Anda di halaman 1dari 42

WADUK (RESERVOIR)

DEFINISI
• Waduk adalah genangan air akibat adanya
Bendungan/Embung/Dam di suatu alur
Sungai. Air yang tertampung di dalam Waduk
biasanya dapat dimanfaatkan secara multi-
guna (multi-purposes) ataupun hanya Eka-
guna (single-purpose). Air yang tertampung
dialokasikan untuk Pemenuhan Kebutuhan Air.
DASAR PEMILIHAN LOKASI WADUK
Menentukan lokasi waduk yang ideal dan memenuhi syarat biasanya sangat sulit, karena
kondisi di lapangan umumnya sangat kompleks dengan berbagai masalah.

Ada garis besar yang bisa menjadi pegangan untuk menentukan lokasi waduk, diantaranya
( Sudjarwadi, 1989).

1. Harus ada tempat yang cocok secara ekonomi, sosial dan politik,
2. Hindari lokasi proyek yang sekiranya akan memakan biaya yang terlalu tinggi untuk
pemindahan penduduk, Relokasi jalan raya, Relokasi jalan KA dan lain sebagainya,
3. Kapasitas waduk harus memenuhi sasaran yang akan dicapai untuk memenuhi
Kebutuhan,
4. Dicari lokasi yang dalam dengan bendungan yang pendek sehingga menghemat beaya
konstruksi TAPI dapat menampung air lebih banyak, pembebasan lahan minimal.
5. Cari sungai yang memiliki laju sedimentasi relatip rendah,
6. Kualitas air harus memenuhi kriteria yang ditentukan.
7. Selain itu perlu adanya pertimbangan yang memenuhi kriteria perencanaan,
konstruksi, operasional, dan dampak negatifnya.
ZONASI TAMPUNGAN WADUK
Muka air pada kondisi banjir (MAB atau FWL)
Mercu
bangunan
pelimpah

Volume hidup (life


Storage)/ Volume Pengambilan/
Efektip (Effective Intake
Storage)
m.a minimum
Tampungan lembah

Dasar sungai sebelum


pembendungan Volume mati/
Dead Storage
KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK
(KAPASITAS WADAH WADUK)
• Kapasitas tampungan suatu waduk dihitung
berdasarkan Peta Topografi.
• Areal tampungan waduk di gambar dengan
skala tertentu beserta garis garis kontournya
untuk berbagai elevasi.
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNGAN
WADUK
RENCANA GENANGAN LUAS AREA
VOLUME (juta m3)
NO. (Garis Kontour) Genangan
titik ke (m) km2 per segmen kumulatif
1 0 + 116 0,01 0,00 0,00
2 1 + 117 1,37 0,69 0,69
3 2 + 118 1,90 1,63 2,33
4 3 + 119 5,07 3,48 5,81
5 4 + 120 7,43 6,25 12,06
6 5 + 121 10,89 9,16 21,22
7 6 + 122 16,28 13,58 34,80
8 7 + 123 25,37 20,82 55,63
9 8 + 124 34,90 30,14 85,76
10 9 + 125 44,60 39,75 125,52
11 10 + 126 54,90 49,75 175,27
12 11 + 127 75,66 65,28 240,55
13 12 + 128 93,63 84,65 325,20
14 13 + 129 111,59 102,61 427,81
15 14 + 130 131,03 121,31 549,12
16 15 + 131 149,48 140,25 689,38
17 16 + 132 170,67 160,07 849,45
18 17 + 133 184,42 177,54 1.026,99
19 18 + 134 204,71 194,56 1.221,55
20 19 + 135 225,69 215,20 1.436,76
KURVA ELEVASI-LUAS GENANGAN-VOLUME
WADUK
Luas Genangan (km 2 )

240 210 180 150 120 90 60 30 0


140

Luas Genangan VOLUME


135

130
Elevasi (m)

125

120

115
0 200 400 600 800 1 .0 0 0 1 .2 0 0 1 .4 0 0 1 .6 0 0

Volume (juta m 3 )
MANFAAT KURVA ELEVASI-LUAS GENANGAN-VOLUME WADUK
(KURVA KARAKTERISTIK WADUK)

• Informasi ini (Kurva Elevasi-Luas Genangan-Volume Kapasitas Waduk)


sangat penting untuk perencanaan maupun saat pengoperasian waduk.

• Pada saat perencanaan setelah ditentukan besarnya kebutuhan volume


waduk, maka elevasi puncak mercu bendungan dan mercu spillway
(pelimpah) dapat ditentukan.

• Perkiraan luas daerah yang akan tergenang juga dapat diketahui dari Kurva
ini sehingga dapat diperkirakan berapa luas
desa/sawah/kebun/sarana/prasarana lainnya yang harus dipindahkan.

• Informasi ini diperlukan untuk analisis ekonomi yang berkaitan dengan


perhitungan biaya pemindahan penduduk, dll.
VOLUME WADUK YANG DIPERLUKAN
Menurut Thomas A. Mc. Mahon dalam bukunya Reservoir
Capacity and Yield, penentuan kapasitas waduk dapat
dikelompokkan sebagai berikut ini:
• Metode Periode Kritik (Critical Period Method) Cara Rippl.
• Metode Moran dkk.
• Metode Pembangkitan Data Stokastik.
• Simulasi

Metode Periode Kritik : Dalam perhitungan ini biasa digunakan Debit Inflow dari tahun tahun
Kering (critical periode Inflow).
PERIODE KRITIK
• Periode Kritik didefinisikan sebagai periode yang dimulai saat kondisi waduk penuh sampai kondisi waduk
kosong tanpa terjadi limpasan selama periode tersebut.

• Periode kritik dimulai saat waduk penuh, dan berakhir saat waduk kosong. Jadi hanya satu kali kegagalan
yang terjadi selama periode tersebut. Kegagalan yang terjadi antara bulan Agustus 1952 sampai dengan
Januari 1953 tidak termasuk pada periode kritik.
Reservoir
CP CP
Volume
Kondisi Penuh

1950 1951 1952 1953

Waktu ( Tahun )
Perhitungan Volume Efektip Waduk yang dibutuhkan
CARA RIPPL (Pakai Kurva Massa)
Metode kurva massa yang dikemukakan oleh Rippl, 1889 merupakan cara yang tidak empiris untuk menentukan
KEBUTUHAN TAMPUNGAN suatu waduk untuk memenuhi suatu Kebutuhan (Water Demand).
Kurva Massa Debit Ketersediaan Air : adalah Kurva Kumulatip dari volume Inflow (dalam m3)
Kurva Massa Kebutuhan (Demand) : adalah kurva kumulatif dari volume Kebutuhan (dalam m3)
Langkah prosedur penentuan Volume waduk yang diperlukan (Cara Rippl)):
1. Data Debit Inflow (m3/dtk) di ubah menjadi volume inflow (m3) dan Data Kebutuhan (m3/dtk) diubah
menjadi volume kebutuhan (m3)
2. Hitung Kumulatif Volume Inflow (dalam m3) dan Kumulatif Volume Kebutuhan (dalam m3).
3. Buat Kurva Massa Debit kumulatif berdasarkan data (bisa dari data historis ataupun data bangkitan). Skala
untuk metode ini perlu diperhatikan, karena pengukuran Kebutuhan Tampungan dilakukan secara grafis.
4. Gambarkan Kurva Massa kebutuhan (Water Demand), Jika kebutuhan (Demand) nya konstant, maka kurvva
massa kebutuhan akan berupa garis lurus.
5. Buat garis sejajar dengan Kurva Massa Kebutuhan dan digeser vertikal sehingga menyinggung “punggung-
punggung” grafik Kurva Massa Debit, yaitu di titik A, E dan G.
6. Kapasitas waduk didapat dengan mengukur jarak vertikal dari garis Kurva Massa Kebutuhan ke garis Kurva
Massa Debit, yaitu sebesar C1 dan C2. Jarak vertikal terbesar adalah C2. Besarnya C2 Ini merupakan
Volume waduk yang dibutuhkan. Dalam hal ini C2 adalah Volume Waduk Efektip Yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan.
7. Waduk ini akan penuh di A, berkurang sampai di B, kemudian penuh lagi di D. Antara D dan E waduk akan
tetap penuh dan semua aliran yang masuk akan dibuang ke hilir. Sampai di titik F waduk akan kosong dan
penuh lagi di G.
8. Perlu di catata bahwa pada cara ini evaporasi belum diperhitungkan, dan diasumsikan Kebutuhan adalah
konstant.
6000,00

5000,00
G Kum.
C2
Inflow
4000,00
Debit kumulatif 106 m3

F
3000,00 E

Laju pengambilan
2000,00 C1
Draft
D
1000,00 A
B 1 tahun

0,00

963 964 9 65 966 967 968


1 1 1 1 1 1
Tahun
METODA KURVA MASSA RESIDU
(RESIDUAL MASS CURVE)
• Metode ini sedikit lebih sulit dibandingkan dengan metode Rippl. Adapun
langkah prosedurnya dapat dilakukan dengan penjelasan berikut.

• Kurangi nilai INFLOW DATA dengan NILAI RATA_RATANYA (jika digunakan


data bulanan dikurangi dengan rata-rata bulanan, dan jika data tahunan
dikurangi dengan rata-rata tahunannya). Hasil hitungan tersebut yang
disebut sebagai NILAI RESIDU INFLOW.

• Hitung RESIDU dari KEBUTUHAN, dengan mengurangi KEBUTUHAN


dengan RATA RATANYA. Jika diketahui rata-rata draft pengambilan 106,1
x106m3 maka nilai rata rata pengambilan ini dikurangkan dari kebutuhan
bulanannya. Sebagai contoh, nilai residu kebutuhannya =-25,6 x10 6m3 .
Gambarkan laju pengambilan residunya.
Kumulatif Residu,
Tahun Q (10 m )
6 3
Residu (10 m )
6 3
(10 6 m3)
1936 1,553 279.38 279.38
1937 650 -623.62 -344.24
1938 413 -860.62 -1,204.86 Residual Mass Curve
1939 2,266 992.38 -212.47
1940 509 -764.62 -977.09 4000
1941 710 -563.62 -1,540.71
1942 1,634 360.38 -1,180.33
1943 1,107 -166.62 -1,346.94
3000
1944 401 -872.62 -2,219.56
1945 685 -588.62 -2,808.18
1946 1,548 274.38 -2,533.80
1947 1,578 304.38 -2,229.41 2000
1948 1,012 -261.62 -2,491.03

Kumulative Kurva Massa Residual (Juta m3)


1949 1,151 -122.62 -2,613.65
1950 1,190 -83.62 -2,697.27
1000
1951 1,690 416.38 -2,280.88
1952 2,610 1,336.38 -944.50
1953 1,613 339.38 -605.12
1954 1,113 -160.62 -765.74 0
1955 2,410 1,136.38 370.64 1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
1956 3,834 2,560.38 2,931.03
1957 757 -516.62 2,414.41
1958 1,776 502.38 2,916.79 -1000
1959 936 -337.62 2,579.17
1960 1,473 199.38 2,778.56
1961 717 -556.62 2,221.94 -2000
1962 928 -345.62 1,876.32
1963 850 -423.62 1,452.70
1964 1,888 614.38 2,067.09
1965 553 -720.62 1,346.47 -3000
1966 1,139 -134.62 1,211.85
1967 369 -904.62 307.23
1968 1,230 -43.62 263.62 -4000
1969 1,010 -263.62 0.00
Jumlah 43,303     Tahun
Rata-rata 1,273.62    
4000
5 tahun
3000
Kumulatif Inflow Residu (10 6m3)

Draft residu
2000

1000
A
0
C C3
1
-1000
C2
-2000 B

-3000

-4000
1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
Tahun
METODE SIMULASI
Pada metoda simulasi atau analisis perilaku, besarnya kapasitas waduk yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan kontinyuitas penampungan sebagai
berikut (McMahon,1978 ) :

Z t +1 = Zt + Qt – Rt ─ ∆Et ─ Lt dengan batasan 0 ≤ Zt ≤ C

Dengan :
• t = interval waktu yang digunakan, umumnya satu bulan,
• Z t +1 = tampungan efektip pada awal waktu ke t+1 (=akhir interval waktu t),
• Zt = tampungan waduk efektip pada Awal waktu ke t
• Qt = aliran masuk selama interval waktu t,
• Dt = kebutuhan selama interval waktu t,
• Rt = Pelepasan dari Waduk (Release) selama interval waktu t,
• ∆Et = evaporasi selama interval waktu t,
• Lt = air akibat kebocoran/rembesan selama interval waktu t.
• C = kapasitas manfaat/aktif waduk/Kapasitas Efektip.

Jika umur waduk diperhitungkan maka tampungan waduk =tampungan efektip +


tampungan untuk sedimen (dead storage)
SOP (Standard Operating Procedure)
Seandainya Rt = Dt
1. Jika : Smin <= {Z t +1 = Zt + Qt –∆Et ─ Lt ─ Dt } <=Smax
maka Rt = Dt
STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)
2. jika : {Z t +1 = Zt + Qt –∆Et ─ Lt ─ Dt } > Smax
maka Rt >Dt
Dalam hal ini di set Z t +1 = Smax, sehingga :
Rt = Zt + Qt –∆Et ─ Lt ─ SMax
Pelepasan Rt adalah untuk Dt dan untuk di limpaskan.

3. jika : {Z t +1 = Zt + Qt –∆Et ─ Lt ─ Dt } < Smin


maka Rt < Dt
Dalam hal ini di set Z t +1 = SMin, sehingga :
Rt = Zt + Qt –∆Et ─ Lt ─ S Min
Persamaan-persamaan di atas di aplikasikan dengan anggapan keadaan awal waduk dianggap penuh.
Sebagai contoh sederhana (evaporasi, rembesan dan lain-lain tidak diperhitungkan) dapat dilihat
pada hitungan Tabel dan Gambar berikut ini (Dicoba Kapasitas Waduk =650 juta m 3)
Tahun Tahun ke Bulan Zt Qt Kebutuhan Zt+1 Ket. Release
      (juta m3) (juta m3) (juta m3) (juta m3)   (juta m3)
1966 17 1 247.8 15 79.6 183.2 OKE 79.6
  17 2 183.2 14 79.6 117.6 OKE 79.6
  17 3 117.6 15 79.6 53 OKE 79.6
  17 4 53 12 79.6 0 Gagal 65
  17 5 0 25 79.6 0 Gagal 25
  17 6 0 44 79.6 0 Gagal 44
  17 7 0 68 79.6 0 Gagal 68
  17 8 0 136 79.6 56.4 OKE 79.6
  17 9 56.4 212 79.6 188.8 OKE 79.6
  17 10 188.8 242 79.6 351.2 OKE 79.6
  17 11 351.2 152 79.6 423.6 OKE 79.6
1967 18 12 423.6 204 79.6 548 OKE 79.6
  18 1 548 58 79.6 526.4 OKE 79.6
  18 2 526.4 22 79.6 468.8 OKE 79.6
  18 3 468.8 16 79.6 405.2 OKE 79.6
  18 4 405.2 15 79.6 340.6 OKE 79.6
  18 5 340.6 15 79.6 276 OKE 79.6
  18 6 276 15 79.6 211.4 OKE 79.6
  18 7 211.4 20 79.6 151.8 OKE 79.6
  18 8 151.8 35 79.6 107.2 OKE 79.6
  18 9 107.2 52 79.6 79.6 OKE 79.6
  18 10 79.6 91 79.6 91 OKE 79.6
  18 11 91 20 79.6 31.4 OKE 79.6
1968   12 31.4 10 79.6 0 Gagal 41.4
    1 0 7 79.6 0 Gagal 7
    2 0 2 79.6 0 Gagal 2
    3 0 1 79.6 0 Gagal 1
    4 0 6 79.6 0 Gagal 6
    5 0 80 79.6 0.4 OKE 79.6
    6 0.4 128 79.6 48.8 OKE 79.6
    7 48.8 51 79.6 20.2 OKE 79.6
    8 20.2 222 79.6 162.6 OKE 79.6
    9 162.6 155 79.6 238 OKE 79.6
    10 238 342 79.6 500.4 OKE 79.6
    11 500.4 163 79.6 583.8 OKE 79.6
1969   12 583.8 73 79.6 577.2 OKE 79.6
      577.2 35 79.6 532.6 OKE 79.6
      532.6 20 79.6 473 OKE 79.6
      473 27 79.6 420.4 OKE 79.6
      420.4 42 79.6 382.8 OKE 79.6
dst                
Contoh Hasil Simulasi
700

600

500
T a m p u n ga n (6 1m03 )

400

300

200

100

-1 0 0
0 50 100 150 200 250
Bulan

Dari Hasil Simulasi di atas dapat dilihat bahwa dengan Kapasitas Waduk 650 juta
m3, maka selama simulasi 20 tahun (240 bulan) Waduk hanya mengalami kering
(Volume aktif=Nol) sebanyak 6 bulan. Jadi Keandalannya adalah (240 – 6)/240 =
97,5%.
KINERJA OPERASI WADUK
1. KEANDALAN (RELIABILITY)
2. KELENTINGAN (RESILIENCY)
3. KERAWANAN (VULNERABILITY)
Keandalan (Reliability)
Keandalan merupakan indikator seberapa sering waduk memenuhi kebutuhan yang
ditargetkan selama masa pengoperasiannya. Mc Mahon dan Russel, 1978
mendefinisikan keandalan dalam 2 definisi dibawah ini :
1. Definisi 1 : Persentase keadaan dimana waduk mampu memenuhi kebutuhannya.
Seringkali pada definisi keandalan ini dapat dikaitkan dengan kegagalan. Dalam hal
ini, waduk dianggap gagal jika waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara
total.
 1 jika Rt  Dt Sukses
Z 
1
t
 0 jika R t  Dt Gagal

2. Definisi 2 : Rerata persentase pelepasan waduk dibanding dengan kebutuhannya.


dalam definisi ini, meskipun suplesi waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya
100%, waduk tidak dianggap gagal total. Tetapi waduk dianggap hanya dapat
mensuplai sebagian dari kebutuannya.
  1 jika Rt  Dt
Z   Rt
2

 Dt jika R t  Dt
t

Zt adalah variabel untuk menghitung kapan waduk dapat memenuhi kebutuhannya.


Dengan Menggunakan definsi yang kedua, maka Keandalan dapat dihitung
dengan :

1 n 2
2  
n t 1
Zt

dimana :
n = jangka waktu pengoperasian
Rt = release pada waktu ke-t
Dt = demand pada waktu ke-t
2 = keandalan waduk
n
= jumlah total persentase waduk mampu memenuhi kebutuhan
 t
Z 2

t 1
Jika Keandalan Waduk < 85 %, Maka perlu untuk
meningkatkan keandalannya dengan cara :
• 1. Meningkatkan Kapasitas Waduk (Jika secara
topografi masih memungkinkan)
• 2. Mengurangi Kebutuhan (Demand)
• 3. Meningkatkan Debit Aliran dengan jalan
“Inter Basin Transfer” Mengalirkan aliran dari
Sungai di DAS Sebelahnya ke aliran Waduk.
Kelentingan (Resiliency)
• Indikator ini untuk mengukur kemampuan waduk untuk kembali ke keadaan
memuaskan dari keadaan gagal. Semakin cepat waduk kembali ke keadaan
memuaskan maka akan dapat dikatakan bahwa waduk lebih lenting sehingga
konsekuensi dari kegagalan lebih kecil.
• Dengan menggunakan definisi kegagalan pertama, perhitungan masa transisi dari
keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan dituliskan dengan variabel “Wt” sebagai
berikut :
 1 jika Rt 1  Dt 1 dan Rt  Dt
Wt  
0 jika bukan di atas
• Dalam jangka panjang, nilai rerata dari “Wt” akan menunjukkan jumlah rerata
terjadinya transisi waduk dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan.
• Jumlah rerata terjadinya transisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan :
1 n
 
n t 1
Wt

• dimana menunjukkan probabilitas (rerata frekuensi) terjadinya transisi waduk dari


kegagalan ke keadaan memuaskan.
Jangka waktu rerata waduk dalam keadaan gagal secara kontinyu merupakan jumlah
total waktu rerata waduk mengalami gagal dibagi dengan frekuensi rerata terjadinya
transisi waduk dan secara matematis dapat dituliskan seperti berikut :
n

 (1  Z 1
t )
Tgagal  t 1
n

Wt 1
t

dimana :
• Tgagal = jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara kontinyu

Dalam jangka panjang, jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara
kontinyu dapat dituliskan sebagai berikut :
1  1
Tgagal 

1 
Indikator kelentingan didefinisikan sebagai berikut : 1  
Tgagal 1  1
 1:
dimana
• = kinerja kelentingan
Kerawanan (Vulnerability)
• Kerawanan menunjukkan konsekuensi akibat dari terjadinya suatu kegagalan.
Dalam hal ini didekatii dengan besaran dari kegagalan yang didapat dari perbedaan
antara release waduk dari kebutuhannya, dibagi dengan jumlah air yang
dibutuhkan.
• Konsekuensi jika terjadi kegagalan dapat diukur seberapa besar suatu kegagalan
yang terjadi.
• Kerawanan didefinisikan sebagai nilai kekurangan (DEFt) air pelepasan dari
kebutuhannya, nilai DEF, didefinisikan sebagai berikut :

 Dt - Rt  jika Rt  Dt
DEFt  
0 jika Rt  Dt
• Oleh karenanya kinerja kerawanan ini dapat dirumuskan dengan berbagai definisi.

• Nilai rerata “deficit Ratio” atau nilai maksimum “deficit ratio”


n
 DEFt 
 
t 1  Dt 
  DEFt 
V1  V2  max t  
 Dt 
n

Wt
t 1
OPTIMASI SUMBER DAYA AIR
• OPTIMASI : dari kata OPTIMIZATION yaitu mengoptimalkan hasil
dengan memperhatikan berbagai keterbatasan.
• Memaksimalkan Keuntungan dengan berbagai keterbatasan
sumber daya dan sumber dana.

• Sering disebut juga =OPERATION RESEARCH atau


MATHEMATICAL PROGRAMMING
• Linier Program
• Non-Linier Program
• Program Dinamik Deterministik
• Program Dinamik Stokastik
LINIER PROGRAM
• Program linear adalah teknik model matematika yang didesain untuk mengoptimalkan
manfaat sumberdaya yang terbatas (Taha, 1997).

• Hasil atau tujuan yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai MAKSIMASI dari beberapa
ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau MINIMASI dari biaya, waktu dan
jarak.

• Dalam Optimasi, perlu dirumuskan :


Fungsi Tujuan (Objective Function) dan Kendala (Constraints)

Formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap :


1. Menentukan variabel keputusan (Decision Variable) dan menyatakan dalam simbol
matematik.
2. Merumuskan fungsi tujuan (Objective Fucntion) yang ditunjukkan sebagai suatu
hubungan linier dari Variabel Keputusan.
3. Mengidentifikasi dan Menentukan semua kendala (Constraints) masalah tersebut dan
mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan
linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah
yang ditinjau.
Contoh
1. Sebuah perusahaan pengelola air ingin menentukan berapa banyak masing-masing
dari tiga produk yang berbeda yang akan dihasilkan dengan tersedianya sumber
daya air yang terbatas agar diperoleh keuntungan maksimum. Kebutuhan buruh
dan bahan mentah dan sumbangan keuntungan masing-masing produk adalah
seperti Tabel berikut.

Kebutuhan Sumber Daya


Keuntungan
Produk Buruh
Air (juta m3) (Rp/unit)
(jam/unit)
1. Air Bersih 5 4 3
2. Air Minum 2 6 5
3. Listrik 4 3 2

Tersedia 240 jam kerja dan bahan mentah sebanyak 400 (juta m 3). Masalahnya
adalah menentukan jumlah masing-masing produk agar keuntungan maksimum.
Rumusan model LP-nya adalah :
A. Variabel Keputusan
Tiga variabel dalam masalah ini adalah produk Air Bersih, Air Minum dan Listrik
yang harus dihasilkan. Jumlah ini dapat dilambangkan sebagai :
X1 = jumlah produk Air Bersih
X2 = jumlah produk Air Minum
X3 = jumlah produk Listrik

B. Fungsi tujuan
• Tujuan masalah kombinasi produk adalah memaksimumkan keuntungan total.
Jelas bahwa keuntungan adalah jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-
masing produk. Keuntungan dari produk air bersih adalah perkalian antara
jumlah produk air bersih dengan keuntungan per unit (Rp 3,-). Keuntungan
produk air minum dan listrik ditentukan dengan cara serupa. Sehingga keuntungan
total Z, dapat ditulis :
Z = 3 X1 + 5 X2 + 2 X3
C. Sistem kendala
• Kendala Jam Kerja Buruh. Dalam masalah ini kendalanya adalah jumlah buruh dan
bahan mentah yang terbatas. Masing-masing produk membutuhkan baik buruh
maupun bahan mentah. Produk air bersih, buruh yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tiap unit adalah 5 jam, sehingga buruh yang dibutuhkan untuk
produk air bersih adalah 5 X1 jam. Dengan cara yang serupa produk air minum
membutuhkan 2 X2 jam buruh, dan produk listrik butuh 4 X3 jam, sementara jumlah
jam buruh yang tersedia adalah 240 jam. Sehingga Fungsi Kendala pada Jam Kerja
Buruh dapat ditulis :
5 X1 + 2 X2 + 4 X3 ≤ 240

• Kendala bahan mentah dirumuskan dengan cara yang sama, yaitu untuk produk
air bersih butuh bahan mentah sebanyak 4 juta m3 per unit, produk air minum
membutuhkan 6 juta m3 per unit dan produk listrik butuh 3 juta m3 per unit.
Karena yang tersedia adalah sebanyak 400 juta m3 bahan mentah, maka Fungsi
Kendala Bahan Mentah dapat ditulis :
4 X1 + 6 X2 + 3 X3 ≤ 400

• Kita juga membatasi masing-masing variabel hanya pada nilai positif, karena tidak
mungkin untuk menghasilkan jumlah produk negatif. Kendala-kendala ini dikenal
dengan non negativity constraints dan secara matematis dapat ditulis :
• X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; X3 ≥ 0 atau X1, X2, X3 ≥ 0
Formulasi Program Linier nya adalah :

Objective Function :
Maksimumkan Z = 3 X1 + 5 X2 + 2 X3

Fungsi Kendala/Batasan :
5 X1 + 2 X2 + 4 X3 ≤ 240 (Batasan pada Jam Kerja )
4 X1 + 6 X2 + 3 X3 ≤ 400 (Batasan pada Bahan Mentah )
X1, X2, X3 ≥ 0 (Non-Negativity Constraints)

Pertanyaan yang timbul adalah mengapa kendala dituliskan dengan tanda pertidak-
samaan ( ≤ ), bukannya persamaan ( = ).
Persamaan ( = ) secara tidak langsung mengatakan bahwa seluruh kapasitas sumber
daya digunakan, sementara dalam pertidaksamaan ( ≤ atau ≥ ) memperbolehkan
penggunaan kapasitas secara penuh maupun penggunaan sebagian kapasitas.
Dalam beberapa kasus suatu solusi dengan mengijinkan adanya kapasitas sumberdaya
yang tak terpakai akan memberikan solusi yang lebih baik, yang berarti keuntungan
lebih besar, dari pada penggunaan seluruh sumber daya. Jadi, pertidaksamaan
menunjukkan program memilih sumber daya yang dipakai.

Penyelesaian formulasi LP di atas dapat dilakukan secara grafis (untuk dua variabel
keputusan) atau dengan Metode Simplex (untuk penyelesaian umum) dan dapat
dengan menggunakan software LINDO, QSB, TK-Solver, dll.
Penyelesaian Grafis
(untuk Program Linier dua variabel keputusan)
Soal :
Sebuah Proyek memerlukan tanah timbunan sebesar 65.000 m 3 dengan komposisi minimal
55% kerikil dan maksimal 45% pasir. Akan tetapi, dari dua tempat sumber material
timbunan tidak ada yang memenuhi persyaratan di atas, sehingga harus di campur (mix)
material dari dua sumber. Komposisi material dari dua sumber tersebut adalah sebagai
berikut :
Sumber % Kerikil % Pasir
Material
Sumber A 45 55
Sumber B 65 35
Sementara itu, beaya angkut dari Sumber ke lokasi pekerjaan serta kapasitas tiap sumber
adalah :

Sumber Beaya Angkut Volume Ketersediaan


Material (Juta/m3) ( Ribu m3)
Sumber A Rp. 0,700 50
Sumber B: Berapakah
Pertanyaan Rp. komposisi
0,850 50 dari sumber A dan B yang paling murah.
pengambilan
Variabel Keputusan :
Xa = Porsi material yang diambil dari Sumber A tiap m3
Xb = Porsi material yang diambil dari Sumber B tiap m3

Fungsi Tujuan : Min Z = 0,7 Xa + 0,85 Xb


Fungsi Kendala :
1. Kendala pada Komposisi Kerikil dan Pasir :
C1 0,45 Xa + 0,65 Xb >= 0,55 Komposisi kerikil
C2 0,55 Xa + 0,35 Xb <= 0,45 Komposisi Pasir

2. Kendala pada Ketersediaan Material Sumber :


C3 65.000 Xa <= 50.000  Xa <= 50/65
C4 65.000 Xb <= 50.000  Xb <= 50/65

3. Non-negativity constraints :
Xa >= 0 dan Xb >= 0
Sebuah waduk digunakan untuk memenuhi kebutuhan air Irigasi dan pembangkitan
Listrik. Keuntungan Netto dari penjualan air Irigasi adalah Rp. 400.000,- tiap 1000 m 3
dan keuntungan dari penjualan listrik adalah Rp. 500.000,- tiap 1000 m3. Tujuan dari
persoalan ini adalah memaksimalkan keuntungan dari penjualan air dari Waduk yaitu
untuk irigasi dan untuk listrik sebagai berikut :

Maximize 400.000 RI + 500.000 RE

Dimana :
RI = volume air waduk yang untuk Irigasi tiap 1000 m3
RE = volume air waduk yang untuk pembangkitan listrik tiap 1000 m 3.

Beaya infrastruktur dan produksi untuk pembangkitan listrik adalah Rp 90.000.000,-


tiap 1000 m3 dan untuk irigasi adalah Rp. 60.000.000,- tiap 1000 m3.
Jumlah total anggaran yang tersedia untuk pembangunan adalah Rp. 9.000.000.000,-

Sehingga fungsi kendala pada Keterbatasan dana adalah :


60.000.000 RI + 90.000.000 RE <= 9.000.000.000
Atau
6 RI + 9 RE <= 900
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
• Pemanenan Air Hujan (Rain Harvesting)
• Low Impact Development (LID)
• Eco-Drainage

Anda mungkin juga menyukai