2. Dukungan dan Tindakan


a. Komunikasi
b. Pelaporan
c. Dokumentasi
d. Pengendalian dokumen
e. Pencatatan manajemen operasi
f. Melakukan Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian
Risiko
g. Identifikasi sumber bahaya
h. Penilaian risiko
i. Tindakan pengendalian
j. Perencanaan dan rekayasa
k. Pengendalian administratif
l. Melakauakan tinjauan ulang kontrak

14
m. Pembelian
n. Prosedur tanggap darurat atau bencana
o. Prosedur menghadapi insiden
p. Prosedur rencana pemulihan

3. Pengukuran dan Evaluasi


a. Inspeksi dan pengujian
b. Audit SMK3
c. Tindakan perbaikan dan pencegahan

4. Tinjauan oleh Pihak Manajemen

a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan,


kesehatan kerja dan lingkungan
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan
c. Hasil temuan audit sistem manajemen K3
d. Evaluasi efektivitas penerapan SMK3L dan kebutuhan dalam
mengubah sistem manajemen K3 sesuai dengan:
1) Perubahan peraturan perundangan

2) Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar

3) Perubahan produk dan kegiatan perubahan

4) Perubahan struktur organisasi perusahaan

5) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


termasuk epidemologi
6) Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan
kesehatan kerja
7) Pelaporan

8) Umpan balik yang khususnya dari


tenaga kerja. (Pangkey, 2012)

15
2.1.3. Perlindungan Tenaga Kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi berbagai aspek-aspek yang
cukup luas, yaitu perlindungan dari segi fisik yang mencakup
perlindungan keselamatan dari kecelakaan kerja, sebagaimana telah
ditegaskan pada UU Nomor 13 Tahun 2003 yaitu tentang
Ketenagakerjaan dalam Pasal 86 ayat (1), yang mana setiap tenaga kerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan; dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-
nilai dalam agama.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja dapat secara
aman dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas pekerjaanya.Lingkungan Kerja.
Potensi bahaya yang berasal dari luar ataupun terletak didalam
lingkungan, yang bersumber dari proses produksi( konstruksi) termasuk
bahan baku( material), baik produk ataupun hasil akhir (Tarwaka, 2014).
Lingkungan yang mengacu pada kondisi tempat kerja, kelembaban,
temperatur, kebisingan, hawa dan mutu pencahayaan ialah sesuatu contoh
aspek dari area kerja (ILO, 2013).
Keadaan tidak aman (Unsafe Condition) ialah keadaan pada area
kerja meliputi alat, material ataupun lingkungan yang membahayakan,
kondisi yang dimaksud antara lain merupakan lantai yang licin, tangga
yang rusak ataupun patah, penerangan di area kerja yang kurang baik, serta
kebisingan yang melampaui batasan aman yang diperkenankan (Ramli,
2010). Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
1. Pralatan sudah tidak layak pakai.
2. Pengamnan yg tidak setandar
3. Terpapar bising yang berlebih dan radiasi
4. Pencahyaan yag kurang atau berlbihan.
5. Sistem pada pringatan yg berlebihan.

16
2.1.4. Lingkungan Kerja
Potensi bahaya yang berasal dari luar ataupun terletak didalam
lingkungan, yang bersumber dari proses produksi( konstruksi) termasuk
bahan baku( material), baik produk ataupun hasil akhir (Tarwaka, 2014).
Lingkungan yang mengacu pada kondisi tempat kerja, kelembaban,
temperatur, kebisingan, hawa dan mutu pencahayaan ialah sesuatu contoh
aspek dari area kerja (ILO, 2013).
Keadaan tidak aman (Unsafe Condition) ialah keadaan pada area
kerja meliputi alat, material ataupun lingkungan yang membahayakan,
kondisi yang dimaksud antara lain merupakan lantai yang licin, tangga
yang rusak ataupun patah, penerangan di area kerja yang kurang baik, serta
kebisingan yang melampaui batasan aman yang diperkenankan (Ramli,
2010). Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
1. Pralatan sudh tidk layk pkai
2. Pngamnan yg tidk setandar
3. Terpapar bising yang berlebih dan radiasi
4. Pencahyaan yag kurng atau berlbihan
5. Sisstem pda pringatan yg berlebihan.

2.1.5. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3)

Pada dasarnya pertimbangan dalam penerapan SMK3 terdapat pada


tingkat risiko dan berkaitan dengan suatu proses operasi/ produksi yang
terdapat pada lingkungan kerja, semakin besar tingkat risiko kecelakaan
kerja, maka penerapan SMK3 akan lebih intensif dilaksanakan untuk
memelihara agar tempat/ lingkungan kerja lebih aman, sehat dan produktif
(Tarwaka, 2014).
Berdasarkan PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pedoman dalam
melakukan penerpan SMK3 setiap perusahaan wajib melaksanakan:

17
2.1.6. Penetapan Kebijakan K3
Terdapat 7 kriteria kebijakan K3 yang digunakan dan dapat
diterapkan oleh suatu perusahaan yaitu dengan melalui beberapa
persyaratan diantaranya adalah:
a. Sesuai berdasarkan sifat dan skala risiko K3 Organisasi

b. Komitmen yang mencakup peningkatan berkelanjutan

c. Adanya komitmen untuk memenuhi ketentuan K3 yang berlaku


dan persyaratan lainnya dan telah ditentukan oleh organisasi
d. Melakukan dokumentasi dan diimplementasikan serta dipelihara

e. Disebarluaskan kepada seluruh pekerja, agar dapat dipahami oleh


pekerja terkait maksud dan tujuan kebijkan K3
f. Terdapat pada/dari pihak lain yang terkait

g. Melakukan peninjauan ulang secara berkala untuk dapat


memastikan bahwa masih relevan dan sesuai dengan organisasi
Penetapan kebijakan K3 perusahaan yang mengacu pada peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), diantaranya adalah:
1. Terdapat kebijakan K3 dinyatakan secara tertulis, tertanggal dan
ditanda tangani oleh pengurus dan memuat keseluruhan visi serta tujuan
perusahaan, komitmen dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh. Kebijakan perusahaan harus selalu
dilakukan peninjauan ulang atau di review untuk meningkatkan kinerja
K3 yang diterapkan oleh perusahaan. (Tarwaka, 2014)
2. Menyediakan sumber daya yang memadai Komitmen dari pimpinan
(top management) terhadap K3 dan diwujudkan dalam bentuk:
a) Posisi Penempatan organisasi K3 strategis

b) Terdapat anggaran biaya sebagai sarana pendukung lainnya bagi


tenaga kerja dan dalam bidang K3

18
c) Tanggung jawab, wewenang dan kewajiban pekerja secara jelas

d) Terkoordinasinya Perencanaan K3 Melakukan Penilaian terhadap


kinerja dan tindak lanjut K3

3. Kondisi K3 pada perusahaan yaitu dilakukanny Tinjauan awal (initial


review) dengan cara:

a) Melakukan perbandingan berdasarkan pada ketentuan yang berlaku


(pedoman SMK3) yaitu dengan cara melakukan Identifikasi pada
kondisi yang sudah ada, sebagai bentuk upaya terhadap melakukan
pemenuhan pada peraturan perundangan yang berlaku.
b) Melakukan asessmen/Identifikasi terhadap bahaya pada tempat/lokasi
kerja

c) Melakaukan penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundang-


undangan dan standar K3
d) Melakaukan peninjauan terhadap sebab dan akibat
kejadian yang membahayakan, kompensasi kecelakaan dan
gangguan yang terjadi
e) Peninjauan pada penilaian K3 berdasarkan dari hasil sebelumnya

f) Melakukan penilaian terhadap efesiensi dan efektifitas pada


sumberdaya yang telah disediakan.
2.1.7. Perencanaan K3
1. Penyusunan rencana K3 bagi pengusaha harus berdasarkan:
a) Hasil penelaahan awal

b) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

c) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

d) Sumber daya yang dimiliki

Pengusaha dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli K3,


Panitia Pembina K3, wakil pekerja/ buruh, serta pihak lain yan terkait.
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:

19
a) Tujuan serta sasaran

b) Sekala perioritas

c) Upaya dalam melakukan pengendalian sumber bahaya

d) Penetapan pada sumberdaya

e) Jangka waktu pelksanaan kegiatan Indiktor pencapaian Siystem


pertanggungg jawban.

2.1.8. Pelaksanaan Rencana K3

Mengacu pada pelaksanaan rencana K3 dan didukung oleh prasarana


dan sarana sumberdaya manusia dibidang K3 yang dilakukan oleh
perusahaan diantaranya harus memiliki:
1) Buktikan dengan sertifikat Kompetisi kerja

2) Dibuktikan dengan surat izin kerja/ operasi dan/ atau surat


penunjukan dari instansi yang berwenang terhadap Kewenangan
dibidang K3, Sedangkan;
Sarana dan prasarana yang dimaksud ialah:

1) Tanggung jawab Organisasi/ unit di bidang K3

2) Anggaran biaya yang memadai

3) Terdapat informasi, dan pelaporan serta prosedur operasi/ kerja,


dan pendokumentasian
4) Terdapat Isntruksi kerja.

Kegiatan dalam pelaksanaannya dalam melakukan pemenuhan


pesyaratan yang dilakukan oleh pengusaha paling sedikit ialah meliputi:
1) Melakukan tindakan pengendalian

2) Perencanaan dan rekayasa

3) Prosedur kerja serta instruksi kerja

4) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan

20
5) Pembalian atau pengadaan barang serta jasa

6) Produk akhir

7) Melakukan upaya menghadapi dalam suatu kecelakaan keadaan


darurat

8) Terdapat rencana dan pemulihan pada keadaan darurat

pengusaha dalam pelaksanaan kegiatannya harus:


1. Terdapat sumberdaya manusia dengan keahlian/ kompetnsi kerja dan
kewenangan yang sesuai dibidang K3
2. Terlibatnya sluruh pekerja.
3. Petnjuk K3 yang dibuat dan disusun harus dipatuhi oleh seluruh
pekrja yang berada di perusahaan, dan pihak lain yng terkait.
4. Membuat dan menyusun prosedur informasi.
5. Membuat prosedur pelaporan yng terdiri atas :

1) Pelporan trejadinya kecelakaan ditempat kerja.

2) Pelporan ketidksesuaian terhdap peraturn perundang-undangan


atau stndar yng berlaku.

3) Pelporan kinerja K3.

4) Pelaporn identifikasi sumber bahaya.

5) Pelapran berdasarkan perundang-undangan


6. Mendokumntasikn seluruh kegiaitan yang minimal harus melakukan
pendokumentasian pada:
a) Perturan perndang-undngan dan stndar K3.
b) indiktor kinerja K3.
c) Izin krja.
d) Hasil identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko.
e) Kegiatn pengendalian K3.
f) Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan.
g) Catatan pemantauan data.

21
h) Hasil pengkajian kecelakaan kerja dan tindak lnjut.
i) Identifikasi produk termasuk komposisinya.
j) Informasi mngenai pmasok dan kntraktor
k) Audit dan pninjaun ulanng SMK3

2.1.9. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Perantauan dan evaluasi kinrja K3 dilaksanakan di perusahaan


meliputi:
1. Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran

Harus ditetapkan dan dipelihara prosedur nya sesuai dengan tujuan


dan sasaran K3 serta frekuensi disesuaikan dengan objek mengacu pada
peraturan dan standar yang berlaku, secara umum meliputi:
a. Personil yang terlibat harus memiliki pengalaman dan keahlian

b. Catatan pemeriksaan harus terpelihara dan tersedia

c. Peralatan dan metode yang memadai

d. Tindakan perbaikan hrus dilkukan segera pda saat ditemukn ketidak


sesuaianPenyelidikn yg mmadai hrus dilaksankan untuk
menemukan peyebab permasalhan
e. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang

2. Audit Internal SMK3

Harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kefektifan


penerapan SMK3, dan dilaksanakan secara sistematik dan independen
oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunkan
metodelogi yang telah ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan
berdasrkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber
bahaya yang didaptkan ditempat kerja. Hasil temuan dari pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi kinerja seta audit SMK3 harus
disokumentasikan dan digunakan untuk melkukan tindakan perbaikan

22
serta pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3
dijamin pelaksaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak
manajemen.

2.1.10. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Menjamin kesesuaiyan dan keepektifan yng berkesimambungan


guna pencapayan tujuan SMK3, pengusaha dan/ atau pengurus
prusahaan atau tmpat krja harus:
1) Melakukkan tinjawan ulang terhdap penrpan SMK3 secara berkala;

2) Tinjawan ulang SMK3 harus dpat menngatasi implikasi K3


terhdap selruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk
dampakya terhdap kinerja perusahaann.
Tinjawan ulang penerpan SMK3 paling sdikit melputi:

1. Evaluasi terhdap kbijakan K3

2. Tujuan, ssaran dan kbijakan K3

3. Hasil temuan audit SMK3; dan

4. Evaluasi epektifitas penerpan SMK3, dan kebutuhan untk


pngembangan SMK3
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:

1. Perubahan praturan perundang-undanngan

2. Tuntutn dri pihak ynag terkait dan pasar

3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan

4. Perubahan stuktur organisasi perusahaan

5. Perkembangan ilmu pengtahuan dan teknologi, termasuk


epidemologi

6. Hasil kajian kecelakaann dan pnyakit akibat kerja

23
7. Adanya pelaporan; dan/atau

8. Adanya sasaran dari pekerja/buruh

2.1.11. Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3)

Penilaian penrapan SMK3 yang juga disebut audit merupakan


pemeriksaan secra sistematis dan independen terhdap pemmenuhan
kriteriya yng telah ditetapkan untuk mengukur suatu hsil kagiatann yag
telah direncankan dan dilaksankan dalam melakukan penrapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan
(Permenaker,2014).
Penilaian sebagaimana yang tercantum dalam PP No.50 Tahun 2012
pada pasal 16 ayat (3) Tentang Penerapan SMK3, dilkukan melalui Audit
SMK3 yng meliputi:
c. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;

d. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;

e. Pengendalaian perancangan dan peninjauan kontrak;

f. Pengendalian dokumen;

g. Pembelian dan pengendalian produk

h. Kemanan bekerja berdasarkan SMK3;


i. Standar pemantauan;

j. Pelaporan dan perbaikan kekurangan;

k. Pengelolaan material dan perpindahannya;

l. Pengumpulan dan penggunaan data;

m. Pemeriksaan SMK3; dan Pengembangan keterampilan dan


kemampuan.

24
2.1.12. Tujuan dan Manfaat Audit Pada Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Berdasarkan peraturan perundang-undangan PP No.50 Tahun 2012


Pasal 2 Tentang Penerapan SMK3 yaitu untuk menciptkan suatu sistem
K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan akibat kerja dengan tujuan terciptanya
tempat/lingkungan kerja yang aman, efisien serta produktif. Secara khusus
audit SMK3 memiliki tujuan sebaga berikut (Tarwaka, 2014):
1. Menilai secra keritis dan sistematis terhadap potensi-potnsi bahaya
yg berkaitan dngan proses produksi atau proses kerja yng ada si
tempat/ lingkungan kerja.
2. Memastikan bahwa K3 telah diterpkan oleh perusahaan sesuai
dngan peraturan perundanngan mauoun kbijakan perusahan.
3. Menenetukan kcelakaan dan kerugian terhadap aset-aset perusahaan.
Manfaat dari dilakasanakannya audit pada penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah sebagi
berikut:
1. Pihak manajemn dpat mengetahui terhadp kelemahan-kelemahan
unsur sistem oprasional sebelum timbul sebuah ganngguan
oprasional, kecelakaan, insiden dan kerugian lainnya.
2. Dapat diktahui gambaran secra jelas dan lengkap tentng knerja
K3 yang telah diterapkan oleh perusahaan.
3. Meningkatkn pemnuhan terhdap praturan perundangn di bidang
K3.
4. Meningkatkn pngetahuan, ketrampilan dan kesadarn tentang K3,
khussusnya bagi karywan yg terlibat daam pelaksanaann audit.
5. Dapat meningkatakan produktipitas kerja.

25
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

26
Varia
No Judul Jurnal Metode Hasil
bel
Faktor-faktor penyebab rendahnya penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) pada perusahaan bidang
ANALISIS FAKTOR
konstruksi seperti pemenuhan peraturan
PENGHAMBAT
perundangan, komitmen kebijakan K3, manusia
PENERAPAN SISTEM Metode yang
dan lingkungan serta anggaran dan keuangan.
MANAJEMEN K3 digunakan dalam
Di samping itu, safety culture atau budaya
SERTA LANGKAH penelitian ini yaitu
1 K3 keselamatan merupakan produk dari value
MENCIPTAKAN kualitatif dengan
individua tau sekelompok orang, attitude,
SAFETY CULTURE pendekatan
persepsi, kompetensi, dan pola tingkat laku yang
TERHADAP PT. deskriptif.
memperlihatkan komitmen dan bentuk
GUNANUSA UTAMA
implementasi K3. Dewasa ini, banyak
FABRICATORS
perusahaan besar yang sudah menerapkan atau
mengimplementasi safety culture demi menjaga
keberlangsungan proses produksi.
Teknik analisis
PENERAPAN deskriptif dilakukan
KESELAMATAN DAN dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi dan
KESEHATAN KERJA membandingkan manfaat penerapan K3 mencakup semua aspek
(K3) DI hasil penelitian yang dinyatakan dalam teori. Begitu juga
2 K3
LINGKUNGAN implementasi dengan langkah implementasi K3, BIB
KERJA INSEMINASI penerapan K3 melakukan seluruh tahapan penerapannya secara
BUATAN (BIB) dengan teori-teori tuntas
LEMBANG yang diperoleh dari
studi literatur.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor
FAKTOR-FAKTOR
pendorong dalam implementasi kebijakan K3RS
YANG
di RS X adalah sebagai berikut: 1) Komitmen
MEMPENGARUHI
Pimpinan, Bentuk komitmen tersebut tertuang
IMPLEMENTASI
dalam surat keputusan Direktur RS X tentang
KEPMENKES descriptive
3 K3 Implementasi K3RS di lingkungan Rumah Sakit
NO.1087/MENKES/SK/ qualitative
X. 2 ) Disposition / Commitment Para Pelaksana
VIII/2010 TENTANG
( Implementors ), komitmen yang dimaksud
KESELAMATAN DAN
adalah selalu menyelesaikan tugas yang
KESEHATAN KERJA
diamanahkan, selalu mengikuti kegiatan yang
DI RUMAH SAKIT
berhubungan dengan K3, rasa memiliki institusi.
Penerapan Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah 90%
Keselamatan, pegawai menyadari dan menerapkan cara kerja
Kesehatan Kerja (K3) yang ergonomis serta menggunakan alat
4 K3 Metode kialitatif
dengan pendekatan keselamatan kerja secara rutin sehingga mampu
ergonomi bekerja sama mendukung penerapan penerapan K3 di tempat
dengan mitra UKM kerja.
Hasil program pemeriksaan K3 dalam
pencegahan kecelakaan kerja di PT. Pura
Barutama Kudus dengan mengumpulkan
Implementasi program
pegawai yang berkompeten di bidang K3
pemeriksaan K3
dengan bimbingan 40 unsur. Pelaksanaan
5 sebagai pencegahan K3 Metode kialitatif
Inspeksi K3 (1 tahun 2x berarti 6 bulan sekali)
kecelakaan kerja di PT.
tim kelompok tanpa memandang unit (2 minggu
Pura Barutama Kudus
secara rutin). Klasifikasi meliputi 0-50
27
(pengawasan, monitoring dan pembinaan), 0-70
(memantau) dan 80 (standartlisasi).
2.3. Kerangka Pemikiran
Latar belakang

Berdasarkan PP No 50 Tahun 2012, keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) merupakan semua kegiatan dalam menjamin serta melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya dalam
pencegahan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja.

The Occupational Safety and Health


Administration (OHSA) menyatakan dalam
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh
upaya menekan angka korban kecelakaan
International Labour Organization (ILO)
yang terjadi di industri, maka kasus
disimpulkan bahwa dalam setiap harinya
kecelakaan yang terjadi di suatu industri
terdapat 6.000 orang yang meninggal dunia
harus di tetapkan sebagai kasus kriminal
hal ini sama dengan setiap 15 detik terdapat
bisnis yang dimana pemilik dan manajer
1 orang yang meninggal dunia
perusahaan harus mempertanggung
jawabkanya.

Rumusan persoalan
Bagaimana implementasi Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di
DISKOMINFOSATIK Kabupaten Serang sesuai dengan PP No.50 tahun 2012
tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatn kerja ?

Tujuan
evaluasi sistem manajemen K3 di DISKOMINFOSATIK Kabupaten
Serang dengan sistem manajemen K3 yang ada pada Peraturan
Pemerintah No 50 Tahun 2012.evaluasi sistem manajemen K3 di
DISKOMINFOSATIK Kabupaten Serang dengan sistem manajemen
Sasaran

Teridentifikasi Teridentifikasi
Teridentifikasi
tahap presepsi Teridentifikasi
rekomendasi
perkembangan pemegang sikap karyawan
implementasi
implementasi kebijakan

Studi literatur

28
Metode pengumpulan data

Wawancara
pemegang kebijakan

Pengumpulan
dokumen

Metode analisa data

N-Vivo

Output

Teridentifikasi permasalahan implementasi terhadap sistem


manajemen K3

Rekomendasi

Rekomendasi terkait implementasi K3

29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian
Pada hakekatnya suatu penelitian bertujuan untuk mencari dan
menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan suatu kebenaran. Upaya ini
dilakukan oleh para ilmuan sesuai dengan cara pandangannya yang dikenal
dengan paradigma. Paradigma adalah cara pandang seseorang mengenai sebuah
realitas (Martono, 2015:178). Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk
memahami komplesitas dunia nyata. Suatu cara pandang dapat memengaruhi
pendapat dan sikap seorang ilmuan mengenai realitas (Mulyana, 2008:9).
Suatu paradigma digunakan peneliti untuk menggambarkan pilihan suatu
kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses
penelitian. Dengan menggunakan paradigma, peneliti dapat menentukan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan tipe penjelasan yang digunakan. Kemudian dapat
menentukan metode, teknik penentuan subjek penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik uji keabsahan data dan analisis data
paradigma penelitian, terutama dalam ilmu sosial merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma
penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, kriteria
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Timbulnya
paradigma disebabkan karena dalam memandang sebuah realita bisa dipandang
dari berbagai sudut yang berbeda. Teori interaksionisme simbolik, dengan 2
konsep me dan I adalah salah satu penjelasan tentang bagaimana suatu pandangan
bisa berbeda. Untuk memahami kebinekaan pandangan tersebut beberapa pemikir
filsafat membaginya dalam beberapa bentuk paradigma, seperti yang secara
sangat berhasil disampaikan oleh Burrel dan Morgan (1979,22). Mereka membagi
paradima menjadi 4 macam yaitu The Functionalist Paradigm, The Interpretive

30
Paradigm, The Radical Humanist Paradgm dan The Radical Structuralist
Paradigm.
Pada penelitian ini menerapkan paradigma positivisme. positivisme
memandang sebuah realitas, gejala atau fenomena sebagai hal yang dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur, relatif tetap, dan terdapat hubungan
sebab-akibat.penelitian kuantitatif yang berlandaskan pada paham empirisme
positivisme melihat bahwa kebenaran berada dalam fakta-fakta yang dapat
dibuktikan atau diuji secara empiris. Penelitian ini mengelaborasi tiga poin
penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Pada penelitian ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS KOMUNIKASI,
INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK KABUPTEN SERANG,
paradigma Positivisme bertujuan sebagai acuan penelitian didalam menemukan
hukum tentang SMK3 yang sesuai dengan Objek penelitian yaitu berdasarkan
pada PP 50 tahun 2012 serta melakukan prediksi serta kontrol kedepanya.
3.2. Desain/Strategi Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2017) menyatakan metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian tersebut didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Data yang didapat dalam penelitian adalah data
empiris (empiris berarti cara yang digunakan atau dilakukan itu dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara yang
digunakan) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid. Metode penelitian
merupakan salah satu kunci penting untuk memperoleh gambaran dan hasil yang
sesungguhnya di lapangan, oleh karena itu metode yang digunakan harus tepat
dengan jenis penelitian yang ingin diteliti.
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
narative. dalam penelitian ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS KOMUNIKASI,
INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK KABUPTEN SERANG ,
Strategi yang di pilih adalah narative hal ini berhubungan dengan paradigma

31
positivisme serta strategi ini bersifat deskriptif denganpeneliti sebagai kunci
penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan. Metode ini dinamakan metode baru karena
popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Penelitian kuantitatif yang dinyatakan
oleh (Nana Syaodih, 2010) menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji
20 secara kuantitatif, strategi penelitian dengan rancangan kuantitatif selalu
melibatkan pandangan post-positivisme. Strategi ini meliputi kuasi eksperimen
dan penelitian korelasi juga penelirian yang hanya melibatkan satu subjek dalam
penelitiannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mencari hubungan antar
variabel seperti pada penelitian survei atau untuk membandingkan sampel-sampel
yang berkaitan dengan hasil penelitian (Muqarrobin, 2014).

3.3. Definisi Konsep


Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep untuk menjelaskan serta
memfokuskan masalah yang akan dikaji. Sebagai berikut,
Tabel 3.1. Definisi Konsep
VARIABEL DEFENISI KONSEP TEKNIK INDIKATOR
PENGUMPUL
AN DATA
Aspek Struktur Birokrasi
Manajemen Manajemen K3 terintegrasi dengan Wawancara

Terintegrasi manajemen perusahaan secara komprehensif Observasi


Prosedur Adanya acuan/ pedoman dan instruksi Wawancara - SOP
kerja yang memperhatikan syarat-syarat K3 Dokumen - Peraturan
& Instruksi Kerja Observasi perundanga
n
Aspek Disposisi
Komitmen K3 Adanya komitmen K3 yang dinyatakan Wawancara Kebijakan K3
tertulis Dokumen perusahaan
& ditandatangani pengurus yang
memuat keseluruhan visi dan tujuan

32
perusahaan
Kesadaran Pekerja berperan aktif mendukung Wawancara Menggunakan
tercapainya Observasi
tujuan & sasaran SMK3 APD,

bekerja sesuai SOP,


Aspek Sumber Daya
Sumber Daya Menempatkan personil dengan tanggung Wawancara Surat Izin Kerja/
Manusia jawab, wewenang dan kewajiban secara Operasi dan/atau
jelas dalam menganani K3 yang memiliki surat
Kompetensi Kerja di bidang K3. Penunjukan dari

instansi berwenang.
Sarana & Terdiri dari organisasi/ unit yang Wawancara P2K3, sarana &
Prasarana bertanggung jawab di bidang K3 & tersedia Observasi prasarana yg
anggaran untuk pelaksanaan mendukung
implementasi K3
Pelatihan Adanya pelatihan yang diselenggarakan Wawancara
untuk meningkatkan kompetensi kerja di Dokumen
bidang implementasi Sistem Manajemen K3

Manajemen Adanya pelaksanaan identifikasi bahaya, Wawancara - Sesuai


Risiko & penilaian terhadap risiko & tindakan Dokumen peraturan
Manajemen pengendalian serta prosedur menghadapi Observasi perundangan
Tanggap Darurat insiden, keadaan tanggap darurat &
pemulihan keadaan darurat.
Aspek Komunikasi
Komunikasi Adanya komunikasi antara manajemen & Wawancara

tenaga kerja serta pihak-pihak terkait Observasi


Pelaporan Adanya pelaporan kegiatan P2K3 , Wawancara -Sekurang-kurangnya3
termasuk laporan kecelakaan & PAK Dokumen bulan sekali wajib
menyampaikan
laporan kegiatan
P2K3 kepada Menaker
melalui disnaker
setempat.
Pendokumentasian Perusahaan mempunyai dan Wawancara
& Pengendalian mengembangkan sistem Dokumen
dokumen pendokumentasian yang
efisien, mudah diakses dan
dipelihara sebaik-baiknya

33
3.4. Situasi Sosial
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kantor Dinas Komunikasi,
informatika, Persandian dan Statistika Kabupaten Serang yang menjadi pusat para
informan kunci.
3.5. Informan Kunci

informan penelitian adalah pihak-pihakyang memilki wewenang


dan pengetahuan mengenai ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS
KOMUNIKASI, INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK
KABUPTEN SERANG. Unsur manusia sebagai instrumen yaitu peneliti
yang terlibat langsung dalam observasi partisipatif dan unsur informan
diuraikan pada tabel berkut:

Tabel 3.2. Daftar Informan Kunci

34
NO ACTIVITY ACTOR PLACE INFORMATION
1 2 3 4 5

1 Kepala Dinas Informan Kantor Struktur


KOMINFOSATIK DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi
2 Sekertaris Informan Kantor Struktur
DISKOMINFOSATIK DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi
3 Kepala Bidang Telematika Informan Kantor Struktur
DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi
4 KASUBAG Program Informan Kantor Struktur
DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi
5 Staff Telematika Informan Kantor Struktur
DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi
6 Staff NOC Informan Kantor Struktur
DISKOMINFOSAT Birokrasi
IK Disposisi
Sumber daya
Komunikasi

3.6. Metode Sampling


Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah snow ball
sampling, Snowball Sampling atau pengambilan sampel rujukan berantai
didefinisikan sebagai teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana
sampel memiliki sifat yang jarang ditemukan. Ini adalah teknik pengambilan

35
sampel, di mana subjek yang ada memberikan rujukan untuk merekrut sampel
yang diperlukan untuk studi penelitian.
Dalam ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS
KOMUNIKASI, INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK
KABUPTEN SERANG, Metode pengambilan sampel ini melibatkan sumber
data primer yang mencalonkan sumber data potensial lainnya yang akan dapat
berpartisipasi dalam studi penelitian. Metode Snowball Sampling murni
berdasarkan rujukan dan begitulah cara seorang peneliti dapat menghasilkan
sampel. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan metode chain-referral
sampling.
Teknik pengambilan sampel ini dapat berlangsung terus-menerus, seperti
bola salju yang semakin besar ukurannya (dalam hal ini ukuran sampel) hingga
peneliti memiliki cukup data untuk dianalisis, untuk menarik hasil konklusif
yang dapat membantu organisasi membuat keputusan yang tepat.
Sifat Snowball Sampling sedemikian rupa, sehingga tidak dapat
dipertimbangkan untuk sampel yang representatif atau dalam kasus itu untuk
studi statistik. Namun, teknik pengambilan sampel ini dapat digunakan secara
luas untuk melakukan penelitian kualitatif, dengan populasi yang sulit
ditemukan. Sekarang mari kita jelajahi bagaimana Snowball Sampling dapat
dilakukan:
3.7. Metode Pengumpulan data
Dalam metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif terkait
ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN,
KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA,
PERSANDIAN DAN STATISTIK KABUPTEN SERANG. Menggunakan 2
dasaran pada pengumpulan data yaitu data Primer dan sekunder.
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

36
a. Metode Wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang
terkait dengan bagian yang khusus menangani program
implementasi SMK3 sebanyak 6 orang informan.
b. Metode Observasi dengan pengamatan langsung dan
mengisi lembar checklist observasi, dengan melihat
implementasi SMK3 di perusahaan.
c. Telaah dokumen, Peneliti menggunakan dokumen yang
diperoleh sebagai pelengkap data yang telah dikumpulkan
melalui wawancara dan observasi. Dokumen tersebut juga
memberikan gambaran mengenai konteks fenomena yang
diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, skripsi, tesis,
dari data pemerintah, peraturan dan perundangan, artikel ataupun
bacaan terkait dan mendukung penelitian yang mecakup buku-buku
yang berkaitan dengan tema penelitian baik luar maupun dalam negeri
terkait pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.

3.8. Instrumen Penelitian


Instrumen adalah adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian. Instrumen penelitian dibutuhkan sebagai pedoman dalam
mengumpulkan data penelitian baik penelitian kualitatif maupun penelitian
kuantitatif.
Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci
dalam penelitian. Instrumen lain seperti pedoman wawancara, pedoman
observasi adalah instrumen pendukung seorang peneliti untuk mengumpulkan
data penelitian.
Instrumen penelitian kualitatif yang baik adalah yang punya kredibilitas
dan relibilitas. Hal ini untuk menjamin hasil penelitian tidak memberikan

37
informasi yang salah, dan menimbulkan kesalah pemahaman jika dibaca orang
banyak.

Penelitian kualitatif akan mempunyai tingkat akurat yang tinggi dengan


mengikuti kriteria instrumen berikut:

1. Kredibilitas
Laporan penelitian kualitatif yang kredibel ditandai dengan
pehamanan dan perasaan yang sama bagi orang yang membaca
laporannya atau responden yang mengalaminya sendiri.Oleh sebab
itu, instrumen penelitian kualitatif harus valid dalam mengukur
atau merekam data penelitian.Validitas bisa diujikan dengan cara
mendiskusikan data penelitian dengan responden.Sedangkan
relibilitas instrumen dapat dibuktikan apabila instrumen yang sama
akan menunjukkan hasil yang sama apabila digunakan oleh orang
lain, dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang berbeda.

2. Transferabilitas

Ada perbedaan pengerian transferabilitas pada penelitian


kualitatif dan kuantitatif. Transferabilitas penelitian kuantitatid
adalah istilah yang menyatakan bahwa penelitan bersifat
transferabilitas apabila temuan penelitian bisa diaplikasikan pada
kelompok lain. Transferabilitas pada penelitian kualitatif adalah
apabila temuan penelitian dapat dipahami dengan jelas oleh
pembaca.

3. Dependabilitas

Istilah dependabilitas sama dengan reliabilitas. Reliabilitas


pada penelitian kualitatif disebut dengan derajat ketepatan yang
dibuktikan dengan instrumen pengukuran penelitian. Reliabilitas
penelitian kualitatif bisa dicapai dengan mengikuti langkah-
langkah penyusunan penelitian yaitu penyusunan database

38
(dokumen, bukti, gambar, wawancara, dst) secara lengkap dan
uraian rinci.dari data-data yang ada di lapangan.

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas adalah transparansi penelitian. Semua


proses penyusunan dan data penelitian bisa diungkapkan kepada
peneliti lain atau umum, sehingga temuannya bisa diperiksa atau
dikonfirmasi lagi oleh peneliti lainnya.

3.9. Uji Instrumen


Dalam penelitian ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DINAS
KOMUNIKASI, INFORMATIKA, PERSANDIAN DAN STATISTIK
KABUPTEN SERANG, uji instrumen menggunakana triangulasi.
` Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan  dan menganalisis data. Ide dasarnya
adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.
Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan
memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.  Karena itu, triangulasi
ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak  mungkin
bias  yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri
merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat
tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan
penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman
seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau
fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit
terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi
semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini

39
para penganut kaum positivis meragukan tingkat ke’ilmiah’an  penelitan kualitatif.
Malah ada yang secara  ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan
survei dari tanah daratan dan laut untuk menentukan  satu titik tertentu  dengan
menggunakan beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti
mampu mengurangi bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran
dengan satu metode atau cara saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode
tringulasi tersebut mulai dipakai  dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk
meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian
dengan cara membandingkannya dengan  berbagai pendekatan yang berbeda.
Karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model
paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi
mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif
sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif,
metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek
yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula.
Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode
triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti
mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.

Dalam berbagai karyanya,  Norman K. Denkin  mendefinisikan triangulasi


sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai
bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1)  triangulasi metode,
(2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3)
triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Dalam penelitian ANALISA
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN
KERJA (SMK3) DI DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA, PERSANDIAN
DAN STATISTIK KABUPTEN SERANG, tringulasi yang di gunakan oleh
peneliti yaitu,

40
1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data  dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi,
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau,
peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk
mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan
informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil
yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika
data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas,
misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek
lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu


melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan  pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara  itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
3. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa
sebuah rumusan informasi atau thesis statement.  Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk

41
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu  menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui
tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement
ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih
jika  perbandingannya  menunjukkan hasil yang jauh berbeda.Prof. Dr. H.
Mudjia Rahardjo, M. Si

3.10. Keabsahan Data


Keabsahan Data Penelitian Kualitatif. Demi terjaminnya keakuratan data,
maka peneliti akan melaksanakan keabsahan data. Data yang salah akan
menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data
yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Alwasilah
dalam Bachri (2010:54) menandakan bahwa “tantangan bagi segala jenis
penelitian pada balasannya ialah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang
valid, sahih, benar dan beretika”.
Kebenaran atau validitas harus dirasakan ialah tuntutan yang terdiri dari
tiga hal berdasarkan Alwasilah (dalam Bachri, 2010:54) “yakni: 1) deskriptif, 2)
interpretasi, dan 3) teori dalam penelitian kualitatif”. Untuk menetapkan
keabsahan data diharapkan metode pemeriksaaan. Pelaksanaan metode
pemeriksaaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Bachri
(2010:55) ada 4 (empat), yaitu:
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non
kualitatif. Fungsinya untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat iktikad
penemuannya sanggup dicapai dan mempertunujukan derajat iktikad hasil-
hasil inovasi dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda
yang sedang diteliti.
2. Keteralihan (transferability)
3. Kebergantungan (dependabiliy)

42
Merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian non
kualitatif, yaitu jika ditiadakan dua atau bebrapa kali pengulangan dalam
kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama. Sedangkan dalam
penelitian kualitatif sangat susah mencari kondisi yang benar-benar sama.
Selain itu alasannya faktor insan sebagai instrumen, faktor kelelahan dan
kejenuhan akan berpengaruh.
4. Kepastian (confirmability)
Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas
hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak
orang. Selain itu, dalam keabsahan data ini juga dilakukan proses
triangulasi. Menurut William Wiersma dalam Sugiyono (2007:372):
Dari tiga jenis triangulasi tersebut, penulis menentukan keabsahan data
dengan pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis
masalah-masalah yang dijadikan obyek penelitian. melaluiataubersamaini
demikian analisis data memakai metode triangulation observers. Selanjutnya
pendekatan triangulasi dilakukan berdasarkan :

1. Sudut pandang Pejabat Dinas Kominfosatik Kabupaten Serang sebagai pihak


pengarah dan pengawasan pengelolaan sistem Management Kesehatan,
Keselamatan, Kerja.
2. Sudut pandang Kepala Bidang Telematika sebagai pihak pengelola Bidang
Telematika
3. Sudut pandang Kepala Seksi Jaringan dan Infrastruktur sebagai pihak yang
mewakili SMK3.
4. Sudut pandang Staff Telematika dan NOC sebagai pihak yang melakukan
maintenance serta pembangunan pada infrastruktur di lingkungan Kabupaten
Serang.

3.11. Metode Analisa Data


Data yang berasal dari informan mula-mula dicatat secara
langsung oleh pewawancara. Percakapan dengan informan juga direkam
atas seizin informan. Setelah itu dibuat deskripsi masing-masing

43
informan yang didapat. Catatan hasil observasi di kantor Terminal
Petikemas, Kantor Perencanaan Operasional (KPO) dan daerah terbatas
Terminla Petikemas serta telaah dokumen SMK3 yang diperoleh
maupun hasil rekaman disempurnakan serta dilengkapi menjadi satu
penulisannya dalam sebuah transkrip. Selanjutnya dari transkrip
tersebut dilakukan analisis data.

Dalam teknik analisa data peneliti melakukan empat tahapan


Analisa Data yaitu;

1. Reduksi Data
Peneliti melakukan proses seleksi, pefokusan, penyederhanaan,
abstraksi data yang kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan
mengatur sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Penyajian Data
Peneliti menyajikan data singkat berupa suatu rakitan organisasi
informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti melakukan kegiatan penarikan kesimpulan dari hasil
penelitian pada saat penelitian berakhir.
4. Membangun Model

Nvivo adalah program aplikasi komputer yang digunakan untuk


membantu peneliti mengelola dan menganalisis data. Nvivo
dikembangkan oleh QSR Internasional. Nvivo membantu peneliti
untuk: (Bazeley & Richards, 2000; Gibbs, 2002):

a. Menata, mengklasifikasikan, dan mengurutkan data.


b. Menelaah hubungan antar data.
c. Membuat model
d. Menghubungkan analisis dengan cara pembuatan model,
bentuk model dan menghubungkan konsep dalam model.

44
Setiap penelitian Nvivo akan diberi nama project. Didalam setiap
project kita dapat memasukkan berbagai data yang kita peroleh
selama penelitian, membuat analisis, membuat model, dan lainnya.
Dengan demikian semua data penelitian dapat disimpan dan
dikumpulkan dalam satu lokasi yang mudah diakses dan dikelola
(Sarosa, 2012).

Daftar Pustaka

45

Anda mungkin juga menyukai