Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Standarisasi Keselamatan Kerja.
Kami sangat berharap makalah ini bisa berguna bagi kita semua dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................................ 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian K3 .................................................................................................... 6
2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................... 7
2.3. Konstruksi ......................................................................................................... 8
2.3.1. Pengertian Konstruksi .............................................................................. 8
2.3.2. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi ................................................................. 9
2.4. Kecelakaan Kerja.............................................................................................. 9
2.5. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi ................. 10
2.5.1. Dasar Hukum K3 di Indonesia .................................................................. 11
BAB III............................................................................................................................. 12
3.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Bidang Konstruksi ......... 12
3.2. Penerapan Sistem Manajemen K3 Konstruksi ............................................ 12
3.3. Perlengkapan dan Peralatan Standar Keselamatan Kerja (K3) ................ 14
3.4. Kerugian Apabila Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tidak Dikelola dengan Baik ....................................................................................... 17
3.5. Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebagai Tindakan Preventif
Kecelakaan Kerja........................................................................................................ 17
3.6. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi ..................................... 18
3.7. Keadaan Darurat pada Proyek Konstruksi.................................................. 20
3.8. Contoh Kasus K3 ............................................................................................ 20
3.8.1. Briefing Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ............................. 20
BAB IV ............................................................................................................................. 22
4.1. Keimpulan ....................................................................................................... 22
4.2. Saran ................................................................................................................ 22
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 23
Lampiran ......................................................................................................................... 24
2
BAB I
PENDAHULUAN
Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya angka
kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian terhadap
pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai gambaran, data angka
kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di Indonesia tercatat 96.314 kasus
kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144 orang meninggal, 42 orang cacat total.
Sebagian besar pekerja yang ditanyakan mengenai berbagai hal tentang K3, tidak
mengetahui secara jelas mengenai K3 meskipun pernah mendengarnya. Hal ini
berarti bahwa persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh di bawah persoalan
seperti upah rendah serta hak – hak lainnya. Banyak perusahaan yang tidak
3
menyediakan alat keselamatan dan pengaman untuk pekerjanya, dan banyak juga
pengusaha yang mengabaikan K3 karena dianggap mengeluarkan biaya tambahan.
Secara umum pengetahuan tentang K3 sangat luas, akan tetapi ada beberapa
komponen K3 yang dipandang penting untuk dijadikan tolak ukur pemahaman K3.
Komponen – kompenen tersebut adalah Definisi dan Inisiasi K3, Sistem
Manajemen K3 (SMK3), Alat Pelindung Diri (APD), Sarana dan Prasarana K3,
Risiko K3. Definisi dan inisiasi bermanfaat untuk gambaran awal tentang K3 pada
suatu proyek konstruksi yang erat kaitannya dengan pengenalan secara umum
seperti misalnya definisi istilah – istilah, kepanjangan dari singkatan – singkatan,
arti dan makna lambang K3, struktur organisasi yang terlibat, pihak internal dan
eksternal terkait fungsi pelaksanaan K3, dan sebagainya. Proses SMK3
menggunakan pendekatan PDCA (Plan Do Check Action) yaitu mulai dari
perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian,
SMK3 akan berjalan terus – menerus secara berkelanjutan selama aktivitas
organisasi masih berlangsung. Perlindungan keamanan dan keselamatan pekerja
dalam suatu kegiatan konstruksi seharusnya dilakukan secara sungguh – sungguh
melalui berbagai cara untuk mengurangi sumber bahaya dengan menggunakan alat
pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan
menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Begitu juga dengan
sarana dan prasarana K3 yang memadai, seperti misalnya tersedia atau tidaknya
fasilitas MCK, tempat sampah organik atau anorganik, pengelolaan limbah, yang
secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi perilaku pekerja saat bekerja.
Komponen penting lainnya yaitu risiko K3, yang menggambarkan besarnya potensi
bahaya pada pekerjaan konstruksi untuk dapat menimbulkan insiden atau cedera
pada pekerja yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang
diakibatkannya, sehingga harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3
yang baik.
4
1.3. Tujuan Penulisan
4.1. Mengetahui pelaksanaan prosedur K3 pada pekerjaan kosntruksi
4.2. Mengetahui dasar-dasar hokum yang mengatur K3 kontruksi
4.3. Mengetahui implementasi dari manajemen K3
1.4. Manfaat Penulisan
1. Melatif kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikirannya tentang
suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara tidak
langsung penulis juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir secara
logis-sistematis tenntang keselamatan dan kesehatan kerja, serta kemampuan
analisis.
2. Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya pada
pengembangan upaya – upaya untuk menghasilkan terobosan baru di bidang
K3 Konstruksi.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International
Labour Organization) dan beberapa ahli :
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Suma’mur (2001)
6
4. Simanjuntak (1994)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
7. Jackson (1999)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-
fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan.
7
3.2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan
akibatkerja, memelihara dan meningkatkan efisiensi dan daya
produktivitastenagamanusia, memberantas kelelahan kerja dan melipat
gandakan gairahsertakenikmatan kerja.
3.3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan,
supayaterhindardari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang
bersangkutan danperlindungan masyarakat luas dari bahaya yang
mungkinditimbulkan olehproduk industri.
2.3. Konstruksi
2.3.1. Pengertian Konstruksi
8
2.3.2. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-
hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik,
lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan
yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta
9
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen
keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan
metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi ( The Bussiness Roundtable,
1982 dalam Wirahadikusumah, Ferial, 2005).
Aspek ketenagakerjaan dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
bidang konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum maupun pada tiap bagian
konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk bagian konstruksi
bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lain masih banyak aspek yang belum
tersentuh. Disamping itu, besarnya sanksi untuk pelanggar terhadap peraturan ini
masih sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
10
Pedoman K3 konstruksi ini cukup komperhesif, namun terkadang sulit
dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta
tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangankekurangan
tersebut tentu menghambat penerapan Pedoman K3 di lapangan, serta dapat
menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan diantara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi (Wirahadikusumah, 2007).
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib
menerapkan SMK3 Konstruksi. SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:
a. KebijakanK3;
b. PerencanaanK3;
c. PengendalianOperasional;
d. PemeriksaandanEvaluasiKinerjaK3;dan
e. TinjauanUlangKinerjaK3.
13
3.3. Perlengkapan dan Peralatan Standar Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective
Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja.
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat
karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang
keras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan
pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang
mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap
tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh
kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki
tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya
14
mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab
tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan
sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya
berulang seperti medorong gerobag cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan
lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar
benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya
yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material
konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja
untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri
sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali
pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga
seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan
erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang
efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup
telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran
15
besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk
kayu sisa dari kegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.
9. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan
penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus
menjadi pertimbangan utama.
10. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek.
Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan
untuk pertolongan pertama.
Alat perlindungan diri dapat berfungsi secara efektif apabila syarat-syarat dasar
diperhatikan dengan baik (Ridley, 2008). Syarat-syarat tersebut antara lain:
2. Diberikan satu orang per orang atau jika tidak, harus dibersihkan.
16
3.4. Kerugian Apabila Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tidak Dikelola dengan Baik
terjadi.
4. Perusahaan asuransi akan menarik diri dari penjaminnya, jika tidak premi akan
dinaikkan.
7. Kehilangan penghasilan.
17
a. Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada
elektrikal
2. Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah
periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas
yang terkait dalam pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum
tentang K3 atau Safety plan proyek yang bersangkutan.
cara menghindarinya.
kecelakaan
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu (Djati, 2006) :
1. Kecelakaan umum
Adalah kecelakaan yang terjadi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan seperti
kecelakaan pada waktu hari libur/ cuti, kecelakaan di rumah dll.
18
2. Kecelakaan akibat kerja
19
3.7. Keadaan Darurat pada Proyek Konstruksi
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan darurat pada suatu
proyek konstruksi harus jauh-jauh hari diantisipasi dengan benar, bertujuan untuk
keselamatan pekerja dan kelancaran proyek tersebut.
Setiap pekerja mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bekerja dengan
aman dan memperhatikan keselamatan. Pada dasarnya kita semua mengerti potensi
bahaya yang mungkin timbul di tempat area kerja kita masing-masing dan alat-alat
pelindung diri apa saja yang harus kita gunakan. Setiap perusahaan berkewajiban
menyediakan dan mencukupi perlengkapan dan kelengkapan alat pelindung diri.
Dengan demikian diwajibkan pula bagi para staf dan pekerja di lingkungan kerja
baik di industri maupun proyek untuk mengenakannya alat pelindung diri dengan
baik dan benar.
Namun dalam hal ini terdapat tiga pekerja K3 yang sedang di briefing sebelum
melakukan pekerjaannya. Pertama, satu pekerja K3 yang disiplin menggunakan
APD dengan baik dan benar dari ujung kepala hingga ujung kaki agar tidak terjadi
kecelakaan kerja. Kedus, satu pekerja K3 yang tidak disiplin yang tidak
menggunakan APD kemudian yang terakhir terdapat satu pekerja K3 yang
20
menggunakan APD yang tidak sesuai dengan prosedur penggunaan APD yang
benar.
1. Kondisi kerja
Saat briefing dua pekerja menolak untuk menggunakan APD dan tidak sesuai
dengan prosedur APD yang sudah ditetapkan.
2. Kelalaian manusia
Di tempat kerja akan terjadi potensi bahaya yang akan mungkin timbul dan dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Kondisi inilah yang akan menimpa para pekerja
yang tidak menggunakan APD.
4. Cidera
Cidera yang akan terjadi pada pekerja yang tidak menggunakan APD akan
mengalami kecelakaan kerja baik ringan maupun berat.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Keimpulan
1. Menurut Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993, Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan
orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien. Definisi Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana
maupunprasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah
konstruksijuga dapatdikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada
sebuah area ataupada beberapa area.Walaupun kegiatan konstruksi dikenal
sebagai satu pekerjaan,tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri daribeberapa pekerjaan lain yang berbeda.
2. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerjadengan
melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan dan inspeksi,
untuk memenuhi keselamatan dankesehatan kerja
4.2. Saran
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa
aman dan nyaman.
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan
22
Daftar Pustaka
Ervianto, I.W. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta:
Andi.
Aditama. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Indonesia.
Dewan Keselamatan & Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). 2000. Keselamatandan
Kesehatan Kerja di Indonesia 1990-2000. Prosiding Satu Abad K3 di
Indonesia. Jakarta.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
23
Lampiran
1. Alat Pelindung Diri
24
Gambar 1.4 Kacamata Pengamanan
2. Slogan K3
25
Gambar 2.1 Slogan K3
26
3. Rambu – Rambu K3
27
Gambar 3 Rambu – Rambu K3
28