Anda di halaman 1dari 42

PENGELOLAAN

SUMBERDAYA AIR

Pertemuan-6

1
❑ Prasarana/Infrastruktur
Sumberdaya Air
Dr. Ir. Supriyanto, M.P.

Program Studi Teknik Lingkungaan


Fakultas Teknik
Universitas Pelita Bangsa
Bekasi 2022
Kegiatan Pengembangan Sumber Daya
Air
Struktural:
• Pemanfaatan air
• Pengendalian daya rusak air
• Pengaturan badan air (sungai, situ, danau)

Non-struktural:
• Penyusunan peraturan
• Penyusunan program kegiatan
• Penghijauan, konservasi lahan
Prasarana Sumber Daya Air
• Prasarana SDA adalah bangunan air beserta bangunan lain
yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik
langsung maupun tidak langsung.

• Contoh: Waduk/reservoir, bangunan-bangunan irigasi,


bangunan pengatur sungai/perlindungan tebing sungai.
Waduk
• Definisi: Adalah bangunan untuk menampung air pada
waktu terjadi surplus air di sumber air agar dapat
dipakai sewaktu terjadi kekurangan air.

• Fungsi: pemanfaatan air, pengendalian banjir.


• Waduk buatan/bendungan
• Waduk lapangan (pengempangan mata air)
• Embung (sejenis waduk kecil di NTB)
• Situ (sejenis waduk kecil di jawa barat)
Waduk
• Fungsi umum dari suatu waduk adalah untuk
menyimpan kelebihan air.
• Jenis simpanan:
• Dead storage: volume dibawah elevasi muka air
minimum
• Life storage: volume diantara elevasi muka air
minimum dan elevasi mercu pelimpah / spillway.
• Tampungan banjir: volume diantara elevasi muka air
banjir rencana dan elevasi mercu pelimpah/spillway
• Muka air normal / Normal pool level: elevasi muka air maksimum di
reservoir dalam kondisi operasi.
• Muka air minimum / Minimum pool level: elevasi muka air terendah
akibat pengambilan dalam waktu operasi.
• Useful storage/live storage: tampungan air yang berada diantara
muka air normal (normal pool level) dan muka air minimum
(minimum pool level).
• Dead storage : volume tampungan air di bawah muka air minimum.
• Surcharge storage / Flood storage: volume air di atas muka air
normal akibat banjir.
• Bank storage: tampungan yang terjadi pada tebing waduk yang
lolos air / permeable.
Volume
Juta m^3
5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 -
130
125
Karakteristik Waduk

120
115

Luas
Volume

110
105
100
- 1.0 2.0 3.0

Elevasi
Luas
km^3
Contoh:
Penentuan Tampungan Waduk

Inflow berubah-ubah terhadap waktu.


Metoda Rippl
Perhitungan Tampungan Waduk
• Metoda Rippl

Diketahui kurva massa


inflow sebagaimana
dalam gambar di
samping. Berapakah
tampungan waduk
yang diperlukan
apabila kebutuhan air
adalah 75000 acre
ft/tahun?
Perhitungan Tampungan Waduk
• Metoda Rippl

Perhatikan kurva
massa inflow waduk di
samping. Berapakah
suplai air yang bisa
disediakan dari suatu
reservoir dengan
kapasitas 30000 acre
ft?
Algoritma “Sequent Peak”
• Untuk menghitung kekurangan kumulatif.
• Apabila:
• Qt = inflow dalam selang waktu t
• Rt = outflow/kebutuhan dalam selang waktu t
• Kt = kekurangan air pada akhir selang waktu t
• Kt = Rt-Qt+Kt-1, apabila (Rt-Qt+Kt-1) < 0 , maka Kt =
0.
Algoritma “Sequent Peak”
Keandalan Waduk
• Keandalan waduk didefinisikan sebagai probabilitas di
mana waduk dapat mensuplai kebutuhan yang
diharapkan selama usia guna (lifetime) tanpa adanya
kekurangan.
• Usia guna biasanya antara 50 – 100 tahun.
• Bagaimana cara perhitungannya?
• Menyusun 500-1000 set kondisi inflow dan pengambilan. Lama
waktu dari masing-masing set adalah sama dengan usia guna /
lifetime.
• Dari masing-masing set diambil harga tampungan yang
diperlukan.
• Lakukan analisis frekuensi pada harga-harga tampungan.
• Buat kurva keandalan: volume tampungan vs. probabilitas.
• Makin besar volume tampungan → makin besar keandalannya.
Sedimentasi Waduk
Sedimentasi Waduk
• Tidak semua sediment yang masuk ke waduk akan
terendapkan.
• Sebagian akan terbawa keluar bersama aliran.
• Jumlah bagian dari sedimen yang terendapkan tergantung
pada kapasitas waduk dan inflow.
• Trap efficiency =  = f(kapasitas/inflow).
Sedimentasi Waduk

Brune, 1953
Sedimentasi Waduk

Debit sedimen: 200.000 ton/tahun, Inflow: 60.000 acre ft/tahun. Berat


jenis sedimen = 1121kg/m3.
Yang (1996)
Reservoir Routing
• Untuk mengetahui perubahan hidrograf setelah melalui
tampungan/reservoir.
• Untuk perencanaan elevasi & kapasitas pelimpah
• Untuk mengetahui luas genangan maksimum pada waktu
banjir.
Reservoir Routing
I − O = S / t
I t − Ot = S
 I1 + I 2   O1 + O2 
 t −  t = S 2 − S1
 2   2 
I1 + I 2 − O1 − O2 = 2(S 2 − S1 ) / t
2 S1 2S 2
I1 + I 2 + − O1 = + O2
t t
Reservoir Routing
Contoh:

Linsley (1982)
Linsley (1982)
Jam ke I 2S/dt - O 2S/dt + O O S Elevasi
12 2 5.6 9 1.7 1.6 3.0
24 5.2 8.2 12.8 2.3 2.3 5.2
36 10.1 14.9 23.5 4.3 4.1 9.0
48 12.2 16.2 37.2 10.5 5.8 11.5
60 8.5 16.3 36.9 10.3 5.7 11.3
72 4.7 16.3 29.5 6.6 4.9 10.5
84 2.3 14.9 23.3 4.2 4.1 8.7

Debit Inflow & Outflow Elevasi Muka Air Waduk

14 14.0
12 12.0
Debit (m3/det)

Elevasi (m)
10 10.0
8 Inflow 8.0
6 Outflow 6.0
4 4.0
2 2.0
0 0.0
0 50 100 0 20 40 60 80 100
Jam ke... Jam ke ...

Catatan: S dalam (10^5 m3)


Permasalahan
di Tikungan Sungai
• Kecepatan maksimum berada dekat dengan
tebing sungai pada sisi luar.
• Terjadi gerusan pada daerah tebing pada sisi luar
tikungan.
• Diperlukan upaya untuk menanggulangi gerusan.
Pergerakan aliran yang membentuk alur
spiral pada suatu tikungan sungai.

Arah aliran utama

Sisi luar tikungan sungai

Lokasi deposisi Lokasi erosi

Arus memutar, pada suatu bidang transversal.


Krib (Groin) Tiang Pancang

(Sosrodarsono, 1985)
Penanggulangan Gerusan Dengan Groin / Krib

Beberapa tujuan pemasangan groin/krib:


• Mengatur arah arus sungai
• Mengurangi kecepatan arus air di dekat tebing
sungai (redistribusi profil kecepatan arus)
• Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada
alur sungai
• Mengkonsentrasikan arus sungai dan
memudahkan pengambilan/penyadapan air
Jenis Groin/Krib:
• Permeable: Air dapat melalui krib, contohnya
krib tiang pancang dan type rangka.
• Impermeable: Untuk membelokkan arus
sepenuhnya, pada ujung krib terjadi gerusa yang
cukup dalam, contohnya krib bronjong kawat.
• Semipermeable.
• Krib melintang (transversal) dan memanjang
(longitudinal).
(Sosrodarsono, 1985)
Pemilihan Jenis Krib
Pertimbangan pemilihan jenis krib dari segi material maupun sifat
hidraulik berdasarkan:
• Kondisi fisik: jenis sungai, geometri sungai dan kondisi geoteknis
sungai.
• Pertimbangan tujuan pemasangan:
• Untuk perlindungan tebing: krib tiang pancang
• Untuk perlindungan tebing dengan pertimbangan estetika:
pasangan batu
• Untuk perlindungan tebing bersifat sementara: krib kayu
• Untuk pengarah aliran: krib kedap air
• Kondisi tanah:
• Untuk tanah yang mudah longsor: krib tiang pancang
• Untuk tanah lunak: krib tiang pancang
• Kondisi lapangan
• Pada tebing yang relatif tinggi: menggunakan krib tiang pancang
• Pada tebing yang relatif rendah: menggunakan krib pasangan
batu, krib bronjong
• Mempertimbangkan ketersediaan material di lokasi
Contoh:

Diketahui: Jari-jari luar R = 1.913 m, dengan lebar sungai rata-rata 335


m. Rencanakan perlindungan tebing yang sesuai!

Penyelesaian:
• Alternatif untuk mengatasi masalah erosi tebing dipilih sesuai dengan
keadaan daya dukung tanah dan metoda perlindungan yang
dikehendaki.
• Perlindungan tebing ini dapat dilakukan dengan:
• Mengubah pola aliran dengan cara pembangunan krib atau
• Dengan perlindungan langsung pada permukaan tebing.
• Berdasarkan pertimbangan:
• Penyebab utama dari erosi adalah terkonsentrasinya arus pada
tebing di sisi luar
• Lebar sungai masih mencukupi untuk berfungsi sebagai jalur
navigasi dan
• Stabilitas tebing yang relatif rendah apabila dibangun perkuatan
langsung berupa revetment.
• Maka usulan penanggulangan erosi adalah dengan pembangunan krib
pengarah arus pada sisi luar dari tikungan.
Sifat hidraulis
• Berdasarkan sifat hidraulis terdapat tiga jenis krib, yaitu:
krib lolos air, krib kedap air, dan krib semi kedap.
Formasi Krib
• Terdapat 3 jenis formasi krib: tegak lurus terhadap arah
arus aliran, condong ke arah hulu dan condong ke arah
hilir. Dalam perencanaan ini digunakan krib dengan
formasi tegak lurus terhadap arah aliran utama,
mengingat jari-jari tikungan yang relatif besar (1.913 m).
Tinggi Krib
• Elevasi ujung mercu krib berada 0,5 – 1,0 meter di atas
rata-rata elevasi muka air rendah.
Panjang Krib dan Interval Krib
• Panjang dan jarak antar krib satu dan lainnya ditetapkan
secara empiris berdasarkan pada pengamatan data
sungai yang ada, antara lain situasi sungai, alignment
sungai, lebar sungai, dan jari-jari tikungan sungai.
• Perbandingan antara panjang krib (l) dan lebar sungai (B)
pada lazimnya kurang dari 0,10. Sehingga untuk lebar
sungai rata-rata 335 m, ditentukan bahwa panjang krib
maksimum yang dapat dibuat adalah = 0,1 x 335 = 33,5
meter.
• Jarak antar krib (D)untuk sisi luar dari tikungan
ditentukan berdasarkan perbandingan D/l = 1,5, sehingga
jarak interval maksimum antar krib adalah = 1,5 x 33,5 =
50,25  50 meter.

Anda mungkin juga menyukai