Anda di halaman 1dari 19

2.7.

Waduk
2.7.1 Umum
Waduk atau reservoir adalah danau alam atau danau buatan,kolam penyimpan atau
pembendungan sungai yang bertujuan untuk menyimpan air.Pembangunan waduk adalah salah
satu wujud dari usaha memenuhi kebutuhan air. Persediaan yang ada di waduk antara lain
direncanakan untuk berbagai keperluan. Dalam pembangunan waduk yang paling
diperhatikan adalah analisa tentang produksi dan kapasitas. Produksi adalah jumlah air
yang dapat disediakan oleh waduk dalam jangka waktu tertentu. Dari produksi waduk
yang direncanakan tersebut dapat ditetapkan seberapa besar kapasitas waduk yang
diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan dengan keandalan tertentu. Hal ini
digunakan untuk keperluan perencanaan waduk.
Untuk keperluan operasi, hubungan antara kapasitas dan produksi diartikan
sebagai besarnya kebutuhan yang dapat dilayani tiap satuan waktu sesuai dengan
kapasitas yang ada. Pengkajian hubungan antara kapasitas dan produksi disebut
penelaahan operasi. Penelaahan operasi yang dapat mengungkapkan karakteristik waduk
berdasarkan kondisi musim keanekaragaman kebutuhan diperlukan suatu simulasi.
Simulasi pengoperasian waduk dipakai untuk jangka waktu tertentu berdasarkan aturan
yang ditetapkan.
Metode simulasi dan kurva massa digunakan untuk mencari kebutuham air serta
melakukan analisis kapasitas waduk, sehingga dari hitungan ini dapat ditetapkan cara
operasi optimal dengan meninjau hubungan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air.

2.7.2. Kapasitas Tampungan Waduk


Tampungan yang dibutuhkan di suatu sungai untuk memenuhi permintaan
tertentu bergantung pada tiga faktor (Mc. Mahon 1976), yaitu :
 Unsur-unsur aliran sungai
 Ukuran permintaan
 Tingkat keandalan dari pemenuhan permintaan
Dalam bentuknya yang paling sederhana, masalah yang di tangani dapat
digambarkan sebagai berikut :

9
10

Rangkaian aliran

Sungai Q (t)

Rangkaian pelepasan
Terkendali D (t)
Waduk dengan kapasitas
Tamp.aktif C

limpahan

Gambar 2.3. Idealisasi Masalah Kapasitas Kemampuan Waduk

Rangkaian dalam sungai Q (t) akan dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan air
dengan kebutuhan yang tertentu D (t), dalam hal ini mungkin periode aliran rendah (low
flow) dari sungai itu perlu diperbesar. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan dapat
berupa berapa besarnya kapasitas waduk (C) yang harus disediakan bagi suatu pelepasan
atau draft yang terkendali D (t) dengan tingkat keandalan yang bisa diterima, mungkin
ada variasi lain dari pertanyaan ini misalnya menentukan pelepasan bagi suatu kapasitas
tertentu, tetapi masalah dasarnya tetap sama, yaitu hubungan antara karakteristik aliran
masuk (inflow), pelepasan yang terkendali dan keandalan harus ditemukan.
Bagian-bagian pokok sebagai ciri fisik suatu waduk adalah sebagai berikut:
1. Tampungan berguna (usefull storage), menurut Seyhan (seyhan, 1979:24), adalah
volume tampungan diantara permukaan genangan normal (Normal Water Level =
NWL).
2. Tampungan tambahan (surcharge storage) adalah volume air diatas genangan
normal selama banjir. Untuk beberap saat debit meluap melalaui pelimpah. Kapasitas
tambahan ini biasanya tidak terkendali, dengan pengertian adanya hanya pada waktu
banjir dan tidak dapat dipertahankan untuk penggunaan selanjutnya (Linsey,
1985:65).
3. Tampungan mati (dead storage) adalah volume air yang terletak dibawah permukaan
genagan minimum, dan air ini tidak dimanfaatkan dalam pengoperasian waduk.
4. Tampungan debit (valley storage) adalah banyaknya air yang trkandung di dalam
susunan tanah pervious dari tebing dan lembah sungai. Kandungan air tersebut
tergantung dari keadaan geologi tanah.
5. Permukaan genangan normal (normal water level/NWL), adalah elevasi maksimum
yang dicapai oleh permukaan air waduk.
11

6. Permukaan genangan minimum (low water level/LWL), adalah elevasi terendah bila
tampungan dilepaskan pada kondisi normal, permukaan ini dapat ditentukan oleh
elevasi dari bangunan pelepasan yang terendah.
7. Permukaan genangan pada banjir rencana adalah elevasi air selama banjir maksimum
direncanakan terjadi (flood water level/FWL).
8. Pelepasan (realese), adalah volume air yang dilepaskan secara terkendali dari suatu
waduk selama kurun waktu tertentu biasa menggunakan pintu air.
9. Periode kritis (critical perioedi), adalah periode dimana sebuah waduk berubah dari
kondisi penuh ke kondisi kosong tanpa melimpah selama periode itu. Awal periode
kritis adalah keadaan waduk penuh dan akhir periode kritis adalah ketika waduk
pertama kali kosong.

Gambar 2.4. Zona-zona Tampungan Waduk

2.7.3. Lengkung Kapasitas Waduk


Lengkung kapasitas waduk (storage capacity curve of reservoir) adalah suatu
kurva yang menggambarkan hubungan antara luas muka air (reservoir area), volume
(storage capacity) dengan elevasi (reservoir water level). Dari lengkung kapasitas waduk
ini akan diketahui berapa besarnya tampungan pada elevasi tertentu, sehingga dapat
ditentukan ketinggian muka air yang diperlukan untuk mendapatkan besarnya volume
tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini juga dipergunakan untuk menentukan
besarnya kehilangan air akibat perkolasi yang dipengaruhi oleh luas muka air pada elevasi
tertentu.
12

Dari persamaan lengkung kapasitas tinggi dapat ditentukan tinggi muka air waduk
dengan persamaan :
H = Ch . S 0.5.........................................................................................(2.1)
dengan :
A = luas muka air waduk (km2)
S = volume tampungan total (m3)
Ch = koefisien
Jika kehilangan turut diperhitungkan, kehilangan ini dikalikan luasan untuk
mendapatkan volume kehilangan. Persamaan lengkung kapasitas luasan waduk dapat
dinyatakan :
A = Ca . S 0.5…………………………………………………………(2.2)
dengan :
A = luas muka air waduk (km2)
S = volume tampungan total
Ca = koefisien

2.7.4. Klasifikasi Waduk


2.7.4.1. Metode Lara 1962
13

Tipe Rentang
Klasifikasi H (%) V (%)
waduk (m)
1 1
4.5
2.7826 100
I Lake
1 1
3.5
3.7276 100
Flood-plain
II
Foothill
1 1
3.3096 100
III Hill
1 1
21.5443 100
IV George
1 1
100 100
Untuk mendapatkan persamaan digambar grafik hubungan antara volume waduk
sebagai absisi dan kedalam sungai sebagai ordinat. Grafik penentuan tipe waduk dapat
dilihat di lampiran.
2.7.4.2. Jenis waduk menurut pemakaiannya
a. Waduk konservasi → penampang
b. Waduk non konservasi atau Waduk distribusi
2.7.4.3. Jenis waduk menurut operasinya
a. Waduk jangka pendek → Waduk yang siklusnya kurang dari satu tahun.
b. Waduk jangka panjang → Waduk yang siklusnya lebih adri satu tahun.
2.7.4.4. Jenis waduk menurut kebutuhan pemakai dan Kondisi cuaca
a. Direct Reservoir
b. Regulation reservoir
c. Pumped Storage Reservoir
d. Seogonal Reservoir (Depok)
2.7.4.5. Jenis waduk menurut tujuannya
a. Single Purpose (Tunggal guna).
14

b. Multi Purpose (Multi guna)


2.7.5. Usia Guna Waduk
Jika suatu waduk mempunyai suatu tampungan untuk pengendali banjir dan tidak
diharapkan muka air berada dalam tampungan ini untuk periode waktu yang penting,
sebagian akumulasi sedimen harus diendapkan dalam tampungan ini. Usia guna waduk
adalah waktu dimana waduk dapat dipergunakan untuk menampung air dan
mendistribusikannya sehingga bermanfaat . Usia guna waduk ditinjau dari penuhnya dead
storage oleh sedimen. Waktu pengendapan dari berbagai elevasi dikumulatifkan untuk
mendapatkan asia waduk.

2.8. Sedimentasi Di Waduk


2.8.1 Umum

Gambar 2.5 Distribusi sedimen di waduk

Sedimen yang terangkut masuk ke dalam waduk tidak selalu diendapkan pada
dasar waduk yang paling rendah. Sedimen dengan ukuran butiran yang lebih besar akan
terendapkan pada waduk sebelah hulu dibandingkan dengan sedimen dengan butiran yang
lebih kecil. Seperti pada gambar 2.1 semakin kecil ukuran butiran maka semakin
terendapkan jauh ke dalam.
Dengan masuknya sedimen ke dalam waduk akan mengakibatkan berkurangnya
kapasitas waduk. Untuk itu mengetahui berapa besar pengurangan kapasitas dari waduk
ini perlu suatu perhitungan untuk mengetahui jumlah sedimen yang terendapkan selama
waduk beroperasi untuk jangka waktu tertentu.
2.8.2. Faktor-Faktor yang Menentukan Hasil Sedimen
Faktor-faktor yang menentukan hasil sedimen (sediment yield) dari suatu daerah
aliran sungai dapat diringkas sebagai berikut :
1. Jumlah dan intensitas curah hujan
2. Tipe tanah dan formasi geologi
3. Lapisan tanah
15

4. Tata guna lahan


5. Topografi
6. Jaringan sungai, yang meliputi : kerapatan sungai, kemiringan, bentuk, ukuran dan
jenis saluran
Beberapa ilmuwan menganggapnya perlu untuk menambahkan beberapa faktor,
sebagai contoh penutup vegetasi yang berat akhirnya bergantung pada curah hujan, tetapi
kondisi penutup tanah dapat diganggu oleh praktek pembajakan, pemakanan rumput yang
berlebih oleh hewan atau api.
Sistem penanganan yang serius dari sedimen yang dipengaruhi faktor-faktor
tersebut telah dicari jalan keluarnya, antara lain sampai pada rata-rata hasil sedimen untuk
daerah aliran sungai. Analisis tipe ini seyogyanya menggunakan studi perencanaan
pendahuluan dan merupakan keadaan yang dapat dipercaya jika rata-rata hasil sedimen-
hasil perhitungan dapat dikorelasikan dengan hasil sedimen hasil pengukuran pada daerah
yang dibatasi atau sub DAS.
2.8.3. Metode Perhitungan Rendaman Jerat (Trap Efisiensi)
Trap effisiensi (efisiensi tangkapan) dari suatu waduk didefinisikan sebagai
perbandingan jumlah sedimen yang mengendap dengan inflow sedimen total dan
tergantung pada kecepatan jatuh partikel sedimen awal di atas dan rata-rata aliran yang
lewat waduk. Kecepatan jatuh partikel dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
viskositas air dan komposisi kimia dari air. Rata-rata aliran melalui waduk ditentukan
oleh volume inflow pada tampungan yang tersedia dan rata-rata outflow.
Metode untuk mengestimasi trap effisiensi waduk secara empiris didasarkan pada
endapan sedimen yang diukur dalam jumlah yang besar terhadap waduk.
2.8.3.1. Metode Brunne
“ Gunnar Brune” telah mengemukakan bahwa kurva “ envelope” untuk
penggunaan dengan waduk normal yang memakai hubungan kapasitas waduk-waduk
inflow dari waduk (Kurva ini ditunjukkan pada gambar 2.4). Waduk-waduk yang dipakai
untuk mengembangkan hubungan ini merupakan waduk tipe tampungan (storage) dan
kurva ini tidak direkomendasikan untuk menghitung trap efissiensi dari desilting basin,
flood retarding structures, atau semi dray reservoir.

2.8.3.2. Metode Churchill


16

Dengan memakai data tennese valley authority presentase sedimen dari waduk.
Indeks sedimen didefinisikan sebagai perbandingan dari periode retention dengan rata-
rata kecepatan melalui waduk. Kurva “ Churchill” dengan beberapa tambahan data yang
ditambahkan oleh Bureau of Reclamation. Beberapa data ini mewakili desilting basin dan
semi dray reservoir, dan kurva Churchill memperlihatkan bahwa kurva tersebut lebih
mampu mendefinisikan trap effisiensi untuk waduk jenis ini daripada hubungan yang
dibuat oleh Brune.
Batasan uraian berikut akan membantu di dalam penggunaan kurva Churchill :
- Kapasitas : kapasitas waduk pada operasi rata-rata untuk periode yang dianalisis .
- Period retention: kapasitas dibagi rata-rata inflow, kapasitas dalam Cu-feet dan
inflow dalam Cu-feet per detik.
- Panjang : panjang waduk (feet) pada permukaan operasi rata-rata.
- Kecepatan : kecepatan rata-rata (feet /detik) yang datang dengan membagi inflow
dengan rata-rata luas potongan melintang (feet/detik). Rata-rata luas potongan
melintang dapat ditentukan dari kapasitas dibagi panjangnya.
- Indeks sedimentasi : periode retention dibagi kecepatan.
Apabila akumulasi sedimen yang tidak diharapkan merupakan suatu prosentase
yang besar dari kapasitas waduk, hal ini penting untuk menganalisis trap effisiensi guna
periode tambahan dari umur waduk. Secara teoritis trap effisiensi waduk dapat
mengurangi tampungan secara kontinyu tetapi tidak praktis jika menganalisis trap
effisiensi dalam interval < 10 tahun. Variasi inflow sedimen tahunan merupakan sebab
untuk tidak memakai periode yang pendek dalam analisis.
2.8.4. Distribusi Sedimen Pada Waduk
Besarnya gaya partikel sedimen yang masuk ke waduk meliputi komponen
horisontal dalam arah aliran yang berkewajiban menahan gerakan air dan komponen
vertikal yang berkewajiban terhadap gravitasi dan turbulensi air. Partikel sedimen akan
tinggal dalam suspensi dan dipindahkan ke waduk sepanjang gaya turbulensi air sama
dengan atau melampaui gaya gravitasi. Jika aliran masuk ke waduk hasil kenaikan luas
potongan melintang menyebabkan kecepatan turun dan terjadi turbulensi sampai air
menjadi tidak efektif dalam menggerakkan sedimen dan paartikel-partikel, maka akan
terjadi pengendapan.
Distribusi sedimen dalam waduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berhubungan, meliputi tekstur sedimen, hubungan inflow-outflow ukuran dan bentuk
waduk serta pola operasi waduk.
17

Batasan indeks kolam banjir (flood pool indeks) atau tampungan banjir dihitung
sebagai perbandingan antara tinggi tampungan banjir dengan tinggi dibawah tampungan,
dakalikan dengan prosentase waktu muka air waduk berada dalam tampungan pengendali
banjir. Informasi ini untuk wadiuk yang diusulkan harus didapat dari studi operasi waduk.
Untuk itu dipakai beberapa metode untuk memperkirakan distribusi sedimen pada waduk
antara lain :
2.8.4.1. Area Reduction Method
Persamaan dasar :
Vs’ = Vo + Ao (H – ho)
Dimana :
Ao = Luas waduk yang baru pada elevasi dasar yang baru (acre)
Vo = Volume sedimen di bawah elevasi dasar yang baru (acer-ft)
Vs’ = Volume sedimen yang terdistribusi dalam wdauk (acre-ft)
H = Kedalaman maksimum di dekat bendungan pada muka air normal (ft)
ho = Kedalaman waduk setelah terisi sediment (ft)
Langkah-langkah perhitungan :
a. ho ditentukan dengan cara coba-coba.
b. Vs dan H diketahui dari pengukuran.
c. Dari ho diatas, didapat ao dan Vo (dari lengkung kapasitas).
d. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan Vs’ = Vs.
e. Elevasi dasar waduk yang baru didapatkan dari elevasi awal + ho.
f. Sehingga didapatkan Vs komulatif.
g.Untuk memperoleh volume sediment pada tiap penambahan elevasi digunakan rumus:
Vs = Ao . h
Dimana:
Vs = penambahan volume sedimen (acre-ft)
Ao = faktor koreksi luas (acre)
h = selisih pertambahan elevasi (ft)

2.8.4.2. Emperical Area Reduction Method


Jika jumlah sedimen yang akan mengendap dibawah muka air normal telah
ditentukan, Empirical area reduction method dapat dipakai untuk mengestimasi distribusi
18

setiap saat. Metode ini dikembangkan dari data yang dikumpulkan dari survei ulang 30
waduk. Data tersebut menunjukkan bahwa hubungan tertentu berada antara bentuk waduk
dan prosentase endapan sedimen pada berbagai kedalaman melalui waduk. Bentuk atau
tipe waduk didefinisikan sebagai hubungan kedalaman-kapasitas dan klasifikasi waduk,
dan secara ringkas dapat dijelaskan melalui tabel 2.4. Dimana harga “ m” merupakan
“ lawan kemiringan kedalaman lawan kapasitas” yang diplot pada kertas logaritmik.
Harus diperhatikan bahwa tipe danau tidak harus datar tidak juga tipe gorge di
pegunungan. Kadang-kadang tipe operasi waduk atau ukuran sedimen bertentangan
dengan kapasitas bentuk waduk. Jika bentuk waduk tipe 3 ditenggelamkan pada interval
frekuensi atau sedimen didominasi oleh lempung, ini diklasifikasikan sebagai tipe 4,
karena sebagian besar sedimen diendapkan dekat dasar waduk tipe 4. Hubungan yang
sama dipakai jika waduk jatuh pada garis batas antara dua tipe.
Tabel 2.4. Klasifikasi Waduk
Tipe Klasifikasi Harga m
waduk
1. Lake (danau) 3.5-4.5
2. Flood plain-flood hill (banjir kaki bukit) 2.5-3.5
3. Hill (bukit) 1.5-2.5
4. Jurang 1.0-1.5

Dengan :
m : log C / log D
C : kapasitas tampungan waduk
D : kedalaman waduk
Konversi dari kurva tipe standart terhadap kurva area rencana dirumuskan oleh
Moody, dengan persamaan sebagai berikut :
(Anonymous, CAPASITY SURVEY OF STORAGE RESERVOIRS)
Ap = c . Pm (1 – P) n
Dengan :
Ap = luas relatif (0.00 – 2.80)
P = kedalaman relatif
C, m dan n = konstanta karakteristik yang ditentukan atas dasar kelas waduk.
Tabel 2.5. Harga Konstanta c, m dan n
19

Sedimen storage
Kelas c M n
near
I 5,047 1,85 0,36 Top
II 2,487 0,57 0,41 Upper midle
III 16,967 1,15 2,32 Lower midle
IV 1,486 -0,25 1,34 Dasar

Luas relatif untuk tiap-tiap kedalaman relatif dapat pula dilihat pada gambar
reservoir Area Design Curvest.
Lebih lanjut prosedur perhitungan area reduction method adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kedalaman relatif pada tiap-tiap pertambahan kedalaman (dalam %)
2. Menentukan luas sedimen relatif (Ap) berdasarkan tipe standar yang sesuai untuk
setiap kedalaman relatif.
3. Memilih elevAsi dasaB waduk yang baru setelah terjadi sedimen dengan cara coba-
coba. Luas areal di bawah elevasi yang dipilih, dapat dilihat pada lengkung kapasitas
waduk. Luas areal di atas elevasi yang dipilih diperoleh dengan cara mengalikan
konstanta K dengan Ap. Sedangkan konstanta K didapat dari :
K = As/Ap
Dengan :
As = Luas areal pada elevasi yang dipilih
Ap = luas areal relatif pada elevasi yang dipilih
4. Volume sedimen pada tiap-tiap pertambahan elevasi diperoleh dengan cara
mengalikan luas rata-rata diatas elevasi yang dipilih dengan pertambahan elevasi.
Untuk harga K selanjutnya adalah :
K2 = K1 * (S/S`)
Dengan :
S = volume sedimen yang terjerat (m3)
S` = volume sedimen kumulatif (m3)
Prosedur ini (no 1-4) dilakukan berulang-ulang sehingga komulatif yang didapat
sama dengan hasil pengukuran.
Prosedur-prosedur diatas akan digunakan dan dijelaskan pada pokok bahasan data
dan pengolahannya.
2.8.4.3. Moody’s modification
20

Pada tahun 1962 Moody mengembangkan metode untuk mendapatkan elevasi


dasar waduk yang baru dengan persamaan dasar :
Dimana :
S = Total sediment yang didepositkan pada waduk
o = Elevasi nol asli pada Dam
Yo = Elevasi nol pada Dam sesudah periode pemasukan sedimen
A = Daerah permukaan waduk
Dy = Tambahan kedalaman
H = Total kedalaman waduk pada permukaan air normal
K = Konstanta bagian untuk memasukkan daerah sedimen relatif ke area yang
sebenarnya untuk waduk.
a = Area sedimen relative
Dengan integrasi dan penyederhanaan persamaan ini, hubungan berikutnya dapat
dikembangkan :
1  vo S  Vo

ao H . Ao
Dimana :
Vo = Volume relatif waduk pada kedalaman nol baru
ao = Area relatif waduk pada kedalaman nol baru
Vo = Volume total waduk pada kedalaman nol baru
H = Kedalaman asli waduk
Ao = Area total waduk pada kedalaman nol
Kemudian dengan mendefinisikan istilah baru :
1  vp S  V pH
hp  dan h' p 
ap H . A pH
Dimana:
P = Kedalaman relatif sebagai contoh beberapa bagian fraksional dari kedalaman
waduk yang diukur dari dasar sungai.
VpH = Volume total waduk pada kedalaman pH
ApH = Total area waduk pada kedalaman pH
Harga hp untuk masing-masing tipe wdauk dapat dilihat pada gambar 2.10 harga
hp harus sama dengan h’ p, yaitu dengan cara mengeplotkan grafik hp dan h’ p pada
kertas semilogaritmatik sehingga dari perpotongannya didapatkan po.
2.8.5. Perubahan Karakter Angkutan Sedimen
21

Setiap sungai membawa sejumlah sedimen terapung (suspended sediment) serta


menggerakkan bahan-bahan padat di sepanjang dasar sungai sebagai muatan dasar (bed
load). Sedimen merupakan hasil akhir dari erosi atau penggerusan muka tanah oleh air,
es dan gaya gravitasi. Proyek pengembangan sumber daya air banyak dipengaruhi oleh
sedimen yang ditransportasi oleh air. Jumlah total erosi (on site sheet) dan erosi alur (gully
erotion) pada suatu daerah aliran sungai diketahui sebagai erosi kotor (gross erotion).
Tetapi semua material yang tererosi tidak masuk ke sistem aliran, sebagian dari material
tersimpan secara alamiah atau oleh tingkah laku manusian di dalam daerah aliran sungai
dan sebagian lagi tersimpan dalam saluran dan daerah datar yang memungkinkan
terjadinya banjir. Bagian material yang tererosi yang bergerak melalui jaringan
drainasi/sungai menuju titik kontrol/pengukur pada bagian hilir (sebagai contoh
bendungan/waduk) ditunjukkan sebagai hasil sedimen (sediment yield).
2.8.6. Satuan Berat Endapan Sedimen
Umumnya estimasi inflow sedimen ke waduk di estimasi dalam batas berat per
satuan waktu, seperti ton per hari dan harus di ubah dalam volume ekivalen dalam arti
estimasi satuan berat. Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran diusulkan oleh American
Geophysical Union yang dipakai disini.
Tabel 2.6. Klasifikasi Sedimen berdasarkan Ukuran
Tipe sedimen Satuan (mm)
Tanah Lempung <0.004
Endapan Lumpur 0.004-0.0625
Pasir 0.0625-2.000

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi satuan berat sedimen yang mengendap di
waduk, beberapa diantaranya mempunyai pengaruh tertentu sebagai berikut :
1. Cara atau pola pengoperasian waduk.
2. Tekstur dan ukuran partikel sedimen.
3. Rata-rata pemadatan dan konsolidasi.
4. Faktor pengaruh lain yang lebih kecil seperti gaya kepadatan arus, kemiringan aliran
masuk, dan pengaruh vegetasi dalam waduk.
Pengoperasian waduk umumnya merupakan faktor pengaruh yang terbesar,
sedimen yang mengendap di saluran terpengaruh draw down yang diijinkan yang
ditunjukkan untuk periode yang lama dan dibawah konsolidasi yang besar. Operasi
22

waduk dengan permukaan yang stabil tidak mengijinkan endapan sedimen mengering dan
mengalami konsolidasi pada derajat yang sama.
Ukuran dari partikel sedimen yang masuk mempunyai pengaruh yang penting
terhadap satuan berat. Endapan sedimen yang terdiri dari endapan lumpur dan pasir akan
mempunyai satuan berat yang lebih tinggi dari pada yang didominasi tanah lempung.
Berdasarkan hasil satuan berat dan analisa ukuran butiran dari 1316 sampel “ Lara
dan Pemberton” mengembangkan metode untuk mengestimasi satuan berat endapan
sedimen awal ketika analisa ukuran sedimen yang datang dan skema operasi waduk yang
diusulkan diketahui.
Tabel 2.7. Klasifikasi Operasi Waduk
Tipe Operasi Waduk
1 Sedimen selalu terendam atau agak terendam
2 Surut muka air sedang
3 Surut muka air waduk cukup besar
4 Waduk biasanya kosong

Pemilihan tipe waduk biasanya dapat dipakai dari studi operasi yang disiapkan
untuk waduk yang bersangkutan. Jika tipe waduk sudah dipilih, satuan berat endapan
sedimen awal dapat diestimasi memakai persamaan berikut :
W1 = Wc Pc +Wm Pm + Ws Ps
Dimana :
W1 = Berat jenis lb/ft3
Pc, Pm, Ps = Persentase lempung, lumpur dan pasir
Wc, Wm, Ws = Koefisien lempung, lumpur dan pasir (tabel 2.3)
Tabel 2.8. Koefisien Wc, Wm, Ws
Tipe waduk Wc Wm Ws
1 26 70 97
2 35 71 97
3 40 72 97
4 60 73 97
23

Satuan besar endapan sedimen yang tinggal di waduk tiap tahun akan bertambah,
dan dinyatakan sebagai:
W = W1 + K log 10 T
Dimana:
K = Konstanta tergantung pada analisis ukuran sedimen, telah dikemukakan untuk
menentukan satuan berat endapan sedimen pada waduk setelah suatu periode
operasi waduk.
Tetapi sebagai sedimen akan mengendap di waduk dalam tiap T tahun operasi dan
endapan tiap tahun akan mempunyai waktu pemadatan yang berbeda. Miller
mengembangkan pendekatan integral untuk menentukan rata-rata satuan berat endapan
sedimen dalam T tahun operasi sebagai berikut :
Wt = W1 + 0.434 K [(T/(T-1))(logT)-1]
Dimana:
Wt = Rata rata berat jenis setelah T tahun dari operasi waduk
W1 = Berat jenis awal dari material sedimen
K = Konstanta yang tergantung dari operasi waduk dan ukuran sedimen dalam
tabel 2.8.
Tabel 2.9. Konstanta K
K
Tipe Waduk Pasir Lumpur Lempung
1 0 5.7 16
2 0 1.8 8.4
3 0 0.0 0.0
4 0 0.0 0.0

2.8.7. Akumulasi Endapan Sedimen dan Usia Guna Waduk


Akumulasi sedimen dalam waduk biasanya didistribusikan di bawah puncak
“ Conservation fool” atau muka air normal. Tetapi, jika suatu waduk mempunyai suatu
tampungan untuk pengendali banjir dan tidak diharapkan muka air waduk berada dalam
tampungan ini untuk periode waktu yang penting, sebagian akumulasi sedimen harus
diendapkan dalam tampungan ini. Data dari great playin reservoir dipakai sebagai
petunjuk mengestimasi bagian akumulasi total sedimen yang akan mengendap di atas
muka air normal. Plot tersebut diharapkan sebagai petunjuk yang kasar dan estimasi yang
24

didapat dari sini harus dibuat mendekati dengan beberapa keputusan yang didasarkan
pada operasi waduk yang diusulkan dan sedimen yang masuk secara alamiah. Kurva ini
didasarkan pada jumlah data yang terbatas dan dapat diperbaiki jika lebih banyak
informasi yang tersedia.
2.8.8. Prediksi Distribusi Pengedapan Sedimen di Waduk
Fenomena lain dari pengendapan sedimen di waduk adalah pembentukan endapan
delta pada daerah head air di waduk. Akibat yang besar dari endapan delata adalah
timbulnya elevasi back water pada saluran di hulu. Prediksi bentuk delta merupakan
prosedur empiris yang didasarkan pad observasi endapan data di waduk yang telah
disurvei ulang. Kemiringan top side dapat dihitung memakai formula Peter Meyer Muller
untuk transportasi awal.
S = (1/d). 0,19 . (Q/Qb) (ns/D90 x 1/6). D
Dimana semua batasan didefinisikan seperti persamaan formula Schoklitsch untuk
transpor yang bukan bed load sebagai berikut :
S = (0,00021 x D x B/Q)3/4
Dimana :
D = diameter rata-rata material dasar, D50 (mm)
Q = debit aliran (m3/dt)
Persamaan ini akan menghasilkan kemiringan dimana material dasar tidak
digerakkan terlalu jauh, yang penting akan membentuk delta yang benar.
Ini juga akan dicari pada kebanyakan waduk dimana kemiringan top side hampir
mendekati setengah kemiringan asal. Harga ini verifikasi kemiringan yang dihitung
dengan kemiringan di atas.

2.9. Pengendalian Pengendapan Sedimen di Lapangan


Pengendalian sedimen di lapangan dapat kita ambil contoh misalnya
mengendalikan sedimen di waduk .Prosedur yang paling umum untuk menangani
masalah sedimen adalah penetapan suatu bagian dari kapasitas waduk sebagai tampungan
sedimen. Ini adalah suatu pendekatan yang sifatnya negatif, yang bagaimanapun tidak
akan mengurangi penumpukan sedimen, tetapi semata-mata hanyalah menunda saat
terjadinya masalah yang serius. Karena sedimen mengendap diseluruh panjang waduk,
maka penetapan tampungan sedimen tidaklah secara eksklusif menyangkut kapasitas
mati, tetapi harus pula mencakup bagian yang seharusnya merupakan bagian dari
kapasitas berguna.
25

Sebenarnya pengendapan sedimen di waduk tidak dapat dicegah, tetapi dapat


dihambat atau ditunda saat terjadinya. Pengurangan aliran sedimen masuk kedalam
waduk hingga jumlah tertentu dapat diperoleh dengan metode konservasi tanah didalam
DAS nya. Teras-teras (terasering), penanaman berjalur, pembajakan tanah mengikuti
garis tinggi serta teknik-teknik yang serupa akan menghambat aliran air di permukaan
tanah dan mengurangi erosi. Bendung pengendali (Check dam) di jurang-jurang akan
menambah sejumlah sedimen dan mencegahnya masuk kedalam sungai, ataupun
pembangunan Sabo dam pada alur sungai di hulu waduk.
Penumpukan sedimen di dalam waduk dapat dikurangi dengan membuat sarana-
sarana untuk mengalirkan sejumlah sedimen. Pintu pembilas (pembuang) pada berbagai
ketinggian kadang-kadang dapat memungkinkan pengaliran sedimen yang halus untuk
terbuang sebelum mempunyai waktu untuk mengendap di dasar waduk. Pada berbagai
waduk, suatu aliran masuk yang mengandung sedimen dapat mengalir dalam bentuk arus
kerapatan, perbedaan kerapatan ini antara lain dapat diakibatkan oleh jenis sedimen,
mineral-mineral yang terlarut atau suhu. Karena perbedaan kerapatan, air dengan arus
kerapatan tidak langsung bercampur dengan air waduk yang lama. Efisiensi tangkapan
waduk dapat turun dari 2 hingga 10 persen bila ada kemungkinan untuk mengaliorkan
arus kerapatan semacam ini melalui alur pembuang. Pintu pembuang di dekat dasar
bendungan dapat memungkinkan pembilasan sejumlah sedimen kehilir, tetapi bagian
yang dibuang tidaklah akan sangat jauh di hulu bendungan.
Dimana ‘ m’ adalah reciprocal dari kedalaman slope lawan kapasitas plot pada
kertas logaritma. Itu harus diingat bahwa tipe danau tidak harus di dataran atau tipe jurang
harus harus di gunung. Kadang-kadang, tipe operasi waduk atau ukuran sedimen dapat
melebihi batas klasifikasi untuk membentuknya. Jika waduk terbentuk tipe III harus
dibuat kebawah pada frekuensi interval atau sedimen didominan oleh tanah liat, dan itu
diklasifikasikan sebagai tipe IV karena bagian penting dari sedimen didepositkan pada
dasar dari waduk tipe IV. Rationalitation yang sama harus digunakan jika sebuah waduk
jatuh pada garis batas antara tipe-tipe.
Persamaan dasar digunakan untuk mengembangkan prosedur :
o 
S=  dy   ady
o o
26

dimana :
S = Total sedimen yang didepositkan pada waduk
o = Elevasi nol asli pada Dam
Yo = Elevasi nol pada Dam sesudah periode pemasukan sedimen
A = Daerah permukaan waduk
dy = Tambahan kedalaman
H = Total kedalaman waduk pada permukaan air normal
K = Konstan bagian untuk memasukkan daerah sedimen relatif ke area yang
sebenarnya untuk waduk
a = Area sedimen relatif.
Dengan integrasi dan penyederhanaan persamaan ini, hubungan berikutnya dapat
dikembangkan :
1  vo S  Vo

ao  o
dimana :
vo = Volume relatif waduk pada kedalaman nol baru
ao = Area relatif waduk pada kedalaman nol baru
Vo = Volume total waduk pada kedalaman nol baru
H = Kedalaman asli waduk
Ao = Area total waduk pada kedalaman nol
Kemudian dengan mendefinisikan istilah baru :
1  vp
hp =
ap

S  Vp
h1p =
 p
dimana :
p = Kedalaman relatif sebagai contoh beberapa bagian fraksional dari kedalaman
waduk yang diukur dari dasar sungai
VpH = Volume total waduk pada kedalaman pH
ApH = Total area waduk pada kedalaman pH
Itu dapat dilihat dari persamaan bahwa hp sama dengan h1p pada elevasi nol, Yo.
Dengan menggunakan data yang telah diopservasi dari survei waduk, kurva
desain penyimpanan tak berdimensi digambarkan satu dari empat tipe waduk dan kurva
rancangan area yang diperoleh dari mereka.
27

Badan Survey Geologi Amerika Serikat telah mengembangkan prosedur yang


telah dimodifikasikan oleh Einstein untuk menghitung jumlah sedimen total yang mana
bergantung pada konsentrasi sedimen terbuang dan ukuran analisis dalam penambahan
data yang diminta oleh formula yang lain.

Anda mungkin juga menyukai