DEFINISI
• Waduk adalah genangan air akibat adanya
Bendungan/Embung/Dam di suatu alur
Sungai. Air yang tertampung di dalam Waduk
biasanya dapat dimanfaatkan secara multi-
guna (multi-purposes) ataupun hanya Eka-
guna (single-purpose). Air yang tertampung
dialokasikan untuk Pemenuhan Kebutuhan Air.
DASAR PEMILIHAN LOKASI WADUK
Menentukan lokasi waduk yang ideal dan memenuhi syarat biasanya sangat sulit, karena
kondisi di lapangan umumnya sangat kompleks dengan berbagai masalah.
Ada garis besar yang bisa menjadi pegangan untuk menentukan lokasi waduk, diantaranya
( Sudjarwadi, 1989).
1. Harus ada tempat yang cocok secara ekonomi, sosial dan politik,
2. Hindari lokasi proyek yang sekiranya akan memakan biaya yang terlalu tinggi untuk
pemindahan penduduk, Relokasi jalan raya, Relokasi jalan KA dan lain sebagainya,
3. Kapasitas waduk harus memenuhi sasaran yang akan dicapai untuk memenuhi
Kebutuhan,
4. Dicari lokasi yang dalam dengan bendungan yang pendek sehingga menghemat beaya
konstruksi TAPI dapat menampung air lebih banyak, pembebasan lahan minimal.
5. Cari sungai yang memiliki laju sedimentasi relatip rendah,
6. Kualitas air harus memenuhi kriteria yang ditentukan.
7. Selain itu perlu adanya pertimbangan yang memenuhi kriteria perencanaan,
konstruksi, operasional, dan dampak negatifnya.
ZONASI TAMPUNGAN WADUK
Muka air pada kondisi banjir (MAB atau FWL)
Mercu
bangunan
pelimpah
130
Elevasi (m)
125
120
115
0 200 400 600 800 1 .0 0 0 1 .2 0 0 1 .4 0 0 1 .6 0 0
Volume (juta m 3 )
MANFAAT KURVA ELEVASI-LUAS GENANGAN-VOLUME WADUK
(KURVA KARAKTERISTIK WADUK)
• Perkiraan luas daerah yang akan tergenang juga dapat diketahui dari Kurva
ini sehingga dapat diperkirakan berapa luas
desa/sawah/kebun/sarana/prasarana lainnya yang harus dipindahkan.
Metode Periode Kritik : Dalam perhitungan ini biasa digunakan Debit Inflow dari tahun tahun
Kering (critical periode Inflow).
PERIODE KRITIK
• Periode Kritik didefinisikan sebagai periode yang dimulai saat kondisi waduk penuh sampai kondisi waduk
kosong tanpa terjadi limpasan selama periode tersebut.
• Periode kritik dimulai saat waduk penuh, dan berakhir saat waduk kosong. Jadi hanya satu kali kegagalan
yang terjadi selama periode tersebut. Kegagalan yang terjadi antara bulan Agustus 1952 sampai dengan
Januari 1953 tidak termasuk pada periode kritik.
Reservoir
CP CP
Volume
Kondisi Penuh
Waktu ( Tahun )
Perhitungan Volume Efektip Waduk yang dibutuhkan
CARA RIPPL (Pakai Kurva Massa)
Metode kurva massa yang dikemukakan oleh Rippl, 1889 merupakan cara yang tidak empiris untuk menentukan
KEBUTUHAN TAMPUNGAN suatu waduk untuk memenuhi suatu Kebutuhan (Water Demand).
Kurva Massa Debit Ketersediaan Air : adalah Kurva Kumulatip dari volume Inflow (dalam m3)
Kurva Massa Kebutuhan (Demand) : adalah kurva kumulatif dari volume Kebutuhan (dalam m3)
Langkah prosedur penentuan Volume waduk yang diperlukan (Cara Rippl)):
1. Data Debit Inflow (m3/dtk) di ubah menjadi volume inflow (m3) dan Data Kebutuhan (m3/dtk) diubah
menjadi volume kebutuhan (m3)
2. Hitung Kumulatif Volume Inflow (dalam m3) dan Kumulatif Volume Kebutuhan (dalam m3).
3. Buat Kurva Massa Debit kumulatif berdasarkan data (bisa dari data historis ataupun data bangkitan). Skala
untuk metode ini perlu diperhatikan, karena pengukuran Kebutuhan Tampungan dilakukan secara grafis.
4. Gambarkan Kurva Massa kebutuhan (Water Demand), Jika kebutuhan (Demand) nya konstant, maka kurvva
massa kebutuhan akan berupa garis lurus.
5. Buat garis sejajar dengan Kurva Massa Kebutuhan dan digeser vertikal sehingga menyinggung “punggung-
punggung” grafik Kurva Massa Debit, yaitu di titik A, E dan G.
6. Kapasitas waduk didapat dengan mengukur jarak vertikal dari garis Kurva Massa Kebutuhan ke garis Kurva
Massa Debit, yaitu sebesar C1 dan C2. Jarak vertikal terbesar adalah C2. Besarnya C2 Ini merupakan
Volume waduk yang dibutuhkan. Dalam hal ini C2 adalah Volume Waduk Efektip Yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan.
7. Waduk ini akan penuh di A, berkurang sampai di B, kemudian penuh lagi di D. Antara D dan E waduk akan
tetap penuh dan semua aliran yang masuk akan dibuang ke hilir. Sampai di titik F waduk akan kosong dan
penuh lagi di G.
8. Perlu di catata bahwa pada cara ini evaporasi belum diperhitungkan, dan diasumsikan Kebutuhan adalah
konstant.
6000,00
5000,00
G Kum.
C2
Inflow
4000,00
Debit kumulatif 106 m3
F
3000,00 E
Laju pengambilan
2000,00 C1
Draft
D
1000,00 A
B 1 tahun
0,00
Draft residu
2000
1000
A
0
C C3
1
-1000
C2
-2000 B
-3000
-4000
1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
Tahun
METODE SIMULASI
Pada metoda simulasi atau analisis perilaku, besarnya kapasitas waduk yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan kontinyuitas penampungan sebagai
berikut (McMahon,1978 ) :
Dengan :
• t = interval waktu yang digunakan, umumnya satu bulan,
• Z t +1 = tampungan efektip pada awal waktu ke t+1 (=akhir interval waktu t),
• Zt = tampungan waduk efektip pada Awal waktu ke t
• Qt = aliran masuk selama interval waktu t,
• Dt = kebutuhan selama interval waktu t,
• Rt = Pelepasan dari Waduk (Release) selama interval waktu t,
• ∆Et = evaporasi selama interval waktu t,
• Lt = air akibat kebocoran/rembesan selama interval waktu t.
• C = kapasitas manfaat/aktif waduk/Kapasitas Efektip.
600
500
T a m p u n ga n (6 1m03 )
400
300
200
100
-1 0 0
0 50 100 150 200 250
Bulan
Dari Hasil Simulasi di atas dapat dilihat bahwa dengan Kapasitas Waduk 650 juta
m3, maka selama simulasi 20 tahun (240 bulan) Waduk hanya mengalami kering
(Volume aktif=Nol) sebanyak 6 bulan. Jadi Keandalannya adalah (240 – 6)/240 =
97,5%.
KINERJA OPERASI WADUK
1. KEANDALAN (RELIABILITY)
2. KELENTINGAN (RESILIENCY)
3. KERAWANAN (VULNERABILITY)
Keandalan (Reliability)
Keandalan merupakan indikator seberapa sering waduk memenuhi kebutuhan yang
ditargetkan selama masa pengoperasiannya. Mc Mahon dan Russel, 1978
mendefinisikan keandalan dalam 2 definisi dibawah ini :
1. Definisi 1 : Persentase keadaan dimana waduk mampu memenuhi kebutuhannya.
Seringkali pada definisi keandalan ini dapat dikaitkan dengan kegagalan. Dalam hal
ini, waduk dianggap gagal jika waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara
total.
1 jika Rt Dt Sukses
Z
1
t
0 jika R t Dt Gagal
Dt jika R t Dt
t
1 n 2
2
n t 1
Zt
dimana :
n = jangka waktu pengoperasian
Rt = release pada waktu ke-t
Dt = demand pada waktu ke-t
2 = keandalan waduk
n
= jumlah total persentase waduk mampu memenuhi kebutuhan
t
Z 2
t 1
Jika Keandalan Waduk < 85 %, Maka perlu untuk
meningkatkan keandalannya dengan cara :
• 1. Meningkatkan Kapasitas Waduk (Jika secara
topografi masih memungkinkan)
• 2. Mengurangi Kebutuhan (Demand)
• 3. Meningkatkan Debit Aliran dengan jalan
“Inter Basin Transfer” Mengalirkan aliran dari
Sungai di DAS Sebelahnya ke aliran Waduk.
Kelentingan (Resiliency)
• Indikator ini untuk mengukur kemampuan waduk untuk kembali ke keadaan
memuaskan dari keadaan gagal. Semakin cepat waduk kembali ke keadaan
memuaskan maka akan dapat dikatakan bahwa waduk lebih lenting sehingga
konsekuensi dari kegagalan lebih kecil.
• Dengan menggunakan definisi kegagalan pertama, perhitungan masa transisi dari
keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan dituliskan dengan variabel “Wt” sebagai
berikut :
1 jika Rt 1 Dt 1 dan Rt Dt
Wt
0 jika bukan di atas
• Dalam jangka panjang, nilai rerata dari “Wt” akan menunjukkan jumlah rerata
terjadinya transisi waduk dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan.
• Jumlah rerata terjadinya transisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan :
1 n
n t 1
Wt
(1 Z 1
t )
Tgagal t 1
n
Wt 1
t
dimana :
• Tgagal = jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara kontinyu
Dalam jangka panjang, jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara
kontinyu dapat dituliskan sebagai berikut :
1 1
Tgagal
1
Indikator kelentingan didefinisikan sebagai berikut : 1
Tgagal 1 1
1:
dimana
• = kinerja kelentingan
Kerawanan (Vulnerability)
• Kerawanan menunjukkan konsekuensi akibat dari terjadinya suatu kegagalan.
Dalam hal ini didekatii dengan besaran dari kegagalan yang didapat dari perbedaan
antara release waduk dari kebutuhannya, dibagi dengan jumlah air yang
dibutuhkan.
• Konsekuensi jika terjadi kegagalan dapat diukur seberapa besar suatu kegagalan
yang terjadi.
• Kerawanan didefinisikan sebagai nilai kekurangan (DEFt) air pelepasan dari
kebutuhannya, nilai DEF, didefinisikan sebagai berikut :
Dt - Rt jika Rt Dt
DEFt
0 jika Rt Dt
• Oleh karenanya kinerja kerawanan ini dapat dirumuskan dengan berbagai definisi.
Wt
t 1
OPTIMASI SUMBER DAYA AIR
• OPTIMASI : dari kata OPTIMIZATION yaitu mengoptimalkan hasil
dengan memperhatikan berbagai keterbatasan.
• Memaksimalkan Keuntungan dengan berbagai keterbatasan
sumber daya dan sumber dana.
• Hasil atau tujuan yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai MAKSIMASI dari beberapa
ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau MINIMASI dari biaya, waktu dan
jarak.
Tersedia 240 jam kerja dan bahan mentah sebanyak 400 (juta m 3). Masalahnya
adalah menentukan jumlah masing-masing produk agar keuntungan maksimum.
Rumusan model LP-nya adalah :
A. Variabel Keputusan
Tiga variabel dalam masalah ini adalah produk Air Bersih, Air Minum dan Listrik
yang harus dihasilkan. Jumlah ini dapat dilambangkan sebagai :
X1 = jumlah produk Air Bersih
X2 = jumlah produk Air Minum
X3 = jumlah produk Listrik
B. Fungsi tujuan
• Tujuan masalah kombinasi produk adalah memaksimumkan keuntungan total.
Jelas bahwa keuntungan adalah jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-
masing produk. Keuntungan dari produk air bersih adalah perkalian antara
jumlah produk air bersih dengan keuntungan per unit (Rp 3,-). Keuntungan
produk air minum dan listrik ditentukan dengan cara serupa. Sehingga keuntungan
total Z, dapat ditulis :
Z = 3 X1 + 5 X2 + 2 X3
C. Sistem kendala
• Kendala Jam Kerja Buruh. Dalam masalah ini kendalanya adalah jumlah buruh dan
bahan mentah yang terbatas. Masing-masing produk membutuhkan baik buruh
maupun bahan mentah. Produk air bersih, buruh yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tiap unit adalah 5 jam, sehingga buruh yang dibutuhkan untuk
produk air bersih adalah 5 X1 jam. Dengan cara yang serupa produk air minum
membutuhkan 2 X2 jam buruh, dan produk listrik butuh 4 X3 jam, sementara jumlah
jam buruh yang tersedia adalah 240 jam. Sehingga Fungsi Kendala pada Jam Kerja
Buruh dapat ditulis :
5 X1 + 2 X2 + 4 X3 ≤ 240
• Kendala bahan mentah dirumuskan dengan cara yang sama, yaitu untuk produk
air bersih butuh bahan mentah sebanyak 4 juta m3 per unit, produk air minum
membutuhkan 6 juta m3 per unit dan produk listrik butuh 3 juta m3 per unit.
Karena yang tersedia adalah sebanyak 400 juta m3 bahan mentah, maka Fungsi
Kendala Bahan Mentah dapat ditulis :
4 X1 + 6 X2 + 3 X3 ≤ 400
• Kita juga membatasi masing-masing variabel hanya pada nilai positif, karena tidak
mungkin untuk menghasilkan jumlah produk negatif. Kendala-kendala ini dikenal
dengan non negativity constraints dan secara matematis dapat ditulis :
• X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; X3 ≥ 0 atau X1, X2, X3 ≥ 0
Formulasi Program Linier nya adalah :
Objective Function :
Maksimumkan Z = 3 X1 + 5 X2 + 2 X3
Fungsi Kendala/Batasan :
5 X1 + 2 X2 + 4 X3 ≤ 240 (Batasan pada Jam Kerja )
4 X1 + 6 X2 + 3 X3 ≤ 400 (Batasan pada Bahan Mentah )
X1, X2, X3 ≥ 0 (Non-Negativity Constraints)
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa kendala dituliskan dengan tanda pertidak-
samaan ( ≤ ), bukannya persamaan ( = ).
Persamaan ( = ) secara tidak langsung mengatakan bahwa seluruh kapasitas sumber
daya digunakan, sementara dalam pertidaksamaan ( ≤ atau ≥ ) memperbolehkan
penggunaan kapasitas secara penuh maupun penggunaan sebagian kapasitas.
Dalam beberapa kasus suatu solusi dengan mengijinkan adanya kapasitas sumberdaya
yang tak terpakai akan memberikan solusi yang lebih baik, yang berarti keuntungan
lebih besar, dari pada penggunaan seluruh sumber daya. Jadi, pertidaksamaan
menunjukkan program memilih sumber daya yang dipakai.
Penyelesaian formulasi LP di atas dapat dilakukan secara grafis (untuk dua variabel
keputusan) atau dengan Metode Simplex (untuk penyelesaian umum) dan dapat
dengan menggunakan software LINDO, QSB, TK-Solver, dll.
Penyelesaian Grafis
(untuk Program Linier dua variabel keputusan)
Soal :
Sebuah Proyek memerlukan tanah timbunan sebesar 65.000 m 3 dengan komposisi minimal
55% kerikil dan maksimal 45% pasir. Akan tetapi, dari dua tempat sumber material
timbunan tidak ada yang memenuhi persyaratan di atas, sehingga harus di campur (mix)
material dari dua sumber. Komposisi material dari dua sumber tersebut adalah sebagai
berikut :
Sumber % Kerikil % Pasir
Material
Sumber A 45 55
Sumber B 65 35
Sementara itu, beaya angkut dari Sumber ke lokasi pekerjaan serta kapasitas tiap sumber
adalah :
3. Non-negativity constraints :
Xa >= 0 dan Xb >= 0
Sebuah waduk digunakan untuk memenuhi kebutuhan air Irigasi dan pembangkitan
Listrik. Keuntungan Netto dari penjualan air Irigasi adalah Rp. 400.000,- tiap 1000 m 3
dan keuntungan dari penjualan listrik adalah Rp. 500.000,- tiap 1000 m3. Tujuan dari
persoalan ini adalah memaksimalkan keuntungan dari penjualan air dari Waduk yaitu
untuk irigasi dan untuk listrik sebagai berikut :
Dimana :
RI = volume air waduk yang untuk Irigasi tiap 1000 m3
RE = volume air waduk yang untuk pembangkitan listrik tiap 1000 m 3.