TESIS
Oleh:
ERIKA
NPM: 2021610043
SEKOLAH PASCASARJANA
2023
ABSTRAK
Manusia ialah aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Oleh karenanya,
perusahaan harus memberikan perhatian yang khusus pada karyawan. International
Labor Organization (ILO) pada tahun 2018 mengatakan bahwa tingkat kecelakaan
kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih
cukup tinggi. Pentingnya pelaksanaan program K3 yang menjadi salah satu hak asasi
dan salah satu upaya didalam peningkatan kinerja karyawan. Menurut data kecelakaan
kerja PT. ENAM PRAKARSA JAYA MANDIRI terdapat kenaikkan kecelakaan kerja.
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari PT. ENAM PRAKARSA JAYA MANDIRI
memiliki beberapa kendala, kendala perusahaan ini dikarenakan belum maksimalnya
penyediaan alat pelindung diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
kepatuhan penggunaan APD dan perilaku K3 terhadap kinerja karyawan di PT. ENAM
PRAKARSAJAYA MANDIRI. Penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 123 karyawan tetap
dan tidak tetap di PT. ENAM PM yang dipilih melalui metode purposive sampling
dengan menggunakan SPSS 25 untuk mengukur kepatuhan penggunaan APD, Perilaku
K3, dan Kinerja karyawan di perusahaan secara kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan perilaku K3 dan kepatuhan penggunaan APD berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Kepatuhan penggunaan APD memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan serta perilaku K3 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan. Penelitian ini akan menjadi masukan bagi PT. ENAM PM untuk terus
berkomitmen meningkatkan pelatihan K3 dan kualitas fasilitas untuk mencapai
perilaku K3 dan kepatuhan penggunaan APD yang baik. Karena perilaku K3 dan
kepatuhan penggunaan APD yang baik yang tinggi akan meningkatkan kinerja
karyawan merupakan tiket menuju kesuksesan semua usaha.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ii
2.1.1.3 Ketentuan Pemakaian APD ................................................................... 13
2.1.2.7. Proses Sistem Manajeman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) ... 40
iii
3.2.2.1 Skala Pengukuran ................................................................................... 65
iv
4.2. Analisis Deskriptif Kepatuhan Penggunaan APD ............................................ 83
4.6. Analisis Pengaruh Kepatuhan Penggunaan APD dan Kinerja Karyawan ........ 87
4.8. Analisis regresi variabel Perilaku K3 (X2) dan Kepatuhan penggunaan APD
(X1) terhadap variabel Kinerja (Y). ........................................................................ 89
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keberhasilan dari suatu organisasi atau perusahaan diperankan oleh sumber daya
manusia yang ada, sebab manusia ialah aset hidup yang perlu dipelihara dan
dikembangkan. Oleh karenanya, perusahaan harus memberikan perhatian yang
khusus pada karyawan. Perusahaan harus mengelola dan memberikan
perhatiannya lebih pada sumber daya manusia mengingat bahwa manusia adalah
aset terpenting dari perusahaan. Manajemen yang mampu mengelola sumber
daya secara sistematis, terencana, dan efisien manusia inilah yang diperlukan
dalam pengelolaan sumber daya. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian
utama bagi manajer sumber daya manusia ialah sistem keselamatan dan
kesehatan kerja (Sofyan, 2017).
1
nyaman sehingga tercipta produktivitas kerja yang terus meningkat dan
mengurangi jumlah kecelakaan kerja (Tarwaka, 2016).
2
tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah dalam
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja merupakan manejemen dan teknis
yang baik, langkah selanjutnya adalah menggunakan APD yang baik, benar dan
sesuai dengan kebutuhan kerja (Delfa, 2016).
3
memelihara segala jenis bangunan; p. mengamankan dan memperlancar
pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang; q. mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya; r. menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari persepsi karyawan
terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki. Menurut
Mangkunegara (2016:161) keselamatan dan kesehatan kerja menunjukan pada
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau kerugian di
tempat kerja indikator keselamatan dan kesehatan kerja adalah keadaan tempat
lingkungan kerja, penerangan,pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan
mental pegawai. Menurut Siti Al Fajar dan Tri Heru (2015:102) keselamatan dan
kesehatan karyawan menunjukan pada psikologis fisik dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja perusahaan, apabila sebuah
perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan dan kesehatan yang
efektif, maka penderita cedera atau penyakit-penyakit jangka pendek maupun
jangka panjang akan makin berkurang.
4
PT. ENAM PM merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang layanan
jasa Konsultasi Teknis yang didirikan secara resmi pada tahun 2009 oleh para
profesional yang telah berpengalaman dalam bidang Layanan Jasa Project
Manajemen Services (Engineering, Procurement, Construction (EPC)),
Construction Management dan Quantity Surveying selama lebih dari 20 tahun.
Menurut data diagram batang kecelakaan kerja Tahun 2022 PT. ENAM
PRAKARSA JAYA MANDIRI terdapat kenaikkan kecelakaan kerja
dibandingkan tahun 2021. Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari PT. ENAM
PRAKARSA JAYA MANDIRI memiliki beberapa kendala, kendala perusahaan
ini dikarenakan belum maksimalnya penyediaan alat pelindung diri yang
mempunyai keefektifan relatif kecil oleh perusahaan serta pengamanan alat kerja
yang membawa resiko bahaya. Faktor keamanan dan kenyamanan saat bekerja
dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Kurangnya pengetahuan
karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja serta sosialisasi
tenang penggunaan alat kerja. Kondisi yang mengakibatkan sering terjadi
kecelakaan kerja yang umumnya disebabkan pada kesalahan manusia (human
error) baik dalam aspek kompetensi para pelaksana maupun pemahaman tentang
penyelenggara K3 itu sendiri maka dari masalah ini menyebabkan kinerja PT.
ENAM PRAKARSA JAYA MANDIRI menjadi kurang efektif dan efisien.
2021
2022
5
pendukung dan peraturan-peraturan sangat diperlukan dalam mewujudkan
usaha-usaha meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
Permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
2. Bagaimana kondisi perilaku keselamatan, kesehatan, kerja di PT. ENAM
PRAKARSAJAYA MANDIRI?
3. Bagaimana kondisi kinerja karyawan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA
MANDIRI?
4. Bagaimana hubungan kepatuhan penggunaan APD dan perilaku K3 terhadap
kinerja karyawan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA MANDIRI?
7
sumbangsih yang memadai bagi pustaka dan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
manfaat sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pengelola perusahaan
mengenai hubungan kepatuhan penggunaan APD dan perilaku K3 terhadap
kinerja karyawan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA MANDIRI.
8
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini mencakup meneliti mengenai
hubungan penggunaan alat pelindung diri, perilaku K3, serta kinerja
karyawan.
9
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep dan Teori
2.1.1.1 Definisi Alat Pelindung Diri
Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 pasal 14 Ayat C tentang keselamatan
kerja, perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja, apabila
kewajiban tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran
undang-undang. Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja pasal 12 huruf b tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah
disediakan (Anizar, 2009:89). Menurut Permenaker No. O8/VIII/2010
tentang Alat pelindung diri, Alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya
di tempat kerja. Dalam menyediakan APD prioritas pertama perusahaan
adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan. Ketersediaan APD
harus sesuai dengan bahaya yang ada di perusahaan, terbuat dari
material yang tahan terhadap bahaya tersebut, nyaman dipakai (John
Ridley, 2006:142).
Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja untuk mencapai produktivitas kerja
yang optimal.
Pengendalian secara teknologis terhadap potensi bahaya atau
penyakit akibat kerja merupakan pengendalian yang efektif dalam usaha
pencegahan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Namun
karena berbagai hambatan upaya tersebut belum dapat dilakukan secara
optimal.
10
Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi
tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan
akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Sehingga penggunaan alat
pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya (Buntarto, 2015).
Alat pelindung diri (APD) akam memberikan perlindungan
yang cukup bila alat pelindung tersebut dipilih secara tepat dan selalu
dipakai oleh pekerja yang bersangkutan. Perusahaan wajib
menyediakan semua alat pelindung diri yang diwajibkan dan pekerja
wajib pula untuk selalu memakainya (Buntarto, 2015).
Berdasarkan Ocupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS) 18001 Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti
prioritas dalam pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang
berhubungan dengan bahaya K3. Ada beberapa kelompok kontrol yang
dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya K3,
yakni:
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Kontrol Teknik / Perancangan
4. Kontrol Administratif
5. Alat Pelindung Diri.
11
Gambar 2. Hierarki Pengendalian Risiko
Sumber: Heinrich & Tarwaka, 2008
12
2.1.1.2 Ketentuan Pemilihan APD
Menurut Buntarto (2015), pemakiaan alat pelindung diri sering kali
menimbulkan rasa tidak nyaman, membatasi gerakan dan sensoris
pemakainya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu memperhatikan
ketentuan-ketentuan pemilihan APD, antara lain:
a. Dapat memberikan pelindung yang cukup terhadap bahaya-bahaya
yang dihadapi oleh pekerja.
b. Harus sesering mungkin dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Tidak mudah rusak
d. Suku cadangnya mudah diperoleh.
e. Harus memenuhi kebutuhan standar yang telah ada.
f. Dapat dipakai secara fleksibel.
g. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahn bagi pemakainya.
h. Tidak membatasi gerakan persepsi sensoris pemakainya.
2.1.1.3 Ketentuan Pemakaian APD
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan APD, yaitu:
a. Menyesuaikan APD dengan ukuran tubuh.
b. Memastikan APD berfungsi dengan baik dan benar.
c. Jika menggunakan 2 (dua) atau lebih APD secara bersamaan,
pastikan bahwa tidak mengurangi keefektifan masing-masing APD.
d. Segera melaporkan jika merasakan gejala rasa sakit atau tidak
yaman menggunakan APD.
e. Melaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab jika diperlukan
pelatihan khusus penggunaan APD.
13
perusahaan, pengawas, kepala bagian, dan siapa saja yang akan
memasuki tempat tersebut (Buntarto, 2015)
A. Pelindung Kepala
Alat pelindung mata dan muka adalah alat yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udarar dan bahan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
14
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face mask).
C. Pelindung telinga
E. Pelindung tangan
F. Pelindung kaki
15
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
benturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap pans, terkena bahan kimia berbahaya dan
jasad renik tergelincir dan jenis pelindung kaki seperti sepatu.
G. Pakaian pelindung
16
Kepatuhan memakai APD bila memasuki suatu tempat kerja yang
berbahaya, bukan hanya berlaku bagi tenga kerja saja, melainkan juga
bagi pimpinan perusahaan, pengawas lapangan, supervisior, dan bahkan
berlaku untuk siapa saja yang memasuki tempat kerja tersebut. Dengan
demikian, pimpinan perusahaan dan supervisior harus memberikan
contoh yang baik kepada pekerja, yaitu mereka harus selalu memakai
APD yang diwajibkan bila memasuki tempat kerja yang dinyatakan
berbahaya. Dengan demikian, para pekerja akan merasa bahwa
pimpinan mereka sangat disiplin dan perhatiaan dengan masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Saputri, 2014).
17
dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang
menimbulkan stress atau gangguan fisik. Kesehatan kerja adalah
spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktiknya
yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memeroleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial, dengan
sosial prefentif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (M. Yani, 2012)
18
disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya, dan disimpulkan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaannya. Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental.
Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk
lingkungan kerja (Swasto, 2011).
19
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, serta kerusakan anggota
tubuh, penglihatan dan pendengaran.
a. Metode kerja
Merupakan serangkain tatacara atau aturan yang harus dipatuhi
karyawan supaya terhindar dari hal-hal kecelakaan kerja dan hal-
hal yang merugikan lainnya
b. Lingkungan Kerja
Merupakan lokasi di mana para karyawan melaksanakan aktifitas
kerjanya.
c. Mesin dan Peralatan
20
Merupakan bagian dari kegiatan operasional dalam proses produksi
yang biasanya berupa alat-alat berat dan ringan.
Penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
21
bahan-bahan dan benda-benda lain diamankan, peralatan tersedia
secara memadai serta pemahaman terhadap metode pengerjaan
yang baik.
b. Penggunaan pelindung diri. Cara pencegahan lain terhadap
kemungkinan bahaya adalah perlindungan diri terhadap para
karyawan pada waktu bekerja
c. Penggunaan prosedur kerja. Prosedur kerja adalah tata cara
mengerjakan sesuatu yang harus dipatuhi dalam pelaksanaan
kegiatan. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan
secara baik berdasar prosedur kerja yang ada, sehingga dapat
terhindar kemungkinan terjadinya kecelakaan
C. Suasana kejiwaan karyawan
Para karyawan yang bekerja di bawah tekanan atau yang merasa bahwa
pekerjaan mereka terancam atau tidak terjamin, akan mempunyai
kemungkin-an mengalami kecelakaan lebih besar daripada mereka yang
tidak dalam keadaan tertekan
22
Menurut Mangkumanegara (2017:161) Keselamatan kerja
menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Sedangkan kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang berati bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
23
pemecahan masalah yang dianut maka unsur-unsur dapat berupa sumber
bahaya apabila tidak memenuhi persyaratan yang diterapakan.
24
Menurut Milton P. Dentch (2018) dalam bukunya yang berjudul "The ISO
45001:2018 Implementation Handbook – Guidance on Buildingan
Occupational Health and Safety Management System”, pada akhir tahun
80-an dan awal tahun 90-an, organisasi di seluruh dunia mulai mengenal
kebutuhan untuk mengendalikan dan meningkatkan kinerja keselamatan
dan kesehatan serta juga sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Pemahaman akan hal tersebut cukup selaras dengan pembentukan
Uni Eropa serta penetapan standar internasional untuk manajemen mutu
pada tahun1987 (Masjuli, Taufani, Karim, 2019).
25
BS OHSAS 18001:2007 dirilis pada bulan Juli tahun 2007, di mana di
dalamnya memuat beberapa perbaikan dari OHSAS 18001:1999.
Perbaikan dilakukan untuk penguatan dan dengan mengenalkan
persyaratan keterampilan serta meningkatkan kompatibilitasnya dengan
standar sistem manajemen yang lain, seperti ISO 9001 dan ISO 14001.
BS OHSAS 18001:2007 konsisten dengan sistem manajemen ISO, tetapi
tidak di bawah payung skema sertifikasi ISO. BSI-lah yang menyediakan
sertifikasi pihak ketiga untuk organisasi yang telah memenuhi
persyaratan dalam BS OHSAS 18001:2007. Sampai dengan tahun 2009,
lebih dari 54.000 sertifikat OHSAS telah diterbitkan di 116 negara.
Sampai tahun 2017, lebih dari 90.000 perusahaan telah tersertifikasi BS
OHSAS 18001:2007 (Masjuli, Taufani, Karim, 2019).
26
persiapan lebih dari 5 tahun, setelah melalui tinjauan dari berbagai
kalangan profesional termasuk ILO, maka sejak Maret 2018 SMK3
berdasarkan ISO 45001:2018 diberlakukan sebagai standar internasional
dengan menggunakan struktur tingkat tinggi atau high level structure,
sehingga dapat diintegrasikan dengan standar sistem manajemen ISO
lainnya. Pada tahun 2019, Badan Standardisasi Nasional (BSN), sebagai
lembaga pemerintah non kementerian yang bertanggung jawab dalam
pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi dan penilaian
kesesuaian di Indonesia mengadopsi ISO 45001:2018 secara identik
menjadi Standar Nasional Indonesia atau SNI, yaitu SNI ISO
45001:2018. Hal ini dilakukan agar memudahkan dan memperluas dalam
penerapan standar tersebut bagi seluruh organisasi atau perusahaan di
Indonesia (Masjuli, Taufani, Karim, 2019).
27
kesehatan yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, di
mana ketentuan mengenai penerapan sistem menajemen keselamatan dan
kesehatan kerja tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP). Maka
pada tanggal 12 April 2012, dikeluarkanlah PP No. 50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dengan dikeluarkannya PP No. 50 Tahun 2012, maka Permenakertrans
No. 05 Tahun 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi (Masjuli, Taufani,
Karim, 2019).
28
b. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan
c. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan
perinsip pembangunan berwawasan lingkungan.
29
atau korektif atas kecelakaan kerja melainkan menentukan bahwa
kecelakaan kerja harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan
kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi jelas bahwa usaha-
usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja lebih diutamakan
dibandingkan penanggulangan. ”Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional “
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat;
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien;
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara tanpa hambatan apapun.
30
Kesehatan dan keselamatan kerja yang termasuk dalam suatu wadah
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan
oleh para pengusaha. Padahal kesehatan dan keselamatan kerja
mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan
proses industrialisasi, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan para
buruh. Tujuan dari manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah
(Suardi, 2007) :
31
merasa terjamin aman dan terlindungi sehingga secara tak langsung
dapat memicu motivasi dan kinerja kerja mereka.
b. Meningkatkan efisiensi atau produktivitas perusahaan. Karena
dengan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja
memungkinkan semakin berkurangnya kecelakan kerja sehingga
akan dapat meningkatkan efisiensidalam perusahaan.
c. Mengefektifkan pengembangan dan pembinaan SDM. Para pekerja
(karyawan) adalah kekayaan yang amat berharga bagi perusahaan.
Semua pekerjaan ingin diakui martabatnya sebagai manusia. Melalui
penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pengembangan
dan pembinaan terhadap sumber daya manusia bisa dilakukan
sehingga citranya sebagai manusia yang bermartabat dapat
direalisasikan.
d. Meningkatkan daya saing produk perusahaan. Kesehatan dan
keselamatan kerja apabila dilaksanakan dalam perusahaan bermuara
pula kepada penentuan harga yang bersaing, hal tersebut dipacu oleh
adanya penghematan biaya produksi perusahaan.
Manfaat dan tujuan K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti sisi
hukum, perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian,
sosial, dan lainnya, sebab aspek K3 bersifat multi dimensi (Ramli, 2010).
32
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan
dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik
pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya. Di Indonesia banyak
peraturan perundangan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan
kerja, beberapa di antaranya:
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Dalam undang-undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban
pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-syarat
keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.
b. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah
satunya memuat tentang keselamatan kerja, yaitu:
Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja.
Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan
Sistem Manajemen K3 yang terintegrasi dengan
manajemen organisasi lainnya.
c. Undang-undang No. 8 tahun 1998 tentang perlindungan
konsumen
Pada pasal 2 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan
keselamatan konsumen. Selanjutnya, pada pasal 4
menyebutkan mengenai hak konsumen antara lain hak atas
kenyamanan, keamanan keselamatan dalam mengonsumsi
barang dan/atau jasa. Di dalam perundangan ini terkandung
aspek keselamatan konsumen (consumer safety) dan
keselamatan produk (product safety).
33
d. Undang-undang No. 22 tentang Migas
Undang-undang mengenai migas ini memasukkan aspek
keselamatan sebagai salah satu persyaratan dalam pengelolaan
migas yang harus dipenuhi oleh badan usaha Migas antara lain
pasal 40 ayat (2): Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
menjamin keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan
lingkungan hidup dan mentaati ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku dalam kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi.
e. Undang-undang No. 19 / 1999 tentang jasa konstruksi
Perundangan ini berkaitan dengan keselamatan konstruksi
(construction safety) dan keselamatan bangunan (building
safety) antara lain pasal 23 menyebutkan bahwa
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi waiib memenuhi
ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata
lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
f. Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Gedung memuat aspek keselamatan bangunan (building safety)
antara lain:
Pasal 16: Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
Pasal 17: Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagai-
mana meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan
bahaya petir.
34
Pasal 21: Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi
persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan
penggunaan bahan bangunan gedung.
g. Undang-undang No 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
Bab XI Lingkungan hidup dan keteknikan memuat tentang
aspek keselamatan :
Pasal 44 (1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib
memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan 2)
Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada (1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi a)
andal dan aman bagi instalasi; b) aman dari bahaya bagi
manusia dan makhluk hidup, c) ramah lingkungan Pasal 44 (3)
Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi a) pemenuhan standar
peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik, b) pengamanan
instalasi listrik, c) pengamanan pemanfaatan listrik; ayat (4)
Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
sertifikat laik operasi; (S) Setiap peralatan dan pemanfaatan
tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan SNI, (6) Setiap tenaga
teknis dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat
kompetensi, (7) Ketentuan mengenai keselamatan
ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi, SNI dan sertifikat
kompetensi dimaksud pada ayat (1) sampai (6) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Di samping perundangan di atas masih banyak ketentuan lain
tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya yang
bersifat teknis, misalnya mengenai pencegahan kebakaran,
peralatan teknis, persyaratan tenaga kerja dan lainnya.
35
Dari berbagai ketentuan di atas, terlihat bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja memiliki landasan hukum yang kuat yang wajib
dilaksanakan oleh setiap organisasi termasuk oleh tenaga kerja
sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
B. Perlindungan tenaga kerja (Ramli, 2010)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan
tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja
merupakan aset organisasi yang sangat berharga dan merupakan
unsur penting dalam proses produksi di samping unsur lainnya seperti
material, mesin, dan lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus
dijaga, dibina dan dikembangkan untuk meningkatkan
produktivitasnya.
Namun demikian, tenaga kerja seringkali berada pada posisi yang
lemah baik secara struktural maupun ekonomi yang mendorong
timbulnya gerakan moral untuk melindungi kaum pekerja.
Perlindungan tenaga kerja in menyangkut berbagai aspek seperti
jaminan sosial, jam kerja, upah minimum, hak berserikat dan
berkumpul dan yang tidak kalah pentingnya adalah perlindungan
keselamatannya. Namun dalam kenyataannya, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja sering diabaikan, khususnya oleh
mereka yang cenderung mencari keuntungan semata. Jika pekerja
celaka atau tidak mampu bekerja, tinggal mencari pengganti dengan
pekerja baru. Karena itulah diperlukan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan keria telah bersifat
universal. Berbagai negara mengeluarkan aturan perundangan untuk
melindungi keselamatan tenaga kerjanya. Di Indonesia dikeluarkan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pada
tahun yang sama di USA juga diberlakukan Occupational Health and
36
Safety Act tahun 1970 dan membentuk lembaga OHSA
(Occupational Health and Safety Administration) yang bertugas
menangani aspek K3 secara nasional.
Di tingkat global, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja juga
mendapat perhatian ILO (International Labour Organization) melalui
berbagai pedoman dan konvensi mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja. Sebagai anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi
dan mengikuti berbagai standar dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja termasuk Sistem Manajemen K3.
C. Aspek Ekonomi (Ramli, 2010)
Manfaat K3 dapat juga dilihat dari pendekatan ekonomi atau
finansial. Kecelakaan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
perusahaan. Banyak perusahaan yang harus gulung tikar akibat
kecelakaan, bencana atau dampak K3 lainnya yang terjadi dalam
operasinya. Dampak ekonomi dari K3 dapat dilihat dari sisi
produktivitas dan pengendalian kerugian (loss control).
a. K3 dan Produktivitas
Kecelakaan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Di dalam
proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga pilar utama yaitu
Kuantitas (Quantity), Kualitas (Quality), dan Keselamatan (Safety).
Produktivitas hanya dapat dicapai jika ketiga unsur produktivitas di
atas berjalan secara seimbang.
Setiap pekerjaan, proses dan produk memiliki persyaratan kualitas
(mutu) dan kuantitas yang ditetapkan baik dalam spesifikasi teknis,
ukuran, volume, kapasitas produksi atau waktu yang diperlukan.
Sebagai contoh seorang tukang bubut harus mampu menyelesaikan
pembuatan baut sebanyak 500 buah perhari dengan kualitas yang baik
sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan. Produktivitas tidak
tercapai jika pekerja tersebut hanya mengejar kualitas saja, tetapi
37
kuantitas produksi tidak tercapai atau sebaliknya. Namun faktor
kualitas dan kuantitas saja belum mencukupi.
Produktivitas juga tidak akan tercapai jika dalam proses pembuatan
baut terjadi kecelakaan atau kerusakan yang mengakibatkan kualitas
menurun dan kapasitas produksi tidal tercapai. Pekerjaan harus
dilakukan dengan aman tapa adanya kecelakaan, pemborosan, dan
kerusakan sarana produksi.
Konsep di atas tercermin dalam sistem manajemen mutu yang
mencakup 6 (enam) unsur yaitu:
• Kualitas produk (quality of product),
• Kualitas penyerahan (quality of delivery),
• Kualitas biaya (quality of cost),
• Kualitas pelayanan (quality of service),
• Kualitas moral (quality of morale),
• Kualitas k3 (quality of safely).
Dari elemen mutu di atas, terlihat bahwa tapa upaya K3 yang baik
maka proses pencapaian mutu tidak akan tercapai.
Keselamatan dan kesehatan kerja berperan menjamin keamanan
proses produksi sehingga produktivitas dapat tercapai.
b. K3 dan Pengendalian Kerugian
Aspek K3 juga berkaitan dengan pengendalian kerugian. K3 bukan
hanya menyangkut kecelakaan atau cedera pada manusia, tetapi juga
menyangkut sarana produksi dan aset perusahaan. Setiap kecelakaan
baik cedera pada manusia, kebakaran dan kerusakan material dapat
menimbulkan kerugian bagi organisasi.
Banyak kecelakaan yang tidak mengakibatkan korban manusia, tetapi
hanya berupa kerusakan sarana produksi yang disebut non injury
incident atau damage accident. Karena itu, salah satu objektif K3
38
adalah untuk mencegah dan mengendalikan kerugian atau sering
disebut loss control management.
Kerugian finansial akibat kerusakan in jauh lebih besar dibanding
kerugian akibat cedera pada manusia. Menurut penelitian Frank Bird
dalam bukunya Loss Control Management, untuk setiap 1 (satu) kali
kecelakaan yang mengakibatkan meninggal, akan terjadi lebih dari 30
kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan yang tidak berakibat
cedera pada manusia. Kejadian seperti ini sangat banyak kita temukan
di tempat kerja, misalnya tangga yang patah, pipa bocor, lampu
meledak, pompa rusal dan lainnya.
Semua kejadian ini menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
perusahaan yang akan mengerogoti keuntungan. Dalam kondisi bisnis
yang penuh dengan persaingan, setiap kerugian akan berakibat fatal
terhadap kelangsungan organisasi.
Seorang pakar Manajemen Peter Drucker mengemukakan bahwa
"The first duty of business is to survive, and the guiding principle of
the business economics is not maximization of profit it is avoidance
of loss".
Tantangan bisnis yang semakin berat, persaingan yang semakin ketat,
menuntut setiap pengusaha meningkatkan daya saing melalui
efesiensi dimana salah satu kata kuncinya adalah mencegah kerugian
(loss) akibat pemborosan, kecelakaan dan kerugian lainnya.
Perusahaan tidak dapat lagi beorientasi meningkatkan keuntungan
dengan menaikkan harga jual karena akan ditinggalkan oleh
pelanggannya. Satu-satunya pilihan untuk tetap survive adalah
mencegah pemborosan agar perusahaan dapat terus bertahan.
Kinerja K3 organisasi yang baik akan membantu meningkatkan daya
saing perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan kelas dunia yang
peduli K3 memiliki prinsip good safety is good bussiness.
39
Mereka menyadari bahwa kinerja K3 yang baik akan berakibat positif
bagi bisnis perusahaan. Mereka memperlakukan dan menilai bahwa
aspek K3 setara dengan aspek lainnya dalam organisasi. Mereka juga
melihat bahwa K3 adalah bagian dari strategi bisnis untuk mencapai
prodiktivitas dan profit yang tinggi. Karena itu mereka menempatkan
K3 setara dengan aspek lainnya dalam organisasi.
2.1.2.7. Proses Sistem Manajeman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
40
dengan demikian akan mendorong sukses perusahaan. Pada hakikatnya
proses manajemen adalah proses yang berkelanjutan, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan dilanjutkan dengan pengawasan. Pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja sasarannya adalah tempat kerja
yang aman dan sehat. Untuk itu semua permasalahan yang menghambat
tercapainya tujuan harus diidentifikasi, dievaluasi, dicari penyebab
dasarnya untuk kemudian diupayakan cara pemecahan yang paling baik.
1. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap dan langkah awal yang
harus dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Langkah ini me-
libatkan lapisan manajemen dan sejumlah personil, mulai dari menyata-
kan komitmen sampai dengan menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Adapun tahap persiapan ini meliputi: komitmen manajemen puncak,
menentukan ruang lingkup, menetapkan cara penerapan, membentuk
kelompok penerapan, dan menetapkan sumber daya yang diperlukan.
41
Borman dan Motowidlo (1993), membedakan perilaku keselamatan di
tingkat individu ke dalam dua kategori, yaitu kepatuhan keselamatan
(safety compliance) dan partisipasi keselamatan (safety participation).
Kepatuhan keselamatan didefinisikan sebagai aktivitas utama yang harus
dilakukan individu untuk mempertahankan keselamatan di tempat kerja,
termasuk didalamnya kepatuhan akan prosedur kerja dan menggunakan
peralatan pelindung diri (personal protective equipment). Di sisi lain
partisipasi keselamatan didefinisikan sebagai perilaku yang tidak secara
langsung berkontribusi terhadap aktivitas keselamatan, tetapi akan
membantu lingkungan kerja untuk tetap selamat. Beberapa contoh
partisipasi keselamatan adalah mengikuti rapat-rapat keselamatan, dan
membantu rekan kerja untuk mengatasi masalah yang berhubungan
dengan keselamatan kerja (Wardani, 2013)
42
sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil
kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung (Wibowo,
2013). Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika (Suyadi, 2008).
43
pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor-faktor internal dan
eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja
seseorang (Mangkunegara, 2005).
1. Pencapaian Target
2. Disiplin
Taat pada hukum dan aturan yang berlaku. Disiplin karyawan adalah
ketaatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian
kerja dengan perusahaan dia bekerja.
3. Hasil Kerja
44
atau perusahaan meliputi: hirarki organisasi, tugas-tugas, wewenang,
tanggung jawab, sistem pengendalian, kepemimpinan dan sebagainya
(Masri, 2013). Selain itu ada pula yang disebut strategi manajemen
kinerja yang meliputi:
45
1 Cicilia Lisnahan, Pengaruh Kesehatan SPSS • Terdapat
Asrial dan Paul G. pengetahuan dan pengaruh yang
Tamelan kesehatan dan Keselamat positif
Sumber: keselamatan kerja an Kerja pengetahuan K3
Jurnal terhadap Kinerja terhadap kinerja
Batakarang, Vol. Kinerja karyawan Karyawan karyawan pada
3, No.1, Edisi Juni konstruksi pada PT. Usaha Karya
2022. ISSN 2747 - PT. Usaha karya Buana
0512 buana kota kupang
46
13 Based berpengaruh
(https://dinastirev. Structural positif signifikan
org/JIMT/article/v terhadap kinerja
iew/113/87 ) karyawan PT.
Bahagia Idkho
Mandiri Bagian
Produksi.
4 Ni Luh Putu Hubungan Pengetahuan Jenis ada hubungan
Chandra Gita Tingkat K3, Sikap penelitian ini yang signifikan
, M. Choirul Hadi Pengetahuan Menggunaka adalah antara tingkat
, Anysiah Elly Keselamatan Dan n APD survey pengetahuan
Yulianti Kesehatan Kerja analitik tentang
Sumber: (K3) Dengan dengan keselamatan dan
Jurnal Skala Sikap Penggunaan menggunaka kesehatan kerja
Husada: The Alat Pelindung n dengan sikap
Journal Of Health Diri Pada Pekerja metode penggunaan alat
Vol. 18 No. 2 Dupa wawancara pelindung
Desember 2021, dengan diri pada pekerja
Halaman: 51-56. pendekatan
Available online Cross
at: Sectional,
https://ejournal.po
ltekkes-
denpasar.ac.id/ind
ex.php/JSH,
P-ISSN 1693-
931X I e-ISSN
2580-3700
5 Dwi Nur Siti Komitmen Health and Pengumpula Hasil penelitian
Marchamah, Kebijakan, Safety, n data bahwa sikap K3
Oktia Woro KH Penerapan SMK3, Management dengan berpengaruh
Sumber: Pengetahuan, dan System, kuesioner, terhadap
Public Health Sikap K3 terhadap wawancara, penggunaan
Perspective observasi APD (p = 0,032),
47
Journal 2 (3) Penggunaan APD Policy dan dan mempunyai
(2017) 270 - 278 Perusahaan Jasa Commitment dokumentasi kecenderungan
Bongkar Muat . . Teknik pengaruh paling
analisa besar terhadap
bivariat yang penggunaan
digunakan APD (p = 0,050).
Spearman. Kegiatan P2K3
Analisa meliputi briefing
multivariat safety talk dan
menggunaka safety patrol.
n Regresi Audit SMK3
Logistik. secara internal
setiap 6 bulan
sekali, dan audit
eksternal setiap 3
tahun sekali.
Pelaksanaan
sosialisasi K3
sebanyak 3-4 kali
setiap tahunnya,
dan melalui
briefing safety
talk setiap
harinya. Program
pemeriksaan
kesehatan setiap
karyawan
mendapat
kesempatan 2
tahun sekali.
Penyediaan APD
kurang
disosialisasikan
48
dengan
mengadakan
pelatihan tentang
penggunaan
APD yang benar.
6 Wibowo, F., & Pengaruh keselamatan Penelitian Uji t hitung
Widiyanto, G. Keselamatan Dan dan dilakukan diperoleh bahwa
(2019). Kesehatan Kerja kesehatan dengan nilai t hitung
Sumber: Dan Lingkungan kerja dan menyebar keselamatan dan
Primanomics : Kerja Terhadap lingkungan kuensioner, klesehatan kerja
Jurnal Ekonomi & Kinerja Karyawan kerja sedang 2.699 > ttabel
Bisnis, 17(2), 23- Bagian Produksi terhadap metode 1.665 dan .000 <
37. Pada Perusahaan kinerja penelitian 0.05 dan nilai t
doi:10.31253/pe.v Tom’s Silver karyawan dengan hitung
17i2.170 Yogyakarta menggunaka lingkungan kerja
(https://jurnal.ubd n Simple 5.689 . > ttabel
.ac.id/index.php/P Random 1.665 dan .000<
E/article/view/170 Sampling. 0.05 sehingga
) hipotesis yang
menyatakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
dan lingkungan
kerja
berpengaruh
positif secara
parsial terhadap
kinerja karyawan
pada
Perusahaan.Tom
,s Silver
Yogyakarta. Uji
F , didapat F
hitung >
49
F tabel atau
36.693 > 3.12
atau tingkat
signifikasi (sig)
0.000 <0.05
sehingga
hipotesis
yang
menyatakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
dan konflik kerja
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap kinerja
karyawan pada
Perusahaan
Tom,s
Silver
Yogyakarta.
Square (R2)
menunjukkan
koefisien
determinasi yang
berarti
persentase
kontribusi
variabel
independen.
keselamatan dan
kesehatan kerja
dan
50
lingkungan kerja
memberikan
sumbangan
sebesar 67,7 %
terhadap kinerja
karyawan
pada
Perusahaan.Tom
,s Silver
Yogyakarta
7 Qurbani, Derita & Pengaruh Keselamatan Penelitian ini Hasil penelitian
Selviyana, Upay. Keselamatan & & Kesehatan menggunaka menunjukan
(2019). Sumber : Kesehatan Kerja Kerja (K3) n metode bahwa program
JIMF (JURNAL (K3) , Kinerja deskriptif keselamatan dan
ILMIAH Terhadap Kinerja Karyawan kuantitatif, kesehatan kerja
MANAJEMEN Karyawan Pada teknik sudah cukup baik
FORKAMMA). 1. PT. Trakindo pengumpula berdasarkan
10.32493/frkm.v1 Utama Cabang n data jawaban
i3.2553. BSD dengan responden
http://openjournal teknik sebesar
.unpam.ac.id/inde studi pustaka 41,72%
x.php/FRKM/arti dan berpendapat
cle/view/6311/41 menyebarka setuju, kinerja
70 n kuesioner karyawan sudah
kepada baik
karyawan berdasarkan
PT. Trakindo jawaban
Utama responden
Cabang sebesar 63,72%
BSD. berpendapat
Analisis data sangat setuju,
menggunaka terdapat korelasi
n sedang antara
keselamatan
51
beberapa dan kesehatan
tahapan kerja dengan
pengujian kinerja karyawan
yaitu uji yang ditunjukkan
validitas, uji oleh nilai r
reliabilitas, sebesar 0,4619.
uji Koefisien
korelasi, uji determinasi
koefisien menunjukkan
determinasi bahwa pengaruh
dan uji keselamatan dan
signifikasi kesehatan kerja
hipotesis terhadap
dan analisis kinerja karyawan
regresi linier sebesar 21,33%
sederhana selebihnya
78,67%
dipengaruhi oleh
faktor lain.
8 Sudarijati & Pengaruh Program keselamatan Pengumpula Berdasarkan
Muhamad Andri Keselamatan kesehatan n data hasil
Yani Kesehatan Kerja kerja, dengan analisis regresi
(K3) Dan Kondisi kondisi menyebarka berganda
Sumber: Lingkungan Kerja lingkungan n kuisioner program
Yani, M. A. Fisik Terhadap kerja fisik , serta keselamatan
(2018). Pengaruh Kinerja Karyawan kinerja wawancara. kesehatan kerja
program Pada PT. karyawan Uji dan kondisi
keselamatan BAHAGIA JAYA instrumen lingkungan kerja
kesehatan kerja SEJAHTERA dilakukan fisik
(k3) dan kondisi dengan mempunyai
lingkungan kerja validitas dan pengaruh yang
fisik terhadap reliabilitas. positif dan
kinerja karyawan Analisis data signifikan
pada PT. Bahagia penelitian terhadap kinerja
52
jaya sejahtera mencakup dan hasil uji F
bogor (Doctoral analisis menyatakan
dissertation, regresi bahwa secara
Universitas berganda, simultan
Djuanda). korelasi serta program
(http://repository. uji keselamatan
unida.ac.id/617/ ) signifikasi kesehatan kerja
secara dan kondisi
simultan dan lingkungan kerja
parsial. fisik
berpengaruh
terhadap kinerja
karyawan.
Sedangkan hasil
uji t menyatakan
bahwa program
keselamatan
kesehatan kerja
(K3) dan kondisi
lingkungan kerja
fisik secara
parsial
berpengaruh
terhadap kinerja
karyawan.
9 Alief Warsito, Pengaruh Kecelakaan Dalam Hasil dari
pengetahuan
Pipid Ari Wibowo Kerja, menganalisis penelitian ini,
tentang k3 dan
penggunaan Pengetahuan data, peneliti menyimpulkan
Sumber: apd terhadap K3, menggunaka bahwa terdapat
terjadinya
Journal kecelakaan Penggunaan n uji pengaruh antara
Mechanical and kerja di bagian APD. univariat pengetahuan K3
back proses PT.
Manufacture LOTUS sebagai alat dan penggunaan
Technology INDAH ukur, dan APD terhadap
TEXTILE
Volume 3 No 1 chi-square terjadinya
53
(2022) Website: INDUSTRIES sebagai uji Kecelakaan
NGANJUK.
https://jurnal.yudh bivariate Kerja di bagian
arta.ac.id/v2/inde untuk back proses PT.
x.php/jmmt ISSN: menganalisis Lotus Indah
2721- 4664 30 sampel Textile
dari Industries. Saran
populasi. dari peneliti
adalah perlu
adanya evaluasi
mendalam dari
pihak perusahaan
mengenai
pengetahuan K3
dan APD untuk
karyawan, agar
bisa
meminimalisir
kecelakaan kerja
yang ada di
perusahaan.
10 Firman Edigan, Hubungan Antara •Penggunaan Data yang Hasil penelitian
Perilaku
Linda Ratna Keselamatan APD diperoleh ini adalah
Purnama Sari, Kerja Terhadap •1.Tingkat dimasukkan variabel yang
Penggunaan Alat
Risa Amalia Pelindung Diri Pendidikan kedalam mempunyai
(APD) Pada 2.Pengetahu program hubungan
Karyawan PT
Sumber: Surya an3.Sikap data dengan terhadap
J. Saintis Volume Agrolika Reksa Di Kerja menggunaka penggunaan
19 Nomor 2, 2019 Sei. Basau 4.Pelatihan n berbantuan APD yaitu
ISSN (Print) : K3 Program tingkat
1410-7783 5.Pengawasa Komputer pendidikan (p-
ISSN (Online) : n value= 0,030),
2580-7110 pengetahuan (p-
value= 0,003),
sikap kerja (p-
54
value= 0),
pelatihan K3 (p-
value= 0,004),
dan pengawasan
(p-value=
0,015).
Kesimpulan
dalam penelitian
ini adalah
terdapat
hubungan yang
signifikan antara
perilaku
keselamatan
kerja terhadap
penggunaan
APD
Kebaruan dalam penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
menggunakan dua variabel indipenden kepatuhan penggunaan APD dan perilaku K3
serta satu variabel dependen yaitu kinerja karyawan.
55
2.3 Kerangka Pemikiran
Kepatuhan
penggunaan
APD
(X1)
Kinerja
Karyawan
(Y1)
Perilaku K3
(X2)
56
2.4 Hipotesis
57
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
58
Tabel 2. Jadwal penelitian
No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
2 3 4 1 2 3 4 1
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8. Penyusunan laporan
59
3.1.2 Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Sekaran (2006) menyatakan bahwa populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal yang ingin diteliti. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2016). Menurut Sugiyono
(2016), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapakan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian
adalah pekerja bagian pembangunan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA
MANDIRI yang berjumlah 178.
Pada bagian pembangunan 178 orang terdiri dari direktur operasional,
Kepala admisi operasional 1, Kepala admisi operasional 2, Kepala admisi
operasional 3, Kepala admisi operasional 4, Quality control terdiri dari 4
orang, Health Safety Environment (HSE) terdiri dari 10 orang,
Engineering terdiri dari 20, Site operasional terdiri dari 17, Administratif
terdiri dari 4, dan sisanya adalah pegawai kontrak (tidak tetap).
2. Besar sampel
Menurut Sekaran (1992), sampel adalah bagian dari kelompok populasi.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018).
Menentukan ukuran sampel dari populasi pada penelitian ini
menggunakan rumus Slovin. Perhitungan pengambilan jumlah sampel
yang digunakan adalah sebagai berikut:
n = N/ 1+N(e)2
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
60
e = Tingkat kesalahan yang digunakan 10%
Jumlah sampel diproyeksikan dari rataan jumlah pekerja, yaitu sejumlah:
n = 178/ 1+ 178(0,05)2 = 123,1 dan dibulatkan menjadi 123.
Sehingga sample yang diambil dari sebagian pekerja bagian
pembangunan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA MANDIRI berjumlah
123 orang.
61
Struktur organisasi perusahaan PT. ENAM PM
Bagian pembangunan :
178
62
Variabel Independent
Variabel Dependent
Perilaku K3
Kinerja Karyawan
Kepatuhan penggunaan APD
Populasi
Sampel
Desain penelitian
Cross sectional
Instrumen penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data
64
dengan perilaku-perilaku kerja lain yang membentuk perilaku kerja.
Perilaku keselamatan merupakan aplikasi dari perilaku tugas yang ada di
tempat kerja. Variabel ini diukur menggunakan indikator perilaku untuk
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, perilaku untuk bertanggung jawab
terhadap lingkungan, menaati peraturan praktik, perilaku terhadap bahaya
fisik, perilaku terhadap bahaya ergonomi, perilaku terhadap bahaya
psikologis. Pengumpulan data menggunakan metode expost facto. Jenis
data yang dihasilkan berupa data interval.
65
sub variabel, kemudian menjadi indikator indikator yang dapat diukur. Skala
Likert yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
2.
66
Patuh, jika
total
skor kuesioner
≥
Median
2. Perilaku K3 Tindakan Pekerja Tersedianya Menggunakan Ordin
dalam berperilaku pertanyaan kuesioner al
aman atau berperilaku tentang Perilaku dengan skala
selamat Keselamatan likert
disetiap kegiatan atau Pekerja 1. Kurang
melakukan perkejaan Baik, jika
total skor
kuesioner <
Median
2. Baik, jika
total
skor kuesioner
≥
Median
3. Kinerja Kinerja adalah Kualitas kerja: Menggunakan Ordin
karyawan hasil secara Kemampuan, kuesioner al
kuantitas dan Ketrampilan, Hasil dengan skala
kualitas yang kerja likert
dicapai oleh Kuantitas kerja : merupakan
seorang karyawan waktu dalam bekerja, pendapat
dalam melaksanakan pencapaian target dari
tugas kerjanya Kerja sama : jalinan responden
sesuai dengan kerja sama,
tanggung jawab kekompakkan
yang diberikan Tanggung jawab :
kepadanya. Hasil kerja,
mengambil
keputusan,
67
Inisiatif: Kemandirian
1) Kuesioner
68
Merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar yang berisi
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Adapun penyebaran
kuesioner secara personal dan sifatnya tertutup, di mana dibatasi dengan
beberapa alternatif jawaban kepada pekerja pembangunan di PT. ENAM
PRAKARSAJAYA MANDIRI. Peneliti menggunakan kuesioner untuk
mengukur perilaku K3 dan kepatuhan penggunaan APD serta kinerja
karyawan.
2) Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung atau
berkomunikasi langsung, dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan
untuk memperoleh data mengenai profil perusahaan, jumlah karyawan dan
jenis layanan yang dimiliki.
3) Studi Literatur
Merupakan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang
ada kaitannya dengan masalah, variabel yang diteliti dan juga informasi lain
yang berkaitan dengan objek dan tempat penelitian yang sumbernya seperti
buku, brosur, internet, majalah, jurnal dan karya ilmiah berupa tesis.
4) Observasi
Observasi adalah untuk mengamati ada atau tidaknya pengaruh kepatuhan
penggunaan APD dan perilaku K3 terhadap kinerja karyawan di PT. ENAM
PRAKARSAJAYA MANDIRI.
Setelah proses pengumpulan data selesai, selanjutnya dilakukan penyiapan
data. Tahap- tahap ini meliputi editing data, yaitu mencermati setiap kuesioner
dan mentabulasikan masing masing jawaban kedalam spread- sheet. Secara
lengkap proses tersebut dapat dituangkan dalam bentuk diagram alur ( flow
chart ) seperti pada Gambar 5.
69
Pemilihan topik
Penyiapan Data:
•Data latar belakang
•Data objek penelitian
•Pemilihan model analisis
Penyusunan kueisioner
Valid?
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Pelaksanaan Penelitian
Reliabel?
Pengolahan
SPSS
Interprestasi hasil
Selesai
70
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah
(Riduwan, 2012). Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus
Pearson Product Moment yaitu :
𝑛 (∑𝑋𝑖𝑌𝑖)– (∑ 𝑋𝑖).∑(𝑌𝑖)
r hitung = ................................. (1)
√(𝑛 .∑𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ).{𝑛.∑(𝑌𝑖)2 −∑(𝑌𝑖)2 }
Keterangan :
n = Jumlah responden
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut (Wiyono, 2011) : Jika r hitung ≥ r tabel maka
instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total,
maka dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka instrumen atau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka dinyatakan tidak
valid.
71
yang digunakan. Metode Alpha (Cronbach’s) banyak dipakai karena rumus
yang digunakan tidak terpengaruh jika varian dan kovarian dari komponen-
komponennya tidak sama, rumus yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
k Σ𝜊 2 𝑋𝐿
α= (1 − ) ..................................................(2)
k−1 𝜊1 𝑋
Keterangan :
2
Σ𝜊𝑋𝐿 = Jumlah ragam butir
Metode alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala, atau skor
rentangan. Jika nilai alpha > 0,70 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient
reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel
dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas
yang kuat.
72
Pertanyaan rhitung Keterangan
Pertanyaan 1 APD 0.667 Valid
73
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2023)
Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden dalam
daftar kuesioner adalah valid (r hitung > r kritis). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hampir semua pernyataan dalam tahap uji coba adalah valid,
dimana responden dapat mengerti maksud dari setiap pernyataan yang diajukan oleh
peneliti dan kuesioner tersebut layak untuk diberikan kepada seluruh responden.
74
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
(Nazir, 2005). Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk melihat
karakteristik demografi responden. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan
untuk penilaian persepsi responden terhadap variabel yang diujikan.
Penilaian menggunakan lima skala likert yang memiliki rentang nilai
sebagai berikut:
Rentang Nil𝑎i = (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚) : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Rentang Nilai = (5−1) : 5
Rentang Nilai = 0.8
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh interval penilaian yang
ditunjukkan pada Tabel 4. di bawah ini.
Interval Skala
1 s/d 1.80 Sangat Tidak Setuju
>1.80 sd 2.60 Tidak Setuju
>2.60 sd 3.40 Kurang Setuju
>3.40 sd 4.20 Setuju
>4.20 sd 5.00 Sangat Setuju
Skala penilaian persepsi ini akan digunakan untuk menilai variable variabel
yang digunakan dalam penelitian menurut persepsi responden.
75
3.8 Uji Hipotesis
Uji Hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik dan
menarik kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut.
Uji Hipotesis Statistik dalam penelitian ini dengan penjelasan sebagai berikut :
Hipotesis 1 :
Hipotesis 2 :
Hipotesis 3 :
76
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PT. ENAM PM merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang layanan jasa
Konsultasi Teknis yang didirikan secara resmi pada tahun 2009 oleh para profesional
yang telah berpengalaman dalam bidang Layanan Jasa Project Manajemen Services
(Engineering, Procurement, Construction (EPC)), Construction Management dan
Quantity Surveying selama lebih dari 20 tahun.
PT. ENAM PM mempekerjakan 989 karyawan mulai hari Senin sampai dengan hari
Sabtu. Karyawan PT. ENAM PM terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan
tetap terdiri dari 636 sedangkan karyawan tidak tetap tergantung dari proyek yang
dikerjakan saat itu.
4.1.2 Karakteristik Responden Penelitian
Gambaran umum responden menggambarkan keadaan dan kondisi dari responden.
Berikut ini akan dikemukakan gambaran umum responden yang menjadi obyek
penelitian ini, yaitu pekerja bagian pembangunan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA
MANDIRI. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan secara
langsung kuesioner pada karyawan tetap maupun tidak tetap yang bekerja bagian
pembangunan di PT. ENAM PRAKARSAJAYA MANDIRI. Jumlah kuisioner yang
disebarkan kepada responden sebanyak 123 kuesioner. Adapun gambaran dari
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan status pegawai.
77
keterlibatan langsung dengan produk dan jasa perusahaan yaitu untuk hanya
pengurusan administrasi internal non teknik. Dengan demikian peneliti tidak
mengalokasikan pembagian kuesioner kepada kedua orang tersebut. Maka khusus
untuk penelitian ini, 100% responden adalah laki-laki. Karakeristik responden
karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 6.
Tabel 8. Karakteristik Responden karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan Jenis
Kelamin
Laki-laki 98 79.7%
Perempuan 25 20.3%
78
4.1.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Penelitian ini memberikan batasan usia responden, berdasarkan usia minimal pegawai
yang dapat bekerja di perusahaan tersebut yaitu minimal 19 tahun sampai dengan usia
sebelum masa pensiun yaitu usia dibawah 55 tahun.
Tabel 9. Karakteristik Responden karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan Usia
≤ 25 18 14.6%
26 - 35 86 69.9%
36 - 45 8 6.5%
46+ 11 8.9%
79
4.1.2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
Karakteristik responden yang diamati selanjutnya adalah pendidikan terakhir.
Karyawan PT. ENAM PM memiliki latar pendidikan terakhir yang beragam.
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan diharapkan dapat
ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi
seseorang dalam berfikir, memandang, berpersepsi dan memandang suatu hal atau
permasalahan. Tingkat pendidikannya bahkan mempengaruhi seseorang dalam
memutuskan jalan keluar suatu permasalahan. Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang semakin tinggi, maka semakin tanggap pula orang itu dalam
menghadapi informasi atau permasalahan. Semakin besar informasi yang diterimanya,
maka semakin besar pula pengaruhnya dalam hal pemilihan produk atau jasa yang
terbaik menurutnya.
Tabel 10. Karakteristik Responden karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan
Pendidikan Terakhir
SMP 1 0.8%
SMA 13 10.6%
Diploma 25 20.3%
Sarjana 1 73 59.3%
Pascasarjana 11 8.9%
80
Gambar 8. Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 11. Karakteristik Responden karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan Masa
Kerja
≤5 96 78.0
6 - 10 18 14.6
11 - 15 7 5.7
16+ 2 1.6
81
Sumber: Data kuesioner yang diolah (2023)
Tabel 12. Karakteristik Responden karyawan bagian pembangunan PT. ENAM PM berdasarkan Status
Pegawai
Kontrak 62 50,4%
Tetap 61 49,5%
82
Sumber: Data kuesioner yang diolah (2023)
Status Pegawai
7
6
5
4
3
2
1
0
kontrak tetap
83
7 Apakah APD tersebut mengganggu aktifitas 27 96 123
Anda? (22%) (78%) (100%)
8 Apakah perusahaan pernah mengadakan 118 5 123
pelatihan K3 khususnya tentang APD? (95,9%) (4,1%) (100%)
9 Apakah di perusahaan terdapat peraturan yang 121 2 123
mewajibkan Anda untuk menggunakan APD? (98,4%) (1,6%) (100%)
10 Jika ada, apakah peraturan itu sudah diketahui 120 3 123
oleh semua pekerja? (97,6%) (2,4%) (100%)
11 Apakah dengan peraturan tersebut 112 11 123
keselamatan dan kesehatan Anda menjadi (91,1%) (8,9%) (100%)
lebih terjaga?
12 Apakah perlu diadakan pengawasan 118 5 123
pengunaan APD? (95,9%) (4,1%) (100%)
13 Apakah selama Anda bekerja ada pengawasan 111 12 123
tersebut? (90,2%) (9,8%) (100%)
14 Apakah Anda mengikuti pelatihan APD? 106 17 123
(86,2%) (13,8%) (100%)
Sumber: Data kuesioner yang diolah (2023)
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa skor rata-rata kepatuhan penggunaan APD
adalah banyak yang patuh terhadap penggunaan APD.
Hal ini juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana masih ada pekerja yang tidak
memakai APD dengan lengkap saat bekerja dengan alasan risih atau tidak nyaman
.Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap merupakan proses mental
yang terjadi pada individu yang akan menentukan respon yang baik dan nyata dari
setiap orang yang berbeda. Pengetahuan seseorang terdiri dari enamdomain yaitu tahu,
paham, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Setiap tingkatan memperlihatkan
kemampuan individu. Pembuktian seberapa tinggi pengetahuan pekerja dilihat dari
seberapa tinggi sikap pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja
84
No Pertanyaan Ya Tidak Total
1 Apakah saudara melakukan pekerjaan secara cepat 19 104 123
dan terburu-buru? (15,4%) (84,6%) (100%)
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa skor Perilaku Keselamatan Kesehatan Kerja
adalah baik.
Keselamatan kerja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan.
Tanpa diperhatikan sisi keselamatan kerja maka karyawan akan merasa kurang
dilindungi dalam pekerjaannya. Kesehatan kerja adalah hal yang penting untuk
diperhatikan setelah keselamatan kerja. Karyawan yang diperhatikan kesehatannya
akan merasa terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaannya. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur bagaimana pelayanan
kesehatan diperhatikan oleh perusahaan.
85
standar yang sudah
ditetapkan
2 Saya selalu teliti dalam 0 0 5 68 50 123
melaksanakan tugas yang (0%) (0%) (4,1%) (55,3%) (40,7%) (100%)
diberikan
3 Saya dapat menyelesaikan 0 0 11 64 48 123
pekerjaan dengan rapi (0%) (0%) (8,9%) (52%) (39%) (100%)
4 Saya bekerja mencapai target 0 0 5 69 49 123
yang (0%) (0%) (4,1%) (56,1%) (39,8%) (100%)
ditetapkan oleh perusahaan
5 Saya datang ke kantor tepat 0 0 11 58 54 123
waktu (0%) (0%) (8,9%) (47,2%) (43,9%) (100%)
6 Saya selalu menaati 0 0 7 75 41 123
peraturan yang (0%) (0%) (5,7%) (61,0%) (33.3%) (100%)
diterapkan
7 Saya dapat menyelesaikan 0 3 24 55 41 123
pekerjaan dengan cepat (0%) (2,4%) (19,5%) (44,7%) (33,3%) (100%)
tanpa adanya perbaikan
8 Saya menyelesaikan 0 0 9 67 47 123
pekerjaan tepat (0%) (0%) (7,3%) (54,5%) (38,2%) (100%)
waktu
9 Saya dapat bekerjasama 0 0 8 74 41 123
dengan rekan kerja dalam (0%) (0%) (6,5%) (60,2%) (33,3%) (100%)
menyelesaikan pekerjaan
bersama
10 Saya berusaha bekerja sama 0 0 5 71 47 123
dengan baik dengan sesama (0%) (0%) (4,1%) (57,7%) (38,2%) (100%)
karyawan
11 Saya ikut andil dalam hal 0 1 11 67 44 123
pekerjaan yang dilakukan (0%) (0,8%) (8,9%) (54,5%) (35,8%) (100%)
86
Kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kuesioner untuk mengukur bagaimana kinerja karyawan PT. ENAM PM
diperhatikan oleh perusahaan. Ada 11 pertanyaan yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur secara lebih mendalam.
n P-value r
Korelasi antara Kinerja (Y) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki
korelasi positif yang kuat (0.681**). Ini mengindikasikan bahwa organisasi atau
individu yang lebih peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja cenderung
memiliki kinerja yang lebih baik. Mungkin adanya budaya kerja yang aman dan sehat
dapat berkontribusi positif terhadap efektivitas dan efisiensi kerja.
87
n P-value r
Korelasi antara Kinerja (Y) dan Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
memiliki korelasi positif yang moderat (0.430**). Ini menunjukkan bahwa penggunaan
Alat Pelindung Diri yang tepat dan konsisten dapat memiliki dampak positif pada
kinerja individu atau organisasi. Ketika APD digunakan dengan benar, maka hal ini
dapat mendukung peningkatan kinerja.
n P-value r
88
Korelasi antara Kinerja (Y) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki
korelasi positif yang kuat (0.681**). Ini mengindikasikan bahwa organisasi atau
individu yang lebih peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja cenderung
memiliki kinerja yang lebih baik. Mungkin adanya budaya kerja yang aman dan sehat
dapat berkontribusi positif terhadap efektivitas dan efisiensi kerja.
4.8. Analisis regresi variabel Perilaku K3 (X2) dan Kepatuhan penggunaan APD
(X1) terhadap variabel Kinerja (Y).
Tabel 19. Analisi Regresi
Model Summaryb
Tabel di atas merupakan hasil analisis regresi yang membahas bagaimana variabel-
variabel K3 (X2) dan APD (X1) mempengaruhi variabel Kinerja (Y). Berikut
penjelasan mengenai tabel tsb. :
- R Square (R^2): Nilai 0.558 menunjukkan bahwa sekitar 55.8% variasi dalam
variabel Kinerja (Y) dapat dijelaskan oleh kombinasi K3 (X2) dan APD (X1).
- Adjusted R Square: Nilai 0.550 adalah R Square yang disesuaikan dengan jumlah
prediktor dan jumlah sampel. Ini mengindikasikan bahwa sekitar 55% variasi dalam
89
Kinerja (Y) dapat dijelaskan oleh model ini setelah mempertimbangkan kompleksitas
model.
- Std. Error of the Estimate: Nilai 0.29656 adalah perkiraan kesalahan standar dari
prediksi model terhadap variabel Kinerja (Y).
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
90
4.10 Uji Koefisien
Tabel 21. Uji Koefisien
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Toleran
Model B Std. Error Beta t Sig. ce VIF
- Koefisien untuk Intercept (Constant): Nilai 3.289 adalah perkiraan Kinerja (Y) ketika
nilai K3 (X2) dan APD (X1) adalah 0.
- Koefisien untuk APD (X1): Nilai 0.085 menunjukkan bahwa ketika APD (X1)
meningkat satu satuan, Kinerja (Y) meningkat sekitar 0.085 unit, dengan
mempertahankan K3 (X2) konstan.
- Koefisien untuk K3 (X2): Nilai 0.394 menunjukkan bahwa ketika K3 (X2) meningkat
satu satuan, Kinerja (Y) meningkat sekitar 0.394 unit, dengan mempertahankan APD
(X1) konstan.
91
- Sig.: Nilai 0.000 untuk kedua koefisien menunjukkan bahwa kedua variabel prediktor
(APD dan K3) memiliki dampak yang signifikan secara statistik terhadap Kinerja (Y).
- Collinearity Statistics: Nilai Tolerance dan VIF menunjukkan bahwa tidak ada
masalah multikolinearitas antara prediktor (APD dan K3) dalam model.
Kesimpulannya, hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi dengan K3 (X2)
dan APD (X1) sebagai prediktor memiliki dampak yang signifikan pada variabel
Kinerja (Y). Variabel K3 (X2) dan APD (X1) secara bersama-sama menjelaskan
sekitar 55.8% variasi dalam Kinerja (Y). Lebih lanjut, kedua variabel prediktor tersebut
memiliki pengaruh yang signifikan secara individu terhadap Kinerja (Y).
Dari output di atas, terlihat bahwa kita memiliki koefisien (coefficients) untuk variabel
prediktor, yaitu APD (X1) dan K3 (X2), serta nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengujian hipotesis.
- Nilai t: 5.063
Karena nilai p-value (Sig.) sangat rendah (kurang dari tingkat signifikansi apapun
seperti 0.01 atau 0.05), kita memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol. Ini
berarti ada bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa variabel APD (X1) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Kinerja (Y).
92
4.12. Uji Hipotesis untuk K3 (X2)
- H0 (Hipotesis Nol): Koefisien K3 (X2) = 0 (Tidak ada pengaruh K3 terhadap Kinerja)
- Nilai t: 10.060
Karena nilai p-value (Sig.) sangat rendah (kurang dari tingkat signifikansi apapun
seperti 0.01 atau 0.05), kita memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol. Ini
berarti ada bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa variabel K3 (X2) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Kinerja (Y).
Dalam kedua kasus, karena nilai p-value sangat rendah, kita memiliki keyakinan yang
kuat bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel prediktor (APD dan
K3) dengan variabel respon (Kinerja). Sehingga, hasil ini mendukung kesimpulan
bahwa APD dan K3 memiliki pengaruh signifikan terhadap Kinerja.
Persamaan estimasi regresi berdasarkan koefisien yang diberikan dalam tabel adalah
sebagai berikut:
- 3.289 adalah nilai intercept (konstanta) yang menunjukkan perkiraan nilai Kinerja (Y)
ketika kedua prediktor (APD dan K3) adalah 0.
- 0.085 adalah koefisien untuk variabel APD (X1), yang mengindikasikan bahwa setiap
peningkatan satu unit dalam APD akan menghasilkan peningkatan sekitar 0.085 unit
dalam Kinerja (Y), dengan mempertahankan K3 (X2) tetap konstan.
93
- 0.394 adalah koefisien untuk variabel K3 (X2), yang mengindikasikan bahwa setiap
peningkatan satu unit dalam K3 akan menghasilkan peningkatan sekitar 0.394 unit
dalam Kinerja (Y), dengan mempertahankan APD (X1) tetap konstan.
Jadi, dengan menggunakan persamaan ini, kita dapat memperkirakan nilai Kinerja (Y)
berdasarkan nilai-nilai APD (X1) dan K3 (X2).
94
4.14. Uji Heteroskedastisitas secara Visual
95
menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan diagram scatterplot
di atas, terlihat bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu (berpencar tidak
teratur). Hal ini berarti model penelitian terbebas dari masalah heterokedastisitas.
96
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
97
dugaan adanya pengaruh yang signifikan kepatuhan penggunaan APD
terhadap perilaku keselamatan kesehatan kerja PT. ENAM PM.
4. Variabel kepatuhan penggunaan APD dan perilaku keselamatan kesehatan
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
ENAM PM. Dalam hal ini Ini berarti semakin baik kepatuhan penggunaan
APD dan perilaku keselamatan kesehatan kerja yang diberikan, sehingga
menimbulkan kinerja karyawan yang meningkat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan dugaan adanya
pengaruh yang signifikan kepatuhan penggunaan APD terhadap perilaku
keselamatan kesehatan kerja PT. ENAM PM.
98
5. PT. ENAM PM juga perlu secara konsisten memelihara kebersihan dan
kenyamanan fasilitas pendukung seperti tempat parkir, mushola dan
toilet.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I Komang dkk (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
Astuti, Okky Suli. (2011) Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Produktifitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Indmira Citra Tani Nusantara
di Yogyakarta. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Azwar S. (2013) Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.
Cicilia Lisnahan, Asrial dan Paul G.(2022) Tamelan Pengaruh pengetahuan kesehatan
dan keselamatan kerja terhadap Kinerja karyawan konstruksi pada PT. Usaha
karya buana kota kupang, Jurnal Batakarang, Vol. 3, No.1, Edisi Juni 2022. ISSN
2747 – 0512
Dharma, Agus (2008) Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: CV. Rajawali
Edigan, F., Purnama Sari, L. R. and Amalia, R. (2019) ‘Hubungan Antara Perilaku
Keselamatan Kerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Karyawan PT Surya Agrolika Reksa Di Sei. Basau’, Jurnal Saintis, 19(02), p. 61.
doi: 10.25299/saintis.2019.vol19(02).3741.
Gary Dessler (1997) Manajemen Personalia , Cet.3; Erlangga; Jakarta, h. 346
Ika Anjari Doy Saputri. (2014) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Penggunaan APD pada Pekerja Kerangka Bangunan, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Mahdi, M.I. (2022) Kasus Kecelakaan Kerja di Indonesia alami tren meningkat,
Dataindonesia.id. Edited by D. Bayu. Available at: https://dataindonesia.id/sektor-
riil/detail/kasus-kecelakaan-kerja-di-indonesia-alami-tren-meningkat (Accessed:
October 30, 2022).
Mangkunegara, Anwar Prabu (2010) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung : Refika Aditama
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Masjuli, Taufani,A. , Kasim, Amri A. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Berbasis SNI ISO 45001:2018 / BSN - Tangerang Selatan : Badan
Standardisasi Nasional, 2019.
Masri, Rasyid (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia Analisis Hasil Penelitian
Sosial. Makassar: Alauddin University Press
100
Meily, Kurniawidjadja (2010) Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Nazir M, 2005. Metode Penelitian, Bogor (ID): Ghali Indonesia.
Ramli, S. (2010) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods For Business: A Skill Building Approach,
Second Edition, New York: John Willey & Sons Inc
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta: Saalemba Empat
Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, cetakan 16, Bandung:
Alfabeta
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID). Ghalia
Indonesia
Undang-Undang dasar Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Undang-Undang dasar Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang
Ketenagakerjaan
Riduwan. (2007) Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung (ID):
Alfabeta.
Riduwan. (2012) Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfaberta
Wiyono G. (2011) Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS17.00 dan
Smart PLS 2.0. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN
Parashakti, Dkk (2020) Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Lingkungan
Kerjadan Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.‖ Jurnal Ilmu Manajemen
Terapan (JIMT) 1(3): 290–304
Peraturan Menteri No. PER-05/MEN/2008 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018 tentang K3 lingkungan kerja
Rangkang, J. R. C., Mautang, T. and Paturusi, A. (2021) ‘Hubungan Antara
Pelaksanaan Program Keselamatan Kesehatan Kerja Dengan Kejadian Kecelakaan
Kerja Pada Pt Cahaya Nataan Di Ratahan 2020’, PHYSICAL: Jurnal Ilmu
Kesehatan Olahraga, 2(1), pp. 123–130. doi: 10.53682/pj.v2i1.1128.
101
Rivai, Veitzhal (2005) Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta:
Murai Kencana
Sedarmayanti (2010) Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama
Sofyan, A. (2017) Pengaruh Kesehtan Dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja
Kariyawan Pt.Bekaert Indobesia Plant Karawang, Jurnal Manajemen & Bisnis
Kreatif, 2(1), pp. 22–45.
Suardi, Rudi (2007) Sistem Manejemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Penerbit PPM
Sumakmur (1996) Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung, h. 1
Suyadi Prawirosentono (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijaksanaan
Kerja Karyawan,Yogyakarta: BPFE, h. 2
Swasto, Bambang (2011) Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UB Press
Yani, M (2012) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacan Media
Wibowo (2013) Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers
102